You are on page 1of 2

Dampak dari Politik Dinasti oleh Bestha Inatsan Ashila, 1006708586

Judul : Menjadi Pemimpin Politik: Perbincangan Kepemimpinan dan Kekuasaan

Pengarang : M. Alfan Alfian M. Data publikasi : Menjadi pemimpin politik: perbincangan kepemimpinan dan kekuasaan, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, Tebal 346. Suara Merdeka 26 Oktober 2008 Fenomena politik dinasti atau biasa disebut politik keluarga, menjadi suatu hal yang lumrah di Indonesia. Tak jarang ibu,ayah dan anak berada dalam satu partai dan sama-sama mencalonkan diri menjadi wakil rakyat. Atau seorang bapak menjadi pejabat dan kemudian anaknya ikut serta dalam kancah perpolitikan. Entah si anak memang benar-benar mengerti mengenai dunia politik ataupun hanya aji mumpung saja. Apa saja dampak negatif dan positif dari adanya fenomena tersebut? Pada LTM ini akan dibahas apa saja dampak negative dan positive dari politik dinasti. Politik dinasti yang terjadi di Indonesia cukup memprihatinkan karena terkait dengan KKN yang menjadi hal yang seyogyanya diberantas, tetapi dengan adanya politik dinasti ini kita membiarkan terjadinya nepotisme yang bisa berujung pada kolusi dan korupsi. Sering saya lihat dipinggir jalan, baliho seorang calon wakil rakyat yang merupakan anak,istri atau keluarga dari wakil rakyat yang sebelumnya. Tentu saja hal itu mempunyai dampak positif dan negatifnya. Politik dinasti amat berisiko karena mengabaikan merit system yaitu berdasarkan keahlian (fungsional), namun tidak semua politik dinasti gagal karena tak punya kualitas, yang banyak dikritik adalah adanya nepotisme yang berdampak pada tidak kunjung melembaganya partai

sebagai sebuah oraganisasi modern dan demokratis. Nepotisme yang terjadi berkembang menjadi
hegemoni yang bermuara pada praktek korupsi dan bentuk konspirasi lainnya yang berujung pada penumpukan kekuasaan . Bahkan, demokrasi bisa dikatakan mati suri dan berganti sistem kekuasaan aristokrasi di mana calon penguasa sudah ditentukan oleh penguasa sebelumnya yang merupakan kerabat atau keluarga. Akibatnya tertutupnya kesempatan bagi masyarakat yang memang benar-benar

kompeten dan berkualitas. Politik dinasti sebenarnya mempunyai dampak positif, yaitu sebagai penguatan ideologis partai. Jadi calon yang dipasang dari kalangan keluarga elit sengaja dipersiapkan dengan pertimbangan idealisme partai untuk menjaga lan vital politik ideologis yang berkelanjutan dari generasi ke generasi. Konsekuensinya, calon penguasa yang ada akan selalu berada dalam garis idealistis karena setiap penyimpangan pasti akan berdampak pada elit di atasnya. Namun, jika hal ini menjadi satu-satunya alasan nampaknya kurang relevan dengan realitas partai politik sekarang. Contoh politik dinasti yang terjadi di Indonesia adalah Megawati yang merupakan anak dari Soekarno, Tutut yang merupakan anak dari Soeharto keduanya sempat menjadi kandidat presiden. Tapi apakah kinerja mereka baik seperti orangtua mereka? Atau karena anak seorang presiden hebat maka dianggap akan menurun kemampuannya itu kepada sang anak. Selain itu, anak dari presiden SBY, Edi Baskoro juga menjadi calon legislative di daerah Jawa Timur. Hanya yang menjadi pertanyaan apakah Edi Baskoro memang betul-betul menguasai politik dari bawah dan sudah dipersiapkan dari awal untuk menggeluti dunia politik ataukah hanya sebagai jalan pintas untuk mendapatkan dan meneruskan kekuasaan?

You might also like