You are on page 1of 22

PEMBAHASAN

1.1 Budidaya Ayam Kampung Untuk mengetahui berapa besar modal yang harus diinvestasi dalam usaha pemeliharaan ayam kampung dan berapa jumlah keuntungan yang diperoleh, maka dibawah ini penulis mencoba membuat perhitungan berdasarkan catatan harian pengeluaran seorang peternak. Ukuran kandang panjang 8 meter lebar 2,5 meter dan tinggi 3 meter. Ukuran pagar keliling, panjang 18 meter, lebar 10 meter dan tinggi 2,7 meter. Kandang tersebut digunakan untuk memelihara 155 ekor ayam muda yang terdiri dari 150 ekor ayam betina dan 5 ekor jantan dengan umur rata-rata 4 bulan. Ayam-ayam tersebut dibeli dengan Rp 9.000,00/ekor. Porsi pakan 100 gr /ekor/hari, pada bulan ke dua dan ke tiga porsi pakan di naikkan masing-masing sebesar 20%dan 25%. Di bulan ke empat dari masa pemeliharaan ayamayam tersebut telah mulai bertelur, dengan jumlah rata-rata 14 butir per periodenya. Untuk meningkatkan jumlah produksi telor, sengaja peternak menerapkan metode siklus reproduksi, yaitu dengan jalan : 1. memisahkan induk dari telurnya dengan hanya satu butir telor pada sarangannya . 2. pada indukinduk yang mulai memperlihatkan tanda-tanda mengeram secepatnya di mandikan Dari kedua perlakuan diatas maka ditahun satu masa produksinya dapat diatur sebanyak lima kali .Pada bulan ke 7 dari keseluruhan produksi telor 10% dieramkan sedangkan sisanya dijual. Untuk tugas pengeraman sengaja digunakan untuk ayam sebanyak 20 ekor, sehingga pada bulan ke delapan terjadi penurunan produksi telur. Setelah menetas induk dan DOC dipisah, kemudian induk dimandikan. Pada bulan ke sembilan produksi telur mulai meningkat. Dalam produksi ayam kampung ini yang perlu di ketahui adalah :
1

Fertilitas = 96% > Daya tetas =90 % > Kematian = 3% > Umur Penetasan 21 hari > Pemberian faksin dilakukan sebanyak 4 kali selama pemeliharaan. DOC setelah dipisah dari induknya ditempatkan dalam kotak dos beralaskan sekam padi yang di campur sedikit kapur, tanpa diberi bantuan induk buatan (Listrik lampu minyak) sedang sebagai sumber penghangat DOC akan memperoleh dari panas tubunya sendiri. Pada pemeliharaan ditahun kedua siklus reproduksi pertahunya diatur sebanyak 11 kali, dengan demikian diharapkan pada peningkatan dalam jumlah produksi (telur) selain itu pada pemeliharaan ini ada tambahan populasi ayam sebanyak 175 ekor betina dan 8 ekor pejantan. Untuk menghindarkan terjadinya kanibalisme oleh ayam yang lebih kuat, maka dibuat kandang baru. Dibulan kelima ayam-ayam tersebut sudah mulai bertelur, dengan demikian ada kenaikan dalam jumlah produksi telur. Dari jumlah produk perharinya, resiko pecah atau retak diperhitungkan sebanyak 6 butir atau 180 per bulan (angka rata-rata), dan ini oleh peternak dimanfaatkan untuk lauk. Sehingga total keseluruhan yang dikomsumsi adalah 17x180 butir=30.60 butir, sedang yang dijual sebanyak 49.300 butir dengan harga 850. A. Pemberian Pakan 1. Untuk ayam muda dewasa, 100 gr /ekor/hari Jumlah pakan per hari untuk 155 ekor =(100x 155) kg: 1000 = 15,5 kg. Jumlah pakan bulan I = 30x15,5 kg = 465 kg Jumlah pakan bulan II= (0,2x465 kg)+465 kg = 558 kg Jumlah pakan bulan III= (0,25x558kg)+558kg = 697,5 kg Jumlan pakan bulan IV umur 2 tahun = 17x697,5 kg =11.857,5 kg Total pemberian pakan =13,578 kg

2. Untuk DOC 60 gr/ekor/hari, sampai umur 3 bulan Jumlah pakan untuk 189 DOC (189 x 60)kg :1000 = 11,34 kg Jumlah pakan bulan I 30 x 11,34kg = 340,20 kg Jumlah pakan bulan II(mortalitas 3%)(0,15x60)+60x183 x30x1kg = 378,81 kg 1000 Jumlah pakan bulan III (0,15x378,81kg)+378,81kg = 435,63 kg Total pemberian pakan = 1.154,64 kg 3. Untuk ayam muda dewasa, 100gr/ekor/hari Jumlah pakan per hari untuk 183 ekor (100x183)kg: 1000 = 18,3 kg Jumlah pakan bulan I =30x18,3 = 549 kg Jumlah pakan bulan II =(0,2x549)kg+549kg = 658,8kg Jumlah pakan bulan III =(0,25x658,8)kg+658,8kg = 823,5kg Jumlah pakan bluan IV bulan keXI = 10x823,5kg = 8.235 kg Total pemberian pakan = 10.266,3kg B. Analisa Biaya 1. Input a. Biaya Infestasi -Pembuatan kandang tahun 1 = Rp.35.000,00 -Pembuatan kandang dan Box tahun 11 =Rp.40.000,00 -Pembuatan pagar keliling =Rp.125.000,00 Total biaya investasi =Rp.200.000,00 (1) b. Biaya Operasi -Pembelian 155 ekor ayam=155xRp900,00 =Rp.139.500,00 -Pembelian untuk 155 ekor ayam=13.578xRp120,00 =Rp.1.29.360,00 -Pembelian pakan untuk 189 DOC sampai umur 3 bulan =1.154,64xRp.120,00 = Rp.138.556,80 -Pembelian pakan untuk 183 ekor ayam=Rp.10.266,3x120,00 =Rp.1.231.956,00 Total pembelian pakan =Rp.2.999.872,80

-Biaya vaksin dan obat cacing untuk ayam muda dan dewasa =Rp.3.000 ,00 -Biaya vaksin dan obat cacing/DOC =Rp.1.000 ,00 Total biaya operasi =Rp.139.500,00 + Rp.2.999.872,80 + Rp 4000,00 =Rp.3.143.372,80 c. Penyusutan dan Perbaikan -Penyusutan kandang 1 tahun =Rp.2.500,00 -Penyusutan pagar 1 tahun =Rp.3.000.00 -Perbaikan kandang 1 tahun =Rp. 4.000,00 -Perbaikan kandang 1 tahun =Rp. 5000,00 Total =Rp. 14.50000 2. Output -Penjualan telur selama pemeliharaan= 49.300xRp850,00=Rp 41 905.000,00 -Penjualan ayam afkir @Rp40.000,00 =Rp 6.200.000,00 - Penjualan dari telur yang dikomsumsi =3060x500=Rp 1.530.000,00 Total Rp 49.635.000,00 Keuntungan Yang Diperoleh Rp 49.635.000,00 Rp25.034.099.00 = 24.600.001,00 Rp24.600.001,00 : 20bln = Rp 1.230.000,00 /bln

1.2 Budidaya Itik A. Pembuatan Kandang 1. Lokasi Kandang a. Angin dapat masuk sehingga terjadi pertukaran udara, dan sinar matahari mudah masuk ke dalam kandang b. Tidak becek dan tanahnya padat/berpasir. Ditinggikan untuk memudahkan sistem pengeringan Jauh dari keramaian dan lalu lalang orang/kendaraan serta dekat sumber air.

2. Konstruksi Kandang Kandang itik dibuat sistem ren (hamburan), terdiri dari dua bagian. Bagian muka digunakan untuk tempat itik bermain, makan dan minum dengan ukuran 4 x 10 m, disekat menjadi 5 bagian dengan ukuran 2 x 4 m, di sekelilingnya dibuat pagar setinggi 1 m. Bagian belakang digunakan untuk tempat itik tidur dan bertelur dengan ukuran 3 x 10 m, disekat menjadi 5 bagian dengan ukuran 2 x 3 m. Di atap dan di dinding rapat, kecuali dinding bagian depan (menghadap ke tempat bermain) dibagi dua, bagian alas diberi jerajak sedangkan bagian bawah selinggi 50 cm ditutup rapat dan dibuat pintu. Lantai diberi serbuk gergaji/cincang kayu (sekam) 3. Bibit Ciri umum bibit yang baik: a. Mata cerah dan bersinar, sehat dan lincah, bulu bersih dan mengkilap, kaki kokoh, sayap tersusun rapi di badan, dan bentuk tubuh seperti botol. b. Jenis itik yang dipelihara yaitu itik Pitalah umur 4-5 bulan sebanyak 100 ekor, 10 ekor jantan dan 90 ekor betina, masing-masing petak diisi 20 ekor (2 jantan dan 18 betina) 4. Pemberian pakan Formula pakan yang digunakan 4 : 4 :2 (dedak, jagung dan konsentrat), diberikan sebanyak 150 g/ekor/hari dalam bentuk bubur (dibasahi terlebih dahulu).

5. Peluang Dampak a. Berpeluang besar diadopsi peternak karena pemeliharaan itik secara berpindah-pindah dan lepas sulit dilakukan di pedesaan (padi sawah sangat intensif, pemakaian insektisida berlebihan, dan upah tenaga kerja tinggi). b. Meningkatkan populasi dan produksi telur itik di Sumbar. Arti ekonomi dan social c. Itik mulai bertelur umur 5 bulan, mencapai puncaknya pada umur 1 tahun setelah itu mulai mengalami gugur bulu. Diperkirakan pada

pemeliharaan 2 lahun (730 hari) berproduksi sebanyak 70%. d. Meningkatkan pemanfaatan tenaga kerja wanita.

1.3 Budidaya Kambing A. Ternak Kambing Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu, kotoran maupun kulitnya) relatif mudah. Meskipun secara tradisional telah memberikan hasil yang lumayan, jika pemeliharaannya ditingkatkan (menjadi semi intensif atau intensif), pertambahan berat badannya dapat mencapai 50 - 150 gram per hari. Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam usaha ternak kambing, yaitu: bibit, makanan, dan tata laksana.

1. Bibit Pemilihan bibit harus disesuaikan dengan tujuan dari usaha, apakah untuk pedaging, atau perah (misalnya: kambing kacang untuk produksi daging, kambing sawah untuk produksi susu, dll). Secara umum ciri bibit yang baik adalah yang berbadan sehat, tidak cacat, bulu bersih dan mengkilat, daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan. Ciri untuk calon induk: a. Tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus, tubuh besar, tapi tidak terlalu gemuk. b. Jinak dan sorot matanya ramah. c. Kaki lurus dan tumit tinggi. d. Gigi lengkap, mampu merumput dengan baik (efisien), rahang atas dan bawah rata. e. Dari keturunan kembar atau dilahirkan tunggal tapi dari induk yang muda. f. Ambing simetris, tidak menggantung dan berputing 2 buah. Ciri untuk calon pejantan : a. Tubuh besar dan panjang dengan bagian belakang lebih besar dan lebih tinggi, dada lebar, tidak terlalu gemuk, gagah, aktif dan memiliki libido (nafsu kawin) tinggi. b. Kaki lurus dan kuat. c. Dari keturunan kembar. d. Umur antara 1,5 sampai 3 tahun. 1. Makanan Jenis dan cara pemberiannya disesuaikan dengan umur dan kondisi ternak. Pakan yang diberikan harus cukup protein, karbohidrat, vitamin dan mineral, mudah dicerna, tidak beracun dan disukai ternak, murah dan mudah diperoleh. Pada dasarnya

ada dua macam makanan, yaitu hijauan (berbagai jenis rumput) dan makan tambahan (berasal dari kacang-kacangan, tepung ikan, bungkil kelapa, vitamin dan mineral). Cara pemberiannya : a. Diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore), berat rumput 10% dari berat badan kambing, berikan juga air minum 1,5 - 2,5 liter per ekor per hari, dan garam berjodium secukupnya. b. Untuk kambing bunting, induk menyusui, kambing perah dan pejantan yang sering dikawinkan perlu ditambahkan makanan penguat dalam bentuk bubur sebanyak 0,5 1 kg/ekor/hari.

2. Tata Laksana a. Kandang 1. Harus segar (ventilasi baik, cukup cahaya matahari, bersih, dan minimal berjarak 5 meter dari rumah). 2. Ukuran kandang yang biasa digunakan adalah : Kandang beranak : 120 cm x 120 cm /ekor Kandang induk : 100 cm x 125 cm /ekor Kandang anak : 100 cm x 125 cm /ekor Kandang pejantan : 110 cm x 125 cm /ekor Kandang dara/dewasa : 100 cm x 125 cm /ekor

b. Pengelolaan reproduksi Diusahakan agar kambing bisa beranak minimal 3 kali dalam dua tahun. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah : Kambing mencapai dewasa kelamin pada umur 6 s/d 10 bulan, dan sebaiknya dikawinkan pada umur 10-12 bulan atau saat bobot badan

mencapai 55 - 60 kg. Lama birahi 24 - 45 jam, siklus birahi berselang selama 17 - 21 hari. Tanda-tanda birahi : gelisah, nafsu makan dan minum menurun, ekor sering dikibaskan, sering kencing, kemaluan bengkak dan mau/diam bila dinaiki. Ratio jantan dan betina = 1 : 10 Saat yang tepat untuk mengawinkan kambing adalah : Masa bunting 144 - 156 hari (.... 5 bulan). Masa melahirkan, penyapihan dan istirahat 2 bulan. c. Pengendalian Penyakit Hendaknya ditekankan pada pencegahan penyakit melalui sanitasi kandang yang baik, makanan yang cukup gizi dan vaksinasi. Penyakit yang sering menyerang kambing adalah: cacingan, kudis (scabies), kembung perut (bloat), paru-paru (pneumonia), orf, dan koksidiosis. d. Pasca Panen Hendaknya diusahakan untuk selalu meningkatkan nilai tambah dari produksi ternak, baik daging, susu, kulit, tanduk, maupun kotorannya. Bila kambing hendak dijual pada saat berat badan tidak bertambah lagi (umur sekitar 1 - 1,5 tahun), dan diusahakan agar permintaan akan kambing cukup tinggi. Harga diperkirakan berdasarkan : berat hidup x (45 sampai 50%) karkas x harga daging eceran.

1.4 Budidaya Sapi Potong A. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar dan modern, dengan skala usaha kecilpun akan mendapatkan keuntungan yang baik jika dilakukan dengan prinsip budidaya modern. B. Penggemukan Penggemukan sapi potong adalah pemeliharaan sapi dewasa dalam keadaan kurus untuk ditingkatkan berat badannya melalui pembesaran daging dalam waktu relatif singkat (3-5 bulan). Beberapa hal yang berkaitan dengan usaha penggemukan sapi potong adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : A. Sapi Bali. Cirinya berwarna merah dengan warna putih pada kaki dari lutut ke bawah dan pada pantat, punggungnya bergaris warna hitam (garis belut). Keunggulan sapi ini dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang baru. B. Sapi Ongole. Cirinya berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir

10

dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Jenis ini telah disilangkan dengan sapi Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole (PO) cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan produksinya lebih rendah. C. Sapi Brahman. Cirinya berwarna coklat hingga coklat tua, dengan warna putih pada bagian kepala. Daya pertumbuhannya cepat, sehingga menjadi primadona sapi potong di Indonesia. D. Sapi Madura. Mempunyai ciri berpunuk, berwarna kuning hingga merah bata, terkadang terdapat warna putih pada moncong, ekor dan kaki bawah. Jenis sapi ini mempunyai daya pertambahan berat badan rendah. E. Sapi Limousin. Mempunyai ciri berwarna hitam bervariasi dengan warna merah bata dan putih, terdapat warna putih pada moncong kepalanya, tubuh berukuran besar dan mempunyai tingkat produksi yang baik 2. Pemilihan Bakalan. Bakalan merupakan faktor yang penting, karena sangat menentukan hasil akhir usaha penggemukan. Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman. Ciri-ciri bakalan yang baik adalah : Berumur di atas 2,5 tahun. Jenis kelamin jantan. Bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar, panjang minimal 170 cm tinggi pundak minimal 135 cm, lingkar dada 133 cm. Tubuh kurus, tulang menonjol, tetapi tetap sehat (kurus karena kurang pakan, bukan karena sakit). Pandangan mata bersinar cerah dan bulu halus. Kotoran normal III. Tatalaksana Pemeliharaan

11

3.1. Perkandangan. Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu individu dan kelompok. Pada kandang individu, setiap sapi menempati tempatnya sendiri berukuran 2,5 X 1,5 m. Tipe ini dapat memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan dan memiliki ruang gerak terbatas, sehingga energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk hidup pokok dan produksi daging tidak hilang karena banyak bergerak. Pada kandang kelompok, bakalan dalam satu periode penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Satu ekor sapi memerlukan tempat yang lebih luas daripada kandang individu. Kelemahan tipe kandang ini yaitu terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan sehingga sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh daripada yang lemah, karena lebih banyak mendapatkan pakan. 3.2. Pakan. Berdasarkan kondisi fisioloigis dan sistem pencernaannya, sapi digolongkan hewan ruminansia, karena pencernaannya melalui tiga proses, yaitu secara mekanis dalam mulut dengan bantuan air ludah (saliva), secara fermentatif dalam rumen dengan bantuan mikrobia rumen dan secara enzimatis setelah melewati rumen. Penelitian menunjukkan bahwa penggemukan dengan mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memberikan hasil yang optimal dan membutuhkan waktu yang lama. Salah satu cara mempercepat penggemukan adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan dan konsentrat. Konsentrat yang digunakan adalah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul, kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan. Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen, mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan. Kebutuhan pakan (dalam berat kering) tiap ekor adalah 2,5% berat badannya. Hijauan yang digunakan adalah jerami padi, daun tebu, daun jagung, alang-alang dan rumput-rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput gajah, setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi. Penentuan kualitas pakan tersebut berdasarkan tinggi rendahnya kandungan nutrisi (zat pakan) dan kadar serat kasar.

12

Pakan hijauan yang berkualitas rendah mengandung serat kasar tinggi yang sifatnya sukar dicerna karena terdapat lignin yang sukar larut oleh enzim pencernaan. Oleh karena itu PT. NATURAL NUSANTARA juga mengeluarkan suplemen khusus ternak yaitu VITERNA Plus. Produk ini menggunakan teknologi asam amino yang diciptakan dengan pendekatan fisiologis tubuh sapi, yaitu dengan meneliti berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak. VITERNA Plus mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak, yaitu : Mineral-mineral sebagai penyusun tulang, darah dan berperan dalam sintesis enzim, yaitu N, P, K, Ca, Mg, Cl dan lain-lain. - Asam-asam amino, yaitu Arginin, Histidin, Leusin, Isoleusin dan lain-lain sebagai penyusun protein, pembentuk sel dan organ tubuh. - Vitamin lengkap yang berfungsi untuk berlangsungnya proses fisiologis tubuh yang normal dan meningkatkan ketahanan tubuh sapi dari serangan penyakit. Asam asam organik essensial, diantaranya asam propionat, asam asetat dan asam butirat. Cara penggunaannya adalah dengan dicampurkan dalam air minum atau komboran dengan dosis : 5cc/ekor perhari untuk sapi, kerbau dan kuda 3cc/ekor perhari untuk kambing dan domba. Penambahan VITERNA Plus tersebut dilakukan pada pemberian air minum atau komboran yang pertama. 3.3.Pengendalian Penyakit Dalam pengendalian penyakit, yang lebih utama dilakukan adalah pencegahan penyakit daripada pengobatan, karena penggunaan obat akan menambah biaya produksi dan tidak terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi adalah : a. Pemanfaatan kandang karantina.

13

Sapi bakalan yang baru hendaknya dikarantina pada suatu kandang terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat proses pembelian. Disamping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap lingkungan yang baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya diberi obat cacing karena berdasarkan penelitian sebagian besar sapi di Indonesia (terutama sapi rakyat) mengalami cacingan. Penyakit ini memang tidak mematikan, tetapi akan mengurangi kecepatan pertambahan berat badan ketika digemukkan. Waktu mengkarantina sapi adalah satu minggu untuk sapi yang sehat dan pada sapi yang sakit baru dikeluarkan setelah sapi sehat. Kandang karantina selain untuk sapi baru juga digunakan untuk memisahkan sapi lama yang menderita sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat. b. Menjaga kebersihan sapi bakalan dan kandangnya. Sapi yang digemukkan secara intensif akan menghasilkan kotoran yang banyak karena mendapatkan pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat jika kandang mulai kotor untuk mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit. c. Vaksinasi untuk bakalan baru. Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat sapi berada di kandang karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi Anthrax.

Beberapa jenis penyakit yang dapat meyerang sapi potong adalah cacingan, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), kembung (Bloat) dan lain-lain. IV. Produksi Daging. Faktor-faktor 1. Pakan Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang optimal akan berpengaruh baik terhadap kualitas daging. Perlakuan pakan dengan NPB akan meningkatkan daya cerna pakan terutama terhadap pakan yang berkualitas rendah sedangkan pemberian yang mempengaruhi produksi daging adalah

14

VITERNA Plus memberikan berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak sehingga sapi akan tumbuh lebih cepat dan sehat. 2. Faktor Genetik Ternak dengan kualitas genetik yang baik akan tumbuh dengan baik/cepat sehingga produksi daging menjadi lebih tinggi. 3. Jenis Kelamin Ternak jantan tumbuh lebih cepat daripada ternak betina, sehingga pada umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih besar. 4. Manajemen Pemeliharaan dengan manajemen yang baik membuat sapi tumbuh denga sehat dan cepat membentuk daging, sehingga masa penggemukan menjadi lebih singkat.

1.5 Budidaya Kelinci A. Sejarah Singkat Ternak ini semula hewan liar yang sulit dijinakkan. Kelinci dijinakkan sejak 2000 tahun silam dengan tujuan keindahan, bahan pangan dan sebagai hewan percobaan. Hampir setiap negara di dunia memiliki ternak kelinci karena kelinci mempunyai daya adaptasi tubuh yang relatif tinggi sehingga mampu hidup di hampir seluruh dunia. Kelinci dikembangkan di daerah dengan populasi penduduk relatif tinggi, Adanya penyebaran kelinci juga menimbulkan sebutan yang berbeda, di Eropa disebut rabbit, Indonesia disebut kelinci, Jawa disebut trewelu dan sebagainya. B. Sentral Perikanan Di Indonesia masih terbatas daerah tertentu dan belum menjadi sentra produksi/dengan kata lain pemeliharaan masih tradisional. C. Jenis Menurut sistem Binomial, bangsa kelinci diklasifikasikan sebagai berikut : Ordo : Lagomorpha Famili : Leporidae

15

Sub famili : Leporine Genus : Lepus, Orictolagus Spesies : Lepus spp., Orictolagus spp. Jenis yang umum diternakkan adalah American Chinchilla, Angora, Belgian, Californian, Dutch, English Spot, Flemish Giant, Havana, Himalayan, New Zealand Red, White dan Black, Rex Amerika. Kelinci lokal yang ada sebenarnya berasal dari dari Eropa yang telah bercampur dengan jenis lain hingga sulit dikenali lagi. Jenis New Zealand White dan Californian sangat baik untuk produksi daging, sedangkan Angora baik untuk bulu. D. Manfaat Manfaat yang diambil dari kelinci adalah bulu dan daging yang sampai saat ini mulai laku keras di pasaran. Selain itu hasil ikutan masih dapat dimanfaatkan untuk pupuk, kerajinan dan pakan ternak. E. Persyaratan Lokasi Dekat sumber air, jauh dari tempat kediaman, bebas gangguan asap, bau-bauan, suara bising dan terlindung dari predator. F. Pedoman Teknis Budidaya Yang perlu diperhatikan dalam usaha ternak kelinci adalah persiapan lokasi yang sesuai, pembuatan kandang, penyediaan bibit dan penyediaan pakan. 1. Penyiapan Sarana dan Perlengkapan Fungsi kandang sebagai tempat berkembangbiak dengan suhu ideal 21 C, sirkulasi udara lancar, lama pencahayaan ideal 12 jam dan melindungi ternak dari predator. Menurut kegunaan, kandang kelinci dibedakan menjadi kandang induk. Untuk induk/kelinci dewasa atau induk dan anak-anaknya, kandang jantan, khusus untuk pejantan dengan ukuran lebih besar dan Kandang anak lepas sapih. Untuk menghindari perkawinan awal kelompok dilakukan pemisahan antara jantan dan betina. Kandang berukuran 200x70x70 cm tinggi alas 50 cm cukup untuk 12 ekor betina/10 ekor jantan. Kandang

16

anak

(kotak

beranak)

ukuran

50x30x45

cm.

Menurut bentuknya kandang kelinci dibagi menjadi: 1. Kandang sistem postal, tanpa halaman pengumbaran, ditempatkan dalam ruangan dan cocok untuk kelinci muda. 2. Kandang sistem ranch ; dilengkapi dengan halaman pengumbaran. 3. Kandang battery; mirip sangkar berderet dimana satu sangkar untuk satu ekor dengan konstruksi Flatdech Battery (berjajar), Tier Battery (bertingkat), Pyramidal Battery (susun piramid). Perlengkapan kandang yang diperlukan adalah tempat pakan dan minum yang tahan pecah dan mudah dibersihkan. 2. Pembibitan Untuk syarat ternak tergantung dari tujuan utama pemeliharaan kelinci tersebut. Untuk tujuan jenis bulu maka jenis Angora, American Chinchilla dan Rex merupakan ternak yang cocok. Sedang untuk tujuan daging maka jenis Belgian, Californian, Flemish Giant, Havana, Himalayan dan New Zealand merupakan ternak yang cocok dipelihara. 1. Pemilihan bibit dan calon induk Bila peternakan bertujuan untuk daging, dipilih jenis kelinci yang berbobot badan dan tinggi dengan perdagingan yang baik, sedangkan untuk tujuan bulu jelas memilih bibit-bibit yang punya potensi genetik pertumbuhan bulu yang baik. Secara spesifik untuk keduanya harus punya sifat fertilitas tinggi, tidak mudah nervous, tidak cacat, mata bersih dan terawat, bulu tidak kusam, lincah/aktif bergerak. 2. Perawatan Bibit dan calon induk Perawatan bibit menentukan kualitas induk yang baik pula, oleh karena itu perawatan utama yang perlu perhatian adalah pemberian pakan yang cukup, pengaturan dan sanitasi kandang yang baik serta mencegah kandang dari gangguan luar.

17

3. Sistem Pemuliabiakan Untuk mendapat keturunan yang lebih baik dan mempertahankan sifat yang spesifik maka pembiakan dibedakan dalam 3 kategori yaitu: a. In Breeding (silang dalam), untuk mempertahankan dan menonjolkan sifat spesifik misalnya bulu, proporsi daging. b. Cross Breeding (silang luar), untuk mendapatkan keturunan lebih baik/menambah sifat-sifat unggul. c. Pure Line Breeding (silang antara bibit murai), untuk mendapat bangsa/jenis baru yang diharapkan memiliki penampilan yang merupakan perpaduan 2 keunggulan bibit. 4. Reproduksi dan Perkawinan

Kelinci betina segera dikawinkan ketika mencapai dewasa pada umur 5 bulan (betina dan jantan). Bila terlalu muda kesehatan terganggu dan mortalitas anak tinggi. Bila pejantan pertama kali mengawini, sebaiknya kawinkan dengan betina yang sudah pernah beranak. Waktu kawin pagi/sore hari di kandang pejantan dan biarkan hingga terjadi 2 kali perkawinan, setelah itu pejantan dipisahkan. 5. Proses Kelahiran

Setelah perkawinan kelinci akan mengalami kebuntingan selama 3032 hari. Kebuntingan pada kelinci dapat dideteksi dengan meraba perut kelinci betina 12-14 hari setelah perkawinan, bila terasa ada bola-bola kecil berarti terjadi kebuntingan. Lima hari menjelang kelahiran induk dipindah ke kandang beranak untuk memberi kesempatan menyiapkan penghangat dengan cara merontokkan bulunya. Kelahiran kelinci yang sering terjadi malam hari dengan kondisi anak lemah, mata tertutup dan tidak berbulu. Jumlah anak yang dilahirkan bervariasi sekitar 6-10 ekor. 3. Pemeliharaan

18

1. Sanitasi dan Tindakan Preventif Tempat pemeliharaan diusahakan selalu kering agar tidak jadi sarang penyakit. Tempat yang lembab dan basah menyebabkan kelinci mudah pilek dan terserang penyakit kulit. 2. Pengontrolan Penyakit Kelinci yang terserang penyakit umumnya punya gejala lesu, nafsu makan turun, suhu badan naik dan mata sayu. Bila kelinci menunjukkan hal ini segera dikarantinakan dan benda pencemar juga segera disingkirkan untuk mencegah wabah penyakit. 3. Perawatan Ternak Penyapihan anak kelinci dilakukan setelah umur 7-8 minggu. Anak sapihan ditempatkan kandang tersendiri dengan isi 2-3 ekor/kandang dan disediakan pakan yang cukup dan berkualitas. Pemisahan berdasar kelamin perlu untuk mencegah dewasa yang terlalu dini. Pengebirian dapat dilakukan saat menjelang dewasa. Umumnya dilakukan pada kelinci jantan dengan membuang testisnya. 4. Pemberian Pakan

Jenis pakan yang diberikan meliputi hijauan meliputi rumput lapangan, rumput gajah, sayuran meliputi kol, sawi, kangkung, daun kacang, daun turi dan daun kacang panjang, biji-bijian/pakan penguat meliputi jagung, kacang hijau, padi, kacang tanah, sorghum, dedak dan bungkil-bungkilan. Untuk memenuhi pakan ini perlu pakan tambahn berupa konsentrat yang dapat dibeli di toko pakan ternak. Pakan dan minum diberikan dipagi hari sekitar pukul 10.00. Kelinci diberi pakan dedak yang dicampur sedikit air. Pukul 13.00 diberi rumput sedikit/secukupnya dan pukul 18.00 rumput diberikan dalam jumlah yang lebih banyak. Pemberian air minum perlu disediakan di kandang untuk mencukupi kebutuhan cairan tubuhnya.

19

5. Pemeliharaan Kandang Lantai/alas kandang, tempat pakan dan minum, sisa pakan dan kotoran kelinci setiap hari harus dibersihkan untuk menghindari timbulnya penyakit. Sinar matahari pagi harus masuk ke kandang untuk membunuh bibit penyakit. Dinding kandang dicat dengan kapur/ter. Kandang bekas kelinci sakit dibersihkan dengan kreolin/lysol. 7. HAMA DAN PENYAKIT 1. Bisul Penyebab: terjadinya pengumpulan darah kotor di bawah kulit. Pengendalian: pembedahan dan pengeluaran darah kotor selanjutnya diberi Jodium. 2. Kudis Penyebab: Darcoptes scabiei. Gejala: ditandai dengan koreng di tubuh. Pengendalian: dengan antibiotik salep. 3. Eksim Penyebab: kotoran yang menempel di kulit. Pengendalian: menggunakan salep/bedak Salicyl. 8. PANEN 1. Hasil Utama Hasil utama kelinci adalah daging dan bulu 2. Hasil Tambahan Hasil tambahan berupa kotoran untuk pupuk 3. Penangkapan Kemudian yang perlu diperhatikan cara memegang kelinci hendaknya yang benar agar kelinci tidak kesakitan. 9. PASCAPANEN

20

1. Stoving Kelinci dipuasakan 6-10 jam sebelum potong untuk mengosongkan usus. Pemberian minum tetap . 2. Pemotongan Pemotongan dapat dengan 3 cara: 1. Pemukulan pendahuluan, kelinci dipukul dengan benda tumpul pada kepala dan saat koma disembelih. 2. Pematahan tulang leher, dipatahkan dengan tarikan pada tulang leher. Cara ini kurang baik. 3. Pemotongan biasa, sama seperti memotong ternak lain. 3. Pengulitan Dilaksanakan mulai dari kaki belakang ke arah kepala dengan posisi kelinci digantung. 4. Pengeluaran Jeroan Kulit perut disayat dari pusar ke ekor kemudian jeroan seperti usus, jantung dan paru-paru dikeluarkan. Yang perlu diperhatikan kandung kemih jangan sampai pecah karena dapat mempengaruhi kualitas karkas. 5. Pemotongan Karkas Kelinci dipotong jadi 8 bagian, 2 potong kaki depan, 2 potong kaki belakang, 2 potong bagian dada dan 2 potong bagian belakang. Presentase karkas yang baik 49-52%.

21

DAFTAR PUSTAKA

Anomin, 2010, www.peternakan.com, di akses tanggal 12 desember 2010

22

You might also like