You are on page 1of 5

Kedudukan Manusia Dalam Pandangan Al-Qur'an Manusia adalah: 1.

Makhluk termulia (Al-Israa':70) Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS. 17:70) 2. Makhluk yang paling indah bentuk kejadiannya Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS. 95:4) 3. Makhluk yang diberikan kebebasan memilih dan bisa membedakan antara yang baik dan yang buruk.dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. 91:7-10) 4. Makhluk yang diberi kemampuan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan dibekali dengan alat-alat yang mendukungnya dalam meraih iptek itu: Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah, (96:1-3). 5. Khalifah Allah SWT dibumi yang bertugas : a. Sebagai pemimpin yang mengatur bumi berdasarkan petunjuk dan undang-undang Allah. Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat:"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata:"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau". Rabb berfirman:"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (QS. 2:30) b. Memakmurkan bumi dan mnegeluarkan potensi yang terkandung didalamnya untuk kesejahteraan umat manuisa berdasarkan petunjuk dan peraturan Allah. Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata:"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekalikali tidak ada bagimu Ilah selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Rabbku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do'a hamba-Nya)". (QS. Huud (11): 61) c. Menyebarkan keadilan dan kemashlahatan Sesungguhnya Kai telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia

dapat melaksanakan keadilan. Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. (QS. 38 (Shaad): 26) 6. Makhluk yang diberikan beban untuk beribadah kepada Allah SWT semata, ibadah yang mencakup ibadah ritual dan seluruh aspek kehidupan manusia. QS Adz Dzariyat [51]: 56 tentang Kedudukan Manusia dan Ibadah

Artinya: Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah kepadaku. (QS Adz Zariyat : 56) Kandungan ayat Menurut bahasa, ibadah berarti tunduk dan taat. Menurut istilah, ibadah berarti mengabdikan diri kepada Allah swt dengan jalan bertakwa. Ibadah dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Ibadah Mahdah, yaitu ibadah yang memiliki tata cara tertentu. Contoh: syahadat, salat, zakat, puasa, dan haji. 2. Ibadah Gairu Mahdah, yaitu ibadah yang tidak memiliki tata cara tertentu. Contoh: mencari nafkah, berhusnuzan, belajar (menuntut ilmu), membantu orang tua, makan, tidur, dan lainlain. HAKIKAT MANUSIA Al Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar tunduk pada takdir Allah, sama dengan makhluk lain. Manusia sebagai insan dan al-nas bertalian dengan hembusan roh Allah yang memiliki kebebasan dalam memilih untuk tunduk atau menentang takdir Allah. Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat dikelompokkan pada dua hal, yaitu potensi fisik dan potensi ruhaniah. Potensi fisik manisia adalah sifat psikologis spiritual manusia sebagai makhluk yang berfikir diberi ilmu dan memikul amanah.sedangkan potensi ruhaniah adalah akal, gaib, dan nafsu. Akal dalam penertian bahasa Indonesia berarti pikiran atau rasio. Dalam Al Quran akal diartikan dengan kebijaksanaan, intelegensia, dan pengertian. Dengan demikian di dalam Al Quran akal bukan hanya pada ranah rasio, tetapi juga rasa, bahkan lebih jauh dari itu akal diartikan dengan hikmah atau bijaksana.

PERSAMAAN MANUSIA DENGAN MAKHLUK LAIN Manusia pada hakekatnya sama saja dengan mahluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan tujuan. Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan keunggulan yang dimiliki manusia dibanding dengan mahluk lain. Manusia sebagai salah satu mahluk yang hidup di muka bumi merupakan mahluk yang memiliki karakter paling unik. Letak perbedaan yang paling utama antara manusia dengan makhluk lainnya adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan hanya manusia saja yang memlikinya, sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bersifat instinctif. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik di darat, di laut, maupun di udara. Sedangkan binatang hanya mampu bergerak di ruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak di darat dan di laut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa meampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atau makhluk lain dijelaskan dalam surat Al-Isra ayat 70. TAQLID Pengertian Mengikuti perkataan orang yang perkataannya bukan hujjah. Tempat2 terjadiny taqlid Yang pertama : seorang yang taqlid (muqollid) adalah orang awam yang tidak mampu mengetahui hukum (yakni ber-istimbath dan istidlal, pent) dengan kemampuannya sendiri, maka wajib baginya taqlid. Berdasarkan firman Alloh taala : Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. [QS. an-Nahl : 43] Yang kedua : terjadi pada seorang mujtahid suatu kejadian yang ia harus segera memutuskan suatu masalah, sedangkan ia tidak bisa melakukan penelitian maka ketika itu ia boleh taqlid. Sebagian ulama mensyaratkan untuk bolehnya taqlid : hendaknya masalahnya (yang ditaqlidi) bukan dalam ushuluddin (pokok agama/aqidah, pent) yang wajib bagi seseorang untuk meyakininya; karena masalah aqidah wajib untuk diyakini dengan pasti, dan taqlid hanya memberi faidah dzonn (persangkaan). Dan yang rojih (kuat) adalah bahwa yang demikian bukanlah syarat, berdasarkan keumuman firman Alloh subhanahu wa taala : Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. [QS. an-Nahl : 43]

JENIS-JENIS TAQLID 1. Taqlid yang umum : seseorang berpegang pada suatu madzhab tertentu yang ia mengambil rukhshoh-rukhshohnya1 dan azimah-azimahnya2 dalam semua urusan agamanya. 2. Taqlid yang khusus : seseorang mengambil pendapat tertentu dalam kasus tertentu, maka ini boleh jika ia lemah/tidak mampu untuk mengetahui yang benar melalui ijtihad, baik ia lemah secara hakiki atau ia mampu tapi dengan kesulitan yang sangat. IJTIHAD Secara bahasa ijtihad berarti pencurahan segenap kemampuan untuk mendapatkan sesuatu. Yaitu penggunaan akal sekuat mungkin untuk menemukan sesuatu keputusan hukum tertentu yang tidak ditetapkan secara eksplisit dalam al-Quran dan as-Sunnah. Rasulullah saw pernah bersabda kepada Abdullah bin Mas'ud sebagai berikut : " Berhukumlah engkau dengan al-Qur'an dan as-Sunnah, apabila sesuatu persoalan itu engkau temukan pada dua sumber tersebut. Tapi apabila engkau tidak menemukannya pada dua sumber itu, maka ijtihadlah ". Muhammad Iqbal menamakan ijtihad itu sebagai the principle of movement. Mahmud Syaltut berpendapat, bahwa ijtihad atau yang biasa disebut arro'yu mencakup dua pengertian : a. Penggunaan pikiran untuk menentukan sesuatu hukum yang tidak ditentukan secara eksplisit oleh al-Qur'an dan as-Sunnah. b. Penggunaan fikiran dalam mengartikan, menafsirkan dan mengambil kesimpulan dari sesuatu ayat atau hadits. Adapun dasar dari keharusan berijtihad ialah antara lain terdapat pada al-Qur'an surat an-Nisa ayat 59. TUJUAN Tujuan ijtihad adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia akan pegangan hidup dalam beribadah kepada Allah di suatu tempat tertentu atau pada suatu waktu tertentu.

SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM PANDANGAN ISLAM Surat al-Alaaq (ayat 1-5) merupakan dasar sains dan teknologi dalam Islam. Allah memerintahkan kita membaca, meneliti dan mengkaji serta membahas dengan kemampuan intektual. Dengan demikian, dalam pandangan Islam menuntut ilmu adalah suatu pencarian religius yang wajib dilakukan setiap muslim yang pada hakekatnya adalah kebutuhan manusia untuk menjalankan kehidupan. Batasan dan bentuk sains dan teknologi yang dianjurkan oleh Islam

Bagaimanapun ada batasan dan bentuk sains yang dianjurkan oleh Islam. Al-Quran umpamanya mengecam mereka yang mencari sejenis pegetahuan yang tidak menguntungkan (QS Al-Baqarah [2]: 102). Penerapan sains yang benar dan tepat sasaran yang dilandasi oleh nilai Islam sebagai agama Rahmatan lil alamin sudah pasti memberikan kemakmuran dan kesejahteraan serta mengangkat harkat dan martabat manusia lebih baik dan tinggi disisi Allah. Karena dalam Islam orang yang berilmu dan menggunakan ilmunya di jalan Allah untuk kemaslahatan umat manusia oleh Allah akan diangkat derajatnya lebih tinggi dari mereka yang tidak berilmu, karena dapat memberikan manfaat bagi orang lain. PANDANGAN ISLAM TENTANG SAINS DAN TEKNOLOGI SAAT INI Pemikir dan intelektual Islam harus berani dan terus menerus menyampaikan bahwa keserasian islam dengan sains dan teknologi bukan hanya sekedar pertukaran bebas ide ide (dialog intelektual) dan memperjuangkan untuk menyebarkan Islam dan mempertahankan tuduhan-tuduhan barat sebagai fundamentalisme yang tidak mengenal kompromi dan keterbelakangan. Tetapi sebagaimana kini intelektual muslim dan barat hidup dan bekerjasama sebagai tetangga.

You might also like