You are on page 1of 35

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap pasangan suami istri. Dari setiap kehamilan yang

diharapkan adalah lahirnya bayi yang sehat dan sempurna secara jasmaniah dengan berat badan yang cukup. Masa kehamilan adalah salah satu fase penting dalam pertumbuhan anak karena calon ibu dan bayi yang dikandungnya membutuhkan gizi yang cukup banyak (Depkes RI,2008). Walaupun berat badan ibu kecil pada trimester I kehamilan tetapi sangat membutuhkan gizi yang tinggi karena pada trimester ini plasenta terbentuk. Kegagalan kenaikan berat badan ibu pada trimester I dan II akan meningkatkan kemungkinan lahirnya bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) didefinisikan oleh WHO sebagai bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gr. Definisi ini berdasarkan pada hasil observasi epidemiologi yang membuktikan bahwa bayi lahir dengan berat kurang dari 2500 gram mempunyai kontribusi terhadap kesehatan yang buruk. Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka Kematian Bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi, yaitu tercatat 50 per 1000 kelahiran hidup pada tahun

2007, ini memang bukan gambaran yang indah, karena masih terbilang tinggi bila di bandingkan dengan negara negara di bagian ASEAN, dan penyebab kematian bayi terbanyak adalah karena gangguan perinatal. Dari seluruh kematian perinatal sekitar 2 -27% disebabkan karena BBLR. Sementara itu, prevelensi BBLR di Indonesia saat ini di perkirakan 7 14% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi (Depkes RI, 2009). World Health Organization (WHO) 1979, telah membagi umur kehamilan menjadi tiga kelompok yaitu : 1) Pre-term yaitu kurang dari 37 minggu (259 hari), 2) Term, yaitu mulai 37 minggu sampai 42 minggu atau unur antara 259-293 hari, 3) Post-term, yaitu lebih dari 42 minggu (294 hari) (Manuaba,2007). Begitu juga menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 telah mengganti istilah Premature baby dengan low birth weight baby (bayi dengan berat badan lahir rendah = BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi premature. Keadaan ini dapat di sebabkan oleh : 1) masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa kehamilan dihitung mulai dari hari pertama haid yang teratur ; 2) bayi small for gestational age (SGA) : bayi yang kurang dari berat badan yang semestinya menurut masa kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan = KMK); 3) kedua-duanya (pernyataan 1 dan 2) (Sarwono,2006). Bila diperhatikan di Indonesia, berdasarkan Survei Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, angka kematian neonatal sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup dalam 1 tahun, ada satu neonatus meninggal. Penyebab

utama kematian neonatal adalah BBLR sebanyak 29%. Insiden BBLR di Rumah Sakit di Indonesia berkisar 20% (Eka ,2009). Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Nanggroe Aceh Darussalam (2008), Angka Kematian Ibu (AKI) di Aceh berada pada angka 228 per 100.000 kelahiran hidup. Masih relatif tinggi dalam/ mencapai target sasaran yang akan dicapai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada Indonesia Sehat 2012. Menurut Data Dinas Kesehatan Kota Meulaboh, Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2007 yaitu 14 per 1000 kelahiran hidup dan untuk bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 g ada sebanyak 28 orang (2,8%). Pada tahun 2008 yaitu 23 per 1000 kelahiran hidup dan untuk bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 g ada sebanyak 32 orang (3,2%) (Dinkes Kota Meulaboh, 2010). Dari data Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh, pada tahun 2010 sebesar dari 324 ibu yang melahirkan didapati sebanyak 66 orang (20,4%) kasus ibu yang melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). (Catatan Rekam Medik RSU. Cut Nyak Dhien , 2011). Oleh karena itulah, berdasarkan latar belakang diatas dan dengan adanya data yang ada, Maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Lahir dengan BBLR Studi Kasus diRSU Cut Nyak Dhien Meulaboh Tahun 2010 .

1.2.

Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah masih tingginya kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh.

1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Lahir dengan BBLR diRumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh Tahun 2010. 1.3.2. Tujuan Khusus
1.

Untuk mengetahui kejadian BBLR diRumah Sakit Umum Cut

Nyak Dhien Meulaboh tahun 2010


2.

Untuk mengetahui hubungan antara anemia dengan kejadian

BBLR diRumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh tahun 2010
3.

Untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian

BBLR di Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh tahun 2010


4.

Untuk mengetahui hubungan antara umur ibu dengan kejadian

BBLR di Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh tahun 2010


5.

Untuk mengetahui hubungan umur kehamilan dengan kejadian

BBLR di Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh tahun 2010

1.4.

Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Sebagai pengetahuan untuk memahami ilmu-ilmu mengenai faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian Bayi Lahir dengan BBLR di Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh. 2. Manfaat Praktis

Meningkatkan pengetahuan serta wawasan keilmuan penulis khususnya

dalam penanganan BBLR sehingga dapat bermanfaat dalam menjalankan tugas.

Sebagai

sumbangan

dalam pengembangan ilmu pengetahuan

tentang pentingnya derajat kesehatan ibu hamil dalam mendapatkan bayi yang sehat dan berkualitas serta terhindar dari BBLR.

Meningkatkan deteksi dini dan penanggulangan ibu hamil dengan

risiko bayi BBLR sehingga dapat menghasilkan bayi dan ibu yang sehat serta proses kehamilan dan persalinan yang lancar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

2.1.1. Pengertian Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram. Bayi berat lahir rendah dibedakan dalam dua kategori, yaitu bayi berat lahir rendah karena premature (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau bayi berat lahir rendah karena intrauterine growth retardation (IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi berat badan kurang untuk usianya (Depkes RI, 2008). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah kelahiran bayi dengan berat badannya kurang dari 2500 gram (Manuaba,2007) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat mengakibatkan bahkan dapat pada terhambatnya pertumbuhan dan

perkembangan,

menggangu

kelangsungan

hidupnya

(Prawirohardjo, 2006). BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia masa kehamilan. BBLR biasa terdiri atas BBLR kurang bulan atau bayi lahir prematur dan BBLR cukup bulan / lebih bulan dengan hambatan pertumbuhan intrauterine (IUGR). BBLR kurang bulan / premature

khususnya yang masa kehamilannya, biasanya mengalami penyulit seperti gangguan nafas, ikterus, infeksi dan sebagainya,yang apabila tidak dikelola sesuai dengan standar pelayanan medis akan berakibat fatal. Sementara BBLR yang cukup / lebih bulan pada umumnya organ tubuhnya sudah matur sehingga tidak terlalu bermasalah dalam perawatannya (Purwanto,2009). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram) (Hanifa,2006). Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram atau sama dengan 2.500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram disebut Low Birth Weight Infants (BBLR) (Yushananta, 2001). Berdasarkan kurva pertumbuhan intrauterin dari Lubchenko, maka kebanyakan bayi prematur akan dilahirkan dengan berat badan yang rendah (BBLR), BBLR dibedakan atas Berat Lahir Sangat Rendah (BLSR), yaitu bila berat bayi lahir < 1.500 gram, dan Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BLASR), yaitu bila berat bayi lahir < 1.000 gram (Yushananta, 2001).

2.1.2. Klasifikasi BBLR Bayi BBLR dapat diklasifikasikan berdasarkan umur kehamilan dan berat badan lahir rendah, yaitu :

1. Menurut Hanifa (2006), WHO (1979) membagi umur kehamilan menjadi tiga kelompok, yaitu: a. Pre-term: kurang dari 37 minggu lengkap (kurang dari 259 Hari) b.Term: mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap (259- 293 hari). c. Post-term: 42 minggu lengkap atau lebih ( 294 hari atau lebih). 2. Menurut Sarwono Prawiharjo (2006) , diklasifikasikan berdasarkan berat badan waktu lahir, yaitu: a. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir 1.5002.500 gram

b. Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir <1.500 gram. c. Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir <1.000 gram 3. Menurut Ayurai (2009), bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi dua golongan : a. Prematuritas murni Prematuritas murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa kehamilan atau disebut juga neonatus preterm / BBLR / SMK(sesuai masa kehamilan). Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perIu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan

lingkungan hidup di Iuar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu

lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan

permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya

mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat badan, 2 kg adalah 35 derajat celsius dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat

celsius. Bila inkubator tidak ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat di pertahankan. Makanan bayi prematur Alat pencemaan bayi prematur masih belum sempuma. lambung kecil, enzim protein 3-5 pencernaan gr/kg BB belum dan matang, 110 sedangkan Kal/kg BB kebutuhan sehingga

kalori

pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bay i sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum

sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekuensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI yang

10

paling dahulu diberikan. Bila kurang, maka ASI dapat diperas dan di minumkan perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg BB/hari. Menghindari infeksi Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan anti bodi belum sempuma. Oleh ka ren a itu upa ya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBL R). Denga n demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik. b. Dismaturitas Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dikarenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan. Dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term.

11

2.1.3. Etiologi Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan ter jadinya bayi berat lahir rendah (BBLR), yaitu: 1. Faktor lbu a. Penyakit menahun ibu seperti gangguan pembuluh darah, perokok, penyakit kronis (TBC, malaria) faktor resiko pada ibu hamil adalah riwayat penyakit yang diderita ibu. Adapun penyakit yang diderita ibu yang berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinannya adalah penyakit yang bersifat kronis seperti hipertensi, cacat congenital, jantung dan asma, anemia, TB paru dan malaria (Rochjati, 2007). b. Umur ibu kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun Usia reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 2035 tahun, dibawah atau diatas usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinannya (Depkes RI, 2008). Umur ibu kurang dari 20 tahun menunjukkan rahim dan panggul ibu belum berkembang secara sempurna karena wanita pada usia ini masih dalam pertumbuhan sehingga panggul dan rahim masih kecil. Disamping itu usia diatas 35 tahun cenderung mengakibatkan timbulnya masalahmasalah kesehatan seperti hiipertensi, DM, anemia, TB paru dan dapat menimbulkan persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan serta resiko terjadinya cacat bawaan pada janin (Hartono, 2007).

12

c. Keadaan sosial ekonomi Keadaan prematuritas. ini sangat berperanan terhadap timbulnya sosial

Kejadian tertinggi

terdapat pada

golongan

ekonomi rendah. Hal ini

disebabkan oleh keadaan gizi yang

kurang baik (khususnya anemia) dan pelaksanaan antenatal yang kurang. Dengan keterbatasan status sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap keterbatasan dalam mendapatkan pelayanan antenatal yang kuat, pemenuhan gizi,sementara itu ibu hamil yang bekerja cenderung cepat lelah sebab aktifitas fisiknya meningkat karena memiliki tambahan pekerjaan/kegiatan diluar rumah (Depkes RI, 2008). d. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat Banyaknya anak yang dilahirkan seorang ibu akan mempengaruhi kesehatan ibu dan merupakan faktor resiko terjadinya BBLR, tumbuh kembang bayi lebih lambat, pendidikan anak lebih rendah dan nutrisi kurang (Depkes RI, 2008). e. gizi saat hamil yang kurang (anemia) kurang gizi pada saat hamil apabila tidak mendapatkan penanganan dengan baik secara intensif akan mengakibatkan anemia. Kebanyakan ibu hamil mengalami anemia gizi. Oleh sebab itu pada saat hamil ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi tablet zat besi (Depkes RI,2008).

13

2. Faktor janin a. Cacat bawaan,yaitu keadaan janin yang cacat sebagai akibat pertumbuhan janin didalam kandungan tidak sempurna. b. Infeksi dalam rahim, yaitu janin mengalami infeksi sebagai akibat penyakit yang diderita ibu. Seperti ibu yang menderita HIV/AIDS

sangat rentan mengakibatkan infeksi dalam rahim 3. Faktor kehamilan


a. Hamil dengan hidramnion, yaitu keadaan dimana cairan ketuban

melebihi dari normal b. Hamil ganda, yaitu kehamilan dimana jumlah janin yang dikandung lebih dari satu.
c. Perdarahan antepartum, yaitu perdarahan yang terjadi pada masa hamil.

d. Komplikasi hamil : pre-eklampsia/eklampsia, ketuban pecah dini, preeklampsia/eklampsia yaitu kondisi ibu hamil dengan tekanan darah meningkat keadaan ini sangat mengancam jiwa ibu dan bayi yang dikandung. Ketuban pecah dini adalah kondisi dimana air ketuban

keluar sebelum waktunya dan biasanya faktor penyebab paling sering adalah terjadinya benturan pada kandungan.
4.

Faktor lingkungan, tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.

5.

Faktor yang belum diketahui.

14

Menurut Manuaba (2007). Faktor- faktor yang dapat menyebabkan kejadian BBLR, yaitu: a. Faktor ibu: riwayat kelahiran premature sebelum, perdarahan antepartum, hipertensi, umur kehamilan kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma dan lain-lain. b. Faktor janin: cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini c. Keadaan sosial ekonomi yang rendah. d. Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan, merokok. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dapat disebabkan karena ; Persalinan kurang bulan / premature dan bayi lahir kecil untuk masa kehamilan. Pada umumnya bayi kurang bulan disebabkan tidak mempunyai uterus menahan janin, gangguan selama kehamilan, lepasnya plasenta lebih cepat dari pada waktunya atau rangsangan yang memudahkan terjadinya kontraksi uterus sebelum cukup bulan. Bayi lahir kurang bulan mempunyai organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup diluar rahim. Semakin muda umur kehamilan, fungsi organ tubuh semakin kurang sempurna dan prognosisnya semakin kurang baik. Kelompok Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ini sering mendapatkan penyakit atau komplikasi akibat kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang / premature.

15

2.1.4. Tanda dan Karakteristik BBLR Menurut Manuaba (1998), tanda dan karakteristik BBLR, yaitu : 1. Berat badan < 2.500 gram 2. Panjang < 45 cm 3. Lingkar dada < 30 cm 4. Lingkar kepala < 33 cm 5. Umur kehamilan < 37 cm 6. Kepala relative lebih besar 7. Kulit tipis transparan, rambut lanugo masih banyak, lemak kulit kurang 8. Otot hipotonik lemah 9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi gagal napas 10. Ekstremitas ; paha abduksi, sendi lutut / kakai flexi lurus 11. Kepala tidak mampu tegak 12. Pernapasan sekitar 45 menit 50 kali per menit 13. Frekuensi nadi 100 -140 kali per menit 2.1.5. Masalah-masalah pada Bayi BBLR Masalah-masalah yang muncul pada bayi BBLR adalah sebagai berikut: 1. Suhu Tubuh a. Pusat pengatur panas badan belum sempurna b. Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapannya bertambah c. Otot bayi masih lemah d. Lemak kulit dan lemak coklat kurang sehingga cepat kehilangan panas badan

16

e. Kemampuan metabolisme panas masih rendah, sehingga bayi dengan BBLR perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas 0 0 badan dan dapat diperhatikan sekitar 30 C sampai 37 C 2. Pernafasan a. Pusat pengatur pernafasan belum sempuma b. Surfaktan paru-paru masih kurang, sehingga perkembangannya tidak sempurna c. Otot pernafasan dan tulang iga lemah d. Dapat disertai penyakit-penyakit : penyakit hialin membran, mudah infeksi paru-paru, gagal pernafasan. 3. Alat pencernaan makanan a. Belum berfungsi sempurna, sehingga penyerapan makanan kurang baik b. Aktivitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna sehingga pengosongan lambung berkurang. c. Mudah terjadinya regurtasi isi lambung dan dapat menimbulkan aspirasi pneumonia. 4. Hepar yang belum matang (immatur) Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin, sehingga

mudah terjadi hiperbilirubinemia (kuning) sampai keroikterus. 5. Ginjal masih belum matang Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum sempurna sehingga mudah terjadi edema.

17

6. Perdarahan dalam otak a. Pembuluh darah bayi prematur masih rapuh dan mudah pecah b. Sering mengalami gangguan pernafasan sehingga memudahkan terjadi perdarahan dalam otak. c. Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan dapat menyebabkan kematian d. Pemberian oksigen belum mampu diatur sehingga memudahkan terjadi perdarahan dan nekrosis.

2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah 2.2.1. Anemia Anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 11,0 g% pada trimester I dan III atau kadar <10,5g% pada trimester II. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. Kebutuhan ibu selama kehamilan ialah 800mg besi, diantaranya 300mg untuk janin dan 500g untuk pertambahan eritrosit ibu. Dengan demikian ibu membutuhkan tambahan sekitar 2-3 mg besi/hari (Saifuddin, 2007). Secara umum, faktor utama penyebab anemia gizi adalah :

(Wirahadikusuma, 2004) a. banyaknya kehilangan darah karena perdarahan, haid terlalu banyak, gangguan pencernaan

18

b. rusaknya sel darah merah, sepertipenyakit malaria dan thalasemia yang merusak asam folat yang berada didalam sel darah merah. c. kurangnya produksi sel darah merah karena kurang mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung zat gizi terutama zat besi, asam folat, vitamin B12, protein, vitamin C dan zat gizi penting lainnya. Keluhan anemia yang paling sering dijumpai dimasyarakat adalah yang lebih dikenal dengan 5L, yaitu lesu, lemah, letih, lelah dan lalai. Disamping itu penderita kekurangan zat besi akan menurunkan daya tahan tubuh yang mengakibatkan mudah terkena infeksi (Depkes RI, 2008).

2.2.2. Paritas Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir maupun lahir mati. Paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya berbagai masalah kesahatan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan. Salah satu dampak kesehatan yang mungkin timbul dari paritas yang tinggi adalah berhubungan dengan kejadian BBLR. Sebagaimana hasil penelitian menunjukan bahwa ibu dengan paritas tinggi secara merata terdistribusi pada kelompok kasus dan control (50%) yang memberi interprestasi bahwa paritas yang tinggi tidak mempengaruhi kesehatan ibu sehingga melahirkan dengan berat lahir yang cenderung normal (Depkes, 2008). Paritas adalah faktor penting dalam menentukan nasib ibu dan janin selama kehamilan maupun melahirkan. Dalam studinya, Sorjoenoes (1993) dalam Srimalem (1998), di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ditemukan

19

bahwa prevalensi kejadian BBLR berfluktuatif dengan bertambahnya paritas yakni 46,79% untuk primipara, 30,43% untuk multipara dan 37,05% untuk grande multipara. Hal ini dikarenakan fungsi organ pada kahamilan

multipara lebih siap dalam menjaga kehamilan dan menerima kahadiran janin dalam kandungan.

2.2.3. Umur Ibu Masa kehamilan merupakan masa yang rawan bagi seorang ibu, sehingga diperlukan kesiapan yang matang untuk menghadapinya

termasuk kecukupan umur ibu. Kuti dalam Srimalem (2003) mengatakan umur ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu tua (lebih dari 35 tahun) cenderung meningkatkan frekuensi komplikasi selama kehamilan dan persalinan. Hasil penelitian terhadap 632 ibu hamil diperoleh kejadian BBLR pada ibu hamil yang berusia 10-19 tahun dan 36-45 tahun menunjukkan kejadian BBLR yang tinggi dibandingkan dengan kelompok umur yang lain.

2.2.4. Umur Kehamilan Kebutuhan zat gizi khususnya zat besi pada ibu hamil meningkat sesuai dengan bertambahnya umur kehamilan. Apabila terjadi peningkatan kebutuhan zat besi tanpa disertai oleh pemasukan yang memadai, maka cadangan zat besi akan menurun dan dapat mengakibatkan terjadinya anemia. Jumlah zat besi yang dibutuhkan pada waktu hamil jauh lebih

20

besar dari wanita tidak hamil, hal ini dikarenakan kebutuhan Fe naik untuk kebutuhan plasenta dan janin dalam kandungan. Pada masa

trimester I kehamilan, kebutuhan zat besi lebih rendah dari sebelum hamil karena tidak menstruasi dan jumlah zat besi yang ditransfer kepada janin masih rendah. Pada waktu plasma mulai darah menginjak yang lebih trimester besar II, terdapat dibandingkan

peningkatan volume

pertambahan masa sel darah merah sampai pada trimester III sehingga terjadi anemia yang bersifat fisiologis (Suwandono, 2003). Apabila wanita hamil tidak mempunyai simpanan zat besi yang cukup banyak dan tidak mendapat suplemen preparat besi, sementara janin bertambah terus dengan pesat maka janin dalam hal ini akan berperan sebagai parasit, ibu akhirnya akan menderita anemia, sedangkan janin umumnya dipertahankan normal, kecuali pada keadaan yang sangat berat misalnya kadar Hb ibu sangat rendah maka zat besi yang kurang berpengaruh pula terhadap janin sehingga menimbulkan akan BBLR

(Manuaba, 2004). Pembagian kehamilan berdasarkan usia kehamilan menurut WHO dalam Manuaba (2004) dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu : a. Preterm yaitu umur kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari) b. Aterm yaitu umur kehamilan antara 37 minggu sampai 42 minggu (259 293 hari). c. Post-term yaitu umur kehamilan di atas 42 minggu (294 hari).

21

Menurut Liesmayani (2002), bayi dengan BBLR sebagian besar (86%) dilahirkan oleh ibu dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu. Sehingga umur kehamilan yang kurang dapat menyebabkan makin kecil bayi yang dilahirkan. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan

perkembangan organ bayi belum sempurna.

2.3. Pencegahan BBLR Menurut Israr (2008), pada kasus berat lahir rendah (BBLR) pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama

kurun waktu kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga beresiko, terutama faktor resiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu. b. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada ibu-ibu hamil untuk merawat dan memeriksakan kehamilan dengan baik dan teratur dan mengkonsumsi makanan yang bergizi sehingga dapat menanggulangi masalah ibu hamil resiko tinggi sedini mungkin untuk menurunkan resiko lahirnya bayi berat badan lahir rendah.
c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun reproduksi

sehat (20-34 tahun ).

22

d. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam mereka

dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.

Penatalaksanaan untuk Bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan Pada umumnya sama dengan perawatan neonatus pada umumnya, seperti pengaturan suhu lingkungan, makanan, mencegah infeksi dan lain- lain, akan tetapi oleh karena bayi ini mempunyai problematik yang agak berbeda dengan bayi lainnya maka harus diperhatikan hal-hal berikut ini. a. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine serta menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan

ultrasografi. Bila bayi lahir melakukan pemeriksaan yang lebih lengkap dan kemudian sesuai dengan kelainan yang didapat. b. Memeriksa kadar gula darah (true glukosa) dengan destrostix atau di laboratorium. Bila terbukti adnya hipoglikemia harus segera diatasi c. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya. d. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi normal.

2.4. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian

23

penelitian yang akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian dimana variabel dependen (BBLR) dan variabel independen (Anemia, Paritas Ibu Bersalin, Umur Ibu dan Umur Kehamilan) dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo,2005). Adapun penelitian ini secara skematis dapat digambarkan seperti dibawah ini : Gambar 2.1. Kerangka Konsep

Variabel Independen

Variabel Dependen

Anemia Paritas

Umur Ibu Umur Kehamilan

24

BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1.

Jenis Penelitian Penelitian adalah upaya untuk memahami dan memecahkan masalah secara ilmiah, sistematis dan logis, yang mana di dalam penelitian ini menggunakan metode surve analitik dengan pendekatan Cross Sectional pada waktu pengumpulan data variabel dependen dan independen dilakukan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2005).

3.2.

Lokasi dan waktu penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh. 3.2.2. Waktu Penelitian Waktu penelitian ini direncanakan pada bulan Februari Maret 2011

3.3.

Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan di Instalasi Kebidanan Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien

25

Meulaboh pada bulan Juli sampai dengan Desember Tahun 2010 sebanyak 324 orang. 3.3.2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang melahirkan di Instalasi Kebidanan Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh pada bulan Juli sampai dengan Desember Tahun 2010 yang tercatat sebagai kasus ibu yang melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Sampel dalam penelitian ini yaitu ibu yang melahirkan bayi dengan keadaan Berat Badan Lahir Rendah di Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh pada bulan Juli sampai dengan Desember tahun 2010 berjumlah 66 responden.

3.4.

Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder dari catatan rekam medik (medical record) pasien yang melakukan persalinan selama tahun 2010 di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh . Data sekunder adalah data yang didapat dari suatu lembaga atau instansi (Notoatmodjo, 2005). Data sekunder diambil dari catatan medical record Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh tahun 2010.

26

Dalam pengumpulan data digunakan Check List sebagai panduan menggambil data dari Medical Record di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh tahun 2010 dengan prosedur sebagai berikut: a. Mengajukan surat ijin permohonan penelitian dari Akademik FKM UTU, lalu meminta Meulaboh. b. Mengumpulkan data-data di catatan rekam medik (medical record). ijin kepada Direktur RSU Cut Nyak Dhien

27

3.5. NO 1.

Definisi Operasional Tabel 3.1. Variabel Penelitian Variabel Dependen Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : BBLR Bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (Sarwono, 2007) Catatan Medis Check List 1. BBLR (< 2500 gram) 2. BBLN ( 2500 gram) Ordinal Variabel Independen Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 11,0 g% pada trimester I dan III atau kadar <10,5g% pada trimester II (Saifuddin, 2007) Catatan Medis Check List 1. Tidak anemia : Hb 11,0 g% 2. Anemia : Hb < 11,0 g% Ordinal Paritas Jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup maupun lahir mati (Joeharno,2008) Catatan Medis Check List 1) Paritas Tinggi : > 3 orang anak 2) Paritas Rendah : 3 orang anak Ordinal Umur Ibu Usia ibu hamil yang tertera di catatan medical record dalam satuan tahun Catatan Medis Check List 1.Berisiko (< 20 th dan > 35 thn) 2.Tdk berisiko ( 20 s/d 35 thn) Ordinal Umur Kehamilan

2.

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

4.

Skala Ukur Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

5.

Skala Ukur Variabel

28

Definisi yang Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 3.6.

: : : : :

Masa yang dihitung sejak haid terakhir sampai saat persalinan terterjadi dalam catatan medical (Manuaba, 2004) Catatan Medis Check List 1. Rendah :<37 minggu 2. Tinggi : >= 37 minggu Ordinal

Aspek Pengukuran

3.6.1. Variabel Independen 1. Anemia a. Katagori tidak anemi bila Hb 11,0 g% b. Kategori anemia bila Hb < 11,0 g% 2. Paritas a. Katagori paritas tinggi bila > 3 orang anak b. Katagori paritas rendah bila 3 orang anak 3. Umur Ibu a. Katagori berisiko bila < 20 thn dan > 35 thn b. Katagori tidak berisiko bila 20 s/d 35 thn 4. Umur Kehamilan a. Katagori tinggi bila 37 minggu b. Katagori rendah bila < 37 minggu 3.6.2. Variabel Dependen 1. BBLR a. Katagori BBLR bila < 2500 gram b. Katagori BBLN bila 2500 gram

29

3.7.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1. Metode Pengolahan Data Metode pengolahan data yang dilakukan melalui 4 tahap yaitu :
1.

Editing. Memeriksa semua yang diperoleh dari kegiatan mengumpulkan data dan diteliti satu persatu untuk mengetahui apakah data tersebut sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten.

2.

Coding Mengklarifikasi data dan memberi kode untuk masing-masing jawaban dengan tujuan untuk mempermudah dan mempercepat pada saat memasukan data ke komputer.

3.

Processing Setelah semua Check List ke tabulasi penuh dan benar, juga sudah melewati pengkodean, selanjutnya dilakukan pemprosesan data (memasukkan data) agar dapat dianalisis. Pemprosesan data dilakukan dengan cara memasukkan data dari Check List kedalam program komputer.

4.

Cleaning Merupakan kegiatan pembersihan data dengan cara pengecekan kembali data yang sudah masuk kedalam komputer dengan cara yang umum dilakukan, yaitu melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel

30

3.7.2. Metode Analisa Data Data diolah dan dianalisis dengan teknik-teknik tertentu, yaitu dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif, melalui proses komputerisasi. Dalam pengolahan ini mencakup tabulasi data dan perhitungan-perhitungan statistik bila diperlukan uji statistik : a. Analisis Univariat Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi baik dari varibael independen maupun variabel dependen b. Analisis Bivariat Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel independen dengan dependen dengan

menggunakan uji statistik Chi Square dengan menggunakan batas kemaknaan 0,05 artinya apabila diperoleh nilai p 0,05 berarti secara signifikan ada

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dan jika nilai p > 0,05 berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

31

32

33

3.5 Metode Pengolahan Data Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui. Data yang telah terkumpul kemudian diolah baik secara manual maupun dengan menggunakan komputer dengan langkah-langkah sebagai berikut. a. Pengeditan Data(Editing) Memeriksa semua yang diperoleh dari kegiatan mengumpulkan data dan diteliti satu persatu untuk mengetahui apakah data tersebut sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten. b. Mengkode data(Coding) Mengklarifikasi data dan memberi kode untuk masing-masing jawaban dengan tujuan untuk mempermudah dan mempercepat pada saat memasukan data ke komputer. c. Memasukkan data(Processing) Setelah semua Check List ke tabulasi penuh dan benar, juga sudah melewati pengkodean, selanjutnya dilakukan pemprosesan data (memasukkan data) agar dapat dianalisis. Pemprosesan data dilakukan dengan cara memasukkan data dari Check List kedalam program komputer. d. Membersihkan data (Cleaning Data) Merupakan kegiatan pembersihan data dengan cara pengecekan kembalidata yang sudah masuk kedalam komputer dengan cara yang umum dilakukan, yaitu melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel. 3.6 Metode Analisa Data

34

Data diolah dan dianalisis dengan teknik-teknik tertentu, yaitu dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif, melalui proses komputerisasi. Dalam pengolahan ini mencakup tabulasi data dan perhitungan-perhitungan statistik bila diperlukan uji statistik : a. Analisis Univariat Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi baik dari varibael independen maupun variabel dependen b. Analisis Bivariat Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel independen dengan dependen dengan

menggunakan uji statistik Chi Square dengan menggunakan batas kemaknaan 0,05 artinya apabila diperoleh nilai p 0,05 berarti secara signifikan ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dan jika nilai p > 0,05 berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Formula Uji Statistik :

X2 =

(O E) 2
E

Keterangan : X 2 = statistik Kai Kuadrat O = frekuensi yang diamati (observed)

35

= frekuensi yang diharapkan (expected)

You might also like