You are on page 1of 7

PELATIHAN JURNALISTIK INFO JAWA 12-15 DESEMBER 2005

Teknik Wawancara*1
Oleh: Mulyadi Adhisupo*2 Pendahuluan SUMBER berita, selain diperoleh dalam suatu peristiwa atau kejadian di lapangan juga bisa dari hasil wawancara. Mengadakan wawancara atau interview pada prinsipnya merupakan usaha untuk menggali keterangan yang lebih dalam dari sebuah berita dari sumber lain yang relevan. Informasi atau keterangan itu bisa berupa pendapat, kesan, pengalaman, pikiran dan sebagainya. Dalam dunia jurnalistik, wawancara selalu dimaksudkan sebagai upaya untuk mendapatkan berita, komentar atau opini sehubungan dengan sesuatu yang berhubungan dengan otoritas yang dimiliki seseorang. Misalnya, untuk mendapatkan keterangan atau informasi tentang kampanye advokasi penegelolaan sumberdaya hutan yang adil dan berkelanjutan atau perubahan PP tentang pengelolaan hutan negara. Person yang mempunyai otoritas untuk itu cukup banyak, dari Kelopok Tani Hutan, Kepala Dinas Kehutanan sampai Menteri Kehutanan. Namun wawancara yang dilakukan untuk mendapat bahan tulisan yang bersifat human interes tidak harus dilakukan dengan seseorang yang mempunyai otoritas tetapi siapapun bisa menjadi sumber berita untuk diwawancarai.

Misalnya, kelompok tani di Gunungkidul dan Kulonprogo yang tengah berjuang untuk mendapat izin pengelolaan hutan negara tidak hanya sekadar 5 tahun, tetapi 35 tahun. Perjuangan ini sangat menarik karena menyangkut mati hidup kelompok tani yang berada di sekitar hutan. Hidup dan matinya masyarakat di sekitar hutan tiba-tiba diputus tentu akan menjadi pusat perhatian. Untuk melengkapi dan mempertajam suatu berita wartawan harus melakukan wawancara. Misalnya, seseorang berhasil mengendus kasus illegal logging, selain memberitakan kasus didapatkan dari pernyataan seseorang harus mencari informasi yang akurat dan faktual untuk mendapat kebenaran dari kasus tersebut kepada yang lebih

www.infojawa.org

PELATIHAN JURNALISTIK INFO JAWA 12-15 DESEMBER 2005

news) dan opini atau pendapat atau omongan (talk news). Untuk menggali keterangan atau informasi atau keterangan dari seseorang, wawancara yang diperlukan tidak sekadar sambil lalu, tetapi memerlukan kekhususan. Dalam dunia jurnalistik wawancara khusus opini mempunyai nilai tambah, lebih-lebih kalau yang menjadi sumber wawancara memiliki nama atau keistimewaan dan opini yang dikemukakan merupakan suatu yang sama sekali baru dan belum pernah dikemukakaan kepada media lain.

Persiapan Wawancara Untuk melakukan wawancara memerlukan persiapan dengan langkah-langklah sebagai berikut: Pertama, sebelum melakukan wawancara harus menguasai persoalan yang akan dipercakapkan, kalau perlu membuat daftar pertanyaan dari yang bersifat umum sampai detail. Kedua, tahapan berikutnya menentukan arah permalahan yang digali dengan dilengkapi berbagai berita berkaitan dengan bahan yang akan dijadikan bahan wawancara. Ketiga, setelah menentukan permasalahan, menetapkan siapa-siapa saja yang akan menjadi nara sumber untuk diwawancarai. Dalam hal ini harus jelas kriterianya mengapa dalam masalah ini harus mewawancarai nara sumber tersebut. Keempat, mengenali sifat-sifatnya yang akan menjadi nara sumber sebelum terjadi wawancara. Untuk mengenali lebih dekat nara sumber, bertanya kepada oranglain yang tahu atau dekat dengan nara sumber, atau membaca tulisan dan riwayat hidup termasuk hobi, keluarganya, dan kesukaan lainnya.

2 www.infojawa.org punya otoritas untuk memperjelas persoalan, siapa di balik kasus tersebut dan sebagainya. Hasil dari wawancara diharapkan menjadi laporan yang lebih lengkap dengan mengungkapkan fakta yang lebih lengkap pula, memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang illegal logging. Wawancara dapat dilakukan dengan pemangku adat, polisi hutan, masyarakat di sekitar hutan, juga penguasa di tingkat kelurahan, kecamatan, kabupaten, gubernur, Kapolri sampai pelaku. Dengan demikian berita yang disajikan merupakan perpaduan antara fakta (facs

Kelima, sebelum bertatap muka membuat janji dulu sebelum melakukan PELATIHAN JURNALISTIK INFO JAWA 12-15 DESEMBER 2005 wawancara, untuk meminta dan m,enentukan kapan waktu yang luang dan tepat tepat untuk melakukan wawancara, karena biasanya sumber berita person yang sibuk, sehingga pengaturan waktu cukup ketat. Keenam, yang tak kalah pentingnya persiapan mental untuk mengadakan wawancara, karena masing-masing pribadi punya karakter yang berbeda, sehingga diperlukan membaca karakter calon nara sumber. Persiapan lainnya, peralatan yang diperlukan antara lain, bloknote, ballpoint, tape recorder atau kamera kalau memang diperlukan. Dianjurkan untuk berpakaian rapi dan menghindari penampilan yang kurang sopan. Persiapan-persiapan tersebut penting untuk mendapat perhatian, karena jangan sampai mempermalukan diri sendiri, lebih-lebih lembaga yang menjadi induk dari kegiatan wawancara ini. Dengan persiapan yang matang insya Allah mampu menggali sumber berita atau informasi yang diperlukan untuk mengembangkan berita dan sekali lagi sebelum bertemu dengan nara sumber cek ulang peralatan jurnalistik. Untuk mendapatkan hasil yang baik maka harus mampu menemukan orang yang, sesuai dengan bidang dan keahlian, atau bisa juga karena hobi terkait Pelaksanaan Wawacara dengan 3 www.infojawa.orgyang akan menjadi topik wawancara. Misalnya, soal permasalahan kerusakan lingkungan tentunya wawancara di arahkan kepada orang-orang menguasai masalah tersebut, sehingga pembicaraan nyambung. Kalau sudah ada janji mau wawancara dan waktu sudah ditentukan maka sudah selayaknya menepati waktu yang sudah disepakati bersama. Namun

PELATIHAN JURNALISTIK INFO JAWA 12-15 DESEMBER 2005

Ini sangat penting dalam pelaksanaan wawancara dibuat lebih rileks, sehingga berjalan dengan santai tidak terlalu formal meskipun membahas masalah yang serius. Untuk menciptakan suasana yang nyaman dan baik memerlkan waktu, karena itu sebelum memasuki materi yang akan dipercakapkan lebih enak kalau dibuka dengan hal-hal yang umum. Misalnya, soal keadaan nara sumber baik itu masalah kesehatan, hobi dan sebagainya yang mungkin menyetuh hati. Meski sifat basa-basi ini diperlukan untuk menarik simpati supaya nara sumber sehibngga tidak terlalu pelit dengan pernyataan atau pendapat baru. Kecuali kalau pewawancara sudah sangat dekat basa-basi itu bisa dikurangi, lebih-lebih kalau memang waktu untuk wawancara sangat terbatas, pewawancara harus tanggap. Itupun juga kita dibicarakan sebelum melangsungkan wawancara. Dalam menjaga suasana ini sudah selayaknya dilakukan, antara lain jangan membuat nara sumber marah atau tersinggung, sehingga percakapan langsung diputus. Jangan marah-marah atau memojokkan nara sumber. Bersikap Wajar

Dalam wawancara seringkali berhadapan dengan nara sumber yang benar-benar pakar, tetapi tidak jarang yang dihadapi tidak menguasai persoalan. Namun demikian tidak perlu rendah diri atau merasa lebih tinggi dari nara sumber, seharusnya bisa mengimbangi atau mengangkatnya. Pewawancara juga harus bisa mencegah supaya nara sumber tidak berceramah, karena itu persiapan menghadapi berbagai karakter ini sangat diperlukan. Karena itu dalam persiapan wawancara ini diperlukan,menguasai materi, selain menguasai nara sumber dan pandai-pandai membawakan diri agar tidak direndahkan. Apabila menghadapi nara sumber yang tidak menguasai masalah bisa mengarahkan tetapi tanpa harus menggurui, sehingga bisa memahami persoalan yang akan digali. MemeliharaSituasi

Secara sadar sering terbawa emosi, sehingga lupa sedang menghadapi nara sumber, karena itu dalam wawancara harus pandai-pandai memelihara situasi supaya mendapat informasi yang dibutuhkan dan jangan sampai terjebak ke dalam situasi 4

www.infojawa.org Tiba saatnya wawancara yang perlu mendapat perhatian hal-hal sebagai berikut: Menjaga Suasana

PELATIHAN JURNALISTIK INFO JAWA 12-15 DESEMBER 2005

Misalnya, wawancara dengan seorang direktur rumah sakit terkait dengan kasus flu burung, karena etika kedokteran, sehingga harus dijaga dirahasiakan. Namun pewawancara memaksakan kehendak, sehingga menimbulkan ketegangan dan menghakimi direktur tersebut, bukan mendapat informasi malah tidak mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Dalam menghadapi kasus seperti itu pewawancara harus mampu mencari celah untuk kembali pada situasi, agar mendapatkan informasi yang lebih jelas. Tangkas Menarik Kesimpulan

Pada saat wawancara berlangsung dituntut untuk secara setia mengikuti setiap jawaban yang diberikan nara sumber untuk menarik kesimpulan dengan tangkas. Dengan kesimpulan yang tepat wawancara terus bisa dilanjutkan secara lancer. Kesalahan yang sering dilakukan wartawan pada saat mengambil kesimpulan kurang tangkas, sehingga nara sumber harus mengulang kembali apa yang telah disampaikan. Kalau itu terjadi berulangkali maka akan membuat nara sumber bosan, sehingga wawancara tidak berkembang, membuat pintu informasi menjadi tertutup. Akibat yang paling parah kehilangan sumber berita, karena nara sumber takut salah kutip. Bagi nara sumber yang teliti dan kritis, satu persatu kalimat akan menjadi pengamatan. Salah kutip ini harus dihindari dalam setiap wawancara, Jangan takut minta pernyataan diulang atau bahkan ada kata yang kurang jelas seperti ucapan bahasa Inggris harus selalu dicek kebenaran arti dan ejaannya.

Menjaga Pokok Persoalan Menjaga pokok persoalan sangat penting dalam setiap wawancara agar dalam menggali informasi mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dan hasil yang memuaskan. Seringkali dalam menjaga pokok persoalan ini diliputi perasaan rikuh kalau kebetulan ayng diwawancari pejabat atau mempunyai otoritas dalam hal tertentu. Serngkali untuk menjaga situasi ini ada anjuran pewawancara mengikuti apa yang dikatakan nara sumber.

5 www.infojawa.org perdebatan dengan nara sumber yang diwawancarai. Juga perlu dihindari situasi diskusi yang berkepanjangan atau bertindak berlebihan sampai menjurus ke arah interograsi apalagi menghakimi.

PELATIHAN JURNALISTIK INFO JAWA 12-15 DESEMBER 2005

Meski harus mengikuti pembicaraan nara sumber diharapkan tidak lari dari pokok persoalan bahkan berusaha mempertajam pokok masalah, agar tetap mendapatkan informasi yang praktis yang perlu mendapat perhatian dalam mengadakan wawancara Hal-hal dibutuhkan. Contohnya, untuk mendapat gambaran yang lebih jelas tentang kerusakan lingkungan, pada awalnya memang bercerita tentang lingkungan tetapi berkaitan dengan sopan santun: di tengah-tengah pembicaraan membelok ke arah lain dan menyimpang dari pokok persoalan. Kalau sudah demikian maka yang dilakukan segera mengembalikan inti Tidak perlu gusar bila nara sumber yang menjadi target wawancara menolak persoalan. dengan alasan sibuk. Mencoba dan mencoba lagi, agar diberi waktu untuk wawancara merupakan suatu upaya, sampai mendapat kesempatan untuk membuat perjanjian waktu. Untuk Kritis mendapat perjanjian bisa melalui telepon atau mendatangi langsung kantor atau rumahnya. Sikap kritis perlu dikembangkan dalam wawancara agar mendapat informasi yang lebih terinci dan selengkap-lengkapnya. saat akan melakukan wawancara dan menangkap Dihindari datang terlambat pada Untuk itu diperlukan kejelian dalam lebih baik persoalan yang berkaitan dengan pokok pembicaraan yang sedang dikembangkan. Jeli datang lebih awal. dan kritis merupakan kaitan dengan kemampuan menangkap setiap kata dan kalimat Jangan sampai salah sumber. yang disampaikan oleh nara mengeja nama orang yang diwawancarai dan lebih baik minta kartu nama atau paling tidak ketika nama nara sumber itu sulit dieja diminta dengan hormat untuk menuliskan di bloknote yang digunakan untuk mencatat hasil Kekritisan tersebut tidak hanya menyangkut pokok persoalan, tetapi juga wawancara. menangkap gerakan-gerakan yang diwawancarai. Berkait dengan pokok persoalan kalau kritis menangkapnya maka bisa meluruskan data bila nara sumber salah Cek kembali peralatan tulis apakah sudah lengkap, karena kalau sampai ada mengungkapkannya. Baik itu tentang angka, tempat kejadian dan sebagainya. Ini penting peralatan tidakuntuk menuliskan laporan, sehingga benar-benar utuh menjadi kurang sebagai bahan terbawa bisa membuat suasana awal dari wawancara dan penuh warna. berkesan. Sebutkan alasan melakukan wawancara dengan tempat kerja, sehingga nara Kalau perlu ketika nara sumber sedang memberikan keterangan dalam keadaan sumber terus menerus mengepulkan benar maksud sebagainya, gelisah, yang diwawancarai mengerti asap rokok danwawancara. hal ini harus ditangkap sebagai isyarat yang bisa dituangkan dalam tulisan. Dengan demikian pembaca Tidak perlu menjanjikan kepada nara sumber hasil wawancara pasti dimuat, mendapat gambaran utuh dan laporan tidak kering. namun bisa meberikan keyakinan kegunaan dari hasil wawancara tersebut. Sopan Santun Penulisan Wawancara santun perlu dijaga, karena ini menyangkut etikat Dalam wawancara sopan pergaulan di wawancara bisa dituangkan dalam beberapa bentuk penulisan sesuai dengan Hasil dalam masyarakat yang harus mendapat perhatian dan dipegang teguh. Dalam wawancara yang telah dilakukan. Bila hasil wawancara akan digabungkan dengan tujuan menghadapi nara sumber kendali sudah mengkenal betul, tidak bisa bersikap sembarangan, sombong atau perilaku yang tidakakan lain dengan bentuk penulisan yang hasil wawancara yang lain, cara menuliskannya simpatik lainnya. Bila akan merokok, sementara nara sumber tidak merokok harus minta izin. Apalagi kalau ruanganbahan didasarkan pada satu wawancara. Hasil wawancara dapat dipergunakan untuk tempat wawancara ber-AC maka sopan santun perlu dijaga. penulisan berita atau straight news, laporan atau tulisan khusus wawancara. Di awal maupun di akhir wawancara jangan lupa mengucapkan rasa terima kasih kepada nara sumber,. Karena telah memberikan kesempatan dan mendapatkan informasi

www.infojawa.org dari hasil wawancara. Pada akhir wawancara pesan kepada nara sumber untuk tidak keberatan dihubungi bila ada data yang diperlukan ternyata masih kurang.

7 6

You might also like