You are on page 1of 11

LAPORAN PRAKTIKUM

POLYGON
ILMU UKUR TANAH

Kelompok 4 : - Siti H. Fauziah - Eki Ismanhadi - Septian -

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Bola bumi pada hakikatnya mendekati bentuk ellipsoida putar, sehingga untuk pengukuran pada permukaan bumi haruslah dipergunakan metode pengukuran pada bidang ellipsoida. Jadi pengukuran di atas permukaan bumi dan proses perhitungannya pun akan lebih sukar dibandingkan dengan pengukuran yang dilakukan pada bidang datar. Pengukuran yang dilaksanakan dengan mempertimbangkan bentuk lengkungan bumi disebut dengan geodesi, sedangkan pengukuran yang dilakasanakan tampa mempertimbangkan bentuk lengkungan bumi disebut ukur tanah datar (Sosrosodarsono, 1997). Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesiyang mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relative atau absolute titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penetuan posisi relatif suatu daerah. Pada dasarnya tujuan pengukuran adalah untuk menentukan letak atau kedudukan suatu objek di atas permukaan bumi dalam suatu system koordinat (umumnya dipergunakan apa yang disebut system koordinat geodetis). Dan dalam pelaksanaan pengukuran itu sendiri yang dicari dan dicatat adalah angka-angka, jarak dan sudut. Jadi koordinat yang akan diperoleh adalah dengan melakukan pengukuran-pengukuran sudutterhadap system koordinat geodetic tersebut (Sosrosodarsono, 1997). Pengukuran titik-titik kontrol (control survey) adalah pekerjaan pengukuran pemasangan patok-patok yang kelak akan digunakan sebagai titik-titik dasar dalam berbagai macam pekerjaan pengukuran. Pengukuran yang dilakukan untuk memperoleh hubungan posisi di antara titik-titik dasar yang disebut juga dengan titik-titik kontrol yang hasilnya akan dipergunakan untuk pengukuran detil yang akhirnya berupa peta-peta, peta udara dan lainlain (Sosrosodarsono, 1997). Ilmu ukur tanah adalah ilmu tentang pengukuran terhadap permukaan bumi. Pengukuran-pengukuran dibagi dalam pengukuran yang mendatar untuk mendapatkan hubungan mendatar titik yang diukur permukaan bumi dan pengukuran-pengukuran tegak, guna mendapat hubungan tegak antar titik-titk yang diukur .

1.2. Tujuan Praktikum Ilmu Ukur Tanah a. Perserta mengerti cara kerja alat-alat ilmu ukur tanah b. Perserta mampu melakukan praktikum ilmu ukur tanah berrdasarkan ketentuanketentuan yang berlaku. c. Peserta mampu menganalisa data-data pengukuran untuk selanjutnya diterjemahkan kedalam bentuk gambar. d. Peserta mampu menginterpretasikan gambar hasil pengukuran.

1.3. Alat-alat Untuk memperoleh data-data lapangan baik jarak maupun sudut, dalam praktikum ini kami menggunakan alat-alat perantara sebagai berikut : 1. Theodolit Digital Cara penggunaan theodolit digital : 1. Cara seting optis a. Alat diletakkan di atas patok, paku payung terlihat pada lensa teropong untuk centering optis. b. Pengunci kaki statif dikendurkan, kaki statif ditancapkan ke tanah dan dikunci atau di kencangkan lagi. c. Gelembung nivo diatur berada tepat pada tengah lingkaran. d. Mengatur salah satu nivo tabung dengan mengatur sekrup pengatur nivo. e. Mengatur nivo tabung yang lain. f. Mengatur nivo teropong dengan sekrup pengatur nivo teropong. 2. Cara penggunaan alat a. Memasukkan baterai ke dalam tempatnya kemudian melakukan centering optis ke atas. b. Menghidupkan display dan atur sesuai keperluan. c. Untuk membaca sudut mendatar, arahkan teropong pada titik yang dikehendaki kemudian membaca pada display. d. Untuk membaca sudut vertikal, teropong diarahkan secara vertikal dan kemudian dibaca pada display.

Gambar 3.1. Theodolit Digital

Keterangan gambar theodolit digital ( DT 20 ES ) : 1. Nivo kotak 2. Klem pengunci 3. Penggerak halus 4. Tempat battery 5. Klem pengunci lingkaran horisontal 6. Penggerak halus lingkaran horisontal 7. Klem pengatur nivo tabung 8. Handle / pembawa 9. Lensa okuler 10. Klem pengatur fokus benang 11. Tombol ON / OFF 12. Nivo tabung 13. Display 14. Keyboard ( papan tombol ) 15. Plat dasar 2. Statif ( Kaki tiga ) 3. Bak Meter ( Bak Ukur ) 4. Patok dan Paku 5. Meteran 6. Payung 7. Alat-alat Tulis 1.4. Waktu dan Tempat Praktikum Ilmu Ukur Tanah dilaksanakan selama satu hari, yaitu pada hari jumat, tanggal 24 Juni 2011 pukul 07.00 WIB sampai pukul 11.00 WIB. Bertempat di Politeknik Negeri Bandung.

BAB II PELAKSANAAN PRAKTIKUM 2.1 Peninjaun Lokasi Sebelum memulai pengukuran maka terlebih dahulu kita mengadakan peninjaun terhadap lokasi yang akan diukur. Maksud dari peninjaun ini adalah untuk mempermudah pada saat pengukuran. Selain itu juga dapat menentukan titik-titik yang akan dibidik, dengan cara menempatkan patok-patok sedemikian rupa sehingga membentuk polygon tertutup. 2.2 Penentuan lokasi 2.2.1 Pembuatan Poligon Ditentukan posisi titik pertama dan ukur jaraknya terhadap patok-patok berikut dengan meteran sehingga berbentuk polygon tertutup. Pemanjangan patok denagn bagian yang masuk kedalam tanah lebih kurang 30 cm dan bagian atas patok 20 cm. 2.2.2 Menentukan arah sudut sebagai titik ikat Sebagai titik ikat diambil arah utara 2.3. Pengukuran Arah, Sudut, dan Jarak 2.3.1. Persiapan 1. Didirikan statif tempatkan instrument diatasnya, lalu kunci dengan pengikat statif. 2. Diatur theodolit tetap diatas paku payung pada patok dengan menggunakan unting-unting dan centering opti. 3. Seimbangkan nivo kotak dengan menyetel sekrup A, B, dan C, kemudian lihat patok dengan centering optis jika belum pas dengan paku payung. Ulangin lagi langkah-langkah tersebut. 4. Setelah nivo tabung dalam keadaan seimbang maka theodolit siap digunakan, disamping itu syarat-syarat utama lainya yaitu : a. Sumbu I tegak lurus sumbu II b. Sumbu II mendatar c. Garis bidik tegak lurus sumbu II d. Kesalahan indeks pada skala sama dengan nol 5. Diukur tinggi instrument dari atas patok ( pengukuran sampai as putaran sumbu II ).

2.3.2 Pengikatan titik 1. Pengikatan titik dilakukan terhadap titik utara. 2. Longgarkan klem sumbu I 3. Arahkan teropong kearah utara. 4. Kunci lem sumbu I dari bawah dan dari atas, tepatkan paku patok utara atau bak meter yang didirikan tegak lurus diatasnya pada benang diafragma teropong dengan bantuan penggerak halus klem sumbu I. 5. Baca sudut horizontal yang berbentuk kearah utara, pembacaan sebaiknya dinolkan untuk mempermudah perhitungan sudut selanjutnya. 6. Longgarkan klem sumbu I diatas dan dibawah lalu putar plat lingkaran sudut sehingga horizontal tepat menunjukan skala nol. 7. Kunci kembali klem sumbu I atas dan bawah.

2.3.3. Pengukuran sudut poligon 1. Longgarkan klem sumbu I atas, arahkan theodolit kearah patok titik 2 dengan pembidik kasar, kunci klem sumbu I dan tepatkan pada titik 2 atau bak meter yang tegak lurus diatas patok 2, geser penggerak halus untuk mendapatkan titik fokus yang maksimal. 2. Baca sudut horizontal yang berbentuk. 3. Longgarkan kembali klem sumbu I atas, arahkan theodolit kepatok titik untuk mendapatkan pembacaan luar biasa, lalu baca sudut horizontal yang terbentuk. 4. Pindahkan theodolit ketitik selanjutnya, lakukan hal seperti pada titik pertama dan baca sudut horizontal yang berbentuk.

2.3.4. Pengukuran titik detail 1. Pada pengukuran detail, pelaksaan sama dengan pengukuran sudut poligon, tetapi titik sasaranya tidak ditentukan, kita memilih sendiri titik lokasi yang kita anggap penting penggambaran peta beserta penampang. 2. Pembacaan dilakukan terhadap benang atas (BA), benang tengah (BT) dan benang bawah (BB) juga sudut horizontal dan vertical.

BAB III HASIL PRAKTIKUM


Bacaan Benang BT 4 BA 5 BB 6 Horizontal Azimuth
0

Tinggi alat (i)

Tempat Alat

Target

Vertikal Zenith
0

Jarak optis 16 Datar (D) 17

tinggi H 18
Tg. tititk

Miring 12
0

1
A

2
U

3
1,380

7
0

8
0

9
0

10

11

13

14

15

19

20

4b 1b 1lb 4lb

2,693 2,020 1,353 2,345

2,800 2,154 1,486 2,459

2,584 1,885 1,219 2,238

79 185 5 259

8 1 0 7

10 10 50 50

85 90 268 273

39 0 35 24

40 0 10 10

4 0 -178 -183

20 0 35 24

20 0 10 10

21,600 26,900 26,700 22,100

20,455 26,900 -22,401 -22,056

0,242 -0,640 -0,524 0,336

Ab 1 2b 2lb Alb
1,355

1,100

1,233

0,963

87

40

50

20

27,000

26,730

1,583

0,800 1,000 1,100

0,900 1,100 1,235

0,700 0,900 0,965

80 260 180

42 42 0

40 40 0

90 269 272

56 36 0

50 20 40

0 -179 -182

56 36 0

50 20 40

20,000 20,000 27,000

19,998 -15,730 26,730

0,225 0,248 -0,681 1,355

1b 2 3b 3lb 1lb
1,438

1,000

1,120

0,880

90

30

30

24,000

24,000

0,400

1,000 1,000 1,110

1,080 1,100 1,235

0,920 0,900 0,965

135 260 180

38 42 0

0 40 0

90 271 269

11 17 54

30 50 30

0 -181 -179

11 17 54

30 50 30

16,000 20,000 27,000

16,000 6,380 22,615

0,390 0,294 0,364

2b 3 4b 4lb 2lb
1,386

1,000

1,078

0,922

90

50

10

50

10

15,600

15,598

0,168

1,100

1,195

1,005

114 294 180

37 37 0

30 30 0

110

56

30

-20

56

30

19,000

3,766

-1,155

3b 4 Ab Alb 3lb
1,390

1,000

1,098

0,902

93

30

-3

30

19,600

19,322

-0,659

1,000

1,120

0,898

103 283 180

15 15 0

0 0 0

90

22

50

22

50

22,200

22,198

0,243

Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Kolom 4 Kolom 5

: Tempat alat berdiri : Nomor titik yang dibidik : Tinggi alat ( pesawat ) : Bacaan rambu tengah : Bacaan benang atas

Ket.

Kolom 6 : Bacaan benang bawah Kolom 7,8,9 : Bacaan azimuth Kolom 10,11,12 : Bacaan zenith tiap detail Kolom 13,14,15: Bacaan sudut miring Kolom 16 : Jarak optis Jo = ( BA - BB ) x 100 Jo = jarak optis BA = bacaan benang atas BB = bacaan benang bawah Kolom 17 : Jarak mendatar / rantai ( jarak datar antara titik poligon dengan titik detail ) D = Jo x cos2m D = jarak mendatar z = sudut miring Kolom 18 : Beda tinggi antara titik poligon dengan titik detail. H = i +D tan m - BT H = beda tinggi antara titik poligon dengan titik detail BT = bacaan benang tengah m = sudut miring i = tinggi alat Kolom 14 : Tinggi di atas titik nol. h tinggi titik poligon

Perhitungan sudut dalam polygon (): Ab = 1b-4b = 185 1 10 79 48 10 =105 0530 Alb = 3600 0000 (1lb- 4lb) = 3600 0000 (2590 75050050) = 105 0530 A = (Ab+A lb)/2 =( 105 0530+ 105 0530 )/2 = 105 0530 1b = 2b-Ab = 800 4240 00 0 0 = 800 4240 1lb = 2lb- Alb = 26004240 1800 00 = 800 4240 1 = (1b+1lb)/2 = (800 4240+ 800 4240)/2 = 800 4240 3 3lb 3b 2 2lb
0 0

2b

= 3b-1b = 13503800 00 0 0 = 13503800 = 3lb-1lb = 31503800 1800 00 = 13503800 = (1b+1lb)/2 = (13503800+ 13503800)/2 = 13503800 = 4b-2b = 11403730 00 0 0 = 11403730 = 3lb-1lb = 29403730 1800 00 = 11403730 = (1b+1lb)/2 = (11403730+ 11403730)/2 = 11403730

4b

= Ab-3b = 10301500 00 0 0 = 10301500

4lb

= Alb- 3lb = 28301500 1800 00 = 10301500 b: biasa lb : luar biasa

= (4b+4lb)/2 = (13503800+ 13503800)/2 = 10301500 Tabel Perhitungan Jarak Optis


Bacaan Baak Titik Tinjau Bt Ba 4b 2,693 2,800 1b 2,020 2,154 A 1lb 1,353 1,486 4lb 2,345 2,459 Ab 1,100 1,233 2b 0,800 0,900 1 2lb 1,000 1,100 Alb 1,100 1,235 1b 1,000 1,120 3b 1,000 1,080 2 3lb 1,000 1,100 1lb 1,110 1,235 2b 1,000 1,078 4b 1,100 1,195 3 4lb 2lb 3b 1,000 1,098 Ab 1,000 1,120 4 Alb 3lb Perhitungan jarak optis = [ Ba - Bb ] x 100 Tempat Alat Bb 2,584 1,885 1,219 2,238 0,963 0,700 0,900 0,965 0,880 0,920 0,900 0,965 0,922 1,005 0,902 0,898 Jarak Optis 21,6 26,9 26,7 22,1 27 20 20 27 24 16 20 27 15,6 19 19,6 22,2 -

Perhitungan Jarak Rata-Rata Optis


Titik A 1 2 3 4 Jarak A1b 26,9 12b 20 23b 16 34b 19 A4b 21,6 Jarak A1lb 26,7 12lb 20 23lb 20 34lb A4lb 22,1 Jarak 1Ab 27 21b 24 32b 15,6 43b 19,6 4Ab 22,2 Jarak 1Alb 27 21lb 27 32lb 43lb 4Alb RataOptis 26,9 22,75 17,2 19,3 21,97

Perhitungan Kordinat
Sudut ukuran ()
2 105 0530 800 4240 13503800 11403730 13503800 5400610

Kor 3 114 114 114 114 114 610

Sudut Jurusan ()
4 105 05146 80 04126 135 03646 114 03616 135 03646

Jarak (D)
5 26,90 22,75 17,20 19,30 21,97 108,12

X (Dsin)
6 25,876 22,449 12,031 17,548 15,368 93,272

Kor +/7 -6.438 -4,724 -1,914 -3,132 -3,123

Y (Dcos)
8 -7,353 3,680 -12,292 -8,036 -15,700 -39,701

Titik

Kor +/9 9,878 8,354 6,316 7,087 8,067

X
10 0 19,438 37,163 47,280 61,705 0

Y
11 0 2,525 14,559 8,583 7,634 0

1 A 1 2 3 4

Kolom 2 Kolom 3

Kolom 4 Kolom 5 Kolom 6 Kolom 7

: sudut ukuran yang sudah di hitung : = n.180 5400610 = 5400 00 f (koreksi) = - 000610 : Sudut ukuran () + koreksi sudut (f) : Jarak antar titik yang di tinjau (D) : Absis (X = D sin ) : koreksi absis (Vx) Fx = - X

Kolom 8 Kolom 9

: Ordinat (Y = D cos ) : koreksi absis (Vy) Fy = - Y

Kolom 10 Kolom 11

: Kordinat sumbu X : Kordinat sumbu Y

Salah Linier :

= 101,3697952

Toleransi Pengukuran Jarak :

= 9,74897

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Dari praktikum Ilmu Ukur Tanah yang telah dilaksanakan, dapat ditarik kesimpulan antara lain : 1. Pengukuran yang digunakan adalah pengukuran poligon tertutup, dimana titik awal dan titik akhirnya terletak pada titik yang sama. 2. Dari data praktikum poligon dapat diambil beberapa hal, yaitu : sudut, jarak dan azimut dai suatu daerah. 3. Dari azimut yang didapatkan dapat diketahui koordinat titik titik poligon yang akan diplotkan ke kertas gambar. 4. Kesalahan perhitungan poligon dapat disebabkan oleh 3 faktor yaitu : faktor manusia, faktor alat dan faktor alam. 4.2. Saran 1. Mengupayakan ketelitian dalam pembacaan alat, pengutaraan dan kalibrasi. 2. Mengusahakan pemilihan waktu pelaksanaan, keadaan cuaca yang cerah. 3. Pemilihan lokasi patok dengan tanah yang mendukung.

You might also like