You are on page 1of 11

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 LATAR BELAKANG Bahan, setiap orang mengenal apa karti itu, sebab setiap kita dikelilingi oleh b ahan-bahan tidak mengherankan jika benda-benda tadi dibuat dari suatu bahan. Bah an yang ada disekitar kita tidak semuanya disebut dengan bahan teknik, artinya b ahan-bahan yang dipergunakan dalam teknik. Dalam makalah ini, penulis akan membicarakan salah satu bahan bahan logam, yaitu baja paduan. Baja paduan merupakan salah satu bahan yang kuat, serta di dalamny a terdapat campuran unsur-unsur kimia sehingga menghasilkan sesuatu bentuk baja yang kuat. Baja paduan ini memiliki kekuatan, kekerasan, kekerasan panas, memili ki katangguhan lebih dari baja karbon. 1.2 DAFTAR ISI apa yang dimaksud baja paduan? apa saja kandungan-kandungan yang terdapat pada baja paduan? bentuk stuktur mikro pada baja paduan? proses pada pembuatan baja paduan. sebutkan dan jelaskan klasifikasi dari baja paduan? sebut dan jelaskan sifat-sifat teknis pada baja paduan? standarisasi dan pengkodean 1.3 TUJUAN peserta didik dapat mengerti apa itu baja paduan. peserta didik mengerti apa saja yang kandungan-kandungan yang terdapat pada baja paduan. peserta didik mengeti struktur mikro pada baja paduan. peserta didik mengetahui proses pembuatan baja. peserta didik mengerti klasifikasi dari baja paduan. peserta didik paham dengan sifat-sifat teknis dari baja paduan. peserta didik paham tentang standarisasi dan pengkodean.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Baja Paduan Baja dikatakan padu jika kompesisi unsur-unsur paduannya secara khusus, bukan ba ja karbon biasa yang terdiri dari unsur silisium dan mangan. Unsur yang paling b anyak digunakan untuk baja paduan, yaitu: Cr,Mn, Si, Ni, W, Mo, Ti, Al, Cu, Nb d an Zr. Penambahan unsur-unsur lain dalam baja karbon dapat dilakukan dengan satu atau l ebih unsur, tergantung dari karakteristik atau sifat khusus yang dikehendaki. Ba ja ini memiliki kekuatan, kekerasan, kekerasan panas, memakai perlawanan, kemamp uan kekerasan, atau ketangguhan lebih dibandingkan dengan baja karbon. 2.2 Kandungan Atom atau Unsur Kimia Unsur paduan ditambahkan untuk mencapai sifat tertentu dalam materi. Sebagai ped oman, unsur paduan ditambahkan dalam persentase lebih rendah (kurang dari 5%) un tuk meningkatkan kekuatan atau kekerasan, atau dalam persentase yang lebih besar (lebih dari 5%) untuk mencapai sifat-sifat khusus, seperti ketahanan korosi ata u suhu ekstrim stabilitas. Mangan(Mg), silicon(Si), atau aluminium(Al) ditambahk an selama pembuatan baja proses untuk menghilangkan oksigen terlarut dari leleha n. Mangan, silikon, nikel, dan tembaga ditambahkan untuk meningkatkan kekuatan d engan membentuk larutan padat di ferit. Kromium, vanadium, molibdenum, dan tungs ten meningkatkan kekuatan dengan membentuk fase kedua-karbida. Nikel dan tembaga meningkatkan ketahanan korosi dalam jumlah kecil. Molibdenum membantu untuk mel awan embrittlement. Zirconium, cerium, dan kalsium meningkatkan ketangguhan deng an mengendalikan bentuk inklusi.Mangan sulfida, timbal, bismut, selenium, dan te lurium-mesin meningkat.

Elemen paduan cenderung yang baik untuk membentuk senyawa atau karbida. Nikel sa ngat larut dalam ferit, sehingga membentuk senyawa Ni3Al. Aluminium larut dalam ferit dan membentuk senyawa Al2O3 dan AlN. Silikon juga sangat larut dan biasany a membentuk senyawa SiO2 Mx Oy. Mangan kebanyakan larut dalam membentuk senyawa ferit Mns, MnO SiO2, tetapi juga akan membentuk karbida dalam bentuk (Fe, Mn)3 C . Bentuk kromium partisi antara fasa ferit dan karbida di baja, membentuk (Fe, C r3) C, Cr7 C3, dan Cr23 C6. Jenis bentuk kromium karbida yang tergantung pada ju mlah karbon dan jenis-jenis elemen paduan hadir. Tungsten dan molibdenum membent uk karbida jika ada karbon yang cukup dan tidak adanya unsur-unsur pembentuk kar bida kuat (yaitu titanium & niobium), mereka membentuk karbida Mo2C dan W2C, mas ing-masing. Vanadium, titanium, dan niobium karbida unsur-unsur kuat yang memben tuk karbida V3C3, TiC, dan NIC satu demi satu. Unsur paduan juga memiliki mempen garuhi pada suhu eutektoid baja. Mangan dan nikel eutektoid menurunkan suhu dan dikenal sebagai unsur menstabilkan austenit. Cukup dengan elemen-elemen ini pada struktur austenitik dapat diperoleh pada suhu kamar. Elemen pembentukan karbida eutektoid menaikkan suhu; elemen ini dikenal sebagai unsur menstabilkan ferit. Pengaruh Campuran Pada Baja Unsur campuran Prosentase Efek positif Efek negative Carbon (C) meningkatkan kekerasan dan kekuatan melalui perlakuan pe manasan Meningkatkan kegetasan sulfur < 30 % Meningkatkan kekuatan tanpa menurunkan elastisitas Silicon (Si) > 40 % Menaikkan tegangan tarik dan menurunkan kecepatan pendin ginan kritis Menurunkan elastisitas Mangan (Mn) > 0,7 % Menaikkan kuat arus tanpa mengurangi atau sedikit mengur angi regangan, kuat dan kenyal Fosfor (P) Meningkatkan kemudahan pengerasan. Ketahanan korosi elastisitas dan ketahanan terhadap benturan pada baja menurun, dan menaikkan col dshortness Tungsten (W) Tahan panas dan ketahanan abrasi, kehalusan pengamplasan Menahan karbit Cromium (Cr) Menambah kekuatan tarik dan keplastisan. Dalam bentuk lapisan pasif untuk melindungi baja dari korosi serta tahan terhada p temperature tinggi. Menahan karbit Nikel (Ni) 0,2 5 % Tahan terhadap korosi. Mempengaruhi penurunan kecepatan transformasi dan meningkatkan kekerasan Molibdenum (Mo) Tahan terhadap panas Vanadium (V) 0,15 % Ketahanan terhadap abrasi sementara tetap mempertahankan keuletan dan kehalusan pengamplasan. Menahan karbit 2.3 Bentuk Struktur Mikro Baja secara umum memiliki struktur mikro berupa ferit, dan pearlite. Ada beberap a perbedaan struktur mikro yang disebabkan oleh konsentrasi karbon pada masing m asing campuran, Fasa-fasa padat yang ada didalam baja : a. Ferit (alpha) : merupakan sel satuan (susunan atom-atom yang paling keci l dan teratur) berupa Body Centered Cubic (BCC= kubus pusat badan), Ferit ini me mpunyai sifat magnetis, agak ulet, dan agak kuat. b. Autenit : merupakan sel satuan yang berupa Face Centered Cubic (FCC = ku bus pusat muka), Austenit ini mempunyai sifat Non magnetis, dan ulet. c. Sementid (besi karbida) : merupakan sel satuan yang berupa orthorombik, Sementid ini mempunyai sifat keras dan getas. d. Perlit : merupakan campuran fasa ferit dan sementid sehingga mempunyai s ifat kuat. e. Delta : merupakan sel satuan yang berupa Body Centered Cubic (BCC=kubus pusat badan) High Speed Steel (HSS) merupakan salah satu bagian dari Tool steel dengan karara kteristik mampu mempertahankan nilai kekerasan pada suhu 300~700 derajat celcius . Selain itu material HSS juga memeliki kadar karbon yang relative lebih tinggi dibandingkan material tool steel lainnya yaitu berkisar 1.5~2.0% C. Unsur-unsur paduan utama yang terdapat dalam material HSS yang akan membentuk karbida yaitu Tungsten, Molybdenum, Vanadium. Chromium. Unsur Nickel dan Manganese tidak terla

lu banyak digunakan yaitu berkisar 0.2~0.5%. Penambahan Cobalt, Boron, Niobium m erupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kinerja material HSS. Material HSS bisa di hasilkan melalui proses pengecoran atau proses metalurgi serbuk. Be rikut ini saya tampilkan beberapa struktur mikro material HSS hasil proses penge coran dengan menggunakan etsa Murakami dengan perbesaran 500X, mikroskop Olympus GX51 Inverted Type. 2.4 Cara Pembuatan 2.4.1Proses dalam Dapur Tinggi Prinsip dari proses dapur tinggi adalah prinsip reduksi. Pada proses ini zat kar bon monoksida dapat menyerap zat asam dari ikatan-ikatan besi zat asam pada suh u tinggi. Pada pembakaran suhu tinggi + 18000 C dengan udara panas, maka dihasil kan suhu yang dapat menyelenggarakan reduksi tersebut. Agar tidak terjadi pembun tuan karena proses berlangsung maka diberi batu kapur sebagai bahan tambahan. Ba han tambahan bersifat asam apabila bijih besinya mempunyai sifat basa dan sebali knya bahan tambahan diberikan yang bersifat basa apabila bijih besi bersifat asa m. Gas yang terbentuk dalam dapur tinggi selanjutnya dialirkan keluar melalui bagia n atas dan ke dalam pemanas udara. Terak yang menetes ke bawah melindungi besi k asar dari oksida oleh udara panas yang dimasukkan, terak ini kemudian dipisahkan . Proses reduksi di dalam dapur tinggi tersebut berlangsung sebagai berikut: Zat a CO2 sebagian dari CO2 bersama den rang dari kokas terbakar menurut reaksi : C+O2 gan zat arang membentuk zat yang berada ditempat yang lebih atas yaitu gas CO : CO + C 2CO Di bagian atas dapur tinggi pada suhu 300 oC sampai 800 oC oksid besi yang lebih tinggi diubah menjadi oksid yang lebih rendah oleh reduksi tidak langsung denga n CO tersebut menurut prinsip : Fe2O3 + CO 2FeO+CO2 Pada waktu proses berlangsung muatan turun ke bawah dan terjadi reduksi tidak la ngsung menurut prinsip : FeO+CO FeO+CO2 Reduksi ini disebut tidak langsung karena bukan zat arang murni yang mereduksi m elainkan persenyawaan zat arang dengan oksigen. Sedangkan reduksi langsung terja di pada bagian yang terpanas dari dapur, yaitu langsung di atas pipa pengembus. Reduksi ini berlangsung sebagai berikut. FeO+C Fe+CO CO yang terbentuk itulah yang naik ke atas untuk mengadakan reduksi tidak langsu ng tadi. Setiap 4 sampai 6 jam dapur tinggi dicerat, pertama dikeluarkan teraknya dan bar u kemudian besi. Besi yang keluar dari dapur tinggi disebut besi kasar atau besi mentah yang digunakan untuk membuat baja pada dapur pengolahan baja atau dituan g menjadi balok-balok tuangan yang dikirimkan pada pabrik-pabrik pembuatan baja sebagai bahan baku. Besi cair dicerat dan dituang menjadi besi kasar dalam bentu k balok-balok besi kasar yang digunakan sebagai bahan ancuran untuk pembuatan be si tuang atau masih dalam keadaan cair dipindahkan pada bagian pembuatan baja.

Terak yang keluar dari dapur tinggi dapat pula dimanfaatkan menjadi bahan pembua tan pasir terak atau wol terak sebagai bahan isolasi atau sebagai bahan campuran semen. Besi cair yang dihasilkan dari proses dapur tinggi sebelum dituang menja di balok besi kasar sebagai bahan ancuran di pabrik penuangan, perlu dicampur da hulu di dalam bak pencampur agar kualitas dan susunannya seragam. Dalam bak penc ampur dikumpulkan besi kasar cair dari bermacam-macam dapur tinggi yang ada untu k mendapatkan besi kasar cair yang sama dan merata. Untuk menghasilkan besi kasa r yang sedikit mengandung belerang di dalam bak pencampur tersebut dipanaskan la gi menggunakan gas dapur tinggi.

2.4.2 Proses Peleburan Baja Proses peleburan baja dengan menggunakan bahan baku berupa besi kasar (pig iron) atau berupa besi spons (sponge iron). Disamping itu bahan baku lainnya yang bia sanya digunakan adalah skrap baja dan bahan-bahan penambah seperti ingot ferosil ikon, feromangan dan batu kapur. Proses peleburan dapat dilakukan pada tungku BO F (Basic Oxygen Furnace) atau pada tungku busur listrik (Electric Arc Furnace at au disingkat EAF). Tanpa memperhatikan tungku atau proses yang diterapkan, prose s peleburan baja pada umumnya mempunyai tiga tujuan utama, yaitu : Mengurangi sebanyak mungkin bahan-bahan impuritas Mengatur kadar karbon agar sesuai dengan tingkat grade/spesifikasi baja yang dii nginkan. Menambah elemen-elemen pemadu yang diinginkan. 2.4.3 Proses Peleburan Baja Dengan BOF ( Basic Oxygen Furnace ) Proses ini termasuk proses yang paling baru dalm industri pembuatan baja. Konstr uksi BOF relatif sederhana, bagian luarnya dibuat dari pelat baja sedangkan dind ing bagian dalamnya dibuat dari bata tahan api (firebrick). Kapasitas BOF ini bi asanya bervariasi antara 35 ton sampai dengan 200 ton. Bahan-bahan utama yang digunakan dalam proses peleburan dengan BOF adalah : besi kasar cair (65-85%), skrap baja (15-35%), batu kapur dan gas oksigen (kemurnian 99,5%). Keunggulan proses BOF dibandingkan proses pembuatan baja lainnya adalah dari segi waktu peleburannya yang relatif singkat yaitu hanya berkisar sekitar 60 menit untuk setiap proses peleburan. Tingkat efisiensi yang demikian tinggi dari BOF ini disebabkan oleh pemakaian ga s oksigen dengan kemurnian yang tinggi sebagai gas oksidator utama untuk memurni kan baja. Gas oksigen dialirkan ke dalam tungku melalui pipa pengalir (oxygen la nce) dan bereaksi dengan cairan logam di dalam tungku. Gas oksigen akan mengikat karbon dari besi kasar berangsur-angsur turun sampai mencapai tingkat baja yang dibuat. Disamping itu, selama proses oksidasi berlangsung terjadi panas yang ti nggi sehingga dapat menaikkan temperatur logam cair sampai diatas 1650 oC. Pada saat oksidasi berlangsung, ke dalam tungku ditambahkan batu kapur. Batu kapur te rsebut kemudian mencair dan bercampur dengan bahan- bahan impuritas (termasuk ba han-bahan yang teroksidasi) membentuk terak yang terapung diatas baja cair. Bila proses oksidasi selesai maka aliran oksigen dihentikan dan pipa pengalir ok sigen diangkat/dikeluarkan dari tungku. Tungku BOF kemudian dimiringkan dan bend a uji dari baja cair diambil untuk dilakukan analisa komposisi kimia. Bila komposisi kimia telah tercapai maka dilakukan penuangan (tapping). Penuanga n tersebut dilakukan ketika temperatur baja cair sekitar 1600oC. Penuangan dilak ukan dengan memiringkan perlahan- lahan sehingga cairan baja akan tertuang masuk kedalam ladel. Di dalam ladel biasanya dilakukan skimming untuk membersihkan te rak dari permukaan baja cair dan proses perlakuan logam cair (metal treatment). Metal treatment tersebut terdiri dari proses pengurangan impuritas dan penambaha n elemen-elemen pemadu atau lainnya dengan maksud untuk memperbaiki kualitas baj a cair sebelum dituang ke dalam cetakan. 2.4.5 Proses Peleburan Baja Dengan EAF ( Electric Arc Furnace ) Proses peleburan dalam EAF ini menggunakan energi listrik. Panas dihasilkan dari busur listrik yang terjadi pada ujung bawah dari elektroda. Energi panas yang t erjadi sangat tergantung pada jarak antara elektroda dengan muatan logam di dala m tungku. Bahan elektroda biasanya dibuat dari karbon atau grafit. Kapasitas tun gku EAF ini dapat berkisar antara 2 - 200 ton dengan waktu peleburannya berkisar antara 3 - 6 jam. Bahan baku yang dilebur biasanya berupa besi spons (sponge iron) yang dicampur d engan skrap baja. Penggunaan besi spons dimaksudkan untuk menghasilkan kualitas baja yang lebih baik. Tetapi dalam banyak hal (terutama untuk pertimbangan biaya ) bahan baku yang dilebur seluruhnya berupa skrap baja, karena skrap baja lebih murah dibandingkan dengan besi spons. Disamping bahan baku diatas, seperti halny a pada proses BOF, bahan-bahan lainnya yang ditambahkan pada EAF adalah batu kap ur, ferosilikon, feromangan, dan lain-lain dengan maksud yang sama pula. Proses basa dan asam dapat diterapkan dalam EAF. Untuk pembuatan baja berupa pro

duk cor maka biasanya digunakan proses asam, sedangkan untuk pembuatan baja spes ial biasanya digunakan proses basa. Peleburan baja dengan EAF ini dapat menghasi lkan kualitas baja yang lebih baik karena tidak terjadi kontaminasi oleh bahan b akar atau gas yang digunakan untuk proses pemanasannya.

2.5 Klasifikasi Baja Paduan 2.5.1 Berdasarkan persentase paduannya a. Baja paduan rendah Bila jumlah unsur tambahan selain karbon lebih kecil dari 8% (menurut Degarmo. S umber lain, misalnya Smith dan Hashemi menyebutkan 4%), misalnya : suatu baja te rdiri atas 1,35%C; 0,35%Si; 0,5%Mn; 0,03%P; 0,03%S; 0,75%Cr; 4,5%W [Dalam hal in i 6,06%<8%]> b. Baja paduan tinggi Bila jumlah unsur tambahan selain karban lebih dari atau sama dengan 8% (atau 4 % menurut Smith dan Hashemi), misalnya : baja HSS (High Speed Steel) atau SKH 53 (JIS) atau M3-1 (AISI) mempunyai kandungan unsur : 1,25% C; 4,5% Cr; 6,2% Mo; 6 ,7% W; 3,3% V. Sumber lain menyebutkan: 1 Lowalloy steel (baja paduan rendah), jika elemen paduannya 2,5 % 2 Medium alloy steel (baja paduan sedang), jika elemen paduannya 2,5 10%c. High alloy steel (baja paduan tinggi), jika elemen paduannya > 10 % 2.5.2 Berdasarkan jumlah komponennya: 1. Baja tiga komponen. Terdiri satu unsur pemadu dalam penambahan Fe dan C. 2. Baja empat komponen atau lebih. Terdiri dua unsur atau lebih pemadu dala m penambahan Fe dan C. Sebagai contoh baja paduan yang terdiri: 0,35% C, 1% Cr,3 % Ni dan 1% Mo. 2.5.3 Berdasarkan strukturnya: a. Baja pearlit (sorbit dan troostit) Unsur-unsur paduan relatif kecil maximum 5% Baja ini mampu dimesin, sifat mekani knya meningkat oleh heat treatment (hardening & tempering). Kelarutan maksimum a tom C di dalam Fe adalah 0.09% pada suhu 1945C b. Baja martensit Unsur pemadunya lebih dari 5 %, sangat keras dan sukar dimesin. c. Baja ferrit Terdiri dari sejumlah besar unsur pemadu (Cr, W atau Si) tetapi karbonnya rendah . Tidak dapat dikeraskan. Daya larut maksimum karbon besi adalah 0.02% pada suhu 723C. pada suhu 0C daya larutnya menjadi 0.008%. d. Baja austenit Terdiri dari 10 30% unsur pemadu tertentu (Ni, Mn atau CO) Misalnya : Baja tahan karat (Stainless steel), nonmagnetic dan baja tahan panas (heat resistant steel ). memilki daya larut yang tinggi dari pada Ferrite. Daya larut maksimum mencapa i 2.08% pada suhu 1148C. Namun daya larut turun menjadi 0.8% pada suhu 723C. Perbe daan daya larut antara austenite dan Ferrite adalah dasar untuk pengerasan baja. e. Karbid atau ledeburit Terdiri sejumlah karbon dan unsur-unsur pembentuk karbid (Cr, W, Mn, Ti, Zr). 2.5.4 Berdasarkan penggunaan dan sifat-sifatnya a. Baja konstruksi (structural steel) Dibedakan lagi menjadi tiga golongan tergantung persentase unsur pemadunya, yait u baja paduan rendah (maksimum 2 %), baja paduan menengah (2- 5 %), baja paduan tinggi (lebih dari 5 %). Sesudah di-heat treatment baja jenis ini sifat-sifat me kaniknya lebih baik dari pada baja karbon biasa.

b. Baja perkakas (tool steel) Dipakai untuk alat-alat potong, komposisinya tergantung bahan dan tebal benda ya ng dipotong/disayat, kecepatan potong, suhu kerja. Baja paduan jenis ini dibedak an lagi menjadi dua golongan, yaitu baja perkakas paduan rendah (kekerasannya ta k berubah hingga pada suhu 250 C) dan baja perkakas paduan tinggi (kekerasannya t ak berubah hingga pada suhu 600C). Biasanya terdiri dari 0,8% C, 18% W, 4% Cr, da n 1% V, atau terdiri dari 0,9% C, 9 W, 4% Cr dan 2-2,5% V. c. Baja dengan sifat fisik khusus Dibedakan lagi menjadi tiga golongan, yaitu baja tahan karat (mengandung 0,1-0,4 5% C dan 12-14% Cr), baja tahan panas (yang mengandung 12-14% Cr tahan hingga su hu 750-800oC, sementara yang mengandung 15-17% Cr tahan hingga suhu 850-1000oC), dan baja tahan pakai pada suhu tinggi (ada yang terdiri dari 23-27% Cr, 18-21% Ni, 2-3% Si, ada yang terdiri dari 13- 15% Cr, 13-15% Ni, yang lainnya terdiri d ari 2-2,7% W, 0,25-0,4% Mo, 0,4- 0,5% C). d. Baja paduan istimewa Baja paduan istimewa lainnya terdiri 35-44% Ni dan 0,35% C,memiliki koefisien mu ai yang rendah yaitu : Invar : memiliki koefisien muai sama dengan nol pada suhu 0 100 C, digunakan unt k alat ukur presisi. Platinite : memiliki koefisien muai sepertiglass, sebagai pengganti platina. Elinvar : memiliki modulus elastisitet tak berubah pada suhu 50C sampai 100C. Dig nakan untuk pegas arloji dan berbagai alat ukur fisika. e. Baja Paduan dengan Sifat Khusus Baja Tahan Karat (Stainless Steel) Baja tahan karat adalah paduan besi dengan minimal 12% Chromium. Jadi tanpa tamb ahan apapun perpaduan Besi dengan 12% Chromium bisa disebut Stainless Steel. Kom posisi ini membentuk thin protective layer Cr2O3. Proses pembuatan baja tahan ka rat melalui 2 tahap, pertama menggunakan sistem electric arc furnace untuk melel ehkan scrap dan ferro alloy berkarbon tinggi sebagai bahan murah sumber krom, la lu lelehannya disempurnakan dengan proses yang menggunakan alat Argon Oxygen Dec arburizer (AOD), dengan proses kedua ini akan menghilangkan kandungan Karbon dan pengotor lainnya. Baja tahan karat dapat dibedakan sesuai sesuai struktur mikronya yaitu: baja tah an karat martensitic, ferritic, dan austenitic. Baja tahan karat martensitic mengandung 13% Chrom, mempunyai sifat mudah leleh d an sesuai untuk lingkungan korosif ringan seperti untuk pembuatan pipa, saluran air atau pelindung turbin. Baja tahan karat ferritic, tipenya yang terkenal yaitu 316 dibuat dari 18% Chrom dan 2% Molybdenum. Cocok untuk lingkungan korosif terutama terhadap bahan kimia asam nitrat, biasa dipakai dalam komponen-komponen dalam industry kimia. Baja tahan karat austenitic, tipenya yang terkenal 302 (18 % Cr, 8% Ni), tipe 41 0 (12% Cr), tipe 430 (17 % Cr). Sesuai untuk lingkungan yang mengandung garam ti nggi, biasa untuk pembuatan baling-baling kapal. Analisis Kimia Stainless Steel Berdasarkan table British Standard 1449:1983, ASTM A 176, ASTM A 240, dan ASTM A 580, analisa kimia yang dibutuhkan untuk klasifikasi Stainless Steel adalah ana lisa Carbon, Silicon, Mangan, Posphor, Sulphur, Chrom, dan Nikel yang rinciannya sebagai berikut: 1. Analisa kadar Chromium dengan metode Titrimetri Oksidasi Persulfat Residu Chrom dioksidasi ketingkat valensi VI (dikhromat) dengan Ammonium Persulf at) dengan AgNO3 sebagai katalis dan Kalium Permanganat sebagai indicator. Keleb ihan KMnO4 dihilangkan dengan mendidihkan dengan NaCl. Setelah dingin, dikhromat yang terbentuk dititrasi dengan larutan Ferro Ammonium Sulfat berlebih dan kele bihannya dititrasi kembali dengan KMnO4, reaksi, Reaksi oksidasi: 3 (NH4)2S2O8+3 H2O 3 (NH4)2SO4+3 H2SO4+3(O) 6 AgNO3+3(O)+3 H2O 3 Ag2O2+6HNO3 2 Cr(NO3)3+3 Ag2O2+6HNO3+H2O H2Cr2O7+ 6 HNO3+6 AgNO3 2 Cr(NO3)3+3(NH4)2S2O8 3(NH4)2SO4+6HNO3 + 3H2SO4 + H2Cr2O7

Reaksi Titrasi: 6 Fe2++Cr2O72-+14H+ 2Cr3++6 Fe3++7H2O 5 Fe2++MnO4-+8 H+ Mn2++5 Fe2++4H2O Tekhnik Analisanya sampel Stainless steel dilarutkan dengan aqua regia dan HClO4 sampai menjadi residu, lalu residu dilarutkan dengan HNO3 dan mulai dilakukan p roses oksidasi dengan menggunakan AgNO3, (NH4)2S2O8, dan KMnO4. Setelah reaksi o ksidasi selesai larutan dititrasi dengan FAS 0,2 N sampai berlebih, kelebihan FA S lalu di Titrasi kembali dengan KMnO4. 2. Analisa kadar Nikel dengan metode pengendapan Ni-Dimetilglioksima Ion nikel diendapkan dengan Dimetilglioksima dalam suasana basa lemah Ammonia me mbentuk endapan Nikel-Dimetilglioksima yang berwarna merah. Untuk menghilangkan gangguan ion lain ditambahkan asam tartrat. Endapan yang terbentuk disaring deng an cawan kaca masir G4. Dari bobot sebelum dan sesudah pemanasan cawan kaca masi r G4 dapat dihitung kadar Nikelnya, reaksi: Ni2+ + 2 C4H8N2O2 Ni(C4H7N2O2)2 + 2H+ Analisa kadar Silokon dengan metode penguapan HF Silikat tidak dapat dilarutkan dengan asam kuat manapun termasuk dengan aqua reg ia. Silikat hanya dapat dilarutkan dengan HF. Dari bobot sebelum dan sesudah sam pel diuapkan dengan HF dapat dihitung kadar Silokonnya, reaksi: SiO2 + 4 HF SiF4 + 2 H2O 3. Analisa kadar Phosphor dengan metode Pembentukan Kompleks Molybdenum Bir u Ammonium Molybdat yang ditambahkan bereaksi dengan Phospor membentuk heterpoly p hospomolibdat. Lalu senyawa ini direduksi dengan Hydrazin Sulfat membentuk kompl eks Molybdenum biru yang dapat di baca pada Spektrofotometer UV/Vis pada panjang gelombang 650 nm, reaksi: HPO42-+3NH4++12MoO42-+23 H+ (NH4)3[P(Mo3O10)4] + 12 H2O (NH4)3[P(Mo3O10)4]+Hydrazin [Mo2O3,MoO4,MoO2] 4. Analisa kadar Cu, Mn, Mo dengan metode AAS Sampel didekstruksi dulu dengan aqua regia, residu dilarutkan dengan air bidest lalu diukur dengan alal AAS dengan lampu katoda yang sesuai 5. Analisa kadar Carbon dan Sulphur Dapat menggunakan alat khusus seperti C&S Determinator Leco CS-444 dengan prinsi p sampel stainless steel dibakar pada suhu tinggi sehingga membentuk CO2 dan SO2 yang dapat terukur pada detector infra red alat tersebut. Sifat Steinless steel antara lain: Memiliki daya tahan yang baik terhadap panas, karat dan goresan/gesekan Tahan temperature rendah maupun tinggi Memiliki kekuatan besar dengan massa yang kecil Keras, liat, densitasnya besar dan permukaannya tahan aus Tahan terhadap oksidasi Kuat dan dapat ditempa Mudah dibersihkan mengkilat dan tampak menarik High Strength Low Alloy Steel (HSLA) Sifat dari HSLA adalah memiliki tensile strength yang tinggi, anti bocor, tahan terhadap abrasi, mudah dibentuk, tahan terhadap korosi, ulet, sifat mampu mesin yang baik dan sifat mampu las yang tinggi (weldability). Untuk mendapatkan sifat -sifat di atas maka baja ini diproses secara khusus dengan menambahkan unsur-uns ur seperti: tembaga (Cu), nikel (Ni), Chromium (Cr), Molybdenum (Mo), Vanadium ( Va) dan Columbium. Baja Perkakas (Tool Steel) Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh baja perkakas adalah tahan pakai, tajam ata u mudah diasah, tahan panas, kuat dan ulet. Kelompok dari tool steel berdasarkan unsur paduan dan proses pengerjaan panas yang diberikan antara lain:

Later hardening atau carbon tool steel (ditandai dengan tipe W oleh AISI), Shock resisting (Tipe S), memiliki sifat kuat dan ulet dan tahan terhadap beban kejut dan repeat loading. Banyak dipakai untuk pahat, palu dan pisau. Cool work tool steel, diperoleh dengan proses hardening dengan pendinginan yang berbeda-beda. Tipe O dijelaskan dengan mendinginkan pada minyak sedangkan tipe A dan D didinginkan di udara. Hot Work Steel (tipe H), mula-mula dipanaskan hingga (300 500) C dan didinginkan perlahan-lahan, karena baja ini banyak mengandung tungsten dan molybdenum sehing ga sifatnya keras. High speed steel (tipe T dan M), merupakan hasil paduan baja dengan tungsten dan molybdenum tanpa dilunakkan. Dengan sifatnya yang tidak mudah tumpul dan tahan panas tetapi tidak tahan kejut. Campuran carbon-tungsten (tipe F), sifatnya adalah keras tapi tidak tahan aus da n tidakcocok untuk beban dinamis serta untuk pemakaian pada temperatur tinggi. 2.5.5 Klasifikasi lain antara lain : a. Menurut penggunaannya: Baja konstruksi (structural steel), mengandung karbon kurang dari 0,7 % C. Baja perkakas (tool steel), mengandung karbon lebih dari 0,7 % C. b. Baja dengan sifat fisik dan kimia khusus: Baja tahan garam (acid-resisting steel) Baja tahan panas (heat resistant steel) Baja tanpa sisik (non scaling steel) Electric steel Magnetic steel Non magnetic steel Baja tahan pakai (wear resisting steel) Baja tahan karat/korosi c. Dengan mengkombinasikan dua klasifikasi baja menurut kegunaan dan kompos isi kimia maka diperoleh lima kelompok baja yaitu: Baja karbon konstruksi (carbon structural steel) Baja karbon perkakas (carbon tool steel) Baja paduan konstruksi (Alloyed structural steel) Baja paduan perkakas (Alloyed tool steel) Baja konstruksi paduan tinggi (Highly alloy structural steel) d. Selain itu baja juga diklasifisikan menurut kualitas: Baja kualitas biasa Baja kualitas baik Baja kualitas tinggi 2.6 Sifat-Sifat Teknis Bahan a. Sifat Mekanis Baja Paduan Baja paduan merupakan campuran dari baja dan beberapa jenis logam lainnya dengan tujuan untuk memperbaiki sifat baja karon yang relatif mudah berkarat dan getas bila kadar karbonnya tinggi. Selain itu, penambahan unsur paduan juga bertujuan untuk memperbaiki sifat mekanik diantaranya: Kekuatan Kekuatan merupakan kemampuan suatu bahan untuk menahan perubahan bentuk di bawah tekanan. Penambahan logam (Ni, Cr, Molibdenum) dengan komposisi sesuai akan men ambah kekuatan baja, sebab Ni dan Cr yang ditambahkan akan masuk ke susunan atom dan menggantikan berapa atom C. Penambahan tersebut dapat meningkatkan kekuatan sampai lima kali lipat. Elasisitas Elastisitas adalah kemampuan suatu bahan unuk kembali ke bentuk semula setelah pembebanan ditiadakan atau dilepas. Modulus elastisitas merupakan indikator dari sifat elastis. Adanya penambahan logam pada baja akan meningkatkan kemampuan el astisitasnya dengan nilai modulus elastisitas yang lebih besar dari sebelumnya. Berikut beberapa logam dan nilai modulus elastisitasnya jika ditambahkan pada ba ja: Batas mulur (Plastisitas) Plastisitas adalah kemampuan suatu bahan untukberubah bentuk secara permanen set

elah diberi beban. Logam yang ditambahkan berupa nikel, vanadium, titanium, tung sten, chrome dsb akan meningkatkan nilai batas mulur. Hal tersebut disebabkan de ngan penambahan logam yang memiliki batas mulur tinggi akan menghasilkan baja pa duan yang batas mulurnya tinggi pula. Kekuatan Tarik Kekuatan tarik adalah kemampuan suatu material untuk menahan tarikan dua gaya ya ng saling berlawanan arah dan segaris. Logam Ni dan Cr merupakan bahan yang bias a ditambahankan untuk meningkatkan kemampuan menahan tariakan, selain sebagai pe nambah kekutan tekan. Keuletan Keuletan adalah kemampuan suatu material untuk diregang atau ditekuk secara perm anent tanpa mengakibatkan pecah atau patah. Baja dengan kandungan karbon rendah memiliki keuletan yang tinggi, sehingga dengan paduan logam lain kadar karbonnya akan turun. Selain itu, kandungan fosfor pada baja paduan yang rendah akan meni ngkatkan keuletannya. Tahan aus Tahan aus merupakan. Paduan logam yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan ta han aus diantaranya nikel, chrom, dan vanadium Efek utama, elemen paduan utama u ntuk baja. b. Sifat Pengaruh Lingkungan Korosi merupakan proses elektrokimia yang terjadi pada logam dan tidak dapat dih indari karena merupakan suatu proses alamiah. Berbagai faktor yang dapat menyeba bkan terjadinya korosi, yaitu: sifat logam, yang meliputi perbedaan potensial, k etidakmurnian, unsur paduan, perlakuan panas yang dialami, dan tegangan, serta f aktor lingkungan yang meliputi udara, temperatur, mikroorganisme. Baja paduan ak an memiliki ketahanan terhadap korosi jika dicampur dengan Tembaga yang berkisar 0,5-1,5% tembaga pada 99,95-99,85 % Fe, dengan Chromium, atau dicampur dengan N ikel. Baja Paduan tahan terhadap perubahan suhu, ini berarti sifat fisisnya tida k banyak berubah. Penambahan Molibdenum akan memperbaiki baja menjadi tahan terhadap suhu tinggi,l iat dan kuat Penambahan Wolfram dan penambahan Kobalt juga memberikan pengaruh yang sama sepe rti pada penambahan Molibdenum yaitu membuat baja paduan tahan terhadap suhu tin ggi 2.7 Contoh Penggunaan/Aplikasi Dibidang Teknik Pertanian/Teknik Mesin Penggunaan baja paduan banyak sekali pada bidang teknik pertanian atau teknik me sin karena baja paduan memiliki kelebihan yang berbeda sesuai dengan campuran je nis logam yang digunakan. Penggunaan baja paduan pada bidang teknika adalah mesin penghancur plastik. Pada mesin ini penggunaan baja paduan berada pada bagian pisau yang membuat pisau te rsebut mudah di asah dan mudah diganti jika sudah aus, katup coran, kawat yang t erbuat dari baja karbon, rangka mesin perontok padi, gear pada mesin milling, al at tap, pipa, dan masih banyak lagi alat atau mesin yang menggunakan baja karbon . 2.8 STANDARISASI DAN PENGKODEAN Baja memilki standar dan pengkodean yang bermacam-macam dari Amerika hingga Jepa ng pun mengkodekan jenis baja. Jenis-jenis Kode tersebut adalah AISI(American Ir on Steel Institute), SAE(Society for Automotive Engineering), UNS (Unified Numbe ring System), ASTM(American Standard for Testing and Material), JIS (Japanese In dustrial Standard), DIN (Deutsches Institut fur Normung), ASME(American Society of Mechanical Engineers), CEN(Committee European de ormalization), ISO(Internati onal Standardization Organization), dan Association francaise de normalization ( AFNOR). Standarisasi untuk pengkodean SAE memiliki cara penulisan sebagai berikut: Untuk dua angka pertama dalam sebutan ini menandakan paduan utama (s) dari baja.

Dua angka berikutnya dalam penunjukan menandakan jumlah karbon dalam baja. Masi ng-masing unsur logam lainnya memilki angka kode yang mengisi digit pertama, yai tu : 1. Baja Karbon : Digit pertama adalah "1" seperti dalam 10xx, 11xx, dan 12xx Digit kedua menjelaskan proses: "1" adalah resulfurized dan "2" adalah resulfuri zed dan rephosphorized. 2. Baja Mangan : Digit pertama adalah "1" seperti dalam 13xx dan, memang, baja karbon. Namun, karena mangan adalah normal produk baja karbon membuat AISI / SAE telah memutuskan untuk tidak mengklasifikasikan sebagai baja paduan. Digit kedua selalu "3" 3. Baja Molybdenum: Digit pertama adalah "4" seperti dalam 40xx dan 44xx. Angka kedua menunjuk persentase molibdenum dalam baja. 4. Baja Kromium: Digit pertama adalah "5" seperti dalam 51xx dan 52xx Angka kedua menunjuk persentase kromium dalam baja. 5. Baja paduan lebih satu unsur: Baja ini mengandung tiga paduan Digit pertama dapat "4", "8", atau "9" tergantung pada paduan dominan Angka kedua menunjuk persentase reaming dua paduan. Data pengkodean baja paduan sebagai berikut:

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Baja paduan merupakan suatu logam yang terbuat bahan dasar biji besi dengan bebe rapa paduan senyawa kima sehingga memiliki sifat yang khusus. Serta pada baja pa duan ini, memiliki beberapa beberapa klasifikasi serta sifat-sifat yang ada pada baja paduan tersebut. Hal ini yang sudah di terapkan pada isi daripada makalah ini. Serta baja paduan ini juga terdapat pada alat-alat teknik, salah satunya ad alah gear, mesin pemotong plastic, dan lain-lain.

Daftar Pustaka Beny Satyahadi. Online 2011. Blognya orang biasa: Besi, Baja, dan Stainless Stee l http://benysatyahadi.blogspot.com/2010/10/stainless-steel.html#ixzz1ZIxX8Enq Drs. Sumanto, MA. 1996. Pengetahuan Bahan Untuk Mesin dan Listrik. Yogjakarta: A ndi offset. Agus Siswanta, dkk. Alloy (Logam campuran). On line. 2 Oktober 2011.http://repos itory.ui.ac.id /contents/koleksi/11/52a8232fd496fbc195d36b27a663eaa6d5503b89.pdf Rosnardi Sapta. 2008. Analisis Proses Paduan Transformasi Bainitik Baja Mangan. Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatra Utara

You might also like