You are on page 1of 12

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Di dalam ergonomi terkandung makna penyerasian jenis pekerjaan dan lingkungan kerja terhadap tenaga kerja atau sebaliknya. Hal ini terkait dengan penggunaan teknologi yang tepat, sesuai dan serasi dengan jenis pekerjaan serta didukung oleh penggunaan teknologi yang tepat, sesuai dan serasi dengan jenis pekerjaan serta diperlukan pemahaman tentang bagaimana caranya memanfaatkan manusia sebagai tenaga kerja seoptimal mungkin sehingga diharapkan tercapai efisiensi, efektivitas dan produktivitas yang optimal. Organisasi kerja menyangkut waktu kerja, waktu istirahat, shift kerja, kerja lembur, sistem kerja harian/borongan, masuk kerja, sistem pengupahan, insentif yang dapat berpengaruh terhadap produktivitas. Perlindungan dibidang kesehatan kerja dan keamanan kerja yang merupakan asas dasar yang ditujukan kepada semua buruh dalam keseluruhannya, baik lakilaki maupun wanita, baik muda maupun dewasa dijelmakan terutama kedalam ketentuan yang mencakup waktu kerja, waktu mengaso (istirahat) dan waktu istirahat serta tempat kerja. Perlindungan buruh khususnya bidang kesehatan kerja dan keamanan kerja awalnya dimulai dari Negara Inggris dengan adanya revolusi industri pada sekitar abad ke 18 dimulai dengan peraturan legislasi menyangkut perlindungan bagi pekerja anak dan wanita, terus menyebar ke Eropa daratan/continental, Rusia dan ke Indonesia melalui masa penjajahan Hindia Belanda. Perkembangan di Indonesia terakhir melalui Undang-undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan juga peraturan pelaksanaannya, undangundang ini hanya mengatur sebagian saja, tidak selengkap Undang-undang sebelumnya. Pembatasan waktu kerja, waktu mengaso dan waktu istirahat
1|Pengorganisasian Kerja

merupakan hak asasi dari pekerja, dimana pekerja dapat meningkatkan harkat dan martabatnya. Pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang ada atau berjalan masih jauh dari yang diharapkan, untuk itu pengawasan dari pengawas instansi yang berwenang sangat diharapkan dapat bekerja secara maksimal agar perlindungan kepada buruh/pekerja dapat tercapai sesuai tujuannya. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan pengorganisasian kerja? 2. Bagaimanakah waktu kerja yang sesuai? 3. Apa yang dimaksud dengan shift kerja? 4. Bagaimana kerja lembur atau overtime work mempengaruhi kesehatan pekerja? 5. Bagaimanakah jenis istirahat yang disarankan untuk pekerja? 1.3. Tujuan Penyusunan makalah ini mempunyai tujuan: 1. Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Ergonomi dan Faal Kerja yang diberikan. 2. Untuk memberikan pengetahuan tambahan kepada mahasiswa jurusan K3 yang mengambil mata pelajaran Ergonomi.

2|Pengorganisasian Kerja

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengorganisasian Kerja Secara Umum Organisasi kerja menyangkut waktu kerja, waktu istirahat, shift kerja, kerja lembur, sistem kerja harian/borongan, masuk kerja, sistem pengupahan, insentif yang dapat berpengaruh terhadap produktivitas. Jam kerja yg berlebihan, kerja lembur di luar batas kemampuan akan mempercepat kelelahan, menurunkan ketepatan, kecepatan dan ketelitian kerja karena tubuh perlu keseimbangan yg ritmis antara asupan energi & istirahat. Seperti kita ketahui bahwa tubuh kita memiliki irama dan ritmenya sendiri, yang disebut dengan circadian rhythm. Kebanyakan sistem metabolisme tubuh kita sangat aktif pada waktu tertentu dan tidak aktif pada saat yang lain. Sebagai contoh, denyut jantung dan temperature badan kita berubah-ubah selama 24 jam; biasanya berada pada titik terendah pada jam 4.00 dan mencapai puncak pada siang hari. Aktivitas metabolisme (kemampuan tubuh menghasilkan energi dari makanan) paling tinggi pada siang sampai sore hari. Secara alamiah, tubuh kita diciptakan untuk aktif pada siang hari dan butuh beristirahat pada malam hari untuk penyegaran dan recovery. Fluktuasi circadian rhythm menjadi sebab yang mempengaruhi perubahan kinerja mental dan fisik. Oleh karena itu pengorganisasian kerja sangat penting diterapkan dengan baik sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit akibat kerja, kecelakaan kerja dan sebagainya yang mengurangi produktivitas pekerja. 2.2. Waktu Kerja Adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan siang hari dan/atau malam hari.
3|Pengorganisasian Kerja

Siang hari adalah waktu antara pukul 06.00 sampai 18.00 Malam hari adalah waktu antara pukul 18.00 sampai 06.00 Waktu kerja meliputi (Pasal 77 UU 13/2003): 7 jam/hari dan 40 jam/minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu 8 jam/hari dan 40 jam/minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu Manusia sebagai satu organ yang hidup juga perlu istirahat/ tidur, rekreasi bersama keluarga dan memenuhi kehidupan sosial disamping bekerja. Karena itu 8 jam sehari merupakan lama kerja yang sangat ideal, dan jangan sampai dikorbankan dengan alasan menambah penghasilan melalui lembur yang sebenarnya tidak produktif. Solusi yang lebih baik apabila dibentuk kelompok baru yang mampu bekerja 8 jam lagi karena tentunya ini akan lebih produktif. Tidak jarang pekerja harus bekerja malam dan bergilir demi pemanfaatan mesin dan peningkatan produksi. Disini terpaksa manusia siang hari harus bekerja malam dan dini hari, satu hal yang tidak biasa buat mereka. Kalau ini tidak diatur dengan baik akan terjadi masalah-masalah sosial, kesehatan dan gangguan tidur dengan segala konsekuensinya. Memang akibat yang muncul sangat individual tetapi pada umumnya mereka akan mengalami gangguan tidur yang sama, kehidupan sosial dan keluarga yang berbeda, begitu juga penyakit yang akan dideritanya. 2.3. Shift Kerja Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal adanya 24-hour society membutuhkan pelayanan sewaktu-waktu seperti rumah sakit, dinas pemadam kebakaran, call center, kepolisian atau yang lainnya. Ada pula industri yang harus beroperasi 24 jam per hari karena proses produksinya yang panjang dan kontinu, seperti industri kimia atau industri manufaktur yang menggunakan mesin yang memerlukan setup
4|Pengorganisasian Kerja

yang lama dan mahal. Pekerjaan shift adalah pekerjaan yang mempunyai jadwal diluar jam kerja normal (jam 9.00 17.00). Jadwal shift kerja yang berlaku sangat bervariasi. Biasanya adalah shift kerja 8 jam atau 12 jam dalam sehari. Menurut Center for Disease Control and Prevention, US Department of Health and Human Service, 15.5 juta orang di US adalah pekerja shift. Shift kerja dan waktu kerja berlebih biasanya diterapkan untuk lebih memanfaatkan sumber daya yang ada, meningkatkan produksi, serta memperpanjang durasi pelayanan. Shift kerja berbeda dengan hari kerja biasa, di mana pada hari kerja biasa pekerjaan dilakukan secara teratur pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya sedangkan shift kerja dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk memenuhi jadwal 24 jam/hari. Biasanya perusahaan yang berjalan secara kontinyu yang menerapkan aturan shift kerja ini. Alasan lain dari shift kerja adalah kebutuhan sosial akan pelayanan. Polisi dan rumah sakit benarbenar dibutuhkan untuk 24 jam/hari, 7 hari/minggu. Berbagai alasan dikemukakan oleh para pekerja shift, diantaranya adalah gaji yang lebih baik, lebih banyak waktu mengasuh anak di siang hari, mempunyai waktu lebih di siang hari untuk bersantai, lebih banyak kesempatan untuk melanjutkan pendidikan, malam hari suasananya lebih tenang dan biasanya hanya sedikit supervisor di malam hari. Tetapi, banyak diantara pekerja shift menyatakan bahwa mereka sebenarnya terpaksa bekeja shift karena tidak memiliki pilihan pekerjaan yang lain. Upaya-upaya mengurangi dampak buruk akibat kerja shift melalui pendekatan organisasi dapat dilakukan dengan pengaturan shift kerja secara adil. Terdapat 2 macam pembagian shift kerja, yaitu 2 shift dan 3 shift. Pembagian satu hari kerja menjadi 2 shift yaitu shift pagi (day shift) dengan jam kerja pukul 06.00-18.00 dan shift malam (night shift) dengan jam kerja pukul 18.00-06.00. sedangkan untk pembagian menjadi 3 shift adalah shift pagi yaitu pukul 08.0016.00, siang yaitu pukul 16.00-00.00 dan malam yaitu pukul 00.00-08.00. Ketika bekerja shift merupakan keharusan dan kita tidak bisa memilih, maka ada beberapa strategi yang dapat dilakukan agar tetap sehat. Diantaranya adalah
5|Pengorganisasian Kerja

usahakan untuk cukup tidur, usahakan agar kualitas tidur kita terjaga. Olahraga teratur juga sangat dianjurkan untuk menjaga daya tahan tubuh. Beberapa teknik relaksasi juga dipercaya akan menurunkan beban mental dan tingkat stress. Pilih teknik relaksasi yang paling mudah seperti mendengarkan musik yang menenangkan, bersosialisasi dengan teman, atau menekuni hobi. Selain itu, tentunya dianjurkan pula untuk mengkonsumsi diet yang sehat. Dampak Shift Malam 1. Efek fisiologis Beberapa efek kerja shift terhadap tubuh: a. Mempengaruhi kualitas tidur. Tidur siang tidaklah seefektif tidur pada malam hari karena terdapat banyak gangguan. Biasanya memakan waktu dua hari istirahat untuk menggantikan waktu tidur malam akibat kerja shift malam. b. Kurangnya kemampuan fisik untuk bekerja pada malam hari. Walaupun masalah penyesuaian sirkadian merupakan alasan yang utama, ada alasan lain yaitu perasaan mengantuk dan lelah. c. Mempengaruhi kemampuan mental. Johnson dalam Pulat melaporkan bahwa berkurangnya kapasitas mental mempengaruhi perilaku waspada terhadap pekerjaan seperti pengontrolan dan monitoring kualitas. Lebih lanjut, Kelly dan Schneider dalam Pulat menyatakan bahwa kesalahan dapat meningkat secara bermakna (80% sampai 180%) karena bertambahnya lama kerja shift. d. Gangguan kegelisahan juga telah dilaporkan terjadi di antara pekerja shift malam. Kehilangan waktu tidur dan efek sosial dari kerja shift juga merupakan alasan utama. e. Gangguan saluran pencernaan. Thiis-Everson melaporkan bahwa dari 6000 pekerja Norwegia, 35% pekerja shift malam mengalami gangguan perut, 13,4% mengalami ulserasi, dan 30% mengalami gangguan usus.
6|Pengorganisasian Kerja

2. Efek Sosial Sebagai tambahan, kerja shift juga mempengaruhi kehidupan sosial: a. Mengganggu kehidupan keluarga b. Sedikitnya kesempatan untuk berinteraksi dengan kerabat dan rekan. c. Mengganggu aktivitas kelompok. 3. Efek Performansi Wyatt dan Marriott dalam Pulat mengkonfirmasikan bahwa sebagai akibat dari efek fisiologis dan sosial, performansi (penampilan) juga akan menurun pada malam hari. Browne menemukan bahwa kelambatan atau penundaan menjawab panggilan telepon pada operator telepon meningkat secara drastis pada shift malam. Bjerner et al mengobservasi kesalahan yang lebih tinggi secara bermakna dilakukan oleh pembaca meteran di perusahaan gas pada waktu shift malam dari pada shift lainnya. Monk dan Embrey menyatakan bahwa kebanyakan dari efek ini akibat kurangnya kewaspadaan pekerja pada waktu shift malam. 2.4. Waktu Lembur (Overtime Work) Pasal 78 ayat (1) UU 13/2003, menyebutkan:

Adalah waktu untuk melaksanakan pekerjaan melebihi waktu kerja sebagaimana ditetapkan. Syaratnya : Ada persetujuan buruh yang bersangkutan (atas dasar sukarela) dan hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam/hari dan 14 jam/minggu. Tenaga kerja sehat menurut pemeriksaan dokter Tidak terdapat bahan kimia/bahan lain yg berbahaya Bukan pada pekerja tua Makanan tambahan cukup Kendaraan antar jemput
7|Pengorganisasian Kerja

Bekerja pada hari-hari libur resmi apabila jenis dan sifat pekerjaan harus dilaksanakan atau dijalankan secara terus menerus atau pada keadaan lain berdasarkan kesepakatan antara buruh dengan pengusaha dan Pengusaha wajib membayar upah kerja lembur. Tips untuk mengendalikan lembur adalah : 1. Identifikasi dan list seluruh detail elemen pekerjaan yang harus diselesaikan. 2. Mengenali beberapa kemungkinan detail elemen pekerjaan yang akan berpotensi menyebabkan lembur.. 3. Susun karyawan berfokus pada point 1 dan detailkan agar selama 8 jam kerja karyawan bisa efektif dan menyelesaikan seluruh yang harus dikerjakan. 4. Untuk point 2 maka tidak ada pilihan, hal ini tidak bisa dihindari dan datang tidak regular, maka lembur harus dijalankan, perhatikan siapa yang lembur. Sebisa mungkin usahakan karyawan dengan Gaji pokok paling kecil yang dilemburkan karena pada perhitungan upah lembur akan lebih kecil dibandingkan karyawan dengan gaji pokok yang besar. 5. Jika point 1 memunculkan biaya lembur yang sangat besar dan sudah mendekati 50%-70% biaya gaji karyawan, maka rancanglah pekerjaan untuk dibagi dalam 2 shift, ingat biaya lembur sangat tinggi berarti kita membayar orang yang sudah lelah, mungkin hanya bekerja sebesar 1/3 kapasitas sesungguhnya, jauh lebih untung jika membayar orang baru dengan sistem shift. 6. Kendalikan lembur lebih dari 7 jam, jika memungkinkan hilangkan. Karena lembur lewat 7 jam dikenakan tarif 3, tentunya memang lebih akan menekan biaya. Lembur lebih dari 7 jam biasa terjadi pada hari libur. Ukuran keberhasilan menekan lembur : 1. Biaya gaji tetap, Biaya lembur turun dan Output yang dihasilkan Tetap atau malah Naik.
8|Pengorganisasian Kerja

2. Biaya gaji naik (a), Biaya lembur turun (b) dan Output yang dihasilkan Naik (c) dengan syarat c tidak boleh lebih kecil dari a-b. 2.5. Waktu Istirahat Waktu istirahat adalah waktu untuk pemulihan setelah melakukan pekerjaan untuk waktu tertentu. Pengaturan waktu istirahat harus disesuaikan dengan sifat, jenis pekerjaan dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya seperti lingkungan kerja panas, dingin, bising dan berdebu. Namun demikian secara umum, di Indonesia telah ditentukan lamanya waktu kerja sehari maksimum adalah 8 jam kerja dan selebihnya adalah waktu istirahat. Memperpanjang waktu kerja lebih dari itu hanya akan menurunkan efisiensi kerja, meningkatkan kelelahan, kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Dalam hal lamanya waktu kerja melebihi ketentuan yang telah ditetapkan (8 jam per hari atau 40 jam seminggu), maka perlu diatur waktu istirahat khusus agar kemampuan kerja dan kesegaran jasmani tetap dapat dipertahankan dalam batas-batas toleransi.

Istirahat antara jam kerja sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja (Pasal 79 UU 13/2003).

Istirahat mingguan adalah 1 hari untuk 6 hari kerja/minggu atau 2 hari untuk 5 hari kerja/minggu (Pasal 79 UU 13/2003). Istirahat untuk menjalankan kewajiban/menunaikan ibadah menurut agama bagi pekerja diberikan kesempatan yang secukupnya (Pasal 80 UU 13/2003). Buruh perempuan yang dalam masa haid merasakan sakit tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua pada waktu haid (Pasal 81 ayat 1 UU 13/2003). Buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 bulan sebelum melahirkan dan 1,5 bulan setelah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan (Pasal 82 ayat 1 UU 13/2003).

9|Pengorganisasian Kerja

Buruh

perempuan

yang

mengalami

keguguran

kandungan

berhak

memperoleh istirahat 1,5 bulan atau sesuai dengan keterangan dokter kandungan atau bidan (Pasal 82 ayat 2 UU 13/2003). Jenis-jenis Istirahat a. Spontan Istirahat spontan jelas merupakan istirahat yang diselipkan oleh pekerja sendiri untuk mengaso. Meski tidak akan memakan waktu lama meskipun sering dilakukan, terutama pada pekerjaan yang berat. b. Tersembunyi Ialah melakukan pekerjaan yang tidak perlu bagi tugas yang sedang Ia tangani. Banyak juga tempat-tempat yang memungkinkan waktu mengaso jenis itu, misalnya membersihkan komponen mesin, membenahi bangku kerja, duduk yang enak dan lain-lain. c. Kondisi pekerja Istirahat kondisi kerja terdiri atas segala tipe waktu tunggu, tergantung pada pengaturan pekerja atau gerakan dari mesin. Seringkali waktu tunggu semacam itu terjadi ketika operasi mesin telah selesai, perkakas harus didinginkan, menanti datangnya komponen, atau operasi perawatan mesin. d. Istirahat yang ditetapkan atas dasar perundang-undangan yg berlaku. Pemberian waktu istirahat tersebut secara umum dimaksudkan untuk: a. Mencegah terjadinya kelelahan yang berakibat kepada penurunan kemampuan fisik dan mental serta kehilangan efisiensi kerja. b. Memberi c. kesempatan tubuh untuk melakukan pemulihan atau penyegaran. Memberikan kesempatan waktu untuk melakukan kontak sosial.

10 | P e n g o r g a n i s a s i a n K e r j a

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Pengorganisasian kerja terutama menyangkut waktu kerja, waktu istirahat, kerja lembur dan lainnya yang dapat menentukan tingkat kesehatan dan efisiensi tenaga kerja. Diperlukan pola pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat yang baik, terutama untuk kerja fisik yang berat. Jam kerja selama 8 (delapan) jam / hari diusahakan sedapat mungkin tidak terlampaui, apabila tidak dapat dihindarkan, perlu diusahakan group kerja baru atau perbanyakkan kerja shift. Untuk pekerjaan lembur sebaiknya ditiadakan, karena dapat menurunkan efisiensi dan produktivitas kerja serta meningkatnya angka kecelakaan kerja dan sakit. 3.2. Saran Pihak manajemen perusahaan tempat para tenaga kerja bekerja perlu memperhatikan kondisi pekerja yang akan bekerja melewati batas waktu yang ditentukan sehingga kecelakaan kerja dapat dihindari Prinsipnya, kerja cerdas dan berkualitas. Kuantitas jam kerja belum tentu signifikan dengan produktifitas. Oleh karena itu perlu menghitung lembur untuk produktifitas tinggi.

11 | P e n g o r g a n i s a s i a n K e r j a

DAFTAR PUSTAKA
https://riyantoro.wordpress.com/2007/05/28/pengaturan-waktu-tenaga-dan-pikiran/ http://blog.trisakti.ac.id/dianmardi/2011/03/01/jika-bekerja-shift-menjadi-pilihan/ http://nonameface.wordpress.com/2008/06/06/shift-work/ http://bang-aan.blogspot.com/2010/02/peraturan-tentang-waktu-kerja-lembur.html http://romailprincipe.wordpress.com/2009/04/11/lembur/ http://wadas-isbs.com/?p=109 http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/03/ergonomi-dalam-kerja-dan-keletihan/

12 | P e n g o r g a n i s a s i a n K e r j a

You might also like