You are on page 1of 29

KERANGKA KONSEP ASUHAN KEBIDANAN

OLEH : SRI AMBARWATI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK JOMBANG 2010 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan satu negara untuk memberikan pelayanan kesehatan. Indonesia, di lingkungan Asean, merupakan negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu. Dengan perkiraan persalinan di Indonesia setiap tahunnya sekitar 5.000.000 jiwa dapat dijabarkan bahwa: 1. Angka kematian ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunnya atau terjadi setiap 26-27 menit. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 30,5 %, infeksi 22,5.%, gestosis 17,5 %, dan anestesia 2,0 %. 2. Kematian bayi sebesar 56/10.000 menjadi sekitar 280.000 atau terjadi sctiap 18- 20 menit sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 49-60 %, infeksi 24-34 %, prematuritas/BBLR 15-20 %, trauma persalinan 2-7 %, dan cacat bawaan 13 %. Memperhatikan angka kematian ibu dan bayi, dapat dikemukakan bahwa: 1. Sebagian besar kematian ibu dan perinatal terjadi saat pertolongan pertama sangat dibutuhkan. 2. Pengawasan antenatal masih belum memadai sehingga penyulit hamil dan hamil dengan risiko tinggi tidak atau terlambat diketahui. 3. Masih banyak dijumpai ibu dengan jarak hamil pendek, terlalu banyak anak, terlalu muda, dan terlalu tua untuk hamil. 4. Gerakan keluarga berencana masih dapat digalakkan untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS). 5. Jumlah anemia pada ibu hamil cukup tinggi. 6. Pendidikan masyarakat yang rendah cenderung memilih pemeliharaan kesehatan secara tradisional, dan belum siap menerima pelaksanaan kesehatan modern. Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang diatami sebagian besar negara berkembang, maka WHO dan UNICEF di Alma Ata, Uni Sovyet 1978 telah menyelenggarakan pertemuan dengan menghasilkan gagasan untuk menerapkan 2

Primary health care yaitu upaya kesehatan utama dengan teknologi berdaya guna dan tepat guna, sesuai dengan kemampuan masyarakat sehingga dicapai Health for all by year the 2000. Dalam upaya mewujudkan kesehatan masyarakat terutama dalam mencegah angka kematian ibu dan anak pemerintah mencanangkan program safe methorhood yang berupa 6 pilar sebagai realisasi kerja, antara lain : 1. Pelayanan keluarga berencana 2. Asuhan antenatal 3. Persalinan bersih dan aman 4. Pelayanan obsetrik neonatal 5. Pelayanan kesehatan dasar 6. Pelayanan kesehatan primer dengan pemberdayaan wanita Gagasan Pelayanan Kesehatan Utama tersebut mempunyai unsur: 1. Meningkatkan pelaksanaan pengawasan hamil. 2. Meningkatkan penerimaan keluarga berencana. 3. Meningkatkan gizi ibu hamil dan menyusui. 4. Meningkatkan pelaksanaan imunisasi. 5. Meningkatkan upaya kesehatan lingkungan. 6. Meningkatkan upaya sistem rujukan. 7. Menerapkan pelayanan kesehatan yang terjangkau masyarakat. Bidan di kenal sbg orang yg profesional dan bertanggung jawab yg bekerja sbg mitra perempuan dlm memberikan dukungan yg diperlukan, asuhan dan saran selama kehamilan, periode persalinan, dan post partum, Bidan memiliki tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita tp juga keluarga dan masyarakat.tugas ini meliputi pendidikan antenetal dan persiapan menjadi orang tua dan dapat meluas hingga kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau reproduksi dan perawatan anak. melakukan pertolongan persalinan di bawah tanggung jawab sendiri, serta memberikan perawatan pd bayi. Bidan sebagai pemberi pelayanan kebidanan merupakan ujung tombak dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Salah satu kontribusi menurunkan AKI adalah dengan memberikan pelayanan kebidanan yang berkualitas. Agar pelayanan kebidanan yang diberikan dapat berkualitas. Bidan harus memiliki cara pandang bagaimana pelayanan tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan, keyakinan, pemahaman dan cara

pandang. Bidan dalam kaitan atau hubungan timbal balik antara manusia/wanita, kesehatan (lingkungan, pelayanan kebidanan, perilaku dan keturunan), pemahaman bidan terhadap sejarah pelayanan dan pendidikan bidan, teori dan konseptual model yang melatarbelakangi praktek kebidanan, peran fungsi kompetensi dan ruang lingkup praktik bidan, metode pendekatan pemecahan masalah dalam melakukan Asuhan Kebidanan, standar pelayanan kebidanan, prinsip pengembangan karir bidan termasuk di dalamnya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

01/PER/M.PAN/1/2008 tentang Jabatan Fungsional Bidan dan Angka Kreditnya, Kepmenkes No. 369/Menkes/SK/2007 tentang standar Profesi Bidan, Kepmenkes RI Nomor 900/MENKES/SK/II/2002, Register dan Praktek Bidan.

BAB 2 LANDASAN TEORI 1.1 Definisi Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Konsep adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu. Woodruf mendefinisikan konsep sebagai adalah suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda). Pada tingkat konkrit, konsep merupakan suatu gambaran mental dari beberapa objek atau kejadian yang sesungguhnya. Pada tingkat abstrak dan komplek, konsep merupakan sintesis sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari pengalaman dengan objek atau kejadian tertentu. Kebidanan berasal dari kata Bidan yang artinya adalah seseorang yang telah mengikuti pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau mendapat ijin melakukan praktek kebidanan. Definisi Bidan Dalam bahasa inggris, kata midwife (bidan) berarti with woman yg artinya bersama wanita, dalam bahasa perancis sage femme (bidan) berarti wanita bijaksana Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah di akui pemerintah dan telah lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku, di catat ( register ), di beri izin scr sah untuk menjalankan praktek. Menurut ICM ( International confederation of midewifery )

Bidan adalah seorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang di akui Negara serta memperoleh kualifikasi dan di beri izin untuk menjalankan praktek kebidanan di negeri itu. Dia harus memberi supervise, asuhan dan memberikan nasehat yang di butuhkan pada wanita selama hamil, persalinan dan masa pasca persalinan, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri serta asuhan pada BBL dan anak. Asuhan ini merupakan tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lain. Bidan di kenal sbg orang yg profesional dan bertanggung jawab yg bekerja sbg mitra perempuan dalam memberikan dukungan yang diperlukan, asuhan dan saran selama kehamilan, periode persalinan, dan post partum, melakukan pertolongan persalinan di bawah tanggung jawab sendiri, serta memberikan perawatan pada bayi. Asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu pasien atau klien yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara : 5

a. Bertahap dan sistematis b. Melalui suatu proses yang disebut manajemen kebidanan Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.Manajemen kebidanan menyangkut pemberian pelayanan yang utuh dan menyeluruh dari kepada kliennya, yang merupakan suatu proses manajemen kebidanan yang diselenggarakan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas melalui tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang disusun secara sistematis untuk mendapatkan data, memberikan pelayanan yang benar sesuai dengan keputusan tindakan klinik yang dilakukan dengan tepat, efektif dan efisien.

Standar 7 langkah Varney, yaitu : 1. Langkah 1 : Pengkajian. Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara: a. Anamnesa b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital c. Pemeriksaan khusus d. Pemeriksaan penunjang. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu di konsultasikan kepada dokter dalam penatalaksanaan maka bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang di hadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus yang komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi / masukan klien yang sebenarnya dan valid. Kaji ulang data yang sudah di kumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat. 2. Langkah II: Merumuskan Diagnosa/Masalah Kebidanan Pada langkah ini identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah 6

tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasioleh bidan sesuaidengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan. 3. Langkah III: Mengantisipasi Diagnosa/Masalah Kebidanan Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnose potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potesial tidak terjadi. 4. Langkah IV: Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter dan/untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan. Jadi, penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus. Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan emergency/segera untuk segera ditangani baik ibu maupun bayinya. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau yang bersifat rujukan. 5. Langkah V: Merencana Asuhan Secara Menyeluruh. Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah teridentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari masalah yang berkaitan tetapi juga dari krangka pedoman antisipasi terhadap 7

wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalahmasalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah psikologi. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien. 6. Langkah VI: Implementasi. Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman dan efisien. Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri, bidan tetap bertanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam kondisi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananyarencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Pelaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien. 7. Langkah VII: Evaluasi. Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasidi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam pelaksanaannya. 2.2 Macam - macam Asuhan Kebidanan 1. Asuhan kebidanan pada ibu hamil 2. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin 3. Asuhan kebidanan pada ibu nifas 4. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 5. Asuhan kebidanan pada neonatus & balita (sehat/sakit) 6. Asuhan kebidanan pada pelayanan KB 7. Asuhan kebidanan pada gangguan system reproduksi

Asuhan kebidanan meliputi antenatal care, intranatal care, postnatal care, dan childbirth berdasarkan filisofi kebidanan. 2.2.1 Antenatal care 1. Masa kehamilan di mulai dari masa konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya kehamilan normal adalah : 280 hari dan di bagi dalam triwulan yaitu : - triwulan pertama : bulan 1 sampai bulan ketiga triwulan kedua : bulan keempat sampai bulan keenam triwulan ketiga : bulan ketujuh sampai bulan kesembilan.

Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial dalam keluarga. Tujuan asuhan antenatal care : 1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan dan kesejahteran ibu dan bayi. 2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi. 3. Mengenali scr dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yg mungkin terjadi selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit scr umum, kebidanan dan pembedahan. 4. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi. Asuhan kebidanan pada antenatal : 1. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan lengkap,dengan sebelumnya bidan memberikan informasi secara lengkap mengenai prosedur tindakan atau pemeriksaan yg akan di lakukan 2. Meningkatkan dan mengutamakan kebutuhan ibu dengan memberika tablet zat besi, imunisasi TT, memantau kemajuan kehamilan, pemeriksaan labIoratorium. 3. Memberikan konseling tentang : a. Peningkatan konsumsi gizi b. Istirahat cukup c. Perubahan fisik dan psikologis d. Memberitahukan kepada ibu kembali control 4. Menasehati bila ada tanda-tanda bahaya spt : a. perdarahan pervaginam b. sakit kepala 9

c. gangguan penglihatan d. pembengkakan pada wajah atau tangan atau kaki e. nyeri pada perut f. janin tidak bergerak sebanyak biasanya. g. Asuhan dilkukan sesuai standart asuhan kebidanan 2.2.2 Intranatal care Persalinan dan kelahiran adalah kejadian fisiologis yg normal. Kelahiran seorang bayi jg merupakan peristiwa sosial yg ibu dan keluarga nantikan selama kurang lebih 9 bulan. Asuhan kebidanan selama intranatal normal : 1. Menghadirkan dan melibatkan suami atau keluraga selama proses persalinan agar ibu merasa nyaman dan aman. 2. Membantu ibu untuk memenuhi kebutuhanya seperti nutrisi, membimbing untuk rileks sewaktu ada his, menjaga kebersihan tubuh melakukan masase. 3. Memberikan dukungan mental 2.2.3 Nifas atau postnatal care Masa nifas dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali hampir seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung Kira- Kira 6 minggu Asuhan pada ibu nifas bertujuan untuk 1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi 2. Melaksanakan scrining yg komprehensif mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi. 3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi, kb, menyusui, pemberian imunisasi. 4. Kunjungan pada nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayinya serta untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah- masalah yg terjadi. 5. 6-8 jam setelah persalinan mencegah perdarahan post partum karena atonia uteri, pemberian asi awal, melakukan hubungan antara ibu dan bayinya untuk mencegah hipotermi. 6. 6 hari setelah persalinan, petugas memastikan involusio uteri berjalan baik, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan memastikan ibu cukup nutrisinya.

10

7. 6 minggu setelah proses persalinan penolong menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yg dihadapi semua bayinya dan memberikan konseling KB secara dini. 2.2.4 Childbirth Asuhan kebidanan dalam penanganan bayi baru lahir segera setelah lahir dalah: 1. Membersihkan jalan nafas, bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila tidak menangis maka penolong harus membersihkan hidung, ronggo mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yg di bungkus dengan kasa steril dan penghisapan lendir. 2. Memotong dan merawat tali pusat, tali pusat di potong sebelum dan sesudah placenta lahir kecuali pada bayi kurang bilan. Sebelum memotong tali pusat pastikan tali pusat di klem dengan baik untk mencegah terjadinya perdarahan. 3. Mempertahankan suhu tubuh bayi, bayi baru lahir harus segera di bungkus hangat, karena bayi baru lahir belum bisa mengatur suhu. 4. Pemantauan bayi baru lahir untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak. 2 jam pertama sesudah bayi normal meliputi: kemampuan menghisap kuat atau lemah, bayi tampak aktif atau lemah, bayi kemerahan atau biru. 5. Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yg memerlakuakan tindak lanjut, seperti : Bayi kecil untuk masa kehamilan Gangguan pernafasan Hipotermi Infeksi Cacat bawaan atau trauma lahir 2.3 Prinsip Pokok Asuhan Kebidanan Prinsip prinsip pokok asuhan kebidanan selama kehamilan ada 5 yaitu: 1. Kelahiran adalah proses yg normal 2. Kehamilan dan kelahiran biasanya merupakan proses yg normal, alami dan sehat 3. Membantu dan melindungi proses kelahiranya adalah bidan 4. Bidan adalah yang paling cocok untuk kebanyakan ibu selama kehamilan dan persalinan Pemberdayaan: a. Ibu dan keluarga mempunyai kebijaksanaan dan setiap kali tahu kapan akan melahirkan 11

Keyakinan ibu untuk merawat bayi dapat ditingkatkan atau dihilangkan karena pengaruh linkungan b. Ibu sbg aktor utama dalam proses persalinan Bidan atau penolong adalah aktor pembantu selama proses persalinan. c. Otonomi Ibu dan keluarga memerlukan informasi yg cukup shg mereka dapat membuat suatu keputusan Bidan harus tahu dan memberikan informasi yg akurat tentang resiko, prosedur, obat-obatan dan tes. Bidan membantu ibu dalam membuat suatu pilihan yg terbaik untuk dirinya dan baginya berdasarkan nilai dan kepercayaan. 2.3.1 Pelayanan kebidanan. Pelayanan kebidanan adalah ilmu kebidan melalui asuhan kebidanan kepada klien yang menjadi tanggung jawab bidan, mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana termasuk kesehatan reproduksi wanita dan pelayanan kesehatan masyarakat. 1. Pelayanan kebidanan di bedakan berdasarkan kewenangan bidan yaitu : Layanan kebidan primer / mandiri, merupakan asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan itu sendiri. 2. Layanan kolaborasi, merupakan asuhan kebidanan yang di berikan kepada klien dengan tanggung jawab bersama semua pemberi pelayanan yang terlibat mis ( nifas, bidan, dokter, dan atau tenaga kesehatan lainya.) Bidan adalah anggota tim. 3. Layanan rujukan, merupakan asuhan kebidanan yang dilakukan dengan menyerahkan tanggung jawab kepada dokter, ahli dan / tenaga kesehatan profesional lainya untuk mengatasi masalah kesehatan klien di luar kewenagan bidan dalam rangka menjamin kesejahteraan ibu dan anaknya. 2.3.2 Praktik kebidanan. Praktik kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan melalui pelayanan /asuhan kebidanan kepada klien dengan pendekatan manajemen kebidanan. Lingkup praktik kebidanan meliputi asuhan mandiri/ otonomi pada anak perempuan, remaja putri dan wanita dewasa sebelum, selama kehamilan dan sesudahnya. Ini berarti bidan melakukan pengawasan, memberi asuhan dan saran yang di 12

perlukan kepada wanita selama masa hamil, bersalin dan masa nifas. Praktik kebidanan dilakukan dalam sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi pada masyarakat, dokter, perawat, dan dokter spesialis di pusat-pusat rujuk. 2.4 Konsep Dasar Konsep Asuhan Kebidanan Menurut Helen Varney 2.4.1 Pengertian Manajemen Kebidanan adalah Proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian / tahapan yang logis untuk mengambil keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 1997).

2.4.2

Tujuan Memberikan Asuhan Kebidanan yang adekuat komprehensif, dan tersandart pada ibu intranatal dengan memperhatikan riwayat ibu selama kehamilan, kebutuhan dan respon ibu serta mengantisipasi resiko-resiko yang terjadi selama proses persalinan.

2.4.3

Hasil yang diharapkan Terlaksananya asuhan segera atau rutin pada saat ibu bersalin termasuk pengkajian, membuat diagnosa kebidanan, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan terhadap tindakan segera baik oleh bidan maupun oleh dokter atau melakukan kolaburasi dengan tenaga kesehatan lain serta menyusun rencana asuhan dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah sebelumnya. Langkah Langkah 2.4.4.1 Pengumpulan Data Dasar Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. a. Data Subyektif 1) Biodata Nama : Nama klien dan suami perlu ditanyakan dengan lengkap agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien lain. (Christina I, 1984 : 84) Umur : Untuk menentukan prognosa kehamilan. Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa usia 13

2.4.4

aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. (Sarwono P., 1999 : 23) Paritas : Paritas 2-3 merupakan paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. (Sarwono P., 1999 : 23) Pendidikan : Makin rendah pendidikan ibu, kematian bayi makin tinggi, sehingga perlu diberi penyuluhan. (Depkes RI, 1993 : 30) Pekerjaan : Pekerjaan suami dan ibu sendiri untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonominya agar nasehat kita sesuai, juga untuk mengetahui apakah pekerjaan tersebut mengganggu kesehatan atau tidak, misalnya bekerja di pabrik rokok, mungkin zat yang dihisap akan berpengaruh pada janin dan apakah gizi tercukupi atau tidak. (Christina I, 1989 : 85) Perkawinan : Perkawinan yang sering dan berapa lamanya perkawinan dapat menentukan bagaimana keadaan alat kelamin ibu. Bila perkawinan sudah laa lalu hamil, maka nilai anak tersebut sangat besar sekali sehingga harus diperhitungkan dalam pimpinan persalinan. (Sulaiman S., 1983 : 155) Alamat : Untuk mengetahui ibu tinggal dimana, menjaga kemungkinan bila ada ibu yang namanya sama. Agar dapat dipastikan ibu yang mana yang hendak ditolong untuk kunjungan rumah. (Christina I., 1989 : 84) 2) Keluhan Utama Apakah ibu datang untuk melahirkan ataukah ada keluhan-keluhan lainnya. Pinggang terasa sakit menjalar ke depan, sifat tertentu, intervalnya semakin pendek dan kekuatannya makin besar

14

Nyeri semakin hebat bila untuk aktifitas (jalan) dan tidak berkurang bila dibuat tidur. Intensitas nyeri tergantung keadaan klien

Mengeluarkan lendir darah Pengeluaran cairan yang sebagian besar ketuban pecah setelah menjelang pembukaan lengkap (I.B.Gde Manuaba, 1998 : 165)

3) Riwayat Kesehatan Ditanyakan apakah ibu menderita hipertensi, TBC, DM, maupun hepatitis. Ibu hamil dengan riwayat penyakit hipertensi perlu ditentukan pimpinan persalinan dan kemungkinan bisa menyebabkan transient hypertension. Ibu hamil dengan riwayat TBC aktif kemungkinan bisa menyebabkan kuman saat persalinan dan bisa menular pada bayi. Ibu dengan riwayat DM mempunyai pengaruh dalam

persalinannya kemungkinan terjadi yaitu inersia uteri, atonia uteri, distosia bahu karena anak besar, kelahiran mati. Sedangkan akibat bayinya bisa cacat bawaan, janin besar, IUFD, dan lainlain Bila ibu kena hepatitis kemungkinan akan menular pada bayinya. (Sarwono P., 1999 : 401) 4) Riwayat Kesehatan Keluarga Apakah keluarga punya keluarga yang menderita penyakit menular, maka kemungkinan bayinya akan tertular. Bila punya keturunan kembar, maka kemungkinan akan menurun. 5) Riwayat Kebidanan Haid Selama haid apakah ditemukan keluhan pusing, pingsan ataupun tanda anemia yang lain serta jumlah perdarahan yang lebih hingga ada stosel, untuk mengidentifikasi adanya resiko perdarahan selama persalinan. (Persis Mary Hamilton, 1995 : 74). Ditanyakan menarch, siklus, lamanya, jumlah, ada gangguan haid atau tidak (Sarwono P., 1999 : 103-104) Riwayat Kehamilan dulu 15

Apakah kehamilan yang lalu ada penyakit atau tidak, control rutin atau tidak. (Modul 2, Penilaian Resiko Antenatal, 2002 : 8) Riwayat Persalinan dulu Persalinan yang dulu sulit kemungkinan persalinan ini juga mengalami kesulitan (misalnya perdarahan, sectio caesaria, solutio plasenta, plasenta praevia), kemungkinan dapat terjadi atau timbul perdarahan pada persalinan sekarang hingga mempengaruhi nifas. 6) Riwayat kehamilan / persalinan sekarang Ditanyakan Amenorhoe.bulan, kapan hari pertam hadis terakhir untuk menentukan usia kehamilan dan hari perkiraan persalinan Kapan ibu merasakan pergerakan anak Hitung perkiraan persalinan dari HPHT dengan Rumus Naegele (Tgl + 7, bulan 3, tahun +1) Keluhan ibu pada trimester I, II, III Berapa kali ibu memeriksakan kehamilannya ke bidan Ibu sudah atau belum dengan imunisasi TT, berapa kali mendapat imunisasi TT 7) Riwayat Persalinan Ditanyakan pasien : Bila persalinan primi, persalinan yang lalu tidak dikaji Bila persalinan multi, persalinan yang lalu diidentifikasi anak lahir cukup bulan atau tidak, persalinan normal atau tidak, siapa penolongnya, jenis kelamin bayi, berat badan bayi, tinggi badan bayi, kapan berlangsungnya, bagaimana nifasnya apakah ada perdarahan, komplikasi, ASI atau tidak dan lain-lain 8) Riwayat Keluarga Berencana (KB) Apakah sudah pernah ikut program keluarga berencana jika ya memakai kontrasepsi apa dan berapa lama. 9) Pola Kebiasaan sehari-hari Nutrisi : Selama hamil di anjurkan memenuhi

kebutuhan kalori 500 Kkal per hari , kalsium

16

1200 mg perhari , protein gr /Kg BB per hari . Eliminasi : Bagaimana kebiasaan buang air besar dan buang air kecil apakah mengalami gangguan Personal hygiene : Hal ini berkaitan dengan kebersihan diri Aktifitas : Apakah ibu seorang pekerja atau

pengangguran, hal ini berpengaruh terhadap kesehatannya terutama istirahatnya Psikologi : Apakah hamil ini diharapkan atau tidak, bagaimana penerimaan suami dan keluarga tentang kehamilannya Sosial budaya : Apakah ada kebiasaan yang merugikan saat persalinan misalnya minum jamu, membuka semua pintu rumah dsb Kehidupan sexual : Apakah selama hamil tidak mengganggu kegiatan tersebut dan berapa kali frekwensinya b. Data Obyektif 1) Pemeriksaan fisik Keadaan umum Kesadaran delirium , coma . Keadaan emosional ibu : Statis / labil Tekanan darah Nadi Suhu Pernafasan : Normal < 140/90 mmHg : Normal < 100x/mnt : Normal 360 37,50C : Normal 20 30x/mnt : Baik / tidak : Composmentis , apatis , somnolen ,

Status gizi Ibu, Kenaikan BB selama hamil antara 6,5 16 kg (rata-rata) Kenaikan BB trimester I : 1 kg Kenaikan BB trimester II : 5 kg Kenaikan BB trimester III : 5,5 kg TB, normalnya lebih dari 145 cm Lila harus lebih dari 23,5 cm, bila kurang berarti status gizi buruk Penampilan sikap lordose 17

(Cristina I., 1989 : 45) 2) Inspeksi Dilakukan pemeriksaan mulai dari ujung rambut sampai ujung jari kaki. Kepala : Rambut hitam tebal lurus, bersih. Muka pucet, oedema, dan lain-lain. Mata, hidung, telinga, mulut Leher Dada : Apakah ada pembengkakan kelenjar thyroid atau tidak : Simetris, ada hyperpigmentasi, dan lain-lain

Abdomen : Ada pembesaran sesuai umur kehamilan atau tidak ada hyperpigmentasi, luka bekas operasi, dan lain-lain. (Modul II, Depkes RI, 2002 : 4) 3) Palpasi Leopold Ia : Tinggi fundus uteri berapa jari dan diukur secara Mc.Donald yaitu : mengukur jarak fundussymphisis dalam cm dibagi 3,5 merupakan tuanya kehamilan dalam bulan Leopold Ib : Bagian apa yang ada di fundus uteri. Pada letsu biasanya fundus uteri teraba bagian yang bulat, keras dan melenting Leopold IIa : Menentukan melintang Leopold IIb : Bagian apa yang ada di sisi kanan kiri rahim ibu. Bila sulit menentukan, maka bisa mencari cara lain yaitu secara Alhfeld dan Boedin Leopold III : Bagian apa yang ada di bawah rahim ibu. Bila ini sulit bisa memakai cara Kneble. Leopold IV : Seberapa jauhnya bagian terendah anak masuk dalam pintu atas panggul (konvergent / situs janin membujur atau

divergent) TBJ : Untuk memperkirakan berat janin dengan rumus (MD-12) x 155, menurut rumus Johnson, MD = Jarak symphisis fundus uteri.

18

4) Auscultasi Detak jantung janin normal terdengar jelas dan teratur pada 1 tempat, frekwensi normal 120 160 x/mnt, apabila presentasi kepala ada di bawah pusat. (Mochtar. R 1998 : 51-53). Pada letak sungsang terdengar jelas di atas perut ibu. 5) Perkusi Reflek patellas (+), maka ibu tidak kekurangan vitamin B1, mendeteksi adanya hypovitaminosis. 6) His Kala I : Pada kala I his belum begitu kuat, datangnya antara 10-15 menit dan tidak seberapa mengganggu Kala II : His menjadi lebih kuat, kontraksinya tiap 1-3 menit, lamanya 50 detik Kala III : Setelah bayi lahir, his berhenti sebentar, tetapi setelah beberapa menit timbul lagi (Manuaba, 1998 : 165) Yang diperiksa adalah : lama, sifat, interval dan frekwensi his. 7) Panggul Panggul luar diperiksa bila pada primi atau multi bila ada indikasi : Distantia Spinarum : Diukur jarak antara Spina Illiaka Anterior Superior kanan kiri (N : 23-26 cm) Distantia Cristarum : Diukur jarak antara Crista Illiaca Antewrior Superior kanan kiri (N : 26-29 cm) Distantia Conjugata Externa (Baudelogue). Diukur jarak antara pinggir atas symphisis dan ujung Prosesus Spinosus tulang lumbal ke V (N : 18-20 cm) Distantia SIPS : Diukur jarak antara Spina Illiaca Posterior Soperior kanan kiri (N : 8-10 cm) Distantia Tuberum : Diukur jaran antara Tubero os ischii kanan kiri (N : 10-11,5 cm) Lingkar Panggul : Diukur jarak antara dari pinggir atas sympisis kepertengahan antara Spina Illiaca Anterior Superior dan Trochanter Mayor sepihak dan kembali melalui tempat yang sama di pihak yang lain. (N : 90-100 cm) 8) Genitalia 19

Adakah blood slym, condiloma aquminata, condilomatalata, varices, oedema, kebersihannya dan infeksi yang lain. Vagina Toucher (VT) : Servik : Berapa pembukaan, ada penipisan, lunak datar, tebal, kaku Ketuban utuh atau pecah Presentasi : Teraba bulat keras melenting (kepala), teraba bagian kecil anak Turunnya bagian terendah anak (Hodge) : Hodge I : Sejajar pintu atas panggul Hodge II : Sejajar Hodge I, melewati pinggir atas symphisis Hodge III : Sejajar Hodge I, melewati Spina Ischiadica Hodge IV : Melewati Os Coccigius Ada caput atau bagian yang menumbung (I B Gde Manuaba, 1998 : 170) 9) Extremitas bawah Adakah oedema, varices atau kelainan lain. 10) Pemeriksaan penunjang Hb, Albumin, dan Reduksi. (Sulaiman S., 1983 : 157) 2.4.4.2 Interpretasi Data Dasar Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap masalah atau diagnosa berdasarkan interpretasi data yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dirumuskan diagnosa yang spesifik, masalah psikososial berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita tersebut. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosa kebidanan. Standar nomenklatur diagnosa kebidanan : - Diakui dan telah disahkan oleh profesi - Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan - Memiliki ciri khas kebidanan - Didukung oleh clinical judgement - Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan Diagnosa kebidanan : G .. P .. Inpartu Kala I Fase Aktif 20

2.4.4.3 Mengidentifikasi Masalah atau Diagnosa Potensial Pada langkah ini bidan mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan masalah atau diagnosa yang sudah teriden tifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila mungkin dilakukan pemecahan. Masalah yang sering timbul atau muncul pada ibu inpartu : 1) Nyeri berdasarkan kontraksi uterus 2) Cemas berdasarkan kurangnya pengetahuan tentang persalinan 3) Potensial terjadinya odema portio sebelum waktunya 4) Potensial terjadinya penyulit Kala I inertia uteri 5) Potensial terjadinya penyulit Kala II bayi besar 6) Potensial terjadinya penyukit Kala Iii kontraksi uterus yang lemah 7) Potensial terjadinya penyulit Kala IV atonia uteri 2.4.4.4 Menetapkan kebutuhan Tindakan Segera Baik oleh bidan atau dokter, dan atau untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Beberapa kasus mengendalikan situasi yang membutuhkan tindakan segera sambil menunggu tindakan dokter, misalnya pada kasus prolaps tali pusat. Sedangkan pada kasus lainnya tidak memerlukan tindakan darurat tetapi perlu konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Bidan yang mengkaji kondisi klien dan menentukan tindakan yang paling tepat dan penting untuk wanita tersebut. 2.4.4.5 Menyusun Rencana yang Komprehensif Pada langkah ini direncakan asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh hasil kajian ini direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh hasil kajian dengan menggunakan 60 langkah persalinan : I . Melihat tanda dan gejala kala II . 1. Ibu mempunyai dorongan untuk meneran , merasakan tekanan pada anus , perineum menonjol , anus dan vulva membuka. II . Menyiapkan pertolongan persalinan. 2. Memastikan perlengkapan alat alat persalinan termasuk

mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan spuit kedalam partus set. 21

3. Penolong memakai celemek. 4. Melepas semua perhiasan dan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai . 5. Memakai sarung tangan DTT . 6. Menghisap oksitosin kedalam spuit dan meletakkan kembali ke partus set . III. Memastikan pembukaan lengkap . 7. Membersihkan vulva dengan kapas DTT dari arah depan ke belakang . 8. Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap , bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap dilakukan amniotomi. 9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan yang memakai sarung tangan dan melepaskan dalam keadaan terbalik serta merendamnya kedalam larutan klorin 0,5 %. 10. Memeriksa DJJ untuk memastikan DJJ dalam batas normal . IV . Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu posisi ibu untuk meneran . 11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu dengan posisi yang nyaman , mengajari cara meneran dan meminta keluarga untuk memberi semangan pada ibu . 12. Meminta bantuan keluarga untuk membantu posisi ibu untuk meneran. 13. Apabila ada his : Membimbing ibu untuk meneran. Memuji dan memberi semangat . Membantu posisi yang nyaman sesuai keinginan ibu

Apabila tidak ada his : Menganjurkan ibu untuk istirahat . Menganjurkan keluarga utuk memberi semangat Memberi makanan dan minuman Memeriksa DJJ.

22

V. Persiapan pertolongan kelahiran bayi. 14. Jika kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm meletakkan handuk bersih di atas perut ibu . 15. Meletakkan kain bersih dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu. 16. Membuka partus set . 17. Memakai sarung tangan tangan DTT pada kedua tangan . VI . Menolong kelahiran bayi . 18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5 6 cm lindungi perineum dengan satu tangan dilapisi kain , tangan yang lain melakukan tekanan lembut di sub occiput untuk membantu agar kepala bayi tidak terjadi deflexi yang terlalu cepat sehingga lahirlah dahi , mata , hidung , mulut dan dagu. 19. Saat kepala lahir , mengusap muka bayi dengan kassa DTT . 20. Memeriksa lilitan tali pusat dan tidak didapatkan lilitan . 21. Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan. 22. Setelah kepala melakkan putaran paksi luar melahirkan bahu dengan cara biparetal , menarik ke bawah untuk melahirkan bahu depan dan menarik ke atas untuk melahirkan bahu belakang . 23. Setelah bahu lahir , tangan kanan menyangga kepala , leher , dan bahu janin bagian posterior dengan posisi ibu jari pada leher ( bagian bawah kepala ) dan keempat jari pada bahu dan dada / punggung janin . sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu janin bagian anterior saat badan dan lengan lahir . 24. Setelah badan dan lengan lahir , tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah ( selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin ) VII. Penanganan bayi baru lahir . 25. Menilai dengan cepat ( tangis , warna , gerak ) dan meletakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala lebih rendah . 26. Segera mengeringkan bayi , membungkus kepala dan bayi kecuali tali pusat . 27. Menjepit tali pusat + 3 cm dari pusar bayi dan mengurut tali pusat kearah perut ibu , memasang klem ke 2 , + 2 cm dari klem pertama.

23

28. Memotong tali pusat diantara 2 klem sambil melindungi perut bayi dengan satu tangan dari gunting tali pusat . 29. Menganti handuk dengan kain kering untuk menyelimuti bayi. 30. Meletakkan bayi ke ibunya untuk disusui bila ibu menghendaki VII . Penanganan aktif kala III. 31. Mengecek fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal / kembar . 32. Memberi tahu ibu untuk disuntik. 33. Melakukan penyuntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha ibu bagian luar , sebelumnya diaspirasi dulu . 34. Memindahkan klem + 5-10 cm dari vulva . 35. Meletakkan satu tangan diatas tulang pubis untuk palpasi kontraksi , tangan lain memegang tali pusat dan klem. 36. Melakukan PTT dengan cara dorsocranial , satu tangan diatas suprapubis melakukan tekanan yang berlawanan keatas dan kebelakang dengan hati hati , bila plasenta sudah lepas terdapat tanda tanda pelepasan plasenta ( tali pusat bartambah panjang , ada semburan darah tiba tiba ada perubahan bentuk uterus ) 37. Mengeluarkan plasenta dan meminta ibu untuk meneran dan menarik tali pusat kearah bawah dan keatas sesuai dengan kurve jalan lahir. 38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina memegang plasenta dengan kedua tangan dengan hati hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin , mengeluarkan selaput ketuban dengan hati hati . 39. Massage uterus sampai uterus berkontraksi + 15 detik. IX . Menilai perdarahan . 40. Memeriksa kelengkapan plasenta. 41. Memeriksa adanya robekan jalan lahir . X. Melakukan prosedur pasca persalinan . 42. Menilai ulang uterus dan memastikan kontraksi uterus baik , menilaai perdarahan pervaginam 43. Mencuci kedua tangan dengan ke larutan klorin 0,5 % membilas ke air DTT , mengeringkan dengan handuk kering dan bersih . 44. Mengikat tali pusat + 1 cm dari pusar. 45. Mengikat kembali dengan 2 kali simpul mati. 24

46. Melepaskan klem dan melatakkan kedalam larutan klorin 0,5 % 47. Membungkus kembali bayi terutama bagian kepala. 48. Menganjurkan ibu untuk menyusui . 49. Melanjutkan memantau kontraksi uterus dan perdarahan pervagina : 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan . Tiap 20 30 menit pada jam kedua pasca persalinan .

Jika kontraksi tidak melanjutkan menatalaksanaan atonia uteri , jika ada laserasi dilakukan penjahitan . 50. Mengajarkan pada ibu dan keluarga melakukan massage uterus dan memeriksa uterus. 51. Mengevaluasi kehilangan darah. 52. Memeriksa tekanan darah , nadi dan kandung kemih tiap 15 menit pada 1 jam pertama dan tiap 30 menit pada jam kedua pasca persalinan memeriksa suhu tubuh ibu setiap jam selama 2 jam PP. 53. Menempatkan semua alat kedalam larutan klorin 0,5 selama 10 menit , mencuci dan membilas setelah di dekontaminasi. 54. Membuang bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai. 55. Membersihkan ibu dengan air DTT , membantu ibu memakai pakaian yang kering dan bersih. 56. Memastikan ibu nyaman , bantu ibu memberi ASDI memberi ibu makan dan minuman yang diinginkan . 57. Mendekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5 % belas dengan air bersih . 58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 % membalikkan bagian dalam keluar dan merendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. 59. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir . 60. Melengkapi partograf. 2.4.4.6 Melaksanakan Asuhan Melaksanakan asuhan secara menyeluruh yang telah direncanakan. Pelaksanaan asuhan dilakukan oleh bidan, sebagian oleh klien sendiri atau petugas kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak melaksanakan asuhan

25

secara menyeluruh, tetapi dia bertanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanannya. Kaji ulang apakah seua sesuai rencana yang telah dilaksanakan. 2.4.4.7 Evaluasi Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang diberikan, apakah telah memenuhi kebutuhan yang telah teridentifikasi dalam diagnosa maupun masalah, pada setiap periode kala I, II, III dan IV

26

BAB 4 PEMBAHASAN Dari uraian diatas diperoleh kesimpulan 1. Komunikasi terapeutik yang baik dalam melakukan pengkajian dapat menentukan hasil pengkajian dalam menggali masalah. 2. Tahap pengkajian, penulis menemukan kesamaan dan perbedaan dengan teori yang diuraikan 3. Pada analisa data, penulis dapat menganalisa data dan menentukan diagnose dan masalah 4. Rencana tindakan yang diberikan bergantung pada diagnosa dan masalah yang ditemukan 5. Pelaksanaan didasarkan pada rencana tindakan dan keadaan pasien 6. Evaluasi merupakan tolak ukur keberhasilan terhadap asuhan yang telah diberikan

27

BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Menguraikan kesimpulan dari kasus yang di dapat mulai awal sampai dengan akhir secara lengkap. Setelah dievaluasi tindakan yang dilakukan berhasil sehingga ibu tidak terjadi hal-hal yang membahayakan . Faktor Penghambat : Kurangnya waktu dan kemampuan petugas dalam memberikan asuhan kebidanan Faktor Penunjang : 5.2.Saran 1. Untuk Petugas Kesehatan a. Sebagai petugas kesehatan khususnya bidan harus lebih sabar dalam menghadapi pasien inpartu b. Sebagai bidan hendaknya dapat menjelaskan tentang kemajuan persalinan c. Sebagai bidan hendaknya dapat menjadi teman bagi pasien 2. Untuk Ibu a. Klien dan keluarga diharakan dapat mengerti tentang masa yang di hadapi b. Klien diharapkan lebih sabar dalam menghadapi masa kehamilan Sarana-prasarana dan fasilitas memadai Pengetahuan dan ketrampilan petugas sesuai dengan standard Ada kerja sama yang baik antara petugas dan klien

28

DAFTAR PUSTAKA

Effendy Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC.

Depkes RI. 2000. Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta. http://d3kebidanan.blogspot.com/2009/11/manajemen-kebidanan-menurut-varney.html

http://penel-bid.blogspot.com/2009/06/paradigma-konseptual-model-asuhan.html

Cunningham, F. Gary, dkk. 2005. Obstetri William Vol.1 Jakarta:EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KeluargaBerencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Mary Hamilton, Persis. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Mochtar Rustam. 1998 : Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta Bina Pustaka. P e l a y a n a n Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : B i n a pustaka

Sastawinata, Sulaiman. 1983.Obstetri Fisiologi. Bambang : Elemen

29

You might also like