You are on page 1of 3

1.

Bagian yang sama Menurut prinsip ini, kita membagi dengan adil, jika kita membagi rata yaitu membagi kepada semua orang yang berkepentingan menjadi bagian yang sama. Membagi atas dasar undian merupakan salah satu cara untuk mempraktekkan prinsip ini, karena dengan itu semua orang akan mendapatkan peluang yang sama. 2. Kebutuhan Prinsip ini menekankan bahwa kita berlaku adil, bila kita membagi sesuai dengan kebutuhan. Misalkan, porsi makan orang dewasa dengan anak-anak tidak bisa disama-ratakan, namun dihidangkan sesuai dengan kebutuhan mereka, tidak bisa disamakan. 3. Hak Hak merupaka hal yang penting bagi keadilan pada umumnya, termasuk keadilan distributif. Seorang karyawan yang bekerja di suatu perusahaan, telah diperlakukan adil oleh perusahaannya jika ketentuan-ketentuan dalam janji/kontrak kerja telah dilaksanakan. 4. Usaha Prinsip ini perlu dipertimbangkan juga dalam pembagian yang adil. Mereka yang mengeluarkan banyak usaha dan keringat untuk mencapai suatu tujuan, pantas diperlakukan dengan cara lain daripada orang yang tidak berusaha. Di tempat kerja, uang lembur diberikan berdasarkan prinsip ke-4 ini. Karyawan yang bekerja lebih lama dari karyawan lain mendapat uang lembur, walaupun belum tentu hasil kerjanya lebih baik dan lebih banyak dari karyawan lain. 5. Kontribusi kepada masyarakat Prinsip ini menekankan bertindak adil sesuai dengan apa yang diberikan kepada masyarakat. Sebagai contoh, seorang menteri lebih didahulukan dalam jadwal penerbangan, dan penumpang biasa menunggu hingga penerbangan berikutnya. Namun, prinsip ini harus dipakai dengan ekstra hati-hati dan mudah disalahgunakan. 6. Jasa Menurut prinsip ini jasa menjadi alasan juga untuk memberikan sesuatu kepada satu orang yang tidak diberikan kepada orang lain. Dalam konteks ekonomi dan bisnis, jasa terutama dalam bentuk prestasi. Seperti karyawan yang berprestasi akan mendapatkan bomus, hal ini dapat juga disebut adil.

Berdasarkan prinsip-prinsip material ini telah dibentuk beberapa teori keadilan distributif, yaitu : 1. Teori Egalitarianisme Teori ini didasarkan pada prinsip yang pertama. Mereka berpendapat bahwa kita baru membagi adil bila semua orang mendapat bagian yang sama. Semboyan egalitarian yang khas adalah sama rata, sama rasa. Egalitarianisme ini pantas menimbulkan simpati kita. Pemikiran ini merupakan keyakinan umum sejak zaman modern, artinya sejak Revolusi Prancis menumbangkan monarki absolut dan feodalisme. Walaupun martabat manusia selalu sama, dalam banyak hal manusia tidak sama. Intelegensi, ketrampilan dan kemampuan dalam menghasilkan nilai ekonomis seringkali berbeda. Sebagi contoh, adalah sistem penggajian. Para pendukung egalitarianisme yang radikal memang akan berpendapat bahwa sistem penggajian baru adil bila semua karyawan dalam perusahaan menerima gaji yang sama persis. 2. Teori Sosialistis Teori ini memilih prinsip kebutuhan sebagai dasarnya. Menurut mereka, masayarakat diatur dengan adil, jika kebutuhan semua warganya terpenuhi, sperti kebutuhan akan sandang, pangan, papan. Secara konkret, sosialisme terutama memikitkan masalah-masalah pekerjaan bagi kaum buruh dalam konteks industrialisasi. Perlu diakui, ketuhan dan kemampuan memang tidak boleh diabaikan dalam melaksanakan keadilan distributif. Tetapi timbul kesulitan besar juga, bila prinsip ini dipakai sebagai pegangan satu-satunya utnuk mewujudkan keadilan distributif. Terutama dalam 2 macam kritik dapat dikemukakan. Pertama, jika kebutuhan dijadikan satu-satunya kriteria untuk melaksanakan keadilan di bidang penggajian, para pekerja tidak akan termotivasi untuk bekerja keras. Kritik kedua, menyangkut kemampuansebagai satu-satunya alasan untuk membagi pekerjaan. Terutama dalam sosialisme komunistis yang totaliter, prinsip ini mengakibatkan orang yang berkemampuan harus menerima saja, bila negara mebagi pekerjaan kepadanya. 3. Teori Liberalistis

Liberalisme justru menolak pembagian atas dasar kebutuhan sebagai tidak adil. Yang tidak berusaha, tidak mempunyai hak pula untuk memperoleh sesuatu. Liberalisme menolah sebagi sangat tidak etis sikap free rider, yaitu benalu yang menumpang pada usaha orang lain tanpa mengeluarkan keringat sendiri. Dalam teori liberalistis tentang keadilan distributif digarisbawahi pentingnya dari prinsip 3 (hak), dan prinsip 4 (usaha) tapi secara khusus prinsip 6 (jasa atau prestasi), terutama prestasi mereka dilihat segaia perwujudan pilihan bebas dari seseorang. Teori keadailan distributif diatas yang membatasi diri pada satu prinsip saja, ternyata sulit dipertahankan. Untuk membagi dengan adil, kita harus memperhatikan semua prinsip material. Hal itu berarti, dalam suatu keadaan konkret kita harus mempertimbangkan prinsip mana yang paling penting. Salah satu tugas untuk setiap masyarakat demokratis adalah bersama-sama mengembangkan kesepakatan tentang yang bisa dinilai sebagai pembegian adil dalam situasi tertentu.

You might also like