You are on page 1of 6

Analisis Studi Kasus dan Resume Chapter 6 Policy Formulation: Design and Tools

Kelompok :
1. 2. 3.

Ayu Verawati Frismai Anggit Yusi Ika Merlin


4. 5.

(14020110120074) (14020110120075) (14020110120076) (14020110120079) (14020110120080) (14020110120081)

Sri Ahmad Adib Afdholi

6. Indriastuti Kusuma

Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro 2011

KEBIJAKAN PUBLIK ANALISIS KEBIJAKAN PEMBUATAN JALAN TOL SEMARANG-SOLO Suatu kebijakan pasti lahir dari alternative=alternative yang ada, untuk dipilih suatu alternative yang menguntungkan dan dapat memecahkan masalah tersebut, hal ini dinamakan alternative terpilih. Dalam studi kasusnya kami mengambil tentang kebiajakan pembuatan jalan tol, kebijakan ini muncul karena adanya beberapa masalah kebijakan yaitu : karena saat ini jaringan jalan yang melewati daerah tersebut sering terjadi kemacetan dan tingkat kecelakaan lalu lintas yang cukup tinggi. Hal ini terjadi karena bercampurna kegiatan local dan lalu lintas regional. Kegiatan lokal seperti pasar dan pergerakan angkutan umum sangat mengganggu kelancaran lalu lintas. Dengan dibangunnya jalan tol Semarang Solo, maka aksesibilitas antar kawasan dapat lebih singkat dari sisi waktu perjalanan daripada menggunakan jalur sebelumnya. Yang terlibat dalam pembangunan jalan tol ini, peran stakeholder sangat menentukan. Pemerintah, swasta dan masyarakat berperan serta untuk mendukung terlaksananya sebuah kebijakan dan pembangunan infrastrukturnya. Pemerintah pusat membuat kebijakan ini dikarenakan beberapa alternatif kebijakan yang telah di bahas diatas, dan kemudian pembangunan dilaksanakan oleh pihak swasta PT Jasa Marga sebagai pemenang tender yang diberikan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan selaku pengelola yang mempunyai proyek.selain itu, Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah, yang dibiayai oleh APBN dan di putuskan oleh Mahkamah Agung dan PT. Istaka Karya sebagai kontraktor yang memberikan subkontraktor kepada PT. Bumi Sentosa Dwi Agung Pelaksanaan kebijakan ini tentunya dibawah pengawasan pemerintah dan ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat. Kepentingan tersebut lebih pada kepentingan para elit yaitu PT Jasa Marga dan PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah.

Adapun tujuan pembuatan jalan tol , pertama untuk meningkatkan perekonomian Jawa Tengah dan menjadi akses angkutan barang. Apabila angkutan barang tidak boleh lewat di ruas jalan tersebut, maka bisa dikatakan tujuan pembangunan tidak tercapai. Kedua, untuk kepentingan masyarakat.Tapi, Masyarakat yang mana? karena dalam sejarah selama ini tidak ada masyarakat sekitar jalan tol yang menjadi sejahtera setelah wilayah mereka dilewati jalan tol, yang ada juga tanah mereka menjadi berkurang karena tergusur untuk pembangunan jalan tol. Ketiga, Untuk mempersingkat jarak tempuh antara kota Semarang Solo, dimana jika melewati jalan biasa yang digunakan bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 2,5 jam. Jalan yang sempit dan juga pengguna jalan yang melintas terlalu banyak, menyebabkan sering terjadi kemacetan dititik tertentu yang berakibat pada seringnya terjadi kecelakaan. Keempat, Jalan tol juga dapat memperlancar lalu lintas dan aksesbilitas orang,barang dan jasa didaerah yang berkembang serta penghematan biaya perjalanan bagi pelaku pergerakan. Tujuan pembuatan jalan Tol Semarang-Ungaran ini belum tercapai yang mana bisa dilihat dalam pembangunannya yang belum rampung dan pada titik tertentu, jalan Tol tersebut mengalami kerusakan (longsor). Dan juga adanya masalah dengan masyarakt setempat tentang pembebasan lahan yang sampai sekarang belum menemukan suatu kesepakatan. Penyebab terjadinya kemacetan dalam pembangunan proyek tersebut atau tertundanya kebijakan tersebut yaitu karena belum mendapatkan persetujuan ijin operasional dari TMJ, adanya perkuatan fondasi dan jembatan yang dilakukan pasca terjadinya longsor, longsor itu disebabkan adanya tanah kerek (lempung) yang tidak bias menyerap air, maka iair itu akan menggelembung ditanah tanah urukan saja sehingga tanah urukan itu akan rawan retak/ bahkan longsor. Belum dibayarkannya dana proyek Tol Semarang-Ungaran karena PT. Istaka Karya telah difonis pailit oleh Mahkamah Agung. Penentuan tariff masuk jalan Tol juga merupakan salah satu penyebab terhambatnya pembangunan jalan Tol ini. Pengadaan lahan

merupakan kendala yang harus dihadapi dalam penyediaan lahan untuk jalan tol. Dimana nilai lahan yang ditawarkan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat dalam hal penentuan besarnya ganti rugi dan sumber pembiayaan yang disebabkan karena swasta enggan untuk mencairkan dana pengadaan lahan. Adanya resiko pengadaan lahan yaitu tidak adanya kepastian mengenai besaran biaya yang harus dibayar investor dan kepastian waktu kapan lahan dapat dibebaskan menyebabkan investor tidak dapat melanjutkan investasinya kerena lahan belum bebas.selain itu, Kebijakan pembangunan jalan tol tertunda diakibatkan banyak konflik, diantaranya yaitu belum ada pelunasan atau belum dibayarnya kontraktor pada PT Istaka Karya, dikarenakan PT Istaka Karya sekarang ini dinyatakan sudah pailit dan tidak mampu membayarnya kembali. Banyak penyimpangan yang terjadi pada pembuatan jalan tol SemarangUngaran. PT Istaka Karya yang telah menyalahi kesepakatan pada Mahkamah Agung, penyalah gunakan jalan yang hanya dibuka atau hanya bisa dilewati mobil pribadi saja, akibatnya kebijakan tersebut hanya berjalan pada keuntungan satu pihak, dan tidak akan membawa dampak positif bagi semua orang, khususnya tidak memberikan dampak signifikan terhadap pengurangan masalah kemacetan . Apabila jalan tersebut benar-benar untuk mobil pribadi saja artinya pemerintah membangun jalan tol dengan menggunakan uang rakyat mencapai miliaran rupiah hanya diperuntukkan untuk orang kaya dan pejabat. Hal itu sangat menyalahi kaidah jalan tol. Dan Adanya dugaan penyelewengan untuk studi kelayakan ruas tol SemarangSolo sepanjang 75 km adalah Rp 20 juta per km atau mencapai Rp 1,6 miliar, sedangkan dalam laporan disampaikan mencapai Rp 3,8 miliar. Selain itu PT. Bumi Sentosa Dwi Agung (BSDA) belum membayarkan dana pembuat proyek tol senilai Rp 30 miliar kepada subkontraktor PT. Istaka Karya yang menyebabkan pailit. Dengan adanya kebijakan Pembangunan Jalan Tol tersebut, ada beberapa dampak yang diakibatkan, yaitu :

a. Pemaikan BBM per minggu bertambah sebelum adanya proyek jalan tol tersebut Jadi, apabila jalan yang sebelumnya tidak mengalami kemacetan , maka jarak tempuh yang digunkan untuk mencapai tujuan jauh lebih cepat daripada menggunakan jaln tol. Namun, apabila jalan awal mengalami kemacetan, maka akan lebih menguntungkan bila menggunakan jalan tol tersebut. b. Banyak warga sekitar yang mengalami kerugian karena adanya pembebasan tanah, Namun , bila ditinjau dari masyarakat dalam hal melakukan perjalanan, maka setempat dari tidak memberika kerugian bagi masyarakat aksesibilitas dan mobilitasnya dalam aspek

melakukan tujuan perjalanan. Solusi yang digunakan yaitu, seharusnya ruas jalan tol diperuntukkan untuk angkutan barang juga, sehingga tujuan pembuatan tersebut dapat tercapai dengan baik dan menguntungkan atau berdampak positif bagi semua orang. Kemudian, Solusi dari adanya Kebijakan Pembangunan Jalan Tol yang ternyata tidak untuk kepentingan masyarakat ini, maka dalam rangka menghindari dampak negatif pembangunan dan tetap memberikan manfaat dan keuntungan bagi masyarakat, maka infrastruktur jalan lokal yang terganggu akibat pembangunan jalan tol, harus dipertahankan atau dikembalikan fungsinya sebagaimana sebelum pembangunan jalan tol. Alternative lain, agar kebijakan tersebut dapat terealisasi dengan baik yaitu dengan rute tol Semarang-Ungaran agar dipindahkan atau digeser dari rencana semula agar tidak terjadi kerusakan lagi (tanah longsor) yang disebakan karena adanya tanah kerek. Kementrian BUMN mestinya mengambil alih/ menyuntikkan modal kepada PT. Istaka Karya agar dapat melanjutkan proyek pembangunan tol tersebut. Perlunya pengecekan datadata laboratorium agar tidak terjadi perbadaan antara perencanaan dengan pelaksanaannya.

You might also like