You are on page 1of 5

JUDUL:Peran Keluarga Dalam Penanganan Perilaku Anak ADHD (Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder). PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugerah Tuhan yang harus dijaga dengan baik agar mampu melewati setiap fase tumbuh kembang dalam hidupnya. Periode emas atau golden age (0-3 tahun) merupakan masa anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara cepat. Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental (Suyanto, 2005). Hal ini mengisyaratkan bahwa apabila anak diberikan banyak stimulus dan latihan untuk mengembangkan dirinya secara menyeluruh, maka perkembangan pada aspek kognitif, motorik, serta afektif bisa dicapai secara optimal yang akan mendukung perkembangan anak selanjutnya. Hal ini tentu saja bisa dicapai apabila anak tumbuh secara normal, berarti bahwa tidak ada gangguan yang diderita anak baik secara fisik, psikologis maupun perilakunya. Sebaliknya jika anak memiliki gangguan fisik seperti kecacatan tubuh/hendaknya fisik, maupun psikologis seperti autisme, hiperaktif, enuresis, serta gangguan perilaku, maka dapat menghambat perkembangan dan pertubuhannya pula. Salah satu gangguan yang cukup menghambat proses perkembangan anak adalah gangguan perilaku, karena dapat memunculkan banyak permasalahan dalam kehidupannya sehari-hari. Suatu bentuk gangguan perilaku yang umumya terjadi pada anak usia dini dan usia sekolah adalah hiperaktivitas atau ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder). ADHD adalah gangguan psikiatrik atau gangguan perilaku yang paling banyak dijumpai, baik di sekolah ataupun di rumah. Gangguan ini merupakan salah satu kelainan yang sering dijumpai pada gangguan perilaku anak. Dalam tahun terakhir ini gangguan ADHD menjadi masalah yang mendapat banyak sorotan dan perhatian utama dikalangan medis ataupun masyarakat umum (Saputro, 2005). Sebagian besar orang tua ataupun guru masih menganggap anak dengan gangguan tersebut sebagai anak nakal atau malas. Padahal anak dengan gangguan tersebut apabila tidak mendapat

pertolongan yang tepat, akan mengalami kesulitan belajar, prestasi belajar buruk, gagal sekolah,tingkah lakunya menganggu, sikapnya tampak sulit diterima oleh lingkungannya dan bahkan cenderung tidak disukai oleh orang tua ataupun guru. Dari penelitian-penelitian dilaporkan bahwa anak ADHD yng mengulang kelas satu kali sebanyak 50-85%, yang mengulang kelas dua sampai tiga kali sebanyak 30 %, dan yang harus mengikuti kelas khusus sebanyak 10 %, (Sidhi, 2000). Penanggulangan kasus penderita ADHD adalah melalui terapi medikasi atau farmakologi. Namun para ahli umumnya tidak menyarankan obat-obatan sebagai terapi tunggal. Obat memiliki efek sampingan yang merugikan, yaitu timbul kantuk, nafsu makan berkurang atau sebaliknya sulit tidur, nyeri perut, sakit kepala, cemas, perasaan tidak nyaman, kreatvitas terhambat. Dalam jangka panjang menyebabkan kecanduan, ketergantungan obat bahkan sampai ia dewasa. Perkembangan jiwa anakpun ikut mempengaruhi munculnya perilaku adiktif . Ada beberapa terapi okupasi untuk memperbaiki gangguan perkembangan dan perilaku pada penderita ADHD diantaranya adalah sensory integration, snozelen, neurodevelopment treatment, modifikasi perilaku, terapi bermain. Pencapaian keberhasilan suatu terapi anak ADHD, baik terapi okupasi, wicara, maupun modivikasi perilaku, tidak hanya ditentukan oleh kemampuan terapis yang menangani, akan tetapi pentingnya peran orang tua dalam mendukung program yang telah diatur dalam proses terapi agar mendapatkan hasil yang maksimal. Keluarga sebagai sistem terkecil dalam sebuah masyarakat memiliki fungsifungsi yang secara umum meletakkan dasar kehidupan dan membantu generasi penerusnya untuk bertahan. Berdasarkan dimensi hubungan sosial, keluarga dapat didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang hidup dalam tempat tinggal yang sama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin, sehingga tercipta suasana saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri (Shochib, 2000). Setiap anggota keluarga memiliki perbedaan kebiasaan perilaku, sehingga masing-masing anggota keluarga akan mengalami perbedaan dalam memaknai setiap peristiwa yang terjadi pada keluarga tersebut (Klein, 1996). Pemaknaan terhadap sebuah peristiwa akan diwujudkan dalam

simbol-simbol tertentu. Simbol tersebut akan dimanifestasikan ketika seseorang berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain (Klein, 1996, h. 88). Oleh karena itu, pendefinisian seseorang terhadap sebuah situasi ditentukan oleh bagaimana dirinya merasakan lingkungannya dan bagaimana tindakan yang akan dilakukannya. Dua alasan inilah yang mendasari pola interaksi simbolis di lingkungan keluarga (Klein, 1996, h. 90). Orang tua dan anak saling berinteraksi dengan erat dan saling membutuhkan. Pada hubungan interaksi ini, orang tua harus tetap memiliki kedudukan yang lebih kuat dari pada anaknya (Grusec, 1997).Maka peran orang tua sebagai peran utama dalam keluarga yang berinteraksi dengan seorang anak penderita ADHD sangat memiliki peranan yang penting dalam pembentukan dan perkembangan mental anak. Berdasarkan hal itulah, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana penanganan perilaku anak ADHD (Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder) dalam keluarga dan faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilannya dalam penanganan perilaku anak ADHD (Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder). 1.2. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana penanganan perilaku anak ADHD (Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder) dalam keluarga? 2) Apa saja faktor yang mendukung keberhasilan dalam penanganan perilaku anak ADHD (Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder)? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 3) Bagaimana efektivitas dalam penanganan perilaku anak ADHD (Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder) dalam keluarga? 4) Apa saja faktor yang mendukung keberhasilan dalam penanganan perilaku anak ADHD (Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder)?

1.4.

Manfaat Penelitian Penelitian yang baik adalah hasilnya dapat memberikan kontribusi

konstruktif bagi banyak pihak. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu bagi: a) Orang tua anak ADHD (Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder) agar bisa mengetahui bagaimana dalam penanganan perilaku anak ADHD (Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder). b) Guru dan terapis anak ADHD (Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder) untuk menggunakan penelitian ini sebagai pijakan dalam menangani anak ADHD (Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder) atau masalah perilaku anak lain di sekolah c) Peneliti bidang psikologi khsusnya gangguan anak untuk dapat menggunakan penelitian ini sebagai alternatif terapi dalam penanganan berbagai masalah perilaku anak.

DAFTAR PUSTAKA Grusec, J. E. & Leon K., 1997. Parenting and Childrens Internalization of Values: A Handbook of Contemporary Theory. New York : John Wiley & Sons, Inc. Klein, D. M. & James M. W., 1996. Family Theories An Introduction. Thousand Oaks : Sage Publications, Inc. Saputro, Dwidjo, 2009. ADHD (Attention Deficit /Hiperactivity Disorder): Cetakan I. Jakarta: CV.Sagung Seto. Sidhi, 2006. Peranan Parent Support Group dalam Penanganan Anak GPPH. Jakarta: Konferensi Nasional Neurodevelopmental. Shochib, M. 2000. Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Anak

Suyanto, S., 2005. Dasar dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat. Taylor, E., 1988. Anak yang Hiperaktif. Jakarta: Gramedia

You might also like