You are on page 1of 6

THE SATISFICING MODEL

Disusun Oleh :
1. Fahrit Ayu S.Fantika 2. Nia Khoirunnisa 3. Nela Rizka Fahrina (A12.2010.04161) (A12.2010.04102) (A12.2010.04100)

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI (S1) FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2011

1. Perbedaan antara SPK dengan SIM, EIS, dan Sistem pakar! Perbedaan SPK dan SIM Sistem Penunjang Keputusan Mendukukung tahapan pengambilan keputusan intelligence, design, choice dan implementation (Herbert Simon) Lebih mendukung keputusan setengah struktur Mendukung keputusan individual manajer tertentu DSS Berbasis pada permodelan ( Informasi dihasilkan dari model yang canggih) Sistem Informasi Manajemen mendukung tahapan pengambilan keputusan intellegence dan implementation (herbert simon) lebih mendukung keputusan terstruktur Mendukung keputusan banyak manajer Informasi dihasilkan menggunakan model yang sederhana

Perbedaan SPK dan SIE


SIE Berada di level atas/ level strategik Digunakan oleh manajer atas untuk keputusan tidak terstruktur EIS tidak dirancang untuk menyelesaikan masalah tertentu, tetapi untuk membantu eksekutif mencari informasi yang diperlukan ketika mereka membutuhkannya dalam bentuk apapun yang paling bermanfaat untuk membantu permasalahan tertentu untuk keputusan semi terstruktur SPK Berada di level menengah digunakan oleh menejer level menengah

Perbedaan SPK dan SP Sistem Penunjang Keputusan


Menggunakan data base (basis data) Berbasis pada permodelan DSS membantu pengguna untuk mengambil keputusan Sistem Pakar Sistem pakar berbasis pengetahuan (knowledge base) Berbasis pada konsultasi ES membuat keputusan.

2. Jelaskan tahap tahap pengambilan keputusan! a. Intelligence Phace (Tahap Pemahaman) Merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses dan diuji dalam rangka mengidentifikasi masalah. b. Design Phace (Tahap Perancangan) Merupakan proses pengembangan dan pencarian alternatif tindakan atau solusi yang dapat diambil. c. Choice Phace (Tahap Pemilihan) Dilakukan pemilihan terhadap diantara berbagai alternatif solusi yang dimunculkan pada tahap perencanaan agar ditentukan atau dengan memperhatikan kriteria kriteria berdasarkan tujuan yang akan dicapai. d. Implementation Phace (Tahap Implementasi) Dilakukan penerapan terhadap rancangan sistem yang telah dibuat pada tahap perancangan serta pelaksanaan alternatif tindakan yang telah dipilih pada tahap pemilihan. 3. Jelaskan model model dalam pengambilan keputusan! Menurut Sondang P. Siagian : a. Model optimasi. Pengambilan keputusan dalam rangka memperoleh hasil yang dapat dicapai serta tidak lepas dari keterbatasan sumber daya yang ada. b. Model satisfying. Pengambilan keputusan tidak semata-mata hanya melalui pendekatan prosedur rasionalitas dan logika tetapi pada realitas, sehingga pengambil keputusan merasa puas dengan dan bangga apabila keputusan yang diambil membuahkan hasil yang memadai.

c. Model mixed scanning. Pengambilan keputusan yang menggabungkan antara pendekatan rasionalitas yang tinggi dengan pendekatan pragmatis. d. Model heuristic. Pengambilan keputusan yang didasarkan pada konsepkonsep yang dimiliki oleh pengambil keputusan yaitu didasarkan pada pandangannya sendiri mengenai suatu masalah yang dihadapi. Menurut Bedjo Siswanto : a. Model normatif, yaitu sebuah model pengambilan keputusan yang mengejawantahkan manajer tentang bagaimana ia harus mengambil sekelompok keputusan. b. Model deskriptif, yaitu model pengambilan keputusan yang menjelaskan perilaku konkret dan model ini telah dikembangkan oleh para ilmuwan. 4. Cari jurnal yang berkaitan dengan SPK yang menggunakan pemodelan AHP. Jelaskan masalahnya,pembahasan, dan kesimpulan! A. Latar Belakang Perkembangan suatu Perguruan tinggi sangat dipengaruhi oleh jumlah mahasiswa yang masuk. Dari tahun ketahun STMIK AMIKOM Yogyakarta berkembang pesat dengan ditandainya jumlah mahasiswa baru. Dengan betambahnya jumlah mahasiswa maka bertambah pula jumlah karyawan yang bekerja, baik karyawan edukatif maupun karyawan non edukatif. Bertambahnya karyawan ini sangat berpengaruh pada pengambilan keputusan untuk menentukan karyawan berprestasi. Selain jumlah yang banyak, keheterogenan karyawan juga semakin komplek sehingga sangat sulit memilih karyawan yang berprestasi menurut lembaga dan sulitnya menentukan prioritasnya. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan yang menjadi lingkup permasalahan dalam penelitian ini : Metode yang digunakan belum terkomputerisasi secara maksimal C. Pembahasan Analisis pemilihan karyawan berprestasi berdasarkan kinerja dimodelkan oleh metode AHP. Tiap-tiap kriteria diperbandingkan berdasarkan metode AHP, selanjutnya masing-masing alternative juga dianalisis dengan metode AHP. Penentuan kriteria pada Sistem Pendukung Keputusan pemilihan karyawan berprestasi ini dapat dilakukan oleh Departemen SDM. Penilaian alternatif pada Sistem Pendukung Keputusan pemilihan karyawan berprestasi ini dilakukan dengan metode langsung (direct), yaitu metode yang digunakan untuk memasukkan data kuantitatif. Biasanya nilai-nilai ini berasal dari sebuah analisis sebelumnya atau dari pengalaman dan pengertian yang detail dari masalah keputusan tersebut.

Jika si pengambil keputusan memiliki pengalaman atau pemahaman yang besar mengenai masalah keputusan yang dihadapi, maka dia dapat langsung memasukkan pembobotan dari setiap alternatif.

Keterangan Gambar 12: a. Hirarki terbawah adalah nama-nama karyawan yang ada di STMIK AMIKOM Yogyakarta. b. Hirarki kedua adalah kriteria-kriteria yang dipakai untuk menganalisis karyawan. c. Hirarki ketiga adalah hirarki yang berisi karyawan dengan prioritas tertinggi. Karyawan inilah yang layak mendapatkan reward atau penghargaan. Implementasi Pada gambar dibawah ini merupakan cara menentukan perbandingan untuk tiap kriteria sesuai nilai perbandingannya.

Gambar Form menghitung perbandingan tiap penilaian

Pada gambar dibawah ini, merupakan form untuk menilai karyawan berdasarkan tiap-tiap kriterianya. Misalkan karyawan yang bernama armadyah, kriterianya adalah kualitas kerja, dan nilainya sangat bagus.

Gambar Form pengisian kriteria tiap karyawan D. Kesimpulan Adapun kesimpulan-kesimpulan yang didapatkan dalam penulisan ini: 1. Interval bobot yang dipakai dalam penilaian karyawan ini adalah 0-4, dimana 0 adalah buruk, 1 adalah kurang dari cukup, 2 adalah cukup, 3 adalah baik, dan 4 adalah sangat baik. Semakin tinggi nilai bobot penilaian dokumen maka semakin tinggi pula nilai intensitas total penilaian karyawan. 2. Hasil perhitungan AHP yang diterapkan ini akan menghasilkan keluaran nilai intensitas prioritas karyawan tertinggi sehingga karyawan yang memiliki nilai tertinggi layak untuk mendapatkan reward atau penghargaan.

You might also like