You are on page 1of 10

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat ini Indonesia sedang berada pada suatu tahap yang penting dalam era industrialisasi. Tahap yang sering disebut sebagai era tinggal landas, yaitu suatu keadaan dimana sektor industri mampu tumbuh dan berkembang dengan tersedianya berbagai modal utama yang dimiliki. Dalam melaksanakan tahap ini, pemerintah melakukan pengembangan di berbagai bidang industri. Salah satunya adalah dengan cara memenuhi kebutuhan bahan-bahan industri melalui pabrik-pabrik industri kimia.

Salah satu industri yang pada saat ini sedang mengalami perkembangan pesat adalah industri gula karena kebutuhan pangan merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Bahan baku utama yang digunakan dalam industri gula adalah tebu. Salah satu produk samping yang dihasilkan oleh industri gula adalah ampas tebu (bagasse) yang masih memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Bagasse mengandung selulosa

sekitar 45 55 %, hemiselulosa sekitar 2025 %, lignin sekitar 18-24 % dan sisanya impuritas berupa ash dan lilin.

Berdasarkan data statistik Indonesia, pada tahun 2002 luas tanaman tebu di Indonesia sebesar 395.399,44 ha, yang tersebar di Pulau Sumatera seluas 99.383,8 ha, Pulau Jawa seluas 265.671,82 ha, Pulau Kalimantan seluas 13.970,42 ha dan Pulau Sulawesi seluas 16.373,4 ha. Setiap ha tanaman tebu diperkirakan mampu

menghasilkan 100 ton bagasse. Maka potensi bagasse nasional yang dapat tersedia dari total luas tanaman tebu mencapai 39.539.944 ton per tahun. Bagasse mempunyai serat yang panjang dan kadar hemiselulosa yang tinggi sehingga bagasse memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai bahan baku pulp. Selain dapat dijadikan kertas, pulp bagasse ini juga dapat dijadikan sebagai bahan baku selulosa asetat.

Selulosa asetat banyak digunakan di berbagai industri kimia, antara lain untuk pembuatan yarn cellulosa asetat, chigarette filter, pothographic film, pigmen sheeting, bahan pembuat plastik dan surface coating. Kebutuhan selulosa asetat bertambah seiring dengan perkembangan industri-industri di Indonesia. Walaupun tingkat konsumsi selulosa asetat di Indonesia cukup besar namun sampai saat ini di Indonesia belum ada pabrik yang memproduksinya sehingga semua kebutuhan selulosa asetat masih diimpor dari luar negeri. Sehubungan dengan hal-hal tersebut, maka sangat tepat apabila di Indonesia didirikan pabrik selulosa asetat dengan tujuan mengurangi ketergantungan terhadap negara lain.

B. Kegunaan Produk Pada saat ini perkembangan teknologi membran sangat pesat dan aplikasi membran dalam berbagai proses pemisahan, pemurnian dan pemekatan di berbagai industri telah semakin luas. Teknologi membran dipilih karena prosesnya yang sederhana, konsumsi energi yang digunakan rendah, tidak merusak material, tidak menggunakan zat kimia tambahan dan tidak menghasilkan limbah baru sehingga tergolong sebagai clean technology. Selain itu, selulosa asetat juga

banyak digunakan sebagai bahan baku utama maupun bahan baku penunjang di berbagai industri diantaranya adalah sebagai berikut: a. Industri sandang yaitu sebagai bahan tekstil tiruan, b. Industri bahan pelapis yaitu sebagai cat dan coating, c. Industri plastik, d. Industri fotografi yaitu sebagai film fotografi, e. Industri rokok yaitu sebagai filter rokok, f. Industri pulp dan kertas, dan g. Industri yang memproduksi bahan penyerap (absorbent) seperti popok bayi, kertas tissue dan pembalut wanita.

C. Analisis Pasar 1. Harga bahan baku dan produk Harga dari bahan baku dan produk pabrik selulosa asetat adalah seperti tertera pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Daftar harga bahan baku dan produk Jenis Bagasse Selulosa asetata Asam perasetatb Asam asetat glasialc Asetat anhidridd Asam sulfatc Magnesium asetatc Isopropil etere Harga Rp. 100,00 /kg US$ 8,7/kg US$ 1.500/ton Rp. 617.200,00/L US$ 0,51/L Rp. 888.000,00/L Rp. 2.750.000,00/kg US$ 2.800/ton

Sumber : a. Data Badan Pusat Statistik Tahun 2011 b. www.alibaba.com (Tahun 2011) c. www.merck-chemicals.com (Tahun 2011) d. www.icis.com (Tahun 2011) e. pulisichem.en.alibaba.com (Tahun 2011)

2. Kebutuhan pasar dan daya saing produk Kebutuhan dunia terhadap produksi selulosa asetat terus meningkat dari tahun ke tahun. Diperkirakan untuk tahun-tahun berikutnya kebutuhan industri di Indonesia akan terus meningkat. Oleh karena itu, produksi selulosa asetat mempunyai nilai jual yang bagus, baik di dalam maupun luar negeri. Perusahaan-perusahan besar di dunia penghasil selulosa asetat adalah Celanese Corporation dan Eastman Chemical Company yang terletak di Amerika Serikat.

D. Kapasitas Rancangan
Kapasitas rancangan pabrik selulosa asetat direncanakan dengan pertimbangan sebagai berikut : 1. Meningkatnya kebutuhan akan selulosa asetat bagi industri di Indonesia Dalam perkembangannya, kebutuhan selulosa asetat di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, terlihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Data impor kebutuhan selulosa asetat di Indonesia Tahun Jumlah (ton) 2003 13.897 2004 14.744 2005 14.876 2006 15.897 2007 17.433 2008 17.937 2009 19.562 2010 20.135
Sumber: Data Badan Pusat Statistik Tahun 2011

Berdasarkan pada data Tabel 1.2 maka dapat dibuat regresi linier yang menyatakan hubungan antara tahun dengan impor kebutuhan selulosa asetat.

Kebutuhan Selulosa Asetat


25000 Kebutuhan (ton) 20000 15000 10000 5000 0 2002 Kapasitas Linear (Kapasitas ) y = 934.2262x - 1857715 R = 0.9745

2004

2006

2008

2010

2012

Tahun

Grafik 1.1 Impor kebutuhan selulosa asetat di Indonesia setiap tahun

Persamaan hasil regresi linier yang diperoleh adalah sebagai berikut: y = 934,2262x 1.857.715 ..(1)

Pada tahun 2016 saat pembuatan pabrik selulosa asetat diperkirakan, impor kebutuhan (ton/tahun) = 934,2262x 1.857.715 = 934,2262(2016) 1.857.715 = 25.685,02 ton/tahun Sehingga untuk mengurangi impor selulosa asetat dan memenuhi sebagian kebutuhan selulosa asetat di Indonesia maka kapasitas rancangan pabrik yang akan didirikan sebesar 25.000 ton/tahun.

Kebutuhan selulosa asetat yang terus bertambah tersebut masih terpenuhi dengan jalan mengimpor dari luar negeri yaitu Jepang, Singapura, Amerika Serikat, Belanda, Jerman, Swedia, Italia, Perancis dan Spayol.

2. Skala komersial Penentuan kapasitas pabrik selulosa asetat juga didasarkan pada pabrik selulosa asetat yang telah berdiri di berbagai negara seperti USA, Eropa dan Jepang. Kapasitas maksimum untuk pabrik selulosa asetat yang pernah berdiri adalah 6.000-70.000 ton/tahun.

Berdasarkan pada pertimbangan faktor-faktor di atas, maka dirancang pendirian pabrik selulosa asetat pada tahun 2016 dengan kapasitas produksi 25.000 ton/tahun.

Dengan kapasitas produksi tersebut diharapkan: 1. Dapat memenuhi kebutuhan selulosa asetat dalam negeri yang akan terus meningkat. 2. Dapat memberi kesempatan berdirinya industri-industri baru yang

menggunakan selulosa asetat sebagai bahan baku seperti coating, yarn, cigarette filter dan sheeting. 3. Dapat mengurangi ketergantungan impor selulosa asetat dari negara-negara lain. 4. Bila memungkinkan, dapat mengekspor selulosa asetat sehingga dapat menambah devisa negara.

E. Lokasi Pabrik Untuk menentukan letak pendirian suatu pabrik, perlu diperhatikan beberapa pertimbangan dan studi kelayakan karena penentuan lokasi pabrik merupakan salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan dan kelangsungan proses suatu pabrik, diantaranya adalah penyediaan bahan baku, pemasaran produk,

tersedianya tenaga kerja, utilitas (sumber air dan tenaga listrik), iklim, kebijakan pemerintah mengenai kawasan industri, pajak serta sarana komunikasi. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka lokasi pabrik selulosa asetat dipilih di Desa Tarahan Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. Faktor Primer Faktor ini langsung mempengaruhi tujuan utama dari pendirian pabrik. Tujuan utama meliputi produksi dan distribusi produk yang diatur menurut kualitas, waktu dan tempat yang dibutuhkan konsumen dengan tingkat harga yang wajar sedangkan pabrik masih mendapat keuntungan dalam jumlah yang cukup. a. Penyediaan bahan baku Beroperasinya suatu pabrik sangat tergantung pada ketersediaan bahan baku. Oleh karena itu, bahan baku sangat penting dalam pengoperasian pabrik. Pabrik selulosa asetat menggunakan bahan baku bagasse dan asetat anhidrid. Asetat anhidrid masih diimpor dari luar negeri yaitu Singapura sehingga pembelian secara impor mudah dilakukan sebab daerah Tarahan letaknya dekat dengan pelabuhan Panjang. Bagasse dibeli dari PT. Gunung Madu Plantation dan Sugar Group Companies serta asam asetat dibeli dari PT. Indo Acidatama Chemical Industry (IACI). b. Pasar utama Desa Tarahan berada di Propinsi Lampung, mempunyai posisi yang strategis yaitu mempunyai batas laut yang dekat dengan perdagangan internasional di Asia yaitu Singapura dan Malaysia serta letaknya

memudahkan untuk menjangkau kota-kota besar di Pulau Jawa, Sumatra dan Kalimantan sehingga daerah pemasarannya sangat baik. c. Fasilitas transportasi Transportasi sangat dibutuhkan sebagai penunjang utama untuk

penyediaan bahan baku dan pemasaran produk. Fasilitas transportasi meliputi darat (jalan raya), laut (terdapat dua pelabuhan yaitu pelabuhan Bakauheni dan pelabuhan Panjang) dan udara. Dengan adanya jalur transportasi ini maka diharapkan hubungan antar daerah tidak mengalami hambatan. Selain itu, saat ini sudah mulai dibahas proyek pembangunan Jembatan Selat Sunda sehingga semakin banyak sarana transportasi yang dapat digunakan. d. Tenaga Kerja Tenaga kerja ahli (skilled labour) tidak mudah didapatkan di setiap daerah tapi biasanya banyak berada di daerah yang dekat dengan pusat-pusat pendidikan. Tenaga kerja merupakan hal yang cukup penting untuk menunjang kelancaran proses produksi. Pemerataan tenaga kerja serta pemberian ongkos atau gaji yang cukup disesuaikan dengan pendidikan dan keterampilan yang dimiliki. e. Unit Pendukung (Utilitas) Fasilitas yang terdiri dari penyediaan air, bahan bakar dan listrik mengharuskan lokasi pabrik dekat dengan sumber tersebut. Kebutuhan pabrik akan air sangat besar, untuk itu diperlukan lokasi yang cukup. Tarahan merupakan daerah yang memiliki sumber air yang relatif besar jika dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya. Kebutuhan akan air

dapat diperoleh dari air laut yang diproses dengan sistem osmosis balik. Untuk kebutuhan bahan bakar dapat diperoleh dari Pertamina dan untuk kebutuhan akan listrik didapat dari PLN (Perusahaan Listrik Negara). Selain itu, pada tahun 2015 akan mulai diopersikan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Gunung Rajabasa Kalianda Lampung Selatan dengan kapasitas 2 x 220 MW sehingga kebutuhan listrik pabrik dapat terpenuhi.. f. Iklim Iklim yang terlalu panas akan mengakibatkan diperlukannya peralatan pendingin yang lebih banyak sedangkan iklim yang terlalu dingin atau lembab akan berakibat bertambahnya biaya konstruksi pabrik sebab diperlukan perlindungan khusus pada alat-alat proses. Di daerah Tarahan merupakan daerah tropis sehingga memiliki iklim yang kering dengan curah hujan yang cukup tinggi sehingga Tarahan sangat cocok untuk dijadikan lokasi pabrik selulosa asetat. g. Sarana komunikasi Sarana komunikasi merupakan faktor penting yang menentukan kemajuan suatu industri. Tarahan memiliki sarana komunikasi yang mudah didapatkan. 2. Faktor Sekunder a. Lahan Faktor ini berkaitan dengan rencana pengembangan pabrik lebih lanjut. Tarahan merupakan daerah kawasan industri yang sedang berkembang yang ditandai dengan mulai berdirinya beberapa pabrik-pabrik baru di

kawasan tersebut sehingga lahan di daerah tersebut sudah disiapkan untuk pendirian atau pengembangan suatu pabrik. b. Kemungkinan perluasan pabrik Daerah Tarahan merupakan daerah dengan jumlah penduduk yang relatif banyak, tetapi sebagai kawasan industri perluasan pemukiman penduduk dibatasi agar upaya perluasan pabrik dapat berjalan dengan lancar. Peruntukan kawasan industri masih relatif luas 500 ha, baik di luar kawasan maupun di dalam kawasan industri. c. Kebijakan Pemerintah Pendirian suatu pabrik perlu mempertimbangkan faktor kebijakan pemerintah yang terkait didalamnya. Kawasan industri Tarahan memang merupakan kawasan yang disiapkan untuk industri sehingga pembangunan dan pengembangan di daerah tersebut tidak bertentangan dengan kebijakan pemerintah.

You might also like