You are on page 1of 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL NAFAS

Feb 17, '10 10:04 PM for everyone

I. PENGERTIAN Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997) Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dankarbondioksida dalam jumlah yangdapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan (RS Jantung Harapan Kita, 2001) Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsioksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam selsel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001) II. PATOFISIOLOGI Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunyanormal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel. Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena kerja pernafasan menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg). Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuatdimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan denganefek yang dikeluarkanatau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut. PATHWAYS

III. ETIOLOGI 1. Depresi Sistem saraf pusat Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal. 2. Kelainan neurologis primer Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan sangatmempengaruhiventilasi. 3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas. 4. Trauma Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat mnegarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar 5. Penyakit akut paru Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal nafas. IV. TANDA DAN GEJALA A. Tanda Gagal nafas total Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan. Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan sela iga serta tidak ada

pengembangan dada pada inspirasi Adanya kesulitasn inflasi parudalam usaha memberikan ventilasi buatan Gagal nafas parsial Terdenganr suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan whizing. Ada retraksi dada B. Gejala Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2) Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun) V. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemerikasan gas-gas darah arteri Hipoksemia Ringan : PaO2 < 80 mmHg Sedang : PaO2 < 60 mmHg Berat : PaO2 < 40 mmHg Pemeriksaan rontgen dada Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui Hemodinamik Tipe I : peningkatan PCWP EKG Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan Disritmia VI. PENGKAJIAN Pengkajian Primer 1. Airway Peningkatan sekresi pernapasan Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi 2. Breathing Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi. Menggunakan otot aksesori pernapasan Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis 3. Circulation Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia Sakit kepala Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk Papiledema Penurunan haluaran urine VII. PENTALAKSANAAN MEDIS Terapi oksigen Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal prong Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP Inhalasi nebuliser Fisioterapi dada Pemantauan hemodinamik/jantung Pengobatan Brokodilator Steroid Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan VIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pola pernapasan yang efektif Kriteria Hasil : Pasien menunjukkan Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal Adanya penurunan dispneu Gas-gas darah dalam batas normal Intervensi : Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan serta pola pernapasan. Kaji tanda vital dan tingkat kesasdaran setaiap jam dan prn Monitor pemberian trakeostomi bila PaCo2 50 mmHg atau PaO2< 60 mmHg

Berikan oksigen dalam bantuan ventilasi dan humidifier sesuai dengan pesanan Pantau dan catat gas-gas darah sesuai indikasi : kaji kecenderungan kenaikan PaCO2 atau kecendurungan penurunan PaO2 Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap 1 jam Pertahankan tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 30 sampai 45 derajat untuk mengoptimalkan pernapasan Berikan dorongan utnuk batuk dan napas dalam, bantu pasien untuk mebebat dada selama batuk Instruksikan pasien untuk melakukan pernapasan diagpragma atau bibir Berikan bantuan ventilasi mekanik bila PaCO > 60 mmHg. PaO2 dan PCO2 meningkat dengan frekuensi 5 mmHg/jam. PaO2 tidak dapat dipertahankan pada 60 mmHg atau lebih, atau pasien memperlihatkan keletihan atau depresi mental atau sekresi menjadi sulit untuk diatasi. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder terhadap hipoventilasi Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pertukaran gas yang adekuat Kriteria Hasil : Pasien mampu menunjukkan : Bunyi paru bersih Warna kulit normal Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan Intervensi : Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap[ jam dan prn, laporkan perubahan tinmgkat kesadaran pada dokter. Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya kecenderungan kenaikan dalam PaCO2 atau penurunan dalam PaO2 Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi, kaji perlunya CPAP atau PEEP. Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan peningkatan atau penyimpangan Pantau irama jantung Berikan cairan parenteral sesuai pesanan Berikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator, antibiotik, steroid. Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan penurunan kebutuhan oksigen. 3. Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan pasien tidak terjadi kelebihan volume cairan Kriteria Hasil : Pasien mampu menunjukkan: TTV normal Balance cairan dalam batas normal Tidak terjadi edema Intervensi : Timbang BB tiap hari Monitor input dan output pasien tiap 1 jam Kaji tanda dan gejala penurunan curah jantung Kaji tanda-tanda kelebihan volume : edema, BB , CVP Monitor parameter hemodinamik Kolaburasi untuk pemberian cairandan elektrolit

4. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu mempertahankan perfusi jaringan. Kriteria Hasil : Pasien mampu menunjukkan Status hemodinamik dalam bata normal TTV normal

Intervensi : Kaji tingkat kesadaran Kaji penurunan perfusi jaringan Kaji status hemodinamik Kaji irama EKG Kaji sistem gastrointestinal

Daftar pustaka Hudak and Gallo, (1994), Critical Care Nursing, A Holistic Approach, JB Lippincott company, Philadelpia. Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta. Reksoprodjo Soelarto, (1995), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara, Jakarta. Suddarth Doris Smith, (1991), The lippincott Manual of Nursing Practice, fifth edition, JB Lippincott Company, Philadelphia.

Rabu, 11 Agustus 2010

cidra kepala
A. PENGERTIAN Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi - decelerasi ) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan. B. PATOFISIOLOGI Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral. Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik. Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 - 60 ml / menit / 100 gr. jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output. Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypical-myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium dan vebtrikel, takikardia. Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi . Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.

Cedera kepala menurut patofisiologi dibagi menjadi dua : 1. Cedera kepala primer Akibat langsung pada mekanisme dinamik (acelerasi - decelerasi rotasi ) yang menyebabkan gangguan pada jaringan. Pada cedera primer dapat terjadi : 1. Gegar kepala ringan 2. Memar otak 3. Laserasi 2. Cedera kepala sekunder 1. Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti : 2. Hipotensi sistemik 3. Hipoksia 4. Hiperkapnea 5. Udema otak 6. Komplikasi pernapasan 7. infeksi / komplikasi pada organ tubuh yang lain C. PERDARAHAN YANG SERING DITEMUKAN 1. Epidural Hematoma Terdapat pengumpulan darah di antara tulang tengkorak dan duramater akibat pecahnya pembuluh darah / cabang cabang arteri meningeal media yang terdapat di duramater, pembuluh darah ini tidak dapat menutup sendiri karena itu sangat berbahaya. Dapat terjadi dalam beberapa jam sampai 1-2 hari. Lokasi yang paling sering yaitu di lobus temporalis dan parietalis. Gejala-gejala yang terjadi : Penurunan tingkat kesadaran, Nyeri kepala, Muntah, Hemiparesis, Dilatasi pupil ipsilateral, Pernapasan dalam cepat kemudian dangkal irreguler, Penurunan nadi, Peningkatan suhu

2. Subdural Hematoma Terkumpulnya darah antara duramater dan jaringan otak, dapat terjadi akut dan kronik. Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena / jembatan vena yang biasanya terdapat diantara duramater, perdarahan lambat dan sedikit. Periode akut terjadi dalam 48 jam - 2 hari atau 2 minggu dan kronik dapat terjadi dalam 2 minggu atau beberapa bulan. Tanda-tanda dan gejalanya adalah : nyeri kepala, bingung, mengantuk, menarik diri, berfikir lambat, kejang dan udem pupil Perdarahan intracerebral berupa perdarahan di jaringan otak karena pecahnya pembuluh darah arteri; kapiler; vena. Tanda dan gejalanya : Nyeri kepala, penurunan kesadaran, komplikasi pernapasan, hemiplegia kontra lateral, dilatasi pupil, perubahan tanda-tanda vital 3. Perdarahan Subarachnoid Perdarahan di dalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh darah dan permukaan otak, hampir selalu ada pad cedera kepala yang hebat. Tanda dan gejala : Nyeri kepala, penurunan kesadaran, hemiparese, dilatasi pupil ipsilateral dan kaku kuduk ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Pengumpulan data klien baik subyektif atau obyektif pada gangguan sistem persarafan sehubungan dengan cedera kepala tergantung pada bentuk, lokasi, jenis injuri dan adanya komplikasi pada organ vital lainnya. Data yang perlu didapati adalah sebagai berikut : 1. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab): nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat, golongan darah, pengahasilan, hubungan klien dengan penanggung jawab. 2. Riwayat kesehatan : Tingkat kesadaran/GCS (< 15), konvulsi, muntah, dispnea / takipnea, sakit kepala, wajah simetris / tidak, lemah, luka di kepala, paralise, akumulasi sekret pada saluran napas, adanya liquor dari hidung dan telinga dan kejang Riwayat penyakit dahulu haruslah diketahui baik yang berhubungan dengan sistem persarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya. demikian pula riwayat penyakit keluarga terutama yang mempunyai penyakit menular. Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari klien atau keluarga sebagai data subyektif. Data-data ini sangat berarti karena dapat mempengaruhi prognosa klien. 3. Pemeriksaan Fisik Aspek neurologis yang dikaji adalah tingkat kesadaran, biasanya GCS < 15, disorientasi orang, tempat dan waktu. Adanya refleks babinski yang positif, perubahan nilai tanda-tanda vital kaku kuduk, hemiparese. Nervus cranialis dapat terganggu bila cedera kepala meluas sampai batang otak karena udema otak atau perdarahan otak juga mengkaji nervus I, II, III, V, VII, IX, XII. 4. Pemeriksaan Penujang CT-Scan (dengan atau tanpa kontras) : mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak. Catatan : Untuk mengetahui adanya infark / iskemia jangan dilekukan pada 24 - 72 jam setelah injuri. MRI : Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif. Cerebral Angiography: Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti : perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma. Serial EEG: Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis X-Ray: Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis(perdarahan/edema), fragmen tulang. BAER: Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil PET: Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak CSF, Lumbal Punksi :Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid. ABGs: Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenisasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial

Kadar Elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tekanan intrkranial Screen Toxicologi: Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan penurunan kesadaran. Penatalaksanaan Konservatif: Bedrest total Pemberian obat-obatan Observasi tanda-tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran) Prioritas Perawatan: 1. Maksimalkan perfusi / fungsi otak 2. Mencegah komplikasi 3. Pengaturan fungsi secara optimal / mengembalikan ke fungsi normal 4. Mendukung proses pemulihan koping klien / keluarga 5. Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, rencana pengobatan, dan rehabilitasi. Tujuan: 1. Fungsi otak membaik : defisit neurologis berkurang/tetap 2. Komplikasi tidak terjadi 3. Kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi sendiri atau dibantu orang lain 4. Keluarga dapat menerima kenyataan dan berpartisipasi dalam perawatan 5. Proses penyakit, prognosis, program pengobatan dapat dimengerti oleh keluarga sebagai sumber informasi. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa Keperawatan yang biasanya muncul adalah: 1. Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak. 2. Tidakefektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum. 3. Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak 4. Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran (soporos - coma) 5. Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer. C. INTERVENSI Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak. Tujuan : Mempertahankan pola napas yang efektif melalui ventilator. Kriteria evaluasi : Penggunaan otot bantu napas tidak ada, sianosis tidak ada atau tanda-tanda hipoksia tidak ada dan gas darah dalam batas-batas normal. Rencana tindakan : Hitung pernapasan pasien dalam satu menit. pernapasan yang cepat dari pasien dapat menimbulkan alkalosis respiratori dan pernapasan lambat meningkatkan tekanan Pa Co2 dan menyebabkan asidosis respiratorik. Cek pemasangan tube, untuk memberikan ventilasi yang adekuat dalam pemberian tidal volume. Observasi ratio inspirasi dan ekspirasi pada fase ekspirasi biasanya 2 x lebih panjang dari inspirasi, tapi dapat lebih panjang sebagai kompensasi terperangkapnya udara terhadap gangguan pertukaran gas. Perhatikan kelembaban dan suhu pasien keadaan dehidrasi dapat mengeringkan sekresi / cairan paru sehingga menjadi kental dan meningkatkan resiko infeksi. Cek selang ventilator setiap waktu (15 menit), adanya obstruksi dapat menimbulkan tidak adekuatnya pengaliran volume dan menimbulkan penyebaran udara yang tidak adekuat. Siapkan ambu bag tetap berada di dekat pasien, membantu membarikan ventilasi yang adekuat bila ada gangguan pada ventilator. Tidak efektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum. Tujuan : Mempertahankan jalan napas dan mencegah aspirasi Kriteria Evaluasi : Suara napas bersih, tidak terdapat suara sekret pada selang dan bunyi alarm karena peninggian suara mesin, sianosis

tidak ada. Rencana tindakan : Kaji dengan ketat (tiap 15 menit) kelancaran jalan napas. Obstruksi dapat disebabkan pengumpulan sputum, perdarahan, bronchospasme atau masalah terhadap tube. Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi dada (tiap 1 jam ). Pergerakan yang simetris dan suara napas yang bersih indikasi pemasangan tube yang tepat dan tidak adanya penumpukan sputum. Lakukan pengisapan lendir dengan waktu kurang dari 15 detik bila sputum banyak. Pengisapan lendir tidak selalu rutin dan waktu harus dibatasi untuk mencegah hipoksia. Lakukan fisioterapi dada setiap 2 jam. Meningkatkan ventilasi untuk semua bagian paru dan memberikan kelancaran aliran serta pelepasan sputum.

Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak Tujuan : Mempertahankan dan memperbaiki tingkat kesadaran fungsi motorik. Kriteria hasil : Tanda-tanda vital stabil, tidak ada peningkatan intrakranial. Rencana tindakan : Monitor dan catat status neurologis dengan menggunakan metode GCS. Refleks membuka mata menentukan pemulihan tingkat kesadaran. Respon motorik menentukan kemampuan berespon terhadap stimulus eksternal dan indikasi keadaan kesadaran yang baik. Reaksi pupil digerakan oleh saraf kranial oculus motorius dan untuk menentukan refleks batang otak. Pergerakan mata membantu menentukan area cedera dan tanda awal peningkatan tekanan intracranial adalah terganggunya abduksi mata. Monitor tanda-tanda vital tiap 30 menit. Peningkatan sistolik dan penurunan diastolik serta penurunan tingkat kesadaran dan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial. Adanya pernapasan yang irreguler indikasi terhadap adanya peningkatan metabolisme sebagai reaksi terhadap infeksi. Untuk mengetahui tanda-tanda keadaan syok akibat perdarahan. Pertahankan posisi kepala yang sejajar dan tidak menekan. Perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan pada vena jugularis dan menghambat aliran darah otak, untuk itu dapat meningkatkan tekanan intrakranial. Hindari batuk yang berlebihan, muntah, mengedan, pertahankan pengukuran urin dan hindari konstipasi yang berkepanjangan. Dapat mencetuskan respon otomatik penngkatan intrakranial. Observasi kejang dan lindungi pasien dari cedera akibat kejang. Kejang terjadi akibat iritasi otak, hipoksia, dan kejang dapat meningkatkan tekanan intrakrania. Berikan oksigen sesuai dengan kondisi pasien. Dapat menurunkan hipoksia otak. Berikan obat-obatan yang diindikasikan dengan tepat dan benar (kolaborasi). Membantu menurunkan tekanan intrakranial secara biologi / kimia seperti osmotik diuritik untuk menarik air dari sel-sel otak sehingga dapat menurunkan udem otak, steroid (dexametason) untuk menurunkan inflamasi, menurunkan edema jaringan. Obat anti kejang untuk menurunkan kejang, analgetik untuk menurunkan rasa nyeri efek negatif dari peningkatan tekanan intrakranial. Antipiretik untuk menurunkan panas yang dapat meningkatkan pemakaian oksigen otak. Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran (soporos - coma ) Tujuan : Kebutuhan dasar pasien dapat terpenuhi secara adekuat. Kriteria hasil : Kebersihan terjaga, kebersihan lingkungan terjaga, nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, oksigen adekuat.

Rencana Tindakan : Berikan penjelasan tiap kali melakukan tindakan pada pasien. Penjelasan dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan kerja sama yang dilakukan pada pasien dengan kesadaran penuh atau menurun. Beri bantuan untuk memenuhi kebersihan diri. Kebersihan perorangan, eliminasi, berpakaian, mandi, membersihkan mata dan kuku, mulut, telinga, merupakan kebutuhan dasar akan kenyamanan yang harus dijaga oleh perawat untuk meningkatkan rasa nyaman, mencegah infeksi dan keindahan. Berikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan. Makanan dan minuman merupakan kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi untuk menjaga kelangsungan perolehan energi. Diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien baik jumlah, kalori, dan waktu. Jelaskan pada keluarga tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga lingkungan yang aman dan bersih. Keikutsertaan keluarga diperlukan untuk menjaga hubungan klien - keluarga. Penjelasan perlu agar keluarga dapat memahami peraturan yang ada di ruangan. Berikan bantuan untuk memenuhi kebersihan dan keamanan lingkungan. Lingkungan yang bersih dapat mencegah infeksi dan kecelakaan. Kecemasan keluarga sehubungan keadaan yang kritis pada pasien. Tujuan : Kecemasan keluarga dapat berkurang Kriteri evaluasi : Ekspresi wajah tidak menunjang adanya kecemasan Keluarga mengerti cara berhubungan dengan pasien Pengetahuan keluarga mengenai keadaan, pengobatan dan tindakan meningkat. Rencana tindakan : Bina hubungan saling percaya. Untuk membina hubungan terpiutik perawat - keluarga. Dengarkan dengan aktif dan empati, keluarga akan merasa diperhatikan. Beri penjelasan tentang semua prosedur dan tindakan yang akan dilakukan pada pasien. Penjelasan akan mengurangi kecemasan akibat ketidak tahuan. Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertemu dengan klien. Mempertahankan hubungan pasien dan keluarga. Berikan dorongan spiritual untuk keluarga. Semangat keagamaan dapat mengurangi rasa cemas dan meningkatkan keimanan dan ketabahan dalam menghadapi krisis. Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer. Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak terjadi Rencana tindakan : Kaji fungsi motorik dan sensorik pasien dan sirkulasi perifer untuk menetapkan kemungkinan terjadinya lecet pada kulit. Kaji kulit pasien setiap 8 jam : palpasi pada daerah yang tertekan. Berikan posisi dalam sikap anatomi dan gunakan tempat kaki untuk daerah yang menonjol. Ganti posisi pasien setiap 2 jam Pertahankan kebersihan dan kekeringan pasien : keadaan lembab akan memudahkan terjadinya kerusakan kulit. Massage dengan lembut di atas daerah yang menonjol setiap 2 jam sekali. Pertahankan alat-alat tenun tetap bersih dan tegang. Kaji daerah kulit yang lecet untuk adanya eritema, keluar cairan setiap 8 jam. Berikan perawatan kulit pada daerah yang rusak / lecet setiap 4 - 8 jam dengan menggunakan H2O2. DAFTAR KEPUSTAKAAN

Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company. Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company. Asikin Z (1991) Simposium Keperawatan Penderita Cedera Kepala. Panatalaksanaan Penderita dengan Alat Bantu Napas, Jakarta

STROKE (1/1) Dylan: Stroke

Saat ini stroke menempati urutan ketiga sebagai penyakit mematikan setelah penyakit jantung dan kanker. Sedangkan di Indonesia, stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di rumah sakit. Perlu diingat bahwa ancaman serangan stroke tidak hanya menyerang usia lanjut saja, tetapi juga usia produktif. Di negara kita, sekitar 35,8% orang lanjut usia terkena serangan stroke dan 12,9% pada usia lebih muda. Setiap tahun diperkirakan, 500 ribu penduduk di Indonesia terkena serangan stroke, dimana sekitar 25% meninggal dunia dan sisanya cacat ringan maupun berat. Bisa dibayangkan bila dalam usia muda kita terkena stroke, maka aktifitas pasti akan terganggu akibat kondisi cacat yang dialami. Menurut Prof. Dr. Jusuf Misbach, dokter spesialis penyakit syaraf sekaligus menjabat sebagai Kepala Departemen Neurologi RSCM Jakarta, stroke adalah suatu penyakit kardiovaskular yang mempengaruhi pembuluh darah arteri yang menuju ke otak dan didalam otak. Stroke disebabkan antara lain karena suplai oksigen dan nutrisi makanan ke otak clan didalam otak terganggu karena pembuluh darah tersumbat atau pecah. Sering juga penyakit ini disebut sebagai serangan otak (brain attack). Bila dilihat dari cara terjadinya, stroke terbagi dalam dua jenis, yaitu stroke iskemik dan hemoragik. Stroke sumbatan (iskemik) meliputi kurang lebih 88 persen dari semua stroke dan terjadi ketika aliran darah ke otak secara tiba-tiba terhambat. Akibatnya, sel-sel dan jaringan otak akan mati karena tidak lagi menerima oksigen dan bahan makanan dari darah.

Sedangkan stroke pendarahan (hemoragik) terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah, sehingga darah mengalir ke rongga di sekitar jaringan otak. Akibatnya, sel-sel dan jaringan otak akan mati karena tidak menerima oksigen dan bahan makanan dari darah. Sebagai salah satu penyebab kematian terbanyak, penyakit stroke hanya diidentikkan dengan kelumpuhan anggota gerak yang menyerang secara tiba-tiba serta terjadinya penurunan kesadaran. Justru gejala tersamar dari stroke kurang diwaspadai, seperti gangguan bahasa, gangguan memori, gangguan emosi, gangguan perilaku, dan demensia (pikun). Padahal, deteksi dini terhadap gejala stroke merupakan hal yang utama, sebab sampai saat ini belum semua pelayanan kesehatan memiliki alat mutakhir yang mampu mendeteksi stroke. Salah satu penyebab tingginya angka kejadian stroke di Indonesia lebih disebabkan karena gaya dan pola hidup masyarakat yang tidak sehat, seperti malas bergerak, makanan berlemak dan kolesterol tinggi. Serangan stroke yang terjadi pada usia produktif dan muda relatif lebih banyak disebabkan oleh gaya hidup modern yang salah. Tidak peduli makanan yang disantap mengandung kolesterol tinggi. Belum lagi kehidupan malam seperti clubbing yang lekat dengan nuansa alkohol, rokok, dan narkoba. Akibatnya, hal ini dapat memupuk faktor pemicu stroke yang dapat terjadi kapan saja. Saat ini serangan stroke juga lebih banyak dipicu oleh adanya hipertensi yang disebut sebagai silent killer, diabetes, obesitas dan berbagai gangguan kesehatan yang terkait dengan penyakit degeneratif. Kolesterol Sering disebutkan bahwa kolesterol merupakan salah satu pemicu terjadinya serangan stroke. Padahal tidak selamanya kolesterol itu merugikan atau berbahaya bagi tubuh. Periu dicatat bahwa kolesterol bukanlah musuh, karena ia juga dibutuhkan oleh tubuh. la hanya mengancam bila jumlahnya didalam darah berlebihan. Kolesterol adalah salah satu turunan lemak. Bila kadar kolesterol dalam tubuh cukup, maka zat ini sangat berguna untuk menjalankan fungsi beberapa organ tubuh. Apabila tubuh mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung kolesterol secara berlebihan, maka kolesterol dalam darah cenderung akan meningkat. Kolesterol darah berlebihan ini dapat mengakibatkan penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah, yang kemudian dapat menyebabkan penyakit jantung dan stroke. Bahan makanan yang mengandung kadar kolesterol tinggi adalah kuning telur, hati, otak, paru, usus,

kepiting, kerang-kerangan dan lain-lain. Nah sebenarnya kolesterol itu terbagi dua yaitu HDL (high-density lipoprotein) yang sifatnya baik dan tidak berbahaya serta LDL (low-density lipoprotein) yang bersifat jahat dan bisa membahayakan tubuh. Tubuh membutuhkan kolesterol untuk pertumbuhan jaringan otak dan saraf. Jumlah kolesterol dalam kelenjar adrenalin sangat terbatas. Meskipun demikian, pengaruhnya sangat besar. Jika kadar kolesterol terlalu rendah, kelenjar adrenalin akan sulit membentuk hormon seks. Manfaat lain kolesterol adalah sebagai bahan baku pembentukan garam empedu. Garam empedu berperan meningkatkan pembuangan lemak, dengan cara mengikat lemak darah sebelum lemak tersebut sempat diserap dinding usus. Asupan lemak yang memadai justru dapat meningkatkan kemampuan tubuh membuang kelebihan kolesterol, sehingga tidak menumpuk di dalam tubuh. Kuncinya agar kolesterol tidak berbahaya adalah menjaga tingkat kolesterol dalam darah, yaitu menjaga HDL agar tetap tinggi dan LDL atau kolesterol berbahaya tetap rendah. Jadi sebenarnya, penyebab serangan stroke adalah makanan dengan kadar kolesterol jahat yang sangat tinggi. Kolesterol jahat inilah yang banyak terdapat pada junk food, atau makanan cepat saji. Selain itu, penyebab terjadinya serangan stroke lainnya adalah kebiasaan malas berolah raga dan bergerak, banyak minum alkohol, merokok, penggunaan narkotika dan zat adiktif, waktu istirahat yang sangat kurang, serta stress yang berkepanjangan. Pecahnya pembuluh darah juga sering diakibatkan karena hipertensi. Namun ketakutan berlebihan terhadap akibat kelebihan kolesterol justru menghapuskan sejumlah manfaat baik tersebut. Kolesterol hanya selalu diidentikkan dengan stroke atau serangan jantung. Selain itu, perlu diingat jauhi faktor pencetus stroke dengan mengontrol pola makan Anda. Kini banyak tersaji hidangan dengan menu sehat, namun tetap mengundang selera. Pilih dan perbanyaklah mengkonsumsi makanan berserat dan batasi makanan berlemak serta garam. Stres juga termasuk salah satu pemicu serangan stroke. Anda bisa mengurangi tingkat stres dengan menyibukkan diri dalam berbagai kegiatan positif, seperti menekuni hobi dan relaksasi secara teratur. Olahraga teratur juga dianjurkan, minimal 30 menit sehari. Misalnya jogging, senam atau berjalan kaki. Nah, dengan menata ulang hidup Anda mulai saat ini, maka resiko terkena stroke pun bisa dihindari. FAKTOR RESIKO TERKENA STROKE: - Merokok

- Hipertensi - Kadar lemak darah tinggi - Diabetes - Kegemukan (obesitas) - Gangguan pembuluh darah/jantung - Kurang aktifitas fisik/olah raga - Minuman alkohol - Penyalahgunaan obat (Narkoba)

cara penanganan pertama pada serangan gejala stroke: Penanganan pertama tergantung pada kondisi pertama kali kita temukan pada penderita. Bila penderita sudah didapatkan dalam kondisi tidak sadar bahkan sudah ngorok/ mendengkur, maka tindakan pertama yang kita lakukan : 1. Cek Kesadaran, jika tidak sadar maka langsung telpon ambulans 118/ RS terdekat/ dokter terdekat. 2. Cek jalan nafas, bila sudah muncul ngorok maka segera lakukan terlentangkan korban dan kepala didongakkan (teknik angkat dagu tekan dahi) atau leher diganjal bantal kecil atau sejenisnya. 3. Cek nafas, dengan cara lihat naik turunnya dada, dengar suara nafas dan rasakan hembusan nafas, jika tidak ada nafas kasih nafas buatan. Jika nafas masih ada pasang selang oksigen saja ( jika ada). 4. Cek nadi di leher, jika tidak berdenyut lakukan pijat jantung ( bagi yang sudah terlatih). 5. Segera dibawa ke RS terdekat. Kalau stroke-nya hanya membuat kelumpuhan separoh tapi pasien masih sadar, segera bawa ke RS, untuk : 1. Konsul ke Dr. Spesialis Syaraf 2. Jika diperlukan CT Scan. 3. Rehabilitasi/ fisioterapi untuk memulihkan kelumpuhannya.

STROKE (1/1) Dylan: Stroke

Saat ini stroke menempati urutan ketiga sebagai penyakit mematikan setelah penyakit jantung dan kanker. Sedangkan di Indonesia, stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di rumah sakit. Perlu diingat bahwa ancaman serangan stroke tidak hanya menyerang usia lanjut saja, tetapi juga usia produktif. Di negara kita, sekitar 35,8% orang lanjut usia terkena serangan stroke dan 12,9% pada usia lebih muda. Setiap tahun diperkirakan, 500 ribu penduduk di Indonesia terkena serangan stroke, dimana sekitar 25% meninggal dunia dan sisanya cacat ringan maupun berat. Bisa dibayangkan bila dalam usia muda kita terkena stroke, maka aktifitas pasti akan terganggu akibat kondisi cacat yang dialami. Menurut Prof. Dr. Jusuf Misbach, dokter spesialis penyakit syaraf sekaligus menjabat sebagai Kepala Departemen Neurologi RSCM Jakarta, stroke adalah suatu penyakit kardiovaskular yang mempengaruhi pembuluh darah arteri yang menuju ke otak dan didalam otak. Stroke disebabkan antara lain karena suplai oksigen dan nutrisi makanan ke otak clan didalam otak terganggu karena pembuluh darah tersumbat atau pecah. Sering juga penyakit ini disebut sebagai serangan otak (brain attack). Bila dilihat dari cara terjadinya, stroke terbagi dalam dua jenis, yaitu stroke iskemik dan hemoragik. Stroke sumbatan (iskemik) meliputi kurang lebih 88 persen dari semua stroke dan terjadi ketika aliran darah ke otak secara tiba-tiba terhambat. Akibatnya, sel-sel dan jaringan otak akan mati karena tidak lagi menerima oksigen dan bahan makanan dari darah. Sedangkan stroke pendarahan (hemoragik) terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah, sehingga darah mengalir ke rongga di sekitar jaringan otak. Akibatnya, sel-sel dan jaringan otak akan mati karena tidak menerima oksigen dan bahan makanan dari darah. Sebagai salah satu penyebab kematian terbanyak, penyakit stroke hanya diidentikkan dengan kelumpuhan anggota gerak yang menyerang secara tiba-tiba serta terjadinya penurunan kesadaran. Justru gejala tersamar dari stroke kurang diwaspadai, seperti gangguan bahasa, gangguan memori, gangguan emosi, gangguan perilaku, dan

demensia (pikun). Padahal, deteksi dini terhadap gejala stroke merupakan hal yang utama, sebab sampai saat ini belum semua pelayanan kesehatan memiliki alat mutakhir yang mampu mendeteksi stroke. Salah satu penyebab tingginya angka kejadian stroke di Indonesia lebih disebabkan karena gaya dan pola hidup masyarakat yang tidak sehat, seperti malas bergerak, makanan berlemak dan kolesterol tinggi. Serangan stroke yang terjadi pada usia produktif dan muda relatif lebih banyak disebabkan oleh gaya hidup modern yang salah. Tidak peduli makanan yang disantap mengandung kolesterol tinggi. Belum lagi kehidupan malam seperti clubbing yang lekat dengan nuansa alkohol, rokok, dan narkoba. Akibatnya, hal ini dapat memupuk faktor pemicu stroke yang dapat terjadi kapan saja. Saat ini serangan stroke juga lebih banyak dipicu oleh adanya hipertensi yang disebut sebagai silent killer, diabetes, obesitas dan berbagai gangguan kesehatan yang terkait dengan penyakit degeneratif. Kolesterol Sering disebutkan bahwa kolesterol merupakan salah satu pemicu terjadinya serangan stroke. Padahal tidak selamanya kolesterol itu merugikan atau berbahaya bagi tubuh. Periu dicatat bahwa kolesterol bukanlah musuh, karena ia juga dibutuhkan oleh tubuh. la hanya mengancam bila jumlahnya didalam darah berlebihan. Kolesterol adalah salah satu turunan lemak. Bila kadar kolesterol dalam tubuh cukup, maka zat ini sangat berguna untuk menjalankan fungsi beberapa organ tubuh. Apabila tubuh mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung kolesterol secara berlebihan, maka kolesterol dalam darah cenderung akan meningkat. Kolesterol darah berlebihan ini dapat mengakibatkan penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah, yang kemudian dapat menyebabkan penyakit jantung dan stroke. Bahan makanan yang mengandung kadar kolesterol tinggi adalah kuning telur, hati, otak, paru, usus, kepiting, kerang-kerangan dan lain-lain. Nah sebenarnya kolesterol itu terbagi dua yaitu HDL (high-density lipoprotein) yang sifatnya baik dan tidak berbahaya serta LDL (low-density lipoprotein) yang bersifat jahat dan bisa membahayakan tubuh. Tubuh membutuhkan kolesterol untuk pertumbuhan jaringan otak dan saraf. Jumlah kolesterol dalam kelenjar adrenalin sangat terbatas. Meskipun demikian, pengaruhnya sangat besar. Jika kadar kolesterol terlalu rendah, kelenjar adrenalin akan sulit membentuk hormon seks. Manfaat lain kolesterol adalah sebagai bahan baku pembentukan garam empedu.

Garam empedu berperan meningkatkan pembuangan lemak, dengan cara mengikat lemak darah sebelum lemak tersebut sempat diserap dinding usus. Asupan lemak yang memadai justru dapat meningkatkan kemampuan tubuh membuang kelebihan kolesterol, sehingga tidak menumpuk di dalam tubuh. Kuncinya agar kolesterol tidak berbahaya adalah menjaga tingkat kolesterol dalam darah, yaitu menjaga HDL agar tetap tinggi dan LDL atau kolesterol berbahaya tetap rendah. Jadi sebenarnya, penyebab serangan stroke adalah makanan dengan kadar kolesterol jahat yang sangat tinggi. Kolesterol jahat inilah yang banyak terdapat pada junk food, atau makanan cepat saji. Selain itu, penyebab terjadinya serangan stroke lainnya adalah kebiasaan malas berolah raga dan bergerak, banyak minum alkohol, merokok, penggunaan narkotika dan zat adiktif, waktu istirahat yang sangat kurang, serta stress yang berkepanjangan. Pecahnya pembuluh darah juga sering diakibatkan karena hipertensi. Namun ketakutan berlebihan terhadap akibat kelebihan kolesterol justru menghapuskan sejumlah manfaat baik tersebut. Kolesterol hanya selalu diidentikkan dengan stroke atau serangan jantung. Selain itu, perlu diingat jauhi faktor pencetus stroke dengan mengontrol pola makan Anda. Kini banyak tersaji hidangan dengan menu sehat, namun tetap mengundang selera. Pilih dan perbanyaklah mengkonsumsi makanan berserat dan batasi makanan berlemak serta garam. Stres juga termasuk salah satu pemicu serangan stroke. Anda bisa mengurangi tingkat stres dengan menyibukkan diri dalam berbagai kegiatan positif, seperti menekuni hobi dan relaksasi secara teratur. Olahraga teratur juga dianjurkan, minimal 30 menit sehari. Misalnya jogging, senam atau berjalan kaki. Nah, dengan menata ulang hidup Anda mulai saat ini, maka resiko terkena stroke pun bisa dihindari. FAKTOR RESIKO TERKENA STROKE: - Merokok - Hipertensi - Kadar lemak darah tinggi - Diabetes - Kegemukan (obesitas) - Gangguan pembuluh darah/jantung - Kurang aktifitas fisik/olah raga - Minuman alkohol - Penyalahgunaan obat (Narkoba)

cara penanganan pertama pada serangan gejala stroke: Penanganan pertama tergantung pada kondisi pertama kali kita temukan pada penderita. Bila penderita sudah didapatkan dalam kondisi tidak sadar bahkan sudah ngorok/ mendengkur, maka tindakan pertama yang kita lakukan : 1. Cek Kesadaran, jika tidak sadar maka langsung telpon ambulans 118/ RS terdekat/ dokter terdekat. 2. Cek jalan nafas, bila sudah muncul ngorok maka segera lakukan terlentangkan korban dan kepala didongakkan (teknik angkat dagu tekan dahi) atau leher diganjal bantal kecil atau sejenisnya. 3. Cek nafas, dengan cara lihat naik turunnya dada, dengar suara nafas dan rasakan hembusan nafas, jika tidak ada nafas kasih nafas buatan. Jika nafas masih ada pasang selang oksigen saja ( jika ada). 4. Cek nadi di leher, jika tidak berdenyut lakukan pijat jantung ( bagi yang sudah terlatih). 5. Segera dibawa ke RS terdekat. Kalau stroke-nya hanya membuat kelumpuhan separoh tapi pasien masih sadar, segera bawa ke RS, untuk : 1. Konsul ke Dr. Spesialis Syaraf 2. Jika diperlukan CT Scan. 3. Rehabilitasi/ fisioterapi untuk memulihkan kelumpuhannya.

Abstrak Seorang wanita 49 tahun, dibawa oleh keluarganya ke RS dengan penurunan kesadaran yang timbul mendadak, pasien memiliki riwayat hipertensi kurang lebih sudah 15 tahun. Dari pemeriksaan GCS pasien E4V5M4. Stroke adalah gangguan fungsional otak yang bersifat lokal dan atau global, terjadi secara akut berlangsung selama 24 jam atau lebih yang disebabkan oleh gangguan aliran darah otak. Hipertensi didapatkan pada 80% penderita stroke akut ketika masuk ke rumah sakit. Terjadi kenaikan tekanan darah pada stroke iskemik akut yang sebagian besar hanya bersifat sementara. Kata kunci : hipertensi, perdarahan serebral, stroke. Kasus Pasien dibawa oleh keluarganya ke IGD RSUD Salatiga pada tanggal 24 Desember 2011 dengan penurunan kesadaran yang timbul mendadak. Sebelumnya menurut keterangan keluarga pasien akan dibawa ke RS Ambarawa (dari simpulan alloanamnesis GCS pasien E1V1M1) namun selama di perjalanan kesadarannya mulai pulih dengan sendirinya (diperkirakan GCS menjadi E4V5M4). Selama di IGD pasien merasakan lemah seluruh badan, mual muntah, saat sadar bicara jadi pelo. Keluarga mengatakan bahwa pasien memiliki riwayat hipertensi kurang lebih sudah 15 tahun mulai dari saat pasien menggunakan KB suntik. Pasien sering mengeluhkan pusing namun setelah berobat ke puskesmas dan diberi obat lalu sembuh. Pasien tidak pernah mengontrolkan hipertensinya pada dokter, setiap pusing pasien hanya mengkonsumsi obat yang dibeli sendiri di warung. Lalu salah satu anaknya menyarankan untuk menggunakan captopril yang dia dapatkan dari puskesmas. Pasien hanya meminumnya saat pusing saja, suatu ketika sebelum masuk RS pasien sangat pusing dan meminumnya sekaligus dua tablet (dosis captopril yang digunakan lupa) lalu tiba tiba jatuh dan tidak sadarkan diri. Diagnosis Penurunan Kesadaran dengan Hipertensi, susp Stroke Hemoragik Terapi Untuk penatalaksanaan di IGD pemberian O2 2 liter/menit dan Infus Asering 20 tpm untuk menjaga sirkulasi tetap stabil. Manitol untuk mengurangi tekanan intracranial, Gotopril untuk pencegahan infark cerebral, Kalnex untuk penanganan perdarahan dan Vomseran untuk menangani mual muntah. Diskusi Hipertensi didapatkan pada 80% penderita stroke akut ketika masuk ke rumah sakit. Terjadi kenaikan tekanan darah pada stroke iskemik akut yang sebagian besar hanya bersifat sementara. Hasil penelitian dari Harper dan kawan-kawan menunjukkan penurunan tekanan darah yang signifikan sampai hari ke-7 setelah serangan stroke iskemik akut. Mekanisme kenaikan tekanan darah, baik pada stroke iskemik maupun stroke hemoragik, masih belum diketahui. Tetapi, diduga ada hubungan dengan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik, yaitu dengan adanya peningkatan kadar katekolamin plasma dan kortikosteroid. Prognosis dan hipertensi post stroke masih belum jelas. Tekanan darah pada saat masuk ke rumah sakit tidak berhubungan dengan prognosis stroke, kecuali pada penderita dengan gangguan kesadaran. Ada korelasi antara hipertensi dengan besarnya angka kematian. Hipertensi yang tidak terkendali sangat kuat hubunganya dengan stroke akut. Terapi hipertensi pada saat stroke akut mempunyai risiko kurang baik pada prognosis stroke. Penurunan tekanan darah beberapa jam setelah stroke akut menyebabkan perburukan kelaianan nerologis. Mungkin hal ini disebabkan oleh adanya penurunan tekanan perfusi di darah infark. Pada beberapa hari sesudah serangan stroke akut, autoregulasi serebral dan tekanan perfusi serebral lokal mengalami gangguan. Namun, kebanyakan akan menjadi normal kembali setelah 2 sampai 4 hari. Masih ada perbedaan pendapat mengenai dapat tidaknya hipertensi pada stroke akut segera diturunkan. Walaupun demikian, belum ada uji klinik randomisasi mengenai pemberian obat antihipertensi pada penderita stroke akut dengan hipertensi. Guideline Stroke 2000 yang dikeluarkan oleh kelompok studi Serebrovskular & Neurogeriatri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia dapat digunakan sebagai pegangan dalam terapi hipertensi pada saat stroke akut.

Kesimpulan Pasien 49 tahun, dengan stroke hemoragik dan riwayat hipertensi kronis. Prognosis dan hipertensi post stroke masih belum jelas. Tekanan darah pada saat masuk ke rumah sakit tidak berhubungan dengan prognosis stroke, kecuali pada penderita dengan gangguan kesadaran. Ada korelasi antara hipertensi dengan besarnya angka kematian. Penurunan tekanan darah dengan obat antihipertensi dapat menurunkan terjadinya risiko stroke ulang.

Referensi Harsono, 2007. Kapita Selekta Neurologi. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Cetakan keenam. Gajah Mada University Press : Yogyakarta. Lamsudin, R., 1997, Algoritma Stroke Gadjah Mada Penerapan Klinis Untuk Membedakan Stroke Perdarahan Intraserebral dengan Stroke Iskemik Akut atau Stroke Infark, Berkala Ilmu Kedokteran, vol.29, no.1: 11 16.

Mansjoer, 2000 , Stroke dalam Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3, Media Aeuculapius, Jakarta, hal : 17-26. Sidharta, 2004, Stroke dalam Neurologi Klinis dalam Praktek umum, ED 5, Dian Rakyat, Jakarta, hal : 260-275. Sylvia, 1995, Penyakit Serebrosvaskuler dan Nyeri Kepala dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed 4, EGC, Jakarta, hal : 964-968.

You might also like