You are on page 1of 7

$43,

TUTORIAL DIAGNOSIS SESI IV


KANKER
NIR SONIA PRAMESWARI
08/265164/KU/12665
Skenario:
Wanita, 37 tahun
Keluhan: 3 bln yll sering perdarahan pervagina dan perut terasa sakit
Saat masuk RS masih terjadi perdarahan
DX : kanker serviks stadium B
A : 150/40
B : Hb = 2,6 g/dl Alb = 2,03 g/dl
Na = 129 mmol/L K = 3,2 mmol/L
C : pada jaringan serviks terdapat sel skuamosa diferensiasi buruk
D : Riwayat pola makan seimbang gambaran asupan makan sehari 70% RDA
Riwayat makan di RS = kurang
Kemoterapi menyebabkan mual,muntah
Transfusi PRC dan Alb
Kosa Kata Khusus :
Kanker serviks
Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks.
Kanker serviks merupakan kanker yang primer berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio). Serviks
adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina.
Ada 2 jenis utama kanker servik. Sekitar 8-9 dari 10 jenis yang ada adalah karsinoma sel skuamosa. Di bawah
mikroskop, kanker jenis ini terbentuk dari sel-sel seperti sel-sel skuamosa yang menutupi permukaan servik.
Sebagian besar sisanya adalah adenokarsinoma. Kanker ini dimulai pada sel-sel kelenjar yang membuat lendir.
Jarang terjadi, kanker servik memiliki kedua jenis fitur diatas dan disebut karsinoma campuran. Jenis lainnya
(seperti melanoma, sarkoma, dan limfoma) yang paling sering terjadi di bagian lain dari tubuh.
Perjalanan penyakit karsinoma serviks merupakan salah satu model karsinogenesis yang melalui tahapan atau
multistep, dimulai dari karsinogenesis yang awal sampai terjadinya perubahan morfologi hingga menj adi kanker
invasif. Studi-studi epidemiologi menunjukkan 90% lebih kanker serviks dihubungkan dengan jenis human
papilomma virus (HPV). Beberapa bukti menunjukkan kanker dengan HPV negatif ditemukan pada wanita yang
lebih tua dan dikaitkan dengan prognosis yang buruk. HPV merupakan faktor inisiator kanker serviks.
Oncoprotein E6 dan E7 yan berasal dari HPV merupakan penyebab terjadinya degenerasi keganasan.
Onkoprotein E6 akan mengikat p53 sehingga TSG p53 akan kehilangan fungsinya. Sedangkan onkoprotein E7
akan mengikat TSG Rb, ikatan ini menyebabkan terlepasnya E2F yang merupakan faktor transkripsi sehingga
siklus sel dapat berjalan tanpa kontrol.
8, 10

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks, antara lain adalah :
1. Hubungan seks pada usia muda atau
pernikahan pada usia muda. Faktor ini
merupakan faktor risiko utama. Semakin
muda seorang perempuan melakukan
$43,
hubungan seks, semakin besar risikonya
untuk terkena kanker serviks. Berdasarkan
penelitian para ahli, perempuan yang
melakukan hubungan seks pada usia
kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3
kali lebih besar daripada yang menikah
pada usia lebih dari 20 tahun.
2. Berganti-ganti pasangan seksual. Perilaku
seksual berupa gonta-ganti pasangan seks
akan meningkatkan penularan penyakit
kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti
infeksi human papilloma virus (HPV) telah
terbukti dapat meningkatkan timbulnya
kanker serviks, penis dan vulva. Resiko
terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat
pada wanita yang mempunyai partner
seksual 6 orang atau lebih. Di samping itu,
virus herpes simpleks tipe-2 dapat menj adi
faktor pendamping.
3. Merokok. Wanita perokok memiliki risiko 2
kali lebih besar terkena kanker serviks
dibandingkan dengan wanita yang tidak
merokok. Penelitian menunjukkan, lendir
serviks pada wanita perokok mengandung
nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di
dalam rokok. Zat-zat tersebut akan
menurunkan daya tahan serviks di
samping merupakan ko-karsinogen infeksi
virus.
4. Defisiensi zat gizi. Ada beberapa
penelitian yang menyimpulkan bahwa
defisiensi asam folat dapat meningkatkan
risiko terjadinya displasia ringan dan
sedang, serta mungkin juga meningkatkan
risiko terjadinya kanker serviks pada
wanita yang makanannya rendah beta
karoten dan retinol (vitamin A).
5. Trauma kronis pada serviks seperti
persalinan, infeksi, dan iritasi menahun
6. Pemakaian $ (/ietilstilbestrol) pada
wanita hamil untuk mencegah keguguran
(banyak digunakan pada tahun 1940-
1970)
7. Gangguan sistem kekebalan
8. Pemakaian pil KB
9. nfeksi herpes genitalis atau infeksi
klami/ia menahun
10. Golongan ekonomi lemah (karena tidak
mampu melakukan Pap smear secara
rutin)
Klasifikasi histologik kanker serviks ada beberapa, di antaranya :
13

1. Squamous carcinoma
O Keratinizing
O Large cell non keratinizing
O Small cell non keratinizing
O Verrucous
2. Adeno carcinoma
O Endocervical
O Endometroid (adenocanthoma)
O Clear cell - paramesonephric
O Clear cell - mesonephric
O Serous
O ntestinal
3. Mixed carcinoma
O Adenosquamous
O Mucoepidermoid
O Glossy cell
O Adenoid cystic
4. Undifferentiated carcinoma
5. Carcinoma tumor
6. Malignant melanoma
7. Maliganant non-epithelial tumors
O Sarcoma : mixed mullerian,
leiomysarcoma, rhabdomyosarcoma
O Lymphoma
Jenis skuamosa merupakan jenis yang paling sering ditemukan, yaitu 90%; adenokarsinoma 5%; sedang jenis
lainnya 5%. Karsinoma skuamosa terlihat sebagai jalinan kelompok sel-sel yang berasal dari skuamosa dengan
pertandukan atau tidak, dan
$43,
kadang-kadang tumor sendiri dari sel-sel yang berdiferensiasi buruk atau dari sel-sel yang disebut small cell,
berbentuk kumparan atau kecil serta bulat dan batas tumor stroma tidakjelas. Sel ini berasal dari sel basal atau
reserve/ cell. Sedang adenokarsinoma terlihat sebagai sel-sel yang berasal dari epitel torak endoserviks, atau
dari kelenj ar endoserviks yang mengeluarkan mukus.
Stadium berdasarkan FIGO (InternationaI of GynecoIogy and Obstetrics) :
Stadium I. Kanker leher rahim hanya terdapat pada
daerah leher rahim (serviks)
Stadium IA. Kanker invasive didiagnosis melalui
mikroskopik (menggunakan mikroskop),
dengan penyebaran sel tumor mencapai lapisan
stroma tidak lebih dari kedalaman 5 mm dan lebar 7
mm
*) Stadium A1. nvasi lapisan stroma sedalam 3 mm
atau kurang dengan lebar 7 mm atau kurang
*) Stadim A2. nvasi stroma antara 3- 5 mm dalamnya
dan dengan lebar 7 mm atau kurang
Stadium B. tumor yang terlihat hanya terdapat pada
leher rahim atau dengan pemeriksaan
mikroskop lebih dalam dari 5 mm dengan lebar 7 mm
*) Stadium B1. Tumor yang terlihat sepanjang 4 cm
atau kurang
*) Stadium B2. Tumor yang terlihat lebih panjang dari
4 cm
Stadium II. Kanker meluas keluar dari leher rahim
namun tidak mencapai dinding panggul.
Penyebaran melibatkan vagina 2/3 bagian atas.
Stadium A. Kanker tidak melibatkan jaringan
penyambung (parametrium) sekitar rahim,
namun melibatkan 2/3 bagian atas vagina
Stadium B. Kanker melibatkan parametrium namun
tidak melibatkan dinding samping panggul
Stadium III. Kanker meluas sampai ke dinding
samping panggul dan melibatkan 1/3 vagina bagian
bawah. Stadium mencakup kanker yang
menghambat proses berkemih sehingga
menyebabkan
timbunan air seni di ginj al dan berakibat gangguan
ginjal
Stadium A. Kanker melibatkan 1/3 bagian bawah
vagina namun tidak meluas sampai dinding
panggul
Stadium B. Kanker meluas sampai dinding
samping vagina yang menyebabkan gangguan
berkemih sehingga berakibat gangguan ginjal
Stadium IV. Tumor menyebar sampai ke kandung
kemih atau rectum, atau meluas melampaui panggul
Stadium VA. Kanker menyebar ke kandung kemih
atau rectum
Stadium VB. Kanker menyebar ke organ yang jauh
Patofisiologi
Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menj adi abnormal dan membelah secara tak terkendali. 90% dari
kanker serviks berasal dari sel skuaomosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar
penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam rahim. Perubahan prekanker pada serviks biasanya
tidak meminimalkan gejala dan perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani pemeriksaan
panggul dan pap smear.
Penanganan
Pada stadium O dan a dilakukan biopsi kerucut dan histerektomi transvaginal. Pada stadium b dan a
penanganan yang dillakukan yaitu histerektomi radikal. sedangkan pada stadium b, , dan V dilakukan
histrektomi transvaginal. Dan pada stadium Va dan Vb penanganan yang diberikan yaitu radioterapi, radiasi
paliatif, dan kemoterapi.
SeI skuamosa
karsinoma seI skuamosa (SCC) merupakan bentuk kanker jenis karsinoma yang mungkin terjadi dalam
berbagai organ, termasuk kulit, bibir, mulut, kerongkongan, kandung kemih, prostat, paru-paru, vagina, dan
serviks. ni adalah tumor ganas epitel skuamosa (epitel yang menunjukkan diferensiasi sel skuamosa). Kanker
leher rahim berbeda dengan kanker yang awalnya muncul di bagian lain dari rahim dan juga membutuhkan
$43,
perawatan yang berbeda. Kebanyakan kanker leher rahim/serviks adalah karsinoma sel skuamosa. Sel-sel
skuamosa adalah sel yang tipis dan datar yang membentuk permukaan leher rahim. Bentuk kedua yang paling
umum dari kanker serviks adalah adenokarsinoma, yang berasal dari sel-sel yang membentuk kelenjar yang ada
di leher rahim. Karsinoma servik squamosa (kanker servik) merupakan salah satu tumor ganas yang sering
ditemukan di negara berkembang dengan tingkat sosioekonomi rendah. Penderita biasanya datang dalam
stadium lanjut sehingga diperlukan pengobatan menggunakan radiasi (radioterapi) eksterna atau intrakaviter.
Diferensiasi
Diferensiasi sel adalah suatu perubahan sel dimana sel yang telah mencapai volume pertumbuhan akhir menjadi
terspesialisasi sesuai fungsinya menghasilkan j enis jaringan, organ atau organisme baru.
PRC (packed red ceII)
Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan volume darah secara nyata.
Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan darah jenuh adalah :
Kenaikan Hb dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan

Mengurangi kemungkinan penularan penyakit

Mengurangi kemungkinan reaksi imunologis

Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga kemungkinan overloa/ berkurang

Komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien lain
ndikasi mutlak pemberian !acke/ Re/ Cells (PRC) adalah bila Hb penderita 5 gr%. Jumlah PRC yang
diperlukan untuk menaikkan Fib dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Jumlah PRC = Hb x 3 x BB
= selisih Hb yang diinginkan dengan Hb sebelum transfusi
Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran plasma secara tertutup atau septik
sedemikian rupa sehingga hematokrit menjadi 70-80%. Volume tergantung kantong darah yang dipakai yaitu
150-300 ml. Suhu simpan 42C. Lama simpan darah 24 jam dengan sistem terbuka.
(3)

Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah dipekatkan dengan memisahkan
komponen-komponen yang lain. Packed cells banyak dipakai dalam pengobatan anemia terutama talasemia,
anemia aplastik, leukemia dan anemia karena keganasan lainnya. Pemberian transfusi bertujuan untuk
memperbaiki oksigenasi jaringan dan alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila kadar Hb sudah di atas 8 g%.
Dosis transfusi darah didasarkan atas makin anemis seseorang resipien, makin sedikit jumlah darah
yang diberikan per et mal di dalam suatu seri transfusi darah dan makin lambat pula jumlah tetesan yang
diberikan. Hal ini dilakukan untuk menghindari komplikasi gagal jantung. Dosis yang dipergunakan untuk
menaikkan Hb ialah dengan menggunakan rumus empiris:
Kebutuhan darah (ml) = 6 x BB (kg) x kenaikan Hb yang diinginkan.
Penurunan kadar Hb 1-2 hari pasca transfusi, maka harus dipikirkan adanya auto immune hemolytic anemia. Hal
ini dapat dibuktikan dengan uji coombs dari serum resipien terhadap eritrosit resipien sendiri atau terhadap
eritrosit donor. Keadaan demikian pemberian washed packed red cell merupakan komponen pilihan disamping
pemberian immuno supressive (prednison, imuran) terhadap resipien.
(2)
PIasbumin


Bahan diskusi
1. gambaran status gizi pasien:
A : MT = 17,78 hal ini menunjukkan bahwa pasien kekurangan berat badan tingkat ringan
$43,
Penurunan BB dapat berkaitan dengan proses kemoterapi yag dijalani pasien karena dapat
menyebabkan mual dan muntah.
B : b = 2,6 g/dI
Kadar Hb pasien sangat rendah, karena terjadi perarahan yang dikaitkan dengan penyakit kanker serviks.
Anemia pada penderita kanker sering terjadi akibat kankernya sendiri maupun pengobatannya. Ada beberapa
mekanisme terjadinya anemia pada penderita kanker, seperti perdarahan, infiltrasi tumor pada sumsum tulang,
hemolisis, Cytokine mediated, Hemopgagocytic syndrome, dan anemia akibat pengobatan. ''Dari berbagai
mekanisme tersebut, perdarahan baik akut maupun kronis merupakan sebab anemia yang sering terjadi pada
kanker. Terutama, kanker di daerah gastrointestinal (pencernaan), genitourinaria, ginekologis, dan kanker
kepala-leher,paparnya.Pendarahan ini, terang Yenny, dapat disebabkan trombositopenia, gangguan fungsi
trombosit, fungsi hati, koagulasi intravaskuler diseminata, fibrinolisis, dan kerusakan pembuluh darah. Sementara
itu, penyebab anemia ke-2 pada penderita kanker adalah infiltrasi tumor ke dalam sumsum tulang. ''Keluhan ini
umumnya terjadi pada keganasan hematologi seperti leukemia dan limfoma. Tetapi, ini tidak menutup keganasan
lain,''bebernya.Tumor solid seperti kanker prostat, payudara, indung telur, maupun lambung, juga sering
menyebar ke daerah sumsum tulang. Selain itu, pemendekan umur sel darah merah juga kerap terjadi pada
penderita kanker. Bila ini terjadi, penderita bisa mengalami Cytokine Mediated Anemia (CMA). CMA adalah
anemia ringan sampai sedang namun menetap. ''Sering terjadi pada penderita kanker yang sudah mengalami
infeksi, inflamasi, atau keganasan,ungkap Yenny. Dijelaskannya, pada penderita kanker, bisa terjadi
pemendekan umur sel darah merah dengan derajat sedang. Bila normalnya usia sel darah merah berkisar 29-33
hari, usia darah merah penderita kanker berkisar 20-25 hari. Pengobatan kanker pun bisa memicu terjadinya
anemia. Baik berupa tindakan bedah, radiasi, kemoterapi, dan modifikasi respons biologis, dapat menyebabkan
anemia dengan berbagai mekanisme. Anemia karena kemoterapi atau radiasi tidak hanya disebabkan oleh
myelosupression. Tetapi, dapat juga disebabkan oleh perusakan sel darah merah karena terapi tersebut.
''Myelosupression adalah kondisi di mana sumsum tulang mengalami keterlambatan dalam memproduksi sel
darah merah,''jelasnya. (mg39)
AIb = 2,03 g/dI
Kadar albumin rendah hal ini menunjukkan bahwa pasien dalam status gizi buruk.
Hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan adanya perbedaan kadar albumin yang signifikan antar stadium
yang berbeda pada pasien kanker serviks di RSUP Dokter Kariadi Semarang dengan nilai p<0,05. Semakin
tinggi stadium atau semakin berat stadium kanker serviks tersebut didapatkan semakin rendah kadar
albuminnya. Sehingga hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang telah dibuat bahwa tiap stadium
mempunyai kadar albumin yang berbeda. Status gizi dapat dinilai dari berbagai parameter antara lain
pengukuran antropometri, mengukur kadar Hb, albumin dan transferin.4 Beberapa terapi untuk penanganan
kanker serviks menggunakan parameter status gizi untuk pertimbangan terapinya dalam hal ini dapat
menggunakan data kadar albumin.
Banyak hal yang dapat menyebabkan zat gizi (kadar albumin) mengalami penurunan antara lain dapat
dikelompokkan dalam tiga besar yaitu: penurunan asupan makanan, malabsorbsi, dan pengaruh mediator
katabolik yang di hasilkan oleh sel tumor itu sendiri diantaranya seperti sitokin-alfa, inter-leukin, dan interferon
gamma.10,11
Asupan makanan yang kurang dapat merupakan efek langsung dari kanker yang ada di organ gastrointestinal
atau sekitarnya dan bisa juga akibat efek sitemik dari kanker yang menyebabkan anoreksia. Protein total tubuh
mengalami perubahan dengan adanya sintesis mediator katabolik oleh sel kanker sehingga mengalami
penurunan akibat peningkatan katabolisme. Sitokin terutama interleukin-1 dan interleukin-6 mempunyai peranan
penting dalam merilis mediator katabolik ini. Semua pasien kanker dengan stadium lanjut dapat dijumpai kadar
sitokin yang tinggi di pada pemeriksaan serumnya.21
Na = 129 mmoI/L
Rendah,normalnya 135-145 mmol/L
PENYEBAB
$43,
Konsentrasi natrium darah menurun jika natrium telah dilarutkan oleh terlalu banyaknya air dalam tubuh.
Pengenceran natrium bisa terjadi pada orang yang minum air dalam jumlah yang sangat banyak (seperti yang
kadang terjadi pada kelainan psikis tertentu) dan pada penderita yang dirawat di rumah sakit, yang menerima
sejumlah besar cairan intravena. Jumlah cairan yang masuk melebihi kemampuan ginjal untuk membuang
kelebihannya.
Asupan cairan dalam jumlah yang lebih sedikit (kadang sebanyak 1L/hari), bisa menyebabkan hiponatremia
pada orang-orang yang ginjalnya tidak berfungsi dengan baik, misalnya padagagal ginjal. Hiponatremia juga
sering terjadi pada penderita gagal jantung dan sirosis hati, dimana volume darah meningkat. Pada keadaan
tersebut, kenaikan volume darah menyebabkan pengenceran natrium, meskipun jumlah natrium total dalam
tubuh biasanya meningkat juga.

Hiponatremia terjadi pada orang-orang yang kelenjar adrenalnya tidak berfungsi (penyakitAddison), dimana
natrium dikeluarkan dalam jumlah yang sangat banyak. Pembuangan natrium ke dalam air kemih disebabkan
oleh kekurangan hormon aldosteron.
Penderita Syndrome of nappropriate Secretion of Antidiuretik Hormone (SADH) memiliki konsentrasi natrium
yang rendah karena kelenj ar hipofisa di dasar otak mengeluarkan terlalu banyak hormon antidiuretik. Hormon
antidiuretik menyebabkan tubuh menahan air dan melarutkan sejumlah natrium dalam darah.
Penyebab SADH:
Meningitis dan ensefalitis
Tumor otak
Psikosa
Penyakit paru-paru (termasuk pneumonia
dan kegagalan pernafasan akut)
Kanker (terutama kanker paru dan
pankreas)
Obat-obatan:
- chlorpropamide (obat yang menurunkan kadar
gula darah)
- Carbamazepine (obat anti kejang)
- Vincristine (obat anti kanker)
- Clofibrate (obat yang menurunkan kadar
kolesterol)
- Obat-obat anti psikosa
- Aspirin, ibuprofen dan analgetik lainnya yang
dijual bebas
- Vasopressin dan oxytocin (hormon antidiuretik
buatan).
K = 3,2 mmoI/L
Hipokalemia normal :3,5-5 mmol.l
C : pada jaringan serviks terdapat sel skuamosa diferensiasi buruk
D : Riwayat pola makan seimbang gambaran asupan makan sehari 70% RDA
Riwayat makan di RS = kurang
Signs dan symptoms
Gejala kanker serviks tingkat lanjut :
munculnya rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan intim (contact bleeding).
keputihan yang berlebihan dan tidak normal.
perdarahan di luar siklus menstruasi.
penurunan berat badan drastis.
Apabila kanker sudah menyebar ke panggul, maka pasien akan menderita keluhan nyeri punggung
juga hambatan dalam berkemih, serta pembesaran ginjal.

$43,
tanda-tanda yang khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :

Keputihan atau keluar cairan encer
dari vagina.

Perdarahan setelah sanggama yang
kemudian berlanjut menjadi
perdarahan yang abnormal.

Timbulnya perdarahan setelah masa
menopause

Pada fase invasif dapat keluar cairan
berwarna kekuning-kuningan, berbau
dan dapat bercampur dengan darah.

Timbul gej ala-gejala anemia bila
terjadi perdarahan kronis.

Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di
perut bagian bawah bila ada radang
panggul. Bila nyeri terjadi di daerah
pinggang ke bawah, kemungkinan
terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa
juga timbul nyeri di tempat-tempat
lainnya.

Pada stadium lanjut, badan menjadi
kurus kering karena kurang gizi,
edema kaki, timbul iritasi kandung
kencing dan poros usus besar bagian
bawah (rectum), terbentuknya fistel
vesikovaginal atau rektovaginal, atau
timbul gejala-gejala akibat metastasis
jauh.
The early stages of cervical cancer may be completely asymptomatic.[1][6] Vaginal bleeding, contact bleeding or
(rarely) a vaginal mass may indicate the presence of malignancy. Also, moderate pain during sexual intercourse
and vaginal discharge are symptoms of cervical cancer. n advanced disease, metastases may be present in the
abdomen, lungs or elsewhere.
Symptoms of advanced cervical cancer may include: loss of appetite, weight loss, fatigue, pelvic pain, back pain,
leg pain, single swollen leg, heavy bleeding from the vagina, leaking of urine or faeces from the vagina,[7] and
bone fractures.
Penyebab maInutrisi RS
(1) Keadaan ini menunjukkan bahwa malnutrisi pada pasien justru terjadi selama periode rawat inap serta
berkaitan dengan penyakit yang mendasari yang mencetuskan anoreksia, disfagia, gangguan pencernaan, dan
hiperkatabolik; diperparah peningkatan akan kebutuhan zat gizi utama seperti protein, lemak, vitamin, mineral,
dan air (khususnya pada pasien trauma/pascabedah dimana stres metabolik meningkat). Yang pada akhirnya
membuat derajat malnutrisi berlanjut sehingga terjadi perlamaan periode rawat inap (dan peningkatan biaya
inap) yang secara "lingkaran setan memperburuk malnutrisi. Belum lagi, obat-obatan tertentu yang diberikan
dapat mengurangi kepekaan indra pengecap; alhasil, nafsu makan menurun sehingga intake nutrisi kian sedikit.
Banyak studi yang menunjukkan malnutrisi pada pasien berhubungan dengan lama rawat, proses penyembuhan,
dan peningkatan angka kesakitan dan kematian.(4) Malnutrisi merupakan masalah serious bagi pasien,
immunitas morbiditas LOS --> Biaya >>
Malnutrisi berdampak pada penurunan imunitas, sehingga pasien rentan infeksi dan komplikasi yang
meningkatkan morbiditas serta perpanjangan lama masa rawat, akibatnya meningkatnya biaya perawatan.
ampak dari malnutrisi klinis, yakni berakibat fungsi organ tubuh akan berkurang. Obat-obatan pun bekerja tidak
secara normal. Berat badan pasien semakin menurun, penyembuhan luka juga terhambat. Kekebalan tubuh
akan terganggu sehingga mudah terserang penyakit infeksi. Lama rawat di rumah sakit juga meningkat, angka
kematian meningkat, otomatis biaya rumah sakit juga meningkat. Hal ini sangat memberatkan pasien dan
keluarganya, sudah sakit masih memikirkan lagi biaya perawatan yang tidak sedikit. karena malnutrisi, tubuh
akan digerogoti oleh tubuhnya sendiri. Agar mengetahui seseorang malnutrisi atau tidak ada rumusnya yakni
dengan mengetahui indeks masa tubuh (lihat inbok). Mewaspadai malnutrisi di rumah sakit menj adi penting
karena banyak penelitian menunjukkan bahwa komplikasi 2 sampai 20 kali lebih sering pada pasien malnutrisi
daripada pasien dengan gizi baik. Pasien dengan malnutrisi berat akan mengalami komplikasi yang besar. Dan,
berisiko mengalami komplikasi besar pascabedah 4 kali lebih tinggi daripada pasien dengan gizi baik.
Malnutrisi klinis bisa terjadi juga karena penyakitnya sendiri (karena penyakit yang begitu parah membuat pasien
lemah dan kurang gizi),

You might also like