KANKER NIR SONIA PRAMESWARI 08/265164/KU/12665 Skenario: Wanita, 37 tahun Keluhan: 3 bln yll sering perdarahan pervagina dan perut terasa sakit Saat masuk RS masih terjadi perdarahan DX : kanker serviks stadium B A : 150/40 B : Hb = 2,6 g/dl Alb = 2,03 g/dl Na = 129 mmol/L K = 3,2 mmol/L C : pada jaringan serviks terdapat sel skuamosa diferensiasi buruk D : Riwayat pola makan seimbang gambaran asupan makan sehari 70% RDA Riwayat makan di RS = kurang Kemoterapi menyebabkan mual,muntah Transfusi PRC dan Alb Kosa Kata Khusus : Kanker serviks Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Kanker serviks merupakan kanker yang primer berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio). Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina. Ada 2 jenis utama kanker servik. Sekitar 8-9 dari 10 jenis yang ada adalah karsinoma sel skuamosa. Di bawah mikroskop, kanker jenis ini terbentuk dari sel-sel seperti sel-sel skuamosa yang menutupi permukaan servik. Sebagian besar sisanya adalah adenokarsinoma. Kanker ini dimulai pada sel-sel kelenjar yang membuat lendir. Jarang terjadi, kanker servik memiliki kedua jenis fitur diatas dan disebut karsinoma campuran. Jenis lainnya (seperti melanoma, sarkoma, dan limfoma) yang paling sering terjadi di bagian lain dari tubuh. Perjalanan penyakit karsinoma serviks merupakan salah satu model karsinogenesis yang melalui tahapan atau multistep, dimulai dari karsinogenesis yang awal sampai terjadinya perubahan morfologi hingga menj adi kanker invasif. Studi-studi epidemiologi menunjukkan 90% lebih kanker serviks dihubungkan dengan jenis human papilomma virus (HPV). Beberapa bukti menunjukkan kanker dengan HPV negatif ditemukan pada wanita yang lebih tua dan dikaitkan dengan prognosis yang buruk. HPV merupakan faktor inisiator kanker serviks. Oncoprotein E6 dan E7 yan berasal dari HPV merupakan penyebab terjadinya degenerasi keganasan. Onkoprotein E6 akan mengikat p53 sehingga TSG p53 akan kehilangan fungsinya. Sedangkan onkoprotein E7 akan mengikat TSG Rb, ikatan ini menyebabkan terlepasnya E2F yang merupakan faktor transkripsi sehingga siklus sel dapat berjalan tanpa kontrol. 8, 10
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks, antara lain adalah : 1. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda. Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang perempuan melakukan $43, hubungan seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun. 2. Berganti-ganti pasangan seksual. Perilaku seksual berupa gonta-ganti pasangan seks akan meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi human papilloma virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis dan vulva. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih. Di samping itu, virus herpes simpleks tipe-2 dapat menj adi faktor pendamping. 3. Merokok. Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di samping merupakan ko-karsinogen infeksi virus. 4. Defisiensi zat gizi. Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat dapat meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang makanannya rendah beta karoten dan retinol (vitamin A). 5. Trauma kronis pada serviks seperti persalinan, infeksi, dan iritasi menahun 6. Pemakaian $ (/ietilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran (banyak digunakan pada tahun 1940- 1970) 7. Gangguan sistem kekebalan 8. Pemakaian pil KB 9. nfeksi herpes genitalis atau infeksi klami/ia menahun 10. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan Pap smear secara rutin) Klasifikasi histologik kanker serviks ada beberapa, di antaranya : 13
1. Squamous carcinoma O Keratinizing O Large cell non keratinizing O Small cell non keratinizing O Verrucous 2. Adeno carcinoma O Endocervical O Endometroid (adenocanthoma) O Clear cell - paramesonephric O Clear cell - mesonephric O Serous O ntestinal 3. Mixed carcinoma O Adenosquamous O Mucoepidermoid O Glossy cell O Adenoid cystic 4. Undifferentiated carcinoma 5. Carcinoma tumor 6. Malignant melanoma 7. Maliganant non-epithelial tumors O Sarcoma : mixed mullerian, leiomysarcoma, rhabdomyosarcoma O Lymphoma Jenis skuamosa merupakan jenis yang paling sering ditemukan, yaitu 90%; adenokarsinoma 5%; sedang jenis lainnya 5%. Karsinoma skuamosa terlihat sebagai jalinan kelompok sel-sel yang berasal dari skuamosa dengan pertandukan atau tidak, dan $43, kadang-kadang tumor sendiri dari sel-sel yang berdiferensiasi buruk atau dari sel-sel yang disebut small cell, berbentuk kumparan atau kecil serta bulat dan batas tumor stroma tidakjelas. Sel ini berasal dari sel basal atau reserve/ cell. Sedang adenokarsinoma terlihat sebagai sel-sel yang berasal dari epitel torak endoserviks, atau dari kelenj ar endoserviks yang mengeluarkan mukus. Stadium berdasarkan FIGO (InternationaI of GynecoIogy and Obstetrics) : Stadium I. Kanker leher rahim hanya terdapat pada daerah leher rahim (serviks) Stadium IA. Kanker invasive didiagnosis melalui mikroskopik (menggunakan mikroskop), dengan penyebaran sel tumor mencapai lapisan stroma tidak lebih dari kedalaman 5 mm dan lebar 7 mm *) Stadium A1. nvasi lapisan stroma sedalam 3 mm atau kurang dengan lebar 7 mm atau kurang *) Stadim A2. nvasi stroma antara 3- 5 mm dalamnya dan dengan lebar 7 mm atau kurang Stadium B. tumor yang terlihat hanya terdapat pada leher rahim atau dengan pemeriksaan mikroskop lebih dalam dari 5 mm dengan lebar 7 mm *) Stadium B1. Tumor yang terlihat sepanjang 4 cm atau kurang *) Stadium B2. Tumor yang terlihat lebih panjang dari 4 cm Stadium II. Kanker meluas keluar dari leher rahim namun tidak mencapai dinding panggul. Penyebaran melibatkan vagina 2/3 bagian atas. Stadium A. Kanker tidak melibatkan jaringan penyambung (parametrium) sekitar rahim, namun melibatkan 2/3 bagian atas vagina Stadium B. Kanker melibatkan parametrium namun tidak melibatkan dinding samping panggul Stadium III. Kanker meluas sampai ke dinding samping panggul dan melibatkan 1/3 vagina bagian bawah. Stadium mencakup kanker yang menghambat proses berkemih sehingga menyebabkan timbunan air seni di ginj al dan berakibat gangguan ginjal Stadium A. Kanker melibatkan 1/3 bagian bawah vagina namun tidak meluas sampai dinding panggul Stadium B. Kanker meluas sampai dinding samping vagina yang menyebabkan gangguan berkemih sehingga berakibat gangguan ginjal Stadium IV. Tumor menyebar sampai ke kandung kemih atau rectum, atau meluas melampaui panggul Stadium VA. Kanker menyebar ke kandung kemih atau rectum Stadium VB. Kanker menyebar ke organ yang jauh Patofisiologi Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menj adi abnormal dan membelah secara tak terkendali. 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuaomosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam rahim. Perubahan prekanker pada serviks biasanya tidak meminimalkan gejala dan perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani pemeriksaan panggul dan pap smear. Penanganan Pada stadium O dan a dilakukan biopsi kerucut dan histerektomi transvaginal. Pada stadium b dan a penanganan yang dillakukan yaitu histerektomi radikal. sedangkan pada stadium b, , dan V dilakukan histrektomi transvaginal. Dan pada stadium Va dan Vb penanganan yang diberikan yaitu radioterapi, radiasi paliatif, dan kemoterapi. SeI skuamosa karsinoma seI skuamosa (SCC) merupakan bentuk kanker jenis karsinoma yang mungkin terjadi dalam berbagai organ, termasuk kulit, bibir, mulut, kerongkongan, kandung kemih, prostat, paru-paru, vagina, dan serviks. ni adalah tumor ganas epitel skuamosa (epitel yang menunjukkan diferensiasi sel skuamosa). Kanker leher rahim berbeda dengan kanker yang awalnya muncul di bagian lain dari rahim dan juga membutuhkan $43, perawatan yang berbeda. Kebanyakan kanker leher rahim/serviks adalah karsinoma sel skuamosa. Sel-sel skuamosa adalah sel yang tipis dan datar yang membentuk permukaan leher rahim. Bentuk kedua yang paling umum dari kanker serviks adalah adenokarsinoma, yang berasal dari sel-sel yang membentuk kelenjar yang ada di leher rahim. Karsinoma servik squamosa (kanker servik) merupakan salah satu tumor ganas yang sering ditemukan di negara berkembang dengan tingkat sosioekonomi rendah. Penderita biasanya datang dalam stadium lanjut sehingga diperlukan pengobatan menggunakan radiasi (radioterapi) eksterna atau intrakaviter. Diferensiasi Diferensiasi sel adalah suatu perubahan sel dimana sel yang telah mencapai volume pertumbuhan akhir menjadi terspesialisasi sesuai fungsinya menghasilkan j enis jaringan, organ atau organisme baru. PRC (packed red ceII) Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan volume darah secara nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan darah jenuh adalah : Kenaikan Hb dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan
Mengurangi kemungkinan penularan penyakit
Mengurangi kemungkinan reaksi imunologis
Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga kemungkinan overloa/ berkurang
Komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien lain ndikasi mutlak pemberian !acke/ Re/ Cells (PRC) adalah bila Hb penderita 5 gr%. Jumlah PRC yang diperlukan untuk menaikkan Fib dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Jumlah PRC = Hb x 3 x BB = selisih Hb yang diinginkan dengan Hb sebelum transfusi Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran plasma secara tertutup atau septik sedemikian rupa sehingga hematokrit menjadi 70-80%. Volume tergantung kantong darah yang dipakai yaitu 150-300 ml. Suhu simpan 42C. Lama simpan darah 24 jam dengan sistem terbuka. (3)
Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah dipekatkan dengan memisahkan komponen-komponen yang lain. Packed cells banyak dipakai dalam pengobatan anemia terutama talasemia, anemia aplastik, leukemia dan anemia karena keganasan lainnya. Pemberian transfusi bertujuan untuk memperbaiki oksigenasi jaringan dan alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila kadar Hb sudah di atas 8 g%. Dosis transfusi darah didasarkan atas makin anemis seseorang resipien, makin sedikit jumlah darah yang diberikan per et mal di dalam suatu seri transfusi darah dan makin lambat pula jumlah tetesan yang diberikan. Hal ini dilakukan untuk menghindari komplikasi gagal jantung. Dosis yang dipergunakan untuk menaikkan Hb ialah dengan menggunakan rumus empiris: Kebutuhan darah (ml) = 6 x BB (kg) x kenaikan Hb yang diinginkan. Penurunan kadar Hb 1-2 hari pasca transfusi, maka harus dipikirkan adanya auto immune hemolytic anemia. Hal ini dapat dibuktikan dengan uji coombs dari serum resipien terhadap eritrosit resipien sendiri atau terhadap eritrosit donor. Keadaan demikian pemberian washed packed red cell merupakan komponen pilihan disamping pemberian immuno supressive (prednison, imuran) terhadap resipien. (2) PIasbumin
Bahan diskusi 1. gambaran status gizi pasien: A : MT = 17,78 hal ini menunjukkan bahwa pasien kekurangan berat badan tingkat ringan $43, Penurunan BB dapat berkaitan dengan proses kemoterapi yag dijalani pasien karena dapat menyebabkan mual dan muntah. B : b = 2,6 g/dI Kadar Hb pasien sangat rendah, karena terjadi perarahan yang dikaitkan dengan penyakit kanker serviks. Anemia pada penderita kanker sering terjadi akibat kankernya sendiri maupun pengobatannya. Ada beberapa mekanisme terjadinya anemia pada penderita kanker, seperti perdarahan, infiltrasi tumor pada sumsum tulang, hemolisis, Cytokine mediated, Hemopgagocytic syndrome, dan anemia akibat pengobatan. ''Dari berbagai mekanisme tersebut, perdarahan baik akut maupun kronis merupakan sebab anemia yang sering terjadi pada kanker. Terutama, kanker di daerah gastrointestinal (pencernaan), genitourinaria, ginekologis, dan kanker kepala-leher,paparnya.Pendarahan ini, terang Yenny, dapat disebabkan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit, fungsi hati, koagulasi intravaskuler diseminata, fibrinolisis, dan kerusakan pembuluh darah. Sementara itu, penyebab anemia ke-2 pada penderita kanker adalah infiltrasi tumor ke dalam sumsum tulang. ''Keluhan ini umumnya terjadi pada keganasan hematologi seperti leukemia dan limfoma. Tetapi, ini tidak menutup keganasan lain,''bebernya.Tumor solid seperti kanker prostat, payudara, indung telur, maupun lambung, juga sering menyebar ke daerah sumsum tulang. Selain itu, pemendekan umur sel darah merah juga kerap terjadi pada penderita kanker. Bila ini terjadi, penderita bisa mengalami Cytokine Mediated Anemia (CMA). CMA adalah anemia ringan sampai sedang namun menetap. ''Sering terjadi pada penderita kanker yang sudah mengalami infeksi, inflamasi, atau keganasan,ungkap Yenny. Dijelaskannya, pada penderita kanker, bisa terjadi pemendekan umur sel darah merah dengan derajat sedang. Bila normalnya usia sel darah merah berkisar 29-33 hari, usia darah merah penderita kanker berkisar 20-25 hari. Pengobatan kanker pun bisa memicu terjadinya anemia. Baik berupa tindakan bedah, radiasi, kemoterapi, dan modifikasi respons biologis, dapat menyebabkan anemia dengan berbagai mekanisme. Anemia karena kemoterapi atau radiasi tidak hanya disebabkan oleh myelosupression. Tetapi, dapat juga disebabkan oleh perusakan sel darah merah karena terapi tersebut. ''Myelosupression adalah kondisi di mana sumsum tulang mengalami keterlambatan dalam memproduksi sel darah merah,''jelasnya. (mg39) AIb = 2,03 g/dI Kadar albumin rendah hal ini menunjukkan bahwa pasien dalam status gizi buruk. Hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan adanya perbedaan kadar albumin yang signifikan antar stadium yang berbeda pada pasien kanker serviks di RSUP Dokter Kariadi Semarang dengan nilai p<0,05. Semakin tinggi stadium atau semakin berat stadium kanker serviks tersebut didapatkan semakin rendah kadar albuminnya. Sehingga hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang telah dibuat bahwa tiap stadium mempunyai kadar albumin yang berbeda. Status gizi dapat dinilai dari berbagai parameter antara lain pengukuran antropometri, mengukur kadar Hb, albumin dan transferin.4 Beberapa terapi untuk penanganan kanker serviks menggunakan parameter status gizi untuk pertimbangan terapinya dalam hal ini dapat menggunakan data kadar albumin. Banyak hal yang dapat menyebabkan zat gizi (kadar albumin) mengalami penurunan antara lain dapat dikelompokkan dalam tiga besar yaitu: penurunan asupan makanan, malabsorbsi, dan pengaruh mediator katabolik yang di hasilkan oleh sel tumor itu sendiri diantaranya seperti sitokin-alfa, inter-leukin, dan interferon gamma.10,11 Asupan makanan yang kurang dapat merupakan efek langsung dari kanker yang ada di organ gastrointestinal atau sekitarnya dan bisa juga akibat efek sitemik dari kanker yang menyebabkan anoreksia. Protein total tubuh mengalami perubahan dengan adanya sintesis mediator katabolik oleh sel kanker sehingga mengalami penurunan akibat peningkatan katabolisme. Sitokin terutama interleukin-1 dan interleukin-6 mempunyai peranan penting dalam merilis mediator katabolik ini. Semua pasien kanker dengan stadium lanjut dapat dijumpai kadar sitokin yang tinggi di pada pemeriksaan serumnya.21 Na = 129 mmoI/L Rendah,normalnya 135-145 mmol/L PENYEBAB $43, Konsentrasi natrium darah menurun jika natrium telah dilarutkan oleh terlalu banyaknya air dalam tubuh. Pengenceran natrium bisa terjadi pada orang yang minum air dalam jumlah yang sangat banyak (seperti yang kadang terjadi pada kelainan psikis tertentu) dan pada penderita yang dirawat di rumah sakit, yang menerima sejumlah besar cairan intravena. Jumlah cairan yang masuk melebihi kemampuan ginjal untuk membuang kelebihannya. Asupan cairan dalam jumlah yang lebih sedikit (kadang sebanyak 1L/hari), bisa menyebabkan hiponatremia pada orang-orang yang ginjalnya tidak berfungsi dengan baik, misalnya padagagal ginjal. Hiponatremia juga sering terjadi pada penderita gagal jantung dan sirosis hati, dimana volume darah meningkat. Pada keadaan tersebut, kenaikan volume darah menyebabkan pengenceran natrium, meskipun jumlah natrium total dalam tubuh biasanya meningkat juga.
Hiponatremia terjadi pada orang-orang yang kelenjar adrenalnya tidak berfungsi (penyakitAddison), dimana natrium dikeluarkan dalam jumlah yang sangat banyak. Pembuangan natrium ke dalam air kemih disebabkan oleh kekurangan hormon aldosteron. Penderita Syndrome of nappropriate Secretion of Antidiuretik Hormone (SADH) memiliki konsentrasi natrium yang rendah karena kelenj ar hipofisa di dasar otak mengeluarkan terlalu banyak hormon antidiuretik. Hormon antidiuretik menyebabkan tubuh menahan air dan melarutkan sejumlah natrium dalam darah. Penyebab SADH: Meningitis dan ensefalitis Tumor otak Psikosa Penyakit paru-paru (termasuk pneumonia dan kegagalan pernafasan akut) Kanker (terutama kanker paru dan pankreas) Obat-obatan: - chlorpropamide (obat yang menurunkan kadar gula darah) - Carbamazepine (obat anti kejang) - Vincristine (obat anti kanker) - Clofibrate (obat yang menurunkan kadar kolesterol) - Obat-obat anti psikosa - Aspirin, ibuprofen dan analgetik lainnya yang dijual bebas - Vasopressin dan oxytocin (hormon antidiuretik buatan). K = 3,2 mmoI/L Hipokalemia normal :3,5-5 mmol.l C : pada jaringan serviks terdapat sel skuamosa diferensiasi buruk D : Riwayat pola makan seimbang gambaran asupan makan sehari 70% RDA Riwayat makan di RS = kurang Signs dan symptoms Gejala kanker serviks tingkat lanjut : munculnya rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan intim (contact bleeding). keputihan yang berlebihan dan tidak normal. perdarahan di luar siklus menstruasi. penurunan berat badan drastis. Apabila kanker sudah menyebar ke panggul, maka pasien akan menderita keluhan nyeri punggung juga hambatan dalam berkemih, serta pembesaran ginjal.
$43, tanda-tanda yang khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :
Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina.
Perdarahan setelah sanggama yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal.
Timbulnya perdarahan setelah masa menopause
Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah.
Timbul gej ala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.
Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh. The early stages of cervical cancer may be completely asymptomatic.[1][6] Vaginal bleeding, contact bleeding or (rarely) a vaginal mass may indicate the presence of malignancy. Also, moderate pain during sexual intercourse and vaginal discharge are symptoms of cervical cancer. n advanced disease, metastases may be present in the abdomen, lungs or elsewhere. Symptoms of advanced cervical cancer may include: loss of appetite, weight loss, fatigue, pelvic pain, back pain, leg pain, single swollen leg, heavy bleeding from the vagina, leaking of urine or faeces from the vagina,[7] and bone fractures. Penyebab maInutrisi RS (1) Keadaan ini menunjukkan bahwa malnutrisi pada pasien justru terjadi selama periode rawat inap serta berkaitan dengan penyakit yang mendasari yang mencetuskan anoreksia, disfagia, gangguan pencernaan, dan hiperkatabolik; diperparah peningkatan akan kebutuhan zat gizi utama seperti protein, lemak, vitamin, mineral, dan air (khususnya pada pasien trauma/pascabedah dimana stres metabolik meningkat). Yang pada akhirnya membuat derajat malnutrisi berlanjut sehingga terjadi perlamaan periode rawat inap (dan peningkatan biaya inap) yang secara "lingkaran setan memperburuk malnutrisi. Belum lagi, obat-obatan tertentu yang diberikan dapat mengurangi kepekaan indra pengecap; alhasil, nafsu makan menurun sehingga intake nutrisi kian sedikit. Banyak studi yang menunjukkan malnutrisi pada pasien berhubungan dengan lama rawat, proses penyembuhan, dan peningkatan angka kesakitan dan kematian.(4) Malnutrisi merupakan masalah serious bagi pasien, immunitas morbiditas LOS --> Biaya >> Malnutrisi berdampak pada penurunan imunitas, sehingga pasien rentan infeksi dan komplikasi yang meningkatkan morbiditas serta perpanjangan lama masa rawat, akibatnya meningkatnya biaya perawatan. ampak dari malnutrisi klinis, yakni berakibat fungsi organ tubuh akan berkurang. Obat-obatan pun bekerja tidak secara normal. Berat badan pasien semakin menurun, penyembuhan luka juga terhambat. Kekebalan tubuh akan terganggu sehingga mudah terserang penyakit infeksi. Lama rawat di rumah sakit juga meningkat, angka kematian meningkat, otomatis biaya rumah sakit juga meningkat. Hal ini sangat memberatkan pasien dan keluarganya, sudah sakit masih memikirkan lagi biaya perawatan yang tidak sedikit. karena malnutrisi, tubuh akan digerogoti oleh tubuhnya sendiri. Agar mengetahui seseorang malnutrisi atau tidak ada rumusnya yakni dengan mengetahui indeks masa tubuh (lihat inbok). Mewaspadai malnutrisi di rumah sakit menj adi penting karena banyak penelitian menunjukkan bahwa komplikasi 2 sampai 20 kali lebih sering pada pasien malnutrisi daripada pasien dengan gizi baik. Pasien dengan malnutrisi berat akan mengalami komplikasi yang besar. Dan, berisiko mengalami komplikasi besar pascabedah 4 kali lebih tinggi daripada pasien dengan gizi baik. Malnutrisi klinis bisa terjadi juga karena penyakitnya sendiri (karena penyakit yang begitu parah membuat pasien lemah dan kurang gizi),