PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2011
Komunikasi Internasional Dilihat Dari perspektif Diplomatik
Dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, salah satu hal yang menjadi bagian Iundamental dan sangat vital adalah komunikasi. Setiap manusia pada hakikatnya merupakan makhluk individu dan sekaligus juga sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri atau bersiIat ':oon piliticon`. Oleh karena itu, manusia berkomunikasi satu dengan lainnya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Komunikasi adalah transmisi inIormasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol kata-kata, gambar, Iigur graIik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi. komunikasi menjadi sebuah alat untuk melakukan interaksi antar negara, jadi hubungan yang terjadi tidak dapat terlaksanan tanpa adanya komunikasi. Dalam kaitannya dengan hubungan internasional, komunikasi yang digunakan adalah komunikasi internasional. Komunikasi internasional(International Communication) adalah komunikasi yang dilakukan oleh komunikator yang mewakili suatu negara untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkaitan dengan kepentingan negaranya kepada komunikan yang mewakili negara lain. Sedangkan menurut Sumarno AP menyimpulkan bahwa komunikasi internasional adalah komunikasi antar bangsa-bangsa yang berada dalam lingkup negara nasional dengan menggunakan pesan-pesan komunikasi yang menyangkut kepentingan diantara bangsa- bangsa yang berada dalam proses komunikasi tersebut. Dalam komunikasi internasional terdapat unsur-unsur kepentingan antar negara secara timbal balik, sehingga terdapat kecenderungan untuk saling menumbuhkan pengertian dan saling meyakinkan serta tidak mustahil untuk saling mempengaruhi.
Sebagai sebuah bidang kajian, Komunikasi Internasional memIokuskan perhatian pada keseluruhan proses melalui mana data dan inIormasi mengalir melalui batas-batas negara. Subjek yang ditelaah bukanlah sekedar arus itu sendiri, melainkan juga struktur arus yang terbentuk, aktor-aktor yang terlibat di dalamnya, sarana yang digunakan, eIek yang ditimbulkan, serta motivasi yang mendasarinya.
Dilihat dari pelakunya, komunikasi internasional dapat dipandang sebagai terbagi antara: 1. 11icial Transaction, yakni kegiatan komunikasi yang dijalankan pemerintah.
2. &no11icial Transaction atau disebut juga interaksi transnasional, yakni kegiatan
komunikasi yang melibatkan pihak non-pemerintah. Kriteria Komunikasi Internasional Ada tiga kriteria yang membedakan komunikasi internasional dengan bentuk komuniksai lainnya: 1. enis isu, pesannya bersiIat global. 2. Komunikator dan komunikannya berbeda kebangsaan. 3. Saluran media yang digunakan bersiIat internasional.
Fungsi Komunikasi Internasional 1. Mendinamisasikan hubungan internasioanl yang terjalin antara dua negara atau lebih serta hubungan di berbagai bidang antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda negara/kebangsaan. 2. Membantu/menunjang upaya-upaya pencapaian tujuan hubungan internasioanl dengan meningkatkan kerjasama internasional serta menghindari terjadinya konIlik atau kesalahpahaman baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antar penduduk . 3. Merupakan teknik untuk mendukung pelaksanaan politik luar negeri bagi masing- masing negara untuk memperjuangkan pencapaian kepentingan di negara lain.
Komunikasi internasional dapat dipelajari dari tiga perspektiI: Perspektif Diplomatik Dalam perspektiI ini komunikasi internasional lazimnya dilakukan secara interpersonal atau kelompok kecil. alur diplomatik atau komunikasi langsung antara pejabat tinggi negara lebih banyak dipergunakan untuk memperluas pengaruh dan mengatasi ketidak sepakatan, salah pengertian ataupun pertentangan dalam masalah tujuan dan kepentingan setiap negara, memperteguh keyakinan dan menghindarkan konIlik. Disini, terasa betapa pentingnya teknik komunikasi diplomatik serta perlunya tradisi komunikasi diplomatik diantara negara berdaulat dalam meletakkan jalur utama komunikasi internasional untuk tujuan-tujuan perdamaian dunia yang lebih mantap. Dengan demikian, komunikasi internasional diplomatik ditempuh untuk mengembangkan dan memelihara hubungan bilateral atau multilateral atau untuk memperkuat posisi tawar menawar ataupun untuk meningkatkan reputasi.
F. Rachmadi mengangkat konsep pemikiran bahwa hubungan politik pada hakikatnya
adalah hubungan diplomatik yang dijadikan wahana untuk memperjuangkan kepentingan masing-masing negara nasional. Hubungan internasional dan diplomasi mempunyai hubungan yang sangat erat. Diplomasi dewasa ini merupakan salah satu instrument yang paling penting oleh negara- negara dalam menjalin hubungan dengan negara-negara lainnya. Hubungan baik kedua negara biasanya ditandai dengan pembukaan hubungan diplomatic, di mana kedua negara saling mengutus perwakilannya (duta besar) untuk ditempatkan di negara lain. Tentang hubungan diplomatik sendiri Robert F. Delancy mendeIinisikan sebagai : !:-lic diplomacy hfas -00n d01in0d as th0 ways in which -oth gov0rnm0nts and privat0 individ:als and gro:p in1l:0nc0 dir0ctly or indir0ctly thos0 p:-lic attit:d0s and opinions which -0ar dir0ctly on oth0r gov0rnm0nts, 1or0ign policy d0cisions`. Oleh sebab itu, hubungan diplomatik merupakan maniIestasi kegiatan komunikasi internasional. Disini terjadi arus komunikasi timbal balik antara negara-negara nasional yang pada dasarnya merupakan produk transaksi dalam sistem internasional, baik dalam bentuk antar negara nasional, bilateral, multinasional atau internasional. Pada pelaksanaannya pengelola sumber komunikasi diatribusikan oleh presiden kepada menteri Luar Negeri dengan seluruh perangkatnya. Untuk eIektiInya jalinan komunikasi maka pada setiap negara mempunyai perwakilan diplomatik untuk kepentingan nasional masing-masing negara. Menurut Syahmin AK untuk melakukan pembukaan atau pertukaran perwakilan diplomatik maupun konsuler dengan negara-negara nasional harus memenuhi persyaratan, yaitu : 1. Harus ada kesepakatan antara kedua belah pihak (m:t:al cons0nt), sebagaimana konvensi Wina tahun 1961 yang menyatakan pembentukan hubungan diplomatik anatara masing-masing negara dengan persetujuan bersama. 2. Mentaati prinsip-prinsip hukum internasional yang berlaku.
Menurut Konvensi Wina perwakilan diplomatik mempunyai tugas dan Iungsi yaitu : 1. Mewakili negara pengirim di negara penerima r0pr0ns0ting th0 s0nding stat0 in th0 r0c0iving stat0) 2. Melindungi kepentingan-kepentingan negara pengirim serta warga negaranya di dalam wilayah dimana ia diakreditasi dalam batas-batas ketentuan hukum internasional (prot0ction)
3. Mengadakan perundingan untuk atas nama rakyat dan negaranya (n0gotiation)
4. Memberi laporan kepada negara pengirim mengenai keadaan-keadaan dan perkembangan negara penerima sesuai ketentuan hukum yang berlaku
Akhirnya kebutuhan untuk dibukanya perwakilan atau hubungan diplomatik sebagai jaringan komunikasi antar negara nasional sangat dibutuhkan karena terkait dengan berbagai kepentingan nasional. Bahkan sekarang ini arah jalinan komunikasi ini dapat memicu pada berbagai kepentingan termasuk masalah ekonomi dan kebudayaan daripada masalah-masalah ideologi. Boutros-Boutros Ghali mengemukakan bahwa kecenderungan konIlik antar negara dikarenakan kurang mengembangkan bidang ekonomi, sosial dan pembangunan politik. Karena itu, untuk mencapai perdamaian dan keamanan harus memIokuskan kepada keadilan sosial, demokrasi dan mengngkat hak-hak asasi manusia. Dalam konsepnya, Boutros tidak lagi mengandalkan kemampuan dewan keamanan dalam memecahkan konIlik-konIlik negara nasional, bahkan disarankan pergantian pendekatan ideologis dengan oleh pendekatan sosio kultural dan humaniora yang menitik beratkan kepada nilai-nilai kepentingan negara-negara nasional. Dalam kaitannya dengan penataan hubungan internasional, hubungan diplomatic antara negara-negara di dunia juga membahas mengenai tata cara penyelesaian sengkete secara diplomatic yaitu dengan cara : 1. Negosiasi, adalah perundingan yang dilakukan secara langsung antara para pihak dengan tujuan untuk menyelesaikan sengketa melalui dialog tanpa melibatkan pihak ketiga. Negosiasi merupakan cara penyelesaian sengketa yang paling dasar dan paling tuas digunakan oleh umat manusia. Pasal 33 ayat (1) Piagam PBB menempatkan negosiasi sebagai cara pertama dari penyelesaian sengketa. 2. Enquiry atau penyelidikan, untuk menyelesaikan sebuah sengketa internasional, akan bergantung pada Iakta-Iakta para pihak yang tidak disepakati.untuk menyelesaikan sengketa tersebut, pihak-pihak yang terlibat membentuk sebuah badan yang betugas untuk menyelidiki Iakta-Iakta yang terjadi di lapangan. 3. Mediasi, melibatkan pihak ketiga yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa. Pihak ketiga dapat berupa individu atau kelompok, negara atau kelompok negara atau organisasi internasional. Dalam mediasi, pihak ketiga bukan hanya
mengusahakan agar pihak yang bersengketa bertemu tetapi juga mengusahakan
dasar-dasar perundingan dan ikut aktiI dalam perundingan. 4. Konsiliasi, penyelesaian sengketa melalui cara konsiliasi mengunakan pihak ketiga. Komisi konsiliasi yang dibentuk oleh para pihak dapat saja terlembaga atau bersiIat ad hoc, yang kemudian memberikan persyaratan penyelesaian yang diterima oleh para pihak.perbedaan konsiliasi dengan mediasi adalah konsiliasi memiliki hukum acara yang lebih Iormal dibandingkan dengan mediasi. 5. Good OIIices atau jasa-jasa baik, adalah cara penyelesaian sengketa melalui pihak ketiga.pihak ketiga berupaya agar para pihak yang bersengketa menyelesaikan sengketanya dengan negosiasi. asa baik terbaik dua, yaitu jasa baik teknis dan jasa baik politis. asa baik teknis adalah jasa baik oleh negara atau organisasi internasional dengan cara mengundang para pihak yang bersengketa ikut serta dalam konIerensi atau menyelenggarakan konIerensi. Sedangkan jasa baik politis adalah jasa baik yang dilakukan oleh negara atau organisasi internasional yang berupaya menciptakan suatu perdamaian atau menghentikan suatu perang yang diikuti dengan diadakannya negosiasi atau suatu kompetensi.