You are on page 1of 16

PUTUSAN Nomor : 12 P/HUM/2009

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG

memeriksa dan mengadili perkara permohonan Hak Uji Materiil terhadap Pasal 23 ayat (1) huruf a Peraturan KPU No.15 Tahun 2009 tanggal 16 Maret 2009 tentang Pedoman Teknis Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum, Tata Cara Penetapan

Perolehan Kursi, Penetapan Calon Terpilih dan Penggantian Calon Terpilih Dalam Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009 terhadap Pasal 205 ayat (4) Undang-Undang No.10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD pada tingkat pertama dan terakhir telah mengambil putusan sebagai berikut dalam perkara : 1. Ir. HASTO KRISTYANTO, M.M., Kewarganegaraan

Indonesia, Pekerjaan Anggota DPR R.I., beralamat di Jalan Graha Asri VI Blok G3/18 Bekasi Timur : 2. Ir. A. EDDY SUSETYO, M.M., Kewarganegaraan

Indonesia, Pekerjaan Karyawan, beralamat di Jalan Garuda II Blok E 3/3 Jakarta Selatan, keduanya dalam hal ini memberi kuasa kepada : 1. ANTHONY L. J. RATAG, S.H., 2. ANDY FIRASADI, S.H. dan 3. AMIR

BURHANNUDIN, S.H., para Advokat dan Konsultan Hukum, berkantor pada RHF Law Firm, Jalan Hang Lekir Raya No.26, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120 ; Selanjutnya disebut sebagai Pemohon Keberatan I dan II ; melawan : KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM, berkedudukan di Jalan Imam Bonjol No.29 Jakarta ; Selanjutnya disebut sebagai Termohon Keberatan ; Mahkamah Agung tersebut ; Membaca surat-surat yang bersangkutan ; TENTANG DUDUK PERKARA : Menimbang, bahwa para Pemohon Keberatan I dan II di dalam surat permohonannya tertanggal 13 Mei 2009 yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah Agung R.I. pada tanggal 13 Mei 2009 dan

Hal.1 dari 16 hal. Put. No.12 P/HUM/2009

didaftar di bawah Register No.12 P/HUM/2009 telah mengajukan Permohonan Hak Uji Materiil dengan alasan-alasan pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut : I. Kewenangan Mahkamah Agung R.I. ; 1. Bahwa pengajuan keberatan Hak Uji Materiil yang diajukan Pemohon adalah berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang No.14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang No.5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung

menyatakan sebagai berikut : a. Ayat (1) : Mahkamah menguji bawah undang ; b. Ayat (2) : Mahkamah peraturan Agung menyatakan tidak di sah Agung mempunyai wewenang di

peraturan

perundang-undangan terhadap

undang-undang

undang-

perundang-undangan atas alasan lebih

bawah

undang-undang dengan

bertentangan tinggi atau

peraturan

yang

pembentukannya tidak memenuhi ketentuan yang berlaku ; c. Ayat (3) : Putusan mengenai tidak sahnya peraturan

perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diambil baik berhubungan dengan pemeriksaan pada tingkat kasasi

maupun berdasarkan permohonan langsung pada Mahkamah Agung ; d. Ayat (4) : Peraturan perundang-undangan yang dinyatakan tidak sah sebagaimana dimaksud ayat (3) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat ; e. Ayat (5) : Putusan sebagaimana dimaksud ayat (3) wajib dimuat dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak waktu diucapkan ; II. Kedudukan hukum dan para Pemohon Keberatan Hak Uji Materiil ; 1. Bahwa para Pemohon Keberatan adalah Calon Legislatif (Caleg) DPR R.I. yang berasal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (bukti P-1A dan B) ; 2. Bahwa para Pemohon Keberatan baik dalam kedudukannya

Hal.2 dari 16 hal. Put. No.12 P/HUM/2009

selaku Warga Negara Republik Indonesia maupun selaku Caleg DPR R.I. mempunyai kepentingan dan kepedulian dalam memberdayakan hak-hak politik masyarakat dan mendorong terselenggaranya Pemilihan Umum Legislatif secara demokratis dan menjunjung tinggi asas Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia (LUBER), Jujur dan Adil (JURDIL) sebagaimana diatur dalam Pasal 1 dan pasal 2 Undang-Undang No.10 Tahun 2008 (bukti P-2) tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ; 3. Bahwa para Pemohon Keberatan sangat keberatan terhadap berlakunya Pasal 23 ayat (1) angka 3 huruf a Peraturan Termohon Keberatan No.15 Tahun 2009 yang diubah dengan Peraturan Termohon Keberatan No.26 Tahun 2009, karena bertentangan dengan peraturan perundangan yang lebih tinggi yaitu Pasal 205 ayat (4) Undang-Undang No.10 Tahun 2008, sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Mahkamah Agung No.01 Tahun 2004 tentang Hak Uji Materiil Pasal 1 ayat (3) ; 4. Bahwa Peraturan Termohon Keberatan No.15 Tahun 2009 ditetapkan pada tanggal 16 Maret 2009 (bukti P-3)

sebagaimana diubah Peraturan Termohon Keberatan No.26 Tahun 2009 (bukti P-4), sedangkan permohonan keberatan Hak Uji Materiil a quo didaftarkan di Mahkamah Agung pada tanggal 13 Mei 2009, sehingga permohonan keberatan a quo masih dalam batas tenggang waktu 180 (seratus delapan puluh) hari sejak ditetapkannya peraturan Termohon Keberatan

sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Mahkamah Agung No.01 Tahun 2004 tentang Hak Uji Materiil Pasal 2 ayat (4) ; III. Pokok Perkara ; 1. Bahwa pada tanggal 31 Maret 2008 telah ditetapkan UndangUndang No.10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ; 2. Bahwa dalam Pasal 1 angka 27 Undang-Undang No.10 Tahun 2008 diberlakukan ketentuan mengenai Bilangan Pembagi Pemilik bagi kursi DPR, selanjutnya disebut BPP DPR adalah

Hal.3 dari 16 hal. Put. No.12 P/HUM/2009

bilangan yang diperoleh dari pembagian jumlah suara sah Partai Politik Peserta Pemilu yang memenuhi ambang batas perolehan suara 2,5% (dua koma lima per seratus) dari suara sah secara nasional di satu daerah pemilihan dengan jumlah kursi di suatu daerah pemilihan untuk menentukan jumlah perolehan kursi Partai Politik Peserta Pemilu ; 3. Bahwa dalam Pasal 205 Undang-Undang No.10 Tahun 2008 disebutkan secara gamblang pada bagian ayat-ayatnya sebagai berikut : (4) Dalam hal masih terdapat sisa kursi dilakukan

penghitungan perolehan kursi tahap kedua dengan cara membagikan jumlah sisa kursi yang belum terbagi kepada Partai Politik Peserta Pemilu yang memperoleh suara sekurang-kurangnya 50% (lima puluh per seratus) dari BPP DPR ; (5) Dalam hal masih terdapat sisa kursi setelah dilakukan penghitungan tahap kedua, maka dilakukan penghitungan perolehan kursi tahap ketiga dengan cara seluruh sisa suara Partai Politik Peserta Pemilu dikumpulkan di Provinsi untuk menentukan BPP DPR yang baru di Provinsi yang bersangkutan ; (6) BPP DPR yang baru di Provinsi yang bersangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan dengan membagi jumlah sisa suara sah seluruh Partai Politik Peserta Pemilu dengan jumlah sisa kursi ; (7) Penetapan perolehan kursi Partai Politik Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan dengan cara memberikan kursi kepada Partai Politik mencapai BPP ; 4. Bahwa penegasan Pemerintah selaku pihak yang menyusun undang-undang menjelaskan perihal penerapan Pasal 205 Undang-Undang No.10 Tahun 2008 tersebut di depan persidangan Mahkamah Konstitusi sebagai berikut : Terhadap ketentuan Pasal 205 ayat (4), (5), (6) dan (7) Undang-Undang No.10 Tahun 2008 penerapannya adalah sebagai berikut : yang

Hal.4 dari 16 hal. Put. No.12 P/HUM/2009

a. Bahwa

ketentuan

quo

hanya

diberlakukan

untuk

penetapan perolehan kursi Partai Politik bagi Provinsi yang memiliki lebih dari Dapil DPR, sedangkan bagi Provinsi yang Dapil DPR hanya 1 (satu) Dapil, maka penetapan perolehan kursi Partai Politik dilakukan dengan cara pembagian kursinya habis di Dapil yang bersangkutan berdasarkan hasil suara sah yang diperoleh oleh Partai Politik ; b. Bahwa filosofi pengaturan ketentuan a quo dimaksudkan agar terdapat kesetaraan nilai kursi yang diperoleh masingmasing Partai Politik, sehingga terwujud keadilan atas nilai kursi yang diperoleh Partai Politik sesuai wujud aspirasi masyarakat di Dapil ; c. Bahwa sisa suara atau perolehan suara Partai Politik yag di bawah 50% dari BPP ditarik ke Provinsi, memungkinkan terjadinya perpindahan alokasi kursi antar Dapil. Namun demikian karena sistem pemilu yang digunakan adalah sistem proporsional, sehingga berpindahnya kursi antar Dapil tersebut tidak berpengaruh karena tetap masih dalam 1 (satu) Provinsi ; d. Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, maka

penghitungan perolehan kursi lebih lanjut dilakukan secara proporsional dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Bagi Partai Politik yang memperoleh suara memenuhi BPP langsung mendapatkan kursi ; 2. Bagi Partai Politik yang memperoleh suara sekurangkurangnya 50% dari BPP langsung mendapatkan kursi ; 3. Bagi Partai Politik yang memperoleh suara atau masih mempunyai sisa suara di bawah 50% dari BPP ditarik ke Provinsi dan sisa kursi yang belum terbagi di Dapil tersebut juga ditarik ke Provinsi ; 4. Setelah sisa suara dan sisa kursi ditarik ke Provinsi, langkah berikutnya adalah ditentukan BPP baru dengan rumus sisa suara dibagi dengan sisa kursi akan memperoleh BPP baru ; 5. Bagi Partai Politik yang memenuhi BPP baru mendapat-

Hal.5 dari 16 hal. Put. No.12 P/HUM/2009

kan pembagian sisa kursi ; 6. Apabila masih terdapat sisa kursi, maka sisa kursi dimaksud dibagikan kepada Partai Politik berdasarkan sistem rangking sampai dengan sisa kursi habis dibagi ; .. menurut Pemerintah ketentuan a quo justru memberikan perlakuan yang adil terhadap setiap Partai Politik Peserta Pemilu, juga telah memberikan kepastian hukum terhadap setiap Calon Anggota Legislatif (Caleg) yang berhak/terpilih . (baca Putusan Mahkamah Konstitusi No.22-24/PPU-VI/2008 tanggal 24 Desember 2008 halaman 60 s/d 61, bukti P-5) ; 5. Bahwa dalam Pasal 23 ayat (1) angka 3 huruf a Peraturan Termohon Keberatan No.15 Tahun 2009 yang diubah dengan Peraturan Termohon Keberatan No.26 Tahun 2009 disebutkan sebagai berikut : (1) Tahap kedua, penghitungan perolehan kursi Partai Politik Peserta Pemilu Anggota DPR di setiap daerah pemilihan sebagaimana dengan : 1. Menentukan kesetaraan 50% (lima puluh per seratus) suara sah dari angka BPP, yaitu dengan cara mengalihkan angka 50% (lima puluh per seratus) dengan angka BPP di setiap daerah pemilihan Anggota DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) ; 2. Apabila hasil perkalian tersebut menghasilkan angka pecahan, maka angka pecahan 0,5 atau lebih dimaksud dalam Pasal 21, dilakukan

dibulatkan ke atas dan angka pecahan di abwah 0,5 dihapuskan ; 3. Membagikan sisa kursi pada setiap daerah pemilihan Anggota DPR kepada Partai Politik Peserta Pemilu Anggota DPR, dengan ketentuan : a. Apabila suara sah atau sisa suara Partai Politik Peserta Pemilu Anggota DPR sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 22 huruf d mencapai sekurang-kurangnya 50% (lima puluh per seratus) dari angka BPP, maka Partai Politik tersebut

Hal.6 dari 16 hal. Put. No.12 P/HUM/2009

diberikan 1 (satu) kursi ; b. Apabila suara sah atau sisa suara Partai Politik Peserta Pemilu Anggota DPR sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 22 huruf d tidak mencapai sekurang-kurangnya 50% (lima puluh per seratus) dari angka BPP dan masih terdapat sisa kursi, maka : 1) Suara sah Partai Politik yang bersangkutan, dikategorikan sebagai sisa suara yang akan diperhitungkan dalam penghitungan kursi Tahap Ketiga, dan 2) Sisa suara Parta Politik yang bersangkutan, akan diperhitungkan dalam penghitungan kursi Tahap Ketiga ; 6. Bahwa tahapan perolehan kursi tingkat DPR R.I., baik yang tercantum dalam Undang-Undang No.10 Tahun 2008 maupun Peraturan Termohon Keberatan No.15 Tahun 2009 yang diubah dengan Peraturan Termohon Keberatan No.26 Tahun 2009 sama-sama menyebutkan adanya 3 (tiga) tahapan ketentuan perolehan suara ; 7. Bahwa Tahap Pertama dengan membagi jumlah suara sah yang diperoleh Partai Politik Peserta Pemilu di suatu daerah pemilihan dengan Bilangan Pembagi Pemilih/BPP ; 8. Bahwa mengenai perolehan kursi Tahap Pertama antara Undang-Undang No.10 Tahun 2008 dan Peraturan Termohon Keberatan No.15 Tahun 2009 yang diubah dengan Peraturan Termohon Keberatan No.26 Tahun 2009 isinya adalah sama, yaitu sama-sama menentukan perolehan kursi berdasarkan capaian suara 100% BPP ; 9. Bahwa Pasal 205 ayat (4) Undang-Undang No.10 Tahun 2008 mengenai penghitungan Tahap Dua menegaskan sisa kursi diberikan kepada Partai Politik yang memperoleh suara sekurang-kurangnya 50% BPP. Hal ini berarti apabila terdapat sisa kursi, maka perolehan kursi Tahap Kedua ini diperuntukan bagi Partai Politik 50% yang : memperoleh termasuk suara sekurangyang

kurangnya

(baca

Patai

Politik

Hal.7 dari 16 hal. Put. No.12 P/HUM/2009

memperoleh suara 1 BPP atau lebih) ; 10. Bahwa hal ini sejalan dengan yang disampaikan pihak Pemerintah dalam persidangan di Mahkamah Konstitusi perkara No.22-24/PUU-VI/2008 yang menegaskan bagi Partai Politik yang memperoleh suara sekurang-kurangnya 50% dari BPP langsung mendapatkan kursi (perhatikan dalil Pemohon pada Romawi III No.4 huruf d angka 2 tersebut di atas) ; 11. Bahwa akan tetapi dalam Penghitungan Tahap Dua

berdasarkan Pasal 23 ayat (1) angka 3 huruf a Peraturan Termohon Keberatan No.15 Tahun 2009 yang diubah dengan Peraturan Termohon Keberatan No.26 Tahun 2009

menyebutkan ketentuan mengenai sisa suara Partai Politik Peserta Pemilu Anggota DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf d mencapai sekurang-kurangnya 50% (lima puluh per seratus) dari angka BPP, maka Partai Politik tersebut diberikan 1 (satu) kursi ; 12. Bahwa Pasal 205 ayat (4) Undang-Undang No.10 Tahun 2008 sama sekali tidak mengatur ketentuan sisa suara Partai Politik pada penghitungan Tahap Dua. Ketentuan mengenai sisa suara hanya diberlakukan pada penghitungan Tahap Ketiga tercantum dalam Pasal 205 ayat (5) Undang-Undang No.10 Tahun 2008 ; 13. Bahwa sebagai ilustrasi perolehan kursi berdasarkan Pasal 205 ayat (4) Undang-Undang No.10 Tahun 2008, misal : Dapil D dengan jumlah 9 kursi. Perolehan partai yang lolos Parlemantery Treshold (PT) 2,5%, yaitu : Tabel I
PARTAI A B C D E F G PEROLEHAN PEROLEHAN PEROLEHAN JUMLAH SUARA KURSI KURSI KURSI BPP TAHAP I TAHAP II TOTAL 149 % 1 1 2 169 % 50 % 65 % 33 % 25 % 128 % 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 2 1 1 0 0 2

Hal.8 dari 16 hal. Put. No.12 P/HUM/2009

14. Bahwa sedangkan berdasarkan Pasal 23 ayat (1) angka 3 huruf a Peraturan KPU No.15 Tahun 2009, misal : Dapil D dengan jumlah 9 kursi. Perolehan partai yang lolos

Parlemantery Treshold (PT) 2,5%, yaitu : Tabel II


PARTAI A B C D E F G PEROLEHAN PEROLEHAN PEROLEHAN JUMLAH SUARA KURSI KURSI KURSI BPP TAHAP I TAHAP II TOTAL 149 % 1 0 1 169 % 50 % 65 % 33 % 25 % 128 % 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 2 1 1 0 0 1

15. Bahwa

berdasarkan

ilustrasi

Tabel

di

atas,

pada

penghitungan Tahap II : Partai A, B, C, D dan G bisa ikut penghitungan Tahap II, sedangkan Partai Politik E dan F gagal untuk ikut penghitungan Tahap II (sebab suara kurang dari 50% BPP) ; 16. Bahwa menurut Pasal 205 ayat (4) Undang-Undang No.10 Tahun 2008, maka pada penghitungan Tahap II, ada 5 kursi yang dibagi dan 1 kursi pada penghitungan Tahap III. Hal ini sesuai dengan bunyi Pasal 205 ayat (4) Undang-Undang No.10 Tahun 2008 yaitu : sisa kursi yang belum terbagi, dibagikan kepada Partai Politik yang memiliki suara sekurangkurangnya 50% BPP, meskipun Partai Politik A perolehan suaranya 149% BPP dan Partai Politik G perolehan suaranya 128% BPP, namun karena masuk kriteria Partai Politik yang lolos penghitungan Tahap II (karena suaranya di atas 50% BPP), maka pada Tahap II Partai Politik A dan G masingmasing mendapat 1 (satu) kursi ; 17. Bahwa berdasarkan ilustrasi Tabel II di atas, menurut Pasal 23 ayat (1) angka 3 Peraturan KPU No.15 Tahun 2009, maka Tahap II hanya 3 (tiga) kursi yang terbagi, sisanya masuk penghitungan Tahap III, artinya bahwa Partai Politik yang memperoleh 149% BPP pada penghitungan Tahap II hanya

Hal.9 dari 16 hal. Put. No.12 P/HUM/2009

memperoleh 1 kursi sama dengan Partai yang hanya mendapatkan 50% juga memperoleh 1 kursi. Hal ini jelas bertentangan dengan prinsip keadilan sebagaimana yang digariskan dalam Pasal 1 angka 1 jo Pasal 2 Undang-Undang No.10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ; 18. bahwa sesungguhnya telah terjadi penyimpangan ketentuan hukum perihal perolehan satu kursi untuk Partai Politik pada penghitungan Tahap Kedua. Ketentuan mengenai Partai Politik yang memperoleh suara sekurang-kurangnya 50% BPP sebagaimana diatur dalam Pasal 205 ayat (4) Undang-Undang No.10 Tahun 2008 secara nyata telah disimpangkan statusnya menjadi Partai Politik yang sisa suaranya sekurang-kurangnya 50% dari BPP dalam ketentuan Pasal 23 ayat (1) angka 3 huruf a Peraturan Termohon Keberatan No.15 Tahun 2009 yang diubah dengan Peraturan Termohon Keberatan No.26 Tahun 2009 ; 19. Bahwa dengan kata lain ketentuan mengenai sisa suara Partai Politik sekurang-kurangnya 50% BPP yang diatur dalam Pasal 23 ayat (1) angka 3 huruf a Peraturan Termohon Keberatan No.15 Tahun 2009 yang diubah dengan Peraturan Termohon Keberatan No.26 Tahun 2009 adalah bertentangan dengan ketentuan mengenai Parta Politik yang memperoleh suara sekurang-kurangnya 50% BPP sebagaimana tersebut dalam Pasal 205 ayat (4) Undang-Undang No.10 Tahun 2008 ; 20. Bahwa oleh karena Pasal 23 ayat (1) angka 3 huruf a Peraturan Termohon Keberatan No.15 Tahun 2009 yang diubah dengan Peraturan Termohon Keberatan No.26 Tahun 2009 bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi yaitu Pasal 205 ayat (4) Undang-Undang No.10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, maka haruslah dinyatakan tidak sah dan tidak berlaku ; 21. Bahwa mengingat Pasal 23 ayat (1) angka 3 huruf a Peraturan Termohon Keberatan No.15 Tahun 2009 yang diubah dengan

Hal.10 dari 16 hal. Put. No.12 P/HUM/2009

Peraturan Termohon Keberatan No.26 Tahun 2009 karena bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi yaitu Pasal 205 ayat (4) Undang-Undang No.10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan telah dinyatakan tidak sah dan tidak berlaku, maka kepada Termohon Keberatan wajib untuk mencabut peraturan

Termohon Keberatan tersebut ; 22. Bahwa selain itu para Pemohon Keberatan adalah pihak yang dikabulkan permohonannya, maka Termohon Keberatan

diwajibkan untuk membayar biaya perkara ; bahwa berdasarkan alasan dan dasar hukum sebagaimana tersebut di atas, maka bersama ini para Pemohon Keberatan I dan II mohon kiranya Majelis Hakim Agung berkenan untuk mengeluarkan putusan yang amarnya sebagai berikut : 1. Mengabulkan seluruhnya ; 2. Menyatakan Pasal 23 ayat (1) angka 3 huruf a Peraturan Termohon Keberatan No.15 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum, Tata Cara Penetapan Perolehan Kursi, Penetapan Calon Terpilih dan Penggantian Calon Terpilih Dalam Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Tahun 2009 sebagaimana diubah dengan Peraturan Termohon Keberatan No.26 Tahun 2009 tentang Perubahan Terhadap Peraturan Termohon Keberatan No.15 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum, Tata Cara Penetapan Perolehan Kursi, permohonan para Pemohon Keberatan untuk

Penetapan Calon Terpilih dan Penggantian Calon Terpilih Dalam Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Tahun 2009 adalah bertentangan dengan Pasal 205 ayat (4) UndangUndang No.10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan

Hal.11 dari 16 hal. Put. No.12 P/HUM/2009

Perwakilan Rakyat Daerah ; 3. Menyatakan Pasal 23 ayat (1) angka 3 huruf a Peraturan Termohon Keberatan No.15 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum, Tata Cara Penetapan Perolehan Kursi, Penetapan Calon Terpilih dan Penggantian Calon Terpilih Dalam Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Tahun 2009 sebagaimana diubah dengan Peraturan Termohon Keberatan No.26 Tahun 2009 tentang Perubahan Terhadap Peraturan Termohon Keberatan No.15 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum, Tata Cara Penetapan Perolehan Kursi,

Penetapan Calon Terpilih dan Penggantian Calon Terpilih Dalam Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Tahun 2009 adalah tidak sah dan tidak berlaku ; 4. Memerintahkan Termohon Keberatan untuk mencabut Pasal 23 ayat (1) angka 3 huruf a Peraturan Termohon Keberatan No.15 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Penetapan dan

Pengumuman Hasil Pemilihan Umum, Tata Cara Penetapan Perolehan Kursi, Penetapan Calon Terpilih dan Penggantian Calon Terpilih Dalam Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/ Kota Tahun 2009 sebagaimana diubah dengan Peraturan

Termohon Keberatan No.26 Tahun 2009 tentang Perubahan Terhadap Peraturan Termohon Keberatan No.15 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum, Tata Cara Penetapan Perolehan Kursi,

Penetapan Calon Terpilih dan Penggantian Calon Terpilih Dalam Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Tahun 2009 ;

Hal.12 dari 16 hal. Put. No.12 P/HUM/2009

5. Menghukum Termohon Keberatan untuk membayar seluruh biaya perkara ; 6. Apabila Majelis Hakim Agung yang memeriksa dan mengadili perkara a quo berpendapat lain, mohon putusan yang seadiladilnya (ex aequo et bono) ; Menimbang, bahwa untuk menguatkan alasan-alasan

permohonan yang diajukan ini, para Pemohon Keberatan mengajukan bukti-bukti sebagai berikut : 1. Foto copy Daftar Calon Tetap Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 Provinsi Jawa Timur Daerah Pemilihan Jawa Timur VII (Bukti P-1 A) ; 2. Foto copy Daftar Calon Tetap Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 Provinsi Jawa Timur Daerah Pemilihan Jawa Timur VIII (Bukti P-1 B) ; 3. Foto copy Undang-Undang No.10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Bukti P-2) ; 4. Foto copy Peraturan Komisi Pemilihan Umum No.15 Tahun 2009 tanggal 16 Maret 2009 tentang Pedoman Teknis Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum, Tata Cara Penetapan Perolehan Kursi, Penetapan Calon Terpilih dan Penggantian Calon Terpilih Dalam Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/ Kota Tahun 2009 (Bukti P-3) ; 5. Foto copy Peraturan Komisi Pemilihan Umum No.26 Tahun 2009 tentang Perubahan Terhadap Peraturan Peraturan Komisi

Pemilihan Umum No.15 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum, Tata Cara Penetapan Perolehan Kursi, Penetapan Calon Terpilih dan Penggantian Calon Terpilih Dalam Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Tahun 2009 (Bukti P-4) ; 6. Foto copy salinan Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia No.22-24/PUU-VI/2008 tanggal 23 Desember 2008

Hal.13 dari 16 hal. Put. No.12 P/HUM/2009

Perihal : Pengujian Undang-Undang No.10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah terhadap Undang-Undang Dasar 1945 (Bukti P-5) ; Menimbang, bahwa atas Permohonan Hak Uji Materiil a quo pihak Termohon Keberatan tidak mengajukan jawaban sampai batas waktu untuk menjawab telah lewat ; TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM : Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan

keberatan Hak Uji Materiil dari para Pemohon Keberatan adalah sebagaimana tersebut di atas ; Menimbang, bahwa objek permohonan keberatan Hak Uji Materiil adalah Pasal 23 ayat (1) huruf a Peraturan KPU No.15 Tahun 2009 tanggal 16 Maret 2009 tentang Pedoman Teknis Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum, Tata Cara Penetapan

Perolehan Kursi, Penetapan Calon Terpilih dan Penggantian Calon Terpilih Dalam Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009 terhadap Pasal 205 ayat (4) Undang-Undang No.10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD ; Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan tentang substansi permohonan keberatan yang diajukan, maka terlebih dahulu perlu dipertimbangkan apakah permohonan keberatan yang diajukan memenuhi persyaratan formal, yaitu adanya kepentingan dan

kedudukan hukum (legal standing) pada para Pemohon Keberatan untuk mengajukan permohonan serta apakah permohonan keberatan yang diajukan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (4) Peraturan Mahkamah Agung No.1 Tahun 2004 ; Menimbang, bahwa Permohonan Hak Uji Materiil diajukan tanggal 13 Mei 2009, sedangkan objek Permohonan Hak Uji Materiil in litis ditetapkan tanggal 16 Maret 2009, sehingga mempunyai legal standing ; Menimbang, bahwa tentang legal standing dari Pemohon Keberatan II, tidak terbukti adanya unsur kepentingan terhadap Peraturan KPU No.15 Tahun 2009 yang diubah dengan Peraturan

Hal.14 dari 16 hal. Put. No.12 P/HUM/2009

KPU No.26 Tahun 2009, oleh karenanya permohonan Hak Uji Materiil dari Pemohon Keberatan II formil tidak dapat diterima ; Menimbang, bahwa tentang legal standing dari Pemohon Keberatan I sebagai Caleg dari PDIP dapat dibenarkan, karena ada kepentingan dalam penentuan sebagai Caleg, oleh karenanya permohonan Hak Uji Materiil dari Pemohon Keberatan I formil dapat diterima ; Menimbang, bahwa tentang substansi tidak terbukti Pasal 23 ayat (1) angka 3 huruf a Peraturan KPU No.15 Tahun 2009 yang diubah dengan Peraturan KPU No.26 Tahun 2009 bertentangan dengan Pasal 205 ayat (4) Undang-Undang No.10 Tahun 2008 Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD, karena Peraturan KPU tersebut adalah berupa pengaturan yang (untuk) melengkapi halhal yang tidak diatur secara rinci dalam undang-undang tersebut tentang pembagian sisa kursi pada setiap daerah pemilihan ; Menimbang, bahwa berdasarkan semua pertimbangan

tersebut, maka Permohonan Hak Uji Materiil terhadap Pasal 23 ayat (1) huruf a Peraturan KPU No.15 Tahun 2009 tanggal 16 Maret 2009 tentang Pedoman Teknis Penetapan dan Pengumuman Hasil

Pemilihan Umum, Tata Cara Penetapan Perolehan Kursi, Penetapan Calon Terpilih dan Penggantian Calon Terpilih Dalam Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009 terhadap Pasal 205 ayat (4) Undang-Undang No.10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD yang diajukan Pemohon Keberatan I tidak beralasan, maka haruslah ditolak ; Menimbang, bahwa oleh karena permohonan keberatan Hak Uji Materiil dinyatakan tidak dapat diterima dan ditolak, maka biaya perkara dibebankan kepada para Pemohon Keberatan ; Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang No.4 Tahun 2004, Undang-Undang No.14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang No.3 Tahun 2009 dan Peraturan Mahkamah Agung No.1 Tahun 2004 serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan ;

Hal.15 dari 16 hal. Put. No.12 P/HUM/2009

MENGADILI : Menyatakan, bahwa permohonan Hak Uji Materiil dari Pemohon Keberatan II : Ir. A. EDDY SUSETYO, M.M. tersebut tidak dapat diterima ; Menolak permohonan Hak Uji Materiil kasasi dari Pemohon Keberatan I : Ir. HASTO KRISTYANTO, M.M. tersebut ; Menghukum para Pemohon Keberatan untuk membayar biaya perkara ini ditetapkan sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) ; Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan

Mahkamah Agung pada hari : SELASA, TANGGAL 2 JUNI 2009, oleh Prof. Dr. H. Ahmad Sukardja, S.H., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Marina Sidabutar, S.H., M.H., dan H. Imam Subechi, S.H., M.H., Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga, oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota tersebut, dan dibantu oleh Hasiamah Distiyawati, S.H., M.H., Panitera Pengganti, dengan tidak dihadiri oleh kedua belah pihak.-

Hakim-Hakim Anggota : ttd./ Marina Sidabutar, S.H., M.H. ttd./ H. Imam Soebechi, S.H., M.H.

Ketua : ttd./ Prof. Dr. H. Ahmad Sukardja, S.H.

Biaya-Biaya : 1. M e t e r a i .. Rp. 2. R e d a k s i . Rp. 6.000,5.000,Panitera Pengganti : ttd./ Hasiamah Distiyawati, S.H., M.H.

3. Administrasi HUM . Rp. 989.000,Jumlah Rp.1.000.000,============

Untuk Salinan MAHKAMAH AGUNG R.I. a.n. Panitera Panitera Muda Tata Usaha Negara,

ASHADI, S.H. NIP.220000754.

Hal.16 dari 16 hal. Put. No.12 P/HUM/2009

You might also like