A. Hakikat Arti Penting Daerah dan Otonomi Daerah 1. Mengapa Dearah Harus Mandiri? Dari segi ekonomi, kekayaan yang ada di berbagai daerah itu pula yang disebut sebagai kekayaan Indonesia. Jika konsisten dengan ide demokrasi, maka pengakuan atas hak penduduk setempat dari segenap kekayaan itu harus dilakukan, dan dihormati dalam bentuk pengaturan bagi hasil yang adil dan memadai. Sejarah juga mengajarkan bahwa pendeketan sentralistik yang dijalankan di Indonesia selama ini yang lebih menempatkan daerah berikut penduduknya sebagai objek, bukannya target utama pembangunan dan pemberdayaan gagal total yang menciptakan masyarakan yang makmur dan berkeadilan. 2. Potensi Besar Daerah Pemberdayaan daerah memang memerlukan waktu jauh lebih panjang daripada pembenahan perpajakan dan BUMN dalam kaitannya sebagai kekuatan potensial guna mengatasi berbagai masalah baru maupun structural yang melilit perekonomian Indonesia. B. Tinjauan Umum Perkembangan Otonomi Daerah Selama Ini 1. Gelombang Pertama, 2001-2004 Sesuai dengan amanat UU no.22/1999 dan UU no.25/1999, kerja besar pelaksanaan otonomi daerah mulai pada tahun 2001. Apa yang disebut sebagai Era Otonomi Daerah pun bergilir sejak saat itu. Wewenang pengelolaan pemerintahan yang secara langsung menyentuh kepentingan masyarakat diserahkan kepada pemerintah yang secara langsung menyentuh kepentingan masyarakat diserahkan kepada pemerintah di wilayah yang dahulu disebut DATI II, yakni kabupaten dan kota. O Potensi Besar Daerah Otonomi adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengtur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penguatan otonomi daerah harus dilakukan dengan membuka kesempatan yang sama dan sepuas-puasnya pada setiap pelaku dalam rambu-rambu yang disepakati bersama sebagai jaminan terselenggaranya social order. Salah satu masalah yang mencuat dari otonomi daerah, bahkan sampai sekarang adalah minimnya kemapuan pemerintah daerah sendiri dalam mencari peluang. Pola pemikiran lama elite daerah sebagai tanggungan pusatpun berlanjut. Kemandirian daerah pun menjadi konsepsi indah diatas kertas, namun jauh dari kenyataan. 2. Gelombang kedua Otonomi Daerah Berbagai keterbatasan dalam kedua UU rintisan otonomi daerah itu diakui pula oleh pemerintah pusat sehingga UU no.22/1999 dan UU no.25/1999 dirombak masing- masing menjadi UU no.32/2004 dan UU no.33/2004. Dengan berlakunya kedua UU ini, maka dimulai gelombang kedua era otonomi daerah. Ketentuan lain yang tak kalah kontroversialnya adalah pengangkatan sekretaris kabupaten/kota oleh gubernur, sementara sekretaris provinsi diangkat oleh presiden. C. Berbagai Masalah/Ekses Otonomi Daerah 1. Ketimpangan Antardaerah Pada dasarnya Indonesia memang sebuah Negara dengan banyak kontras. Selain itu, masih banyak kontras lain, salah satu diantaranya yang menjadi kian mencolok setelah berlangsungnya otonomi daerah adalah soal kemampuan keuangan antardaerah. 2. Kelemahan Kinerja Aparat Daerah Kelemahan aparat daerah dalam menjalankan tugas pemerintahan yang mengabdi pada kepentingan rakyatnya merupakan kendala utama pelaksanaan otonomi daerah sehingga hasilnya di lapangan masih jauh dari ideal. Lemahnya kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola dan memanIaatkan anggarannya sendiri harus segera diatasi, karena porsi uang Negara yang mereka kelola terus bertambah besar. Kepatuhan terhadap anggaran bukan merupakan alasan karena kenyataan aparat pemda begitu kreatuI mengali anggaran jika hal itu bisa membuahkan keuntungan pribadi. 3. Fenomena Desentralisasi Korupsi Pada awal otonomi daerah pelaku utama korupsi adalah para anggota DPRD. Para politisi wajah baru baru didaerah ternyata bukannya melakukan penyegaran demokrasi dan pemerintahan, namun ternyata lebih sibuk memanIaatkan kesempatan berkuasa itu untuk memperkaya diri secepat-cepatnya. Dalam perkembangan selanjutnya, pemda ternyata tidak mau kalau dari DPRD, dalam hal ini lebih mencemaskan karena pemda lah yang menguasai secara riil sumber-sumber daya keuangan daerah. 4. Politisasi Otonomi DaerahPemekaran Daerah yang Berlebihan Masalah berikutnya yang menghambat otonomi daerah adalah gejala pemekaran wilayah yang berlebihan. Meskipun alasan ekonomi dan social selalu dikemukakan paling depan, pada dasarnya pemekaran daerah adalah masalah politik. Para elite daerah sengaja memanipulasi semangat kedaerahan yang acap kali bersiIat primordial demi memaksakan pembentukan wilayah administrasi baru agar mereka punya wilayah kekuasaan.
D. ManIaat dan Kemajuan Otonomi Daerah Sejauh Ini 1. Keberhasilan Proses Transisi Pada dasarnya desentralisasi adalah sebuah program besar dengan tingkat kesulitan dan resiko tinggi. Namun diam-diam, tanpa banyak liputan dan perhatian, sesungguhnya Indonesia patut bersyukur karena telah berhasil melewati proses transisi otonomi daerah dengan selamat, lancer, dan bahkan terhitung sangat cepat. 2. Tanda-tanda Pemerataan Pembangunan Kalau dilihat dari kacamata pemerataan pembangunan daerah, lebih tingginya penjualan semen keluar pulau jawa merupakan berita baik. Hal itu mengidentiIikasikan lebih tingginya tingkat pembangunan konstruksi dan inIrastruktur diluar pulau jawa yang jika dapat berlangsung terus akan mendorong kian cepatnya pembangunan di luar Jawa. 3. Tanda-tanda Pemerataan Kepemilikan Dana dan Investasi Potensi pembangunan daerah juga ditopang dengan lebih meratanya kepemilikan dan predaran uang diseluruh Indonesia, meskipun tingkat perubahannya belum sebanyak yang seharusnya. Perubahan yang lebih menggembirakan terjadi pada penyaluran simpanan masyarakat itu oleh perbankan sebagai kredit. Analisis
5timalisasi Pengelolaan Aset Daerah Sumber Aset Daerah Aset daerah diperoleh dari dua sumber, yakni dari APBD dan dari luar APBD. Secara singkat, berikut pengertian dan implikasi kedua sumber aset ini 4set yonq bersumber dori pe/oksonoon 4P8u merupakan $n darl Lereallsaslnya belan[a modal dalam saLu Lahun anggaran 4set yonq bersumber dori /uor pe/oksonoon 4P8u alam hal lnl pemerolehan aseL Lldak dlkarenakan adanya reallsasl anggaran daerah balk anggaran belan[a modal maupun belana[ pegawal dan belan[a barang [asa