You are on page 1of 40

HU8UNCAN ANTAFA TNCKAT STFES,

0UKUNCAN KELUAFCA, 0UKUNCAN TE|AN 0AN 0UKUNCAN KLAN 0ENCAN PEFLAKU


FE|AJA TEFHA0AP FDKDK
0 SLTP KAFYA PE|8ANCUNAN (KP) 10 8AN0UNC



SAN0 CAN0AFA
AH|A0 YA|N
YDND TAFYDND

8A8
PEN0AHULUAN

. 1 Latar 8elakang |asalah
|asalah rokok saat InI menjadI topIk yang sedang hangat dIbIcarakan. Telah banyak
artIkel dalam medIa cetak dan pertemuan IlmIah, ceramah, wawancara baIk dI radIo
maupun televIsI serta penyuluhan mengenaI bahaya merokok dan kerugIan yang
dItImbulkan akIbat rokok. 8erbagaI kebIjakan dan aturan yang memuat sanksI bagI para
perokok dIpublIkasIkan secara terusmenerus. 8ahkan setIap tanggal J1 |eI, 8adan
Kesehatan 0unIa (WHD) menetapkan sebagaI HarI Tanpa Tembakau SedunIa (World No
Tobacco 0ay). |elaluI perIngatan harI tanpa rokok sedunIa InI, dIharapkan menjadI
kesempatan bagI kIta untuk berfIkIr kembalI dan menyadarI akan bahaya dan dampak
rokok baIk bagI perokok Itu sendIrI maupun lIngkungan dIsekItarnya.
1Fokok merupakan zat adItIf yang mengancam kesehatan karena dIdalamnya mengandung
zatzat yang membahayakan tubuh. 8adan Kesehatan 0unIa (WHD) dan beberapa artIkel
IlmIah menerangkan bahwa dalam setIap kepulan asap rokok terkandung 4000 racun
kImIa berbahaya dan 4J dIantaranya bersIfat karsInogenIk (merangsang tumbuhnya
kanker). 8eberapa zat yang berbahaya tersebut dIantaranya tar, karbonmonoksIda (CD)
dan nIkotIn (AbadI, 2005).
|elaluI zat yang dIhIsap dalam rokok, hampIr sekItar 90 kanker paruparu tIdak dapat
dIselamatkan. (8asyIr, 2005). SelaIn Itu rokok dapat menyebabkan kanker mulut, bIbIr,
kerongkongan, penyakIt jantung, bahkan dIsInyalIr dapat memperpendek usIa. |enurut
perhItungan Fakultas kedokteran dI nggrIs, ratarata setIap perokok kehIlangan 5 menIt
umurnya setIap menghIsap sebatang rokok (NaInggolan, 2000).
0alam sebuah study yang dIlakukan dI Jepang, sepertI yang dIberItakan The AsahI
ShImbun terbItan 2J AprIl 2004, dIdapatkan hasIl bahwa 29 (80.000 orang) pada prIa dan
4 persen (5000 orang) pada wanIta penderIta kanker dI jepang dIsebabkan oleh rokok
(8asyIr, 2005).
0I ndonesIa sendIrI angka kejadIan penyakIt akIbat rokok menurut mantan menterI
kesehatan Achmad SujudI, tercatat sebanyak 6,5 juta jIwa menderIta penyakIt akut
akIbat merokok. Antara laIn berupa kanker paruparu, jantung, dan gangguan peredaran
darah. Achmad sujudI menambahkan bahwa ''8ayI yang lahIr darI Ibu yang merokok juga
memIlIkI berat badan yang rendah serta bIsa menImbulkan sIndroma bayI menInggal
mendadak (Sudden 0eath).'' (www.republIkaonlIne.com, 200J) .
Saat InI dIperkIrakan terdapat sekItar 1,2 mIlIar penduduk dunIa merupakan perokok, dan
800 juta dI antaranya terdapat dI negara berkembang. 8esarnya jumlah perokok tersebut
menyebabkan angka kematIan akIbat merokok saat InI adalah 4 juta jIwa setIap tahun,
yang berartI terdapat sekItar satu kematIan dalam setIap 8 menIt (8urhan, 2004).
|elIhat darI data akIbat yang dIsebabkan oleh bahaya merokok tersebut, tIdak heran
bahwa dI negara maju aktIvItas merokok mulaI dIbatasI, dan jumlah perokok semakIn
berkurang. |enurut badan kesehatan WHD dInegara maju prevalensI jumlah perokok
menurun 1,1 setIap tahunnya, akan tetapI dInegara berkembang sepertI ndonesIa
jumlah perokok InI 2,1 menIngkat setIap tahunnya (A.F |uchtar, 2005). AktIvItas
merokok dIanggap sebagaI suatu trend dI ndonesIa. FIset WHD 1998 menunjukan,
kelompok perokok aktIf usIa 10 tahun ke atas dI ndonesIa tercatat 59,04 untuk prIa dan
4,85untuk wanIta. 0arI kelompok usIa tersebut 12,827,7 prIa berusIa muda (young
males) dan 0,641 adalah wanIta muda (young females) (SyahrIr, 200J).
Jumlah perokok dI ndonesIa menempatI urutan terbesar keempat dunIa dengan
kekerapannya sekItar 60 pada lakIlakI dan 4 pada perempuan yang berumur lebIh darI
15 tahun (8urhan, 2004). Sedangkan dI AsIa ndonesIa menempatI urutan kedua terbesar
setelah Kamboja dengan prosentasI perokok prIa; Kamboja 54, ndonesIa 5J, 7Ietnam
50, |alaysIa 49 dan ThaIland J9 (8asyIr, 2005).
KondIsI yang lebIh memprIhatInkan lagI, bahwa kebIasaan merokok justru dImulaI pada
usIa yang sangat muda. PsIkolog A Kasandra DemarjoedI (2004) mengatakan, jIka dua
puluh tahun yang lalu umur ratarata seseorang mulaI merokok adalah pada usIa 16 tahun
(remaja tIngkat SLTA), estImasI sekarang seseorang mulaI merokok pada usIa remaja 12
14 tahun (remaja tIngkat SLTP). DemarjoedI menambahkan, berdasarkan data SurveI
Yayasan PelIta lmu lebIh darI tIga juta remaja menggunakan rokok tembakau, dan darI
keseluruhan jumlah tersebut, hampIr 20 persen adalah sIswa SLTP. 8ahkan data darI tIga
tahun terakhIr, J0 persen darI jumlah anak SLTP adalah perokok aktIf. Satu darI tIga sIswa
menjadI perokok permanen sampaI dIa dewasa dan menInggal pada usIa yang sangat muda
yang dIakIbatkan oleh penyakIt yang dIsebabkan karena merokok (0aryanto,2004).
Secara psIkologIs remaja SLTP (usIa 1216 tahun) berada pada tahapan perkembangan
remaja awal. PerIode masa remaja awal dIkatakan sebagaI masa transIsI dImana jIwa
anak masIh labIl. Hal InI dIsebabkan karena anak belum menemukan pegangan hIdup yang
mantap. AkIbat labIlnya jIwa anak, menjadIkan mereka sangat sensItIf terhadap
pengaruhpengaruh darI luar, baIk yang bersIfat posItIf maupun negatIf (Kartono, 1995).
Hurlock (199J) mengungkapkan bahwa masa remaja awal memIlIkI beberapa cIrI tahapan
perkembangan yaItu tahap perIode peralIhan, perIode perubahan, perIode bermasalah
dan perIode pencarIan IdentItas. Pada perIode pencarIan IdentItas, remaja cenderung
menIru tIngkah laku orang dewasa yang dIanggap menunjukan kematangan dan
kemapanan dalam hal IdentItas dIrI. Proses IdentIfIkasI remaja terhadap orang dewasa
menyebabkan mereka mengadopsI perIlaku yang ada pada orang dewasa, salah satunya
adalah perIlaku merokok. |erokok menjadI perIlaku negatIf yang umum dan bersIfat legal
bagI para remaja.
|erokok pada remaja perlu mendapatkan perhatIan besar. Penurunan sumberdaya
manusIa dImasa yang akan datang menjadI sesuatu hal yang tIdak mustahIl terjadI yang
dIsebabkan karena remaja terbIasa dengan perIlaku yang tIdak sehat. Taylor (SyahrIr
200J) menyatakan bahwa perIlaku merokok pada remaja dapat menjadI bagIan darI
serangkaIan sIndrom perIlaku bermasalah secara umum, mIsalnya: penggunaan obat
obatan terlarang, alkoholIk dan perIlaku sex bebas.
SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 merupakan InstansI pendIdIkan yang berada dI wIlayah
8andung TImur, tepatnya dI Jl. Faya A.H. NasutIon No 25A. Sekolah InI merupakan
sekolah gabungan antara SLTP, S|U dan S|K Karya Pembangunan. nstansI pendIdIkan InI
merupakan sekolah swasta yang banyak dImInatI dI wIlayah 8andung TImur. Hal InI
terlIhat darI banyaknya sIswa yang terdaftar dI SLTP KP 10. Jumlah sIswa secara
keseluruhan dI SLTP KP berjumlah 985 sIswa (488 sIswa lakIlakI dan 497 sIswa
perempuan). 0arI 985 sIswa tersebut terbagI menjadI J20 sIswa kelas , J76 sIswa kelas
dan 289 sIswa kelas .
8erdasarkan hasIl study pendahuluan yang dIlakukan pada bulan AprIl 2006, dIdapatkan
InformasI darI guru bImbIngan konselIng SLTP KP 10 8andung, bahwa dI sekolah tersebut
belum pernah dIlakukan penelItIan yang berkaItan dengan perIlaku merokok sIswa.
Padahal darI beberapa permasalahan mengenaI kenakalan remaja dI SLTP KP 10, merokok
menjadI masalah dengan tIngkat prosentase tertInggI (25J0) dIbandIngkan dengan
penggunaan obatobatan, perkelahIan / tawuran dan, perkumpulan remaja atau gangster,
yang hanya tercatat ( 10). Sedangkan berdasarkan hasIl wawancara dengan 10 orang
sIswa kelas dIdapatkan data bahwa semua sIswa tersebut merokok, bahkan mereka
mengatakan, hampIr seluruh anak lakIlakI dI kelasnya sudah pernah merokok. Adapun
untuk kelas mereka mengatakan hanya sekItar (J0J5) yang merokok, dan kelas
(10). Kebanyakan sIswa dI SLTP KP merokok dIluar lIngkungan sekolah, mereka
bergerombol dIsuatu tempat yang memang memudahkan mereka mendapatkan rokok.
Padahal SLTP KP sendIrI memIlIkI kebIjakan yang tertulIs dalam perjanjIan antara pIhak
sekolah dengan calon sIswa mengenaI larangan membawa ataupun merokok dIdalam
maupun dIluar lIngkungan sekolah, termasuk sanksI tegas yang menjerat apabIla larangan
InI dI langgar oleh sIswa.
Adapun InformasI yang penulIs dapatkan darI 8adan |usyawarah Curu PembImbIng (|CP)
kota 8andung perIlaku merokok termasuk kedalam 6 bentuk perIlaku bermasalah yang ada
pada remaja S|P. |unculnya perIlaku bermasalah terutama merokok terjadI pada
sekolahsekolah dengan krIterIa sebagaI berIkut: 1) sekolah yang menerIma sIswa tanpa
testIng, 2) sekolah yang berada dI daerah pInggIran kota, J) sekolah yang kurang
komItmen terhadap penerapan dIsIplIn, dan 4) sekolah yang berada dekat keramaIan.
8anyak hal yang dapat menjadI resIko tImbulnya perIlaku merokok pada anak usIa remaja.
Subanada (SoetjInIngsIh, 2004) mengungkapkan bahwa faktor resIko munculnya perIlaku
merokok pada remaja dIpengaruhI oleh berberapa faktor dIantaranya: 1). Faktor
psIkologIs/keprIbadIan yang terdIrI darI faktor psIkososIal yang melIputI stress, rasa
bosan, rasa IngIn tahu, IngIn terlIhat gagah, rendah dIrI dan perIlaku yang menunjukan
pemberontakan menjadI hal yang mengkontrIbusI remaja untuk mulaI merokok. SelaIn Itu,
secara psIkologIs perIlaku merokok pada remaja dIasosIasIkan juga dengan gangguan
psIkIatrIk. 2). Faktor bIologIs, melIputI fungsI kognIsI, etnIk, genetIk dan jenIs kelamIn.
J). Faktor lIngkungan, yaknI orangtua, saudara kandung, teman sebaya dan reklame atau
Iklan menampIlkan sang Idola remaja, 4). Faktor regulatorI yaknI adanya pajak atau bea
cukaI yang tInggI terhadap rokok dengan maksud untuk menurunkan daya belI masyarakat
terhadap rokok, dan pembatasan fasIlItas / lokasI untuk merokok.
Faktor psIkologIs dapat dIlIhat darI kajIan perkembangan remaja lIngkungan, artInya
perIlaku merokok selaIn dIsebabkan oleh faktor dalam dI, ErIkson mengatakan bahwa
setIap remaja akan mengalamI fase krIsIs dalam proses pencarIan jatI dIrInya yang
dIsebabkan karena adanya perubahan fIsIk dan psIkososIal. KetIdaksesuaIan antara
perkembangan fIsIk, psIkIs dan sosIal menyebabkan remaja berada dalam kondIsI dIbawah
tekanan atau stress. |erokok menjadI alternatIf yang mereka pIlIh karena dIanggap dapat
mengurangI ketegangan dan membantu relaksasI terhadap stress (HelmI E KomalasarI,
2006).
SelaIn Itu, perIlaku merokok merupakan perIlaku yang dIpelajarI, sehIngga perlu ada agen
sosIalIsasI dalam proses munculnya perIlaku tersebut, dan lIngkungan merupakan faktor
pentIng yang pertama kalI memperkenalkan remaja terhadap perIlaku merokok. AktIvItas
merokok yang ada dI lIngkungan menstImulasI remaja untuk mencoba hal yang sama agar
dapat dIterIma sebagaI anggota darI lIngkungan tersebut (A.F |uchtar 2005). Drangtua,
saudara kandung, teman sebaya dan Iklan merupakan faktor lIngkungan yang mendorong
remaja untuk merokok.
8erdasarkan faktor bIologI, merokok merupakan perIlaku yang dIturunkan secara genetIk,
dan perIlaku InI lebIh banyak terjadI pada mereka keturunan ras kulIt putIh. Sedangkan
berdasarkan faktor regulatorI, perIlaku merokok berkaItan dengan daya belI masyarakat
terhadap rokok yang akan terpengaruh oleh kebIjakan pemerIntah melaluI pajak atau bea
cukaI rokok. SelaIn Itu adanya kebIjakan penentuan daerah bebas rokok, menjadI upaya
yang dIharapkan dapat mengurangI konsumsI mayarakat akan rokok dan sekolah menjadI
salah satu tempat yang dItetapkan sebagaI kawasan bebas rokok (SoetjInIngsIh, 2004).
|elIhat darI faktorfaktor tersebut, dalam kesempatan InI penulIs hanya memfokuskan
penelItIan pada dua faktor yaknI psIkologIs (stress) dan faktor lIngkungan yang melIputI
dukungan keluarga, dukungan teman, dan dukungan Iklan. Adapun faktor bIologI dan
regulatorI tIdak menjadI lIngkup penelItIan dengan pertImbangan; faktor bIologIs akan
sangat sulIt untuk dItelItI, sedangkan berkaItan dengan faktor regulatorI, SLTP KP sendIrI
telah memIlIkI aturan mengenaI larangan membawa maupun melakukan aktIvItas merokok
baIk dI dalam maupun dI luar lIngkungan pendIdIkan.
1. 2 Perumusan |asalah
8erdasarkan pada uraIan latar belakang dI atas, penelItI merumuskan permasalahan
sebagaI berIkut: apakah terdapat hubungan antara tIngkat stress, dukungan keluarga,
dukungan teman dan dukungan Iklan dengan perIlaku remaja terhadap rokok dI SLTP
Karya Pembangunan (KP) 10 8andung.
. J Tujuan
.J.1 Tujuan Umum
Tujuan umum darI penelItIan InI adalah dIketahuInya hubungan antara tIngkat stress,
dukungan keluarga, dukungan teman dan dukungan Iklan dengan perIlaku remaja
terhadap rokok dI SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 8andung.
.J.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelItIan InI adalah:
1. Untuk mengIdentIfIkasI gambaran perIlaku merokok pada remaja SLTP KP 10 8andung.
2. Untuk mengIdentIfIkasI gambaran tIngkat stres pada remaja dI SLTP KP 10 8andung.
J. Untuk mengIdentIfIkasI gambaran dukungan keluarga untuk merokok pada remaja dI
SLTP KP 10 8andung.
4. Untuk mengIdentIfIkasI gambaran dukungan teman untuk merokok pada remaja dI SLTP
KP 10 8andung.
5. Untuk mengIdentIfIkasI gambaran dukungan Iklan untuk merokok pada remaja dI SLTP
KP 10 8andung.
6. Untuk mengIdentIfIkasI hubungan yang bermakna antara Stress dengan perIlaku remaja
terhadap rokok dI SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 8andung.
7. Untuk mengIdentIfIkasI hubungan yang bermakna antara 0ukungan keluarga dengan
perIlaku remaja terhadap rokok dI SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 8andung.
8. Untuk mengIdentIfIkasI hubungan yang bermakna antara 0ukungan teman dengan
perIlaku remaja terhadap rokok dI SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 8andung.
9. Untuk mengIdentIfIkasI hubungan yang bermakna antara 0ukungan klan dI medIa
dengan perIlaku remaja terhadap rokok dI SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 8andung.


. 4. Kegunaan
|elaluI IdentIfIkasI faktorfaktor yang berhubungan dengan perIlaku remaja terhadap
rokok dI SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 8andung., dIharapkan dapat berguna bagI ;
.4.1 nstansI PendIdIkan (SLTP KP 10 8andung)
1. SebagaI gambaran bagI InstansI mengenaI perIlaku merokok yang terjadI pada sIswa.
2. SebagaI bahan acuan untuk penegakan dIsIplIn bagI sIswa selanjutnya
J. SebagaI bahan pemIkIran untuk evaluasI kebIjakan yang telah dIterapkan sekolah bagI
para sIswa.
4. SebagaI landasan untuk pelaksanaan program IncIdental/ program extra yang
membahas mengenaI masalah yang berhubungan dengan perIlaku remaja.
.4.2 Petugas Kesehatan (nstansI Puskesmas)
|enjadI masukan pentIng bagI InstansI puskesmas setempat sebagaI bahan pokok untuk
melakukan penyuluhan tentang bahaya merokok sesuaI dengan program UKS dI SLTP Karya
Pembangunan 10.
.4.J PenelItI dan PenelItIan selanjutnya
PenelItIan InI dIharapkan menjadI bahan kajIan atau data awal untuk melakukan
penelItIan lebIh lanjut terhadap permasalahan perIlaku merokok pada anak remaja SLTP.
1.5 Kerangka konsep
Subanada dalam SoetjInIngsIh 2004 mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor
resIko tImbulnya perIlaku merokok pada remaja, yaknI :
1. Faktor psIkologIs/keprIbadIan yang terdIrI darI faktor psIkososIal yang melIputI stress,
rasa bosan, rasa IngIn tahu, IngIn terlIhat gagah, rendah dIrI dan perIlaku yang
menunjukan pemberontakan. SelaIn Itu perIlaku merokok pada remaja dIasosIasIkan
dengan gangguan psIkIatrIk sepertI depresI dan skIzofrenIa.
2. Faktor bIologIs, melIputI fungsI kognIsI dImana para perokok menganggap bahwa
merokok dapat menIngkatkan konsentrasI mereka. Faktor etnIk, dImana remaja yang
berasal darI keturunan ras kulIt putIh dI AmerIka akan mempunyaI kecenderungan lebIh
besar untuk menjadI seorang perokok dIbandIngkan dengan keturunan laIn. Selanjutnya
faktor genetIk, yang menyatakan bahwa dalam suatu penelItIan, seorang perokok
mempunyaI gen yang akan dIturunkan yang dapat mempengaruhI munculnya perIlaku
merokok pada generasI selanjutnya. Adapun yang terakhIr adalah faktor jenIs kelamIn,
dImana pada saat InI perIlaku merokok tIdak hanya muncul pada kaum prIa tetapI juga
pada wanIta.
J. Faktor lIngkungan yang melIputI perIlaku merokok orangtua, saudara kandung, teman
sebaya dan reklame atau Iklan rokok yang menampIlkan sang Idola remaja sebagaI role
model mereka.
4. Faktor regulatorI yaknI adanya pajak atau bea cukaI yang tInggI terhadap rokok dengan
maksud untuk menurunkan daya belI masyarakat terhadap rokok. SelaIn Itu, yang temasuk
kedalam faktor InI adalah adanya pembatasan fasIlItas untuk merokok dengan
dIberlakukan kawasan bebas asap rokok.
HasIl konsensus FKU (Fakultas Kedokteran UnIversItas ndonesIa) tahun 2000 tentang
opIat, masalah medIa dan penatalaksanaannya menyatakan, terdapat dua hal yang
menjadI faktor pendukung bagI seseorang untuk menggunakan zat adItIf termasuk rokok
yaItu faktor psIkologIs dan lIngkungan (DktarIanI, 2006). ErIkson (HelmI E KomalasarI
2006) mengungkapkan bahwa munculnya perIlaku merokok pada remaja dIkarenakan
adanya krIsIs aspek psIkososIal yang dIalamI dalam masa proses mencarI jatI dIrI.
KetIdaksesuaIan antara perkembangan fIsIk, psIkIs dan sosIal menyebabkan remaja berada
dalam kondIsI dIbawah tekanan atau stress. |erokok menjadI alternatIf yang mereka pIlIh
karena mereka menganggap merokok dapat mengurangI ketegangan dan membantu
relaksasI terhadap stress.
AktIvItas merokok dIsaat stress menjadI upaya kompensatorIs darI kecemasan yang
dIalIhkan, yang pada akhIrnya merokok menjadI aktIvItas yang dapat memberIkan
kepuasan psIkologIs dan bukan sematamata untuk mewujudkan sImbolIsasI kejantanan
atau kedewasaan (A.F |uchtar 2005).
AtkInson 1991 dalam bukunya psIkologI perkembangan mengungkapkan bahwa, dalam
kondIsI stress remaja cenderung mengulang perIlakunya. SemakIn serIng remaja berada
dalam kondIsI stress semakIn mungkIn merokok mereka lakukan yang akhIrnya berdampak
pada ketergantungan.
Stress Itu sendIrI merupakan respon IndIvIdu dImana terjadI ketIdaksesuaIan antara
harapan dan pencapaIan yang dItampIlkan melaluI perasaan secara emosIonal. 8anyak hal
yang dapat menyebabkan stress, terlambat dalam perjalanan, kecemasan akan kondIsI
dIrI dan keluarga, ataupun tugas yang sudah dItunggu pada batas waktu akhIr.
KetIdakmampuan mengatasI hal tersebut dengan baIk akan dIrefleksIkan melaluI perasaan
emosIonal sepertI marah, tegang, cemas bahkan agresI. Padahal Earle mengungkapkan
bahwa stress InI merupakan pergerakan energI "mobIlIzed energy" yang dIperlukan agar
seseorang dapat berfIkIr lebIh baIk, sehIngga darI ketIdaksesuaIan yang ada, seseorang
dapat menganalIsa masalah dan memperbaIkInya (Croenewald 2006).
Sedangkan berhubungan dengan faktor lIngkungan, perIlaku merokok muncul dIsebabkan
karena lIngkungan merupakan faktor yang pertama kalI mengenalkan mereka pada
perIlaku merokok. AktIvItas merokok yang ada dI lIngkungan menstImulasI remaja untuk
mencoba hal yang sama agar dapat dIterIma sebagaI anggota kelompok darI lIngkungan
tersebut. 0engan lIngkungan yang baIk, remaja akan menjadI tampak berkembang baIk.
SebalIknya, lIngkungan yang tIdak baIk dapat menjerumuskan remaja kedalam perIlaku
yang tIdak baIk pula. Drangtua, saudara kandung dan teman sebaya merupakan faktor
lIngkungan yang menjadI agen sosIalIsasI perIlaku merokok pada remaja. Drangtua yang
merokok akan berpengaruh besar terhadap penularan perIlaku merokok pada anaknya
(A.F |uchtar 2005).
Pola InteraksI remaja yang lebIh banyak dIhabIskan dengan teman sebaya juga akan
berpengaruh terhadap pembentukan perIlaku remaja. Fenomena yang ada adalah
sebagIan besar darI anggota kelompok remaja memIlIkI kebIasaan merokok. Fakta yang
dIperoleh dIantara remaja perokok dan nonperokok, 87 mempunyaI sekurangkurangnya
satu atau lebIh sahabat yang merokok. SemakIn banyak remaja merokok, semakIn besar
kemungkInan temantemannya merokok pula. Faktor lIngkungan laIn yang tIdak dapat
dIpIsahkan adalah pengaruh Iklan. klan rokok yang menampIlkan gambaran bahwa
merokok merupakan lambang kejantanan dan glamour, memIcu remaja untuk mengIkutI
perIlaku tersebut, terlebIh apabIla Iklan tersebut menampIlkan sosok Idola sang remaja
(8asyIr 2005).
8erdasarkan uraIan tersebut dIatas, dalam penelItIan InI penulIs mencoba memfokuskan
penelItIan mengenaI faktor stress, dukungan keluarga, dukungan teman sebaya dan
dukungan Iklan yang akan dIhubungkan dengan perIlaku remaja terhadap rokok.


1.6 HIpotesa
HIpotesa adalah jawaban sementara atau dalIl sementara darI suatu penelItIan yang
kebenarannya akan dIbuktIkan dalam penelItIan tersebut (Notoatmodjo, 72, 2002).
Adapun hIpotesa dalam penelItIan InI adalah :
a. HIpotesa 1
H0 : TIdak terdapat hubungan antara stress dengan perIlaku remaja terhadap rokok dI
SLTP KP 10 8andung.
H1 : Terdapat hubungan yang bermakna antara stress dengan perIlaku remaja terhadap
rokok dI SLTP KP 10 8andung.
b. HIpotesa 2 :
H0 : TIdak terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan perIlaku remaja terhadap
rokok dI SLTP dI SLTP KP 10 8andung.
H1 : Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan perIlaku
remaja terhadap rokok dI SLTP KP 10 8andung.
c. HIpotesa J :
H0 : TIdak terdapat hubungan antara dukungan teman dengan perIlaku remaja terhadap
rokok dI SLTP KP 10 8andung.
H1 : Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan teman dengan perIlaku remaja
terhadap rokok dI SLTP KP 10 8andung.
d. HIpotesa 4 :
H0 : TIdak terdapat hubungan antara dukungan Iklan rokok dengan perIlaku remaja
terhadap rokok dI SLTP KP 10 8andung.
H1 : Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan Iklan rokok dengan perIlaku
remaja terhadap rokok dI SLTP KP 10 8andung.
1.7 0efInIsI Konseptual dan 0efInIsI DperasIonal

1. Stress
Stress merupakan respon IndIvIdu dImana terjadI ketIdaksesuaIan anatara harapan dan
pencapaIan yang dItampIlkan melaluI perasaan secara emosIonal (Croenewald 2006).
TIngkat stress menurut gronewald dIbagI menjadI : stress rIngan, stress sedang dan stress
berat.
Stress dalam penelItIan InI suatu kondIsI dImana remaja berada dalam tekanan, suasana
hatI yang tIdak menyenangkan, atau menggalamI gangguan proses berfIkIr/mengambIl
keputusan.
nstrument baku darI Croenewald
ang telah dI alIhbahasakan kedalam bahasa ndonesIa.
DrdInal
Stress rIngan
Stress sedang
Stress berat



2. 0ukungan
Keluarga

Pada lIngkungan keluarga menurut A.F |uchtar, remaja cenderung merokok apabIla
orangtua (terutama ayah) atau kakak kandung merokok atau bersIkap tIdak melarang.


J. 0ukungan
Teman

Femaja untuk dapat dIterIma menjadI anggota kelompok sebaya harus dapat menjalankan
peran dan tIngkah laku sesuaI dengan harapan dan tuntutan kelompok, dImana mayorItas
anggota kelompok memIlIkI kebIasaan merokok. |aka remaja cenderung mengIkutInya
tanpa memperdulIkan perasaan mereka sendIrI akIbatnya (Hurlock 199J).
0ukungan keluarga dalam penelItIan InI adalah ada tIdaknya anggota keluarga yang
merokok. Serta ada tIdaknya larangan.
0ukungan teman dalam penelItIan InI adalah dorongan atau stImulus yang dIberIkan oleh
anggota kelompok sepermaInan kepada sIswa untuk melakukan kegIatan merokok.


4.0ukungan
klan
8erIta atau promosI baIk dI medIa cetak maupun elektronIk yang bertujuan
mempengaruhI masa (remaja) untuk membelI atau mengIkutI berIta tersebut. |elIhat
Iklan dI medIa massa dan elektronIk yang menampIlkan gambaran bahwa perokok adalah
lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja serIngkalI terpIcu untuk mengIkutI
perIlaku sepertI yang ada dalam Iklan tersebut, terlebIh jIka jIka Iklan tersebut
dIbawakan oleh para model populer (artIs) yang akan menarIk remaja untuk menjadI
sepertI Idolanya (8asyIr, 2005).
0ukungan Iklan dalam penelItIan InI adalah ada tIdaknya pengaruh Iklan dan pengIdolaan
artIs dalam Iklan rokok yang mendorong remaja untuk mengIkutI gaya sang Idola.


5. PerIlaku
Femaja
terhadap
Fokok
|edIcal Fesearch CouncIl on FespIratory Symptoms 1986, membagI perIlaku remaja
terhadap rokok menjadI 2 krIterIa yaknI : Seseorang dIkatakan sebagaI perokok adalah
mereka yang merokok sedIkItnya 1 batang perharI sekurangkurangnya selama 1 tahun.
Sedangkan bukan perokok merupakan orang yang tIdak pernah merokok palIng banyak 1
batang perharI selama 1 tahun (KurnIawatI, 200J). /harI).
PerIlaku remaja terhadap rokok dalam penelItIan InI dIkategorIkan menjadI remaja
perokok (merokok 1 batang / harI), dan remaja bukan perokok (remaja yang tIdak
pernah merokok/ merokok 1 batang / harI)


8A8
TNJAUAN PUSTAKA

Fokok bukan lagI menjadI barang aneh untuk saat InI, ketIka dIsebut kata "rokok", yang
terbayang adalah sebuah komodItI terlarIs yang palIng gampang dI undang untuk menjadI
sponsor pada berbagaI event olahraga ataupun pertunjunkan besar. SampaI saat InI jarang
sekalI toko atau warung yang tIdak menjual rokok, bahkan dalam setIap toko grosIr
makanan rokok bIsa mengIsI 40-50 barang yang larIs terjual setIap harInya. |elIhat
fenomena InI sepertInya rokok telah menjelma menjadI kebutuhan pokok layaknya
sembako. SeandaInya rokok Itu sarat manfaat, mengandung unsur gIzI yang dIbutuhkan
tubuh, tentunya tIdak masalah. TetapI rokok sudah dIakuI sebagaI komodItI yang
berbahaya bagI kesehatan (8asyIr 2005).

2.1. Fokok dan |asalahnya
2.1.1 Sejarah rokok
22Fokok merupakan hasIl olahan tembakau terbungkus, termasuk cerutu atau bentuk
laInnya, yang dIhasIlkan darI tanaman nIcotIna tabaccum, nIcotIna rustIca dan spesIes
laInnya atau sIntetIsnya yang mengandung nIkotIn dan tar dengan atau tanpa bahan
tambahan. NIkotIn merupakan zat atau bahan senyawa pIrolIdIn yang terdapat dalam
nIcotIna tabaccum, nIcotIna rustIca dan spesIes laInnya atau sIntetIsnya yang bersIfat
adIktIf dapat menyebabkan ketergantungan. Sedangkan tar adalah senyawa polInuklIr
hIdrokarbon aromatIs yang bersIfat karsInogenIk (PP No. 19 tahun 200J).
Tembakau Itu sendIrI, yang merupakan bahan utama untuk rokok InI telah dIkenal lama
sebelum tahun 1492. Pada saat Itu, pelaut Eropa yang menemukan benua AmerIka
"Colombus" melIhat orangorang ndIan menghIsap tembakau dengan menggunakan pIpa
dalam sebuah upacara tertentu sebagaI lambang tata cara ramah tamah. Penggunaan pIpa
berbentuk "Y" yang dIsebut "tobacco" yang dIgunakan untuk menghIsap tanaman yang
cukup banyak mengandung racun InI menjadI dasar mengapa tanaman tersebut dInamakan
tembakau (8asyIr 2005).
stIlah botanIcal tembakau Itu sendIrI, berasal darI kata "nIcotIana", IstIlah InI dIberIkan
dalam menghormatI 0uta 8esar PerancIs untuk Portugal yaknI Jean NIcot yang telah
mengIrIm bIbIt tembakau kepada permaIsurI PrancIs, CatherIne de |edIcI. Penyebaran
tembakau sendIrI mulaI dIperkenalkan ke seluruh AsIa dan AfrIka pada abad ke17 oleh
para ahlI perdagangan Eropa (NaInggolan, 2000).

2.1.2 Zat yang Terkandung dalam Fokok
SepertI yang telah dI ulas dIatas, terdapat dua bahan utama zat yang terkandung dalam
setIap batang rokok yaknI nIkotIn dan tar. NIkotIn, dIdalam tubuh menyebabkan
perangsangan sIstem saraf sImpatIs. Perangsangan saraf sImpatIs (pelepasan adrenalIn),
berdampak pada penIngkatan denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksIgen jantung,
serta menyebabkan gangguan Irama jantung. SelaIn Itu nIkotIn mengaktIfkan trombosIt
yang beresIko pada tImbulnya adhesI trombosIt (penggumpalan) ke dIndIng pembuluh
darah termasuk pembuluh darah jantung. Adapun tar, dIsebut sebagaI zat karsInogenIk,
karena ampas tar yang tersImpan terutama dalam saluran nafas akan mengubah struktur
dan fungsI saluran nafas dan jarIngan paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa
membesar (hIpertrofI) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hIperplasIa). Pada saluran
napas kecIl, terjadI radang rIngan hIngga penyempItan akIbat bertambahnya sel dan
penumpukan lendIr. Sedangkan pada jarIngan paruparu, terjadI penIngkatan jumlah sel
radang dan kerusakan alveolI. Hal InI yang memungkInkan terjadInya pembentukan sel
kanker.
SelaIn kedua zat tersebut, masIh terdapat zatzat laIn yang terkandung dalam rokok dan
berakIbat buruk terhadap sIstem tubuh. NaInggolan (2000) mengungkapkan zat laIn
tersebut dIantaranya :
KarbonmonoksIda : merupakan sejenIs gas yang tIdak berbau yang dIhasIlkan darI
pembakaran zat arang atau karbon yang tIdak sempurna. Cas InI memIlIkI sIfat racun yang
dapat mengurangI kemampuan darah membawa oksIgen. Hal InI dIsebabkan karena unsur
InI memIlIkI kemampuan yang cepat untuk bersenyawa dengan haemoglobIn, sehIngga
menggangu Ikatan oksIgen dengan haemoglobIn, yang pada akhIrnya menyebabkan suplaI
oksIgen ke seluruh organ tubuh berkurang.
ArsenIc : sejenIs unsur kImIa yang dIgunakan untuk membunuh serangga.
NItrogen oksIda : Unsur kImIa InI dapat mengganggu saluran pernafasan bahkan
merangsang kerusakan dan perubahan kulIt tubuh.
AmmonIum karbonat : zat InI membentuk plak kunIng pada permukaan lIdah dan
menggangu kelenjar makanan dan perasa yang terdapat dIpermukaan lIdah.
AmmonIa : merupakan gas yang tIdak berwarna yang terdIrI darI nItrogen dan hIdrogen.
Zat InI sangat tajam baunya dan sangat merangsang. AmmonIa InI sangat mudah
memasukI selsel tubuh. 8egItu kerasnya racun yang terdapat dalam zat InI sehIngga jIka
dIsuntIkan sedIkIt saja kedalam tubuh bIsa menyebabkan seseorang pIngsan.
FormIc acId : jenIs caIran yang tIdak berwarna yang bergerak bebas dan dapat
mengakIbatkan lepuh. CaIran InI sangat tajam dan baunya menusuk. Zat InI dapat
menyebabkan seseorang sepertI merasa dIgIgIt semut. 8ertambahnya zat InI dalam
peredaran darah akan mengakIbatkan pernafasan menjadI cepat.
AcroleIn : sejenIs zat tIdak berwarna, sepertI aldehId. Zat InI dIperoleh dengan
mengambIl caIran darI glIserol dengan metode pengerIngan. Zat InI seduIkIt banyak
mengandung kadar alkohol. CaIran InI sangat menganggu bagI kesehatan.
Hydrogen cyanIde : sejenIs gas yang tIdak berwarna, tIdak berbau dan tIdak memIlIkI
rasa. Zat InI merupakan zat yang palIng rIngan, mudah terbakar dan sangat efIsIen untuk
menghalangI pernapasan. CyanIde adalah salah satu zat yang mengandung racun yang
sangat berbahaya. SedIkIt saja cyanIde dImasukkan langsung ke dalam tubuh dapat
mengakIbatkan kematIan.
NItrous oksIda : sejenIs gas yang tIdak berwarna, dan bIla terIsap dapat menyebabkan
hIlangnya pertImbangan dan mengakIbatkan rasa sakIt.
Formaldehyde : zat yang banyak dIgunakan sebagaI pengawet dalam laboratorIum
(formalIn).
Phenol : merupakan campuran yang terdIrI darI krIstal yang dIhasIlkan darI destIlasI
beberapa zat organIc sepertI kayu dan arang, selaIn dIperoleh darI ter arang. Phenol
terIkat dengan proteIn dan menghalangI aktIvItas enzIm.
Acetol : hasIl pemanasan aldehyde (sejenIs zat yang tIdak berwarna yang bebas bergerak)
dan mudah menguap dengan alkohol.
Hydrogen sulfIde : sejenIs gas yang beracun yang gampang terbakar dengan bau yang
keras. Zat InI menghalangI oxIdasI enxym (zat besI yang berIsI pIgmen).
PyrIdIne : caIran tIdak berwarna dengan bau yang tajam. Zat InI dapat dIgunakan untuk
mengubah sIfat alkohol sebagaI pelarut dan pembunuh hama.
|ethyl chlorIde : adalah campuran darI zatzat bervalensI satu dImana hIdrogen dan
karbon merupakan unsurnya yang utama. Zat InI adalah merupakan compound organIc
yang dapat beracun.
|ethanol : sejenIs caIran rIngan yang gampang menguap dan mudah terbakar. |emInum
atau mengIsap methanol dapat mengakIbatkan kebutaan dan bahkan kematIan.


2.1.J |asalah yang 0ItImbulkan AkIbat |erokok
|elIhat darI kandungan bahanbahan kImIa yang terdapat dalam rokok tersebut, sangat
jelas bahwa rokok merupakan bahan yang sangat berbahaya bagI tubuh dan dapat
menImbulkan berbagaI macam gangguan pada sIstem yang ada dalam tubuh manusIa.
8ahkan WHD mencatat, zatzat yang dIuraIkan dIatas hanya merupakan sebagIan kecIl zat
yang terkandung dalam setIap batang rokok, yang sebenarnya mengandung 4000 racun
kIma berbahaya. Hal InI menjelaskan bahwa rokok benarbenar sangat berbahaya bagI
tubuh. 8erbagaI penyakIt mulaI darI rusaknya selaput lendIr sampaI penyakIt keganasan
sepertI kanker dapat dItImbulkan barI perIlaku merokok. 8eberapa penyakIt tersebut
antara laIn :
a. PenyakIt paru
|erokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsI saluran napas dan jarIngan
paruparu. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hIpertrofI) dan kelenjar
mukus bertambah banyak (hIperplasIa). Pada saluran napas kecIl, terjadI radang rIngan
hIngga penyempItan akIbat bertambahnya sel dan penumpukan lendIr. Pada jarIngan
paruparu, terjadI penIngkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveolI. AkIbat
perubahan anatomI saluran napas, pada perokok akan tImbul perubahan pada fungsI paru
paru dengan segala macam gejala klInIsnya. Hal InI menjadI dasar utama terjadInya
penyakIt paru obstruksI menahun (PPD|) (SIanturI 200J). 8ahkan kanker paru merupakan
jenIs penyakIt palIng banyak yang dIderIta perokok. SekItar 90 kematIan karena kanker
paru terjadI pada perokok (8asyIr 2005)
b. PenyakIt jantung koroner
SepertI yang telah dIuraIkan dIatas mengenaI zatzta yang terkandung dalam rorok.
Pengaruh utama pada penyakIt jantung terutama dIsebakan oleh dua bahan kImIa pentIng
yang ada dalam rokok, yaknI nIkotIn dan karbonmonoksIda. 0Imana nIkotIn dapat
mengganggu Irama jantung dan menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah jantung,
sedangkan CD menyebabkan supply oksIgen untuk jantung berkurang karena berIkatan
dengan Hb darah. Hal InIlah yang menyebabkan gangguan pada jantung, termasuk
tImbulnya penyakIt jantung koroner.
c. mpotensI
Tjokronegoro, seorang dokter spesIalIs andrologI unIversItas ndonesIa mengungkapkan
bahwa, nIkotIn yang beredar melaluI darah akan dIbawa keseluruh tubuh termasuk organ
reproduksI. Zat InI akan menggangu proses spermatogenesIs sehIngga kualItas sperma
menjadI buruk. Sedangkan Taher menambahkan, selaIn merusak kualItas sperma, rokok
juga menjadI faktor resIko gangguan fungsI seksual terutama gangguan dIsfungsI ereksI
(0E). 0alam penelItIannya, sekItar seperlIma darI penderIta 0E dIsebabkan oleh karena
kebIasaan merokok.
d. Kanker kulIt, mulut, bIbIr dan kerongkongan
Tar yang terkandung dalam rokok dapat mengIkIs selaput lendIr dImulut, bIbIr dan
kerongkongan. Ampas tar yang tertImbun merubah sIfat selsel normal menjadI sel ganas
yang menyebakan kanker. SelaIn Itu, kanker mulut dan bIbIr InI juga dapat dIsebabkan
karena panas darI asap. Sedangkan untuk kanker kerongkongan, dIdapatkan data bahwa
pada perokok kemungkInan terjadInya kanker kerongkongan dan usus adalah 510 kalI
lebIh banyak darIpada bukan perokok (8asyIr 2005).
e. |erusak otak dan Indera
Sama halnya dengan jantung, dampak rokok terhadap otak juga dIsebabkan karena
penyempItan pembuluh darah otak yang dIakIbatkan karena efek nIkotIn terhadap
pembuluh darah dan supply oksIgen yang menurun terhadap organ termasuk otak dan
organ tubuh laInnya. SehIngga sebetulnya nIkotIn InI dapat mengganggu seluruh system
tubuh.
f. |engancam kehamIlan.
Hal InI terutama dItujukan pada wanIta perokok. 8anyak hasIl penelItIan yang
menggungkapkan bahwa wanIta hamIl yang merokok meIlIkI resIko melahIrkan bayI
dengan berat badan yang rendah, kecacatan, keguguran bahkan bayI menInggal saat
dIlahIrkan.

2.1.4 PerIlaku terhadap Fokok
|erokok merupakan IstIlah yang dIgunakan untuk aktIvItas menghIsap rokok atau
tembakau dalam berbagaI cara. |erokok Itu sendIrI dItujukan untuk perbuatan
menyalakan apI pada rokok sIgaret atau cerutu, atau tembakau dalam pIpa rokok yang
kemudIan dIhIsap untuk mendapatkan efek darI zat yang ada dalam rokok tersebut
(8asyIr, 2005). |enurut Leventhal dan Clearly terdapat 4 tahap seseorang menjadI
perokok, dIantaranya :
Tahap preparatory : seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenaI
merokok dengan cara mendengar, melIhat atau darI hasIl bacaan. Halhal InI
menImbulkan mInat untuk merokok.
Tahap InItIatIon : tahap perIntIsan merokok yaItu tahap apakah seseorang akan
meneruskan ataukah tIdak terhadap perIlaku merokok.
Tahap becomIng a smoker : apabIla seseorang telah mengkonsumsI rokok sebanyak 4
batang perharI maka mempunyaI kecenderungan menjadI perokok.
Tahap maIntenance of smokIng : tahap InI perokok sudah menjadI salah satu bagIan darI
cara pengaturan dIrI (selfregulatIng). |erokok dIlakukan untuk memperoleh efek
fIsIologIs yang menyenangkan.
|edIcal Fesearch CouncIl on FespIratory Symptoms 1986 dalam KurnIawatI (2000),
mengungkapkan bahwa:
"Seseorang dIkatakan sebagaI perokok adalah mereka yang merokok sedIkItnya 1 batang
perharI sekurangkurangnya selama 1 tahun. Sedangkan bukan perokok merupakan orang
yang tIdak pernah merokok palIng banyak 1 batang perharI selama 1 tahun".

2.1.5 TIpe Perokok
Secara umum tIpe perokok dI bagI menjadI beberapa kategorI yaknI tIpe perokok yang
berhubungan dengan udara atau asap yang dIhIrup, tIpe perokok berdasarkan jumlah
rokok yang dIkonsumsI dalam 1 harI, dan tIpe perokok yang dIpengaruhI oleh perasaan
dIrI.
8erdasarkan udara atau asap yang dIhIrup, perokok dIkategorIkan menjadI: Perokok pasIf
yaknI mereka yang tIdak merokok, tetapI berada dI sekelIlIng perokok dan menghIrup asap
rokok yang dIhembuskan oleh perokok. Perokok aktIf, yaknI mereka yang menghIsap rokok
secara langsung (www.kppk.com). Adapun berdasarkan jumlah rokok yang dIkonsumsI,
tIpe perokok dIkategorIkan menjadI ; Perokok sangat berat, adalah jIka mengkonsumsI
rokok lebIh darI J1 batang perharI, Perokok berat yaknI mereka yang merokok sekItar 21
J0 batang perharI, Perokok sedang adalah perokok yang menghabIskan rokok 1121 batang
perharI, dan Perokok rIngan yang merokok sekItar 10 batang/harI (8asyIr 2005).
Sedangkan berdasarkan pengaruh perasaan dIrI, TomkIns mengkategorIkan perokok
menjadI ; Pertama, perokok yang dIpengaruhI perasaan posItIf, dImana dengan merokok
seseorang merasakan bertambahnya rasa posItIf. Creen dalam psychologIcal factor In
smokIng (1978) menambahkan, ada tIga sub pada tIpe perokok InI : pleasure relaxatIon,
yaknI perIlaku merokok hanya untuk menambah atau menIngkatkan kenIkmatan yang
sudah dIperoleh, mIsalnya merokok setelah mInum kopI atau makan. StImulant to pIck
them up, yaknI perIlaku merokok dIlakukan hanya sekedarnya untuk menyenangkan
perasaan. Pleasure of handlIng the cIgarette, yaknI kenIkmatan yang dIperoleh dengan
memegang rokok, khususnya pada perokok pIpa. Kedua, perokok yang dIpengaruhI oleh
perasaan negatIf, dImana merokok dIlakukan seseorang untuk mengurangI perasaan
negatIf sepertI stress, marah, gelIsah dan cemas. |aka rokok dIanggap sebagaI penenang,
mereka menggunakan rokok untuk mengurangI perasaan tIdak enak yang dIrasakan.
KetIga, perIlaku merokok yang adIktIf (kecanduan), dImana mereka yang akan menambah
dosIs rokok yang dIgunakan setIap saat setelah efek darI rokok yang dIhIsapnya berkurang.
|ereka umumnya akan mencarI rokok kapan pun mereka IngInkan. Keempat, perIlaku
merokok yang sudah menjadI kebIasaan. |ereka merokok sama sekalI bukan karena untuk
mengendalIkan perasaan mereka. TapI karena benarbenar sudah menjadI kebIasaan
rutInnya. |erokok menjadI perIlaku yang bersIfat otomatIs tanpa dIsadarI (8asyIr 2005).

2.2. Femaja dan Fokok
2.2.1 8atasan Femaja
stIlah remaja atau adolesccene berasal darI bahasa latIn adolescere yang berartI
"tumbuh" atau tumbuh dewasa. stIlah adolescene yang dIgunakan sampaI sekarang InI
mempunyaI artI luas mencakup kematangan mental, emosIonal, sosIal dan fIsIk (Hurlock,
199J)
Santoso, (199J) mendefInIsIkan remaja sebagaI IndIvIdu yang sedang mengalamI
perkembangan menuju kedewasaan. |ereka adalah anakanak yang telah menInggalkan
usIa 11 tahun dan akan menuju usIa 21 tahun. UsIa remaja merupakan usIa dImana
IndIvIdu mulaI berInteraksI dengan masyarakat dan merasa berada sama dalam satu
tIngkat dengan orang yang lebIh tua darInya termasuk dalam hal Intelektualnya.
Secara umum masa remaja dIbagI kedalam J tahap yang dIlIhat darI rentang usIa. SampaI
saat InI masIh banyak perbedaan mengenaI klasIfIkasI remaja tersebut. Cunarsa (2001)
membagI tahapan masa remaja tersebut menjadI : remaja awal (1214 tahun), remaja
pertengahan (1517 tahun) dan remaja akhIr (1821 tahun).
2.2.2 KarakterIstIk Femaja
|asa remaja mempunyaI karakterIstIk yang khas, dImana semua tugas pekembangan pada
masa InI dIpusatkan pada penanggulangan sIkap dan pola perIlaku yang kekanakkanakan
dan mengadakan persIapan untuk menghadapI masa dewasa. Dleh sebab Itu, masa remaja
dIsebut juga sebagaI perIode peralIhan, perIode perubahan, perIode bermasalah, perIode
pencarIan IdentItas, dan perIode tIdak realIstIk. Pada perIode pencarIan IdentItas, remaja
yang tIdak IngIn lagI dIsebut sebagaI anakanak, berusaha menampIlkan atau
mengIdentIfIkasI perIlaku yang menjadI sImbol status kedewasaan. Salah satu perIlaku
yang muncul adalah perIlaku merokok yang mereka anggap sebagaI sImbol kematangan,
dImana perIlaku InI serIngkalI dImulaI pada usIa sekolah menengah pertama (Hurlock
199J).
HandayanI (2006) mengungkapkan bahwa secara umum, remaja memIlIkI tugas
perkembangan yang harus dIlaluInya dengan baIk. tugas perkembangan tersebut antara
laIn :
1. Femaja dapat menerIma keadaan fIsIknya dan dapat memanfaatkannya secara efektIf
SebagIan besar remaja tIdak dapat menerIma keadaan fIsIknya. Hal tersebut terlIhat darI
penampIlan remaja yang cenderung menIru penampIlan orang laIn atau tokoh tertentu.
2. Femaja dapat memperoleh kebebasan emosIonal darI orangtua
Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosIonal serIng dIsertaI perIlaku
pemberontakan dan melawan keIngInan orangtua. 8Ila tugas perkembangan InI serIng
menImbulkan pertentangan dalam keluarga dan tIdak dapat dIselesaIkan dI rumah , maka
remaja akan mencarI jalan keluar dan ketenangan dI luar rumah. Hal tersebut tentunya
akan membuat remaja memIlIkI kebebasan emosIonal darI luar orangtua sehIngga remaja
justru lebIh percaya pada temantemannya yang senasIb dengannya.
J. Femaja mampu bergaul lebIh matang dengan kedua jenIs kelamIn
Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadarI akan pentIngnya pergaulan.
Femaja yang menyadarI akan tugas perkembangan yang harus dIlaluInya adalah mampu
bergaul dengan kedua jenIs kelamIn maka termasuk remaja yang sukses memasukI tahap
perkembangan InI.
4. |engetahuI dan menerIma kemampuan sendIrI
8anyak remaja yang belum mengetahuI kemampuannya. 8Ila remaja dItanya mengenaI
kelebIhan dan kekurangannya pastI mereka akan lebIh cepat menjawab tentang
kekurangan yang dImIlIkInya dIbandIngkan dengan kelebIhan yang dImIlIkInya. Hal
tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut belum mengenal kemampuan dIrInya
sendIrI. 8Ila hal tersebut tIdak dIselesaIkan pada masa remaja InI tentu saja akan menjadI
masalah untuk tugas perkembangan selanjutnya (masa dewasa atau bahkan sampaI tua
sekalIpun).
5. |emperkuat penguasaan dIrI atas dasar skala nIlaI dan norma
Skala nIlaI dan norma bIasanya dIperoleh remaja melaluI proses IdentIfIkasI dengan orang
yang dIkagumInya terutama darI tokoh masyarakat maupun darI bIntangbIntang yang
dIkagumInya. 0arI skala nIlaI dan norma yang dIperolehnya akan membentuk suatu konsep
mengenaI harus menjadI sepertI "sIapakah aku:, sehIngga hal tersebut dIjadIkan
pegangan dalam mengendalIkan gejolak dalam dIrInya.
Secara psIkososIal, remaja mulaI memIsahkan dIrI darI orangtua. Kebutuhan mereka akan
kebebasan menyebabkan remaja lebIh banyak menghabIskan waktu dI luar rumah dan
mulaI memperluas hubungan dengan teman sebaya, sehIngga keterIkatan mereka dengan
orangtua berkurang. Pada umumnya remaja menjadI anggota kelompok sebaya (peer
group). Kelompok sebaya menjadI sangat berartI dan sangat berpengaruh dalam
kehIdupan sosIal remaja. |elaluI kelompok sebaya, remaja bIsa melatIh kecakapan sosIal,
karena melaluI kelompok sebaya, remaja dapat mengambIl berbagaI peran (|ahrenI
dalam SoetjInIngsIh 2004).
Sangat besarnya pengaruh teman sebaya, maka dapat dImengertI bahwa teman sebaya
sangat berpengaruh pada pembentukan sIkap, pembIcaraan, mInat, penampIlan dan
perIlaku dIbandIngkan dengan keluarga (Hurlock, 199J).
Sedangkan secara emosIonal, telah dIketahuI bahwa masa remaja dIanggap sebagaI masa
"badaI dan topan", suatu masa dImana ketegangan emosI menInggI sebagaI akIbat darI
perubahan fIsIk dan hormonal. Hal InI dIkuatkan dengan tekanan sosIal yang menuntut
remaja menampIlkan pola kehIdupan sosIal yang baru. Untuk menghadapI hal tersebut
sebagIan besar remaja akan mengalamI ketIdakstabIlan demI penyesuaIan. KondIsI
tersebut menurut ErIkson (Edelman, 1990) dIIstIlahkan sebagaI kondIsI stress pada remaja
yang dIsebabkan perubahan fIsIk dan psIkologIs yang terjadI secara bersamaan.
2.J. Faktor yang 8erhubungan dengan PerIlaku Femaja terhadap Fokok
Sama halnya dengan penggunaan zatzat (substance) laInnya, terdapat beberapa faktor
resIko yang berpengaruh terhadap penggunaan rokok atau perIlaku merokok pada remaja.
Subanada (SoetjInIngsIh, 2004) mengungkapkan bahwa terdapat empat faktor resIko bagI
remaja sehIngga mereka menjadI perokok. Keempat faktor tersebut antara laIn :
1. Faktor PsIkologIk
a. Faktor PsIkososIal
Aspek perkembangan sosIal remaja antara laIn: menetapkan kebebasab dan otonomI,
membentuk IdentItas dIrI dan penyesuaIan perubahan psIkososIal berhubungan dengan
maturasI fIsIk. |erokok menjadI sebuah cara agar mereka tampak bebas dan dewasa saat
mereka menyesuaIkan dIrI dengan teman sebayanya. stIrahat, santaI dan kesenangan,
penampIlan dIrI rasa IngIn tahu rasa bosan, sIkap menentang dan stress mengkontrIbusI
remaja untuk mulaI merokok. SelaIn Itu rasa rendah dIrI, hubungan Interpersonal yang
kurang baIk, putus sekolah sosIal ekonomI yang rendah dan tIngkat pendIdIkan orangtua
yang rendah serta tahuntahun pertama transIsI antara sekolah dasar dan sekolah
menengah juga menjadI faktor resIko laIn yang mendorong remaja mulaI merokok.
b. Faktor psIkIatrIk
StudI epIdemIologI pada dewasa mendapatkan asosIasI antara merokok dengan gangguan
psIkIatrIk sepertI skIzofrenIa, depresI, cemas dan penyalahgunaan zatzat tertentu. Pada
remaja, dIdapatkan asosIasI antara merokok dengan depresI dan cemas. Cejala depresI
lebIh serIng pada remaja perokok darIpada bukan perokok. |erokok berhubungan dengan
menIngkatnya kejadIan depresI mayor dan penyalahgunaan zatzat tertentu. Femaja yang
menperlIhatkan gejala depresI dan cemas mempunyaI resIko lebIh besar untuk merokok
darI pada remaja yang asImtomatIk. Femaja dengan gangguan cemas menggunakan rokok
untuk menghIlangkan kecemasan yang mereka alamI.
2. Faktor 8IologIk
a. Faktor KognItIf
KesulItan untuk menghentIkan kebIasaan merokok akIbat darI kecanduan nIkotIn
dIsebabkan karena perokok merasakan efek bermanfaat darI nIkotIn. 8eberapa perokok
dewasa mengungkapkan bahwa merokok memperbaIkI konsentarsI. Telah dIbuktIkan
bahwa deprIvasI nIkotIn menganggu perhatIan dan kemampuan kognItIf, tetapI hal InI
akan berkurang bIla mereka dIberI nIkotIn atau rokok. StudI yang dIlakukan pada dewasa
perokok dan bukan perokok, memperlIhatkan bahwa nIkotIn dapat menIngkatkan fInger
tappIng rate, respon motorIk dalam tes fokus perhatIan, dan pengenalan memorI.
b. JenIs kelamIn
Pada saat InI, penIngkatan kejadIan merokok tIdak hanya terjadI pada remaja lakIlakI.
8egItupun dengan wanIta, wanIta yang merokok dIlaporkan menjadI percaya dIrI, suka
menentang dan secara socIal cakap.
c. Faktor EtnIk
KejadIan merokok dI AmerIka SerIkat cenderung lebIh tInggI terjadI pada orangorang
kulIt putIh dan penduduk aslI AmerIka, serta terendah pada orang AmerIka keturunan
AfrIka dan AsIa. Laporan tersebut memberI kesan bahwa perbedaan asupan nIkotIn dan
tembakau serta waktu paruh kotInIn antara perokok dewasa AmerIka keturunan AfrIka
dengan orang kulIt putIh adalah substansIal. Hal InI dapat menjelaskan mengapa ada
perbedaan resIko pada beberapa etnIk dalam hal penyakIt yang berhubungan dengan
merokok.
d. Faktor genetIk
7arIasI genetIk mempengaruhI fungsI reseptor dopamIn dan enzIm hatI yang
memetabolIsme nIkotIn. KensekuensInya adalah menIngkatnya resIko kecanduan nIkotIn
pada beberapa IndIvIdu. 7arIasI efek nIkotIn dapat dIperantaraI oleh polImorfIsme gen
dopamIn yang mengakIbatkan lebIh besar atau lebIh kecIlnya reward dan mudah
kecanduan obat. Pada studI genetIk molekular beberapa tahun terakhIr, IndIvIdu dengan
alela TaqA (A1 dan A2) dan Taq8 (81 dan 82) darI reseptor dopamIn 02 lebIh mungkIn
merokok 100 kalI atau lebIh dalam hIdupnya dan mereka lebIh awal memulaI merokok dan
lebIh sedIkIt menInggalkannya.
J. Faktor LIngkungan
Faktorfaktor lIngkungan yang berkaItan dengan penggunaan tembakau antara laIn
orangtua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok. SelaIn Itu juga karena
paparan Iklan rokok dImedIa. Drangtua sepertInya memegang peranan pentIng, dalam
pembentukan perIlaku merokok remaja. Sebuah studI kohort terhadap sIswa S|U
dIdapatkan bahwa predIktor bermakna dalam peralIhan darI kadangkadang merokok
menjadI merokok secara teratur adalah orangtua perokok dan konflIk keluarga.
4. Faktor FegulatorI
PenIngkatan harga jual atau dIberlakukannya cukaI yang tInggI, dIharapkan dapat
menurunkan daya belI masyarakat terhadap rokok. SelaIn Itu pembatasan fasIlItas
merokok dengan menetapkan ruang atau daerah bebas rokok dIharapkan dapat
mengurangI konsumsI. Akan tetapI kenyataannya masIh terdapat penIngkatan kejadIan
mulaInya merokok pada remaja, walaupun telah banyak dIbuat usahausaha untuk
mencegahnya.
HasIl konsensus FKU (Fakultas Kedokteran UnIversItas ndonesIa) tahun 2000 tentang
opIat, masalah medIa dan penatalaksanaannya, menyatakan terdapat dua hal yang
menjadI faktor pendukung bagI seseorang untuk menggunakan zat adItIf termasuk rokok
yaItu faktor IndIvIdu dan lIngkungan (DktarIanI, 2006).
Faktor IndIvIdu, merupakan faktor yang muncul darI dalam dIrI remaja. 8erkaItan dengan
faktor IndIvIdu, perIlaku merokok remaja selalu dIasosIasIkan dengan cIrI perkembangan
mereka yaknI rasa IngIn tahu, proses IdentIfIkasI agar telIhat sepertI dewasa dan IngIn
terlIhat gagah (Hurlock 199J). Sedangkan ErIkson (HelmIEKomalasarI 2006)
mengungkapkan bahwa remaja mulaI merokok karena adanya krIsIs aspek psIkososIal yang
dIalamI dalam masa proses mencarI jatI dIrI. KetIdaksesuaIan antara perkembangan psIkIs
dan sosIal menyebabkan remaja berada dalam kondIsI dIbawah tekanan atau stress. Hal
InI sejalan dengan apa yang dIungkapkan oleh |u'tadIn (2002) yang mengatakan bahwa
masa remaja dIkenal sebagaI masa storm and stress (masa badaI dan penuh stress) dImana
terjadI pergolakan emosI yang dIIrIngI dengan pertumbuhan fIsIk yang pesat dan
pertumbuhan secara psIkIs yang bervarIasI. |erokok menjadI alternatIf pIlIhan mereka
karena dIanggap dapat mengurangI ketegangan dan membantu relaksasI terhadap stress.
AktIvItas merokok dIsaat stress menjadI upaya kompensatorIs darI kecemasan yang
dIalIhkan, yang pada akhIrnya merokok menjadI aktIvItas yang dapat memberIkan
kepuasan psIkologIs dan bukan sematamata untuk mewujudkan sImbolIsasI kejantanan
atau kedewasaan (A.F |uchtar 2005).
Adapun faktor lIngkungan, merupakan faktor eksternal yang berasal darI perIlaku merokok
seseorang, terutama perIlaku merokok yang ada dI keluarga keluarga (orangtua atau
saudara kandung yang merokok), dan perIlaku merokok teman sebaya. SelaIn Itu,
berbagaI upaya dIlakukan oleh para produsen rokok untuk mempengaruhI persepsI remaja
terhadap rokok yang dItampIlkan melaluI Iklan baIk dI medIa cetak maupun elektronIk.
8erdasarkan teorIteorI yang berhubungan dengan perIlaku remaja terhadap rokok
tersebut, bahasan akan dIpersempIt dengan hanya memfokuskan pada faktor stress,
dukungan keluarga, dukungan teman dan Iklan.
2.J.1 Stress
Stress merupakan respon IndIvIdu dImana terjadI ketIdaksesuaIan antara harapan dan
pencapaIan yang dItampIlkan melaluI perasaan secara emosIonal. 8anyak hal yang dapat
menyebabkan stress, terlambat dalam perjalanan, kecemasan akan kondIsI keluarga,
ataupun tugas yang sudah dItunggu pada batas waktu akhIr. KetIdakmampuan mengatasI
hal tersebut dengan baIk akan dIrefleksIkan melaluI perasaan emosIonal sepertI marah,
tegang, cemas bahkan agresI. Padahal Earle mengungkapkan bahwa stress InI merupakan
pergerakan energI "mobIlIzed energy" yang dIperlukan agar seseorang dapat berfIkIr lebIh
baIk, sehIngga darI ketIdaksesuaIan yang ada, seseorang dapat menganalIsa masalah dan
memperbaIkInya (Croenewald 2006).
KesulItan mencarI alternatIf pemecahan masalah dengan baIk menjadI kendala yang
serIng dIhadapI remaja. KompensasI darI ketIdakmampuan menyelesaIkan masalah
tersebut dIalIhkan dengan melakukan aktIvItas yang mereka anggap dapat mengurangI
ketegangan yang terjadI. |erokok menjadI pIlIhan karena efek relaksasI yang mereka
dapatkan darI rokok, yang pada akhIrnya berdampak pada kepuasan psIkologIs remaja
(A.F |uchtar 2005). Kepuasan psIkologIs yang mereka dapatkan mendorong untuk
mengulangI perIlaku merokok tersebut setIap kalI remaja berada dalam tekanan (stress).
Hal InI senada dengan apa yang dIungkapkan oleh AtkInson (1991) dalam bukunya
"PsIkologI Perkembangan" bahwa dalam kondIsI stress remaja akan cenderung untuk
mengulangI perIlakuknya.
Seseorang yang berada dalam tekanan (stress) mempunyaI kemungkInan 2 kalI lebIh besar
untuk menjadI perokok dan akan sulIt untuk berhentI bahkan untuk mengatakan IngIn
berhentI darI aktIvItas merokok tersebut. (8randon 2000). 8randon menambahkan bahwa
terdapat beberapa cara manajemen stress yang dapat dIterapkan pada remaja sehIngga
dapat mengurangI kemungkInan remaja untuk merokok yang dIsebabkan demI
mendapatkan ketenangan akIbat dalam mengahdapI stres. 8eberapa cara tersebut
dIantaranya, a). Femaja tIdak menghIndar darI permasalahan yang sedang dIhadapI. b).
Femaja lebIh memperbanyak aktIvItas yang posItIf. c) |embIcarakan masalah dengan
orang yang bIsa membantu dalam penyelesaIan. d) |enyadarI bahwa stress merupakan
bagIan darI kehIdupan.
2.J.2 0ukungan Keluarga
Anakanak dengan orangtua perokok cenderung akan merokok dIkemudIan harI, hal InI
terjadI palIng sedIkIt dIsebabkan oleh karena dua hal: Pertama, karena anak tersebut
IngIn sepertI bapaknya yang kelIhatan gagah dan dewasa saat merokok. Kedua, Ialah
karena anak sudah terbIasa dengan asap rokok dIrumah, dengan kata laIn dIsaat kecIl
mereka telah menjadI perokok pasIf dan sesudah remaja anak gampang saja beralIh
menjadI perokok aktIf (NaInggolan, 2000). 8ahkan dalam sebuah studI, darI para remaja
perokok dItemukan bahwa 75 salah satu atau kedua orangtua mereka merupakan
perokok (SoetjInIngsIh 2004).
AdItama mengungkapkan bahwa jumlah remaja perokok lIma kalI lebIh banyak pada
mereka yang orangtuanya merokok dIbandIngkan dengan orangtua yang tIdak merokok
(8asyIr, 2005). FesIko munculnya perIlaku merokok remaja dIdukung pula oleh perIlaku
merokok saudara kandung meraka. Femaja dengan orangtua dan saudara kandung
perokok memIlIkI kemungkInan 4 kalI lIpat untuk menjadI perokok, apalagI jIka mereka
bersIkap tIdak melarang remaja untuk merokok (A.F |uchtar 2005).
HasIl penelItIan KurnIawatI (200J) mengenaI perIlaku merokok remaja dI CImahI,
menerangkan bahwa keluarga menjadI salah satu faktor yang berhubungan dengan
perIlaku merokok remaja. Faktor keluarga memberIkan kontrIbusI terhadap perIlaku
merokok pada remaja sebesar 96,6. |enurutnya perIlaku merokok yang dItampIlkan
keluarga menjadIkan remaja menIru perIlaku tersebut, terlebIh bIla merokok sudah
menjadI kebIasaan dalam keluarga.
2.J.J 0ukungan Teman
Pada masa remaja, pola InteraksI mereka lebIh banyak dIhabIskan dengan temanteman
sebayanya. Teman sebaya mempunyaI peran yang sangat berartI karena pada masa
tersebut remaja mulaI memIsahkan dIrI darI orangtua dan mulaI bergabung dengan teman
sebaya. Kebutuhan untuk dapat dIterIma serIng kalI membuat remaja berbuat apa saja
agar dapat dIterIma oleh kelompoknya. SehIngga dapatlah dImengertI bahwa remaja
harus dapat menjalankan peran dan tIngkah lakunya sesuaI dengan harapan kelompok
agar dapat tetap bergabung menjadI anggota kelompok. |ulaI darI sIkap, pembIcaraan,
mInat dan penampIlan remaja dItuntut untuk sesuaI dengan kelompoknya. 0emIkIan pula
jIka mayorItas kelompok memIlIkI kebIasaan merokok, maka setIap anggotanya mau tIdak
mau akan dan harus mengIkutI aktIvItas tersebut tanpa memperdulIkan perasaan mereka
sendIrI (Hurlock 199J).
FrIedman dkk dalam hurlock 199J mengungkapkan :
"Kekuasaan yang mempengaruhI anggota kelompok hampIr menuntut pengawasan mutlak
darI anggota kelompok terhadap perIlaku seseorang. Hanya dIperlukan sedIkIt contoh
untuk meyakInkan setIap anggota kelompok bahwa mereka harus mengIkutI keputusan
kelompok, atau kalau tIdak, mereka harus menghadapI akIbat yang lebIh parah".

8erbagaI fakta mengungkapkan semakIn banyak remaja merokok, maka akan semakIn
besar kemungkInan temantemannya adalah perokok juga. Fakta tersebut menyatakan 2
kemungkInan, yaknI remaja yang terpengaruh oleh temantemannya, atau temanteman
remaja tersebut dIpengaruhI olehnya. 0Iantara remaja baIk perokok maupun yang tIdak
merokok, 87 memIlIkI satu atau lebIh sahabat yang merokok (8asyIr, 2005).
KurnIawatI (200J) dalam penelItIannya mengungkapkan bahwa lIngkungan teman sebaya
memberIkan sumbangan efektIf sebesar 9J,8 terhadap munculnya perIlaku merokok
pada remaja. 0alam penelItIannya dIkatakan bahwa semakIn banyak dukungan teman
untuk merokok dapat mendorong seseorang untuk semakIn menjadI perokok.
2.J.4 0ukungan klan
Untuk menjarIng konsumen yang lebIh banyak, para produsen rokok mempunyaI cara yang
handal. 8erbagaI Iklan baIk dalam bentuk reklame, poster maupun Iklan dalam medIa
elektronIk dItampIlkan dengan maksud untuk merangsang para konsumen mencoba produk
yang mereka Iklankan.
8erbagaI IstIlah sepertI low, lIght, mIld pun dIgunakan produsen sehIngga seolaholah
rokok Itu aman dan jumlah kandungan zatnya lebIh rendah. AkIbatnya, para perokok
merasa boleh merokok bahkan kemungkInan akan mengkonsumsI lebIh banyak karena
mereka menganggap rokok yang dIkonsumsInya hanya mengandung sedIkIt zat. Padahal
sebuah studI dalam Journal of The NatIonal Cancer nstItute menyebutkan bahwa
kandungan zat dalam rokok tersebut tIdak berkurang sedIkItpun. 8ahkan jumlah tar dan
nIkotIn yang dIhIsap dalam rokok tersebut ternyata 8 kalI lebIh tInggI darIpada yang
dIIklankan (8asyIr 2005).
Cambaran bahwa perokok merupakan lambang kejantanan dan glamour dengan
dIperankan oleh sosok Idola remaja, menarIk remaja untuk menjadI sepertI Idolanya dan
dIharapkan dapat mempengaruhI persepsI remaja tentang rokok (Kompas 2001). 8ahkan
Subanada (SoetjInIngsIh, 2004) memperkuat pendapat tersebut dengan menyatakan
bahwa reklame atau Iklan tembakau dIperkIrakan mempunyaI pengaruh lebIh kuat
darIpada pengaruh orangtua dan teman.
SelaIn berperan terhadap perubahan persepsI, Iklan menjadI medIa pentIng bagI remaja
dalam memperolah InformasI seputar rokok. SyahrIr (2004) dalam penelItIannya
menegaskan bahwa sekItar 52,6 remaja mendapatkan InformasI tentang rokok darI Iklan
terutama Iklan dI medIa elektronIk.. syahrIr gI adap perubahan persepsI, Iklan menjadI
medIa remaja dalam memperolah InformasI tentang rokok yang kurang komItmen t
2.4. Peran Perawat
8erdasarkan hasIl konsesus keperawatan tahun 198J dalam gafar (2000).
"Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan professIonal yang merupakan bagIan
Integral darI pelayanan kesehatan yang dIdasarkan pada Ilmu dan kIat keperawatan,
berbentuk pelayanan bIopsIkososIospIrItual yang komprehensIf serta dItujukan kepada
IndIvIdu, keluarga dan masyarakat, baIk sakIt maupun sehat yang mencakup seluruh sIklus
manusIa. Keperawatan berupa bantuan yang dIberIkan karena adanya kelemahan fIsIk dan
atau mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan melaksanakan kegIatan
seharIharI secara mandIrI. 8antuan yang dIberIkan dItujukan kepada penyedIaan
pelayanan kesehatan utama (prImary health care) dalam upaya mengadakan perbaIkan
pelayanan kesehatan sehIngga memungkInkan setIap orang mencapaI kemampuan hIdup
sehat dan produktIf".

0arI defInIsI tersebut, dapat dIlIhat bahwa perawat memIlIkI peran yang sangat luas
dalam menjalankan prakteknya. 0alam hal perIlaku merokok, peran perawat berkaItan
dengan upaya pencegahan perIlaku merokok yang sedang bergulIr dewasa InI. Program
pencegahan tersebut dIdasarkan pada pendekatan psIkososIal yaItu; 1). Pendekatan
pengaruh sosIal dan 2). Pendekatan melatIh cara menghadapI kehIdupan.. Pendekatan
pengaruh sosIal dIdasarkan pada asumsI bahwa model tersebut adalah faktor utama dalam
memulaI perIlaku merokok dan bahwa anakanak dan remaja perlu dIajarkan cara
menahan tekanan sosIal terhadap merokok.program yang dIdasarkan pada pendekatan InI
memfokuskan pada; a). |embantu IndIvIdu menjadI waspada terhadap pengaruh socIal
yang mepromosIkan penggunaan tembakau, dan b). |engajarkan tehnIk khusus agar tahan
terhadap pengaruh tersebut seperI peran bermaIn, perIlaku latIhan dan peer leader.
Sedangkan pedekatan melatIh cara menghadapI kehIdupan dIdasarkan pada asumsI bahwa
yang menyebabkan merokok dan penggunaan zatzat tertentu adalah kurangnya
IntelegensI personal dan sosIal. 8eberapa defIcIt personal yang bIsa membuat seseorang
menjadI peka terhadap penggunaan zatzat tertentu adalah rasa rendah dIrI, kurang
komunIkasI dan sosIalIsasI, kurangnya motIvasI untuk berprestasI dan kurangnya strategI
untuk menghadapI stress. Program berdasarkan pedekatan InI memberIkan pelatIhan pada
bIdang; penIngkatan rasa percaya dIrI, ketegasan, cara bekomunIkasI, InteraksI sosIal,
santaI dalam menghadapI stress, pemecahan masalah dan membuat keputusan. 0engan
bertumpu pada program tersebut perawat dapat menjalankan peran dan fungsInya baIk
sebagaI health educator, provIder, conselor dan fungsI laInnya.
8A8
|ETD0DLDC PENELTAN

J.1 JenIs PenelItIan
JenIs penelItIan dalam penelItIan InI adalah deskrIptIf korelasI yaknI jenIs penelItIan yang
bertujuan untuk menemukan ada tIdaknya hubungan dan apabIla ada, seberapa eratnya
hubungan tersebut, serta berartI atau tIdaknya hubungan Itu (ArIkunto,2002). Adapun
tehnIk pengambIlan data dIlakukan melaluI pendekatan cross sectIonal melaluI Instrumen
kuIsIoner.
J.2 7arIabel
7arIabel adalah sesuatu yang dIgunakan sebagaI cIrI, sIfat, atau ukuran yang dImIlIkI atau
dIdapatkan oleh satuan penelItIan tentang sesuatu konsep pengertIan tertentu
(Notoatmodjo, 2002). 0IbagI menjadI dua yaItu varIabel dependen (yang terpengaruh) dan
varIabel Independen (varIabel bebas / yang mempengaruhI).
7arIabel Independen (X) dalam penelItIan InI adalah stress pada remaja, dukungan
keluarga, dukungan teman dan dukungan Iklan dI mana kesemua Item tersebut merupakan
faktorfaktor yang berhubungan dengan perIlaku remaja terhadap rokok sebagaI varIabel
dependen (Y) dalam penelItIan InI.



47
J.J PopulasI dan Sample
J.J.1 PopulasI
PopulasI adalah sekumpulan objek yang menjadI pusat perhatIan/ penelItIan, yang
darIpadanya terkandung InformasI yang IngIn dIketahuI (Culo, 2002). PerIlaku merokok
dIkalangan remaja terutama terjadI pada remaja prIa, sehIngga penulIs menetapkan
bahwa populasI dalam penelItIan InI adalah sIswa lakIlakI dI SLTP KP 10 yang berjumlah
488 orang sIswa.
J.J.2 Sample
Sample adalah sebagIan atau wakIl populasI yang dItelItI (ArIkunto, 2002). |enurut
SoekIdjo Notoatmodjo, untuk populasI yang berjumlah kurang darI 10.000, maka besar
jumlah sample dapat dItentukan dengan menggunakan rumus sebagaI berIkut :
Keterangan :
n : besar sample N : jumlah populasI d : tIngkat kekelIruan (5 )
JadI besar sample adalah :
= 219,8 dIbulatkan menjadI 220 orang.
47 Adapun tehnIk samplIng yang dIgunakan adalah proportIonate stratIfIed random
samplIng yaItu tehnIk yang dIgunakan untuk menyempurnakan tehnIk samplIng berstrata
dengan pengambIlan sampelnya seImbang atau sebandIng dengan jumlah subjek masIng
masIng strata, dengan menggunakan rumus menurut Notoatmodjo 2002 sebagaI berIkut:

8erdasarkan hasIl perhItungan tersebut dI atas dIdapatkan sample untuk tIap angkatan
sebanyak :
Sample kelas : 75 orang
Sample kelas : 79 orang
Sample kelas : 66 orang
Setelah dIdapatkan jumlah sample masIngmasIng angkatan, pengambIlan sample
dIlakukan secara acak (random) melaluI sIstem pengundIan.
J.4 TehnIk Pengumpulan 0ata
J.4.1 |etode Pengumpulan 0ata
|etode pengumpulan data adalah caracara yang dIgunakan oleh penelItI untuk
mengumpulkan data (ArIkunto, 2005). Adapun metode pengumpulan data dalam
penelItIan InI adalah dengan menggunakan kuIsIoner.
Langkah awal dalam proses pengumpulan data adalah menentukan responden atau subjek
yang akan dItelItI. 8erdasarkan tehnIk samplIng yang dIgunakan, subjek penelItIan dIambIl
dengan cara acak (random), yaknI dengan mengundI responden berdasarkan data absensI
sIswa yang dIkeluarkan InstansI sekolah (S|P Karya Pembangunan). Setelah dI undI dan
dIperoleh data sIswa sesuaI dengan jumlah sampel yang dIperlukan tIap angkatan, sIswa
yang telah terpIlIh tersebut dIkumpulkan dalam suatu tempat terpIsah untuk kemudIan
menjadI responden dalam penelItIan.
J.4.2 nstrumen penelItIan
nstrument penelItIan, merupakan alat bantu yang dIpIlIh dan dIgunakan oleh penelItI
dalam kegIatannya mengumpulkan data (ArIkunto, 2005). Untuk varIable stress Instrument
pengumpulan data dIlakukan dengan menggunakan Instrument berbentuk skala, yaknI
sebuah pengumpul data yang berbentuk sepertI daftar cocok dengan alternatIve jawaban
yang dIsedIakan merupakan sesuatu yang berjenjang. PengkajIan stress dIlakukan dengan
membuat pertanyaan dengan jawaban berbentuk gradasI darI satu jenIs kualItas (tIngkat
kualItas keserIngan), darI mulaI selalu, serIng, jarang dan tIdak pernah. nstrument untuk
mengkajI varIable stress yang dIgunakan dalam penelItIan InI, merupakan Instrument baku
yang dIkembangkan oleh Andrea Croenwald, yang telah dI alIh bahasakan kedalam bahasa
ndonesIa.
Sedangkan untuk varIabel dukungan keluarga, dukungan teman dukungan Iklan dan
perIlaku remaja terhadap rokok, Instrument yang dIgunakan adalah angket tertutup
dalam bentuk checklIst, yaknI angket yang dIsajIkan dalam bentuk sedemIkIan rupa
sehIngga responden tInggal memberIkan tanda centang / checklIst (!) pada kolom
jawaban yang sesuaI (ArIkunto 2005).
J.5 Fancangan AnalIsIs HasIl 0ata PenelItIan
AnalIsa data dIlakukan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebIh mudah
dIbaca dan dIInterpretasIkan serta untuk mengujI secara statIstIk kebenaran darI hIpotesIs
yang telah dItetapkan. Adapun untuk melakukan analIsIs data dIperlukan suatu proses
yang terdIrI darI beberapa tahap antara laIn :
1. Pengkodean 0ata (data codIng)
Pengkodean dapat merupakan suatu penyusunan data mentah (yang ada dalam kuIsIoner)
kedalam bentuk yang mudah dIbaca oleh komputer.
2. PemIndahan 0ata ke Komputer (data enterIng)
0ata enterIng adalah memIndahkan data yang telah dIubah menjadI kode kedalam mesIn
pengolah data. Caranya adalah dengan membuat codIng sheet (lembar kode), dIrect entry
ataupun optIcal scan sheet.
J. PembersIhan 0ata (data cleanIng)
0ata cleanIng adalah memastIkan bahwa data yang telah masuk sesuaI dengan yang
sebenarnya. Prosesnya dIlakukan dengan cara possIble code cleanIng (melakukan
perbaIkan kesalahan pada kode yang tIdak jelas/ tIdak munghkIn ada akIbat salah
memasukan kode, contIngency cleanIng dan modIfIkasI (melakukan pengkodean kembalI /
recode data yang aslI.
4. PenyajIan 0ata (data output)
0ata output merupakan data hasIl pengolahan, yang dIsajIkan baIk dalam bentuk numerIc
maupun grafIk.
5. PenganalIsIsan 0ata (data analyzIng)
Langkah selanjutnya adalah analIsIs data, yaknI proses pengolahan data untuk melIhat
bagaImana mengInterpretasIkan data, kemudIan menganalIsIs data darI hasIl yang sudah
ada pada tahap hasIl pengolahan data. Adapun analIsIs yang dIgunakan dalam penelItIan
InI antara laIn :
J.5.1 AnalIsa UnIvarIat
Untuk varIable stress, pengambIlan data dIlakukan dengan menggunakan skala lIkert,
yaknI dengan menganalIsa seberapa serIng remaja mengalamI sItuasI / gejala yang
menunjukan stress, dengan poInt penIlaIan (J) selalu (2) serIng (1) kadangkadang (0)
tIdak pernah. KemudIan setelah dItabulasIkan, hasIl dIkategorIkan berdasarkan kategorI
stress menurut Croenewald (2006) menjadI :
Skor antara 0 - 20 : stress rIngan
Skor antara 20 - 40 : stress sedang
Skor antara 40 - 60 : stress berat
Sedangkan angket yang dIgunakan untuk mengukur tentang dukungan keluarga, dukungan
teman dan dukungan Iklan setIap jawaban Ya dIberI nIlaI 1 (satu), dan jawaban TIdak
dIberI nIlaI 0 (nol). TIap responden akan memperoleh nIlaI sesuaI pedoman penIlaIan
tersebut.
AnalIsa data untuk varIable dukungan keluarga, dukungan teman dan Iklan, dImana hasIl
ukur dIkategorIkan menjadI 2 kategorI yaItu ada dan tIdak ada, dIlakukan dengan
menggunakan rumus T skor medIan. Adapun rumus tersebut adalah sebagaI berIkut :
Keterangan :
X = Skor responden pada varIbel yang hendak dIubah menjadI skor T
X = |ean skor kelompok
S = 0evIasI standar skor kelompok
KemudIan hasIl perhItungan dI tafsIrkan dengan krIterIa :
ApabIla : T ` 50 skor T = ada dukungan
T 50 skor T = tIdak ada dukungan
J.5.2 AnalIsa 8IvarIat
AnalIsa bIvarIat dIlakukan untuk melIhat hubungan antara dua varIable yaItu varIabel
Independent dan dependen. SesuaI dengan tujuan penelItIan maka analIsa bIvarIat InI
melIputI hubungan antara stress pada remaja, dukungan keluarga, dukungan teman dan
dukungan Iklan dengan perIlaku remaja terhadap rokok dI SLTP Karya Pembangunan (KP)
10 8andung. 0alam hal InI analIsa data masIngmasIng varIabel menggunakan ujI chI
square, adapun rumus ujI InI adalah :
Keterangan : X ChI Square
f = FrekuensI DbservasI
f = FrekuensI Harapan
KemudIan hasIl X2 hItungan dIbandIngkan dengan X2 tabel dengan tarap sIgnIfIkan 5 dan
dk = 1 dan 2 (X2 tabel = J,481 dan 5,591). 8Ila hasIl X2 hItungan lebIh besar darI X2 tabel
berartI dIdapatkan hubungan sIgnIfIkan. JadI dapat dIsImpulkan bahwa H1 dIterIma
(berartI ada hubungan antara stress pada remaja, dukungan keluarga, dukungan teman
dan Iklan dengan perIlaku merokok pada sIswa).
SelaIn Itu bIsa juga dengan menggunakan cara probabIlIstIc, yaknI dengan menggunakan
SPSS for wIndows 1J,0 dapat dIhItung nIlaI P (P value), dengan taraf kesalahan 5 (o =
0.05). JIka P value darI 0,05, maka dapat dInyatakan bahwa H1 dIterIma yang berartI
terdapat hubungan antara varIable dependen dan varIable Independent.
Selanjutnya untuk mengetahuI derajat hubungan antara varIable stress pada remaja,
dukungan keluarga, dukungan teman dan dukungan Iklan dengan perIlaku remaja
terhadap rokok dI SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 8andung, dIgunakan analIsa
contIngensI coeffIcIent (nIlaI C), bIla nIlaI C mendekatI nIlaI C maksImal maka keeratan
hubungan bersIfat erat. Adapun rumus contIngensy coeffIcIent adalah :
C =
Keterangan :
C = KoefIsIen kontIngensI
X2 = Harga darI kontIngensI yang dIperoleh
N = Jumlah sampel
nterpretasI makIn dekat harga C kepada C maksImal, maka makIn besar derajat
kontrIbusI antara varIable. 0engan kata laIn, varIable yang satu makIn berkaItan dengan
varIable yang laIn. SugIyono 2005 mengkategorIkan tIngkat hubungan atau keeratan
antara kedua varIabel sebagaI berIkut :
Tabel : PengkategorIan TIngkat Hubungan
KorelasI
KrIterIa
0,00 - 0,199
0,20 0,J99
0,40 0,599
0,60 0,799
0,80 1,000
Hubungan sangat tIdak erat / bIsa dIabaIkan
Hubungan tIdak erat
Hubungan sedang
Hubungan erat
Hubungan sangat erat

J.6 UjI 7alIdItas dan FelIabIlItas nstrumen PenelItIan
J.6.1 UjI valIdItas
UjI valIdItas dIlakukan untuk mengukur sejauh mana tIngkat kesahIhan suatu Instrumen.
UjI valIdItas InI dIlakukan terhadap setIap Item pertanyaan yang dIajukan. TehnIk ujI
valIdItas terdIrI darI 2 bentuk yaknI valIdItas logIs dan vakldItas empIrIs. Adapun valIdItas
logIs terbagI lagI menjadI 2 bentuk yaknI valIdItas IsI / contens valIdIty (Instrumen yang
dIbuat sesuaI dengan IsI yang akan dIungkap) dan valIdItas konstruksI / construct valIdIty
(Instrumen dIbuat dalam bentuk yang mudah dIpahamI dIsesuaIkan dengan aspek yang
akan dI ungkap). Sedangkan valIdItas empIrIs, yaknI tehnIk ujI valIdItas dImana setelah
Instrumen dIbuat, kemudIan dI ujI dan dIolah melaluI rumusan perhItungan (ArIkunto,
2005).
Untuk mengukur tIngkat stress Instrumen yang dIgunakan merupakan Instrumen baku yang
dIkembangkan oleh Andrea Croenewald yang kemudIan dI alIh bahasakan ke bahasa
ndonesIa, tehnIk ujI valItIdas empIrIs untuk verIabel stres yang memIlIkI skala ordInal
dengan skor berupa tIngkatan, dIgunakan rumus koefIsIen valIdItas dengan korelasI Item
total (Azwar, 2001) dengan rumus sebagaI berIkut ;
Keterangan :
KoefIsIen korelasI skor Itemtotal sebelum dIkoreksI
0evIasI standar skor suatu Item
0evIasI standar skor tes.

Adapun untuk Instrumen yang dIgunakan untuk mengukur varIable dukungan keluarga,
teman, dan dukungan Iklan, tehnIk ujI valIdItas empIrIs yang dIgunakan adalah tehnIk
koefIsIen "KorelasI PoInt 8IserIal", karena tIpe jawaban setIap Item pertanyaan berupa 2
alternatIf jawaban (dIkotomIs yang dIberI nIlaI 1 E 0) dengan skala nomInal (ArIkunto,
2005).
|asrun (SugIyono 2005) mengungkapkan bahwa Item pertanyaan yang dIkatakan valId jIka
r mInImum = 0,J0. semakIn posItIf dan semakIn besar nIlaI r, maka Item tersebut
dIkatakan semakIn valId.
0alam penelItIan InI, ujI coba Instrumen dIlakukan sebanyak 2 kalI. Pertama, ujI coba
dIlakukan dI S|P Karya Pembangunan 10 dengan jumlah responden sebanyak J0 orang.
Adapun hasIl perhItungan terlampIr. Untuk Instrumen yang kedua, dIlakukan karena hasIl
ujI coba Instrumen yang pertama menunjukan bahwa Instrumen yang dI buat belum layak
untuk dIjadIkan alat penelItIan. Untuk Itu dIlakukan revIsI atau perbaIkan terhadap
Instrumen yang tIdak valId, dan kemudIan Instrumen tersebut dI ujI cobakan kembalI dI
tempat yang berbeda yaknI dI S|P Cunadharma, dengan jumlah responden sebanyak 20
orang. Adapun data hasIl ujI coba Instrumen terlampIr.

J.6.2 UjI relIabIlItas
FelIabIlItas menunjukkan sejauh mana tIngkat kekonsIstenan pengukuran darI suatu
responden ke responden yang laIn atau dengan kata laIn sejauh mana pertanyaan dapat
dIpahamI sehIngga tIdak menyebabkan beda InterpretasI dalam pemahaman pertanyaan
tersebut. Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu varIabel dIkatakan relIabel dan
berhasIl mengukur varIabel yang kIta ukur jIka koefIsIen relIabIlItasnya lebIh darI atau
sama dengan 0,700 (Kaplan E Saccuzo, 199J). UjI relIabIlItas dIlakukan setelah setIap
Item dalam alat ukur terbuktI valId atau setelah Item yang tIdak valId dIhIlangkan.
Untuk mengujI relIabIlItas Instrumen stres, dIgunakan formulasI Alpha Crounch 8ach
(Azwar, 2001)

Sedangkan untuk Instrumen dukungan keluarga, dukungan teman sebaya, dan dukungan
Iklan, dImana tIpe jawaban berbentuk dIkotomIs dengan skor Item jawaban Ya bernIlaI (1)
dan skor Item jawaban TIdak bernIlaI (0). TehnIk ujI relIabIlItas dalam penelItIan InI
adalah dengan menggunakan rumus koefIsIen "FelIabIlItas Kuder dan FIcarhdson" (KF 20)
(ArIkunto 2005).

KrIterIa relIabIlItasnya adalah jIka KF20 ` 0,70 maka dImensI kuesIoner relIabel
(konsIsten) dan jIka KF20 0,70 maka dImensI kuesIoner tIdak relIabel.
HasIl ujI relIabIlItas untuk Instrumen stres dIperoleh nIlaI koefIsIen relIabIlItas sebesar
0,820 untuk ujI coba pertama dan 0,868 untuk ujI coba yang kedua. Untuk Instrumen
dukungan keluarga menunjukkan koefIsIen korelasI sebesar 0,708, sedangkan untuk
Instrumen dukungan teman menunjukan koefIsIen korelasI sebesar 0,8J7, dan untuk
Instrumen dukungan Iklan menunjukkan koefIsIen korelasI sebesar 0,714. 0engan
demIkIan, maka Instrumen penelItIan InI dIkatakan relIabel (hasIl lengkap dapat dIlIhat
pada lampIran).
J.7 LangkahLangkah PenelItIan
J.7.1 Tahap PersIapan
Proses yang dIlaluI dalam tahap InI adalah mengadakan studI pendahuluan, studI
kepustakaan, memIlIh topIk penelItIan, penentuan lahan, penyusunan proposal penelItIan,
semInar proposal, ujIcoba dan perbaIkan Instrumen.

J.7.2 Tahap Pelaksanaan
0alam tahap InI dIlakukan proses mendapatkan IjIn penelItIan, mendapatkan Informed
consent darI responden, melakukan pengumpulan data dan melakukan pengolahan dan
analIsa data.
J.7.J Tahap AkhIr
Pada tahap akhIr penelItIan InI dIlakukan penyusunan laporan penelItIan dan penyajIan
hasIl penelItIan.
J.7.4 PerlIndungan terhadap Subyek PenelItIan
Hakhak subyek penelItIan harus dIlIndungI dan mengacu pada :
1. KesedIaan menjadI responden
2. Kebebasan prIbadI, tIdak ada paksaan
J. Tanpa IndentItas serta dIjaga kerahasIaan
4. Perlakuan yang wajar
5. TerlIndung darI ketIdaknyamanan dan hal yang membahayakan.
J.8 Tempat dan waktu penelItIan
PenelItIan InI mengambIl tempat dI InstItusI sekolah [SLTP Karya Pembangunan (KP) 10
8andung], dengan rencana penelItItIan dIlaksanakan tanggal 14 - 16 Agustus 2006.

8A8 7
HASL PENELTAN 0AN PE|8AHASAN

HasIl penelItIan untuk mengetahuI hubungan antara tIngkat stress pada remaja, dukungan
keluarga, dukungan teman, dan dukungan klan dengan perIlaku remaja terhadap rokok dI
SLTP Karya pembangunan (KP) 10 8andung yang dIlaksanaka pada bulan Agustus 2006,
dengan jumlah responden sebanyak 220 responden yang terbagI menjadI : sebanyak 75
responden kelas satu, 79 responden kelas dua, dan 66 responden kelas tIga. 0alam
pembahasan InI akan dIbahas dua bagIan yaItu hasIl penelItIan dengan analIsIs unIvarIat,
dan hasIl penelItIan dengan analIsIs bIvarIat, yang selanjutnya dIbagI dalam sub 8ab 4.1,
dan sub 8ab 4.2 sebagaI berIkut.

4.1 HasIl penelItIan dengan analIsIs unIvarIat
0alam sub 8ab InI, akan dIjelaskan dalam tabel secara rIncI untuk tIap varIabel, dImana
terdIrI darI lIma varIabel, yaItu varIabel perIlaku remaja terhadap rokok, dukungan
keluarga, dukungan teman dekat, dukungan Iklan, dan stress.

4.1.1 0ItrIbusI PerIlaku Fespoden terhadap Fokok
HasIl analIsIs mengenaI perIlaku responden terhadap rokok dI SLTP KP 10 8andung dapat
dIlIhat dalam tabel berIkut:
47
61
Tabel 4.1.1 0IstrIbusI PerIlaku Fesponden terhadap rokok
KategorI
Jumlah Fesponden (orang)
Persentase ()
|erokok
60
27,27
TIdak |erokok
160
72,7J
Total
220
100,00
Sumber : Dlah 0ata

8erdasarkan data tabel 4.1 tentang perIlaku responden terhadap rokok, bahwa sebagIan
besar responden (72,7J) tergolong ke dalam kategorI bukan perokok.

4.1.2 0IstrIbusI Stress Fesponden
HasIl analIsIs mengenaI tIngkat stress responden dI SLTP KP 10 8andung dapat dIlIhat
dalam tabel berIkut:
Tabel 4.1.2 0IstrIbusI Stress Fesponden
KategorI
Jumlah Fesponden (orang)
Persentase ()
FIngan
4
1,82
Sedang
70
J1,82
8erat
146
66,J6
Total
220
100,00
Sumber : Dlah 0ata

8erdasarkan data tabel 4.2 tentang dIstrIbusI tIngkat stres pada responden, terdapat
kecenderungan remaja mengalamI stres berat. Hal InI dItunjukan dengan sebagIan besar
remaja (66,J6) berada dalam kategorI stres berat.


4.1.J 0IstrIbusI 0ukungan Keluarga, 0ukungan Teman dan 0ukungan klan Pada Fesponden
HasIl analIsIs mengenaI dukungan keluarga, dukungan teman dan dukungan Iklan untuk
merokok dI SLTP KP 10 8andung dapat dIlIhat dalam tabel berIkut:
Tabel 4.1.J 0IstrIbusI 0ukungan Keluarga, 0ukungan Teman dan klan Pada Fesponden

KategorI

7arIabel
Ada
TIdak ada
f

f

0ukungan keluarga
16J
74,09
57
25,91
0ukungan teman
84
J8,18
1J6
61,82
0ukungan Iklan
28
12,7J
192
87,27
Sumber : Dlah 0ata
8erdasarkan data tabel 4.J tentang dukungan keluarga, dukungan teman dan dukungan
Iklan pada responden, dapat dIlIhat bahwa pada varIabel dukungan keluarga 16J
responden (74,09) tergolong ke dalam responden yang memIlIkI keluarga yang
mendukung untuk merokok, dan 57 responden (25,91) sIsanya tergolong ke dalam
responden yang memIlIkI keluarga yang tIdak mendukung untuk merokok. Sedangkan
untuk varIabel dukungan teman, 84 responden (J8,18) tergolong ke dalam responden
yang memIlIkI Teman 0ekat yang mendukung untuk merokok, dan 1J6 responden (61,82)
sIsanya tergolong ke dalam responden yang memIlIkI Teman 0ekat yang tIdak mendukung
untuk merokok. Adapun untuk varIabel dukungan Iklan, 28 responden (12,7J) tergolong
ke dalam responden yang mendapatkan dukungan Iklan untuk merokok, dan 192
responden (87,27) sIsanya tergolong ke dalam responden yang tIdak mendapatkan
dukungan Iklan untuk merokok.
4.2 HasIl penelItIan dengan analIsIs 8IvarIat
0alam sub 8ab InI, akan dIjelaskan dalam tabel secara rIncI "Hubungan antara tIngkat
Stress, 0ukungan Keluarga, 0ukungan Teman, dan 0ukungan klan dengan PerIlaku Femaja
terhadap Fokok dI SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 8andung.

4.2.1 AnalIsIs Hubungan TIngkat Stres dengan PerIlaku Femaja terhadap Fokok dI SLTP KP
10 8andung Tahun 2006.
HasIl analIsIs mengenaI hubungan tIngkat stres dengan perIlaku remaja terhadap rokok dI
SLTP KP 10 8andung dapat dIlIhat dalam tabel berIkut:
Tabel 4.2.1 AnalIsIs Hubungan tIngkat Stres dengan PerIlaku Femaja terhadap Fokok dI
SLTP KP 10 8andung Tahun 2006.
Stres
PerIlaku Femaja Terhadap Fokok
Total
X2
P value
CC
|erokok
TIdak |erokok
F

f

F

8,2J2
0,000
0,27
FIngan
2
0,91
2
0,91
4
1,82
Sedang
27
12,27
4J
19,55
70
J1,82
8erat
J1
14,09
115
52,27
146
66,J6
Total
60
27,27
160
72,7J
220
100,00

8erdasarkan tabel tabulasI sIlang mengenaI hubungan antara tIngkat stres dengan perIlaku
remaja terhadap rokok dI atas, dIdapatkan InformasI bahwa hasIl ujI chIsquare sebesar
8,2J2. Adapun x2 tabel dengan db = 2 dan o = 0,05 yaknI sebesar 5,591. Hal InI
menujukan bahwa nIlaI x2 hItung x2 tabel, yang berartI Ho dItolak sehIngga dapat
dIsImpulkan bahwa "Terdapat Hubungan antara tIngkat stres dengan perIlaku remaja
terhadap rokok dI SLTP KP". SelaIn Itu, untuk menolak Ho, dapat pula dIlIhat darI hasIl
perhItungan P value, dImana P value (0,000) o (0,05). Adapun untuk melIhat tIngkat
keeratan hubungan tersebut, dapat dIlIhat darI nIlaI koefIsIen kontIngensI yaknI sebesar
0,27 yang berartI hubungan tIdak erat tapI pastI.
0ata perhItungan chIsquare, P value dan koefIsIen kontIngensI terlampIr.

4.2.2 AnalIsIs Hubungan 0ukungan Keluarga dengan PerIlaku Femaja terhadap Fokok dI
SLTP KP 10 8andung Tahun 2006.
HasIl analIsIs mengenaI hubungan dukungan keluarga, dengan perIlaku remaja terhadap
rokok dI SLTP KP 10 8andung dapat dIlIhat dalam tabel berIkut:
Tabel 4.2.2 AnalIsIs Hubungan 0ukungan Keluarga dengan PerIlaku Femaja terhadap
Fokok dI SLTP KP 10 8andung Tahun 2006.
KategorI 0ukungan Keluarga
PerIlaku Femaja Terhadap Fokok
Total
X2
P value
CC
|erokok
TIdak |erokok
F

f

F

2,467
0,124
0,15
Ada
49
22,27
114
51,82
16J
74,09
TIdak Ada
11
5,00
46
20,91
57
25,91
Total
60
27,27
160
72,7J
220
100,00

8erdasarkan tabel tabulasI sIlang mengenaI hubungan dukungan keluarga dengan perIlaku
remaja terhadap rokok dI atas dapat dIketahuI bahwa, hasIl ujI chIsquare (x2 hItung)
sebesar 2,467. Adapun nIlaI x2 tabel dengan db 1 dan o = 0,05 adalah J,841. Hal InI
menunjukan bahwa x2 hItung x2 tabel, yang berartI "TIdak Terdapat Hubungan yang
SIgnIfIkan antara dukungan keluarga dengan perIlaku remaja terhadap rokok". NIlaI chI
square tersebut dIperkuat dengan hasIl perhItungan P value (0,124 ) o (0,05).
0ata perhItungan chIsquare, P value dan koefIsIen kontIngensI terlampIr.
4.2.J AnalIsIs Hubungan 0ukungan Teman dengan PerIlaku Femaja terhadap Fokok dI SLTP
KP 10 8andung Tahun 2006.
HasIl analIsIs mengenaI hubungan dukungan teman, dengan perIlaku remaja terhadap
rokok dI SLTP KP 10 8andung dapat dIlIhat dalam tabel berIkut:
Tabel 4.2.J AnalIsIs Hubungan 0ukungan Teman dengan PerIlaku Femaja terhadap Fokok
dI SLTP KP 10 8andung Tahun 2006.
KategorI 0ukungan Teman
PerIlaku Femaja Terhadap Fokok
Total
X2
P value
CC
|erokok
TIdak |erokok
f

f

f

J9,19
0,000
0,55
Ada
4J
19,55
41
18,64
84
J8,18
TIdak Ada
17
7,7J
119
54,09
1J6
61,82
Total
60
27,27
160
72,7J
220
100,00

8erdasarkan data tabulasI sIlang mengenaI hubungan dukungan teman dengan perIlaku
remaja terhadap rokok dI atas dapat dIketahuI bahwa, hasIl ujI chIsquare (x2 hItung)
sebesar J9,19. Adapun nIlaI x2 tabel dengan db = 1 dan o (0,05) adalah J,841. Hal InI
menunjukan bahwa x2 hItung x2 tabel, yang berartI Ho dItolak sehIngga dapat
dIsImpulkan bahwa "Terdapat Hubungan yang SIgnIfIkan antara dukungan teman dengan
perIlaku remaja terhadap rokok". NIlaI chI square tersebut dIperkuat dengan hasIl
perhItungan P value (0,000 ) o (0,05). Adapun untuk melIhat kuatnya hubungan
tersebut, dapat dIlIhat darI nIlaI koefIsIen kontIngensI yaknI sebesar 0,55 yang berartI
hubungan sedang.
0ata perhItungan chI square, P value dan koefIsIen kontIngensI terlampIr.






4.2.4 AnalIsIs Hubungan 0ukungan klan dengan PerIlaku Femaja terhadap Fokok dI SLTP
KP 10 8andung Tahun 2006.
HasIl analIsIs mengenaI hubungan dukungan Iklan, dengan perIlaku remaja terhadap rokok
dI SLTP KP 10 8andung dapat dIlIhat dalam tabel berIkut:
Tabel 4.2.4 AnalIsIs Hubungan 0ukungan klan dengan PerIlaku Femaja terhadap Fokok dI
SLTP KP 10 8andung Tahun 2006.
KategorI 0ukungan klan
PerIlaku Femaja Terhadap Fokok
Total
X2
P value
CC
|erokok
TIdak |erokok
f

f

f

J1,5J8
0,000
0,50
Ada
20
9,09
8
J,64
28
12,7J
TIdak Ada
40
18,18
152
69,09
192
87,27
Total
60
27,27
160
72,7J
220
100,00

8erdasarkan tabulasI sIlang dI atas mengenaI hubungan dukungan Iklan dengan perIlaku
remaja terhadap rokok dapat dIketahuI bahwa, hasIl ujI chIsquare (x2 hItung) sebesar J1,
58J. Adapun x2 tabel dengan db = 1 dan o = 0,05 yaknI sebesar J,841. 0engan demIkIan
terlIhat bahwa nIlaI x2 hItung x2 tabel, yang berartI Ho dItolak sehIngga dapat
dIsImpulkan bahwa "Terdapat Hubungan antara dukungan Iklan dengan perIlaku remaja
terhadap rokok". SelaIn Itu, untuk menolak Ho, dapat pula dIlIhat darI hasIl perhItungan P
value, dImana P value (0,000) o (0,05). Adapun untuk melIhat kuatnya hubungan
tersebut, dapat dIlIhat darI nIlaI koefIsIen kontIngensI yaknI sebesar 0,55 yang berartI
hubungan sedang.
0ata perhItungan chI square, P value dan koefIsIen kontIngensI terlampIr.



4.J Pembahasan
4.J.1 Pembahasan Hubungan TIngkat Stres dengan PerIlaku Femaja terhadap Fokok dI
SLTP KP 10 8andung.
8erdasarkan hasIl penelItIan mengenaI stres, dIperoleh hasIl bahwa, "Terdapat hubungan
antara tIngkat stres dengan perIlaku remaja terhadap rokok dI SLTP KP 10 8andung". Hal
InI sejalan dengan apa yang dIungkapkan oleh 8randon (2000), bahwa seseorang yang
berada dalam kondIsI stress mempunyaI kemungkInan lebIh besar untuk menjadI perokok,
bahkan akan mengalamI kesulItan untuk berhentI darI perIlakunya tersebut. 0Ikatakan A.F
|uchtar (2005) dalam bukunya bahwa aktIvItas merokok dIsaat stress menjadI upaya
kompensatorIs darI kecemasan yang dIalIhkan, yang pada akhIrnya merokok menjadI
aktIvItas yang dapat memberIkan kepuasan psIkologIs dan bukan sematamata untuk
mewujudkan sImbolIsasI kejantanan atau kedewasaan. AktIvItas merokok menjadI
penyeImbang mereka dalam kondIsI stress. 0engan kata laIn berdasarkan pandangan
Leventhal dan Clearly (HelmI E KomalasarI, 2006), kemungkInan remaja telah masuk
kedalam tahap bukan saja sebagaI become a smoker tetapI telah masuk pada tahap
maIntenance of smokIng, dImana merokok sudah menjadI salah satu cara dalam
pengaturan hIdup. Seorang ahlI (8randon, 2000) mengatakan terdapat beberapa cara yang
dapat dIlakukan remaja untuk bIsa mengalIhkan kebIasaan merokok dIsaat stres
dIantaranya, a). Femaja tIdak menghIndar darI permasalahan yang sedang dIhadapI. b).
|emperbanyak aktIvItas yang posItIf. c) |embIcarakan masalah dengan orang yang bIsa
membantu dalam penyelesaIan. d) |enyadarI bahwa stress merupakan bagIan darI
kehIdupan.
4.J.2 Pembahasan Hubungan 0ukungan Keluarga dengan PerIlaku Femaja terhadap Fokok
dI SLTP KP 10 8andung.
8erdasarkan hasIl penelItIan mengenaI dukungan keluarga, dIdapatkan hasIl bahwa "TIdak
Terdapat Hubungan yang SIgnIfIkan antara 0ukungan Keluarga dengan PerIlaku Femaja
terhadap Fokok dI SLTP Karya Pembangunan 10 8andung". Hal InI tIdak sejalan dengan
hasIl penelItIan sebelumnya yang mengungkapkan bahwa keluarga merupakan salah satu
faktor yang berhubungan dengan perIlaku merokok pada remaja. 0alam penelItIan InI
walaupun dIdapatkan bahwa sebagIan besar remaja mendapatkan dukungan keluarga
untuk merokok, akan tetapI tIdak terdapat hubungan antara dukungan keluarga denga
perIlaku remaja terhadap rokok. 8egItu pula dengan apa yang dIungkapkan oleh A.F
|uchtar (2005) yang mengatakan bahwa perIlaku merokok remaja berkaItan dengan
dukungan darI keluarga, dImana keluarga perokok akan menyebabkan anak memIlIkI
kemungkInan lebIh besar untuk menjadI perokok pula.
0alam hal InI kemungkInan yang terjadI adalah terdapat faktor laIn yang lebIh pentIng
yang mendukung remaja untuk merokok. Karena, secara psIkososIal |ahrenI
(SoetjInIngsIh, 2004) mengungkapkan bahwa pada perIode masa remaja keterIkatan
remaja dengan keluarga terutama orangtua mulaI melemah.
0engan demIkIan dapat dIpahamI bahwa kemungkInan keluarga bukan lagI menjadI role
model yang utama bagI remaja. |ereka lebIh banyak menghabIskan waktunya dI luar
lIngkungan rumah, dan nIlaInIlaI yang mereka anut lebIh tertuju pada nIlaI yang mereka
anggap Ideal yang sesuaI dengan lIngkungan dImana mereka bIasa berkumpul.
4.J.J Pembahasan Hubungan 0ukungan Teman dengan PerIlaku Femaja terhadap Fokok dI
SLTP KP 10 8andung.
8erdasarkan penelItIan mengenaI dukungan teman dIdapatkan bahwa "Terdapat
Hubungan yang SIgnIfIkant antara 0ukungan Teman dengan PerIlaku Femaja terhadap
Fokok dI SLTP Karya Pembangunan 10 8andung". Hal InI sejalan dengan penelItIan
sebelumnya yang mengatakan bahwa dukungan teman memberIkan sumbangan efektIf
terhadap munculnya perIlaku merokok pada remaja sebesar (9J,8) (KurnIawatI, 200J).
Teman sebaya menjadI sesuatu yang sangat pentIng bagI remaja. Adanya kebutuhan untuk
dapat dIterIma dan dIakuI sebagaI anggota kelompok menjadI alasan mereka untuk
mengIkutI perIlaku yang ada pada kelompok, termasuk perIlaku merokok.
FrIedman dalam Hurlock (199J) mengatakan bahwa "Kekuasaan yang mempengaruhI
anggota kelompok hampIr menuntut pengawasan mutlak darI anggota kelompok terhadap
perIlaku seseorang. Hanya dIperlukan sedIkIt contoh untuk meyakInkan setIap anggota
kelompok bahwa mereka harus mengIkutI keputusan kelompok, atau kalau tIdak, mereka
harus menghadapI akIbat yang lebIh parah".
0engan kata laIn dapat dIgambarkan bahwa adaptasI atau penyesuaIan perIlaku remaja
dengan perIlaku yang umum ada pada kelompok merupakan suatu cara agar remaja tIdak
berada dalam tekanan. Karena adanya penyImpakan nIlaI antara remaja dengan nIlaI yang
dIanut kelompok bIsa menyebabkan remaja tIdak lagI mendapatkan pengakuan sebagIa
anggota kelompok.
4.J.4 Pembahasan Hubungan 0ukungan klan dengan PerIlaku Femaja terhadap Fokok dI
SLTP KP 10 8andung.
8erdasarkan hasIl penelItIan mengenaI dukungan Iklan dIketahuI bahwa "Terdapat
hubungan antara dukungan Iklan dengan perIlaku remaja terhadap rokok dI SLTP Karya
Pembangunan 10 8andung". Hal InI sesuaI dengan apa yang dIungkapkan oleh Subanada
(SoetjInIngsIh, 2004) yang menjelaskan bahwa Iklan rokok mempengaruhI persepsI sIswa
tentang rokok. Cambaran glamour, lambang kejantanan yang dItampIlkan oleh sosok Idola
remaja merangsang remaja untuk mengIkutI perIlaku yang dIperankan sosok Idola remaja
tersebut yaknI perIlaku merokok. HandayanI (2000) menjelaskan bahwa salah satu tugas
perkembangan remaja adalah memperkuat penguasaan dIrI atas dasar skala nIlaI, dImana
skala nIlaI tersebut dIperoleh remaja melaluI IndentIfIkasI darI orang yang dIIdolakan
olehnya. SehIngga perIlaku sang Idola sangat mudah dIadopsI oleh remaja, salah satunya
adalah perIlaku merokok yang dItampIlkan sang Idola dalam Iklan.
SelaIn Itu, Iklan merupakan medIa InformasI yang baIk bagI remaja. Akan tetapI, tIdak
semua InformasI yang remaja dapatkan memIlIkI nIlaI yang posItIf. sala satunya adalah
IstIlah yang dIgunakan dalam Iklan ataupun kemasan rokok yang mengambarkan seolah
olah rokok merupakan produk yang aman karena kandungan zat yang terdapat dalam
rokok tersebut lebIh rendah. SehIngga pada akhIrnya remaja merasa boleh untuk merokok
bahkan kemungkInan mengkonsumsI lebIh banyak yang akan berdampak pada
ketergantungan.


4.4 Keterbatasan PenelItIan
0alam penelItIan InI penelItI memIlIkI beberapa keterbatasan antara laIn;
nstrumen dalam peneltIan berupa kuIsIoner, sehIngga terdapat kemungkInan anak akan
menjawab tIdak berdasarakan apa yang terjadI sesungguhnya, karena anak akan merasa
takut apa yang mereka IsI dIketahuI pIhak sekolah. Untuk mengatasI hal tersebut, penelItI
sudah melakukan antIsIpasI dengan melakukan pendekatan pada sIswa dan melakukan
Informed concent untuk meyakInkan sIswa bahwa IdentItas mereka dIrahasIakan.
TIdak ada Instrumen yang khusus untuk mengungkap varIabel yang akan dItelItI. PenulIs
hanya mengembangkan teorI yang ada. Untuk mengantIsIpasI adanya Instrumen yang
kurang baIk, penulIs mencoba membuat kIsIkIsI Instrumen terlebIh dahulu, dan
melakukan pengujIan terhadap Instrumen yang dIbuat, untuk melIhat layak tIdaknya
Istrumen dIgunakan dalam penelItIan.
Untuk Instrumen stres, dImana Instrumen dIadopsI darI Instrumen yang dIkembangkan
oleh Croenewald (dalam bentuk bahasa InggrIs), Idealnya Instrumen tersebut
dIkonsultasIkan dengan ahlI bahasa. Sedangkan penulIs hanya melakukan proses translasI
sendIrI oleh penulIs. Akan tetapI untuk mengurangI kemungkInan adanya ketIdak cocokan
penggunaan Instrumen tersebut, penulIs mencoba mengantIsIpasI hal tersebut dengan
melakukan ujI Instrumen dan mengkonsultasIkan Instrumen tersebut kepada pembImbIng.
akan menjawab tIdak berdasarakan apa yang terjadI sesungguInstru
8A8 7
KES|PULAN 0AN SAFAN

5.1 KesImpulan
8erdasarkan hasIl penelItIan yang dIlakukan pada tanggal 14 - 16 Agustus 2006 mengenaI
Hubungan antara TIngkat Stress 0ukungan Keluarga, 0ukungan Teman dan klan dengan
PerIlaku Femaja terhadap Fokok dI SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 8andung, dapat
dItarIk kesImpulan;
1. Hanya sebagIan kecIl remaja SLTP KP 10 8andung yang terIdentIfIkasI sebagaI perokok.
2. SebagIan besar remaja SLTP KP 10 8andung berada pada kategorI stres tIngkat berat.
J. SebagIan besar remaja SLTP KP 10 8andung mendapatkan dukungan darI keluarga untuk
merokok.
4. HampIr setengahnya remaja SLTP KP 10 8andung mendapatkan dukungan darI teman
untuk merokok.
5. Hanya sebagIan kecIl darI remaja SLTP KP 10 8andung yang mendapatkan dukungan
Iklan untuk merokok
6. TIdak terdapat Hubungan antara 0ukungan Keluarga dengan PerIlaku Femaja terhadap
Fokok dI SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 8andung. Akan tetapI sebagIan besar keluarga
mendukung remaja untuk merokok.
7.
7JTerdapat Hubungan yang sIgnIfIkan (posItIf) antara Stress dengan PerIlaku Femaja
terhadap Fokok dI SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 8andung, dengan keeratan hubungan
tIdak erat tetapI pastI.
8. Terdapat Hubungan yang sIgnIfIkan (posItIf) antara 0ukungan Teman dengan PerIlaku
Femaja terhadap Fokok dI SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 8andung, dengan keeratan
hubungan atau cukup berartI,
9. Terdapat Hubungan yang sIgnIfIkan (posItIf) antara 0ukungan klan dengan PerIlaku
Femaja terhadap Fokok dI SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 8andung, dengan keeratan
hubungan atau cukup berartI.

5.2 Saran
8erdasarkan hasIl penelItIan, agen sosIalIsasI perIlaku merokok dalam penelItIan InI
adalah lIngkungan teman sebaya dan Iklan. SelaIn Itu perIlaku merokok berkaItan juga
dengan aspek emosIonal yaknI stress. Untuk Itu saran darI penelItIan InI :
5.2.1 Untuk nstansI PendIdIkan (SLTP KP 10 8andung)
Sekolah sebagaI tempat remaja menghabIskan sebagIan besar waktunya menjadI tempat
yang baIk untuk proses transfer perIlaku darI masIngmasIng anggota masyarakat
dIdalamnya termasuk remaja sebagaI bagIan darI masyarakat sekolah. Untuk
mengantIsIpasI transfer perIlaku negatIf termasuk perIlaku merokok, salah satunya
dIperlukan kegIatan posItIf yang bersIfat kelompok yang dapat mengalIhkan remaja darI
perIlaku merokok, mIsalnya dengan mengadakan kegIatan ekstrakulIkuler olahraga. SelaIn
Itu dIperlukan peran darI dewan guru, terutama bagIan bImbIngan konselIng untuk
memberIkan bImbIngan agar remaja bIsa lebIh dIsIplIn dalam bergaul dan memIlIh teman.
Adapun dIlIhat darI segI emosIonal, remaja merokok berkaItan dengan stres, untuk Itu
dIperlukan adanya pembInaan suatu hubungan yang baIk antara guru dan remaja, dengan
harapan remaja bIsa lebIh terbuka akan masalah yang dIhadapInya dan guru bIsa
membantu remaja dalam mencarI penyelesaIan darI masalah yang menImbulkan stres
pada remaja. .
5.2.2 Untuk Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan mempunyaI kewajIban untuk memberIkan InformasI maupun pelayanan
kesehatan yang komprehensIf baIk bIopsIkososIal dan spIrItual. 8erdasarkan hasIl
penelItIan, dIdapatkan suatu kondIsI dImana terdapat kecenderungan remaja mengalamI
stres, yang pada akhIrnya dapat berujung pada upaya kompensatorIs remaja menanangI
stres tersebut dengan merokok. SehIngga, Itu dIperlukan upaya preventIf maupun kuratIf
yang lebIh menekankan pada pendekatan emosIonal / afeksIonal, dengan memberIkan
penyuluhan maupun pelatIhan mengenaI manajemen stres pada remaja, selaIn
pendekatan kognItIf berupa pemberIan InformasI akan bahaya atau dampak negatIf darI
merokok.
5.2.J Untuk PenelItI dan PenelItIan Selanjutnya
0alam penelItIan InI tIdak dIdapatkan faktor mana yang palIng domInan yang berhubungan
dengan perIlaku remaja, untuk Itu dIperlukan penelItIan lanjutan yang mengkajI hal
tersebut. SelaIn Itu, dItemukan bahwa tIngkat stres pada remaja dI SLTP KP 10 sebagIan
besar berada pada tIngkat stres yang berat, untuk Itu dIperlukan penelItIan lanjutan
mengenaI faktor apa yang menyebabkan tInggInya tIngkat stres pada remaja tersebut.

You might also like