You are on page 1of 54

PRAKTIKUM 1 Ekstraksi Protozoa dari Tanah (Metode Migrasi pada Agar) Kamis, 1 & 8 Maret 2007

I. TUJUAN Untuk menentukan jumlah dan jenis protozoa yang terdapat

di dalam tanah dengan berbagai metode sederhana yaitu metode petridish dan metode migrasi pada agar.

II. TEORI Protozoa merupakan mikroorganisme uniseluler yang kegiatan hidupnya dilakukan protoplasma sel tersebut, di dalam sel terdapat nukleus, beberapa individu mempunyai makronukleus dan mikronukleus, nukleolus, mitokondria dan vakuola. Pengertian lainnya adalah mikroorganisme tanah yang seringkali digolongkan ke dalam mikrofauna tanah. Protozoa ini teristimewa beradaptasi pada suatu bentuk kehidupan alami di bumi. Kemampuannya mereduksi jumlah-jumlah dan mengendalikan kegiatankegiatan golongan-golongan mikroorganisme lainnya di dalam tanah adalah amat terbatas. Beberapa protozoa hanya memangsa atas tipe-tipe bakteria tertentu, yang lainnya mengkonsumsi sesama protozoa, sedangkan yang lainnya lagi mengambil bagian kegiatan penting dalam pembusukan residu binatang dan tanaman. Sejumlah besar spesies protozoa yang berbeda, meliputi flagellata, cilciata dan amoeba telah diisolasi dari tanah dan sedimen di berbagai tempat di dunia. Seringkali protista ini disebarkan oleh aliran air dan oleh angin dalam bentuk kista. Diduga terdapat 2 kista per meter kubik air. Spesies protozoa fotosintetik berperan sebagai produsen primer sedangkan spesies yang nonfotosintetik mencerna mikroba mikroskopis (prev) atau serpihan bahan organik. Spesies nonfotosintetik merupakan protista yang berperan penting dalam mineralisasi bahan organik dengan cara melepaskan nutrisi dan juga berperan dalam

mendorong pertumbuhan mikroorganisme dan tanaman melalui metabolit yang dilepaskan. Stadium vegetative atau stadium trofik protozoa yang hidup bebas terdapat dalam semua lingkungan akuatik, pasir, tanah dan bahan organik yang membusuk. Kebanyakan protozoa mempunyai temperature optimum untuk tumbuh antara 16 sampai 250 C, dengan maksimumnya 36 sampai 400 C. Beberapa protozoa dapat mengimbangi kisaran pH yang luas, misalnya dari 3,0 sampai 9,0. Akan tetapi, bagi sebagian besar protozoa, pH optimum bagi kegiatan metabolisme yang maksimum berkisar antara 6,0 sampai 8,0. Metode-metode yang sederhana dapat dipakai untuk menduga biodiversitas protozoa di dalam tanah. Untuk menentukan jumlah dan jenis protozoa di dalam tanah lembab dapat dengan menggunakan metode sederhana yaitu metode petridish dan metode migrasi agar. Jika memungkinkan, beberapa metode dilakukan secara bersamaan. Protozoa harus diperiksa segera setelah mengambil sampel dan tidak dibuat dalam sampel yang diawetkan. Protozoa adalah mikroorganisme tanah yang seringkali digolongkan kedalam mikrofauna tanah. Protozoa dari kelas flagellata, ciliata dan amoeba telah diisolasi dari tanah dan sedimen di berbagai tempat di dunia. Protista ini disebarkan oleh aliran air dan angin dalam bentuk kista. Diduga terdapat dua kista per meter kubik air. Spesies protozoa fotosintetik berperan sebagai produsen primer sedangkan spesies yang nonfotosintetik mencerna mikroba mikroskopis (prey) atau serpihan bahan organik. Spesies nonfotosintetik merupakan protista yang berperan penting dalam mineralisasi bahan organik dengan cara melepaskan nutrisi dan juga berperan dalam mendorong pertumbuhan mikroorganisme dan tanaman melalui metabolit yang dilepaskan. Metode yang sederhana dapat dipakai untuk menduga biodiversitas protozoa di dalam tanah. Protozoa harus diperiksa segera setelah pengambilan sampel dan tidak dibuat dalam sampel yang diawetkan. Beberapa protozoa tanah berukuran kecil, khususnya amoeba dan flagellata, dapat diisolasi pada permukaan agar. Protozoa ini mengkonsumsi bakteri, berkembang biak dan bermigrasi pada selapis air (film) di atas

permukaan agar. Untuk organisme tanah, sebaiknya digunakan goresan bakteri tanah (misalnya E. coli) di atas media agar tanpa nutrisi (water agar, agar air). III. ALAT DAN BAHAN Tanah Bakteri tanah E. Coli. Media agar air (1000 ml akuades, 15 g agar). Petridish Selotip

IV.

CARA KERJA

Metode Migrasi pada Agar

1. Membuat plat agar atau water agar (WA). 2. Membuat tiga goresan E. Coli di atas plav agar. 3. Inkubasi sampai bakteri tumbuh dengan baik (24 jam). 4. Setelah 24 jam maka Membuat suspensi tanah dengan pengenceran 10-1 5. Meneteskan suspensi bakteri di antara goresan E. Coli. 6. Petridish direkat dengan selotip untuk mencegah hilangnya kelembaban. 7. Inkubasikan selama 1 minggu. 8. Protozoa dapat dicuci dari permukaan agar dengan air steril dan diperiksa di bawah mikroskop.

III. HASIL PENGAMATAN

Gambar bakteri dalam petridish

Percobaan ini dilakukan dengan ulangan dua kali. Untuk percobaan pertama digunakan media agar nutrisi untuk menumbuhkan E.coli, dan yang kedua juga menggunakan NA. Perlakuan pertama tidak dapat menumbuhkan E.coli sehingga protozoa juga tidak tumbuh, dan tidak ada hasil yang didapatkan. Pada perlakuan kedua E.coli dapat tumbuh dengan baik akan tetapi setelah dilakukan pengamatan di mikroskop juga tidak ada hasil yang didapatkan (tidak ada protozoa yang tumbuh), sehingga saya tidak mendapatkan gambar protozoa, jenis serta jumlahnya.

IV. PEMBAHASAN Dari hasil pengamatan bakteri E.Coli dapat tumbuh dengan baik pada media agar nutrisi. Setelah ditetesi suspensi tanah lalu diinkubasi selama 1 minggu seharusnya protozoa dari suspensi tanah dapat tumbuh di media dengan E.Coli tadi tapi pada percobaan kami setelah dilihat di mikroskop kami tidak melihat adanya protozoa, hal ini mungkin karena protozoa tidak dapat tumbuh pada media tersebut atau mungkin karena kami tidak mendapatkan koloni protozoa pada saat pengambilan preparat. Jika protozoa dapat dilihat di mikroskop maka pada protozoa tersebut terdapat flagel yang berguna untuk mempertahankan hidupnya. Bentuk maupun jenis protozoa dapat diidentifikasikan setelah diamati dibawah mikroskop. Ada banyak protozoa yang terdapat didalam tanah. Protozoa bisa dikatakan sebagai musuh bakteri karena protozoa mengkonsumsi bakteri.

Pada percobaan ekstraksi protozoa dari tanah dengan metode migrasi pada agar kita membuat goresan bakteri yaitu E coli pada Nutrisi Agar. Selain itu kita pula meneteskan suspensi tanah pada sisi lain plat agar. Pada cara penggoresan untuk mencegah kontaminasi perlu di lakukan berbagai tindakan. Pertama, jika mengambil agar yang telah cair dari penangas air, hapus bagian luar tabung dengan lap kain. Jika hal ini tidak di lakukan maka air akan jatuh ke dalam cawan dan membawa kontaminan. Selanjutnya, jika membuka tutup kapas untuk menuangkan agar, lewatkan mulut tabung reaksi di atas api untuk membunuh mikroba yang ada di permukaanya. Tujuan utama dari penggoresan cawan adalah untuk menghasilkan kolonikoloni bakteri yang terpisah dengan baik dari suspensi sel pekat. Selama inokulasi kumpulan- kumpulan sel pada permulaan penggoresan akan membentuk koloni yang berjalan bersamaan, tetapi setelah goresan berlangsung lebih jauh maka sel- sel yang tertinggal dalam tetesan- tetesan yang terbawa oleh jarum makin sedikit. Jika sel- sel yang makin sedikit itu tumbuh pada permukaan media maka akan di hasilkan koloni- koloni yang terpisah dengan baik.

V. KESIMPULAN 1. Protozoa ini mengonsumsi bakteri, berkembang biak dan bermigrasi pada selapis air (film) di atas permukaan agar. Film ini akan terbentuk tempat yang jauh dari tempat inokulasi awal. 2. Protozoa memiliki berbagai macam spesies yang berbeda, diantaranya; flagellata, cilciata dan amoeba. 3. Beberapa protozoa tanah berukuran kecil, khususnya amoeba dan flagelata, dan dapat diisolasi pada permukaan agar. 4. Untuk organisme tanah, sebaiknya digunakan goresan tanah di atas media selain nutrient agar.

PRAKTIKUM 2 Perhitungan Bakteri dan Aktinomiset Tanah Dengan Metode Plat Pengenceran (Dilution Plate Methode,Total Plate Count) Kamis, 1 Maret 2007
I. TUJUAN Untuk membandingkan jumlah (populasi) bakteri dan

aktomiset dari tanah rizosfer dan non rizosfer. II. TEORI Bakteri yang hidup dalam tanah memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, sehubungan dengan kemampuanya dalam mengikat N2 dari udara dan mengubah ammonium menjadi nitrat. Termasuk ke dalam golongan ini yang berbentuk batang (bacil) yang mampu membentuk spora dan yang tidak membentuk spora. Spora pada bakteri bukan untuk alat berkembang biak melainkan alat untuk mempertahankan diri dari lingkungan yang tidak menyenangkan. Aktinomycetes, yaitu kelompok bakteri yang tumbuh menyerupai fungi dengan membentuk hifa. Dan mempunyai ciri-ciri antara bakteri dan fungi. Aktinomiset mampu merombak berbagai substrat yang miskin N atau yang relative sulit didekomposisi. Karakteristik dari keberadaan organisme ini adalah memberikan bau tanah yang khas dan meningkatkan kualitas tanah dan dapat menghasilkan antibiotik. Tanah dihuni oleh bernacam-macam mikroorganisme. Jumlah tiap gram mikroorganisme sangat bervariasi, ada yang hanya terdiri atas beberapa individu, akan tetapi ada pula yang jumlahnya mencapai jutaan per gram tanah. Penentuan jumlah dan aktivitas mikroorganisme dalam tanah mempunyai arti yang sangat penting. Jumlah total mikroorganisme yang terdapat dalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah (fertility index) tanpa mempertimbangkan hal-hal lain. Semakin subur tanah mikroorganisme yang

terkandung didalamnya akan semakin banyak. Karena di dalam tanah mikroorganisme merombak semua bahan organik yang terdapat dalam tanah sehingga tanah menjadi subur. Mikroorganisme tersebar luas di alam, tanpa ada batas dimana harus bertempat tinggal. Mikroorganisme terdapat diudara, di tanah, pada tubuh manusia, pada makanan, bahkan ditempat-tempat kotor sekalipun. Salah satu cara untuk menghitungnya yaitu dengan menggunakan metode Plat Pengenceran (Dilution Plate Methode). Metode penghitungan tidak langsung yang banyak digunakan untuk menentukan populasi mikroba di dalam tanah diawali dengan pengenceran suspensi tanah, lalu menumbuhkan mikroba yang terdapat dalam sejumlah volume suspensi di dalam media plat agar. Jumlah koloni yang tumbuh menggambarkan jumlah mikroorganisme yang terdapat di dalam suspensi sehingga satuan dalam penghitungan ini adalah CFU (Colony Forming Unit). Dengan metode ini diasumsikan bahwa satu koloni berasal dari satu sel mikroba. Jumlah mikroba dalam satu gram mikroba tanah contoh (CFU/gr). Dihitung dengan membagi jumlah koloni yang tumbuh dengan faktor pengenceran. Metode ini hanya menghitung bakteri hidup, dan tidak selamanya satu koloni berasal dari satu sel bakteri. Selain itu, tidak semua mikroorganisme dapat tumbuh pada media yang dipakai.

III. ALAT DAN BAHAN Tanah rizosfer Aquadest steril. Pipet steril ukuran 1,0 dan 10 ml, tabung reaksi steril 18 ml, Media agar nutrisi (3 g beef ekstract, 5 g pepton, 15 g agar, Media agar kaseinat (0,2 g sodium kaseinat, 0.5 g K2HPO4, 0,2

Petridish steril 1000 ml aquadest) g MgSO4.7H2O, 0.01 g FeCl3, 15 g agar, 1000 ml aquadest).

IV. CARA KERJA 1. Menggunakan tanah rhizosfer dengan cara mengambil tanah yang menempel di perakaran dengan bantuan kuas. Tanah non rizosfer diambil dari tanah di luar perakaran. 2. Suspensikan 1 gram tanah ke dalam 9 ml aquadest sehingga didapat suspensi tanah dengan pengenceran 10-1. Kocok selama 5 menit dan biarkan 15 detik. 3. Dengan pipet steril , ambil 1 ml suspensi tanah 10-1 dan pindahkan ke tabung berisi 9 ml aquadest steril (10-2) kocok sampai merata 4. Dengan cara yang sama dengan poin 2, lanjutkan sampai pengenceran 10-7 5. Dari pengenceran 10-6 dan 10-7 ambil masing-masing 1/2 ml suspensi masukkan ke dalam petridish steril. Tuangkan 15 ml nutrient agar untuk penghitungan bakteri. Goyangkan petridish supaya suspensi dan media tercampur homogen. 6. Inkubasikan 24 jam di dalam inkubator pada suhu 30OC 7. Lakukan langkah 4 dan 6 untuk aktinomiset dengan menggunakan media agar kaseinat pada pengenceran 10-4 , 10-5 8. Tentukan jenis bakteri/aktinomiset yang tumbuh berdasarkan karakteristik koloni. 9. Hitung koloni bakteri/aktinomiset yang ada di permukaan atau sedikit di bawah permukaan media. Jumlah koloni yang memenuhi syarat adalah 30300 CFU/plat agar. 10. Jumlah bakteri/aktinomiset per gram tanah = rata-rata koloni pengenceran V. HASIL PENGAMATAN Jenis tanah pengenceran Bakteri berdasarkan Karakteristik koloni 10 Populasi Bakteri (CPU/gr)
-6

10-7

Rhizosfer (vegetasi liar)

Bulat,berwarna putih susu

0 8 x 107

Populasi total bakteri

Jenis tanah

Aktinomiset berdasarkan Karakteristik koloni

Populasi Aktinomiset (CPU/gr) 10-4 9 10-5 2 11 x 104

pengenceran Rhizosfer (vegetasi liar)

Bulat berwarna putih

Populasi total aktinomiset Jadi, jumlah bakteri/aktinomiset per gram tanah adalah : 1. Bakteri 10-6 = 0 : 10-6 = 0 CFU/g. 10-7 = 8 : 10-7 = 8 x 107 CFU/g. 2. Aktinomiset 10-4 = 9 x 10-4 = 9 x 104 CFU/g. 10-5 = 2 x 10-5 = 2 x 105 CFU/g.

VI. PEMBAHASAN Mikroorganisme tersebar luas di alam, tanpa ada batas dimana harus bertempat tinggal. Mikroorganisme terdapat diudara, di tanah, pada tubuh manusia, pada makanan dan tempat-tempat yang mengandung sumber makanan bagi organisme itu. Perhitungan diatas dengan asumsi bahwa satu koloni berasal dari satu sel mikroorganisme. Sehingga pemahaman lebih lanjut pada penelitian berikutnya tidak menyimpang dari asumsi sebelumnya. Koloni dibandingkan bakteri pada suspensi pengenceran tinggi. kecil lebih banyak yang suspensi pengenceran Faktor lingkungan

mempengaruhi pertumbuhan bakteri yang optimal diantaranya adalah suhu, udara, pH, kelembaban.

Pada koloni bakteri yang disuspensikan ada jamur yang tumbuh pada media yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri, hal ini dapat disebabkan karena anti jamur pada media tidak bekerja dengan baik. Metode perhitungan bakteri dengan menggunakan cara NPM dapat menentukan Jumlah koloni bakteri, dan seharusnya didapat pada suspensi pengenceran rendah (10-6) pada tanah rhizosfer (bakteri) jumlah bakteri lebih banyak daripada suspensi pengenceran tinggi (10-7). Tapi pada praktikum yang kami lakukan didapat hasil bahwa jumlah bakteri pada pengenceran 10-7 sama dengan 8 sedangkan pada pengenceran 10-6 tidak ada bakteri yang tumbuh. Hal ini terjadi mungkin karena pada saat memasukkan media agar pada petridish, agarnya masih dalam keadaan panas sehingga bakteri yang ada pada suspensi yang dimasukkan ke dalam petridish mati. Begitu juga pada tanah Rhizosfer (aktinomiset), semakin rendah pengenceran (10-5) semakin sedikit populasi aktinomiset yang diperoleh. Kelemahan dari metode ini antara lain hanya bakteri hidup saja yang bisa dihitung.

VII. KESIMPULAN 1. Jumlah koloni bakteri pada suspensi pengenceran rendah (10-6) lebih banyak daripada suspensi pengenceran tinggi (10-7). 2. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah faktor lingkungan diantaranya; suhu, udara, pH, kelembaban dan lain-lain. 3. Bakteri maupun aktinomiset lebih banyak populasinya pada pengenceran rendah, karena bakteri maupun aktinomiset umumnya lebih menyukai atau lebih banyak terdapat pada suspensi dengan pengenceran rendah. Karena semakin rendah pengenceran semakin sedikit kepekatan tanah yang diperoleh, artinya suspensi semakin encer. 4. Metode ini mempunyai beberapa kelemahan antara lain hanya bakteri hidup saja yang bisa dihitung dan tidak semua mikroorganisme dapat tumbuh pada media yang dipakai, atau dengan perkataan lain tidak satu mediapun yang dapat menumbuhkan semua mikroorganisme.

10

PRAKTIKUM 3 Perhitungan Populasi Jamur Tanah Dengan Metode Plat Pengenceran (Dilution Plate Methode, Total Plate Count) Kamis, 1 Maret 2007
I. TUJUAN Untuk membandingkan populasi jamur di tanah dengan

berbagai tingkat kandungan bahan organik. II. TEORI Fungi (jamur adalah sel mikroskopis yang tumbuh memanjang seperti benang yang dikenal dengan hypa. Diameter hypa hanya beberapa m, tetapi dapat tumbuh memanjang hingga mencapai beberapa meter. Beberapa fungi hanya bersel satu seperti ragi. Hypa yang tumbuh membentuk masa disebut mycelium atau tebal menyerupai kawat dan disebut sebagai rhizomorphs yang tampak seperti akar. Fungi terdiri dari kapang dan khamir. Fungi atau cendawan adalah organisme heterotrofik, mereka memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut mereka di sebut saprofit. Saprofit menghancurkan sisa- sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks, menguraikanya menjadi zat- zat kimia yang lebih sederhana yang kemudian di kembalikan ke dalam tanah dan selanjutnya meningkatkan kesuburanya. Sebaliknya mereka juga dapat merugikan kita bilamana mereka membusukkan kayu, tekstil, makanan dan bahan- bahan lain. Fungi atau kapang adalah mempunyai dinding sel yang kaku dan berbentuk uniseluler atau multiseluler sebagian mempunyai ukuran yang mikroskopis sedangkan yang lainnya mempunyai ukuran yang cukup besar seperti jamur merang. Tidak seperti algae, fungi tidak mengandung klorofil sehingga tidak berfotosintesis.

11

Fungi tidak menelan makanannya tetapi harus berupa nurient yang larut agar dapat diabsorpsi. Fungi yang multiseluler menghasilkan filamen yaitu struktur mikroskopis seperti benang yang disebut hifa. Kumpulan hifa disebut miselium. Fungi uniseluler yang terkenal adalah ragi (yeast), dengan berbagai bentuk seperti bulat hingga oval, elips hingga ke bentuk filament. Fungi sudah tidak asing lagi bila kita lihat misalnya warna biru dan hijau pada buah jeruk dan keju warna putih seperti bulu pada roti, jamur di lapangan dan hutan. Fungi memperbanyak diri dengan cara aseksual dan seksual. Perbanyakan diri dengan cara aseksual dilakukan dengan membentuk spora, berkuntum atau fragmen. Spora-spora tersebut terlepas melalui konstriksi. Berdasarkan kedudukanya spora yang terbentuk di ujung hifa disebut konidiospora, sedangkan yang terbentuk di sporangium disebut sporangiospora. Perbanyakan diri aseksual pada fungi berkuntum tidak dilakukan dengan membentuk spora, tetapi dengan membentuk tunas. Perbanyakan diri aseksual dapat juga dilakukan. Berdasarkan sumber perolehan energinya, jamur tanah dikelompokkan menjadi 3 group fungsional: 1. Pengurai 2. Mutualist 3. Patogen Faktor lingkungan seperti pH tanah, pupuk anorganik, kandungan bahan organic, dan kelembaban tanah merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan fungi. Fungi terdapat pada semua jenis tanah yang bereaksi masam. Meski demikian, ada juga fungi yang berada pada tanah netral atau tanah alkalis. Pemberian pupuk anorganik dapat merubah populasi fungi di dalam tanah, contoh : pemupukan dengan garam ammonium. Dalam hal ini ammonium teroksidasi membentuk nitrat dan ion nitrogen yang mengakibatkan penurunana pH tanah. Pengertian bahan organic tanah tidak sama dengan pengertian bahan organic di dalam tanah. Bahan organic di dalam tanah tidak seluruhnya tercakup sebagai bahan organic tanah (BOT). Bahan organik yang berasal dari

12

sisa tumbuhan dan sisa hewan yang belum terurai atau pengurainya belum sempurna disebut sebagai serasah atau bahan organik. Bahan organic yang terdapat di dalam tanah terutama berasal dari sisa-sisa jaringan tanaman yang umumnya mengandung karbohidrat dari bentuk monosakarida hingga polisakarida, lignin, dan senyawa-senyawa yang mengandung N (proten, asam amino, purin dan pirimidin), lemak dan sejenisnya serta beberapa mineral. Penambahan bahan organic ke dalam tanah akan meningkatkan jumlah dan aktifitas bakteri tanah. Penambahan bahan organik tersebut tidak saja akan menambah sumber karbon dan energi bagi bakteri, tetapi juga akan memperbaiki lingkungan fisik tanah yang lebih nyaman bagi kehidupan bakteri. Tanah, terutama yang banyak mengandung bahan organik adalah habitat yang baik untuk jamur. Di tanah dengan aerasi baik dan yang diolah, populasi jamur akan melebihi populasi mikroba lain. Jamur bukan penghuni tanah utama, tetapi biomassa jamur mendominasi biomassa mikroba tanah lain karena ukuran jamur lebih besar daripada mikroba lain dan memiliki jaringan miselium. Perhitungan mikroba tidak langsung dengan metode plat pengenceran digunakan untuk menghitung populasi jamur tanah, namun metode ini kurang memuaskan karena tidak mampu membedakan koloni yang berasal dari spora dan hifa. Koloni yang berasal dari spora atau bentuk istirahat (dorman) lainnya mewakili jamur yang tidak aktif, sedangkan koloni yang berasal dari miselium berada dalam keadaan aktif bermetabolisme pada saat pengambilan contoh tanah. III. ALAT DAN BAHAN 50oC. Contoh tanah rhizosfer. Pipet steril 1.0 ml dan 10ml, tabung reaksi steril 8 ml, Medium Potato Dextose Agar (PDA). Larutan Streptomisin (300 mg streptomisin di dalam 100 ml

petridish steril, gelas objek dan gelas penutup

air). Satu ml streptomisin ditambahkan pada 100 ml media pada suhu 45-

13

IV. CARA KERJA 1. satu gram tanah dicampur dengan 9 ml akuades sehingga

didapatkan suspensi tanah dengan pengenceran 10-1 dan kocok selama 5 menit. Tambahkan 1 ml suspensi 10-1 ke dalam 9 ml akuades (10-2). Lakukan pengenceran sampai 10-7. 2. 3. 4. Pindahkan masing-masing 1/2 ml dari pengenceran 10-3 & Tuangkan media PDA yang telah diberi antibiotik. Inkubasikan selama 3-7 hari, amati morfologi koloni yang 10-4 ke dalam petridish steril yang berbeda. Campurkan media dengan suspensi tanah dengan menggoyangkan petridish. meliputi warna, bentuk dan ukuran koloni. Tentukan jumlah koloni dari setiap bentuk koloni yang berbeda dan hitung populasi total. 5. 6. Ambil koloni jamur pindahkan ke gelas obyek dan amati Pindahkan koloni ke plat agar atau agar miring PDA morfologi miselium jamur yang ada. untuk mendapatkan biakan murni.

V. HASIL PENGAMATAN Kandungan Bahan Organik Rhizosfer Jenis Jamur berds.karakteristik koloni 1. Tipis, putih susu, bulat. Populasi total jamur Populasi Jamur (CPU/gr) 10-3 10-4 39 38 77 x 103

Jadi, jumlah jamur per gram tanah adalah : - pengenceran 10-3 39 : 10-3 = 39 x 103 - pengenceran 10-4 38 : 10-4 = 38 x 104

VI. PEMBAHASAN Pada percobaan penghitungan populasi jamur tanah dengan metode plat pengenceran. Untuk mengisolasi jamur tanah pengenceran yang digunakan adalah

14

pengenceran 10-4 dan 10-5. Pengenceran ini dimaksudkan untuk agar partikelpartikel tanah tidak ikut. Pada penentuan populasi jamur tanah media agar yang digunakan adalah PDA yang telah diberi antibiotik. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan suatu jenis mikroba dengan mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat, karena dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya. Media yang digunakan dalam isolasi ini harus sesuai dengan mikroorganisme yang akan kita ketahui populasinya. Karena kalau tidak sesuai agarnya maka mikroorganisme tidak akan tumbuh. Jika sel-sel tersebut tertangkap oleh media padat pada beberapa tepat yang terpisah, maka setiap sel atau kumpulan sel yang hidup akan berkembang menjadi suatu koloni yang terpisah, sehingga memudahkan pemisahan selanjutnya. Bila digunakan media cair, sel-sel mikroba sulit dipisahkan secara individu karena terlalu kecil dan tidak tetap tinggal di tempatnya. Akan tetapi bila sel-sel tersebut di pisahkan dengan cara pengenceran, kemudian di tumbuhkan dalam media padat dan di biarkan membentuk koloni, maka sel-sel tersebut selanjutnya dapat diisolasi dalam tabung-tabung reaksi atau cawan petri yang terpisah. Jumlah jamur dapat mendominasi didalam tanah dibandingkan dengan mikroorganisme yang lain. Disebabkan jamur mempunyai ukuran yang relatif besar. Namun, pada media yang digunakan dalam praktikum jamur tidak dapat tumbuh dengan optimum. Hal ini dapat disebabkan karena antibiotik untuk mencegah adanya mikroorganisme lain tumbuh pada media tidak bekerja secara mksimal sehingga ada bakteri dan mikroorganisme lain yang tumbuh pada media PDA ini. Sehingga pertumbuhan jamur pun terhambat. Dari hasil penuangan suspensi tanah kedalam petridish didapat koloni jamur, dimana terdapat koloni yang berukuran kecil yang terpecah-pecah. Didalam koloni tersebut terdapat warna putih yang menunjukan jamur yang mempunyai hifa.

VII. KESIMPULAN

15

1. Metode plat agar sering digunakan untuk menghitung populasi jamur tanah walaupun metode ini kurang memuaskan. 2. Metode ini tidak mampu membedakan asal koloni apakah dari spora atau hifa. Namun dapat diketahui koloni yang berkembang pada media berasal dari spora atau bentuk istirahat (dorman) lainnya mewakili jamur yang berada pada keadaan tidak aktif, sedangkan koloni yang berasal dari miselium secara metabolik aktif pada saat pengambilan contoh tanah.

16

PRAKTIKUM 4 Memeriksa dan Menaksir Jumlah Algae Tanah Dengan Metode Most Probable Number (MPN)
Kamis, 8 Maret 2007 I. TUJUAN Untuk menduga ukuran populasi alga total dan alga

pemfiksasi nitrogen di dlam tanah dengan MPN.

II. TEORI Jumlah terbanyak algae dijumpai pada lapisan tanah yang dekat sekali dengan permukaan tanah yang lembab, dimana dapat terjadi fotosintesis. Jadi pada tanah-tanah sawah di daerah tropis dimana intensitas cahaya tinggi biasanya banyak dijumpai algae. Algae penting karena banyak memberikan senyawa hasil fotosintesis pada tanaman atau beberapa spesies memberikan senyawa Nitrogen hasil fiksasi dari udara. Metode yang paling banyak digunakan untuk menduga jumlah algae adalah metode pengenceran pada media cairan yang selektif sehingga hanya algae yang bersifat fotosintetik yang dapat tumbuh selama inkubasi di tempat yang mendapat cahaya. Penghitungan dilakukan dengan uji Most Probable Number. Ganggang (algae) banyak tersebar luas di alam. Beberapa algae terdapat pada permukaan tanah, tetapi sulit diketahui jumlah serta kegunaannya. Jumlah terbanyak dijumpai pada lapisan tanah yang dekat sekali dengan permukaan tanah yang lembab, dimana dapat terjadi fotosintesis. Jadi pada tanah-tanah sawah di daerah tropis dimana intensitas cahaya tinggi biasanya banyak dijumpai algae. Algae penting karena banyak memberikan senyawa hasil fotosintesis pada

17

tanaman atau beberapa spesies memberikan senyawa Nitrogen hasil fiksasi dari udara. Algae dalam tanah terdapat dalam bentuk uniseluler atau bentuk filamen dan beberapa spesies tertentu dapat berkembang dalam bentuk non fotosintetik pada tempat-tempat yang tidak kena cahaya. Berdasarkan tempat hidupnya algae yang hidup diperairan mempunyai zonatium yaitu setiap spesies algae hidup disuatu tempat dengan kondisi tertentu. Algae berkembang biak secara seksual atau aseksual. Secara aseksual ganggang membelah biner, melibatkan produksi spora-spora uniseluler diantaranya akinet, akinet adalah sel-sel vegetatif yang memiliki dinding yang menebal sehingga dapat bertahan dalam keadaan kering dan kondisi-kondisi lain yang tidak menguntungkan. Algae menghasilkan oksigen dalam proses fotosintesis. Ganggang dimanfaatkan manusia dalam banyak cara. Algae di manfaatkan sebagai makanan di negara- negara timur. Di negara- negara yang banyak mempunyai algae merah dan coklat organisme ini di gunakan sebagai pupuk. Banyak algae mensintesis vitamin A dan D. Metode yang paling banyak digunakan untuk menduga jumlah algae adalah metode pengenceran pada media cairan yang selektif sehingga hanya algae yang bersifat fotosintetik yang dapat tumbuh selama inkubasi di tempat yang mendapat cahaya. Penghitungan dilakukan dengan uji Most Probable Number. Metode MPN memungkinkan kita untuk menduga populasi mikrorganisme tanpa menghitung jumlah sel atau koloni. Metode MPN didasarkan pada penentuan ada atau tidaknya mikroorganisme di dalam tempat inkubasi yang diinokulasi dengan suatu seri pengenceran suspensi tanah atau bahan lain. Agar perkiraaan jumlah mikroorganisme dengan MPN berguna, adalah sangat penting bahwa satu sel harus mampu untuk memulai pertumbuhan di dalam medium yang digunakan. Juga bila beberapa grup organisme terdapat di dalam bahan yang sedang diteliti, lingkungan harus sedemikian rupa sehingga organisme lain tidak menghalangi pertumbuhan organisme yang sedang diteliti. III. ALAT DAN BAHAN

18

(medium a). IV. CARA KERJA

Contoh tanah sawah segar dari lapisan aerob (0-3 cm dari Aquadest steril. Pipet steril 1.0 ml dan 10 ml. Tabung reaksi 100 ml dengan rak tabungnya. Medium Bristol dengan N untuk menghitung algae total Medium Bristol bebas N untuk menghintung algae

permukaan tanah).

pemfiksasi nitrogen (medium b). Gelas obyek dan gelas penutup.

1. Timbang 1 g contoh tanah segar campurkan dengan 9 ml aquadest sehingga didapat suspensi tanah dengan pengenceran10-1 dan kocok selama 5 menit. Tambahkan 1 ml suspensi 10-1 ke dalam 9 ml aquadest (10-2) lakukan pengenceran sampai 10-6 2. Pindahkan dari pengenceran 10-1, 10-2 dan 10-3 masing-masing 1 ml ke dalam lima buah tabung reaksi berisi 10 ml medium Gerlof bebas N (medium b). Pindahkan dari pengenceran 10-4, 10-5 dan 10-6 masing-masing ke dalam 5 buah tabung reaksi berisi 10 ml medium Gerlof dengan N (medium a). 3. Susun ke 30 tabung di rak sesuai dengan pengencerannya dan inkubasikan 30 hari di dalam rumah kaca dengan posisi rak miring agar didapatkan pencahayaan matahari yang maksimal. 4. Amati pertumbuhan algae setiap minggu. Pertumbuhan algae ditandai dengan adanya warna hijau di dalam larutan ataupun di dasar dan permukaan larutan. 5. Catat jumlah yang menunjukkan pertumbuhan algae dari setiap deret pengenceran (10-1, 10-2 dan 10-3 untuk laga pemfiksasi N dan 10-4, 10-5 dan 10-6 untuk algae yang tidak memfiksasi N) 6. Penduga populasi algae ditentukan dengan metode MPN.

19

7. Ambil beberapa tetes larutan dari tabung yg menunjukkan pertumbuhan, pindahkan ke gelas obyek dan amati jumlah, morfologi, dan pigmentasi algae yang ada. Metode MPN 1. Hitung dan catat jumlah tabung pada setiap pengenceran yang menunjukkan terjadinya pertumbuhan algae. 2. Bandingkan dengan tabel propabilitas. Catat bahwa daftar kolom sebagai kode yang terdiri atas tiga buah angka. Angka tersebut menunjukkan jumlah nilai positif (tabung yang menunjukkan pertumbuhan algae) pada setiap pengenceran tiga kali berturut-turut. Misal terdapat 2 tabung positif pada pengenceran 10-1, 3 pada 10-2 dan 1 pada 10-3, maka kodenya adalah 2-3-1. 3. Kode berhubungan dengan nilai 0,14 pada tabel probabilitas. Nilai ini merupakan most probable number untuk mikroba pada pengenceran kedua (dalam contoh ini adalah 10-2) yang ditentukan menurut teori probabilitas tertentu. Berdasarkan tabel tersebut maka MPN untuk algae dalam 1 ml pengenceran 10-2 yang digunakan sebagai inokulum adalah 0,14 sehingga jumlah algae per gram tanah asal adalah 100 x 0,14 = 14.

V. HASIL PENGAMATAN Jumlah tabung positif pada setiap pengenceran 10-1 5 10-2 5 10-3 5 10-4 5 10-5 4 10-6 3

- MPN untuk Alga total : +N = kode 5-4-3 = 280 sehingga jumlah algae/gram tanah asal adalah 280:10-4 = 280 x 104 = 2,8 x 106 MPN/gr - MPN untuk Alga pemfiksasi N- (-N) : kode 5-5-5 = > 1600 sehingga jumlah algae/gram tanah asal adalah 1600:10-3 = 1600x103 = 1,6x106 MPN/gr

VI. PEMBAHASAN

20

Di daerah tropis beberapa alga terdapat di permukaan tanah lapang yang lembab maupun di tanah sawah dengan intensitas cahaya tinggi. Populasi alga tanah terbanyak terdapat di lapisan tanah yang sangat dekat dengan permukaan tanah lembab karena di tempat itu fotosintesis dapat berlangsung. Alga dianggap penting karena dapat berperan sebagai produsen makanan melalui fotosintesis dan beberapa spesies menghasilkan senyawa nitrogen hasil fiksasi N2 dari udara. Alga dalam tanah terdapat dalam bentuk uniseluler atau filamen dan beberapa spesies dapat berkembang biak dalam keadaan tanpa fotosintesis di tempat yang tidak kena cahaya. Pengenceran 10-1,10-2,10-3 memungkinkan jumlah algae yang terdapat dalam suspensi ini agak banyak sehingga memungkinkan untuk tumbuhnya spesies algae yang mampu memfiksasi N. Sehingga media yang digunakan juga bristol tanpa N Sedangkan pada pengenceran 10-4,10-5,10-6 jumlah algae semakin sedikit sehingga media yang digunakan media + N. Algae yang tumbuh berbentuk filamen yang berwarna hijau. Pada sebagian tabung percobaan ada yang tidak dapat terlihat adanya algae hal ini mungkin akibat kurangnya cahaya matahari, karena algae umumnya banyak dijumpai di tempat dengan intensitas cahaya yang tinggi. Pendugaan populasi algae bila ditentukan dengan metode MPN adalah sebagai berikut: untuk media tanpa N diperoleh kode 5-5-5 (berturut-turut hasil jumlah algae pada pengenceran). Pada populasi algae media dengan N diperoleh kode 5-4-3 Sehingga jumlah alga dengan metode MPN ini diperoleh untuk alga total adalah 2,8 x 106 sedangkan MPN untuk alga pemfiksasi N adalah lebih dari 1,6 x 106 sel/gr tanah.

VII. KESIMPULAN 1. 2. Pengenceran mempengaruhi jumlah algae yang tumbuh Algae yang tumbuh pada medium Bristol -N adalah algae

pada medium Bristol. yang mampu memfiksasi N dari udara.

21

3. 4.

Algae yang tumbuh pada medium Bristol +N adalah Algae akan tumbuh dalam jumlah yang banyak apabila

berbagai spesies algae (algae total ). intensitas cahaya yang tinggi.

PRAKTIKUM 5 Dekomposisi Bahan Organik oleh Cacing Tanah


Kamis, 8 Maret 2007

I.

TUJUAN Untuk mendapatkan kascing melalui dekomposisi cacing

tanah pada berbagai bahan organik dan menentukan populasi cacing dewasa dan kokon dari kompos.

II.

TEORI Bahan organik merupakan seluruh materi organik di dalam tanah

termasuk bahan humat, sedangkan humus umumnya digunakan untuk mewakili substansi humat. Materi organik meliputi jaringan tanaman dan binatang yang belum lapuk. Bahan organik tersusun oleh komponen-komponen seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selain itu juga, bahan organik tersusun pula atas bahan-bahan terlarut di dalam air seperti gula sederhana, asam amino dan asam alifatik serta sedikit bahan yang larut dalam alkohol yaitu lemak, lilin, resin dan pigmen (Alexander, 1977). Dalam proses dekomposisi, bahan yang sederhana dan larut air dapat dimanfaatkan oleh bakteri pendekomposisi, sedangkan penghancuran bahan yang sukar didegradasi dilakukan oleh cacing tanah. Bahan organik yang membusuk merupakan bahan pakan yang baik bagi cacing tanah. Bahan ini dapat berasal dari sisa tanaman maupun hewan.

22

Kotoran hewan merupakan sumber protein dan mineral bagi cacing tanah, sedangkan sisa tumbuhan merupakan sumber selulosa dan vitamin. Campuran kotoran hewan dan tanaman yang membusuk dengan perbandingan 30:70 dapat digunakan sebagai bahan pembuat kompos yang abik dan merupakan media yang cocok untuk cacing tanah. Kotoran hewan yang dibenamkan dalam media pertumbuhan cacing dapat meningkatkan pertumbuhannya sampai 111 % (Catalan, 1981). Dengan semakin pesat penambahan bobot cacing maka proses dekomposisi bahan organik semakin cepat. Di akhir dekomposisi akan terbentuk bekas cacing (kascing) yang merupakan pupuk organik berkualitas tinggi. Cacing dalam hubunganya dengan kesuburan tanah berfungsi sebagai: 1. Dapat mempercepat pelapukan sisa-sisa tanaman 2. Kotoran cacing dapat meningkatkan kadar NPK pada tanah yang dihuninya 3. Lorong-lorong yang dibuatnya dalam tanah memungkinkan masuknya udara sehat ke dalam tanah dan terdesaknya kelebihan zat CO2 ke luar dari dalam tanah 4. sampai 5. organik : a. Suhu : optimumnya 30-400C b. Oksigen yang dapat mengatur desimilasi bahan organik, terutama pada kelompok mikroorganisme aerob dan menstimulasi mineralisasi karbon c. Kelembaban optimumnya 60-80% d. pH e. C/N rasio Meningkatnya daya serap, daya lolos air permukaan subsoil, yang berarti pula membantu mencegah ke tanah bagian bawah yaitu dengan terbentunya rongga dari top soil berlangsungnya erosi tanah Membantu terbentuknya humus dalam tanah. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap dekomposisi bahan

23

III.

ALAT DAN BAHAN Cacing tanah. Pupuk kandang (40 % dari 5 liter). Dedak (20 %) Potongan jerami padi (20 %). Sampah dapur (kangkung) yang telah dicincang (20 %) Air (10 %) Baki plastik atau bambu yang telah dialasi.plastik.

IV. CARA KERJA 1. Campurkan pupuk kandang, sampah dapur dan jerami dengan perbandingan 1:1:1, 1:2:1, dan 1:2:2. Atur kelembabannya dengan menambahkan air sampai air tidak menetes apabila bahan tersebut diperas dengan tangan. 2. 3. Masukan 5 kg bahan tersebut pada wadah dan inkubasikan selama 1-2 minggu. Pada suhu ruang. Tebarkan 10 ekor cacing tanah pada permukaan media. Bila media tersebut cocok untuk cacing tanah maka cacing akan segera masuk kedalam media. 4. 5. 6. 7. Jaga kelembaban media dengan menyemprotkan air dan dibalik setiap minggu. setelah 60 hari bongkar media tersebut dengan metode piramid. Pisahkan media dari cacing dan kokonnya. Timbang berat media dan hitung jumlah cacing dan kokonnya. Amati sifat fisik bahan organik hasil dekomposisi (kascing). Bila akan diuji tingkat kematangan kascing, analisis perbandingan C/N kascing. V. HASIL PENGAMATAN

24

Parameter pengamatan Jumlah cacing tanah Jumlah kokon Populasi lain

Awal 23

Akhir 18 74 Serangga

VI. PEMBAHASAN Bahan organik yang membusuk merupakaan bahan pakan yang baik bagi cacing tanah. Bahan ini dapat berasal dari sisa tanaman maupun hewan. Kotoran hewan merupakan sumber protein dan mineral bagi cacing tanah, sedangkan sisa tanaman merupakan sumber selulosa dan vitamin. Lalu kotoran hewan yang berada dalam media tumbuh cacing akan meningkatkan pertumbuhannya mencapai lebih dari 100%. Tapi pada praktikum yang kami lakukan setelah 60 hari jumlah cacing berkurang menjadi 18 ekor. Hal ini mungkin disebabkan kelembaban pada medianya kurang sehingga cacing tidak dapat bertahan hidup pada media tersebut. Di akhir dekomposisi akan terbentuk bekas cacing (kascing) yang merupakan pupuk organik berkualitas tinggi dan bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. VII. KESIMPULAN

1. Kurangnya perawatan dan perhatian pada percobaan dapat berakibat fatal. 2. Untuk memelihara cacing tersebut diperlukan substrat dan air yang cukup agar cacing mampu bertahan hidup 3. Diperlukannya teknik pemeliharaan cacing yang baik 4. Hasil yang kami dapat jumlah cacing tanah adalah 18 ekor, jumlah kokon 74

25

PRAKTIKUM 6 Penelitian Kualitatif Mikroflora Tanah Dengan Metode Penguburan Gelas Obyek (Burried Slide or Contact Slide)
I. TUJUAN Untuk mengamati dan membandingkan kualitas mikroorganisme dan bahan organik di tanah dengan berbagai perlakuan bahan organik. II. TEORI Metode yang sangat menarik untuk meneliti kualitatif flora tanah digunakan oleh Choluduy (1930). Metode ini dikenal dengan teknik buried slide atau contact slide. Cara ini sangat sederhana yaitu dengan menginkubasikan gelas objek yang kontak dengan tanah. Selama inkubasi partikel tanah melekat pada permukaan gelas objek dan mikroorganisme berkembang pada permukaan gelas tersebut. Metode ini dapat digunakan di lapangan maupun di laboratorium. III. ALAT DAN BAHAN Tanah tanpa bahan organik Senyawa organik untuk memperkaya bahan organik tanah berupa pepton, pupuk kandang dan pupuk organik cair. Cat phenolic rose bengal (rose bengal 1 g dan CaCl2 0,3 g ditambahkan ke dalam 100 ml larutan fenol 5%), minyak imersi. Gelas objek Spatula/pisau untuk membuat irisan pada tanah Beacker glass

26

IV. CARA KERJA a. Timbang 50 g tanah dan tambahkan 1% senyawa organik dan aduk rata dengan perbandingan 1:1. b. Buat irisan dengan spatula/pisau di permukaan tanah, masukkan gelas objek bersih secara vertikal sampai sekitar 5-10 cm di bawah permukaan tanah. Tutup tanah dengan plastik untuk mencegah kekeringan. Inkubasikan selama satu minggu. c. Lakukan langkah 2 di atas pada tanah di lapangan. d. Keluarkan gelas objek dan bersihkan salah satu permukaannya. Permukaan tanah yang akan diteliti dibersihkan dari partikel tanah kasar dengan merendamnya dalam air, kemudian keringkan diudara. e. Tempatkan gelas objek di atas beacker glass berisi air mendidih. Tambahkan phenolic rose bengal di permukaan gelas obyek yang akan diteliti dan biarkan satu menit. Jaga agar gelas objek tidak mengering dengan menambahkan phenolic rose bengal jika diperlukan. f. Cuci gelas objek sampai bersih, keringkan dengan kertas saring dan tetesi dengan minyak imersi. Lihat preparat di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 kali pada lensa objektif. Mikroorganisme akan menyerap warna merah muda atau merah, partikel tanah akan tidak berwarna, dan bahan organik akan berwarna kuning atau merah pucat. g. Bandingkan gambaran tersebut untuk setiap tanah yang telah diberi perlakuan maupun tanah yang tidak diberi perlakuan. Amati jumlah sel meikroorganisme, komposisi dan perbedaannya secara kualitatif berdasarkan perlakuan. V. HASIL PENGAMATAN Perbandingan kualitas mikroorganisme dan bahan organik di tanah dengan berbagai perlakuan bahan organik. Perlakuan dan kualitas tanah Mikroorganisme Bahan organik

27

Tanah tanpa bahan organik (tanah biasa) Keterangan : +++ = banyak ++ = sedang

+++

++

VI. PEMBAHASAN Pada percobaan ini kami mendapatkan hasil mikroorganisme yang banyak, serta bahan organik yang sedang jumlahnya yang dapat terlihat di mikroskop, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang berpengaruh antara lain adalah tanah biasa yang kami gunakan lumayan subur, cara penguburan gelas objek yang benar, atau pada saat akan mengamati pada mikroskop gelas objek terjaga dengan baik dan sebagainya. Sehingga, mikroorganisme dapat dilihat di bawah mikroskop yang banyak jumlahnya. VII. KESIMPULAN 1. Mikroorganisme yang lebih banyak terdapat pada tanah yang mengandung bahan organik yang tinggi. 2. Mikroorganisme yang dapat terlihat di bawah mikroskop setelah dilakukan dengan pengecatan dengan menggunakan phenolic rose bengal terlihat dengan jelas berwarna merahmuda, dan bahan organik tanah yang berwarna kuning dan tanah yang tidak berwarna.

28

PRAKTIKUM 7 Ekstraksi Mesofauna dan Makrofauna Tanah dengan Metode Handsorting


I. TUJUAN Untuk mempelajari jenis dan populasi cacing dan makroarthropoda yang terdapat di dalam tanah pertanian dengan kesuburan berbeda. II. TEORI Dalam tanah terdapat fauna (binatang) tanah yang bersifat heterotrof yang berperan dalam jaringan makanan di dalam sistem tanah serta berperan dalam proses pembentukan tanah. Di seluruh ekosistem darat, Fauna tanah dikelompokkan berdasarkan ukuran panjang badannya, yaitu : Mikrofauna : 0,02-0,20 mm Mesofauna : 0,20-10,4 mm Makrofauna : 10,4-83,2 mm

Keberadaan meso dan makrofauna di tanah pertanian merupakan salah satu ciri tanah sehat karena fauna ini menjadi salah satu mata rantai penting dalam rantai makanan di dalam tanah. Fauna ini mendegradasi bahan organik, memakan akar dan sebagai pemangsa fauna yang berukuran lebih kecil. Makrofauna cacing tanah berperan sebagai akumulator logam berat.

29

Metode lama ini pada awalnya digunakan untuk memperkirakan populasi cacing dalam contoh terbatas adalah metode perhitungan dengan tangan (handsorting) (Anas, 1990; Schinner et al., 1995) namun hanya sekitar 52 % cacing yang dapat dikumpulkan dengan cara ini. III. ALAT DAN BAHAN Tanah pertanian subur dan tanah kurang subur, Kuadran dengan luas 0,06 m2 (0,3 x 0,3 m) larutan MgSO4 1%. dan air sedalam 20 cm (untuk spesies cacing ukuran sedang), saringan 0,5 dan 2 mm, baki plastik dan wadah pengumpul cacing

IV. CARA KERJA 1. 2. Bersihkan lahan dari tanaman. Ambil sampel tanah dengan menggunakan kuadran. Letakan kuadran di atas lahan yang telah dibersihkan, tekan sampai seluruh kuadran masuk ke dalam tanah. Angkat kuadran beserta tanah di dalamnya dengan cara menggali tanah di sekitar kuadran. 3. plastik. 4. 5. 6. dikumpulkan. IV. HASIL PENGAMATAN Lahan : Jenis tanah Tidak Subur vegetasi Lapangan Warna tanah Coklat kehitaman Keremahan Remah Hitung populasi cacing dengan handsorting. Tanah yang sama di cuci dengan air dengan menggunakan saringan 2 dan 0,5 mm. Cacing yang mengapung di permukaan larutan Pindahkan tanah di dalam kuadran ke dalam baki

Populasi meso dan makrofauna :

30

Jenis tanah Tidak Subur

Metode Handsorting Cacing = 2 Semut = 3 III. PEMBAHASAN

ekstraksi Pencucian Cacing = 1

Adanya cacing didalam tanah merupakan suatu indikator bahwa tanah tersebut sehat atau subur. Namun dalam praktikum ini, kami menggunakan tanah lapangan yang kurang subur, tetapi masih ada cacing yang hidup di sana walaupun jumlahnya hanya sedikit. Penghitungan jumlah pupolasi cacing dengan menggunakan metode penghitungan dengan tangan (Handsorting) kurang akurat karena penghitungan dilakukan secara manual dan kemungkinan luput dari mata kita cukup besar.

IV.

KESIMPULAN 1. Organisme tanah dapat dihitung dengan handsorting. 2. Organisme tanah diantaranya cacing, semut. 3. Cacing dapat dijadikan indikator suatu tanah yang sehat atau subur.

31

PRAKTIKUM 8 Isolasi Bakteri Pemfiksasi N Nonsimbiotik Azotobacter


I. TUJUAN Untuk mengisolasi Azotobacter dari tanh rizosfer dan mempelajari morfologi koloni dan sel bakteri. II. TEORI Organisme non simbiotik memfiksasi Nitrogen yang terpenting adalah anggota genus Azotobacter. Selnya relatif besar, berbentuk batang, kadangkadang terlihat seperti ragi. Organisme obligat aerob, biasanya tumbuh di atas permukaan berupa film tipis bila ditanam pada medium cair. Mereka mampu memfiksasi Nitrogen dari udara bila tersedia karbohidrat atau sumber energi lainnya. Sel ini tumbuh baik pada medium defisien Nitrogen. Organisme ini dengan mudah dapat dipelihara dengan menambahkan tanah fertil ke dalam medium yang mengandung manitol. Selapis pellicle akan berkembang pada permukaan medium. III. ALAT DAN BAHAN

32

Tanah dari rizosfer jagung, tomat atau cabe. Erlenmeyer 250 ml berisi 50 ml media cair Ashbys Mannitol Phosphate (0.2 g KH2PO4, 0.2 g MgSO4, 10 g mannitol, 0.2 g NaCl, 0.1 g K2SO4, 5g CaCO3, 1L akuadest) Media agar Ashbys Mannitol Phosphate Petridish steril, gelas objek.

IV. CARA KERJA 1. Tambahkan setengah gram tanah Riz kubis mearah (C) dari Lembang ke dalam media cair Ashbys Mannitol Phosphate 2. Inkubasikan pada 300C selama 4-7 hari sampai terbentuk pellicle pada permukaan media. Jangan mengganggu pellicle yang telah tumbuh. 3. Lakukan pewarnaan gram terhadap pellicle. Mikroba lain kadang-kadang tumbuh di pellicle. Sel Azotobacter ditandai dengan ukurannya yang relatif besar. 4. Isolasi Azotobacter dari pellicle dengan metode gores pada Media agar Ashbys Mannitol Phosphate 5. Inkubasikan pada suhu 30O C selama 1-3 hari 6. Amati pertumbuhan koloni. Koloni Azotobacter dicirikan dengan bentuknya yang bulat, besar (diameter 3-5 mm), cembung, putih susu, berlendir dan pinggiran rata. Amati pula pigmentasi yang mungkin terjadi pada inkubasi setelah lebih dari 1 minggu pada suhu 30O C. 7. Lakukan pengecatan gram terhadap koloni yang terbentuk. Amati morfologinya. V. HASIL PENGAMATAN 1. Pellicle a. Lama pembentukan (hari) : 7 hari 2. Koloni b. Warna (coklat-hitam) : coklat sampai hitam

33

a. permukaan : tidak rata c. warna : putih susu, pinggir coklat hitam 3. Karakteristik morfologi sel :

b. bentuk : bulat tidak rata d. pigmentasi : -

Bentuk : Bulat Gram : (-) negatif VI. PEMBAHASAN Bakteri Azotobacter merupakan bakteri yang bersifat heterotrof karena Azotobacter dapat tumbuh tanpa harus bersimbiosis dengan organisme lain. Pertumbuhan dari Azotobacter ini ditandai oleh adanya pellicle. Suhu yang disenangi bagi pertumbuhan dan perkembangannya berkisar antara 39O C sampai 40O C dan optimum antara 30O C sampai 35O C. Sangat sensitif pada suhu optimum dan pH 7 8. Dalam praktikum ini kami mendapatkan karakteristik selnya, yaitu bentuknya bulat atau coccus. Berwarna agak putih susu, berlendir, namun pinggirannya tidak begitu rata. Namun, dari ciri-ciri yang kami peroleh pada saat pengamatan di bawah mikroskop dapat di indikasikan bahwa di dalam media Ashbys Mannitol Phosphate yang kami gunakan terdapat Azotobacter .Hal ini dapat terjadi karena media yang digunakan tidak mengalami goncangan sehingga objek dapat diamati dengan mudah. VII. KESIMPULAN 1. Azotobacter mampu memfiksasi N tanpa bersimbiosis dengan organisme lain. 2. Pada media asbhys Azotobacter membentuk pellicle. 3. Untuk memperoleh Azotobacter harus dilakukan dengan sangat hati-hati jangan sampai terguncang medianya,agar pellicle tidak pecah.

34

PRAKTIKUM 9 Isolasi Bakteri Rhizobium dari Nodula Akar


I. TUJUAN Untuk mengisolasi bakteri Rhizobium dari nodula yang terbentuk pada perakaran tanaman legum dan mempelajari morfologi koloni dan sel bakteri tersebut. II. TEORI Bakteri Rhizobium bermanfaat bagi tanaman setalah bersimbiosis dengan akar tanaman dari keluarga Leguminosae yang membentuk nodula (bintil) akar. Dengan demikian tanaman diuntungkan karena bakteri Rhizobium mensuplai nitrogen. Bakteri tanah dari genus Rhizobium menginfeksi bibit tanaman legum melalui rambut akar dan merangsang pembentukan nodula akar. Fiksasi nitrogen terjadi dekat pusat nodula akar. Rhizobium bersifat aerob, berbentuk batang (rod) pada media selektif tanpa inang, bersifat gram negatif, tidak membentuk spora, berkembang biak dalam media yang mengandung karbihidrat tetapi tidak dapat menggunakan nitrogen bebas (N2) jika ditumbuhkan di luar/tanpa tanaman inang. Dalam interaksinya dengan legumonisa, sel Rhizobium bakteri berubah menjadi bentuk bakteroid. Pada bagian tengah nodula yang mengandung bakteroid terbentuk pigmen merah yang disebut leghaemoglobin. Enzim nitrogenase yang dibentuk oleh bakteroid, dan lehaemoglobin merupakan dua komponen yang terlibat dalam fiksasi N. nodula,

35

termasuk jaringan tanaman dan mikroba, mampu menggunakan nitrogen atmosfer. Simbiosis antara legum dengan Rhizobium mempunyai spesifikasi tertentu artinya bakteri yang diisolasi dari suatu tanaman belum tentu dapat membentuk nodula pada tanaman legum lainnya. Isolasi akan mendapatkan beberapa strain Rhizobium dengan berbagai keefektifan. Dari suatu tanaman legum mungkin terisolasi bakteri yang tidak menodulasi tetapi menyerupai bakteri Rhizobium. III. ALAT DAN BAHAN Perakaran tanaman Legum yang mengandung nodula segar Aquades steril Etanol 70% Medium Yeast Mannitol Agar (YMA) yang terdiri atas mannitol 10 g, yeast extract 0,1 g, K2HPO4 1 g, MgSO4.7H2O 0,2 g, NaCl 0,1g, conggo red 1% 2,5 ml, agar 15 g, akuades 1000 ml. Petridish steril Pinset steril Pisau dan ose IV. CARA KERJA 1. Cuci akar tanaman bernodula. Perhatikan dan catat bentuk, distribusi dan jumlah nodula yang ada. 2. Pisahkan nodula yang besar, bernas dan berwarna kemerahan dengan hatihati jangan sampai terluak tau pecah, nodula kecil dibiarkan melekat di perakatran. Jika memungkinkan pilih bentuk nodula yang gemuk terutama yang berwarna kemerahan (pink) 3. Lakukan sterilisasi permukaan nodula dengan cara sebagai berikut: a. HgCl2 selama 5 menit b. Pindahkan nodula ke petridish steril lain yang berisi etanol 70% rendam selama tiga menit. Rendam nodula dalam petridish berisi 0,1 %

36

c. d. e. cuci f.

Pindahkan nodula ke dalam petridish steril berisi Pindahkan nodula ke petridish steril lain yang Pindahkan kembali ke petridish berisi aquades dan Pindahkan kembali ke petridis kedua yang berisi

akuades dengan menggunakan penjepit steril. Cucilah nodula tersebut. berisi etanol 70% rendam selama tiga menit.

aquades untuk pencucian terakhir. 4. Tambahkan 15 ml YMA ke dalam masing-masing petridish. Inkubasikan pada suhu 28OC selama 7 hari. 5. Seleksi koloni Rhizobium yang cembung (mucoid), datar atau yang mengandung banyak air dari setiap petridish. Pilih satu koloni di antara yang dominan dan pindahkan ke agar miring YMA. Inkubasikan untuk pengujian lebih lanjut.

V. HASIL PENGAMATAN 1. Spesifikasi tanaman Legum : a. spesies : kacang kedelai c. warna nodula : coklat muda 2. Karakteristik koloni Rhizobium : a. bentuk : bulat, pinggiran rata c. permukaan : cembung b. warna : putih susu, merah (metode gores), merah (metode tuang) d. jumlah koloni : 20 (metode gores), 30 (metode tuang) 3. Karakteristik dan morfologi sel (gambar) : Gram : Bentuk : b. umur tanaman : < 3 bulan d. jumlah nodula per tanaman : 55

37

VI. PEMBAHASAN Bakteri Rhizobium terdapat nodula yang bagus dengan ciri-ciri: besar, terdapat di akar utama, dan berwarna merah muda. Nodula berwarna merah muda ini disebabkan adanya kandungan Ieghemoglobin. Perendaman/pensterilan dilakukan untuk mensterilkan permukaan nodula dari organisme-organisme lain selain Rhizobium. Bakteri Rhizobium ini akan tumbuh baik pada media Yeast Manitol Agar (YMA). Bakteri Rhizobium yang keluar ini memiliki beberapa ciri atau karakteristik koloni, diantaranya: berlendir, diameternya kecil, berwarna putih, merah dan cembung. Tidak diketahui karakteristik dan morfologi selnya karena tidak dilakukan pengamatan di bawah mikroskop. VII. KESIMPULAN 1. Rhizobium termasuk mikroorganisme pemfiksasi N yang besimbisosis. 2. Nodula akar yang efektif dapat dicirikan dengan adanya warna merah atau merah muda dari Legmaemoglobin dan bagian dalam dari nodula, ukuran nodula lebih besar dan terletak pada akar utama (paling efektif dalam memfiksasi nitrogen). 3. Pada saat melakukan pencucian / sterilisasi dengan aquades steril permukaan nodula di lakukan sebanyak 3 kali, hal ini dilakukan agar nodula yang akan diamati benar-benar bersih/ steril dari zat-zat kontaminan.

38

PRAKTIKUM 10 Kelarutan Fosfat oleh Mikroorganisme Tanah


I. TUJUAN Untuk memperlihatkan kemampuan beberapa mikroba tanah dalam mengubah fosfat anorganik menjadi fosfat terlarut yang tersedia bagi tanaman dan mengisolasi bakteri pelarut fosfat. II. TEORI Beberapa jenis mikroorganisme membuat fosfat lebih banyak masuk ke dalam larutan daripada yang diperlukan untuk mekanannya sendiri. Fosfat anorganik dilarutkan oleh hasil metabolisme mikroba seperti CO2, senyawasenyawa khelat (Chelation substance) dan asam-asam organik tertentu. Metode ini ditujukan untuk memperlihatkan kemampuan beberapa mikroba tanah dalam mengubah fosfatr anorganik menjadi fosfat terlarut yang tersedia bagi tanaman. Fosfat anorganik disuspensikan ke dalam media padat selektif di dalam plat agar. Aktivitas mikroba tersebut dalam melarutkan fosfat diperlihatkan dengan zone bening (halozone) yang timbul di sekitar koloni mikroba. Zone tersebut menunjukkan perubahan fosfat anorganik yang tidak larut menjadi fosfat terlarut. III. ALAT DAN BAHAN Tanah mineral (tanah terung Lembang)

39

Media agar pikovskaya Akuadest steril Gelas obyek 18 ml steril Petridish steril Pipet 1 dan 10 ml steril Agar miring glukos-pepton-yeast ekstract (glukosa 1 g, yeast ekstrak 0,5 g, pepton 0,5 g, agar 15 g, akuades 1000ml).

IV. CARA KERJA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Lakukan pengenceran tanah sampai dengan pengenceran Masukkan masing-masing 1 ml suspensi tanah dari Tuangkan media agar pikovskaya ke dalam petridish Goyang-goyangkan petridish supaya suspensi tanah dan Inkubasikan pada suhu 30O C selam 3-4 hari Aktivitas mikroba dalam melarutkan fosfat dilihat dari Pindahkan koloni yang menunjukkan aktivitas pelarutan 10-7 dengan metode seperti praktikum 2 pengenceran 10-5 dan 10-7 ke dalam petridis steril. masing-masing sebanyak 20 ml media tercampur merata.

pembentukan halozone di sekitar koloni mikroba yang tumbuh fosfat pada agar miring glukosa-pepton-yeast ekstract. II. HASIL PENGAMATAN 1. Populasi BPF (dihitung dalam colony farming unit,CFU) Pengenceran tanah 10-5 10-6 2. Ukuran Halozone CFU BPF 5 8 Populasi (CFU dibagi tingkat pengenceran) 5 . 105 8 . 106

40

Pengenceran Tanah 10-5 10-6

Kisaran halozone (mm) 2 mm 4 mm

III. PEMBAHASAN Mikroorganisme yang tumbuh dapat merubah phospat anorganik menjadi phospat dan untuk terlarut yang dengan menggunakan lain enzim fosfatase. bacillus, tersebut mempunyai Mikroorganisme pseudomonas kemampuan berperan antara fosfat mycobacterium, tersebut

sebagainya. melarutkan

Mikroorganisme

karena mikroorganisme

menghasilkan asam-asam organik antara lain: asam asetat, glutamat, suksinat, laktat, oksalat, malat dan sebagainya. Indikasi adanya bakteri pelarut fosfat, yakni pada saat pengamatan setelah 2-6 hari terlihat adanya zona bening/halozone yang dapat di ukur diameternya. Pada pengenceran 10-5 kami menggunakan tanah yang berasal dari tanaman cocor bebek, sedangkan pada pengenceran 10-6 kami menggunakan tanah yang berasal dari tanah sawah. VII. KESIMPULAN 1. Bakteri pelarut fosfat (BPF) akan tumbuh baik pada media selektif pykovskaya. 2. Pada media agar pykoskaya ini mengandung berbagai bahan antara lain carrot, infusion, asparagin, glukosa, dan agar.

41

PRAKTIKUM 11 Ekstraksi Nematoda dari Tanah


I. TUJUAN Untuk mengetahui cara mengekstraksi Nematoda dari Tanah. II. TEORI DASAR Nematoda merupakan organisme multiseluler yang ditemukan di sejumlah ekosistem. Seperti protozoa, nematoda umumnya hidup dilapisan air atau pori tanah yang berisi air. Nematoda dapat diisolasi dari tanah dengan prinsip melalukan cairan tanah ke saringan yang ukuran porinya lebih kecil dari badan nematoda. Tanah segar yang mengandung bahan organik dan tanah rizosfer biasanya mengandung nematoda yang lebih banyak dibandingkan dengan tanah kering dan tanah non-rizosfer. Isolasi Nematoda dari Tanah (Metode Corong Baermann) BAHAN DAN ALAT 1. Tanah rizosfer tanaman kentang atau cabe. 2. Kertas saring atau tissue meja, corong berdiameter 15 cm, saringan dimaeter 7cm. 3. Tabung penampung, selang plastik dan penjepit. IV. CARA KERJA

42

1. Sampel tanah rizosfer dimasukkan ke dalam kantong plasitk dan dikocok selama 3 menit. 2. Siapkan corong yang dilengkapi dengan selang plastik. Jepit selang plastik dengan penjepit. 3. Sampel tanah sebanyak 200 g dimasukkan ke dalam saringan dan diletakkan di atas corong bearmannyang telah dilapisi dengan kertas saring. Isi dengan air sampai tanah terendam. 4. Inkubasi selama 72 jam.tambahkan air setiap saat agar volume air tidak berkurang. 5. Lepaskan penjepit. Tampung air (suspensi tanah) dengan botol penampung (simpan di refrigerator 10o C jika tidak segera diamati). 6. Pada saat mengamati, buang bagian atas larutan sedikit demi sedikitsampai volume larutan 5 ml , tuangkan larutan di slide glass khusus untuk mengamati nematoda, teteskan sedikit larutan deterjen agar nematodatidak mengambang dipermukaan larutan. Amati di bawah mikroskop binokuler.

V.

PENGAMATAN 1. Jenis tanaman asal sampel tanah 3. Gambar nematoda : Rhoeo discoor

Metode Breamenn

2. Populasi nematoda dewasa per20 g tanah : 12

VI.

PEMBAHASAN Pada isolasi nematoda dengan metode corong Baermann, nematoda yang

berada didalam tanah terkumpul dibawah corong sehingga mudah untuk pengamatan selanjutnya. Tanah segar yang mengandung bahan organik dan tanah

43

rizosfer biasanya mengandung nematoda yang lebih banyak dibandingkan dengan tanah kering dan tanah non-rizosfer. Pada prinsipnya, praktikum ini, dengan cara melalukan partikel yang ukurannya lebih kecil daripada pori-pori saringan. Tanah yang kami gunakan merupakan tanah yang subur , yakni Rhizosfer dari tanaman Rhoeo Discolor dapat dibuktikan dari banyaknya jumlah nematoda. VII. KESIMPULAN 1. Tanah yang menjadi sampel, yakni tanah rhizosfer Rhoeo discolor. terdapat nematoda 2. Nematoda kebanyakan hidup di daerah rizosfer yang banyak mengandung bahan organik.

44

PRAKTIKUM 12 Perbanyakan dan Penghitungan Bakteri Total dan Bakteri Denitrifikasi Tanah Dengan Metode MPN
I. TUJUAN Untuk mengetahui adanya bakteri denitrifikasi dalam tanah. II. TEORI Nitrat dan nitrit adalah bahan dasar di dalam tanah yang didenitrifikasi oleh mikroorganisme. Hasil akhir dari proses ini berupa N2, N2O dan kadangkadang NO. NO dihasilkan pada kondisi lingkungan yang sama. Pseudomonas, Achromabacter, Bacillus dan Micrococcus merupakan genus-genus yang berperan dalam proses ini. Bakteri-bakteri tersebut bersifat anaerob yang dapat menggunakan nitrat atau nitrit pada keadaan lingkungan yang mengandung sedikit oksigen bebas atau tanpa oksigen bebas sama sekali. Selama denitrifikasi, digunakan energi, terjadi penghilangan nitrat atau nitrit, peningkatan pH dan akumulasi gas N2. III. ALAT DAN BAHAN Tanah lapang dan tanah sawah. Medium sintetis pada pH 7,2 (10 g KNO3, 0,5 g KH2PO4, 0,5 g CaCl2, 2 g Aspargin dan 5 g Na-sitrat) atau media kompleks pada pH 7,4 (10 g KNO 3, 15 g NaCl, 2 g yeast extract, 5 g pepton, 1 g meat extract, 40 g bouillon)

45

Larutan pendispersi Tetra natrium difosfat 0,18% (18 g Na4P2O7.10H2O dalam 1000 ml aquades steril hangat) Tabung reaksi 18 ml dan tabung durham, pipet dan botol kocok.

IV. CARA KERJA 1. Sepuluh gram sampel tanah segar dimasukkan ke dalam botol kocok berisi 90 ml larutan Na-difosfat dan dikocok kuat sampai homogen. Suspensi ini menghasilkan pengenceran 10-1 2. 10-5 3. Masukkan masing-masing 10ml medium sintesis atau kompleks ke dalam 9 tabung reaksi yang di dasarnya terdapat tabung durham steril dalam posisi terbalik 4. Masing-masing 1 ml suspensi tanah 10-3, 10-4, dan 10-5 ditambahkan ke dalam tabung reaksi berisi medium. Setiap pengenceran diulang 3. Inokulasi dimulai dari pengenceran terendah (10-5) sehingga hanya diperlukan satu buah pipet. 5. Inkubasikan selama 7 hari pada suhu ruang Dengan akuades, buat suspensi dengan pengenceran 10-2 sampai

V. HASIL PENGAMATAN 10 ----+


-3

Bakteri Total Bakteri Denitrifikasi -

Pengenceran Tanah 10-4 10-5 - +-++ ++ +++

MPN bakteri total : 0-1-0 = 3 .104 sel/gram MPN Bakteri Denitfikasi : 1-2-0 = 11.104 sel/gram

Ket : Bakteri Denitrifikasi : Bakteri Total :

46

+ : Tabung Durham yang berisi gas endapan : Tabung Durham yang tidak berisi gas endapan

+ : Larutan keruh / terbentuk : Larutan tidak keruh / tidak ada

VI. PEMBAHASAN Adanya populasi bakteri denitrifikasi dicirikan dengan terbentuknya gas dalam tabung durham. Tanda positif untuk tabung durham berisi gas dan negatif untuk yang tidak berisi gas. Terdapat aktivitas mikroorganisme dengan indikasi yang yang diberikan yaitu berupa kekeruhan dan gas yang terdapat pada hampir seluruh tabung. Gas tersebut diduga sebagai hasil pelepasan hasil proses mikrobiologi terhadap substrat. Nitrat dan nitrit adalah bahan dasar di dalam tanah yang didenitrifikasi oleh mikroorganisme. Hasil akhir dari proses ini berupa N2, N2O dan kadang-kadang NO dalam kondisi lingkungan yang sama. Pada praktikum ini kami melakukan pengamatan pada tanah anaerob, tetapi kami tetap membandingkan hasilnya dengan tanah aerob dari hasil praktikum kelompok lain. Untuk tanah anaerob MPN bakteri total : 0-1-0 = 3 .104 sel/gram, dan MPN bakteri denitrifikasi : 1-2-0 = 11.104 sel/gram. Untuk penghitungan MPN, kami menggunakan nilai yang mendekati, karena, nilai yang kami dapat tidak tercantum pada tabel. VII. KESIMPULAN 1. Denitrifikasi biologis merupakan pelepasan gas Nitrogen sebagai hasil proses mikrobiologis terhadap substrat Nitrogen 2. Hasil akhir dari denitrifikasi berupa N2, N2O dan kadang-kadang NO. 3. Uji kualitatif ini berdasarkan peningkatan alkalinitas medium yang dikaitkan dengan reaksi denitrifikasi serta pembentukan gas. 4. Perubahan warna medium menjadi biru menunjukkan adanya bakteri denitrifikasi di dalam medium tersebut.

47

PRAKTIKUM 13 Reduksi Sulfat oleh Mikroorganisme di Dalam Tanah

I. TUJUAN Untuk menunjukkan terjadinya aktivitas bakteri pereduksi sulfat di tanah aerob dan anaerob. II. TEORI Reduksi sulfat secara mikrobiologi terjadi karena aktivitas bakteri khusus, yaitu bakteri perduksi sulfat. Bakteri ini terdapat menyebar di alam, terjadi dalam tanah, di air, dalam sedimen dan dalam selokan. praktikum ini dimaksudkan untuk menunjukkan terjadinya produksi sulfat dalam tanah, dan menduga populasinya. Teknik ini cukup menggambarkan perbedaan jumlah produksi sulfat dalam berbagai macam tanah. Untuk mendapatkan hasil yang paling baik, tanah-tanah dari lapangan (anable field) harus dibandingkan dengan tanah anaerob sawah. Perbandingan lain harus meliputi perbedaan yang disebabkan oleh pH dan tekstur tanah. III. ALAT DAN BAHAN Tanah lapang aerob dan tanah tergenang anaerob Media pereduksi sulfat (Postage, 1963) dengan komposisi KH2PO4 0.5 mg, NH4Cl 1 g, Na2SO4 1 g, CaCl2.6H2O 1 g, MgSO4.7H2O 2 g, Sodium laktat 3.5 g, yeast extract 1 g, Asam askorbat 0.1 g, FeSO4.7H2O 0.5 g, Akuadest 1000mL.

48

Aquadest steril, Larutan agar steril 1.5 % (1.5 gram agar dalam 100 mL akuades). Tabung reaksi steril 18 ml, pipet steril 1 mL. IV. CARA KERJA 1. sawah. 2. 3. 4. 5. Lakukan pengenceran 10-1 sampai 10-3. Masukan masing-masing 1 ml ke dalam media postage Inkubasikan selama 7 - 14 hari. Identifikasi bakteri pereduksi sulfat dengan melihat Timbang masing-masing 1 g tanah kebun dan tanah

yang masih panas dan aduk dengan hati-hati.

koloni pada media. V. HASIL PENGAMATAN Pengenceran tanah 10-1 10-2 10-3 +++ +++ +++

Tanah anaerob Ket : (+) : Terbentuk Warna Hitam () : Tidak terbentuk warna Hitam VI. PEMBAHASAN

Di tanah bakteri produksi sulfat paling aktif pada water table tinggi dan keadaan anaerob seperti pada tanah sawah, tanah rawa dan tanah liat berat. Jadi pada keadaan anaerob dalam tanah, level sulfat turun, dan membatasi ketersediaan sulfat bagi tanaman terutama pada pH di atas 5,5. Pada proses pengenceran yang dibutuhkan untuk mengamati bakteri pereduksi sulfat adalah hanya pengenceran 10-1, 10-2, 10-3. Media postage merupakan media yang cocok untuk menumbuhkan bakteri pereduksi sulfat karena didalamnya mengandung KH2PO4, NH4Cl, Na2SO4, dan lain-lain.

49

VII. KESIMPULAN 1. Media postage merupakan media yang cocok untuk menumbuhkan bakteri pereduksi sulfat karena didalamnya mengandung KH2PO4, NH4Cl, Na2SO4, dan lain-lain. 2. Bakteri pereduksi sulfat akan tumbuh baik pada keadaan anaerob. 3. Pembuktian adanya aktifitas bakteri pereduksi sulfat adalah ditandai dengan warna hitam pada media.

PRAKTIKUM 14 Isolasi Spora Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) dan Pembuatan Preparat Akar
I. TUJUAN Untuk mengisolasi spora dari jamur pembentuk MVA dari tanah di sekitar perakaran jagung dan untuk melihat morfologi akar terinfeksi oleh jamur mikoriza secara mikroskopis. II. TEORI Mikoriza adalah suatu bentuk hubungan simbiotik antara jamur (mykes) dan perakaran (rhiza) tumbuuhan tingkat tinggi. Adanya bentuk asosiasi antara jamur dengan suatu tanaman menguntungkan ke fungi itu sendiri maupun tanaman inangnya. Mikoriza dapat memperoleh karbonat terutama gula sederhana dan faktor pertumbuhan dan tanaman inang. Di lain pihak, tanaman inang secara efektif dapat meningkatkan penyerapan unsur hara makro dan beberapa unsur hara dalam bentuk terikat dan tidak tersedia untuk tanaman. Berdasarkan struktur tubuhnya dan cara infeksi terhadap tanaman inang, mikoriza dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu ektomikoriza dan endomikoriza. Akar ektomikoriza biasanya membesar dan bercabang (dikhotom) serta tidak memiliki akar rambut. Dalam suatu penampang melintang tampak permukaan akar ditutupi miselia yang disebut fungal sheet (mantel). Hifa tidak masuk ke dalam sel tapi hanya berkembang di antara dinding sel korteks.

50

Perakaran yang terinfeksi jammur endomikoriza tidak membesar. Jamur membentuk struktur akar dengan lapisan hifa tipis pada permukaan akar tetapi tidak setebal mantel pada ektomikoriza. Hifa berkembang di dalam sel jaringan korteks dan tidak pernah menglonisasi silinder pusat. Selain itu terdapat struktur khusus berbentuk oval yang disebut vesikula dan sistem percabangan hifa (dikhotom) di dalam sel korteks yang disebut arbuskula. Endomikoriza terbagi menjadi mikoriza vesikular arbuskular (MVA), mikoriza erikoidae dan mikoriza orchidae. III. ALAT DAN BAHAN 50 gram tanah di sekitar perakaran jagung, akar tanaman jagung Air ledeng , larutan gula 20 % , KOH 10 %, HCl encer, Asam Fuchsin (Fuchsin 0.02 % di dalam asam laktat) Beacker glass, saringan tanah dengan ukuran 250, 125, 63, dan 45m. IV. CARA KERJA Isolasi spora MVA 1. Aduk rata 50 g tanah dan 200ml air di dalam beacker glass dan diamkan selama 1 menit. 2. Tuangkan suspensi tanah tersebut pada saringan yang telah disusun menurut ukuran pori dari terbesar (di atas) sampai terkecil (di bawah) 3. Bilas berulang-ulang dengan air ledeng sehingga diperkirakan seluruh spora sudah tersaring 4. Tuangkan spora dari masing-masing saringan ke dalam petridis yang berbeda dengan cara disemprot dalam air 5. Amati di bawah mikroskop binokuler dengan pembesaran sedang 6. Pisahkan spora yang terlihat pada suatu tempat dengan menggunakan pipet berujung kecil 7. Tempatkan spora pada gelas arloji atau tabung film berisi air. Pembuatan Preparat Akar Bermikoriza 1. Akar dibersihkan di bawah air mengalir dan dipotong-potong sepanjang 2 cm.

51

2. Potongan akar dibersihkan kembali dengan menggunakan saringan di bwah air mengalir. 3. Tempatkan akar di dalam beacker glass dan diberi KOH 10 % sampai terendam, panaskan pada suhu kurang dari 100C selama 5 menit atau tegantung kekerasan akar. 4. Buang KOH, bilas dalam akuades, tambahkan HCl encer selama 3-4 menit. Buang HCl dan beri Asam fuchsin selama setengah jam. 5. Letakkan potongan akar di atas gelas objek, tutup dengan gelas penutup dan tekan preparat tersebut. Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran kuat. 6. Perhatikan hifa, vesikular dan arbuskular yang menjadi ciri infeksi jamur mikoriza. (tidak dilakukan) V. HASIL PENGAMATAN Jumlah Spora per 50 gram tanah : Jumlah spora total : 7 (dari semua Mesh) Gambar mikoriza :

52

VI. PEMBAHASAN Mikoriza merupakan hubungan simbiosis antara jamur dan akar tanaman. Pada proses isolasi spora mikoriza akan terlihat bentuk-bentuk dari mikoriza tersebut. Penggunaan glukosa atau sukrosa 70% dimaksudkan untuk memisahkan berat jenis yang kuat dengan berat jenis yang ringan. Pada proses sentrifugasi akan menghasilkan cairan yang terpisah menjadi 3, yaitu paling atas bahan organik, bagian tengah larutan gula, dan yang dasar adalah spora. Proses sentrifugasi juga berfungsi untuk memisahkan partikel dengan spora. Pada praktikum ini kami melakukan pengamatan terhadap spora dan pengamatan akar yang diinfeksi mikoriza di bawah mikroskop karena langkah sebelumnya telah dilakukan oleh dosen. VII. KESIMPULAN 1. Dalam praktikum ini spora diambil dari tanaman jagung dengan media zeolit. 2. pada praktikum ini, kami menggunakan ukuran Mesh total dan kami dapat melihat 7 buah spora. 3. Mikoriza dapat dipisahkan dengan menggunakan saringan tanah ukuran 125, 63, dan 48 m.

53

54

You might also like