You are on page 1of 37

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai proIesi kemampuan guru ini erat kaitannya dengan keberhasilan guru
sebagai seorang pendidik, dimana guru yang berkompeten maka guru tersebut
berpeluang menjadi pendidik yang proIesional. Dalam rangka pengembangan sumber
daya manusia Indonesia, khususnya dalam wilayah otonomi daerah peran guru yang
proIesional punya andil dalam mewujudkannya. Oleh karena itu penulis perlu untuk
mengkaji apakah guru-guru kita ini sudah kompeten atau belum, sudah proIesional
atau belum dalam menjalankan proIesinya.
ProIesi kependidikan atau guru dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan
tenaga guru. Kebutuhan ini meningkat dengan adanya lembaga pendidikan yang
menghasilkan calon guru untuk menghasilkan guru yang proIesional. Walaupun
jabatan proIesi guru belum dikatakan penuh, namun kondisi ini semakin membaik
dengan peningkatan penghasilan guru, pengakuan proIesi guru, organisasi proIesi
yang semakin baik, dan lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga guru
sehingga ada sertiIikasi guru melalui Akta Mengajar.
Guru atau pekerja yang berproIesi kependidikan memiliki kemampuan bersikap,
berpikir dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap
dan keterampilan yang dimiliki peserta didik. Dengan kata lain kompetensi itu
merupakan kemampuan unjuk kerja (ability to do) yang dilatarbelakangi oleh
penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hal ini mengandung arti bahwa
kualitas unjuk kerja itu ditentukan oleh kualitas penguasaan pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Semakin tinggi kualitas penguasaan pengetahuan, sikap dan

keterampilan, semakin tinggi juga unjuk kerjanya, dan sebaliknya. Jadi ada korelasi
positiI tinggi antara tingkat penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan
kompetensi yang terbentuk. Maka dari itu guru harus memliki kompetensi dan
proIessional yang baik guna melakukan tugas mengajar dan menyelenggarakan
pembelajaran di sekolah. Kompetensi merupakan kemampuan bersikap, berpikir dan
bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang dimiliki seseorang. Kompetensi proIessional adalah kemampuan
penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.
Dari uraian diatas, yang memberikan gambaran tentang proIesi pendidik yang
berkompetensi atau memiliki kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak secara
konsisten dalam mendidik. Maka untuk mengetahui proIesi yang didalamnya
memiliki kemampuan seperti yang disebut diatas maka sangatlah mendorong penulis
untuk menulis makalah ini dengan Iormulasi judul " Profesi Kependidikan".
1.2 Rumusan masalah
a. Bagaimana hakekat dan esensi dan perbedaannya dengan pekerjaan lain?
b. Bagaimana karakteristik ilmu proIesi dan karakteristik khusus proIesi guru?
c. Bagaimana kompetensi proIesi?
d. Bagaimana konsep legal proIesi guru (guru UU No.14 dan PP yang berkaitan)
?
e. Bagaimana prospek karir dan etika proIesi?
I. Bagaimana reward dan panishment proIesi?
g. Bagaimana tantangan karir dan proIesi?
h. Bagaimana aspek-aspek pidana dan perdata?

i. Bagaimana penampilan diri?


j. Bagaimana konsep tut wuri Handayani?
k. Bagaimana sertiIikasi guru?
l. Bagaimana organisasi proIesi?

1.1 Tujuan
a. Untuk mengetahui hakekat dan esensi dan perbedaannya dengan pekerjaan
lain
b. Untuk mengetahui karakteristik dan karakteristik khusus proIesi guru
c. Untuk mengetahui kopentensi proIesi
d. Untuk mengetahui konsep legal proIesi guru (UU No.14 dan PP yang
berkaitan)
e. Untuk mengetahui konsepsi legal dan etika proIesi
I. Untuk mengetahui Reward dan Panishment proIesi
g. Untuk mengetahui tantangan karir dan proIesi
h. Untuk mengetahui aspek-aspek pidana dan perdata proIesi
i. Untuk mengetahui penampilan diri
j. Untuk mengetahui konsep Tut Wuri Handayani
k. Untuk mengetahui sertiIikasi guru
l. Untuk mengetahui organisasi proIesi





BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakekat dan Esensi Profesi dan Perbedaannya dengan Pekerjaan Lain.
A. Pengertian Profesi
Secara estimologi, istilah proIesi berasal dari bahasa Inggris yaitu proIession
atau bahasa latin, proIecus, yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan
mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi
proIesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi
pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental; yaitu adanya persyaratan
pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan
pekerjaan manual (Danin, 2002). Jadi suatu proIesi harus memiliki tiga pilar pokok,
yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik. ProIesi adalah suatu pekerjaan
yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut keahlian (expertise),
menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh
dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum
yang dapat dipertanggungjawabkan.
Hakikat dari proIesi adalah Suatu pekerjaaan yang membutuhkan pengetahuan
dan keterampilan yang berkualitas tinggi dalam melayani atau mengabdi pada
kepentingan umum untuk mencapai kesejahteraan manusia.
B. Ciri-Ciri atau Karateristik Profesi
a. ProIesi itu memiliki Iungsi dan signiIikansi sosial bagi masyarakat.
b. ProIesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui proses pendidikan
dan pelatihan yang cukup yang dilakukan oleh lembaga pendidikan yang
akuntabel/dapat dipertanggung jawabkan.

c. ProIesi didukung oleh suatu disiplin ilmu tertentu.


d. Ada kode etik yang dijadikan sebagai satu pedoman perilaku anggota berserta
sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggar kode etik tersebut.
e. Sebagai konsekuensi dari layanan dan prestasi yang diberikan kepada masyarakat,
maka anggota proIesi secara perseorangan atau kelompok memperoleh imbalan
Iinansial atau material.
C. Syarat-syarat Profesi
Ada beberapa hal yang termasuk dalam syarat-syarat ProIesi seperti;
a. Menuntut adanya keterampilan yang didasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan
yang mendalam.
b. Menemukan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang
proIesinya.
c. Menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai.
d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan.
e. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.
I. Memiliki kode etik sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan Iungsinya.
g. Memiliki klien/objek layanan yang tetap, seperti guru dengan muridnya.
h. Diakui oleh masyarakat, karena memang jasanya perlu dimasyarakatkan.
D. Unsur-unsur Profesi
1. Didasarkan atas sejumlah pengetahuannya yang di khususkan.
2. Selalu meningkatkan kemampuan para anggotanya.

. Melayani seluruh keperluan para anggotanya.


4. Memiliki norma norma etis.
5. Dapat memperngaruhi kebijaksanaan pemerintah di bidangnya.
Misal: kebijakan pemerintah, persiapan proIesional, kebijakan kurikulum.
6. Memiliki solidaritas kelompok proIesi.
E. Perbedaan Profesi dan Pekerjaan Lainnya.
Berdasarkan pengertiannya, dimana proIesi merupakan uatu pekerjaan yang
dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut keahlian (expertise),
menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh
dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum
yang dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini berbeda dengan pekerjaan lain yang
dimana tidak perlu membutuhkan atau menuntut kahlian, teknik ilmiah atau dedikasi
yang tinggi. Sebagai contohnya: proIesi sebagai seorang guru, dokter atau perawat,
jelas sangat membutuhkan keahliannya dalam mengajar dan merawat. Tidak seperti
orang yang tidak berproIesi atau memiliki pekerjaan lain seperti halnya sopir atau
yang lainnya. Pekerjaan ini tidak perlu membutuhkan atau menuntut menggunakan
teknik ilmiah. Ini menunjukkan bahwa suatu proIesi sangat jelas berbeda dengan
pekerjaan lain atau yang bukan proIesi.
Dari uraian di atas nampak jelas bahwa sebenarnya ada perbedaan antara
pekerja biasa dengan pekerja proIesi. Seseorang dikatakan berproIesi, apabila ia
mempunyai kecakapan khusus untuk menangani suatu bidang keahlian dan pekerjaan
itu tidak boleh dilakukan oleh orang yang belum diberi kewenangan. Sedangkan
orang yang tidak berproIesi tidak akan mampu atau bahkan tidak bisa sama sekali
mengerjakan atau melakukan pekerjaan para pekerja proIesi. Dengan demikian
proIesi merupakan jenis pekerjaan tetap dan penuh. Artinya proIesi merupakan

pekerjaan yang layanannya diperlukan oleh masyarakat untuk menyelesaikan masalah


yang mereka hadapi atau memenuhi kebutuhan mereka secara terus menerus. Tanpa
layanan tersebut anggota masyarakat akan terganggu kehidupannya.
2.2 Karateristik Ilmu Profesi dan Karateristik Khusus Profesi Guru.
Adapun karateristik atau ciri-ciri dari suatu ilmu profesi yaitu.
a. ProIesi itu memiliki Iungsi dan signiIikansi sosial bagi masyarakat.
b. ProIesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui proses pendidikan
dan pelatihan yang cukup yang dilakukan oleh lembaga pendidikan yang
akuntabel/dapat dipertanggung jawabkan.
c. ProIesi didukung oleh suatu disiplin ilmu tertentu.
d. Ada kode etik yang dijadikan sebagai satu pedoman perilaku anggota berserta
sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggar kode etik tersebut.
e. Sebagai konsekuensi dari layanan dan prestasi yang diberikan kepada masyarakat,
maka anggota proIesi secara perseorangan atau kelompok memperoleh imbalan
Iinansial atau material.
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen), Depdiknas,
Indra Djati Sidi menjelaskan saat menjelang peringatan Hari Guru Nasional. Indra
menyebut hasil studi beberapa ahli mengenai siIat-siIat atau karateristik proIesi,
khususnya proIesi guru. Yakni, kemampuan intelektual yang diperoleh melalui
pendidikan, memiliki pengetahuan spesialisasi, memiliki pengetahuan praktis yang
dapat digunakan langsung oleh orang lain atau klien, memiliki teknik kerja yang
dapat dikomunikasikan atau communicable, memiliki kapasitas mengorganisasikan
kerja secara mandiri atau selI-organization, mementingkan kepentingan orang lain

(altruism), memiliki kode etik, memiliki sanksi dan tanggung jawab komunitas,
mempunyai sistem upah, dan budaya proIesional.
2.3 Kompetensi Profesi Guru
Departemen Pendidikan Nasional (2006 : 2) memberi pengertian kompetensi
adalah kemampuan bersikap, berpikir dan bertindak secara konsisten sebagai
perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki peserta didik.
Dengan kata lain kompetensi itu merupakan kemampuan unjuk kerja (ability to do)
yang dilatarbelakangi oleh penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hal ini
mengandung arti bahwa kualitas unjuk kerja itu ditentukan oleh kualitas penguasaan
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Semakin tinggi kualitas penguasaan
pengetahuan, sikap dan keterampilan, semakin tinggi pula unjuk kerjanya, begitu pula
sebaliknya. Jadi ada korelasi positiI tinggi antara tingkat penguasaan pengetahuan,
sikap dan keterampilan dengan kompetensi yang terbentuk.
Guru merupakan Iaktor yang sangat dominan dan penting dalam pendidikan
Iormal pada umumnya karena bagi peserta didik, guru sering dijadikan tokoh teladan,
bahkan menjadi tokoh identiIikasi diri. Oleh karena itu, guru seiogionya memiliki
prilaku dan ompetensi yang memadainya untuk mengambangkan peserta didik secara
utuh. Untuk melaksanakan tugasnya secara baik sesuai dengan proIesi yang
dimilikinya, guru perlu menguasai berbagai hal terutama kompetensi kepribadian,
sosial dan proIesional.
Dalam undang-undang No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen (pasal 10
ayat 1) kompetensi guru di kelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu kompetensi
Pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi proIessional.

ompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik. Termasuk ke dalam kemampuan ini antara lain sub-sub kemampuan meliputi
(1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, (2) pemahaman terhadap
peserta didik, () pengembangan kurikulum/silabus, (4) perancangan pembelajaran,
(5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (6) pemanIaatan teknologi
pembelajaran, (7) evaluasi proses dan hasil belajar, dan (8) pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
ompetensi epribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
berakhlak mulia, ariI dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi
kepribadian yang diperlu dimiliki guru antara lain sebagai berikut :
Guru sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa berkewajiban untuk
meningkatkan iman dan ketaqwaan kepada tuhan, sejalan dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya. Dalam hal ini guru harus memsti beragama dan taat
dalam menjalankan ibadahnya.
Guru memiliki kelebihan dibandingkan yang lain. Oleh karena itu perlu
dikembangkan rasa percaya pada diri sendiri dan tanggung jawab bahwa ia memiliki
potensi yang besar dalam bidang keguruan dan mampu untuk menyelesaikan berbagai
persoalan yang dihadapinya.
Guru senantiasa berhadapan dengan kemunitas yang berbeda dan beragam
keunikan dari peserta didik dan masyarakatnya maka guru perlu untuk
mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi dalam menyikapi perbedaan yang
ditemuianya dalam berinteraksi dengan peserta didik maupun masyrakat.

Guru diharapkan dapat menjadi Iasilitator dalam menumbuhkembangkan


budaya berIikir kritids dimasyarakat, saling menerima dalam perbedaan pendapat dan
menyepakati untuk mencapai tujuan bersama.
Guru diharapkan dapat sabar dalam arti tekun dan ulet melaksanakan proses
pendidikan karena hasil pendidikan tidak langsung dapat dirasakan saat itu tetapi
membutuhkan proses yang panjang.
Guru mampu mengambangkan dirinya sesuai dengan pembaharuan, baik
dalam bidang proIesinya maupundalam spealisasinya.
Guru mampu menghayat tujuan-tujuan pendidikan baik secara nasional,
kelembagaan, kurikuler sampai tujuan mata pelajaran yang diberikannya.
Guru harus mampu untuk dapat berhubungan dengan orang lain atas dasar
saling menghormati antara satu dengan lainnya.
Guru harus mampu untu,k memahami berbagai aspek dirinya baik yang
positiI maupun negatiI.
Guru mampu melakukan perubahan-perubahan dalam mengembangkan
proIesinya sebagai inoIator dan kreator.
ompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara eIektiI dan eIisien dengan dengan peserta didik., sesama guru,
orang tua / wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Temasuk dalam kemampuan ini
adalah:
a. Luwes bergaul dengan sisiwa, sejawat dan masyarakat.
b. Bersikap ramah, akrab dan hangat terhadap siswa, sejawat dan masyarakat.

c. Bersikap simpatik dan empatik.


d. Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial.
ompetensi Profesional
Kompetensi proIessional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran
secara luas dan mendalam. Dirjen Dikti memaknai kompetensi proIessional guru
secara lebih luas dan lebih lengkap, seperti berikut.
Menurut Dikti (2006:7), sosok utuh kompetensi proIessional guru terdiri atas
kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
a. Mengenal secara mendalam peserta didik yang hendak dilayani.
b. Menguasai bidang ilmu sumber bahan ajaran baik dari segi subtansi dan
metodologi bidang ilmu maupun pengemasan bidang ilmu menjadi bahan ajar
dalam kurikulum.
c. Menyelenggarakan pembelajaran bersiIat mendidik yang mencakup:
a). Perancangan program pembelajaran berdasarkan serentetan
keputusan situasional.
b). Implementasi program pembelajaran termasuk penyesuaian sambil
jalan berdasarkan on-going transactional decisions berhubungan
reaksi unit dari peserta didik terhadap tindakan guru.
c). Mengembangkan kemampuan proIessional secara berkelanjutan.


2.4 Konsepsi Legal Profesi Guru


Guru dan dosen bagi masyarakat awan selama ini dipahami sebagai orang
yang pekerjaannya mengajar, demikian juga halnya dengan dosen. Meskipun sama-
sama berproIesi mengajar, sisi pembedanya, guru mengajar pada lembaga pendidikan
sekolah dari pendidikan usia dini sampai pendidikan menengah, sedangkan dosen
mengajar pada pendidikan tinggi. Artinya, proIesi yang dinamakan guru dan dosen,
tidaklah begitu masalah dan tidak menjadikan proIesi dosen lebih berderajat dari pada
guru.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
disebutkan bahwa guru adalah pendidik proIesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan Iormal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Guru wajib memiliki kualiIikasi akademik, kompetensi,
sertiIikat pendidik. KualiIikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi
program sarjana, atau program diploma empat. Kompetensi guru meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi proIesional
yang diperoleh melalui pendidikan proIesi. SertiIikat pendidik adalah bukti Iormal
sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga proIesional.
SertiIikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah.
Pendidikan ProIesi Guru ditempuh melalui SertiIikasi Guru dalam Jabatan
(Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor18 Tahun 2007); dan Program
Pendidikan ProIesi Guru Pra Jabatan (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
8 Tahun 2009)
Pasal 14 ayat (1) UU No. 14 Tahun 2005 menetapkan bahwa dalam
melaksanakan tugas keproIesionalan, guru berhak:

a) Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan


kesejahteraan sosial;
b) Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;
c) Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan
intelektual;
d) Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;
e) Memperoleh dan memanIaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk
menunjang kelancaran tugas keproIesionalan;
I) Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan,
penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan,
kode etik guru, dan peraturan perundangundangan;
g) Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas;
h) Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi proIesi;
i) Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan;
j) Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualiIikasi
akademik dan kompetensi; dan/atau,
k) Memperoleh pelatihan dan pengembangan proIesi dalam bidangnya.
Dari beberapa hal dikemukakan di atas, terlihat bahwa UU No.14 Tahun 2005
yang sudah berketatapan memutuskan guru dan dosen sebagai pendidik proIesional,
sesunggunnya memperlihatkan bahwa sertiIikat pendidik tidaklah sekedar bermakna
memiliki atau bagaimana mendapatkan sertiIikat, melainkan sebagai citra guru dan
dosen dimasa datang pasca lahirnya UU No.14 Tahun 2005.

2.5 Prospek Karier dan Etika Profesi


a. Prospek Karier
Salah satu bentuk kesejahteraan non-materiil yang memungkinkan aparatur
negara bekerja secara proIesional, adalah sistem pengembangan pola karier pegawai
negeri sipil (PNS). Adanya kepastian tentang jenjang karier dan mekanisme
penentuan pejabat yang mengacu kepada peraturan perundangan yang pasti,
memberikan suasana kondusiI bagi pengembangan kepampuan proIesional PNS.
Dasar hukum yang digunakan sebagai penetapan kebijakan pengembangan
pola karier PNS, antara lain: (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 yang diubah
menjadi UU No. 4 Tahun 1999; (2) PP No.15 tahun 1994 tentang Pengangkatan
PNS dalam Jabatan Struktural. Hakikat pola karier PNS adalah lintasan
perkembangan dan kemajuan pegawai dengan pola gerakan posisi pegawai, baik
secara horizontal maupun vertikal yang selalu mengarah pada tingkat atau jenjang
posisi yang lebih tinggi. PNS diangkat dalam jabatan dan pangkat pada jabatan
struktural atau jabatan Iungsional. Pada jabatan seseorang PNS yang bersangkutan,
misalnya, melekat segala tanggung jawab, tugas, dan wewenang, serta hak yang
bersangkutan.
Pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian dalam jabatan dari jabatan
struktural PNS diatur dalam PP NO. 15 Tahun 1994, bab III yang berisi lima pasal.
Pasal 4 ayat (1) menyatakan jabatan struktural hanya dapat diduduki oleh pegawai
negeri sipil (PNS). Syarat bagi PNS untuk dapat diangkat dalam jabatan struktural
diatur pada pasal 5. Antara lain, kemampuan manajerial, kemampuan teknis
Iungsional, dan kecakapan, serta pengalaman yang diperlukan. Selain itu juga harus
memperhatikan daItar urutan kepangkatan, pangkat sekurang-kurangnya 1 tingkat di
bawah pangkat terendah yang ditentukan, dan memenuhi persyaratan lainnya
sebagaimana disebut dalam uraian jabatannya. Dalam kaitan itu perlu dilakukan

pendidikan dan pelatihan. Pendididkan dan pelatihan kepemimpinan untuk jabatan


struktural dilaksanakan dalam rangka memimpin satuan organisasi negara (Iungsi
leader dan Iungsi manager). PNS yang akan atau telah menduduki jabatan struktural
harus sudah mengikuti dan lulus diklat kepemimpinan yang dipersyaratkan. Dengan
demikian, seseorang yang terpilih untuk menduduki jabatan dalam birokrasi telah
memiliki kemampuan proIesional sesuai dengan persyaratan dan diangkat melalui
prosedur yang diamanatkan perundangan yang berlaku. Mekanisme tersebut
mengisyaratkan adanya kepastian dalam sistem pengembangan karier PNS.
-. Etika Profesi
Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti
karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan
dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah
tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup
tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya
manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati
dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain.
Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing
yang terlibat agara mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan
kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai
dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi
umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita.
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia
dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang
buruk.

Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS
yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah
laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini :
O Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
O Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika IilsaIat : etika adalah teori tentang tingkah
laku perbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk, sejauh yang dapat
ditentukan oleh akal.
O Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang IilsaIat yang berbicara
mengenai nilaidan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam
hidupnya.
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan
baik dan buruknya prilaku manusia :
1. ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan
rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup
ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptiI memberikan Iakta sebagai dasar
untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
2. ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan
pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai
sesuatu yang bernilai. Etika normatiI memberi penilaian sekaligus memberi norma
sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Dari sistematika di atas, kita bisa melihat bahwa ETIKA PROFESI
merupakan bidang etika khusus atau terapan yang merupakan produk dari etika
sosial. Kata hati atau niat biasa juga disebut karsa atau kehendak, kemauan, wil. Dan
isi dari karsa inilah yang akan direalisasikan oleh perbuatan. Dalam hal
merealisasikan ini ada (4 empat) variabel yang terjadi :
a. Tujuan baik, tetapi cara untuk mencapainya yang tidak baik.
b. Tujuannya yang tidak baik, cara mencapainya ; kelihatannya baik.

c. Tujuannya tidak baik, dan cara mencapainya juga tidak baik.


d. Tujuannya baik, dan cara mencapainya juga terlihat baik.

Prinsip-Prinsip Etika Profesi .
1. Tanggung jawab
- Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
- Terhadap dampak dari proIesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada
umumnya.
2. Keadilan.
Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi
haknya.
. Otonomi.
Prinsip ini menuntut agar setiap kaum proIesional memiliki dan di beri kebebasan
dalam menjalankan proIesinya.
Peranan etika dalam Profesi .
a. Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau segolongan orang
saja, tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan kelompok yang paling kecil
yaitu keluarga sampai pada suatu bangsa. Dengan nilai-nilai etika tersebut, suatu
kelompok diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk mengatur kehidupan bersama.
b. Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menjadi
landasan dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya maupun
dengan sesama anggotanya, yaitu masyarakat proIesional. Golongan ini sering
menjadi pusat perhatian karena adanya tata nilai yang mengatur dan tertuang secara
tertulis (yaitu kode etik proIesi) dan diharapkan menjadi pegangan para anggotanya.
c. Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-perilaku sebagian
para anggota proIesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai pergaulan yang telah
disepakati bersama (tertuang dalam kode etik proIesi), sehingga terjadi kemerosotan

etik pada masyarakat proIesi tersebut. Sebagai contohnya adalah pada proIesi hukum
dikenal adanya maIia peradilan, demikian juga pada proIesi dokter dengan pendirian
klinik super spesialis di daerah mewah, sehingga masyarakat miskin tidak mungkin
menjamahnya.
Pada dasarnya kode etik proIesi dirancang dengan mengakomodasikan
beberapa prinsip etika seperti berikut:
1. Etika kemanIaatan umum (utilitarianism ethics), yaitu setiap langkah/tindakan
yang menghasilkan kemanIaatan terbesar bagi kepentingan umum haruslah
dipilih dan dijadikan motivasi utama;
2. Etika kewajiban (duty ethics), yaitu setiap sistem harus mengakomodasikan
hal-hal yang wajib untuk diindahkan tanpa harus mempertimbangkan
konsekuensi yang mungkin bisa timbul, berupa nilai moral umum yang harus
ditaati seperti jangan berbohong, jangan mencuri, harus jujur, dan sebagainya.
Semua nilai moral ini jelas akan selalu benar dan wajib untuk dilaksanakan,
sekalipun akhirnya tidak akan menghasilkan keuntungan bagi diri sendiri;
. Etika kebenaran (right ethics), yaitu suatu pandangan yang tetap menganggap
salah terhadap segala macam tindakan yang melanggar nilai-nilai dasar
moralitas. Sebagai contoh tindakan plagiat ataupun pembajakan hak
cipta/karya orang lain, apapun alasannya akan tetap dianggap salah karena
melanggar nilai dan etika akademis;
4. Etika keunggulan/kebaikan (virtue ethics), yaitu suatu cara pandang untuk
membedakan tindakan yang baik dan salah dengan melihat dari karakteristik
(perilaku) dasar orang yang melakukannya. Suatu tindakan yang baik/benar
umumnya akan keluar dari orang yang memiliki karakter yang baik pula.
Penekanan disini diletakkan pada moral perilaku individu, bukannya pada
kebenaran tindakan yang dilakukannya; dan
5. Etika sadar lingkungan (environmental ethics), yaitu suatu etika yang

berkembang di pertengahan abad 20 ini yang mengajak masyarakat untuk


berpikir dan bertindak dengan konsep masyarakat modern yang sensitiI
dengan kondisi lingkungannya. Pengertian etika lingkungan disini tidak lagi
dibatasi ruang lingkup penerapannya merujuk pada nilai-nilai moral untuk
kemanusiaan saja, tetapi diperluas dengan melibatkan 'natural resources lain
yang juga perlu dilindungi, dijaga dan dirawat seperti Ilora, Iauna maupun
obyek tidak bernyawa (in-animate) sekalipun.
Kode Etik ProIesi merupakan bagian dari etika proIesi. Kode etik proIesi
merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan
dirumuskan dalam etika proIesi. Kode etik ini lebih memperjelas, mempertegas dan
merinci norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna walaupun sebenarnya norma-
norma tersebut sudah tersirat dalam etika proIesi. Dengan demikian kode etik proIesi
adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci
tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan
perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang proIesional
%ufuan ode Etik Profesi .
1. Untuk menjunjung tinggi martabat proIesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota proIesi.
4. Untuk meningkatkan mutu proIesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi proIesi.
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi proIesional yang kuat dan terjalin erat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri.

Adapun Iungsi dari kode etik proIesi adalah :


1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota proIesi tentang prinsip proIesionalitas
yang digariskan.
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas proIesi yang bersangkutan.
. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi proIesi tentang hubungan etika
dalam keanggotaan proIesi. Etika proIesi sangatlah dibutuhkan dlam berbagai bidang.

2.6 Reward dan Punisment Profesi
Punishment dan reward (pemberian hukuman dan ganjaran) dalam ilmu
paedagogi dipandang sebagai bagian dari proses pendidikan. Pemberian hukuman
bertujuan untuk memberiikan eIek jera dan mencegah berlanjutnya perilaku negatiI
dan ganjaran berguna untuk penguatan atas perilaku positiI. Punishment dan reward
juga dikenal dalam ajaran agama.
Dalam Islam diajarkan tentang tentang adanya sorga dan neraka. Siapa saja
yang melakukan amal buruk (negatiI) atau mengingkari ajaran Allah Swt. adalah dosa
(diberi punishment), dan siapa saja yang melakukan amal baik (positiI) dan mematuhi
perintah serta meninggalkan laranganNya, maka akan diberi pahala atau reward.
Hamba Allah yang memiliki banyak dosa akan dilemparkan kelak kedalam Jahanam
(neraka) sebagai punishment, dan yang melakukan banyak kebajikan, memiliki
banyak pahala maka bagi mereka adalah Sorga (reward) sebagai tempat yang layak,
amiiin. Namun Allah Swt. memiliki ampunan yang besar bagi mereka yang bertobat,
meninggalkan kebisaaan negatiI atau dosa.
Reward dan punishment merupakan dua bentuk metode dalam memotivasi
seseorang untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasinya. Kedua metode

ini sudah cukup lama dikenal dalam dunia kerja. Tidak hanya dalam dunia kerja,
dalam dunia penidikan pun kedua ini kerap kali digunakan
Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Dalam konsep
manajemen, reward merupakan salah satu alat untuk peningkatan motivasi para
pegawai. Metode ini bisa meng-asosiasi-kan perbuatan dan kelakuan seseorang
dengan perasaan bahagia, senang, dan biasanya akan membuat mereka melakukan
suatu perbuatan yang baik secara berulang-ulang. Selain motivasi, reward juga
bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau
meningkatkan prestasi yang telah dapat dicapainya. Sementara punishment diartikan
sebagai hukuman atau sanksi. Jika reward merupakan bentuk reinIorcement yang
positiI; maka punishment sebagai bentuk reinIorcement yang negatiI, tetapi kalau
diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Tujuan dari metode ini
adalah menimbulkan rasa tidak senang pada seseorang supaya mereka jangan
membuat sesuatu yang jahat. Jadi, hukuman yang dilakukan mesti bersiIat
pedagogies, yaitu untuk memperbaiki dan mendidik ke arah yang lebih baik.
Guru-guru yang mengajar mulai dari bangku SD, SMP, sampai SLTA, dan
malah juga para dosen di Perguruan Tinggi adalah juga orangtua bagi anak-anak
mereka di rumah. Sebagian dari mereka mungkin juga terkondisi melalui pendidikan
sosial sebelumnya untuk tidak royal dalam memberii perhatian, penghargaan atau
reward terhadap anak-anak didik mereka- tentu tidak semuanya yang begitu. Namun
cukup banyak ditemui guru yang berprilaku keras, sampai memperlihatkan wajah
bengis (atas nama mempertahankan suatu disiplin) pada anak kecil-kecil yang
usianya masih berkisar 7 1 tahun. Perilaku siswa di sekolah adalah perilaku
bawaan dari rumah dimana mereka dibesarkan dalam lingkungan yang jarang
memberiikan pujian dan perhatian, kecuali punishment/cacian, cemooh dan ancaman
telah tumbuh menjadi anak didik yang agresiI, sulit berkosentrasi, haus perhatian, dan
suka menganggu ketenangan teman. Dalam pandangan ilmu paedagogi lama bahwa
anak didik yang demikian (melakukan kegaduhan/gangguan) perlu untuk diberi

punishment- walau prilaku mereka terpola akibat dari kelebihan mis-punishment


(mal-praktek punishment) di rumah, maka guru-guru di sekolah juga cendrung
memberiikan punishment untuk memberiikan eIek penjeraan seperti; mengharik,
mencaci, menjewer, push-up, meloncat sambil jongkok, berdiri kaki itik/ sebelah kaki
di depan kelas (agar supaya anak jadi jera atau supaya kelak tumbuh menjadi bangsa
pemalu/ mental budak?) menampar, menendang, dan sampai memberikan hukuman
Iisik yang lain.
2.7 Tantangan Karier dari Profesi
Salah satu sebab terpenting mutu pendidikan nasional yang rendah saat ini
adalah karena pendidikan, terutama pendidikan dasar, selama tiga dekade terakhir
tidak disajikan oleh guru yang proIesional. Guru direkrut bukan dari kelompok
masyarakat yang terbaik; mereka yang paling berbakat hampir-hampir tidak bersedia
menjadikan guru sebagai proIesi mereka. Sebuah proIesi seharusnya adalah sebuah
panggilan jiwa yang diwujudkan dalam karya pelayanan oleh sekelompok orang yang
memiliki kualiIikasi yang tinggi untuk melaksanakan kerja yang khusus, yang
diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang tuntas serta pengalaman yang penuh
tanggungjawab, dan karena kemuliaan proIesi ini mereka yang tidak memenuhi syarat
tidak dapat diterima sebagai rekan seproIesi. Menjadi anggota sebuah proIesi dengan
demikian adalah sebuah kontrak untuk melayani masyarakat, melampaui semua
bentuk kewajiban kepada klien atau majikan, sebagai imbalan atas keistimewaaan
perlakuan masyarakat kepada proIesi tersebut.
Sebuah tantangan proIessional guru yang telah terjadi cukup lama adalah saat
para guru membiarkan perampasan kompetensi proIesionalnya dirampas begitu saja
oleh sebuah komputer bodoh melalui Ujian Nasional untuk menentukan kelulusan
para siswa yang bertahun-tahun dididiknya. Ujian Nasional merupakan salah satu
perangkat kebijakan paling menonjol dalam proses penggerusan kewibawaan guru,
dan penghancuran proIesionalisme guru. Membiarkan hal ini terus terjadi merupakan

pengingkaran atas tanggung jawab proIessional guru. ProIesional guru bukan hanya
sekadar menguasai teknologi dan menajemen tetapi, seorang guru dituntut untuk
memiliki komitmen pada siswa dan PBM, menguasai secara mendalam mata
pelajaran yang diajarkannya, bertanggung jawab memantau hasil belajar melalui
berbagai cara evaluasi, mampu berIikir sistematis, dan juga guru seyogianya
merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan proIesinya.
Tantangan yang dihadapi guru antara lain:
1. Apakah ruang belajar yang ada dapat menciptakan suasana belajar dengan baik?
Seperti yang sering kita dengar dan kita lihat melalui siaran televisi, banyak sekali
sekolah-sekolah yang kondisi Iisiknya sangat memprihatinkan. Apakah benar ruang
belajar serupa dapat membuat para peserta didik berkonsentrasi dalam belajar?
2. Guru yang baik tidak akan bisa melaksanakan tugasnya secara optimal apabila
tidak didukung dengan Iasilitas yang memadai, sementara kemampuan sekolah untuk
melengkapi Iasilitas pendidikan sangat terbatas (sesuai dengan dana yang disediakan
pemerintah pusat maupun daerah).Sedangkan kondisi masyarakat yang juga sebagai
salah satu unsur yang turut bertanggung jawab terhadap perkembangan pendidikan
pada saat ini sedang menghadapi masa krisis, sehingga bantuan yang diberikan
kepada sekolah juga sangat terbatas.
. Latar belakang siswa juga sangat memengaruhi pekerjaan seorang guru. Latar
belakang orang tua siswa pada umumnya memilki korelasi terhadap motivasi belajar.
Peran orang tua dalam mendorong kegiatan anaknya untuk mencapai tujuan
terekspresi dalam perilaku siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang akhirnya
memengaruhi prestasi belajarnya.
4. Sistem birokrasi yang terbangun dalam otonomi daerah menyebabkan
ketidakjelasan reward dan punishment bagi proIesi seorang guru sehingga
menyebabkan apatisme.

2.8 Aspek-Aspek Pidana dan Perdata Profesi


a. Aspek Pidana Profesi
Pemerintah untuk membuat Peraturan Pemerintah sebagai turunannya. Saat
ini yang sudah disahkan adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan. Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) yang
merupakan amanat Undang-undang Nomor 20 Tahun 200 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas), antara lain: RPP Wajib Belajar, RPP Pendidikan
Agama dan Pendidikan Keagamaan, RPP Pendidikan Kedinasan, RPP Pendanaan,
dan RPP Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Sedangkan RPP yang
merupakan amanat dari UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen terdiri
atas: RPP Guru, dan RPP Dosen. Perkembangan RPP tersebut statusnya hingga saat
ini, untuk:
1) RPP Wajib Belajar, dan
2) RPP Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan telah ditandatangani
Presiden;
) RPP Pendidikan Kedinasan, dalam proses penandatanganan Presiden;
4) RPP Pendanaan, dalam proses harmonisasi Depkumham, dan;
5) RPP Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dalam proses harmonisasi
(Timsus) Depkumham.
a. Aspek - aspek perdata
Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki
pada subyek hukum dan hubungan antara subyek hukum. Hukum perdata disebut
pula hukum privat atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum
publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta kepentingan umum
(misalnya politik dan pemilu (hukum tata negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari
(hukum administrasi atau tata usaha negara), kejahatan (hukum pidana), maka hukum

perdata mengatur hubungan antara penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti
misalnya kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan, harta
benda, kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang bersiIat perdata lainnya.
Ada beberapa sistem hukum yang berlaku di dunia dan perbedaan sistem
hukum tersebut juga mempengaruhi bidang hukum perdata, antara lain sistem hukum
Anglo-Saxon (yaitu sistem hukum yang berlaku di Kerajaan Inggris Raya dan negara-
negara persemakmuran atau negara-negara yang terpengaruh oleh Inggris, misalnya
Amerika Serikat), sistem hukum Eropa kontinental, sistem hukum komunis, sistem
hukum Islam dan sistem-sistem hukum lainnya. Hukum perdata di Indonesia
didasarkan pada hukum perdata di Belanda, khususnya hukum perdata Belanda pada
masa penjajahan.
2.9 Penampilan Diri
Guru adalah proIesi strategis untuk menuju terciptanya pendidikan yang
bermartabat, yang pada gilirannya akan tercipta generasi yang memiliki SDM handal.
Tapi ada keanehan dan telah menjadi Ienomena pada masyarakat bahkan sekolah,
bahwa umumnya siswa cerdas enggan untuk memilih proIessi guru. Tidak jarang
sebagian guru sendiri yang menganjurkan anak didik mereka yang cerdas agar
memilih karir selain guru. Guru yang bersikap baik tetapi memiliki penampilan yang
tidak sesuai dengan situasi maupun kondisi tidak akan dapat memberi teladan yang
baik kepada para anak SM-nya.
Penampilan guru sebagai seorang guru rohani yang adalah panutan bagi para
muridnya sebaiknya memperhatikan:
1. Pakaian yang dikenakan, pilih yang sederhana, sopan, namun berkesan baik
dan rapi.
2. Bagi guru wanita, pilih make up yang wajar dan menarik, tetapi tidak "menor"
(jangan berlebihan). Sebaiknya Anda juga tidak memakai perhiasan yang

berlebihan.
. Sesaat sebelum acara dimulai, jangan "sibuk" atau "mencari kesibukan", baik
dengan bersenda-gurau dengan guru SM lain, atau dengan berjalan hilir
mudik. Hal ini akan membuat Anda kelelahan dan kehilangan konsentrasi.
Lebih baik Anda duduk tenang, sambil berdoa dan membaca kembali
persiapan Anda. Juga gunakan waktumu untuk memastikan bahwa semua
perlengkapan sudah siap di tempat. Gunakan waktumu juga untuk berbincang-
bincang dengan anak-anak yang sudah datang.
4. Jangan lupa Anda harus istirahat secukupnya (tidur secukupnya) dan makan
secukupnya sebelum acara tersebut. Pastikan Anda pada kondisi "puncak"
pada saat Anda memimpin acara Sekolah Minggu tersebut sehingga Anda
tampak segar, bersemangat, dan dengan penampilan Anda dapat
membangkitkan semangat anak-anak dalam berbakti.
Tidaklah berdosa bila seorang guru juga mengejar dan memenuhi kebutuhan
penampilan. Guru juga manusia biasa, mereka juga punya kebutuhan mulai dari
kebutuhan primer, sekunder dan kebutuhan luks. Atau mereka juga perlu memenuhi
kebutuhan Iisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan psikologi sampai kepada kebutuhan
untuk aktualisasi diri. Dan selayaknya guru juga bisa meluncur dengan mobil sedan,
hingga sebutan 'Oemar Bakri yang pergi mengajar dengan mendayung sepeda
kumbang tidak melekat lagi. Tapi semua itu harus dibarengi juga dengan kepedulian
untuk menajamkan kemampuan kompetensi mereka sebagai guru yang proIessional
Untuk menjadi proIesional, seorang guru dituntut memiliki empat hal, yakni:
1. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini
berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan
siswanya.
2. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang
diajarkan serta cara mengajarkannya kepada siswa. Bagi guru, hal ini
meryupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui


berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa
sampau tes hasil belajar.
4. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan
belajar dari pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk
guru guna mengadakan reIleksi dan koreksi terhadap apa yang telah
dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman, ia harus tahu mana
yang benar dan salah, serta baik dan buruk dampaknya pada proses
belajar dapat membangkitkan semangat anak-anak dalam berbakti.
ProIesi sebagai guru tentunya tidak hanya melulu mengajar dengan metode-
metode yang bagus-bagus, tidak mengandalkan kepandaian, dan juga tidak tergantung
lulusan dari perguruan tinggi tertentu. Namun sebagai guru, kita harus tampil hangat,
prima, bersemangat, simpatik, penuh percaya diri, tegas dan antusias. Segala bentuk
penampilan guru akan mempengaruhi sikap para peserta didik. Apabila tampilan guru
sudah tidak bersemangat (loyo, aroma balsem, tidak konsisten) maka jangan harap
akan tumbuh sikap aktiI pada diri peserta didik.

2.10 Konsep Tut Wuri Handayani
Tut Wuri Handayani adalah sebuah semboyan yang tak asing lagi buat kita
apalagi di dunia pendidikan. Setiap orang yang pernah mengenyam pendidikan
Sekolah Dasar pasti pernah mendengar IilsaIah ini. Sebuah konsep pembangunan
negeri yang dibagi menjadi tiga elemen.
Berikut adalah IilsaIah lengkapnya :
O ng Ngarso Sung %ulodho,
O ng Madya Mangun arsa,
O %ut Wuri Handayani

'ng Ngarso sung %ulodho elegi pembuka dari IilsaIat ini. Sebuah semboyan
yang berarti seorang |pemimpin| yang berada di depan haruslah selalu memberi
contoh. Sebuah contoh untuk dapat diikuti dan diamalkan terutama oleh dirinya dan
orang-orang yang dipimpinnya.
Bagian kedua IilsaIat ini adalah 'ng Madya Mangun arsa atau di tengah
|sebagai pengikut atau pengemban| seharusnya membangun karsa atau kehendak.
Para warga negara rakyat atau penngemban yang berada di tengah tidak hanya
diharapkan selalu mencontoh sang pemimpin tapi diharapkan juga mampu
membangun lingkungan atau suasana yang kondusiI. Dengan hadirnya contoh dan
lingkungan yang kondusiI diharapkan sebuah negara atau lingkungan dapat hidup dan
berkembang.
Demikian pula dengan kata Tut Wuri Handayani, Tut Wuri artinya mengikuti
dari belakang dan handayani berati memberikan dorongan moral atau dorongan
semangat. Sehingga artinya Tut Wuri Handayani ialah seseorang harus memberikan
dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Dorongan moral ini sangat
dibutuhkan oleh orang - orang disekitar kita menumbuhkan motivasi dan semangat.
Tut Wuri Handayani, sebagai Iungsi ketiga, berarti agar para generasi penerus
atau generasi muda dapat selalu mengikuti contoh dan suasana kondusiI yang telah
ada. Sehingga diharapkan pada saatnya nanti tiba, yakni saat mereka memainkan
peran entah itu di depan (Ing Ngarso) atau pun di tengah (Ing Madya) mereka dapat
menjalankan Iungsinya dengan baik yakni untuk memberi teladan ataupun
menciptakan suasana yang kondusiI.
Jadi secara tersirat Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut
Wuri Handayani berarti Iigur seseorang yang baik adalah disamping menjadi suri
tauladan atau panutan, tetapi juga harus mampu menggugah semangat dan
memberikan dorongan moral dari belakang agar orang - orang disekitarnya dapat
merasa situasi yang baik dan bersahabat . Sehingga kita dapat menjadi manusia yang
bermanIaat di masyarakat.

Yang akan saya bahas pada postingan kali ini bukanlah mengenai IilosoIi dari
semboyan ini tetapi lebih ditekankan pada penerapannya pada kehidupan nyata.
Khususnya dunia pendidikan dewasa ini. Sedikit akan saya kritisi di sini. Dulu
mungkin saat Indonesia masih muda semboyan ini masih mungkin diterapkan karena
apa? Karena kedua elemen yang berada di atas tut wuri handayani ada. Saat itu masih
banyak pemimpin yang layak diteladani. Mampu memberikan contoh yang baik. Dan
bukan hanya itu perjuangannya memperjuangkan Indonesia layak diacungi jempol.
Mereka mau keluar masuk penjara, diasingkan, jauh dari keluarga, ditekan dari
berbagai penjuru hanya untuk memperjuangkan satu kata 'kemerdekaan. Bahkan
banyak dari mereka yang gugur hanya untuk menjaga kehadiran negara tercinta kita.
Pada saat itu pula para warga negara dan rakyat yang rela sepenuh hati
membantu perjuangan para pemimpinnya dengan harta, jiwa dan raga hanya untuk
menghadirkan karsa atau lingkungan yang kondusiI. Mereka berjuang dengan tulus
meskipun tidak pernah diekspose oleh berita. Walhasil dengan teladan dari pemimpin
dan dukungan dari warga negara maka kemerdekaan bisa diraih dan dipertahankan
sekian lama. Pada saat-saat itu wajar jika semboyan tut wuri handayani diterapkan.
Karena dua elemen di atasnya ada dan menjalankan Iungsinya dengan benar. Output
dari semboyan ini adalah muncul pejuang-pejuang baru yang siap menggantikan
pemimpin ataupun laskar pejuangnya. Sehingga kesinambungan perjuangan akan
tetap terjaga.Yang menjadi pertanyaan adalah implementasi tut wuri handayani saat
ini khususnya di dunia pendidikan. Apakah masih tepat dan relevan. Apalagi
mengingat dua elemen di atasnya sudah tidak lagi menjalankan Iungsinya
sebagaimana mestinya.Sejak negara ini diperintah oleh pemimpin yang isunya sejak
muda sudah menggelapkan kayu ke luar negeri dan memperoleh tahtanya dari hasil
merampas kekuasaan dari pemimpin yang sah, negeri ini jadi kehilangan sosok
pemimpin yang bisa 'sung tulodho. Tentunya teladan ke arah kebaikan.


2.11 Sertifikasi Guru


SertiIikasi guru adalah proses pemberian sertiIikat pendidik untuk guru yang
telah memenuhi standar kompetensi guru. SertiIikasi guru bertujuan untuk: (1)
menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran
dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, (2) meningkatkan proses dan mutu hasil
pendidikan, () meningkatkan martabat guru, (4) meningkatkan proIesionalitas guru.
Guru dalam jabatan adalah guru PNS dan Non PNS yang sudah mengajar
pada satuan pendidik, baik yang diselenggarakan pemerintah, pemerintah daerah,
maupun masyarakat, dan sudah mempunyai perjanjian kerja atau kesepakatan kerja
bersama.
PortoIolio adalah bukti Iisik (dokumen) yang menggambarkan pengalaman
berkarya/prestasi yang dicapai dalam menjalankan tugas proIesi sebagai guru dalam
interval waktu tertentu
asar Hukum
Dasar hukum yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan sertiIikasi guru dalam
jabatan adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 200 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
KualiIikasi dan Kompetensi Guru.
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang SertiIikasi
Bagi Guru dalam Jabatan.

a) Prinsip SertiIikasi
Dilaksanakan secara objektiI, transparan, dan akuntabe. ObjektiI yaitu
mengacu kepada proses perolehan sertiIikat pendidik yang impartial, tidak
diskriminatiI, dan memenuhi standar pendidikan nasional. Berujung pada
peningkatan mutu pendidikan nasional melalui peningkatan mutu guru dan
kesejahteraan guru. SertiIikasi guru merupakan upaya Pemerintah dalam
meningkatkan mutu guru yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru.
Guru yang telah lulus uji sertiIikasi guru akan diberi tunjangan proIesi sebesar satu
kali gaji pokok sebagai bentuk upaya Pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan
guru. Tunjangan tersebut berlaku, baik bagi guru yang berstatus pegawai negeri sipil
(PNS) maupun bagi guru yang berstatus non-pegawai negeri sipil (non PNS/swasta).
Dengan peningkatan mutu dan kesejahteraan guru maka diharapkan dapat
meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara
berkelanjutan.
b) Tujuan dan ManIaat SertiIikasi
SertiIikasi guru bertujuan untuk meningkatkan mutu dan menentukan
kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Adapun manIaat ujian sertiIikasi guru dapat
diperikan sebagai berikut:
Melindungi proIesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat
merusak citra proIesi guru. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan
yang tidak berkualitas dan proIesional. Menjadi wahana penjaminan mutu bagi LPTK
dan kontrol mutu dan jumlah guru bagi pengguna layanan pendidikan. Menjaga
lembaga penyelenggara pendidikan (LPTK) dari keinginan internal dan tekanan
eksternal yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku memperoleh
tujangan proIesi bagi guru yang lulus ujian sertiIikasi.

Untuk memperoleh sertiIkat pendidik, sertiIikasi bagi guru dalam jabatan


dilaksanakan melalui uji kompetensi. Uji kompetensi dilakukan dalam bentuk
penilaian portoIolio, yakni penilaian sekumpulan dokumen yang mendeskripsikan:
a) kualiIikasi akademik,
b) pendidikan dan pelatihan;
c) pengalaman mengajar;
d) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran;
e) penilaian dari atasan dan pengawas;
I) prestasi akademik;
g) karya pengembangan proIesi;
h) keikutsertaan dalam Iorum ilmiah;
i) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial; dan
j) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
Guru yang lulus penilaian portoIolio mendapatkan sertiIikan pendidik,
sedangkan yang tidak lulus penilaian portoIolio dapat (a) melakukan kegiatan yang
dapat melengkapi portoIolio agar mencapai nilai lulus, atau (b) mengikuti pendidikan
dan pelatihan proIesi guru (PLPG) yang diakhiri dengan ujian. Ujian PLPG
mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan proIesional. Guru dalam
jabatan yang lulus PLPG mendapat sertiIikat pendidik.



2.12 Organisasi Profesi


Organisasi proIesi guru merupakan conditio sin aqua non. UU Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, khususnya Pasal 41 menegaskan bahwa (1)
Guru dapat membentuk organisasi proIesi yang bersiIat independen; (2) Organisasi
proIesi berIungsi untuk memajukan proIesi, meningkatkan kompetensi, karier,
wawasan kependidikan, perlindungan proIesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada
masyarakat; () Guru wajib menjadi anggota organisasi proIesi.
a Berbagai Organisasi Profesi Guru/ependidikan
Didalam perkembangannya organisasi guru teah banyak mengalami
diIerensinya dan di versiIikasi. Sebagaiaman telah dinyatakan dalam UU No. 20
tahun 200 Pasal 1 ayat (6) bahwa ' Pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualiIikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, Iasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususnya seta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Akan tetapi yang perlu di ingat
bahwasannya setiap organisasi kependidikan guru/kependidikan dapatnya memberi
manIaat bagi anggotanya, baik melindungi anggotanya dan melindungi masyarakat.
b Mafaat Organisasi Profesi Bagi Guru
Suatu proIesi muncl berawal dari adanya public trust kepercayaan masyarakat
(Bigs dan Blocher, 1986: 7). Kepercayaan masyarakat yang menjadi penopang suatu
proIesi didasari oleh ketiga perangkat keyakinan.
1. Kepercayaan terjadi dengan adanya suatu persepsi tentang kompetensi.
2. Adanya persepsi masyarakat bahwa kelompok-kelompok proIeional mengatur
dirinya dan lebih lanjut diatur oleh masyarakat berdasarkan minat dan kepentingan
masyarakat .

. Persepsi yang melahirkan kepercayaan masyarakat itu ialah anggota-anggota suatu


proIesi miliki motivasi untuk memberikan layanan kepada orang-orang dengan siapa
mereka bekerja.
Konsepsi proIesi, seperti diatas merupakan reIleksi nurani pihak proIessional
yang pernyataannya tersurat dan tersirat dalam standart diIikasi, yang selanjutnya
disebut kode etik. Bahwasannya hakikat proIesi adalah suatu pernyataan atau suatu
janji yang terbuka. Oleh karena itu, seorang proIeional yang melanggat standart etis
proIesinya akan berhadapan dengan sanksi tertentu.
Fungsi Peningkatan emampuan Profesional
Fungsi ini telah tertuang dalam PP No. 8 tahun 1992, pasal 61 yang berbunyi
' Tenaga kependidikan dapat membentuk ikatan proIesi sebagai wadah untuk
peningkatkan dan mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan proIessional,
martabat, dan kesejahteraan tenaga kependidikan.
Menurut Johnson (Abin Syamsuddin, 1999 :72), kompetensi kependidikan dibangun
oleh enam perangkat kompetensi berikut ini :
a. PerIormance component, yaitu unsur kemampuan penampilankinerja yang sesuai
dengan proIesi kependidikan
b. Subject component, yaitu unsur kemampuan penguasaan bahan/substansi
pengetahuan yang relevan.
c. ProIesional component, yaitu unsur kemampuan penguasaan subtansi pengetahuan
dan ketarampilan teknis proIesi kependidikan.
d. Process component, yaitu unsur kemampuan penguasaan proses-proses mental
mencakup berpikir logis dalam pemecahan masalah.

e. Adjustment component, yaitu unsur kemampuan penyerasian dan penyesuaian diri


berdasarkan karakteristik pribadi pendidik.
I. Attitudes component, yaitu unsur komponen sikap, nilai, kepribadian
pendidik/guru.
c %ufuan Organisasi Profesi ependidikan
Menurut visinya secara umum ialah terwujudnya tenaga kependidikan yang
proIessional
1. Meningkatkan dan mengembangkan karier anggota, hal itu merupakan upaya
organisasi dalam bidang mengembangkan karir anggota sesuai bidang pekerjannya.
2. Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan anggota, merupakan upaya
terwujudnya kompetensi kependidikan yang handal pada diri tenaga kependidikan
. Meningkatkan dan mengembangkan kewenangan proIeional anggota merupakan
upaya para proIessional untuk menempatkan anggota suatu proIesi sesuai
kemampuan.
4. Meningkatkan dan mengembangkan martabat anggota, merupakan upaya
organisasi proIesi kependidikan agar anggotanya terhindar dari perlakuan tidak
manusiawi.
5. Meningkatkan dan mengembangkan kesejahteraan merupakan upaya organisasi
proIesi kependidikan untuk meningkatkan kesejahteraan lahir batin anggotanya.



BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
ProIesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya
memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta
dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus
diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan.
Hakikat dari proIesi adalah Suatu pekerjaaan yang membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan yang berkualitas tinggi dalam melayani atau mengabdi pada
kepentingan umum untuk mencapai kesejahteraan manusia.
Guru adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi, dan proIesi bagi seseorang
yang mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui interaksi edukatiI secara
terpola, Iormal dan sistematis. Kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
proIesional yang diperoleh melalui pendidikan proIesi. Kompetensi dari deIinisikan
sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang direIleksikan dalam
kebiasaan berIikir dan bertindak.
ProIesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan proIesi. Sebuah tantangan proIessional guru yang telah terjadi cukup lama
adalah saat para guru membiarkan perampasan kompetensi proIesionalnya dirampas
begitu saja oleh sebuah komputer bodoh melalui Ujian Nasional untuk menentukan
kelulusan para siswa yang bertahun-tahun dididiknya. Ujian Nasional merupakan
salah satu perangkat kebijakan paling menonjol dalam proses penggerusan

kewibawaan guru, dan penghancuran proIesionalisme guru. Membiarkan hal ini terus
terjadi merupakan pengingkaran atas tanggungjawab proIessional guru.
Organisasi proIesi guru merupakan conditio sin aqua non. UU Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, khususnya Pasal 41 menegaskan bahwa (1)
Guru dapat membentuk organisasi proIesi yang bersiIat independen; (2) Organisasi
proIesi berIungsi untuk memajukan proIesi, meningkatkan kompetensi, karier,
wawasan kependidikan, perlindungan proIesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada
masyarakat; () Guru wajib menjadi anggota organisasi proIesi. Dengan demikian
tidak ada alasan bagi guru untuk menyampaikan aspirasinya terhadap berbagai
permasalahan pendidikan kepada partai politik atau lembaga lainnya. Sebab,
organisasi proIesi guru itu sendiri punya kewenangan untuk menetapkan dan
menegakkan kode etik guru, memberikan bantuan hukum kepada guru, memberikan
perlindungan proIesi kepada guru, melakukan pembinaan dan pengembangan proIesi
guru.
3.2 Saran
Dari uraian pembahasan dan kesimpulan diatas, maka kami mengajukan
beberapa saran yakni:
1. Untuk mahasiswa keguruan diharapkan bisa menjdi pengajar proIessional dan
memiliki ketrampilan atau kemampuan bersikap, berpikir kritis dan konsisten
terhadap proIesinya.
2. Untuk para guru kami berharap agar dapat menerapkan kompetensi proIessional
dalam menggunakan proIesinya.
. Untuk pemerintah agar kiranya lebih memperhatikan para proIessional terutama
proIesi pendidik atau yang berproIesi kependidikan.

You might also like