You are on page 1of 18

BAB 1.

PENDAHULUAN


1.1Latar Belakang
Untuk melakukan perawatan gigi tiruan sebagian, kita harus mengetahui
tahapan-tahapan dari penatalaksanaan atau perawatan gigi tiruan sebagian.
Diawali dengan pemeriksaan, pemeriksaan utama maupun pemeriksaan
penunjang. Mencetak merupakan tahapan kedua yang dilakukan. Mencetak
dilakukan berdasarkan pertimbangan resiliensi jaringan mukosa mulut. Preparasi
gigi penjangkaran termasuk salah satu dalam tahap perawatan preprotestik.
Penentuan relasi rahang atas dan rahang bawah dari pasien. Pemilihan elemen gigi
tiruan yang dilihat dari bentuk, ukuran dan warna serta tahapan penyusunan gigi.
Untuk menegakkan suatu diagnosis agar perawatan dapat dilakukan, maka
kita harus melakukan beberapa tahapan prosedur pemeriksaan prostodontik.
Riwayat pasien mencakup semua inIormasi yang berhubungan dengan alasan
tanpa pasien meminta perawatan, disertai dengan inIo personal, inIo yang relevan
hasil riwayat medis dan dental.
Diagnosis ditentukan setelah merangkum semua inIormasi yang didapat
dari pemeriksaan utama dan penunjang. Klinisi harus menentukan etiologi utama
dari ketidaknyamanan pasien. Pemeriksaan klinis merupakan suatu pemeriksaan
yang dilakukan dengan cara melihat dan mencari tanda-tanda langsung dari tubuh
atau pun mulut pasien. Pemeriksaan ini berupa pemeriksaan intraoral dan
ekstraoral. Pemeriksan penunjang dapat dilakukan dengan evaluasi radiograI.
Evaluasi ini penting dalam melakukan perawatan prostodontik. Jenis perwatan
dapat ditentukan dan dilaksanakan apabila semua tahapan pemeriksaan dapat
dilakukan dengan baik dan benar. Hal ini bertujuan agar dapat menghindari
kesalahan perawatan, maka dari itu sangat penting untuk melakukan prosedur
pemeriksaan diagnostik dengan baik dan benar melalui pengisian kartu status pada
penderita.



1.2 Rumusan Masalah


. Jelaskan tentang pemeriksaan subyektiI dalam bidang prostodonsi !
2. Jelaskan tentang pemeriksaan obyektiI dalam bidang prostodonsi !
3. Jelaskan tentang pemeriksaan medik, rontgen, & model studi dalam bidang
prostodonsi !
4. Bagaimana penetapan diagnosis di bidang prostodonsi ?

1.3 Tujuan
. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang pemeriksaan subyektiI dalam
bidang prostodonsi
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang pemeriksaan obyektiI dalam
bidang prostodonsi
3. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang pemeriksaan medik, rontgen, &
model studi dalam bidang prostodonsi
4. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang cara penetapan diagnosis di bidang
prostodonsi














BAB 2. PEMBAHASAN


2.1 Pemeriksaan Subyektif
Pemeriksaan subyektiI adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan inIormasi dari pasien mengenai riwayat pasien melalui anamnesa.

2.. Riwayat Pasien
Riwayat pasien dapat dibagi menjadi tiga tahap :
. Detail personal
Termasuk nama, alamat, usia, jenis kelamin dan pekerjaan; juga harus
diperhatikan detail-detail administratiI seperti nomor perawatan (Walter &
Neil, : 3).
Pencatatan nama bertujuan untuk membedakan seorang penderita dari
yang lainnya, disamping mengetahui asal suku atau rasnya.Ras ini
berhubungan dengan penyusunan gigi depan.
Pencatatan alamat bertujuan agar penderita dapat dihubungi segera bila
terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, sehingga pemanggilan kembali
penderita dapat dengan mudah dilakukan. Alamat juga dapat membantu
kita mengetahui latar belakang lingkungan hidup pasien sehingga dapat
pula diketahui status sosialnya.
Pencatatan pekerjaan dapat mengetahui keadaan sosial ekonomi pasien.
Pencataan jenis kelamin berhubungan dengan pembuatan desain gigi
tiruan lepasan. Wanita lebih memperhatikan estetik, sedangkan pria
membutuhkan protesa yang lebih kuat karena kekuatan mastikasi besar.
Pencatata usia berhubungan dengan keadaan kesehatan mulut, koordinasi
otot, saliva, ukuran pulpa , serta panjang mahkota klinis, serta penyakit-
penyakit seperti hipertensi, jantung, diabetes melitus, dan penyakit
periodontal yang sering terjadi pada usia lanjut (Gunadi, : -).
Disamping itu perlu juga untuk menentukan klasiIikasi penderita,
diantaranya :

a. KooperatiI/philosophical mind
-rasional, tenang, seimbang
-yakin penuh pada drg
-prognosa baik
b.Rewel/exacting mind
-serba teratur, terlalu hati-hati
-segala sesuatu harus tepat
-sulit menerima pendapat atau nasihat
-ingin mengatur perawatan
c.Histerical mind
-gugup
-tidak peduli kesehatan mulutnya
-tidak kooperatiI
-cenderung mengeluh
-mencari-cari kesalahan
d.Acuh tak acuh/indeIIerend mind
-tidak peduli penampilan dirinya
-mastikasi tidak dipentingkan
-tidak ulet
-tidak mau merepotkan dirinya
-upaya drg. Kurang dihargai
2. Riwayat medis yang relevan
Ada beberapa hal dalam riwayat medis yang harus diperhatikan sebelum
melakukan pembuatan geligi tiruan sebagian lepasan. Epilepsi misalnya,
mempengaruhi desain suatu geligi tiruan. Bagaimanapun, pengetahuan
tentang riwayat medis pasien yang relevan mengambil peranan penting
dalam melakukan preparasi rongga mulut dimana terapi periodontal atau
bentuk bedah mulut minor lainnya yang akan dilakukan. Dokter gigi perlu
mengetahui setiap keluhan jantung , dada atau riwayat demam reumatik.
Riwayat demam reumatik berperan penting agar pasien terlindung dari
bakteremia yang dapat menimbulkan endokarditis. Pasien yang memakai

implan protesa juga harus dilindungi dari bakteremia yang dapat


menimbulkan inIeksi pada daerah implan tersebut. Selain itu juga
diperlukan langkah perlindungan bagi penderita diabetes dan mereka yang
mempunyai riwayat pendarahan berlebih bila terkena trauma ringan.
Dengan makin populer dan kompleksnya terapi obat-obatan, dokter gigi
diharapkan mengetahui obat yang digunakan pasien sehingga ia dapat
menghindari pemberian obat yang menimbulkan reaksi yang tak
dikehendaki atau yang memperkuat aksi obat yang sudah diminum pasien
atau obat yang tidak dapat ditolerir oleh pasien (alergi) (Walter & Neill,
:3).
Obat-obat steroid perlu dihindarkan selama periode pencabutan,
sedang antikoagulan harus diperkecil dosisnya dengan cara yang
terkontrol. Pengetahuan tentang obat-obat yang digunakan pasien dapat
menjelaskan hasil pengamatan yang dibuat saat pemeriksaan: mulut kering
berhubungan dengan obat-obat sedasi atau antikoagulan; proliIerasi
organisme jamur dalam mulut pada pemakaian antibiotik jangka panjang
(Walter & Neill, :3).
Pada penderita diabetes melitus, kombinasi inIeksi dan penyakit
pembuluh darah menyebabkan komplikasi di dalam mulut, seperti jaringan
mukosa yang meradang, agresive periodontal, resorpsi tulang alveolar,
berkurangnya saliva, bertambahnya pembentukan kalkulus. Hal pertama
yang harus dilakukan adalah mengontrol diabetesnya dan menyehatkan
kembali rongga mulut (Gunadi, : ).
Pada pasien dengan penyakit kardiovaskular perlu diperhatikan
pada waktu pencabutan gigi yaitu dengan menghindari pemakaian
anestetikum yang mengandung vasokonstriktor seperti adrenalin, karena
dapat mempengaruhi tekanan darah (Gunadi, : ).
Pada penderita tuberculosis terjadi gangguan metabolisme yang
menyebabkan resorpsi berlebihan pada tulang alveolar (Gunadi, :
).

Penderita anemia menunjukkan resorpsi tulang alveolar yang cepat.


Untuk kasus ini sebaiknya menggunakan elemen gigi tiruan yang tidak ada
tonjolnya (cusp) (Gunadi, : ).
Penderita depresi mental biasanya diberi pengobatan dengan obat
yang mempunyai eIek samping mengeringkan mukosa mulut. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya retensi geligi tiruan (Gunadi, : ).
Pecandu alkohol biasanya mengecewakan, karena cenderung
mengalami kecelakaan, patah atau hilangnya geligi tiruan karena jatuh
atau kecelakaan kendaraan (Gunadi, : ).
3. Riwayat gigi
Hasil pemeriksaan riwayat perawatan gigi terdahulu akan membantu
dalam menentukan sikap pasien terhadap perawatan dan dapat
menunjukkan apa yang akan dihadapi dokter gigi pada saat pemeriksaan
rongga mulut. Di sini perlu ditentukan apakah perawatan gigi harus
dilakukan secara teratur, alasan pencabutan dan riwayat pemakaian geligi
tiruan sebagian lepasan (Walter & Neil, : 4).
Pada saat mencatat riwayat gigi pasien , perlu dipastikan kapan gigi-gigi
aslinya dicabut, mengapa gigi-gigi itu dicabut, dan apakah ada komplikasi
pembedahan. Kemudian dokter gigi harus mencari tahu berapa banyak gigi
tiruan yang telah dibuat setelah itu, apakah ada gigi tiruan yang dapat
dipakai secara memuaskan, atau apakah ada masalah utama yang
dirasakan dengan pemakaian semua gigi tiruan yang dimilikinya.
InIormasi ini penting dalam 3 hal :
a. Riwayat hilangnya gigi dapat menjadi dasar untuk penilaian derajat
resorpsi tulang saat ini. Jika pencabutan dilaksanakan beberapa bulan
sebelumnya, resorpsi masih akan berjalan dengan cepat; jika gigi
tiruan dibuat saat ini, akan menjadi longgar dalam waktu yang singkat
dan pasien harus diberi tahu tentang kemungkinan ini. Tetapi jika
pencabutan telah dilaksanakan beberapa tahun yang lalu, tulang
alveolar relatiI telah mencapai keadaan stabil dan karena itu gigi tiruan
pengganti akan dapat bertahan lebih lama.

b. Jika terdapat riwayat pencabutan yang sulit, disarankan agar dilakukan


pemeriksaan radiograIis untuk melihat apakah ada sisa akar dan
dimana lokasinya.
c. Diperoleh petunjuk tentang daya adaptasi pasien. Sebagai contoh, jika
3 pasang gigi tiruan telah dipakai dengan memuaskan selama tahun
misalnya, boleh diasumsikan bahwa daya adaptasi pasien cukup baik,
sedang jika ketiga pasang gigi tiruan itu baru dibuat 2 atau 3 tahun
yang lalu dan masing-masing bermasalah, daya adaptasi pasien perlu
diragukan. Betapapun sangat penting untuk tidak terlalu cepat
mengambil kesimpulan dan melemparkan kesalahan kepada pasien
sampai benar-benar jelas bahwa keluhan-keluhan itu tidak disebabkan
oleh kesalahan pada desain gigi tiruannya. Karena itu sebaiknya pasien
agar membawa semua gigi tiruan yang dimilikinya pada kunjungan
pertama, karena dengan memeriksa setiap gigi tiruan dapat diperoleh
petunjuk yang berharga dan meningkatkan ketepatan diagnosis
(Basker, : 2).

2..2 Anamnesis
Anamnesis adalah tindakan yang dilakukan kepada pasien untuk
mengetahui apa yang menjadi persoalan, keluhan serta keinginannya dengan
memberikan pertanyaan kepada pasien. Anamnesis merupakan riwayat yang lalu
dari suatu penyakit atau kelainan, berdasarkan ingatan penderita pada waktu
dilakukan wawancara dan pemeriksaan medik/dental. Ditinjau dari penyampaian
cerita, dikenal 2 macam anamnesis, yaitu auto anamnesis : cerita mengenai
keadaan dimana cerita mengenai penyakit disampaikan sendiri oleh pasien; dan
allo anamnesis : cerita mengenai penyakit ini tidak disampaikan oleh pasien yang
bersangkutan, melainkan melalui bantuan orang lain, yang dijumpai pada pasien
bisu, ada kesulitan bahasa, penderita yang mengalami kecelakaan atau pada anak-
anak kecil. Dari segi inisiatiI penyampaian cerita, dikenal pula anamnesis pasif
dimana pasien sendiri yang menceritakan keadaannya kepada si pemeriksa.

Sebaliknya pada anamnesis aktif penderita perlu dibantu pertanyaan-pertanyaan


dalam menyampaikan ceritanya (Gunadi, : ).
Anamnesis dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
terarah. Pertama dicatat inIormasi mengenai kesehatan umum. Data mengenai
perawatan dokter yang terakhir, pemakaian obat-obatan, tindakan operasi,
kelainan jantung dan pembuluh darah, diabetes, alergi dan beban psikis yang akan
memberikan inIormasi mengenai hubungan antara hasil pemeriksaan gigi dan
keadaan kesehatan umum. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya komplikasi
ketika sedang dilakukan perawatan. Pertanyaan yang berkaitan dengan penyakit
seperti serum hepatitis dan penularan HIV sangatlah penting bagi dokter gigi dan
para asistennya (Battistuzzi, : 3).
Kemudian pertanyaan diarahkan ke bidang pengobatan gigi yang
mencakup inIormasi mengenai pengobatan gigi yang telah diperoleh sebelumnya,
daerah yang terasa sakit, kebiasaan buruk (menggertakkan gigi), kebersihan mulut
dan tindakan preventiI. Untuk kebiasaan menggertakkan gigi dapat ditanyakan
pada keluarga pasien, karena pasien tidak selalu sadar melakukan hal tersebut.
Selanjutnya diberikan pertanyaan sebagai berikut :
- Sudah berapa lama elemen gigi itu hilang?
- Apa penyebab kehilangan elemen gigi itu?
- Mengapa pasien menginginkan perawatan protetik?
- Apakah dahulu sudah pernah memakai protesa?
- Bagaimana pengalamannya dalam keadaan istirahat, ketika
mengunyah, jika sedang berbicara dan Iungsi-Iungsi lainnya?
Setelah mendapat anamnesis pendahuluan maka diadakan evaluasi untuk
kesehatan pada umumnya dan khususnya mengenai gigi geligi. Dengan anamnesis
ini kita dapat memperoleh kepercayaan pasien, dan hal ini dapat ditingkatkan
dengan cara mendengarkan dengan baik serta menunjukkan pengertian akan
permasalahan yang dihadapi oleh pasien tersebut (Battistuzzi, : 3).


2.2 Pemeriksaan Obyektif


Pemeriksaan obyektiI disebut juga pemeriksaan klinis. Pemeriksaan klinis
dibagi menjadi pemeriksaan ekstraoral dan intraoral.

2.2. Pemeriksaan ekstraoral
Pemeriksaan klinis secara ekstraoral ditujukan pada pemeriksaan tentang
penyimpangan patologis, Iungsi susunan gigi dalam rahang dan estetik wajah.
Dilihat apakah terdapat pembengkakan, bagian yang asimetris dan Iistel. Sendi
rahang diraba dalam keadaan istirahat dan pada waktu bergerak, juga otot-otot
pengunyah bila perlu. Suara yang terdengar dari sendi rahang dan dari elemen-
elemen yang beroklusi dapat didengar dengan menggunakan stetoskop.
Selanjutnya diperhatikan rongga mulut yang terbuka secara maksimal dan
pergerakan rahang bawah terhadap garis median waktu membuka dan menutup
mulut. Untuk mendiagnosis suatu kelainan pada STM ada triad simptom yang
penting, yaitu :
- Suara dalam sendi rahang
- Perasaan sakit pada sendi dan/atau pada otot kunyah dan otot wajah
yang bersebelahan dengan sendi rahang
- Pembukaan mulut yang terbatas dan perubahan gigitan
Karena permasalahan estetik maka perlu juga untuk memperhatikan relasi
bibir dan berapa banyak elemen yang terlihat pada waktu berbicara serta tertawa.
Juga perlu diperhatikan penyimpangan-penyimpangan waktu bicara (Battistuzzi,
: 3-3).
Pemeriksaan ektraoral meliputi pemriksaan :
. Bentuk kepala
Yaitu persegi (square), lonjong (oval), dan lancip (tapering). Bentuk
kepala ini sesuai dengan bentuk lengkung rahang atas serta bentuk gigi
insisivus sentral dilihat dari arah permukaan labial.
2. Bentuk muka dan ProIil
Adanya hubungan antara bentuk muka dengan bentuk gigi insisivus
sentral atas dilihat dari aspek Irontal.

Bentuk muka dilihat dari samping merupakan indikasi hubungan


rahang atas dan bawah. Dikenal 3 macam proIil muka, yaitu lurus,
cembung, dan cekung. Bentuk proIil ini bertujuan untuk penyesuaian
bentuk labial gigi depan dilihat dari arah proksimal.
3. Mata
Pemeriksaan mata dilakukan saat penderita duduk tegak lurus dengan
mata memandang lurus ke depan lalu dilihat keadaan simetris atau
tidak. Hal ini berguna untuk menentukan garis interpupil yang dipakai
untuk menentukan tinggi gigit dan kesejajaran galengan gigit rahang
atas bagian anterior, bidang horosontal IrankIurt untuk proses
pencetakan rahang dengan bahan cetak cair pada penderita sensitiI,
garis tragus-canthus sebagai panduan letak kondil rahang yang terletak
lebih kurang setengah inci di depan tragus pada garis ini, dan garis
tengah wajah penderita.
4. Hidung
Pemeriksaan untuk mengetahui apakah pasien bernapas melalui mulut
atau tidak yang mana pada pasien yang bernapas melalui mulut
didapati palatum yang dalam dan mukosa yang kering, sehingga pada
pencetakan harus kumur-kumur dulu agar hasil cetakan baik.
. Telinga
Diperiksa simetri atau tidak untuk menentukan garis camper yang
berguna pada pencetakan rahang yang menggunakan bahan cetak yang
tidak cair; garis canthus untuk menetukan letak kondil rahang bawah
yaitu harus berada pada garis ini dengan jarak lebih kurang setengah
inci dari tragus; garis yang ditarik dari tragus ke sudut mulut yang
bermanIaat dalam menentukan posisi penderita pada waktu pencetakan
rahang bawah; bidang horisontal IrankIurt.
. Bibir
Digunakan sebagai pedoman untuk menentukan panjang/tinggi
galengan gigit rahang atas, yaitu lebih kurang 2 mm di bawah tepi
bawah bibir atas dalam keadaan istirahat; menentukan ukuran/lebar

gigi depan atas, lebar kedua gigi insisiv sentral atas sesuai dengan
lebar philtrum.
. Kelenjar getah bening
Yang diperiksa adalah kelenjar-kelenjar submandibularis/
submaksilaris untuk mengetahui adanya peradangan di dalam mulut
yang biasany aterjadi bila ada sisa akar gigi yang tertinggal.
Dapat dibedakan beberapa perabaan :
a. Perabaan lunak dan sakit, menunjukkan adanya peradangan akut
b. Perabaan keras dan tidak sakit, menunjukkan adanya atau pernah
teradi peradangan kronis atau adanya neoplasma
c. Perabaan yang keras dan sakit, berarti terjadi peradangan kronis
dengan eksaserbasi akut.
. Sendi Rahang
Untuk mengetahui adanya pergerakan sendi yang halus (smooth), kasar
(unsmooth), bunyi keletuk (clicking), atau keretek (crepitation)
(Gunadi, : 2-).

2.2.2 Pemeriksaan intraoral
Pada pemeriksaan secara intraoral dapat dibedakan antara pemeriksaan
bagian yang lunak (lidah, dasar mulut dan pipi), bagian tanpa gigi, elemen gigi
(keadaan gigi geligi), periodontium dan pemeriksaan oklusi dan artikulasi
(Battistuzzi, : 3).
Sebelum melakukan pemeriksaan, seyogyanya gigi-gigi diskaling karena
bila tidak lesi karies servikal mungkin tidak dapat dilihat. Sungguh banyak yang
membutuhkan perhatian dan banyak pula yang sering terabaikan bila pemeriksaan
tidak dilakukan secara berurutan. Jumlah dan posisi gigi harus ditentukan,
bersama dengan derajat pergeseran. Untuk memeriksa hubungan gigi satu sama
lain, gigi-gigi harus diamati ketika dalam keadaan beroklusi serta ketika mulut
pada posisi terbuka. Jumlah dan ketepatan restorasi juga perlu diperiksa selain
deteksi lesi karies yang belum dirawat. Bila status gigi meragukan, lakukan tes
vitalitas (Walter & Neil, : 4).

Jaringan pendukung gigi-gigi juga harus diperiksa secara klinis.


Pemeriksaan visual akan dapat menunjukkan tingkat kebersihan mulut pasien,
luas deposit plak dan kalkulus serta derajat peradangan gingiva. Penggunaan
sonde periodontal diperlukan untuk memeriksa saku di sekitar gigi-gigi. Perkusi
gigi-gigi juga membantu dalam menegakkan diagnosa lesi periapikal; tekanan
pegangan kaca mulut yang diaplikasikan ke aspek labiobukal gigi, dengan jari
diletakkan pada aspek lingual, dapat membantu dalam menegakkan diagnosa
mobilitas gigi (Walter & Neil, : ).
Fremitus atau transmisi getaran melalui mahkota bila gigi diketok,
merupakan hal normal pada gigi-gigi insisivus bawah, dimana tulang yang
menopang akar secara morIologis terbatas. Pada gigi lainnya, Ienomena ini
menunjukkan adanya tahap awal melemahnya pendukung periodontal. Gigi-gigi
yang menunjukkan adanya Iremitus atau tanda-tanda awal pergeseran biasanya
dapat dirawat dengan baik dan dapat ikut berperan pada retensi dan penopangan
geligi tiruan sebagian lepasan. Gigi yang menunjukkan pergeseran yang agak
banyak dapat tetap ditahan dalam mulut bila gigi tersebut merupakan unit
mastikasi yang bermanIaat. Walaupun demikian, gigi perlu displinting ke geligi
tiruan sebagian lepasan dan dianggap sebagai gigi dengan prognosa yang buruk
dan jangan digunakan untuk menopang atau menahan geligi tiruan. Gigi-gigi
dengan pergeseran mm atau lebih harus dicabut sebelum dilakukan pembuatan
geligi tiruan sebagian lepasan (Walter & Neil, : ).
Mukosa lidah, palatum dan daerah tak bergigi dari lingir alveolar dapat
menunjukkan tanda-tanda kondisi yang memerlukan perawatan. Lidah yang
meradang atau kemerahan dapat menyerupai keadaan anemia atau keadaan
kekurangan vitamin, mengenai mukosa pasien yang kurang dapat mentolerir
geligi tiruan sebagian lepasan. Mukosa palatal dan alvelar dapat meradang pada
denture stomatitis. kondisi ini harus dipulihkan kembali sebelum dapat dilakukan
pencetakan yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. Adanya sinus pada
mukosa dapat dihubungkan dengan sisa akar; mukosa sulkus dapat terserang lesi
hiperplastik yang disebabkan oleh trauma sayap geligi tiruan yang terlalu panjang;
kondisi ini memerlukan bedah prostetik minor (Walter & Neil, : ).

Bentuk dan ukuran alveolar, palatum, eksostosis, torus palatinus dan


tuberositas; derajat pemampatan mukosa pendukung gigi tiruan ditentukan dengan
cara palpasi; dalam dan lebar sulkus, termasuk adanya Irenulum yang besar;
ukuran lidah; kualitas dan kuantitas saliva juga harus diperhatikan (Basker, :
). Vestibulum disebut dalam bila kaca mulut terbenam lebih dari setengahnya,
vestibulum sedang dijumpai bila kaca mulut terbenam setengahnya, vestibulum
dangkal bila bagian kaca yang terbenam kurang dari setengahnya. Sedangkan
Irenulum dikatakan tinggi bila perlekatannya hampir sampai ke puncak residual
ridge, Irenulum sedang bila perlekatannya kira-kira di tengah antara puncak ridge
dan Iornix, Ireulum rendah bila perlekatannya dekat Iornix (Gunadi, : 22-
23).
Pemeriksaan pada lidah juga dilakukan untuk mengetahui ukuran dan
aktivitasnya. Aktivitas lidah memepengaruhi retensi geligi tiruan. Ukuran lidah
bisa normal, makroglosia, dan mikroglosia. Pada pasien makroglosia susah
dilakukan pencetakan dan stabilisasi protesa sulit dicapai. Pada lidah mikroglosi
tidak memeberikan penutupan tepi yang memadai untuk protesa rahang bawah
(Gunadi, : 2).
Pemeriksaan daerah retromylohyoid penting untuk retensi geligi tiruan.
Pemeriksaan dilakukan pada daerah lingual di belakang gigi-gigi molar 2&3
rahang bawah dengan kaca mulut nomor 3. Kaca mulut yang terbenam lebih dari
setengahnya menunjukkan daerah retro yang dalam; sebaliknya pada retro yang
dangkal kaca mulut terbenam kurang dari setengahnya, retro yang sedang bila
kaca terbenam kira-kira setengahnya. (Gunadi, : 2).

2.3 Pemeriksaan Model
2.3. Model studi
Dengan bantuan model studi, hubungan antar oklusi dapat dinilai lebih
baik daripada dalam mulut, terutama dalam kasus kerusakan geligi yang sudah
meluas. Model studi diperlukan untuk menganalisa oklusi dan artikulasi dan
selain itu juga dibutuhkan untuk :
- Mempelajari kerusakan pada gigi serta akibatnya;

- Merencanakan pembuatan restorasi lepasan dan cekat;


- Penyusunan percobaan (biasanya dilakukan pada model yang sudah
dipasang di artikulator);
- Pengasahan korektiI untuk keperluan menyesuaikan garis ukur serta
bidang pergeseran gigi penyangga untuk pembuatan GTSL;
- Pembuatan sendok perorangan;
- Mengemukakan dan menjelaskan rencana perawatan kepada pasien;
- Menginstruksikan cara menggosok gigi yang disesuaikan secara
perorangan;
- Memberi keterangan kepada tekniker gigi
- Dokumentasi
Jika akan diadakan perubahan pada model maka terlebih dahulu harus
dibuat duplikat model tersebut (Battistuzzi, : 4-42).

2.3.2 Model yang dipasang pada artikulator
Jika selain pemeriksaan klinis dan pemeriksaan model dibutuhkan
inIormasi lebih lanjut tentang oklusi dan artikulasi maka model geligi itu dipasang
dalam sebuah artikulator yang dapat diatur. Indikasi diagnostik ini diperlukan
dalam sebuah artikulator yang dapat diatur. Indikasi diagnostik ini diperlukan
pada kasus dengan adanya gangguan oklusi dan artikulasi serta pada pembuatan
GTSL dengan kerusakan gigi yang sudah meluas (Batistuzzi, : 42).
Pemasangan model ini hanya mempunyai arti apabila dibuat dalam
keadaan otot pasien dalam posisi istirahat, kalau tidak demikian halnya maka
tidak dapat diperoleh suatu relasi yang dapat dipercaya. Bila akan diadakan
perubahan dimensi vertikal, adalah penting untuk diperhatikan agar sumbu rotasi
artikulator sesuai dengan pasien (Battistuzzi, : 42).

2.4 Pemeriksaan Rontgen
Suatu pemeriksaan gigi tidak akan lengkap tanpa pemeriksaan rontgen.
Sehubungan dengan bahaya penyinaran maka pengumpulan inIormasi yang
diperlukan harus dilakukan dengan pembuatan Ioto sesedikit mungkin.

Foto panoramik memberikan inIormasi umum tentang seluruh gigi geligi.


Sayap gigit memberi inIormasi yang baik tentang karies, kwalitas dan perluasan
restorasi yang ada. Untuk menilai seluruh periodontium, perlu dilengkapi dengan
status rontgen yang lengkap. Dengan ini dapat juga dinilai kelainan periapikal,
perawatan saluran akar, resorpsi tulang dan kelainan lainnya. Foto rontgen yang
dibuat dalam jangka waktu beberapa tahun dapat memberikan inIormasi yang
penting tentang perkembangan kemajuan dari kerusakan gigi yang penting untuk
indikasi (Battistuzzi, : 4).
Foto rontgen dari sendi rahang antara lain memberikan inIormasi tentang
kedudukan kondilus pada Iosa mandibularis. Pada interpretasinya dapat terjadi
kesulitan tergantung pada teknik pengambilan Ioto. InIormasi rontgen
dibandingkan dengan data-klinis. Dengan cara ini status gigi dapat lebih
dipercaya. Tidak benar untuk membuat restorasi seperti mahkota, jembatan dan
protesa kerangka tanpa inIormasi rontgen terbaru. Dengan cara ini bukan saja
dapat terjadi kesalahan besar waktu indikasi, tetapi perawatanpun akan menjadi
lebih sulit karena tidak diketahui keadaan besarnya pulpa, luasnya karies, dan
sebagainya (Battistuzzi, : 4).
Pemeriksaan rontgen diperlukan untuk melihat struktur tulang pendukung;
bentuk, panjang dan jumlah akar gigi; kelainan residual ridge; sisa akar gigi;
vitalitas gigi; dan kelainan periapikal (Gunadi, : 2).

2.5 Penetapan Diagnosis
Setelah semua data terkumpul melalui pemeriksaan klinis obyektiI
anamnesis maupun model diagnostik, maka diagnosis dapat ditegakkan. Diagnosis
biasanya dituliskan pada kolom khusus pada Kartu Status Penderita (ental
Record). Di sini dikemukakan semua hal yang abnormal, menguntungkan atau
merugikan proses pembuatan geligi tiruan sebagian lepasan (Gunadi, : 2).
Rencana perawatan kemudian disusun berdasarkan hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan secara tuntas. Rencana perawatan harus dirinci selengkap dan
sebaik mungkin, sehingga terlihat jelas tahapan-tahapan perawatan yang

dilakukan. Tanpa rincian yang baik, tak mungkin tercapai eIisiensi dan eIektivitas
perawatan yang diharapkan (Gunadi, : 2).




























BAB 3. PENUTUP


1.1 esimpulan
Pengisian status merupakan tahapan penting sebelum melakukan
perawatan dengan melakukan serangkaian pemeriksaan, meliputi pemeriksaan
subyektiI, pemeriksaan obyektiI, pemeriksaan medik, pemeriksaan rontgen, dan
model studi yang dilanjutkan dengan penetapan diagnosa. Prosedur ini harus
dilakukan dilakukan dengan baik dan benar untuk menghindari terjadinya
kesalahan dan kegagalan perawatan. Pemeriksaan subyektiI adalah pemeriksaan
yang dilakukan dengan cara mengumpulkan inIormasi dari pasien mengenai
riwayat pasien melalui anamnesa. Pemeriksaan obyektiI disebut juga pemeriksaan
klinis. Pemeriksaan klinis dibagi menjadi pemeriksaan ekstraoral dan intraoral.
Pemeriksaan ekstraoral meliputi pemeriksaan kepala, muka, mata, hidung, telinga,
bibir, kelenjar getah bening, dan STM. Pemeriksaan intraoral meliputi
pemeriksaan kebersihan mulut, mukosa mulut, Irekuensi karies, status gigi, oklusi,
artikulasi, vestibulum, Irenulum, keadaan gigi geligi, bentuk palatum, torus
palatinus, tuber maksilaris, eksostosis, lidah, dan retromilohyoid.













DAFTAR BACAAN


Basker, Davenport, & Tomlin. . !erawatan !rostodontik bagi !asien Tak
Bergigi. Jakarta : EGC.

Battistuzzi, dkk. . Gigi Tiruan Sebagian . Titik Tolak pada iagnosa dan
!erawatan dari Gigi-Geligi yang Rusak. Jakarta : Widya Medika.

Gunadi, dkk. . Buku Afar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid 1.
Jakarta : Hipocrates.

Walter, J.D & Neill, D.J. . Buku !intar Geligi Tiruan Sebagian Lepasan.
Jakarta : EGC.

You might also like