You are on page 1of 13

KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Disusun Oleh :
Yessikha Valerine Ahmad Zaelani Rohedin Irsan 150110080 150110080238 150110080239 150110080241

AGROTEKNOLOGI F FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2010/ 2011

BAB I PENDAHULUAN Komunikasi adalah sebuah proses interaksi untuk berhubungan dari satu pihak ke pihak lainnya, yang pada awalnya berlangsung sangat sederhana dimulai dengan sejumlah ide-ide yang abstrak atau pikiran dalam otak seseorang untuk mencari data atau menyampaikan informasi yang kemudian dikemas menjadi sebentuk pesan untuk kemudian disampaikan secara langsung maupun tidak langsung menggunakan bahasa berbentuk kode visual, kode suara, atau kode tulisan. Komunikasi yang baik sangat penting untuk berinteraksi antar personal maupun antar masyarakat agar terjadi keserasian dan mencegah konflik dalam lingkungan masyarakat.Dalam hubungan bilateral antar negara diperlukan juga komunikasi yang baik agar hubungan tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancar. Komunikasi Adalah Proses Penyesuaian, Komunikasi hanya dapat terjadi bila para komunikatornya menggunakan sistem isyarat yang sama. Ini jelas kelihatan pada orang-orang yang menggunakan bahasa berbeda. Anda tidak akan bisa berkomunikasi dengan orang lain jika sistem bahasa anda berbeda. Tetapi, prinsip ini menjadi sangat relevan bila kita menyadari bahwa tidak ada dua orang yang menggunakan sistem isyarat yang persis sama. Orang tua dan anak, misalnya, bukan hanya memiliki perbedaan kata yang berbeda, melainkan juga mempunyai arti yang berbeda untuk istilah yang mereka gunakan. Sebagian dari seni komunikasi adalah mengidentifikasikan isyarat orang lain, mengenali bagaimana isyarat-isyarat tersebut digunakan, dan memahami apa artinya. Mereka yang hubungannya akrab akan menyadari bahwa mengenali isyarat-isyarat orang lain memerlukan waktu yang sangat lama dan seringkali membutuhkan kesabaran. Jika kita ingin benar-benar memahami apa yang dimaksud seseorang, bukan sekadar mengerti apa yang dikatakan atau dilakukannya, kita harus mengenal sistem isyarat orang itu.

BAB II PEMBAHASAN
a. Definisi Komunikasi Interpersonal

Komunikasi intrapribadi atau Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek. Komunikasi interpersonal, secara ringkas yaitu berkomunikasi di antara dua orang atau lebih yang saling timbal balik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), yang dimaksud dengan komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Dalam proses komunikasi, dapat terjadi komunikasi dua arah. Komunikasi dua arah adalah suatu proses komunikasi antara komunikan dan komunikatornya yang bergantian memberikan informasi. Komunikan itu sendiri adalah pihak penerima pesan dalam komunikasi. Sedangkan komunikator adalah orang atau kelompok orang yang menyampaikan pesan pada komunikasi. Tidak jauh berbeda dari definisi di atas, dalam Kamus Psikologi (dalam Rakhmat, 2001), komunikasi didefinisikan segala enyampaian energi, gelombang suara dan tanda di antara tempat sebagai proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan, dan sebagainya, yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik langsung secara tatap muka maupun tidak langsung melalui media dengan tujuan mengubah sikap, pandangan atau perilaku. Kata komunikasi ini sendiri berasal dari bahasa Latin

communicatio yang berarti pergaulan, persatuan, peran serta, dan kerjasama. Kata komunikasi bersumber dari istilah communis yang berarti sama makna.

b. Kekuatan Interaksi Interpersonal

Menurut De Vito (dalam Sendjaja, 2004) karakteristikkarakteristik efektivitas komunikasi interpersonal terbagi 2 (dua) perspektif, yaitu : 1. Perspektif humanistik, meliputi sifatsifat yaitu: a. Keterbukaan Sifat keterbukaan tentang komunikasi interpersonal yaitu: 1) Bahwa kita harus terbuka pada orangorang yang berinteraksi. Hal ini tidak berarti bahwa serta merta menceritakan semua latar belakang kehidupan, namun yang paling penting ada kemauan untuk membuka diri pada masalah masalah umum. Di sini orang lain akan mengetahui pendapat, pikiran dan gagasan kita, sehingga komunikasi akan mudah dilakukan. 2) Keterbukaan menunjukkan pada kemauan diri untuk memberikan tanggapan terhadap orang lain dengan jujur dan terus terang tentang segala sesuatu yang dikatakannya. Demikian pula sebaliknya, orang lain memberikan tanggapan secara jujur dan terbuka tentang segala sesuatu yang dikatakan. Di sini keterbukaan diperlukan dengan cara memberi tanggapan secara spontan dan tanpa dalih terhadap komunikasi dan umpan balik orang lain. Tentunya, hal ini tidak dapat dengan mudah dilakukan dan dapat menimbulkan kesalahpahaman orang lain, seperti marah atau tersinggung. b. Empati Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada peranan atau posisi orang lain. dalam arti bahwa seseorang secara emosional maupun intelektual mampu memahami apa yang dirasakan dan dialami orang lain. Dengan empati seseorang berusaha melihat dan merasakan seperti yang dilihat dan dirasakan orang lain.

c. Perilaku Suportif Komunikasi interpersonal akan efektif bila dalam diri seseorang ada perilaku suportif. Artinya, seseorang dalam menghadapi suatu masalah tidak bersikap bertahan (defensif). Keterbukaan dan empati tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak suportif, yakni: deskriptif, spontanitas dan provisionalisme. ebaliknya dalam perilaku defensif ditandai dengan sifatsifat: evaluasi, strategi dan kepastian. 1) Deskriptif Suasana yang deskriptif akan menimbulkan sikap suportif dibandingkan dengan evaluatif. Artinya, orang yang memiliki sifat ini lebih banyak meminta informasi atau deskripsi tentang suatu hal. Dalam suasana seperti ini, biasanya orang tidak merasa dihina atau ditantang, tetapi merasa dihargai. 2) Spontanitas Orang yang spontan dalam komunikasi adalah orang terbuka dan terus terang tentang apa yang dipikirkannya. Biasanya orang seperti itu akan ditanggapi dengan cara yang sama, terbuka dan terus terang. 3) Provisionalisme Seseorang yang memiliki sifat ini adalah memiliki sikap berpikir, terbuka, ada kemauan untuk mendengar pandangan yang berbeda dan bersedia menerima pendapat orang lain, bila memang pendapatnya keliru. d. Perilaku Positif Komunikasi interpersonal akan efektif bila memiliki perilaku positif. Sikap positif dalam komunikasi interpersonal menunjuk paling tidak pada dua aspek, yaitu: 1) Komunikasi interpersonal akan berkembang bila ada pandangan positif terhadap diri sendiri. 2) Mempunyai perasaan positif terhadap orang lain dan berbagai situasi komunikasi. e. Kesamaan Kesamaan dalam komunikasi interpersonal ini mencakup dua hal yaitu:

1) Kesamaan bidang pengalaman di antara para pelaku komunikasi. Artinya, komunikasi interpersonal umumnya akan lebih efektif bila para pelakunya mempunyai nilai, sikap, perilaku dan pengalaman yang sama. Hal ini tidak berarti bahwa ketidaksamaan tidaklah komunikatif. 2) Kesamaan dalam percakapan di antara para pelaku komunikasi, memberi pengertian bahwa dalam komunikasi interpersonal harus ada kesamaan dalam hal mengirim dan menerima pesan. 2. Perspektif pragmatis, meliputi sifatsifat yaitu: a. Bersikap Yakin Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila seseorang mempunyai keyakinan diri. Dalam arti bahwa seorang tidak merasa malu, gugup atau gelisah menghadapi orang lain. dalam berbagai situasi komunikasi, orang yang mempunyai sifat semacam ini akan bersikap luwes dan tenang, baik secara verbal maupun non verbal. b. Kebersamaan Seseorang bisa meningkatkan efektivitas komunikasi interpersonal dengan orang lain bila ia bisa membawa rasa kebersamaan. Orang yang memiliki sifat ini, bila berkomunikasi dengan orang lain akan memperhatikannya dan merasakan kepentingan orang lain. c. Manajemen Interaksi Seseorang yang menginginkan komunikasi yang efektif akan mengontrol dan menjaga interaksi agar dapat memuaskan kedua belah pihak, sehingga tidak seorang pun merasa diabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan mengatur isi, kelancaran dan arah pembicaraan secara konsisten. Dan biasanya, dalam berkomunikasi orang yang memiliki sifat semacam ini akan menggunakan pesanpesan verbal dan non verbal secara konsisten pula. d. Perilaku Ekspresif Perilaku ekspresif memperlihatkan keterlibatan seseorang secara sungguhsungguh dalam berinteraksi engan orang lain. Perilaku ekspresif ini hampir sama dengan keterbukaan, mengekspresikan tanggung jawab terhadap perasaan dan pikiran seseorang, terbuka pada

orang lain dan memberikan umpan balik yang relevan. Orang yang berperilaku ekspresif akan menggunakan berbagai variasi pesan baik secara verbal maupun non verbal, untuk menyampaikan keterlibatan dan perhatiannya pada apa yang sedang dibicarakan. e. Orientasi pada Orang Lain Untuk mencapai efektivitas komunikasi, seseorang harus memiliki sifat yang berorientasi pada orang lain. Artinya adalah kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan orang lain selama berkomunikasi interpersonal. Tentunya, dalam hal ini seseorang harus mampu melihat perhatian dan kepentingan orang lain. selain itu, orang yang memiliki sifat ini harus mampu merasakan situasi dan interaksi dari sudut pandang orang lain serta menghargai perbedaan orang lain dalam menjelaskan suatu hal.

2.3 Kelemahan Komunikasi Interpersonal Meskipun jarang dibahas di sebagian besar presentasi hubungan interpersonal, ada potensi kerugian atau biaya. Empat hal dapat disebutkan di sini: Tekanan karena mengungkap siapa anda sebenarnya, peningkatan kewajiban untuk berbagi dan peduli pada orang lain, peningkatan isolasi dari hubungan bermanfaat umum lainnya, dan kesulitan-kesulitan yang ada dalam keadaan putus. Tekanan untuk keterbukaan, hubungan yang dekat menempatkan anda dalam tekanan untuk mengungkapkan diri sendiri dan untuk mengekspos kekurangan anda. Lebih jauh lagi, banyak yang menemukan bahwa tidak ada enaknya untuk membuka diri dan tidak ada keuntungan dalam mengekspos kelemahan. Peningkatan kewajiban, dalam hubungan yang dekat kebiasaan satu orang mempengaruhi orang yang lainnya, kadang lebih luas lagi. Waktu anda bukan lagi milik anda sendiri. Dari segi positif, tentu saja, pasangan anda berbagi kerugian dengan anda, dan anda berbagi dalam keuntungan pasangan anda. Mungkin kewajiban yang paling sulit adalah emosi. Untuk bisa secara emosional responsive dan sensitive setiap saat tidak lah selalu mudah.

Peningkatan isolasi, Hubungan yang dekat dapat menyebabkan anda meniggalkan hubungan yang lainnya. Anda mungkin menyukai seseorang yang pasangan anda tidak tahan terhadapnya, jadi anda mungkin meniggalkan orang ini atau bertemu dia dengan lebih jarang. Kesulitan dalam melarutkan suasana, sekali masuk, suatu hubungan mungkin akan sulit untuk keluar. Di beberapa budaya, sebagai contoh, tekanan religius mungkin dapat mencegah pasangan yang sudah menikah untuk berpisah. Apabila anak merupakan bagian dari hubungan, mungkin saja sangat sulit untuk keluar dari hubungan tersebut. 2.4 Kegunaan Komunikasi Interpersonal 2.4.1 Prinsip komunikasi interpersonal Sebagai mahluk sosial, manusia tidak mungkin tidak berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi sendiri dapat berlangsung dalam format bahasa verbal maupun bahasa nonverbal. 2.4.2 Komunikasi interpersonal yang efektif
a. Beberapa prinsip yang perlu diketahui dalam komunikasi interpersonal yang efektif,

antara lain: 1. Keterbukaan 2. Empati 3. Saling mendukung 4. Hubungan yang positif 5. Kesetaraan 6. Kepercayaan

3. Melihat Persepsi Melihat persepsi diri sendiri adalah penting, sebagaimana telah dijelaskan di atas, tetapi ketika berhubungan dengan sesama persepsi orang lain juga tidak dapat diabaikan. Persepsi orang lain adalah bagaimana orang lain memersepsikan keadaan individu tersebut sesuai

dengan perilaku atau kesan-kesan yang diperlihatkan oleh individu dalam kehidupan sosialnya. Prinsip: Semakin positif gambaran orang lain terhadap individu tersebut maka komunikasi yang dilakukan akan semakin efektif.

4. Mengatasi persepsi negatif orang lain Berikut ini sebuah cara sederhana dari Dr. Ibrahim Elfiky (pakar Neuro- Linguistic Programme/NLP) yang akan membantu kita mengatasi persepsi negatif ketika sedang berkomunikasi dengan orang lain. Sebelum bertindak saya melakukan hal berikut:
a) Lihat situasi dari sudut pandang kita b) Lihat dari sudut pandang orang lain, berusaha memahami perilakunya c) Lihat dari sudut pandang netral/tidak memihak, dan jangan mencampuradukan emosi

pribadi . Metode ini dimaksudkan untuk membantu kita berpikir terlebih dahulu sebelum menilai dan menyertakan emosi. Kita akan melihat suatu masalah dari tiga sudut pandang berbeda. Dan ini membuat kita menjadi lebih empati sehingga dapat mengatasi persepsi negatif. Untuk dapat melakukan metode ini dengan efektif maka kita harus memiliki kemampuan mendengar.

2.5 Studi Kasus A. Kasus Kehamilan di Luar Nikah


Kasus kehamilan di luar nikah pada usia remaja merupakan fenomena sosial yang kontroversial dalam masyarakat yang potensial menimbulkan hambatan-hambatan komunikasi interpersonal pelaku dengan orang tuanya. Penelitian ini meneliti hambatan komunikasi interpersonal yang terjadi pada seorang anak remaja dalam mengkomunikasikan kehamilan yang terjadi di luar nikah kepada orang tuanya. Penelitian ini menggunakan teori hambatan komunikasi interpersonal DeVito yang terdiri dari hambatan fisik, hambatan fisiologis, psikologis dan hambatan semantik dengan metode studi kasus.

Penelitian ini menggunakan dua informan yang memiliki latar belakang yang berbeda yang mengalami kasus kehamilan di luar nikah, satu orang menjadi orang tua tunggal, sementara satu orang menikah dengan laki-laki yang menghamilinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hambatan komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak dalam kasus kehamilan di luar nikah berbeda antara informan yang menikah dengan yang tidak menikah. Yang dialami oleh informan yang tidak menikah berupa hambatan fisik, tidak mengalami hambatan fisiologis dan semantik. Sementara informan yang menikah mengalami hambatan psikologis dan tidak mengalami hambatan semantik.

B.

HUBUNGAN

EFEKTIVITAS

KOMUNIKASI

INTERPERSONAL

DENGAN

PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH Hasil penelitian mengungkapkan bahwa perilaku komunikasi interpersonal paling banyak digunakan adalah kontak sesama petani dalam kelompok karena keterbatasan biaya dan adanya beberapa kesamaan secara fisik dalam berinteraksi seperti nilai-nilai, kepercayaan, status sosial, tingkatan pendidikan. Efektivitas komunikasi interpersonal petani padi sawah di daerah penelitian menunjukkan tingkat efektivitas yang tinggi pada indikator keterbukaan, sikap positif, sikap mendukung dan kesetaraan. Hal ini disebabkan karena latar belakang budaya yang sama dari sesama petani dan juga hubungan kekeluargaan yang hangat dan bersahabat saat berkomunikasi serta saling menghargai kelemahan dan kelebihan yang dimiliki oleh petani lain. Perilaku bercocok tanam padi sawah menunjukkan bahwa pengetahuan dan tindakan masuk kategori kurang paham dan jarang melakukan. Hal ini disebabkan karena masih ada responden yang belum memahami teknologi usahatani padi dengan benar dan belum mempraktekkan teknologi usahatani padi sawah sesuai anjuran. Hasil Uji korelasi Tau Kendall menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata (p<0,01) positif antara pendidikan dengan kontak tokoh masyarakat dan kontak sesama petani dalam kelompok, pengalaman dengan kontak tokoh masyarakat dan luas lahan dengan kontak peneliti sedangkan yang berhubungan nyata (p<0,05) positif antara umur dengan kontak peneliti dan pendapatan dengan kontak sesama petani. Karakteristik individu berhubungan sangat nyata (p<0,01) positif dengan efektivitas komunikasi interpersonal yaitu umur dengan sikap positif, pendidikan dengan keterbukaan, sikap positif dan kesetaraan, luas lahan dengan keterbukaan dan sikap mendukung. Sedangkan yang berhubungan nyata (p<0,05) positif umur dengan keterbukaan, empati dan sikap mendukung, pendidikan dengan sikap mendukung, pengalaman berusahatani dengan sikap positif, sikap mendukung dan kesetaraan. Perilaku komunikasi interpersonal berhubungan nyata (p<0,05) positif dan negatif dengan efektivitas komunikasi interpersonal. Pada aspek kontak tokoh masyarakat dengan

keterbukaan, sikap positif dan kesetaraan. Kontak sesama petani dalam kelompok dengan kesetaraan. Sedangkan yang berhubungan nyata negatif adalah kontak sesama petani dengan keterbukan, sikap mendukung dan kesetaraan, kontak peneliti dengan empati. Karakteristik individu yaitu luas lahan berhubungan sangat nyata (p<0,01) dan nyata (p<0,05) positif dengan perilaku petani dalam bercocok tanam padi sawah. Dalam perilaku komunikasi interpersonal hanya kontak peneliti berhubungan sangat nyata (p<0,01) positif dengan pengetahuan. Sedangkan kontak sesama petani dalam kelompok yang berhubungan nyata (p<0,05) positif, dan kontak tokoh masyarakat berhubungan berhubungan nyata (p<0,05) negatif dengan tindakan responden dalam bercocok tanam padi sawah. Efektivitas komunikasi interpersonal indikator keterbukaan berhubungan nyata (p<0,05) positif dengan pengetahuan dan berhubungan sangat nyata (p<0,01) positif dengan tindakan dalam perilaku bercocok tanam padi sawah. Sedangkan sikap mendukung hanya berhubungan nyata (p<0,05) positif dengan pengetahuan responden dalam bercocok tanam padi sawah.

Hasil penelitian menyarankan agar: (1) Frekuensi petani padi sawah mencari informasi ke sumber-sumber informasi yang terkait dengan penerapan usaha tani tergolong rendah (kontak dengan peneliti dan penyuluh), untuk itu disarankan agar sumber-sumber informasi yang dapat diakses oleh petani disosialisasikan dan meningkatkan frekuensi kunjungan ke kelompok tani. (2) Penyuluh Pertanian lapangan (PPL) dan pihak terkait diharapkan mampu menyediakan/menginformasikan alternatif-alternatif teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh petani sesuai dengan karakteristik individunya, agar petani lebih proaktif dalam mencari sumber informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi.

BAB III PENUTUP Kesimpulan Komunikasi intrapribadi atau Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau
pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri.

Menurut De Vito (dalam Sendjaja, 2004)

karakteristikkarakteristik efektivitas

komunikasi interpersonal terbagi 2 (dua) perspektif, yaitu :

Perspektif humanistic, sifat-sifatnya: a. Keterbukaan b. Empati c. Perilaku Suportif d. Perilaku Positif

Perspektif pragmatis,yaitu:
a. Bersikap Yakin

b. Kebersamaan
c. Manajemen Interaksi d. Perilaku Ekspresif e. Orientasi pada Orang Lain

DAFTAR PUSTAKA
http://organisasi.org/pentingnya-komunikasi-dalam-kehidupan-sehari-hari-pengertian-arti manfaat-dan-masalah http://www.coremap.or.id/downloads/Mengapa_Kita_Berkomunikasi.pdf definisi-

www.wikipedia.com

You might also like