Professional Documents
Culture Documents
Ternyata, banyak pengguna setia dan mantan karyawan kamera Polaroid patah hati. Tak terima dengan hal ini, mereka menggalang Gerakan Penyelamatan Polaroid. Misi mereka jelas: menyelamatkan 300 juta kamera Polaroid di seluruh dunia dari kepunahan. Bermula di Austria Maret 2008, mereka berkomunikasi dan berbagi melalui situs www.savepolaroid.com. Gerakan ini kemudian berevolusi menjadi The Impossible Project (www.the-impossible-project.com) yang lantas memproduksi kembali film instan untuk kamera Polaroid di salah satu bangunan bekas pabrik Polaroid di Eschede, Belanda. Fotografi yang Jujur Reaksi penggemar yang demikian besar itu mungkin tidak disangka, bahkan oleh Polaroid sekalipun, karena nyatanya sejak akhir dekade 90 penjualan mereka terjun bebas. Berbagai upaya Polaroid Corporation untuk menghadang laju teknologi digital gagal. Lalu, mengapa sampai muncul gerakan tersebut? Terkadang, kita baru sadar sesuatu sangat berharga ketika sesuatu itu hilang. Bagi banyak penggemar kasusnya juga mungkin seperti itu, karena Polaroid adalah soal seni dan hati. Polaroid menjadi cukup identik dengan dunia seni saat Andy Warhol, seniman pencipta aliran pop art dalam dunia seni grafis, menggunakannya untuk memotret model-modelnya sebelum menuangkannya dalam lukisan. Warhol memotret banyak pesohor dengan Polaroid, termasuk di antaranya John Lennon dan Yoko Ono, Muhammad Ali, serta Bianca Jagger. Foto-foto Polaroid menjadi dasar baginya untuk memproduksi karya lukis yang cukup terkenal dengan teknik serigrafi. Joko Nugroho (30), seorang art director di perusahaan periklanan multinasional jatuh cinta pada Polaroid karena apa adanya. Warna hasilnya yang tidak sempurna malah memikatnya. Karakterisitik warna berbeda tergantung jenis kamera. Sesuai dengan mood saat itu, katanya. Kamera Polaroid favoritnya ada tiga, yaitu Polaroid Mini Portrait yang bisa memuat empat gambar sekaligus, SX-70 yang terhitung paling
revolusioner hingga kurun 90-an, serta tipe SLR Polaroid 104 yang mudah dibawa-bawa dengan ukuran film yang berbeda. Hal senada dikatakan Sim F., sutradara iklan dan video klip, Hasilnya nggak tertebak. Karakternya unik banget. Sim mengoleksi 20 kamera Polaroid yang semuanya hasil dari berburu di internet. Yuan Reva (31), fotografer profesional di sebuah majalah fashion di Jakarta juga kepincut Polaroid setelah menggunakan Mamiya RZ 67, salah satu jenis kamera Polaroid medium format yang sering dipakai majalahmajalah fashion untuk pemotretan. Saya menggunakan kamera ini di satu sesi pemotretan awal 2000an. Sejak saat itu saya langsung jatuh hati. Dia unggul di fashion karena lensa dan filmnya besar, katanya Menurut Reva walau dalam pekerjaan sehari-harinya kini ia menggunakan kamera digital, namun baginya hasilnya tak sebanding jepretan Mamiya. Benar-benar fotografi yang jujur. Foto bagus karena saat pengambilan memang bagus dan bukan karena proses setelahnya, ujar Reva. Reva pun telah tiga kali memenangkan penghargaan Best Picture of the Month dari situs www.polanoid.net, tempat berkumpulnya pencinta Polaroid dari seluruh dunia yang diluncurkan 2005. Dalam kontes yang diikuti ribuan foto Polaroid tersebut, Reva adalah orang Asia pertama yang mendapatkan penghargaan tersebut. Mereka kaget, ternyata ada juga pecinta Polaroid dari Indonesia. Selama ini mereka mengira pecinta Polaroid ada di Eropa dan Amerika saja, katanya. Berkat kemenangan berturut-turut pada Januari 2008, Maret 2009 dan Juni 2010 tersebut, Reva mendapatkan hadiah dua kamera Polaroid Reforbis keluaran tahun 1977 dan Polaroid Walkman. Ia mengatakan semua pengalamannya dengan kamera-kamera Polaroid adalah keajaiban. Baginya misteri kamera-kamera tua itu tak pernah habis. Karenanya ia tak berhenti memburu kamera Polaroid. Sampai saat ini sudah 10 kamera Polaroid dikoleksi Reva. Beberapa ia dapatkan di Pasar Loak Jatinegara atau Pasar Baru. Ada yang harganya hanya Rp 10.000, lho. Kesabarannya mengutak-atik barang antik membuat hampir semua kamera yang ia beli masih dapat berfungsi.
Perlawanan terhadap Teknologi Digital Alam Prabu Djayawarman (30), master komunikasi manajemen lulusan Universitas The Haque, Belanda, juga seorang pencinta fotografi analog, punya jawaban lebih lanjut mengapa menyelamatkan Polaroid menjadi begitu penting. Ada yang melihat budaya digital destruktif. Banyak perusahaan yang bangkrut hasil dari persaingan ini. Perusahaan kamera Belanda, AGFA, yang juga memproduksi film belum lama ini tutup, ujarnya. Prabu yang masih bekerja di Negeri Kincir Angin itu mengatakan perlawanan terhadap fotografi digital mendapatkan tempatnya di Eropa. Gerakan Penyelamatan Polaroid merupakan turunan dari Gerakan Lomografi yang juga dimulai di Austria. Lomo merupakan merek kamera analog keluaran Rusia yang kembali dipopularkan oleh dua remaja Austria saat fotografi digital marak. Di Indonesia, pengguna kamera Polaroid belum secara resmi membentuk komunitas. Mereka kebanyakan bertemu lewat situs polanoid.net, tanpa saling mengenal sebelumnya. Saat ini baru 35 orang asal Indonesia yang menjadi polanoiders (sebutan untuk para anggota website polanoid.net). Tidak Murah Namun, hobi ini terhitung tidak murah. Butuh modal yang nggak sedikit juga. Mendapatkan filmnya juga susah. Padahal iPhone atau program lain bisa membuat foto yang sama hasilnya dengan Polaroid, kata Sim. Untuk mendapat film Polaroid, Reva harus berburu ke toko-toko film, bahkan impor dari luar negeri. Hampir setiap seri kamera Polaroid membutuhkan film khusus. Sampai ada satu toko kamera yang sengaja mencarikan film-film Polaroid buat saya. Kalau ada saya pasti ditelepon, kata Reva. Ia menyediakan satu lemari pendingin di rumahnya untuk menyimpan film-film polaroidnya. Harga satu film Polaroid sendiri di Eropa mencapai 25 euro. Di Indonesia satu pak berisi 8 lembar kertas film seharga Rp 300-400 ribu. Penyebaran film Polaroid produksi The Impossible Project pun belum cukup luas.
Selain itu, menghasilkan foto Polaroid yang bernilai seni tidak mudah. Untuk menghasilkan efek-efek yang diinginkan, butuh trik tersendiri. Tiap orang punya trik yang berbeda untuk menghasikan efek, kata Reva. Namun agaknya hal tersebut malah membuat para penggila fotografi Polaroid tertantang. Tengoklah, nyatanya ada ratusan ribu foto di-upload di polanoid.net dari berbagai penjuru dunia. Tertarik ikut serta? [] <Boks>
kamera dan peranti digital. Memang, kamera instan dan film yang disediakannya saat ini sebenarnya buatan Fujifilm, namun langkah itu tetap disambut baik oleh fans. []