You are on page 1of 11

1

IDENTIFIKASI PENGARUH PEMANASAN GLOBAL (GLOBAL WARMING) TERHADAP KONDISI KESEHATAN MASYARAKAT DI KOTA BANDUNG LATAR BELAKANG Pemanasan Global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan Bumi yang diakibatkan oleh banyak hal namun yang paling dominan adalah meningkatnya emisi karbon, akibat penggunaan energi fosil (bahan bakar minyak, batubara dan sejenisnya, yang tidak dapat diperbarui). Pemanasan Global telah menjadi sorotan masyarakat dunia saat ini, terutama negara negara yang mengalami industrialisasi dan bergaya hidup konsumtif. Tidak banyak masyarakat yang peduli pada isu lingkungan ini, karena memang dampak yang ditimbulkan dari pemanasan global ini bersifat akumulatif.

Sumber : www.google.co.id Gambar 1. Ilustrasi Peristiwa Pemanasan Global Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 0.18 C (1.33 0.32 F) selama seratus tahun terakhir, menyebabkan suhu bumi menjadi semakin panas. Hal tersebut disimpulkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) suatu lembaga dunia yang fokus terhadap masalah perubahan iklim. Penelitian yang dilakukan oleh IPCC menunjukkan bahwa suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 C (2.0 hingga 11.5 F) antara tahun 1990 dan 2100. Indonesia mulai merasakan dampak pemanasan global (Global Warming) yang dibuktikan dari berbagai perubahan iklim maupun bencana alam yang terjadi. Dampak pemanasan global itu di antaranya, terjadinya perubahan musim di mana musim kemarau menjadi lebih panjang sehingga menyebabkan gagal

panen, krisis air bersih dan kebakaran hutan. Dampak lainnya yaitu hilangnya berbagai jenis flora dan fauna khususnya di Indonesia yang memiliki aneka ragam jenis seperti pemutihan karang seluas 30 persen atau sebanyak 90-95 persen karang mati di Kepulauan Seribu akibat naiknya suhu air laut. Selain itu, penelitian dari Badan Meteorologi dan Geofisika menyebutkan, Februari 2007 merupakan periode dengan intensitas curah hujan tertinggi selama 30 tahun terakhir di Indonesia. Hal ini menandakan perubahan iklim yang disebabkan pemanasan global. Indonesia yang terletak di equator, merupakan negara yang pertama kali akan merasakan dampak perubahan iklim. Dampak tersebut telah dirasakan yaitu pada 1998 menjadi tahun dengan suhu udara terpanas dan semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Pemanasan global akan berdampak pada kehidupan manusia terutama pada bidang kesehatan. Pemanasan global akan mempengaruhi perubahan lingkungan seperti: perubahan cuaca dan lautan, pergeseran ekosistem dan degradasi lingkungan. Perubahan cuaca dan lautan dapat berupa peningkatan temperatur secara global (panas) yang dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian, terutama pada orang tua, anak-anak dan penyakit kronis. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain. Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit memiliki pola hidup dan berkembang biak pada daerah panas. Hal itulah yang menyebabkan penyakit ini banyak berkembang di daerah perkotaan yang panas dibandingkan dengan daerah pegunungan yang dingin. Namun dengan terjadinya Global Warming, dimana terjadi pemanasan secara global, maka daerah pegunungan pun mulai meningkat suhunya sehingga memberikan ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Degradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain. Kota Bandung sebagai salah satu kota sejuk di Indonesia tentunya akan merasakan dampak pemanasan global ini. Berdasarkan data tahun 2004, suhu di wilayah Kota Bandung berkisar 27 derajat Celcius. Padahal, idealnya untuk jenis kota seperti ini hanya berkisar 23 derajat Celcius. Hal ini diperparah oleh letak kota Bandung yang berada pada cekungan sehingga tidak adanya pola penyebaran

udara panas. Sinar matahari hanya akan terperangkap di dalam cekungan ini sehingga efek pemanasan global akan semakin terasa terutama dalam hal kesehatan masyarakat di kota ini.

Sumber : Bobby Wibowo/ ITB/ 2004/ Data: Bapeda Jabar/ 2004/ Dadat/ 2004/Teks Sobirin/ DPKLTS/ 2004 Gambar 2. Kota Bandung Terletak pada Cekungan Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai sejauh mana pengaruh pemanasan global terhadap kondisi kesehatan masyarakat di kota Bandung. PERUMUSAN MASALAH Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Faktor faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya masalah Pemanasan Global di Kota Bandung? 2. Bagaimana dampak/pengaruh Pemanasan Global yang terjadi di Kota Bandung terhadap kondisi kesehatan masyarakatnya? 3. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh Pemanasan Global tersebut? TUJUAN Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengidentifikasi pengaruh pemanasan global terhadap kondisi kesehatan masyarakat di Kota Bandung.

LUARAN YANG DIHARAPKAN Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah menghasilkan kajian berupa artikel yang membahas bagaimana pengaruh pemanasan global terhadap kondisi kesehatan masyarakat di Kota Bandung. KEGUNAAN Kegunaan penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan pertimbangan Pemerintah dalam pembangunan di Kota Bandung. 2. Memberi gagasan/ide solutif mengatasi permasalahan yang ditemukan. TINJAUAN PUSTAKA Pemanasan Global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan Bumi yang diakibatkan oleh banyak hal namun yang paling dominan adalah meningkatnya emisi karbon, akibat penggunaan energi fosil (bahan bakar minyak, batubara dan sejenisnya, yang tidak dapat diperbarui). Pemanasan Global telah menjadi sorotan masyarakat dunia saat ini, terutama negara negara yang mengalami industrialisasi dan bergaya hidup konsumtif. Tidak banyak masyarakat yang peduli pada isu lingkungan ini, karena memang dampak yang ditimbulkan dari pemanasan global ini bersifat akumulatif. Pada tahun 1997 tepatnya di Jepang disepakati Protokol Kyoto yang merupakan adopsi dari Konvensi Bumi di Rio De Janeiro Brasil pada tahun 1992, protokol ini ditujukan untuk United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) dengan tujuan mengurangi efek rumah kaca yang menyebabkan Pemanasan Global. Dengan adanya kesepakatan ini diharapkan bisa mengurangi rata-rata cuaca global antara 0,02 derajat Celcius dan 0,28 derajat Celcius pada tahun 2050.

Sumber: www.wikipedia.com Gambar 3. Grafik Kenaikan Suhu Bumi Berdasarkan Beberapa Lembaga

Sedangkan pada tahun 2000 Christopher Scotese, seorang ahli iklim prasejarah (paleo climate), dalam penelitiannya menyebutkan bahwa semenjak bumi terbentuk kira-kira 4,5 milyar tahun silam, paling tidak telah terjadi 5 kali pemanasan global dan 5 kali pendinginan global. Pendapatnya didasarkan pada contoh-contoh lapisan batuan berumur tua yang pembentukannya dipengaruhi oleh proses dinamika bumi dan kondisi suhu permukaan bumi waktu itu. National Geographic (edisi Oktober 2007) menyebutkan bahwa variasi orbit, kecondongan dan ayunan bumi dalam gerakannya mengitari matahari turut andil dalam membentuk siklus panjang fenomena pemanasan dan pendinginan serta perubahan iklim global. Adapun menurut temuan Intergovermental Panel and Climate Change (IPCC). Sebuah lembaga panel internasional yang beranggotakan lebih dari 100 negara di seluruh dunia. Sebuah lembaga dibawah PBB, tetapi kuasanya melebihi PBB. Menyatakan pada tahun 2005 terjadi peningkatan suhu di dunia 0,6-0,70 sedangkan di Asia lebih tinggi, yaitu 10. selanjutnya adalah ketersediaan air di negeri-negeri tropis berkurang 10-30 persen dan melelehnya Gleser (gunung es) di Himalaya, Kutub Utara, dan Kutub Selatan. Efek Rumah Kaca merupakan meningkatnya kadar Gas Rumah Kaca (GRK) di atsmosfer yang menyebabkan terjadinya peningkatan suhu suatu planet akibat dari terperangkapnya sinar matahari oleh GRK. Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya. Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 C (59 F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 C (59 F)dari temperaturnya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global. Ada 7 jenis Gas Rumah Kaca, yaitu: 1. 2. Karbondioksida(CO2)* Dinitroksida (N2O)

3. 4. 5. 6. 7.

Metana (CH4) Sulfurgeksafluorida (SF6) Perfluorokarbon (PFCs) hidrofluorokarbon (HFCs) Uap air (H2O)

*CO2 merupakan GRK utama (80% dari jumlah GRK) di atsmosfer. Meningkatnya kadar Gas Rumah Kaca terutama CO2 di atsmosfer dipengaruhi oleh semakin berkembangnya pemakaian listrik, transportasi, dan industri. Adapun sumber-sumber GRK (Gas Rumah Kaca) dunia adalah sebagai berikut: 1. 37% total emisi CO2 datang dari sektor listrik, yaitu sebesar 23 triliun ton per tahun atau lebih dari 700 ton per detik dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil 2. Pembuangan transportasi dan industri. Kendaraan yang mengkonsumsi 7.8 liter bahan bakar per 100 km dan menempuh jarak 16 ribu km, setiap tahunnya mengeluarkan emisi 3 ton CO2 ke udara Salah satu faktor yang mampu meredam terjadinya pemanasan global adalah ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di kota-kota besar. Karena keberadaan pohon-pohon di Ruang Terbuka Hijau akan mampu mengurangi jumlah polusi dan meredam sinar matahari yang masuk ke Bumi. METODE PELAKSANAAN Menurut jenis penelitiannya studi ini termasuk pendekatan survey yaitu penelitian dengan data utamanya didasarkan pada hasil survey primer dalam hal ini observasi lapangan dan survey sekunder (survey instansional). Menurut pendekatan perencanaannya merupakan gabungan/ paduan dari pendekatan bottom up dan top down. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi ke dalam dua bagian yaitu studi literatur dan survey. a. Studi Literatur Studi literatur ini sangat penting karena merupakan metode yang penting bagi penulis dalam upaya memperoleh teori-teori yang digunakan sebagai landasan berpikir dalam penelitian ini. Maka dari itu penulis melakukan studi literatur terhadap buku-buku, dokumen-dokumen, catatan-catatan dan pemikiranpemikiran yang berkaitan dengan objek penelitian. b. Survey Metode survey dijelaskan dalam bagan berikut:

Gambar 4. Teknik Survey Sedangkan yang dimaksud dengan observasi, wawancara, dan visualisasi pada survey primer dijelaskan dalam gambar berikut.

Gambar 5. Teknik Survey Primer Secara umum, metode analisis yang akan digunakan dalam kegiatan penelitian ini merupakan gabungan dari analisis kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dipergunakan terutama di dalam kajian tentang perkembangan fenomena perubahan pemanfaatan ruang dan kaitannya dengan perubahan suhu di dalamnya. Pendekatan kualitatif akan diterapkan dalam kajian

tentang pengaruh pemanasan global terhadap kesehatan masyarakat. Berikut ini adalah gambaran singkat dari beberapa metode/teknik analisis yang dilakukan. 1. Metode Kuantitatif Metode analisis kuantitatif menggunakan prosedur yang terukur dan sistematis yang didukung oleh data-data numerik. 2. Metode Kualitatif Metode analisis kualitatif merupakan kajian yang menggunakan data-data teks, persepsi, dan bahan-bahan tertulis lain untuk mengetahui hal-hal yang tidak terukur dengan pasti (intangible). JADWAL KEGIATAN Jadwal kegiatan penelitian dijelaskan dalam tabel berikut ini: Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
No. 1. 2 3 4 5 6 7 8 9 Kegiatan Persiapan PRS Survey Sekunder Survey Primer / lapangan Penyusunan LHS Penyusunan Kompilasi Data Pengolahan data (analisis) Identifikasi Potensi dan masalah Penyusunan pemecahan masalah / rekomendasi Bulan ke-1 1 2 3 4 1 Bulan ke-2 2 3 4 1 Bulan ke-3 2 3 4

RANCANGAN BIAYA Adapun rancangan biaya untuk kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 2. Rancangan Biaya Penelitian
NO 1 ITEM ATK Survey Papan Dada SATUAN JUMLAH HARGA SATUAN (Rp) 15.000 TOTAL (Rp) 75.000

buah

NO

ITEM Pulpen Pensil Warna Penggaris Pensil Kertas HVS Kertas Pleno

SATUAN JUMLAH buah pack buah buah rim lembar 5 2 5 5 1 20 Jumlah 2 12 1 500 Jumlah 3 1 5 Jumlah 3x7 3x7x5 Jumlah 500 40.000 Jumlah

HARGA SATUAN (Rp) 3.000 15.000 3.000 2.500 35.000 1.000

TOTAL (Rp) 15.000 30.000 15.000 12.500 35.000 20.000 202.500 180.000 60.000 60.000 500.000 800.000 90.000 200.000 75.000 365.000 210.000 2.100.000 2.310.000 75.000 400.000 75.000 500.000 500.000 5.152.500

Dokumentasi Sewa Kamera Baterai Kertas foto Print PRS Kebutuhan Bensin Konsumsi

buah buah pack lembar

90.000 5.000 60.000 1.000

motor mobil porsi

30.000 200.000 15.000

Survey Kebutuhan Bensin Konsumsi Bank Data Photo copy Peta Biaya tak terduga Biaya Komunikasi TOTAL

motor porsi

10.000 20.000

lembar blad

150 10

DAFTAR PUSTAKA Zoeraini D.I. 2005. Tantangan Lingkungan dan Lasekap Hutan Kota. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Tusilowati, Laras. 2004. Urban Heat Island dan Kontribusinya pada Perubahan Iklim dan Hubungannya dengan Perubahan Lahan. Bandung: LAPAN. Soemarwoto, Otto. 1994. Analisis Dampak Lingkungan. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada. . 2003. Modul Pendidikan Lingkungan KKS. Bandung : KONUS.

10

LAMPIRAN Biodata Peserta: 1. Ketua Nama NPM Alamat : Verry Damayanti : 10070308042 : Komp. POLRI Cibodas no.11 RT.01 RW.15 Kel. Utama Kec. Cimahi Selatan Cimahi 40533 : damayantiverry@yahoo.com Tanda Tangan

Email

(______________) 2. Anggota Nama NPM Alamat Email : Firdausi Nurul Awwal : 10070308040 : Jalan Kartika I no. 17/H RT. 01 RW. 02. KPAD Gegerkalong Bandung 40153 : damayantiverry@yahoo.com Tanda Tangan

(______________)

Nama NPM Alamat

: Fathiyah Rahmi Hidayat : 10070308043 : Jalan Kemakmuran IV C No.112 RT.03 RW.11 Komplek Riung Bandung Permai 40296 : damayantiverry@yahoo.com Tanda Tangan

Email

(______________)

11

Nama NPM Alamat Email

: Rahajeng Kusumaningtyas : 10070309013 : Jalan Batununggal Mulia IX No.30 RT.05 Kelurahan Magger Bandung 40266 : damayantiverry@yahoo.com Tanda Tangan

(______________)

Nama NPM Alamat

: Dwi Suryadi Nugroho : 10070308040 : Jl. Cikampek V no 68 RT 01/RW07 Kec Antapani Kel Antapani Tengah, 40291 Bandung : damayantiverry@yahoo.com Tanda Tangan

Email

(______________) Biodata Dosen Pembimbing: Nama Lengkap dan Gelar NIP Alamat Rumah & no.Telp/HP : DadanMukhsin, ST., MT. :D.01.0.351 :Sarimanah 157, Sarijadi Bandung/08122388960 Tanda Tangan

(______________)

You might also like