You are on page 1of 20

ISSN 2088-3153

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN


MENSINERGIKAN PEMBANGUNAN EKONOMI
Volume 1 Nomor 10 - Oktober 2011 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

SINERGI PEMBANGUNAN PERDAGANGAN


Strategi Pengamanan ASEAN-China Free Trade Area (AC-FTA) Peran Pasar Bebas

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN


KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN VOLUME 1 NOMOR 10 - OKTOBER 2011 DAFTAR ISI
Editorial Perkembangan Ekonomi Makro
Perkembangan Ekspor Impor Perkembangan Inflasi Perkembangan Harga Komoditas Internasional Perkembangan Wisatawan Mancanegara Perkembangan Investasi PMA/PMDN Triwulan III-2011 2 3 4 4 5 1 REDAKSI Pembina
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

Pengarah
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Deputi Ekonomi Makro dan Keuangan

Perkembangan Ekonomi Internasional


Peran Pasar Bebas Peningkatan Resiko Seiring Dengan Pertumbuhan yang Melambat 6 7

Koordinator
Bobby H. Rafinus

Perkembangan APBN
Laporan realisasi APBD Triwulan II-2011 9

Kontributor Tetap
Edi Prio Pambudi M. Edy Yusuf Mamay Sukaesih Tri Kurnia Ayu Rista Amallia Windy Pradipta Alexcius Winang Andi Komite Kebijakan KUR

Perkembangan Kebijakan dan Regulasi Ekonomi


Strategi Pengamanan ASEAN-China Free Trade Area (AC-FTA) Sistem National Single Window (NSW) sebagai Reformasi Pelayanan Ekspor-Impor Laporan Bank Dunia: Perkembangan Perekonomian Indonesia Triwulan III-2011 10 11 12

Perkembangan Sektor Keuangan M- PESA: Meningkatkan Akses Layanan Keuangan Melalui Teknologi
Informatika dan Komunikasi 14

Perkembangan Penyaluran KUR


Perkembangan Realisasi KUR per 30 September 2011 15

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah


Penghargaan Investment Awards 2011 Bagi Pemerintah Daerah 16
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan dapat didownload pada website www.ekon.go.id

Daftar Istilah

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan diterbitkan dalam rangka meningkatkan pemahaman pimpinan daerah terhadap perkembangan indikator ekonomi makro dan APBN, sebagai salah satu Direktif Presiden pada retreat di Bogor, Agustus 2010

EDITORIAL
Sektor perdagangan menunjukkan peranan yang meningkat sebagai sumber pertumbuhan tahunan terbesar Produk Domestik Bruto dalam beberapa triwulan terakhir. Pada triwulan II 2011, sektor ini (termasuk hotel dan restoran) menyumbang sebesar 1,6 persen dari pertumbuhan 6,5%. Demikian sama halnya dengan sektor industri pengolahan. Peningkatan peranan sektor perdagangan menunjukkan siklus bisnis yang mengalami masa ekspansi. Perkembangan yang prospektif untuk tingkat pertumbuhan PDB yang lebih tinggi nampaknya menghadapi tantangan yang berat pada tahun 2012. Sementara ini para forecaster berpendapat bahwa perekonomian global tahun depan akan sama atau lebih lambat dari 2011. Kemungkinan terjadi perlambatan cenderung lebih besar dengan semakin banyaknya diterbitkan revisi proyeksi ke bawah menjelang akhir tahun 2011. Penurunan rating investasi di beberapa negara Eropa dan demonstrasi yang marak di Amerika Serikat merupakan sinyal kuat bahwa ketidakpastian masih tinggi dalam proses pemulihan ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi global yang rendah diperkirakan akan berlangsung beberapa tahun kedepan. Pelemahan ekonomi global menjadi ancaman berat bagi kinerja ekspor Indonesia terutama pada kelompok komoditi primer. Lebih dari 60% ekspor Indonesia merupakan komoditi sektor pertanian, migas serta mineral. Harga komoditi primer, khususnya barang mineral, sejak triwulan II-2011 menunjukkan kecenderungan menurun. Berlanjutnya penurunan harga dan juga volume permintaan dikhawatirkan akan terjadi pada tahun 2012. Sementara itu ekspor manufaktur diharapkan tidak terkena dampak besar karena relatif kecil pangsanya ke Eropa sekitar 8,6% dan ke Amerika Serikat sebesar 9,1%. Perkembangan neraca pembayaran Indonesia yang mencatat defisit sekitar US$ 3 milyar pada triwulan III2011 memberikan sinyal bahwa krisis ekonomi global mulai berimbas. Transmisi krisis menjalar melalui kegiatan perdagangan dan rambatan ini terlihat dari surplus neraca perdagangan yang mulai menurun. Sedangkan transmisi krisis melalui sektor keuangan terlihat dari kenaikan defisit pada neraca modal dan finansial. Untuk menjaga tingkat pertumbuhan mencapai 6,7% sebagaimana dirancang dalam RAPBN 2012, maka gejala penurunan ekspor perlu diimbangi dengan kenaikan konsumsi dan investasi. Tuntutan tersebut semakin signifikan dengan naiknya impor. Kokohnya fundamental ekonomi Indonesia saat ini perlu dilengkapi dengan meningkatkan kepekaan terhadap sentimen investor melalui kualitas kebijakan dalam negeri yang efektif. Arus modal masuk dalam bentuk penanaman modal asing langsung dan penanaman modal dalam negeri yang cenderung naik perlu dipelihara dengan terus memperbaiki prasarana pendukungnya, seperti infrastruktur transportasi dan pembangkit listrik. Selain itu juga pendukung kelembagaan terkait, seperti pembebasan lahan, pembiayaan, dan perpajakan. Melemahnya permintaan eksternal beberapa tahun kedepan, merupakan periode yang tepat untuk konsolidasi pengembangan investasi bagi pemenuhan kebutuhan pasar dalam negeri dengan produksi sendiri. Banyak negara telah mengambil arah kebijakan tersebut menghadapi melemahnya permintaan ekspor. Mari kita kembangkan dan gunakan produksi nasional sebagai solusi untuk mencapai pertumbuhan lebih tinggi guna penyediaan lapangan kerja yang lebih luas bagi generasi muda. (BHR)

Indikator Ekonomi
Indikator Inflasi (% yoy) Indeks Harga Saham Gabungan Harga Minyak ICP (USD per barel) Indeks Harga Perdagangan Besar Cadangan Devisa* (USD milyar) Nilai Tukar Petani Nilai Tukar (Rp/USD) Pertumbuhan Ekonomi Tw.II-2011 (%) Tingkat Pengangguran (Feb. 2011) (%)
*kumulatif, NPI : Neraca Pembayaran Indonesia,

Sept 2011

Aug 2011

Indikator Utang Pemerintah* (USD milyar) Ekspor (USD juta) Impor (USD juta) Wisatawan Mancanegara (ribu orang) Suku Bunga Kredit Modal Kerja Bank (%) Realisasi Belanja APBN 30 Juni 2011 (Rp. Tr)* Realisasi Pendapatan APBN 30 Juni 2011 (Rp. Tr)* PDB Nominal Tw II-2011 (Rp. Triliun) Surplus NPI Tw II-2011 (USD miliar)

Aug 2011 203,35

Juli 2011 203,35

4,61% 3.549,03 111,00 184,27 $114,50 105,17 8.823


6,5 6,8

4,79% 3.841,73 111,67 183,45


$124,64

$18,81 $15,05
621,08 12,50 442,3** 497,0** 1.811,1 11,9

$17.425 $16.063
745,45 12,55

105,11 8.532

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011

Perkembangan Ekonomi Makro

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR


Neraca perdagangan Indonesia sampai Agustus 2011 masih tumbuh positif di tengah kelesuan ekonomi global. Selama Januari-Agustus surplus perdagangan Indonesia mencapai US$20 miliar terdiri dari surplus migas sebesar US$0,7 miliar dan surplus nonmigas sebesar US$19,3 miliar. Kinerja ekspor hingga Agustus 2011 terlihat terus menguat. Kurun waktu Januari-Agustus 2011, ekspor naik sebesar 36,6% (yoy), sehingga memperkuat optimisme tercapainya target total ekspor tahun ini yaitu US$200 miliar. Secara kumulatif nilai ekspor hingga Agustus telah mencapai US$134,8 miliar dan bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010, ekspor hanya mencapai sebesar US$98,7 miliar. Pertumbuhan tersebut didorong oleh ekspor non migas sebesar 31,4% (yoy) dan ekspor migas sebesar 61,3% (yoy). Dibandingkan bulan lalu, kinerja ekspor di bulan Agustus 2011 mengalami peningkatan sebesar 8% (mtm) terdiri dari peningkatan ekspor migas 7,6% (mtm) dan ekspor nonmigas 8% (mtm). Peningkatan ekspor nonmigas periode Januari-Agustus 2011 berasal dari seluruh sektor. Barang-barang industri mendominasi ekspor nonmigas Indonesia (grafik 2). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor industri sebesar 33,6% (yoy) diikuti oleh pertambangan 28,5% (yoy) dan pertanian 5,79% (yoy). Pada periode yang sama, hampir seluruh nilai ekspor dari 10 produk utama nonmigas mengalami peningkatan. Komoditas yang mengalami pertumbuhan nilai ekspor terbesar adalah berbagai produk kimia sebesar 135,4% (yoy). Pada sisi impor, impor bahan baku/penolong masih mendominasi. Selama Januari-Agustus 2011, impor bahan baku/penolong mencapai US$86 miliar atau naik 34,9% (yoy). Impor barang modal juga mengalami peningkatan 14,9% (yoy) menjadi US$20 miliar. Sementara itu impor barang konsumsi selama JanuariAgustus 2011 mengalami peningkatan sebesar 34,8% (yoy). Namun demikian, bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010, kenaikan impor ketiga barang tersebut tahun 2011 ternyata masih lebih rendah (grafik 3). Berdasarkan transaksi perdagangan dengan negara mitra dagang, ekspor nonmigas Indonesia ke Cina telah menggeser posisi Jepang dan Amerika Serikat sebagai negara tujuan utama ekspor. Pangsa ekspor nonmigas ke Cina mencapai 11,95% dan selama Januari-Agustus 2011 nilai ekspor ke Cina naik sebesar 56,2% atau mencapai US$12,8 miliar dibanding periode yang sama tahun 2010. Pangsa ekspor ke Jepang dan Amerika Serikat justru mengalami penurunan masing-masing menjadi 11,15% dan 9,92%.

Sumber: BPS

Selain Cina, ekspor nonmigas ke India juga mengalami peningkatan signifikan pasca FTA. Ekspor Indonesia ke India meningkat sebesar 49,3% (yoy). Saat ini, India menduduki posisi keempat sebagai negara tujuan ekspor nonmigas Indonesia. Selain Cina dan India, negara-negara ASEAN dan Asia lainnya merupakan pasar utama ekspor nonmigas Indonesia. Kontribusi ekspor ke pasar ASEAN, Cina, India, Jepang, dan Korea Selatan menyumbang hampir 60% terhadap pertumbuhan ekspor nasional. (TKA) 2

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011

Perkembangan Ekonomi Makro

PERKEMBANGAN INFLASI
Pada bulan September 2011, inflasi tercatat sebesar 0,27% mtm dan 4,61% yoy. Inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar menurut survei Bloomberg yang memperkirakan 0,4% mtm atau 4,97% yoy. Inflasi terus mengalami perlambatan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Selama Januari September, inflasi relatif rendah yakni 2,97%. Dengan perkembangan tersebut berarti tersisa 2,33% terhadap target inflasi APBN-P tahun 2011 sebesar 5,3%. Apabila tidak ada tekanan yang mendadak terhadap inflasi pada triwulan IV2011, maka inflasi tahun ini diperkirakan mencapai target inflasi tersebut atau bahkan lebih rendah mengingat masa panen biasanya terjadi pada November dan Desember. Tekanan inflasi pada bulan September 2011 berasal dari inflasi inti (core inflation) yang dipengaruhi oleh gejolak global. Meningkatnya ketidakpastian global yang kemudian memicu terjadinya peralihan investasi oleh investor global dari surat-surat berharga menjadi komoditi emas yang relatif lebih aman. Permintaan emas terus meningkat menyebabkan kenaikan harga emas internasional yang mencatat rekor tertinggi, yakni US$ 1.800 per troy oz. Kenaikan harga emas internasional tersebut berpengaruh terhadap harga emas domestik dan menyebabkan kenaikan inflasi inti. Namun, ekspektasi inflasi keseluruhan justru menurun. Hasil survei Concensus Forecast untuk inflasi tahun 2011 turun dari 6,2% yoy pada akhir triwulan II menjadi 5,6% yoy pada triwulan III. Tekanan inflasi komponen barang bergejolak (volatile food) mengalami deflasi pada September 2011 sebesar 0,20% yang didorong oleh deflasi bahan makanan (0,09% mtm). Deflasi ini terkait dengan menurunnya permintaan pasca Hari Raya Idul Fitri. Secara tahunan, volatile food tercatat 5,14% menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Pendorong utama inflasi komponen volatile food yang rendah adalah pasokan barang yang berasal dari panen ditambah pasokan dari impor semakin membaik dan terjadi penurunan harga komoditi global. Komoditi beras masih mengalami kenaikan harga pada September 2011 meskipun masih tetap terkendali. Musim panen yang akan berakhir ditengah kenaikan permintaan menyebabkan tekanan pada harga beras. Stok beras masih cukup memenuhi permintaan dan diperoleh dari hasil panen triwulan lalu ditambah impor, sehingga diharapkan mampu menahan kenaikan harga beras secara berlebihan. Komoditi lainnya yang mengalami kenaikan harga antara lain cabai merah, rokok kretek filter dan tarif angkutan udara. Sedangkan komoditi yang mengalami penurunan harga antara lain daging dan telur ayam ras, ikan segar, bawang merah dan bawang putih.

Untuk inflasi komponen yang harganya diatur pemerintah (administered prices) masih terjaga tercatat sebesar 0.32% mtm atau 2.83% yoy pada September 2011. Tekanan inflasi administered prices masih rendah karena minimalnya kebijakan penyesuaian harga yang dilakukan pemerintah. Komoditi administered yang berkontribusi pada komponen ini adalah rokok dan uang kuliah akademi/perguruan tinggi. Kenaikan harga rokok karena adanya selisih harga transaksi pasar dengan harga jual eceran yang ditetapkan oleh Pemerintah. Sementara uang kuliah akademi/perguruan tinggi karena biaya pendidikan perguruan tinggi yang jatuh pada Agustus dan September. Menurut data per kota, inflasi tahunan hingga September 2011 yang terjadi di kota-kota pada wilayah Indonesia Timur memiliki tingkat yang relatif lebih tinggi dibandingkan kota-kota wilayah lainnya. Peran kelancaran distribusi melalui angkutan laut dan keterhubungan antar wilayah menjadi penentu laju inflasi. Untuk mengatasi inflasi yang tinggi di wilayah tersebut berarti harus diupayakan kelancaran distribusi. Inflasi tahunan (%yoy) pada September 2011 tertinggi terjadi di kota Lhokseumawe, Pangkal Pinang dan Pematang Siantar. Deflasi terjadi di Sorong, yaitu sebesar -0.26% yoy (MS) 4

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011

Perkembangan Ekonomi Makro

PERKEMBANGAN HARGA KOMODITAS DUNIA


Menurut Bank Dunia, harga komoditas non energi September 2011 mengalami penurunan sebesar 2,5% (mtm). Kondisi ini disebabkan oleh penurunan prospek permintaan dan apresiasi dolar. Penurunan harga tertinggi terjadi pada kelompok komoditas logam dan mineral sebesar 4,8% (mtm) dan penurunan harga terendah pada komoditas pertanian sebesar 1,4% (mtm). Harga komoditas energi naik tipis sebesar 0,4%. Harga minyak mentah naik 0,3% pada September 2011 dengan rata-rata harga US$100,8 per barel. Pergerakan harga harian minyak mentah cenderung fluktuatif. Pada paruh kedua September 2011, harga minyak mentah sempat turun menjadi US$91 per barel lalu kembali naik di atas US$100 per barel. Meskipun permintaan minyak melemah, harga minyak cenderung naik akibat kondisi pasar yang ketat. Sedangkan harga gas alam di Amerika Serikat turun 3,8% karena permintaan gas turun di tengah produksi gas yang terus meningkat (over supply). Harga komoditas pertanian turun 1,4% pada September 2011 terutama karena merosotnya harga produk minyak kelapa. Harga minyak kelapa dan kelapa sawit mengalami penurunan terbesar masing-masing 10% dan 7% akibat permintaan melemah dan persaingan dengan produk substitusi meningkat. Penurunan harga terjadi pada komoditas cokelat, kopi, teh, jagung, dan kedelai karena excess supply di pasar. Sedangkan harga beras naik sekitar 6% karena pemerintah Thailand akan menaikkan harga produsen. Hal ini mendorong terjadinya penimbunan stok yang mengakibatkan pasokan di pasar berkurang. Setelah turun 4% bulan Agustus 2011, harga logam dan mineral kembali turun di bulan September 2011 sebesar 4,8%. Penurunan ini disebabkan oleh kekhawatiran terhadap dampak krisis utang pada perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan penurunan permintaan di Cina. Harga tembaga juga turun 8% karena pasokan meningkat meskipun permintaan impor 6

dari Cina masih menguat. Harga nikel pun turun 7% karena permintaan menurun dan ekspektasi pasokan bulan mendatang meningkat. Harga timah turun sebesar 5% dipengaruhi oleh ekspektasi penurunan permintaan logam dari kegiatan industri. (TKA)

Sumber: DECPG, The World Bank

PERKEMBANGAN WISATAWAN MANCANEGARA


Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia menurun pada Agustus 2011 sebanyak 621,1 ribu orang. Jumlah tersebut jika dibandingkan per bulan turun sebesar 16,68% (mtm) dan jika lihat per tahun meningkat 5,89% (yoy). Wisman terbesar berasal dari Singapura, Australia dan Malaysia. Selama tahun 2011, jumlah wisman sebanyak 4,689 juta orang atau meningkat 7,3% (yoy), terbesar berasal dari Singapura, Malaysia dan Australia. Tingkat pertumbuhan wisman tertinggi Agustus (yoy) menurut negara asal adalah Uni Emirat Arab, Saudi Arabia, dan Mesir, masing -masing sebesar 83,87%, 55,72% dan 49,36%. Tingkat pertumbuhan negara asal wisman tertinggi selama tahun 2011 tercatat berasal dari Australia, Philiphina, dan Saudi Arabia. Pintu masuk wisman terbesar terjadi di Bandara Ngurah Rai dan Bandara Soekarno Hatta. Wisman yang datang melalui Bandara Ngurah Rai pada Agustus 2011 meningkat 3,90% yoy atau 252.698 orang tetapi turun 9,5% mtm. Dari Bandara Soekarno Hatta, wisman pada Agustus 2011 mencapai 142.974 orang atau meningkat hanya 0,65% secara yoy tapi menurun 28,58% secara mtm. Wisman melalui Bandara Sultan Syarif Kasim II, Riau meningkat hampir 92% yoy, melalui Bandara Selarapang, Mataram menurun sebesar 30,63% yoy.
(bersambung ke halaman 16 --- WP)

Sumber: DECPG, The World Bank

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011

Perkembangan Ekonomi Makro

PERKEMBANGAN INVESTASI PMA/PMDN TRIWULAN III-2011


BKPM dalam Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) perusahaan PMDN-PMA menyatakan bahwa realisasi investasi PMDN-PMA selama triwulan III-2011 mencapai Rp65,4 triliun atau meningkat sebesar 15,3% (yoy). Baik realisasi investasi PMDN maupun PMA mengalami peningkatan. Realisasi investasi PMDN meningkat sebesar 14,5% (yoy) dari Rp 16,6 triliun menjadi Rp 19 triliun. Sedangkan realisasi investasi PMA meningkat 15,7% (yoy) dari Rp 40,1 triliun menjadi Rp 46,4 triliun. Meskipun peran investor domestik mengalami peningkatan, realisasi PMA masih lebih besar yaitu hampir 2,5 kali realisasi investasi PMDN. Secara sektoral, sektor tanaman pangan dan perkebunan menjadi sektor yang paling diminati investor domestik dengan nilai investasi sebesar Rp 3,6 triliun. Sedangkan investor asing memilih sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi sebagai sektor prioritas dengan nilai investasi US$ 1,1 miliar. Meskipun tidak menjadi sektor yang paling diminati, sektor listrik gas dan air termasuk sektor yang menarik bagi investor domestik dan asing dengan nilai investasi masing-masing Rp 3,3 triliun dan US$ 0,5 miliar. Berdasarkan lokasi proyek, terjadi peningkatan sebaran dan besaran aliran investasi ke luar Pulau Jawa pada triwulan III 2011. Sebaran lokasi proyek di luar Jawa mencapai Rp 24,3 triliun atau 37,2% dari total investasi. Dibandingkan dengan triwulan III-2010, terdapat peningkatan sebesar 13,6% (yoy). Meskipun lokasi proyek di Jawa mengalami penurunan, realisasi investasi

di Pulau Jawa masih mendominasi. Realisasi investasi PMDN terbesar pada triwulan III-2011 terdapat di Provinsi Jawa Barat yang mencapai 22,6% dari total realisasi investasi PMDN atau senilai Rp 4,3 triliun. Diikuti dengan investasi PMDN di Jawa Timur dan DKI Jakarta yang masing-masing sebesar Rp 2,7 triliun dan Rp 2 triliun. Hal ini menandakan kalau investor asing ternyata juga mempunyai preferensi lokasi investasi yang hampir sama. Realisasi terbesar investasi PMA pada triwulan III-2011 terdapat di DKI Jakarta senilai US$ 1,4 miliar. Diikuti investasi di Jawa Barat (US$ 1 miliar), Banten (US$ 0,8 miliar), Papua (US$ 0,4 miliar), dan Bali (US$ 0,3 miliar). Peningkatan realisasi investasi terbukti mendorong penciptaan lapangan kerja. Penyerapan tenaga kerja dari realisasi investasi hingga September 2011 sebanyak333.156 orang. Proyek PMDN telah menyerap 100.991 orang dan proyek PMA menyerap 232.165 orang. Secara total, penyerapan tenaga kerja dari investasi meningkat sebesar 35,1% (yoy) dari 246.622 orang. Menurut Kepala BKPM yang saat ini telah menjadi Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan mengungkapkan kepercayaan investor untuk melakukan investasi tidak terlepas dari peran serta seluruh komponen masyarakat. Penciptaan rasa aman dan penyebarluasan informasi kegiatan investasi di tanah air sangat penting bagi investor. Dengan demikian, upaya perbaikan kebijakan dan iklim investasi, insentif penanaman modal dan perbaikan pelayanan penanaman modal dapat direspon baik oleh kalangan dunia usaha baik dari dalam maupun luar negeri. (TKA)

Tabel 1. Realisasi Investasi PMA-PMDN 2010 Q2


PMDN (Triliun Rp) PMA (Triliun Rp) Total Investasi

2011 Q3 16.6 40.1 56.7 Q2 18.9 43.1 62 %(yoy) 24.3 21.1 22.0 Q3 19.0 46.4 65.4 %(yoy) 14.5 15.7 15.3

15.2 35.6 50.8

Tabel 2. Realisasi Investasi Berdasarkan Koridor Ekonomi, Januari-September 2011 Koridor Ekonomi Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Bali-Nusa Tenggara
Papua-Maluku
Sumber: BKPM

PMDN (Rp.Triliun) 8.1 27.1 8.8 6.2 0.3 1.4

PMA (Rp.Triliun) 1.53 8.1 1.8 0.7 0.9 1.4

Total (Rp.Triliun) 21.8 99.9 24.6 12.5 8.6 13.6

% 12.0 55.2 13.6 6.9 4.7 7.5

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011

Perkembangan Ekonomi Internasional

PERAN PASAR BEBAS


Pasar bebas atau dikenal dengan istilah leissez faire merupakan konsep ekonomi klasik yang telah lama mengundang opini pro dan kontra terkait perannya dalam keberlangsungan ekonomi suatu negara, regional ataupun global. Pendukung peran pasar bebas mengatakan bahwa perdagangan secara kompetitif bebas intervensi akan dapat meningkatkan standar hidup melalui keunggulan komparatif, daya saing dan produktivitas. Paradigma ini kemudian diadopsi oleh lembaga dan organisasi internasional seperti IMF, Bank Dunia dan WTO yang kemudian menjadi wadah implementasi konsep pasar bebas tersebut. Sementara oposisi peran pasar bebas lebih banyak menyoroti dampak pasar bebas yang menghasilkan dominasi negara maju atas kelompok berkembang. Lalu bagaimanakah sebenarnya peran pasar bebas hingga saat ini? Pasar bebas sudah berkembang sedemikian kuat dalam ekonomi global. Pembaharuan konsep ini kemudian dikaitkan dengan tujuan mendorong pertumbuhan dan mengurangi kemiskinan. Commodity market, property market, currency market, dan equity market berkembang menjadi pasar dunia yang lebih menerapkan konsep pasar bebas. Faktanya, negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Perancis, dan Inggris mempunyai pengaruh lebih besar dalam setiap kebijakan ekonomi global. Salah satu indikasinya adalah kuota negara-negara maju tersebut di IMF mendominasi negara-negara berkembang (tabel 1). Kelompok negara maju menanamkan kontribusi pendanaan yang besar pada lembaga internasional agar dapat mengatur kebijakan pasar ekonomi global. Kelompok negara berkembang dengan porsi pendanaan yang rendah cenderung terikat bahkan bergantung pada kebijakan pasar ekonomi yang diatur melalui lembaga internasional. Indonesia sendiri harus mengikuti persyaratan yang diminta oleh IMF karena membutuhkan pinjaman menghadapi krisis 1998. 3

Pasar bebas juga diyakini seringkali menimbulkan krisis akibat tidak ada intervensi yang membatasi dominasi transaksi. Krisis global saat ini diawali oleh krisis Amerika Serikat tahun 2008 akibat cara konsumsi yang boros dan krisis Yunani yang terbelit utang. Utang untuk membiayai defisit terus meningkat karena kenaikan anggaran belanja yang besar untuk membantu keuangan (bail-out) lembaga keuangan yang mengalami kesulitan membayar hutang (insolvency) dan stimulus fiskal. Krisis yang muncul sebagai ekses dari pasar bebas ternyata harus diatasi dengan cara intervensi pemerintah melalui stimulus. Otomatis, krisis berdampak langsung pada kenaikan pengangguran dan kemiskinan. Akibat krisis yang mendera, lembaga pemeringkat Fitch memvonis CCC obligasi pemerintah Yunani pada saat rasio utangnya mencapai 150,9% dari PDB. Vonis penurunan rating juga dijatuhkan pada negara Eropa lain yaitu Italia dan Spanyol. Bank sentral Eropa (ECB) mengalami kesulitan mengharmonisasikan 17 sistem fiskal yang berbeda untuk mengatasi krisis kawasannya. Belum lagi, ECB memang tidak dilengkapi dengan sistem penanganan krisis karena sejak berdiri zona Eropa, negara-negara maju seakan lupa dengan siklus ekonomi. Masalah free rider di antara negara anggota Uni Eropa semakin membuat krisis Eropa tak kunjung selesai. 8

Pasar bebas yang memicu krisis global di Amerika Serikat dan Eropa ini semakin meningkatkan kebutuhan pinjaman untuk mengatasi dampak krisis di beberapa negara berkembang dan miskin yang turut terimbas krisis global. Berdasarkan laporan Bank Dunia, tahun 2006 total pinjaman yang diberikan oleh Bank Dunia sebesar US$23,6 miliar dan meningkat menjadi US$ 58,7 miliar di tahun 2010 (grafik 8). Kondisi yang sama terjadi di IMF.
Sumber : Center for Global Development, Washington DC

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011

Perkembangan Ekonomi Internasional


Sebelum krisis keuangan 2008, IMF memberikan pinjaman sebesar US$ 14 miliar (nilai terendah sejak 1975). Di tahun 2011, pinjaman IMF telah mencapai US$ 280 miliar (nilai pinjaman terbesar yang diberikan oleh IMF) (grafik 9). Krisis yang terjadi pada kelompok negara maju menjadi perhatian bagi keberlangsungan lembaga dan organisasi internasional yang selama ini banyak mengadopsi pasar bebas. Akibat krisis, pendanaan oleh Amerika Serikat, Jepang, Jerman, dan negara maju lainnya diperkirakan akanberkurang. Pada tahun 2008, pimpinan eksekutif IMF telah mengajukan proposal perubahan kuota. Dalam proposal tersebut, kuota negara maju menurun sedangkan kuota negara berkembang seperti Cina, India dan Brazil meningkat (tabel 1). Sama halnya di IMF, posisi negara maju pada organisasi internasional seperti WTO juga akan terpengaruh seiring berlanjutnya krisis global. WTO sebagai organisasi yang mengatur kebijakan perdagangan dunia memiliki tugas untuk membantu kelompok least-developed countries, mendorong pertumbuhan dunia dan mengurangi kemiskinan. Melalui Doha Round tahun 2001, dihasilkan 21 program kerja untuk mencapai reformasi sistem perdagangan internasional. Pengurangan hambatan perdagangan dan perubahan sistem perdagangan dilakukan untuk mendukung pencapaian Doha Round tersebut. Namun program kerja ini tidak dapat berjalan sesuai yang direncanakan. Pemotongan tarif justru sulit dilakukan di sejumlah sektor (manufaktur, jasa dan pertanian) karena belum adanya kesepakatan diantara negara anggota WTO. Amerika Serikat yang diharapkan dapat memimpin program ini justru mengalami krisis dan gangguan politik. Kelompok emerging market economies seperti Brazil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan (BRICS) telah tumbuh pesat hingga saat ini. Cina yang menjadi anggota WTO sejak 2001 telah memiliki cadangan devisa terbesar mencapai US$ 3,2 triliun. Pada Forum Diagnosa Ekonomi September 2011, Prof. Dorodjatun Kuntjoro Jakti menjelaskan bahwa Cina telah menjadi negara over supplying (food security, energy security dan resource security). Untuk mengamankan posisinya, Cina menguasai 70-80% pasar komoditas khususnya bijih besi di seluruh dunia. Beliau juga menjelaskan strategi Cina dalam menghadapi krisis global saat ini. Melihat kondisi IMF dan ECB yang sudah tidak memiliki dana yang cukup, Cina mensyaratkan beberapa hal dalam memberikan dana bantuan. Pertama, Cina bersedia membantu kelompok negara maju apabila mereka mau melakukan reformasi. Kedua, melalui trade concession dan dikaitkan dengan rencana investasi Cina di bidang infrastruktur, kimia, portofolio, dan bidang lainnya. Dengan demikian Cina akan menjadi negara sumber investasi terbesar di dunia. Selain itu, Cina juga tidak akan mengapresiasi Yuan untuk mendukung ekspor dan industrialisasi. Pertumbuhan yang pesat juga ditunjukkan oleh negara BRICS lainnya. Dorodjatun juga berpendapat bahwa kelompok negara BRICS inilah yang akan menyelamatkan Doha Round mencapai pertumbuhan dunia dan mengurangi kemiskinan. Dari hasil laporan IMF, sejumlah negara berkembang akan menyusul perekonomian negara maju. Cina akan menyusul Jerman. Brazil akan menyusul Perancis dan Inggris. Meksiko akan menyusul Kanada. Indonesia dan Turki akan menyusul Australia. Kelompok negara Asia diperkirakan akan memimpin pertumbuhan ekonomi dunia sebagai produsen dan eksportir komoditas utama. Dorodjatun berpendapat bahwa fokus pada perekonomian domestik dan regional akan lebih baik bagi pertumbuhan negara kawasan Asia. (TKA)

PENINGKATAN RESIKO SEIRING DENGAN PERTUMBUHAN YANG MELAMBAT


Kedeputian Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyelenggarakan diskusi interaktif Economists Talk pada tanggal 18 Oktober 2011 dengan tema Slowing Growth, Rising Risk. Narasumber acara tersebut adalah Milan Zavadjil (Kepala Perwakilan IMF di Indonesia). Berdasarkan laporan ekonomi regional IMF, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan mengalami penurunan hingga tahun 2012. Dari hasil survei terakhir (WEO September 2011), banyak pihak memperkirakan pertumbuhan yang lebih rendah terjadi di negara maju. Milan menyampaikan bahwa krisis Eropa Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 7

Prof. Dr. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti dan Dr. Komara Djaja dalam Forum Diagnosa Ekonomi

Perkembangan Ekonomi Internasional


Eropa yang semakin berkembang menjadi faktor utama penurunan perkiraan tersebut. Pertumbuhan ekonomi Eropa yang melambat telah mempengaruhi tingkat kepercayaan berbagai pihak. Dana bantuan yang diberikan untuk mengatasi krisis memunculkan kekhawatiran akan kondisi perbankan khususnya peningkatan NPL dan pembiayaan pada sektor riil. Tekanan pada sektor keuangan yang terjadi di Eropa saat ini tidak lebih baik jika dibandingkan dengan tekanan yang dialami Amerika pada tahun 2008 (Grafik 10). Persepsi risiko yang tinggi di Eropa (sovereign CDS spreads yang tinggi) secara implisit menunjukkan bahwa Eropa akan menghadapi kesulitan konsolidasi fiskal. 10 WEO September 2011 juga melaporkan peningkatan probabilitas terjadinya resesi global (pertumbuhan global kurang dari 2%). Hal ini didasari oleh kekhawatiran perluasan dampak krisis Eropa pada ekonomi Amerika dan dunia. Selain itu, Amerika sendiri masih menghadapi sejumlah masalah diantaranya pengaruh politik pada rencana konsolidasi fiskal, harga properti yang terus turun, tingkat tabungan masyarakat yang meningkat dan dampak lanjutan pada sektor keuangan. Krisis global dapat memberikan dampak pada ekonomi negara Asia melalui jalur perdagangan. Terutama pada negara-negara yang perekonomiannya didorong oleh kegiatan ekspor seperti Singapura, Malaysia, Taiwan, dan Thailand. Krisis di negara maju diperkirakan akan memperlemah permintaan eksternal atas produk ekspor negara Asia. Dampaknya adalah investasi pada sektor perdagangan akan menalami penurunan. Padahal investasi sektor perdagangan memiliki porsi yang besar yaitu hampir 40% dari total investasi negara berkembang Asia. Penurunan investasi kemudian akan menekan permintaan domestik. Namun demikian, Milan berpendapat bahwa penurunan permintaan eksternal tersebut memberikan dampak yang lebih kecil pada Indonesia. Kontribusi permintaan eksternal Indonesia pada PDB lebih rendah dibandingkan negara berkembang Asia lainnya. Bahkan kontribusinya semakin kecil hingga tahun 2008 seperti terlihat dalam grafik dibawah ini. (TKA)

Sumber: WEO September 2011, IMF

Melihat perkembangan kondisi global tersebut, IMF telah melakukan revisi pertumbuhan ekonomi global hingga 2012 seperti yang terlihat dalam tabel. Perekonomian global tahun 2011 diperkirakan hanya tumbuh sebesar 4% (yoy). Dan Jepang diperkirakan mengalami pertumbuhan negatif sebagai dampak bencana tsunami. Namun demikian, perekonomian global masih didorong oleh pertumbuhan yang pesat di negara berkembang terutama Cina dan India. Tabel 4. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global
2010 World 5.1 Advanced Economies 3.1 USA 3.0 Euro Area 1.8 United Kingdom 1.4 Japan 4.0 9.5 Emerging Asia 10.3 China 10.1 India 6.1 Indonesia Sumber: WEO September 2011, IMF 2011* 4.0 1.6 1.5 1.6 1.1 -0.5 7.9 9.5 7.8 6.4 2012* 4.0 1.9 1.8 1.1 1.6 2.3 7.7 9.0 7.5 6.3

11

Sumber: WEO September 2011, IMF

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011

Perkembangan APBN

LAPORAN REALISASI APBD TRIWULAN II-2011


Pada triwulan II-2011 persentase realisasi pendapatan daerah (50,57%) lebih besar hampir dua kali lipat dibandingkan dengan persentase realisasi belanja daerah (29,98%) secara nasional (agregat provinsi, kabupaten dan kota). Realisasi pendapatan dan belanja daerah pada triwulan II-2011 lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II-2010. Realisasi pendapatan daerah yang tertinggi berasal dari PAD diikuti oleh dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah. Untuk realisasi belanja daerah yang terbesar adalah belanja pegawai (39,97%) sementara realisasi belanja modal hanya mencapai 9,99%.
Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Secara Nasional Triwulan II-2010 dan Triwulan II-2011 (%)

Sementara itu, provinsi yang berhasil merealisasikan belanja daerahnya paling tinggi adalah adalah provinsi Gorontalo sebesar 45,33% dan paling rendah adalah provinsi NAD sebesar 16,10%.
Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Triwulan II-2010 dan Triwulan II-2011 (%)

14

15

12

Sumber: DJPK, Kemenkeu

13

Sumber: DJPK, Kemenkeu

Untuk provinsi, realisasi pendapatan daerah (50,76%) sampai dengan triwulan II-2011 lebih besar hampir dua kali lipat dibandingkan dengan realisasi belanja daerahnya (28,08%). Bila dibandingkan dengan triwulan II-2010, realisasi pendapatan provinsi triwulan II-2011 lebih rendah sementara realisasi belanja provinsi meningkat. Sama dengan agregat nasional, komponen realisasi pendapatan daerah provinsi paling tinggi adalah PAD kemudian dana perimbangan. Sementara realisasi belanja daerah yang tertinggi adalah belanja pegawai dan yang terkecil adalah belanja modal. Sampai dengan triwulan II-2011, provinsi yang merealisasikan pendapatan daerah paling tinggi adalah provinsi Jambi sebesar 69,18% sedangkan yang paling rendah adalah provinsi NAD sebesar 36,56%. Sementara

Sebagaimana provinsi, realisasi pendapatan daerah kabupaten/kota (50,69%) juga lebih besar dibandingkan realisasi belanja daerah (30,60%). Meskipun sama dengan provinsi, namun besaran persentase antara pendapatan dan belanja daerah Kabupaten/Kota lebih baik dibandingkan provinsi. Berbeda dengan realisasi pendapatan secara nasional maupun provinsi, komponen realisasi pendapatan daerah Kabupaten/Kota adalah dana perimbangan (53,93%) diikuti oleh PAD (51,31%). Kabupaten Bengkalis merupakan kabupaten yang paling besar merealisasikan pendapatan daerahnya yaitu sebesar 77,8% sedangkan yang paling rendah adalah Kabupaten Nias Utara yaitu sebesar 8,98%. Sedangkan kabupaten/kota yang dapat merealisasikan belanja daerahnya paling tinggi adalah Kota Bitung sebesar 45,12% sedangkan yang paling rendah adalah Kabupaten Supiori sebesar 10,2%. Bila dibandingkan dengan triwulan II-2010, realisasi pendapatan dan belanja daerah Kabupaten/Kota triwulan II-2011 lebih rendah. Secara nasional, realisasi pendapatan dari triwulan I ke triwulan II-2011 mengikuti pola yang wajar dari 25% menjadi 50%. PAD dan Dana Perimbangan mempunyai pola penyerapan yang lebih baik yang relatif lebih baik dari 25% pada triwulan I-2011 menjadi 50% pada triwulan II-2011. (bersambung ke halaman 14 MS) Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011

Perkembangan Kebijakan dan Regulasi Ekonomi

STRATEGI PENGAMANAN ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA)


China merupakan salah satu negara mitra dagang utama Indonesia. Selama tahun 2011 (Januari Agustus), China merupakan negara tujuan ekspor non migas terbesar yaitu tercatat sebesar US$ 12,8 miliar. Begitu pula dengan impor, China merupakan negara asal impor non migas terbesar selama tahun 2011 tercatat sebesar US$ 16,3 miliar. Sehingga neraca perdagangan non migas Indonesia dengan China selama Januari-Agustus 2011 tercatat defisit sebesar US$ -3,5 miliar. Impor dari China mengalami kenaikan yang cukup pesat setiap tahun dari US$ 1,003 juta pada tahun 2009, menjadi US$ 1,531 juta USD pada triwulan I-2011. Komposisi impor dari Cina terbesar adalah bahan baku sekitar 52%, barang modal sekitar 36% dan barang konsumsi sekitar 12%. Meskipun porsinya masih terkecil, impor barang konsumsi setiap tahun naik. Impor barang konsumsi melonjak antara bulan Juli-Agustus (menjelang Hari Raya Idul Fitri) dan Desember-Januari (Natal-Tahun Baru). Barang yang paling banyak diimpor dari China adalah telepon seluler dan laptop. Ketidakseimbangan neraca perdagangan IndonesiaChina tersebut menjadi salah satu fokus perhatian dalam pelaksanaan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA). ACFTA bertujuan untuk meningkatkan kerjasama ekonomi khususnya perdagangan dan investasi antara negara anggota ASEAN dan China. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh Tim Koordinasi Penganggulangan Hambatan Industri dan Perdagangan terdapat 6 cabang industri yang mengalami gangguan melimpahnya barang impor karena penurunan tarif atau 16

kualitas barang impor dari RRT yang murah dan berstandar rendah, yaitu produk furniture, elektronika, logam, mainan anak, permesinan, serta tekstil dan produk tekstil (TPT). Untuk mendapatkan manfaat dari implementasi ACFTA, Pemerintah mendorong peningkatan daya saing dan daya industri nasional. Menurut Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa, menyatakan ada tiga prinsip untuk menyikapi perdagangan bebas ACFTA. Prinsip pertama adalah perdagangan bebas antara Cina dan ASEAN harus seimbang. Prinsip kedua adalah tidak boleh ada industri Indonesia yang terkena akibat dari diberlakukannya free trade agreement tersebut. Selanjutnya prinsip ketiga adalah, pada sisi Indonesia, harus ada upaya untuk meningkatkan capacity building yaitu meningkatkan daya saing misalnya terkait infrastruktur. Beberapa langkah telah dilakukan dalam rangka pengamanan ACFTA antara lain (1) Usulan Renegosiasi ACFTA untuk 228 komoditas industri yang mengalami pelemahan daya saing, (2) Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Hambatan Industri dan Perdagangan, (3) Peningkatan kerjasama bilateral untuk meningkatkan volume perdagangan secara seimbang dan berkelanjutan. Tim Koordinasi Penanggulangan Hambatan Industri dan Perdagangan saat ini sedang melaksanakan strategi pengamanan ACFTA dengan fokus pada tiga hal yaitu (i) penyelesaian isu domestik dalam rangka peningkatan daya saing, (2) pengamanan pasar lokal dan (3) penguatan ekspor. 5
Neraca Perdagangan Indonesia China (Miliar US$)

Sumber: Kemendag

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011

10

Perkembangan Kebijakan dan Regulasi Ekonomi

Beberapa kegiatan yang sedang dilakukan dalam rangka mendorong peningkatan daya saing, antara lain mendorong keterlibatan swasta dalam pembangunan infrastruktur. Salah satunya dengan diterbitkannya Peraturan Presiden No. 13 Tahun 2010 Tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam penyediaan infrastruktur. Tim Koordinasi Penanggulangan Hambatan Industri dan Perdagangan juga mengupayakan terjaminnya ketersediaan pasokan energi bagi industri melalui penyusunan rencana pasokan gas bumi untuk keperluan domestik, penyiapan Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional 2010-2025, penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Gas Bumi untuk Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri dan percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik 10.000 MW Tahap II. Selain itu juga dilakukan revisi PP No. 1 Tahun 2007 menjadi PP No. 62 Tahun 2008 dalam rangka pemberian insentif PPh untuk penanaman modal pada bidang usaha tertentu dan atau daerahdaerah tertentu. PP tersebut bertujuan untuk mendorong perluasan investasi. Sementara itu dalam rangka pengamanan pasar lokal telah dilakukan peningkatan pengawasan di wilayah perbatasan (border). Selain itu juga sedang dilaksanakan pengetatan pengawasan penggunaan Surat Keterangan Asal (SKA) untuk meningkatkan penanggulangan penyelundupan, peningkatan penerapan manajemen resiko terhadap importir, dan peningkatan pengawasan terhadap kepatuhan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI). Penerapan ketentuan pencantuman label, kandungan bahan, waktu kadaluarsa, dan hak cipta juga semakin ditegakkan untuk memberikan perlindungan terhadap gangguan impor barang murah dan berkualitas rendah. Dalam rangka penguatan ekspor dilakukan perluasan pasar melalui trading house untuk meningkatkan kemitraan dengan UKM dan melaksanakan Misi Dagang untuk meningkatkan nilai tambah ekspor dan pengembangan investasi. Selain itu juga didorong diversifikasi komoditi ekspor, seperti produk inovatif, produk religi, produk ramah lingkungan. Peningkatan pembiayaan ekspor antara lain dengan meningkatkan peran Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dan optimalisasi trade financing, serta penyelesaian kasus ekspor juga terus diupayakan. (MS)

SISTEM NATIONAL SINGLE WINDOW (NSW) SEBAGAI REFORMASI PELAYANAN EKSPOR IMPOR
Sistem National Single Window (NSW) yang dirintis sejak 19 Desember 2007 merupakan upaya terobosan dalam penyediaan fasilitas layanan publik yang terkait dengan ekspor-impor dan lalulintas barang antar negara. Pembangunan sistem NSW merupakan pelaksanaan amanat kesepakatan regional di tingkat ASEAN yaitu Declaration on the ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint, 20 November 2007 yang memuat komitmen ASEAN untuk membangun dan menerapkan sistem NSW di masing-masing negara dan mengintegrasikannya ke dalam ASW (ASEAN Single Window). Untuk itu telah dan sedang dilaksanakan strategi penerapan yang bertahap mengingat besarnya cakupan sistem yang akan dibangun, kompleksitas permasalahan yang dihadapi, banyaknya instansi yang dilibatkan serta jumlah pengguna yang sangat besar. Penerapan sistem NSW di Indonesia dimulai dengan Sistem NSW Impor pada akhir Januari 2010, Sistem NSW Ekspor pada akhir Oktober 2010 kemudian Persiapan Joint to ASW melalui ujicoba teknis dengan beberapa ASEAN Member States lainnya dengan target bergabung ke portal ASW pada akhir tahun 2012 Saat ini sistem NSW di Indonesia telah dioperasikan melalui portal INSW yang diakses melalui jaringan internet di URL http://www.insw.go.id. Pelayanan ekspor dan impor sepanjang minggu (7x24 jam) telah wajib (mandatory) dilakukan melalui Portal INSW. Operasionalisasinya dimulai sejak November 2007 secara bertahap di 5 pelabuhan utama (Tanjung Priok, Tanjung Perak, Tanjung Emas, Belawan dan Bandara SH). Portal INSW ini mengintegrasikan informasi antar Sistem Pelayanan Perizinan Ekspor-Impor pada 18 entitas yang ada di 15 Kementerian/Lembaga.

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011

11

Perkembangan Kebijakan dan Regulasi Ekonomi

Saat ini portal INSW melayani User sebanyak +/15.200 perusahaan yang terdiri dari importer, eksportir, serta PPJK (Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan) melalui jaringan internet. Transaksi dokumen impor (PIB) dan ekspor (PEB) yang dilayani telah mencapai rata-rata per tahun sebanyak 600.000 dokumen impor dan 1.200.000 dokumen ekspor. Implementasi portal INSW secara penuh di 5 pelabuhan utama diresmikan oleh Presiden RI pada Januari 2011. Peresmian tersebut menandai juga tercatatnya portal ini dalam AEC-Scorecard (Asean Economic Community Scorecard). Portal INSW harus tetap berjalan dan tidak boleh terganggu (tidak boleh berhenti sedikitpun) karena dapat berdampak besar pada perekonomian nasional. Saat ini sistem tersebut sudah melayani 90% transaksi ekspor-impor nasional. Gangguan pada portal INSW akan mempengaruhi kinerja inhouse-system di masing-masing K/L dan juga sistem ASW (Asean Single Window). Dengan tercatatnya layanan INSW pada scorecard AEC maka layanan INSW sudah terhubung ke sistem ASW (Asean Single Window) dan mengalirkan informasi data/informasi untuk uji coba pertukaran data dengan negara ASEAN lainnya. Dalam tahun 2011 sedang dilakukan beberapa upaya pengembangan Sistem NSW antara lain (1) perluasan cakupan penerapan sistem NSW melalui penguatan sistem aplikasi, penguatan infrastruktur dan pengembangan cargo release system melalui integrasi dengan TPS online ke portal INSW, (2) perumusan konsep kelembagaan pengelolaan INSW, penyelesaian revisi Perpres 10/2008, penyelesaian revisi SK Tim Persiapan NSW. Untuk mengembangkan sistem NSW diperlukan peningkatan dukungan Kementerian/ Lembaga, seperti penerapan konsep risk management, peningkatan arus barang (cargo release), penurunan ... (dwelling time), serta pengawasan tingkat pelayanan (service level arrangement).Selain itu harmonisasi dan otomatisasi proses bisnis di Kementerian/Lembaga juga perlu dilakukan. (MS)

LAPORAN BANK DUNIA: PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA TRIWULAN III-2011


Forum Diagnosa Ekonomi (FDE) Oktober 2011 membahas laporan Bank Dunia mengenai Perkembangan Perekonomian Indonesia Triwulan III2011. Pada kesempatan kali ini, Enrique Blanco Armas (Ekonom Senior Bank Dunia) selaku pembicara dan Budi Hikmat ( Direktur Investasi dan Investor Relations, Bahana TCW Investment Management) sebagai pembahas. Perkembangan perekonomian global tercermin dari penurunan outlook pertumbuhan negara-negara maju khususnya Amerika dan Uni Eropa. Dinamika politik mempengaruhi pemulihan ekonomi di Amerika dan penyelesaian krisis utang Eropa. Proses yang berkepanjangan menimbulkan sentimen negatif bagi perekonomian. Lembaga pemeringkat menurunkan peringkat beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat. Puncaknya, indeks saham global menurun tajam pada September 2011.
Proyeksi Pertumbuhan PDB Negara Mitra Dagang Utama

17

Sumber: IMF World Economic Outlook (dari Indonesia Economic Quarterly: Turbulent Time)

Berdasarkan pengalaman pada krisis global 2008, fundamental perekonomian Indonesia mampu bertahan dari goncangan eksternal. Kekuatan perekonomian nasional diantaranya dipengaruhi oleh kuatnya posisi fiskal. Pengelolaan fiskal yang baik tercermin dari: porsi hutang terhadap PDB yang terus menurun secara signifikan selama satu dekade terakhir dan defisit APBN yang relatif rendah. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih didorong oleh faktor domestik. Hal ini tercermin dari rendahnya ekspor terhadap PDB sebaliknya konsumsi terhadap PDB tinggi. Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011

12

Perkembangan Kebijakan dan Regulasi Ekonomi


Tiga Skenario Dampak Perekonomian Global Terhadap Perekonomian Indonesia 6

Sumber: Starf World Bank (dari Indonesia Economic Quarterly: Turbulent Time)

Faktor lain yang mencerminkan kuatnya fundamental perekonomian Indonesia diantaranya: cadangan devisa yang memadai; besarnya populasi generasi muda; dan kuatnya sektor perbankan. Selain itu, tingkat inflasi dan tingkat kemiskinan tercatat menurun sejak Maret 2011. Sedangkan, ekspansi pembangunan infrastruktur diyakini mampu menggerakan roda perekonomian. Meskipun demikian, risiko dampak turbulensi perekonomian global masih menghadang perekonomian nasional. Risiko tersebut diantaranya seiring dengan meningkatnya cadangan devisa, potensi aliran keluar dana asing di Indonesia kian meningkat. Menurunnya kinerja perekonomian Amerika Serikat dan Uni Eropa memiliki potensi dampak yang cukup signifikan pada kinerja sektor manufaktur Indonesia. Hal ini dikarenakan kedua kawasan tersebut merupakan pasar utama ekspor pakaian, tekstil, alas kaki dan peralatan transportasi Indonesia. Selain itu, tren menurunnya harga komoditas pertanian dan tambang di pasar internasional merupakan salah satu risiko goncangan global bagi perekonomian Indonesia. Dampak goncangan perekonomian global diantaranya telah tampak pada pasar finansial Indonesia. Tren menurun telah tampak pada indeks saham domestik sejak Juni 2011. Puncaknya pada tanggal 22 September

2011, indeks harga saham turun sebesar 8,9%. Dampak pada pasar finansial juga tampak pada meningkatnya yield beberapa obligasi dan melemahnya kurs rupiah.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (%)

2011 Skenario 1. Goncangan keuangan yan terus berlanjut internasional 6,4 6,3 6,3

2012

6,3 5,5 4,1

Skenario 2. Krisis keuangan internasional besar Skenario 3. Perlambatan global yang parah

Sumber: Indonesia Economic Quarterly: Turbulent Time

Meskipun demikian, perkembangan perekonomian belum menunjukkan tanda yang mengkhawatirkan. Kebijakan-kebijakan yang dapat menimbulkan sentimen negatif pasar perlu dihindari. Dalam menghadapi risiko goncangan eksternal perlu dipersiapkan berbagai alternatif kebijakan: seperti protokol manajemen krisis khususnya bagi sektor finansial; pembiayaan belanja APBN; dan fiskal stimulus. Sedangkan reformasi birokrasi dibutuhkan untuk perbaikan jangka panjang. (RA) Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011

13

Perkembangan Sektor Keuangan

M-PESA: MENINGKATKAN AKSES LAYANAN KEUANGAN MELALUI TEKNOLOGI INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI
Masyarakat miskin pada umumnya mengalami kesulitan menjangkau layanan keuangan. Penyebabnya antara lain karena faktor pendapatan dan faktor geografis. Untuk meningkatkan keterjangkauannya maka perlu dikembangkan produk pelayanan bank yang murah dengan jangkauan geografis yang luas. Dalam rangka implementasi kebijakan financial inclusion tersebut, Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) telah menghadirkan Michael Joseph, Mantan CEO Safaricom, Kenya, untuk menceritakan kembali upayanya membangun M-Pesa di Kenya di tahun 2007. M-Pesa merupakan layanan transfer uang berbasis teknologi mobile, perusahaan operator teknologi mobile (non-bank). Pengaplikasian M-Pesa menjadikan handphone sebagai media bagi penduduk Kenya untuk membawa uang. M-Pesa adalah teknologi mobilemoney (semacam layanan kartu debit di telphone seluler berbasis SMS). Untuk beroperasinya sistem ini, menurut Michael Joseph diperlukan ketersediaan banyak outlet, yaitu tempat orang dapat mengirim & mengkonversi yang elektronik menjadi uang riil/ mengambil uang tunai. Outlet yang dimaksud berupa warung / toko kecil untuk menjadi agen kami. Selanjutnya adalah persetujuan regulator. Sebelum adanya M-Pesa, masyarakat Kenya harus berjalan jauh untuk mendapatkan akses bank. Inovasi yang diberikan adalah menciptakan peluang layanan yang memudahkan penduduk Kenya melakukan transaksi perbankan tanpa menggunakan media bank. Untuk melakukan layanan M-Pesa, penduduk Kenya melakukan pendaftaran (tanpa biaya) di outlet M-Pesa. Mereka dapat menyetorkan uang tunai sebagai deposit. Dengan memiliki deposit, mereka dapat melakukan transaksi dengan pihak lain melalui pengiriman pesan singkat (SMS) di handphone. Penerima menunjukkan SMS tersebut di outlet terdekat & menukarkannya dengan uang tunai. Selain itu M-Pesa juga dapat digunakan untuk pengiriman uang, peminjaman uang, serta pembayaran gaji (bagi usaha kecil & menengah di Kenya). Sampai saat ini ada sektiar 15 juta pelanggan M-Pesa dan 18 juta pengguna seluler, artinya 80% sudah menggunakan M-Pesa. Transaksi yang tercatat perhari mencapai 2-4 juta per hari. Transaksi akan meningkat disaat Natal dan sebelum musim sekolah tiba. Jumlah transaksi M-PESA dapat mencapai US$ 1 milliar per bulan mencakup deposit, pengiriman uang, penarikan uang, serta pembayaran barang dan jasa, serta pembelian pulsa. Melalui mobile-money Bank Sentral dapat

dapat memonitor dan menjangkau transaksi yang berlangsung secara informal. Menurut Michael Joseph, Indonesia memerlukan sistem mobile-money untuk mendukung program berskala besar seperti PNPM. Penggunaan mobile-money akan membuat program tersebut lebih efektif karena memungkinkan masyarakat desa mengakses keuangan meski kondisi geografis Indonesia terdiri dari banyak gunung dan pulau. Selain itu Indonesia memiliki populasi pengguna ponsel sangat besar tetapi masih terbatas yang menggunakannya untuk transaksi keuangan. Menimbang potensi tersebut M-Pesa bekerjasama dengan Bank Dunia saat ini sedang mempelajari penerapannya di Indonesia. (WP) Sambungan halaman 8 : Realisasi APBD Triwulan II-2011 Sedangkan untuk realisasi belanja masih jauh dibawahnya yaitu dari 11% menjadi 30%. Realisasi belanja pegawai dan belanja barang dan jasa mengikuti pola yang relatif lebih baik. Namun, untuk belanja modal perkembangannya cenderung lambat. Beberapa hal yang sangat mungkin menjadi penyebabnya antara lain keterlambatan penetapan APBD, proses lelang yang belum selesai atau permasalahan teknis lain yang mengakibatkan belanja daerah baru dapat direalisasikan setelah adanya APBD-Perubahan yang rata-rata dilakukan pada bulan Agustus-September.
(MS disarikan dari laporan realisasi APBD Triwulan II-2011, DJPK Kemenkeu)

18 Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota Triwulan II-2010 dan Triwulan II-2011 (%)

19

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011

14

Perkembangan Penyaluran KUR

REALISASI PENYALURAN KUR PER 30 SEPTEMBER 2011


Sejak diluncurkan pertama kali pada tahun 2007, realisasi plafon KUR pada 31 September 2011 tercatat sekitar Rp 57 triliun. Khusus selama tahun 2011, penyaluran plafon KUR telah mencapai Rp 22,2 triliun. Hal ini menunjukkan plafon KUR sejak Januari hingga September 2011 telah meningkat sebesar 64,6% dari plafon KUR Desember 2010. Realisasi tersebut menunjukkan pencapaian 111,1% dari target tahun 2011 Rp 20 triliun. Enam bank pelaksana telah menyalurkan KUR sebesar Rp 51,6 triliun atau setara 91% plafon KUR sejak tahun 2007. Sedangkan 9% plafon KUR yaitu Rp 5 triliun disalurkan oleh 13 BPD. Dari plafon tersebut, total dana outstanding tercatat Rp 28,4 triliun yang terdiri atas Rp 24,4 triiun dana outstanding KUR enam bank pelaksana dan Rp 4 triliun dana outstanding KUR 13 BPD. Hingga saat ini tercatat sebanyak 5.299.594 rakyat Indonesia telah menjadi nasabah KUR. Nasabah enam bank pelaksana sebanyak 5.235.506 dan 13 BPD sebanyak 64.088. Sehingga rata-rata KUR Rp 10,7 juta/debitur dengan NPL 2,45%. Rata-rata KUR Rp 9,8 juta/debitur dengan NPL 2,43%. Sedangkan rata-rata KUR Rp 79,5 juta dengan NPL 2,59%. 20

Secara sektoral, penyaluran KUR masih terkonsentrasi pada sektor perdagangan besar dan eceran. Plafon pada sektor tersebut Rp 34,5 triliun setara 61% dari total plafon KUR. Dana tersebut disalurkan kepada 3.924.980 debitur yaitu 74%. Sedangkan plafon terbesar selanjutnya disalurkan pada sektor pertanian, perburuan dan kehutanan. Plafon KUR pada sektor tersebur Rp 9,5 triliun setara 17% plafon KUR. Plafon KUR tersebut disalurkan kepada 698.970 debitur yaitu 13% dari total debitur. Sedangkan sebagai negara maritim, plafon KUR pada sektor perikanan masih sangat minim. Plafon KUR sektor perikanan tercatat Rp 71, 6 miliar yang disalurkan kepada 1.226 debitur. 21

Sumber: Komite Kebijakan KUR

Penyaluran dana KUR belum merata di seluruh Indonesia. Sebagian besar, 52% dana KUR disalurkan di pulau Jawa sebesar Rp 29 triliun. Dana tersebut disalurkan kepada 3.233.576 debitur yaitu 61% total debitur. Provinsi dengan penyaluran KUR terbesar yaitu Jawa Timur dengan plafon Rp 8,8 triliun kepada 921.960 debitur. Sedangkan jumlah debitur terbesar pada provinsi Jawa Tengah 1.212.903 debitur dengan total plafon Rp 8,3 triliun. Secara nominal jumlah penyaluran KUR telah menunjukkan pencapaian target yang sangat baik. Namun, optimalisasi penyaluran KUR pada sektorsektor kantong kemiskinan seperti pertanian, perburuan dan kehutanan serta sektor perikanan masih belum optimal. Dari sisi geografis, penyaluran KUR pada provinsi di luar pulau Jawa masih perlu ditingkatkan. Peran BPD diharapkan dapat membantu jangkauan penyaluran KUR. Sosialisasi mengenai KUR juga perlu terus dilakukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat. Penyaluran KUR yang optimal diharapkan dapat membantu pelaku usaha kecil di Indonesia sehingga pada akhirnya para pelaku usaha kecil dapat bersaing semakin di pasar internasional. (RA) Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011

Sumber: Komite Kebijakan KUR

Dari enam bank pelaksana, Bank BRI merupakan Bank penyalur KUR terbesar. KUR Ritel BRI tercatat Rp 8,8 triliun yang disalurkan kepada 60.565 debitur. Rata-rata KUR Ritel tersebut Rp 144,7 juta/debitur dengan NPL 4,1%. Sedangkan rata-rata KUR Mikro tercatat Rp 26,6 triliun setara 47% dari total plafon KUR. Dana tersebut disalurkan kepada 4.930.363 debitur yaitu 93% dari total debitur. Rata-rata KUR Mikro BRI Rp 5,4 juta dengan NPL 2,22%. Hal ini menunjukkan risiko yang tercermin dari NPL KUR Ritel BRI lebih tinggi dari KUR Ritel Mikro BRI.

15

Perkembangan Ekonomi & Keuangan Daerah

PENGHARGAAN INVESTMENT AWARDS 2011 BAGI PEMERINTAH DAERAH


Pada tanggal 12 Oktober 2011, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyelenggarakan penghargaan Investment Award. Untuk tingkat provinsi, penghargaan diberikan kepada provinsi terbaik penanaman modal (Regional Champions) sementara untuk tingkat Kabupaten/Kota diberikan kepada kabupaten/kota terbaik penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Bidang Penanaman Modal Investment Award bertujuan untuk memberikan apresiasi atas kebijakan dan komitmen daerah dalam meningkatkan pelayanan perizinan dan non-perizinan yang terkait dengan penanaman modal yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi, Kabupaten, Kota. Penghargaan Investment Award ini dilakukan setiap tahun dengan tema yang berbeda sebagai bagian dari pembinaan Pemerintah kepada perangkat daerah di bidang penanaman modal daerah melalui berbagai program fasilitasi seperti pelatihan bagi peningkatan kompetensi aparatur pelayanan di daerah, dan dukungan sarana/prasarana agar seluruh daerah berupaya lebih meningkatkan penanaman modal di daerahnya. Penilaian Invesment Award berdasarkan berdasarkan indikator-indikator kesiapan suatu daerah, seperti: indikator ekonomi, proyekproyek investasi yang ditawarkan, iklim investasi, ketersediaan sumber daya manusia dan sumber daya alam, serta dukungan infrastruktur. Sedangkan aspek penilaian untuk penghargaan Investment Award kepada Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Bidang Penanaman Modal antara lain kelembagaan dan pelimpahan kewenangan, sumber daya manusia yang profesional dan memenuhi kompetensi yang handal, sarana dan prasarana kerja, media informasi dan mekanisme kerja, ketersediaan layanan pengaduan (help desk), dan interkoneksi Sistem Pelayanan Informasi dan Pelayanan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE). Penilaian dikumpulkan dengan pengecekan data dan informasi di lapangan. Adapun tujuh provinsi yang memperoleh penghargaan penanaman modal terbaik (regional champions) tahun 2011 yaitu Provinsi Aceh, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Utara, dan Provinsi Sumatera Barat. Sementara untuk tingkat Kabupaten, penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di bidang penanaman modal terbaik antara lain Badan Pelayanan Terpadu Perizinan dan Penanaman Modal, Kabupaten Rokan Hulu, Riau, Badan Penanaman Modal Daerah dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Indragiri Hulu, Riau, Badan Perizinan dan Penanaman Modal

Modal Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Untuk tingkat Kota, penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di bidang penanaman modal terbaik antara lain Kantor Pelayanan Perizinan Kota Pare-Pare, Sulawesi Selatan, Kantor Pelayanan Terpadu Kota Dumai, Riau, serta Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Investasi merupakan faktor yang sangat penting untuk menjadi motor peningkatan perekonomian di daerah dan lokomotif perekonomian nasonal. Untuk jangka menengah dan jangka panjang seluruh daerah harus aktif untuk mempromosikan potensi investasi daerahnya secara lebih fokus dan memberikan pelayanan terbaik. (MS)

Sambungan halaman 4: Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di 20 provinsi pada Agustus 2011 menurun secara rata-rata 46,05%. Penurunan tersebut kerena bulan Ramadhan yang jatuh di bulan Agustus. Tingkat penghunian kamar tertinggi terjadi di Provinsi Bali dan di Kalimantan Timur. Menurut klasifikasi hotel, tingkat penghunian kamar tertinggi tetap terjadi pada hotel-hotel berbintang 5. (WP) Perkembangan Jumlah Wisman Berdasarkan Negara Asal (Januari - Agustus 2011)
Jumlah Wisman Singapura Malaysia Jepang Korea Selatan Taiwan China India Filiphina Hongkong Thailand Australia Amerika Serikat Inggris Belanda Jerman Perancis Rusia Arab Saudi Mesir Uni Arab Emirates Bahrain Lainnya TOTAL 796.391 659.415 270.679 201.899 138.941 336.452 109.143 83.732 46.582 52.103 565.260 125.894 128.120 105.584 91.267 118.544 56.951 54.322 2.169 3.378 486 741.768 4.689.080 Pertumbuhan (%yoy) 10,39 -7,1 0,19 4,48 0,48 14,16 15,15 21,61 15,44 13,63 23 9,2 1,78 1,48 0,49 7,7 15,07 21,4 -1,99 -2,6 -15,77 8,04 7,3

%Terhadap Total 16,98 14,06 5,77 4,31 2,96 7,18 2,33 1,79 0,99 1,11 12,05 2,68 2,73 2,25 1,95 2,53 1,21 1,16 0,05 0,07 0,01 15,82 100

Sumber : BPS dan Kemenbudpar

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011

16

DAFTAR ISTILAH

Barang Modal adalah barang yang digunakan untuk modal usaha seperti mesin, suku cadang, komputer, pesawat terbang, dan alat-alat berat Devisa adalah merupakan masuknya uang asing ke negara kita dapat digunakan untuk membayaran pembelian atas impor dan jasa luar negeri Ekspor adalah kegiatan menjual barang dan jasa ke luar negeri Impor adalah kegiatan membeli barang dan jasa dari luar negeri Pasar adalah tempat bertemunya antara penjual dan pembeli di suatu tempat tertentu Neraca Pembayaran adalah catatan dari semua transaksi ekonomi internasional yang meliputi perdagangan, keuangan dan moneter antara penduduk dalam negeri dengan penduduk luar negeri selama periode waktu tertentu, biasanya satu tahun atau dikatakan sebagai laporan arus pembayaran (keluar dan masuk) untuk suatu negara Neraca perdagangan adalah Neraca pembayaran dapat dipecah ke dalam beberapa kategori yaitu; transaksi berjalan (current account), neraca modal (capital account), dan cadangan devisa negara (official reserves account) Neraca Modal merupakan bagian dari neraca pembayaran yang mencerminkan perubahanperubahan dalam kepemilikan aset jangka pendek dan jangka panjang (seperti saham, obligasi dan real estate) suatu negara, Yang meliputi : a. Arus modal masuk tercatat sebagai kredit karena suatu Negara menjual aset berharga kepada pihak asing untuk memperoleh uang tunai.

Untuk Informasi Lebih Lanjut Hubungi : Redaksi Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Gedung Sjafruddin Prawiranegara (d.h. Gd. PAIK II) Lantai 4 Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta, 10710 Telepon. 021-3521843, Fax. 021-3521836 Email : tinjauan.ekon@gmail.com
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan dapat didownload pada website www.ekon.go.id

ISSN 2088-3153

You might also like