You are on page 1of 12

PETA KONSEP

1. Individu dan Kelompok sosial A. Individu sebagai makhluk sosial Fredman (1962:112) menyatakan bahwa manusia merupakan makhluk yang tidak dilahirkan dengan kecakapan untuk immediate adaptation to environment atau kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan segera terhadap lingkungannya. Naluri manusia untuk selalu berhubungan dengan sesamanya ini dilandasi oleh alasan-alasan sebagai berikut: a. Keinginan manusia untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya (masyarakat) b. Keinginan untuk menjadi satu dengan alam sekitarnya B. Kelompok sosial Untuk dikatakan sebagai kelompok sosial terdapat persyaratan-persyaratan tertentu seperti yang dikemukakan oleh Soekanto (1982:111): 1. Adanya kesadaran dari anggota kelompok tersebut bahwa ia merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan 2. Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan lainnya dalam kelompok itu 3. Adanya suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota kelompok bersangkutan yang merupakan unsur pengikat atau pemersatu 4. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola prilaku C. Macam-macam kelompok sosial 1. Klasifikasi tipe-tipe kelompok sosial Mac Iver dan Page (1957:124) menggolongkan kelompok sosial dalam beberaoa sudut pandang dengan berdasarkan pada berbagai kriteria (ukuran). Sementara Simmel dan Systematic Society mendasarkan pengelompokkannya pada besar kecilnya jumlah anggota cara individu pengaruhi kelompoknya serta interaksi social dalam kelompok tersebut.

2. Kelompok sosial dipandang dari sudut individu Pembagian kelompok sosial dipandang dari sudut individu dapat dilihat dari keterlibatan individu dengan kelompok sosial dimana ia tinggal, apakah dalam masyarakat yang masih sederhana atau dalam struktur masyarakat yang sudah kompleks. 3. In group dan out group Konsep in group dan out group merupakan pencirian dari adanya kecendrungan sikap etnocentrisme dari individu-individu dalam proses sosialisasi sehubungan dengan keanggotaannya pada kelompok-kelompok sosial, yaitu suatu sikap dalam menilai kebudayaan lain dengan menggunakan ukuran-ukuran sendiri (Polak, 1966:166). 4. Primary group dan secondary a. Primary group Konsep Davis (1960:290) tentang primary group menggaris bawahi ciri-ciri utama sebagai berikut: 1. Kondisi-kondisi fisik Sifat kenal mengenal dan kedekatan secara fisik memberi keuntungan bagi terbentuknya primary group akan tetapi tidak terlepas dari kebudayaan yang ada pada masyarakat bersangkutan. 2. Sifat hubungan primer Hubungan primer bersifat pribadi, mengandung arti hubungan tersebut melekat secara inheren pada kepribadian seseorang yang tak mungkin digantikan oleh orang lain (Soekanto, 1982:124) 3. Kelompok-kelompok yang konkret dan hubungan primer Hubungan primer yang masih murni terdapat pada masyarakatmasyarakat yang masih sederhana organisasinya. b. Secondary Group

Rouceck dan Warhan dalam Sociology, an introduction (1962:46) membatasi pengrtian secondary group sebagai kelompok-kelompok besar yang terdiri banyak orang antara siapa hubungannya tak perlu berdasarkan kenal mengenal secara pribadi dan sifatnya tidak begitu langgeng.

5. Gemeinschaff dan Gesselschaff Dalam Readirig in Sociology (1960:82) Tonnies dan Looinis menyatakan bahwa Gemenschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggotanya diikat oleh hubungan batin yang bersifat alamiah dan dasar dari hubungan tersebut adalah rasa cinta dan kesatuan batin yang telah dikodratkan. Gesselschaft merupakan kebalikannya, yaitu berupa ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat imajiner dan strukturnya bersifat mekanis sebagaimana terdapat dalam sebuah mesin.

6. Formal Group dan Informal Group Formal group meupakan kelompok-kelompok yang mempunyai peraturanperaturan tegas yang sengaja diciptakan untuk mengatur hubungan diantara anggotanya. Sedangkan Informal Group tidak mempunyai struktur dan organisasi yang pasti. 7. Kelompok-keompok Sosial yang tidfak teratur Bentuk kelompok sosial yang tidak teratur dapat digolongkan ke dalam dua golongan besar, yaitu: a. Kerumunan (Crowd) Yaitu suatu kelompok manusia yang bersifat sementara. Tidak terorganisasi dan tidak mempunyai sistem pembagian kerja maupun pelapisan sosial namun bisa saja untuk mempunyai seorang pimpinan b. Publik Publik merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan.

8. Masyarakat Pedesaan (Rural Community) dan Masyarakat Perkotaan (Urban Community) a. Masyarakat setempat (Community, Komunitas) Tipe-tipe dari masyarakat setempat menurut Davis (1960:313) diantaranya dapat digolongkan dengan menggunakan empat kriteria sebagai berikut: 1) Jumlah penduduk, 2) Luas, kekayaan dan kepadatan penduduk daerah pedalaman,
3) Fungsi-fungsi khusus dari masyarakat setempat terhadap seluruh

masyarakat yang bersangkutan. b. Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan Ciri-ciri yang menonjol antara masyarakat pedesaan dan perkotaan diantaranya seperti dikemukakan oleh Soekanto (1982:149): 1) Kehidupan keagamaan. 2) Kemandirian 3) Pembagian kerja. 4) Peluang memperoleh pekerjaan. 5) Jalan pikiran. 6) Jalan kehidupan. 7) Perubahan sosial.

D. Individu dan Pelapisan Sosial 1) Prinsip Pelapisan Sosial

Dalam setiap masyarakat tidak pernah semua anggotanya memiliki sumber sosial yang sama. Sumber sosial adalah segala sesuatu yang dipandang berharga tetapi terbatas sehingga sukar untuk didapatkannya. Max Webver mengemukakan bahwa ketiodakmerataan sosial terdapat pada 3 komponen kehidupan, yaitu: kemakmuran, prestise dan kekuasaan. 2) Beberapa Teori tentang Pelapisan Sosial a. Teori Fungsionalis 1) Emilie Durkheim dalam bukunya : The Division of Labor in Siciencty, menyatakan bahwa setiap masyarakat memandang aktivitas yang satu lebih penting daripada yang lainnya. 2) Kingsley Davis dan Robert Moore, mengemukakan pendapatnya bahwa posisi-posisi yang paling penting dalam masyarakat diisi oleh orang yang paling berwenang.
b. Teori Reputasi

Menurut Wamer, status seseorang ditetapkan oleh pendapat (pertimbangan orang lain). c. Menurut Struktur Menurut Treiman, hasil penelitiannya ia mengambil kesimpulan bahwa dalam masyarakat yang berlain-lainan tidak ada perbedaan dalam menyusun tingkatan prestise pekerjaan. 3) Karakteristik Pelapisan Sosial Sistem pelapisan sosial terbagi menjadi 2 yaitu bersifat tertutup dan bersifat terbuka. Sistem pelapisan sosial tertutup yaitu suatu sistem yang mmbatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari lapisan yang satu ke lapisan yang lainnya, baik ke atasa maupun ke bawah (gerak vertikal). Sedangkan, sistem pelapisan sosial terbuka memungkinkan seseorang berusaha dengan kemampuanya naik/pindah ke lapisan yang lebih rendah.

4) Status dan Peran Sistem sosial memurut Ralph Linton (1956) adalaha pola-pola yang mengatur hubungan timbal-balik antar individu dalam masyarakat dan antara individu dengan masyarakatnya dan tingkah laku individuindividu tersebut. Status adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sedangkan peran adalah merupakan aspek yang dinamis dan status. 5) Mobilitas Sosial Mobilitas sosial (social mobility) adalah suatu gerak dalam struktur sosial.

2. Kelembagaan (Sosial Instution) A. Pengertian dan Fungsi Soekanto (1982:!91) memberi definisi bahwa lembaga kemasyarakatan adalah sesuatu bentuk dan sekaligus mengandung pengertian-pengertian yang abstrak perihal norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi ciri dari lembaga itu. Fungsi-fungsi lembaga kemasyarakatan menurut Soekanto yaitu : 1) Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat tentang bagaimana bersikap dan bertingkah laku dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan yang bersangkutan. 2) Menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan. 3) Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social control).

B. Bagaimana lembaga Kemasyarakatan Terbentuk Lembaga-lembaga kemasyarakatan terbentuk melalui suatu proses yang disebut sebagai institusionalisasi, atau kelembagaan nilai-nilai yang dibentuk untuk membantu hubungan antar manusia di dalam masyarakat. Kekuatan meningkat dari norma atau nilai, apakah lemah maupun kuat dipengaruhi oleh kekuatan manusia yang ada upaya menaati norma itu sendiri. Secara sosisiologi, kekuatan mengikat dari norma dapat dibedakan atas: 1) Cara (Ussage). 2) Kebiasaan (folkways). 3) Tata kelakuan (mores). 4) Adat istiadat (custom).

C. Ciri Lembaga Kemasyarakatan 1) Mempunyai tujuan tertentu. 2) Untuk mencapai tujuan di atas memiliki alat perlengkapan. 3) Memiliki lambang-lambang tertentu dalam bentuk tulisan, ataupun slogan. 4) Memiliki tradisi lisan atau tertulis yang diwujudkan dalam bentuk adat istiadat, norma, tata tertib peraturan, atau hukum.

D. Tipe-tipe Lembaga Kemasyarakatan

Menurut Gillin dan Gillin ada beberapa tipe lembaga kemasyarakatan, yaitu : 1) Berdasarkan Perkembangan a. Crescive Institutions b. Enacted Institutions 2) Berdasarkan Sistem Nilai a. Basic Institutions b. Subsidiary Institutions 3) Berdasarkan Penerimaan Masyarakat a. Social Sanctioned Institutions b. Unsanctioned Institutions 4) Berdasarkan Penyebarannya a. General Institutions b. Restricted Institutions

5) Berdasarkan Fungsinya a. Operative Institutions


b. Regulative Institutions

E. Social Control (Sistm Pengendalian Sosial) Sistem pengendalian sosial yang dimaksud adalah suatu tindakan pengendalian dalam arti yang sangat luas, yaitu seluruh sistem maupun proses sosial yang dijalankan oleh masyarakat lingkungan berpedoman kepada kesesuaian terhadap nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku dalam masyarakat.

IDIVIDU,KELOMPOK, DAN KELEMBAGAAN MAKALAH


Disusun untuk memenuhi ujian semesteran perkuliahan Mata kuliah Pendidikan IPS di SD (Ekonomi) yang diampu oleh Ibu Dra. Hj. Hariyati Murtiningsih, S.Pd,M.Pd Disusun Oleh : Ainul Mardiah Akbar Rahmadhoni Erlin Noorrachim Ratnaning Cameline (0905115034) (0905115013) (09051150 ( 0905115027) )

Kementerian Pendidikan Nasional Universitas Mulawarman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Samarinda 2011

You might also like