You are on page 1of 109

MAKALAH-MAKALAH

RENCANA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN


NASIONAL DAN DAERAH
Dosen : Prof. Dr. Sanusi Uwes












Disusun Oleh :
Mahasiswa Pasca Sarjana
Angkatan XXXI Kelas B






PROGRAM PASCA SAR1ANA
MAGISTER MANA1EMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2011

l

KATA PENGANTAR
































ll

DAFTAR ISI


I Pendekatan Sistim Terhadap Perencanaan Pendidikan
II Beberapa Pendekatan dalam Perencanaan Pendidikan
III Ruang Lingkup Masalah Pendidikan
IV Pendidikan Sebagai Proses Manajemen
V Menetapkan Kebutuhan Pendidikan
VI Analisis Sistem Pendidikan
VII Konsep dan Desain Perencanaan Dimulai dengan Memahami Kecenderungan,
Menetapkan Sasaran dan Tujuan, Merancang Perencanaan

VIII Evaluasi dan SpesiIikasi Perencanaan
XI SpesiIikasi Perencanaan Pendidikan
X Implementasi Perencanaan







PENDEKATAN SISTIM
TERHADAP PERENCANAAN PENDIDIKAN











Oleh :
Drs. Ayub Supriadi
Rahayu Nana Subagja, S.Pd.










PROGRAM PASCA SAR1ANA
MAGISTER MANA1EMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2011

PENDEKATAN SISTIM TERHADAP PERENCANAAN PENDIDIKAN, hlm 1 darl 8

PENDEKATAN SISTIM TERHADAP
PERENCANAAN PENDIDIKAN


A. PENGERTIAN PENDEKATAN SISTIM
Kata sistim (sistim) dapat dimaknai sebagai metode (method), rencana
(plan), aturan (order), keteraturan (regularity), aturan kebiasaan (rule), (manner),
(mode), susunan, rencana (scheme), jalan, cara (way), kebijakan (policy),
kecerdasan (artiIice), susunan, aturan (arrangement), rencana (program).
Istilah sistim berasal dari bahasa Yunani sistim yang mempunyai
pengertian sebagai berikut :
1. Suatu keseluruhan, yang tersusun dari sekian banyak bagian (Whole
compoused with several parts)
2. Hubungan diantara bagian bagian secara teratur (an organized, Iunction,
relationship among unitsor components)
3. Kumpulan benda benda, himpunan alat-alat, himpunan gagasan (ide),
hipotesis atau teori, atau menunjukan pada metode.
Dalam praktiknya istilah sistim paling sering digunakan untuk
menunjukan pengertian metode atau cara sesuatu himpunan unsur atau komponen
yang saling berhubungan satu sama lain menjadi satu kesatuan yang utuh.
O Konsep sistim sebagai suatu metode dikenal dalam pengertian umum sebagai
pendekatan sistem (system approach). Pendekatan sistim merupakan suatu
cara dalam usaha memecahkan masalah. Pendekatan sistim membantu
panyadaran terhadap adanya kerumitan didalam sesuatu masalah.. Misalnya,
dalam kasus kemampuan berbahasa Arab dan kaitannya dengan kemampuan
menterjemaahkan ayat ayat Al Quran. Padahal, jika dikaji lebih cermat
diketahui bahwa kemampuan yang rendah itu bukuan merupakan Iaktor
penentu satu satunya. Sebab, relitasnya Iaktor ayang menentukan rendahnya
kemampuan menterjemaahkan ayat ayat Al Quran tidak hanya satu Iaktor saja.
Bisa jadi karena Iaktor kurikulum yang dipaksakan, metode pengajaran yang
diterapkan, laboratorium bahasa yang tersedia, alokasi waktu yang disediakan
atau juga karena gaya mengajar guru, dan lain lain.

PENDEKATAN SISTIM TERHADAP PERENCANAAN PENDIDIKAN, hlm 2 darl 8

Pendekatan sistem (System approach) sangat sulit dideIinisikan,
seyogyanya paera perencana pendidikan lebih berhati hati didalam mendeIinisikan
dan menempatkannya secara spesiIik. Kehati hatian itu akan sangat membantu
didalam merumuskan permasalahan dan berbagi kemungkinan pemecahannya.
Menurut West Churcman, seperti dinyatakan Tatang, melukiskan bahwa
penedekatan sistim bermula jika anda memandang dunia ini dari kacamata orang
lain. Hal itu terus berlangsung, katanya, untuk menemukan kenyataan bahwa
setiap pandangan dunia itu amat terbatas, dan tidak seorangpun yang piawai, ahli
dalam pendekatan sistim.
Menurut Ryans Sisitim merupakan susunan elemen yang ditunjuk (obyek,
orang, kegiatan kegiatan, cerita inIormasi dsb) yang terhubung dengan proses atau
struktur yang biasa dianggap berIungsi sebagai organisasi dalam menggarakan
hasil obeservasi (atau kadang kadang merupakan semata).
Berdasarkan kaidah ini, pendekatan sistim dalam perencanaan, ada elemen
yang saling berhubngan, baik lantaran proses maupun lantaran didesain
strukturnya sehingga setiap pungsinya merupakan satu kesatuan yang bekerjasama
untuk menghasilkan suatu hasil atau produk. Akibatnya seseorang perencana
harus memperhatikan variable dan kendala kritis, serta akibat interaksi berbagai
variable. Dalam kaitan ini, KauIman (1973: 10) menegaskan bahwa pendekatan
sistim merupakan cara mengidentiIikasi kebutuhan, menyeleksi masalah,
menyusun identiIikasi persaratan solusi masalah, membuat beberapa alternative
solusi, mengevaluasi hasil, merepisi persyaratan pada sebagian atau seluruh sistim
terkait dengan keterbatasan memnuhi kebutuhan.
Dalam pendekatan sistim pendidikan diposisikan sebagai proses
menejemen yakni prosedur, monitor, kegiatan untuk memberikan penilaian
perkembangan (kegiatan) dengan teliti berdasarkanm criteria yang baku (criterion
standard). Langkah pelaksanaannya adalah menetapokan hubungan antara sub
sistim, menetapkan kualiIikasi subyek pelaksana sistim, menentukan mekanisme
pengambilan keputusan, menerntukan jenis dan jumlah upah atau insentiv,
memonitor proses kegiatan, mengukur kesesuaian hasil denngan rancangan yang
telah ditetapkan, serta menyiapkan rancanagan perbaikan bagi proses dan hasil
yang tidak sesuai dengan rancangan awal.

PENDEKATAN SISTIM TERHADAP PERENCANAAN PENDIDIKAN, hlm 3 darl 8

Menurut KauIman memepergunakan pendekatan sistim sebagai proses
pemecahan masalah secara lojik yang dapat diterapkan dengan cara
mengidentiIikasi dan memecahkan masalah masalah pendidikan yang penting.
Mempergunkan pendekatan sistim menuntut pemahaman bahwa, setiap
benda atau sistim itu berada (menjadi bagian) dari sistim yang lebih besar atau
lebih luas, sehingga semua benda dengan sesuatu cara dalah asaling berkaitan.
Semakin maju perkembangan berpikir umat manusia, semakin menghendaki
adanya hasil penerapan pendekatan sistim yang lebih obyektiI dan tepat.
Keinginan ini, menurut Tatang M amirin, terwujud dalam bentuk berkembangnya
tek nik teknik pemecahan masalah (Problem Solving) yang tinggi, canggih
(Sophisticated), seperti analisis statistik, model simulasi dan sistim inIormasi yang
mmepeergunakan computer.
Pendekatan adalah sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses belajar mengajar yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang siIatnya masih umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, melatari, metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
Pendekatan sistim adalah merupakan kebijakan dalam memandang
benda/peristiwa dalam hidup sebagai sistim yang digunakan dalam pemecahan
masalah serta proses pemecahannya.
B. KEUNTUNGAN MEMAKAI PENDEKATAN SISTIM
(Menurut Depdiknas 1982/1983 : 22) adalah sebagai berikut :
1. Misi, sasaran, dan tujuan dapat dijabarkan lebih luas.
2. Setiap program selalu dikaitkan dengan sasaran dan tujuan.
3. Orientasi egiatan selalu diorentasikan k3epada hasil akhir.
4. Perencanaan dipab dang sebagai bagian dari keseluruihan kegiatan
pendidikan.
5. Sumber daya manusia dan sumber dana digunakan lebih eIektiI sesuai
alokasi kontribusinya pada pencapaian tujuan.
6. InIormasi untuk perencaanna dan mengabilan keputusan dapat
dirancang dan dikelola secara terpadu sehuingga sasaran serta cara-
cara pencapaiannya dapat lebih eIektiI dan eIesian.

PENDEKATAN SISTIM TERHADAP PERENCANAAN PENDIDIKAN, hlm 4 darl 8

7. Semua uapaya diarahakan pada sasaran sehingga pemborsan dapat
ditekan seminimal mungkin
8. Administrator dalam di nialai lebih obyektiI alantaran sasaran lebih
jelas.
9. Administrator dapat mengembangakan kreatiIitas dalam batabatas
kewenagan yang telah ditetapakan sepanjang mereka tetpa berorientasi
pada tujuan akhir.
10. Pertangungan jawab sdapat dirumusakan secara lebih jelas dan
oprasionala.
11. Unpan balik dapat diperoleh semua tingkat otoritas dalam orgainasi
pebndidikan sehingga penyimpangan dalam usaha pencapaian tujuan
cepat diidentiIikasi.
12. Komunikasi antar komponen dapat dib8na dengan lenih baik sehingga
kesalaha pahaman dapat dikurangi
13. pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dapat dilaksanakan
secara lebih baik.
C. 1ENIS SISTIM
Sistim terdiri atas dua jenis yaitu sistim terbuka dan sistim tertutup yang
masing-masing memeliki karakteristik tersendiri.
Karakteristik sistim terbuka .
a. BersIat sinergis dengan lingkungan
b. Feedback : perbaikan terus menerus berdasarkan hasil balikan dari seluruh
arangakaian kegiatan sistim
c. Cyclical : Hal ini sebagai kelanjutan dari korekyiI. Sistim bersiIat
mengulangi kegiatan seberlumnya atau repetitive.
d. Kreative : penekatan sistim bersiIat kreatiI ' The Sistim approach mush
bee creative one that Iocuces on goal Iirst and methods second
e. Negontropy : Sistem yang terbuka memiliki kekuatan penghalang dari
kehancuran atau kemusnahan, makala dipenuhi karakter dipenuhi oleh
karakter kreatiI dan Repetitive. Dengan karakter tersebut akan terjadi
pertahanan dalan diri sistim (SelI DeIence).

PENDEKATAN SISTIM TERHADAP PERENCANAAN PENDIDIKAN, hlm 3 darl 8

I. Steady state, yakni kemapanan keajegan, keseimbanga internal saat terjadi
dinamika inIut autIut.
g. Growth and Expancy, yakni tumbuh dan semakin meluas sebagai akibat
lanjutan dari karakter sistim yang kreatiI dan negontrophic
h. Balance between maintenance (beli, pelihara, rekrutmen, dst) untuk
bertahan hidup and adaItive activities (perencanaan dan pengembangan
yang menghitung realitas lapangan secara jeli dan teliti supaya sistim tetap
bertahan hidup)
i. EquiIinality dalam pendekatan sistim terdapat kesamaan nilai dari ujung
proses suatu kegiatan. InIut dapat memilki keragaman kualitas namun
diproses dengan perlakuan dan pesyaratan yang sama maka jenis kualita
autputpun, relative dalam level kualitas yang sama (Indicate to Dymamic
homeostatis or the steady state)
Karateristik Sistem Tertutup
Adalah sama sekali tidak berhubungan dengan yang lain, memeliki
batasan ayang jelas terpisah dari lingkungan sistim bereda (It does not hape shut
interaction witeha and vironment). Dalam jangka waktu lama dan berkelanjutan,
sesungguhnya sitem yang tertutup seperti mesinpun tetap dipengaruhi oleh
keadaan lingkungannya.
D. KEPENTINGAN PENDEKATAN SISTEM
Dengan melihat berbagai karateristik sistim baik yang terbuka maupun
yang tertutup kita dapat melighat beberapa keuntungan membuat perencaan
dengan pendekatan sistim, yaitu sebgai berikut :
1. Pendekatan sistim mengkonsptualisasi organisasi sebagai satu
kesatuan, tidak terpisah-pisah, dan kerenanya tidak dilihat dari bagian
bagiannya maka setiap bagian atau anggota bersikap sebagai satu
kesatuan
2. terampil mengidentiIikasi dan memahami lingkungan kemudian
diidentiIikasi ketarkaitannya pada sistim yang dikelola
3. Memahami penting stabilitas dan atau perubahan dari organisasinya
4. Merekayasa alternative masukan dengan proses kegiatan


PENDEKATAN SISTIM TERHADAP PERENCANAAN PENDIDIKAN, hlm 6 darl 8

Harvey LJ menegaskan kepentingan pendekatan sistim dalam membuat
prencaan pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Lembaga-lembaga pendidikan telah semakin kompleks dan semakin
sulit untuk dikelola dengan cara-cara tradisional yang kurang
berorientasi pada tujuan, untuk menyelesaiakan tugas-tugas sesuai
denghan tuntutan perkembangan pendidikan.
2. Perubahan semakin cepat sementara seorang administrator tidak
mungkin menangani segala bidang. Karena itu perlu pendekatan baru
3. banyakan perencan pendidikan bersiIat amatir. Mereka disiapkan
untuk jadi guru dan petugas pendidikan lainnya. Dalam keadaan
demikian pendekastan sisten sangat diperlukan.
4. Diperlukan penggunaan dana yang eIesien dan eIektip dalam
menanggulangim kesalahan perencana dan pengelolaan pendidikan.
Krena itu penedekatan sistim sangat diperlukan.
5. Kepercayaan masyarakat terhadapa organisasi pendidikan perlu
ditingkatakan, melalui eIesiensi dan eIektipitas kerja sistim pendidikan
yang terencana.
Dengan melihat berbagai karakter sistim juga, kita dapat membuat catatan
lain yakni bahwa sistim bukan segala-galanya keterkaiatan dana keterganmtungan
anatar unsur
Adalah satu hal tapi keingaianan perubahan yang drastis untuk membuat
loncatan-loncatan baru adalah hal lain yang justru akan merubah konstruk dan
konsep suatau organisasi yang sudah disistemkan.
Sejalan dengan keterangan tentang sistim tersebut serta menayadarai
liputan kerja dalam kegiatan perencanaan yang cuklup luas, maka pekerjaan
perencanaan dengan pendekatan sistim akan jadi terdukung untuk menurunkan
rincian kegiatan lainnya. Bentuk kegiatannya berawal dari mengidentiIikasi
kebutuhan, menyeleksi permasalahan, mengidentiIikasi barang atau bahan /syarat
pemecahan masalah, menginpentarisasi berbagai kemungkinan penecahan
masalah, cara cara melaksanakan kegiatan, menilai hasil kegiatan rancangan
secara terus menerus, dan kesiapan untuk terus merepisi kebijakan yang salah

PENDEKATAN SISTIM TERHADAP PERENCANAAN PENDIDIKAN, hlm 7 darl 8

sehingga hasil akhir betul betul dapat meminimalisasai kerugian yang
ditimbulkan.
Tentu saja Iaktor waktu harus betul betul dipertimbangkan. Jangan sampai
terjadi, baik hati. hatinya mengidentiIikasi, menyeleksi, merepisi, dan menilai
hasil sementara, lantas keputusan atau kebijakan membuat perencanaan malah
tidak pernah selesai.
Dalam dunia pendidikan islam, pendekatan sistim dalam perencaan ini
berarti proses kegiatan memecahkan permasalahan pendidikan umat secarata
rational, logis, dengan mengidentiIikasi dan memecahkan kembali permasalan
penting pendidikan. semuanya diorientasikan pada sasaran atau tujuan yang
dijangkau. Intinya terletak pada bagaimana membuat cara/alat /konsep berpikir
yang mampu memecahkan masalah pendidikan umat islam secara sistimatik dan
obyektiI. Segera harus diberi catatan, bahwa cara/alat/konsep berpikir tersebut
akan sangat berpariasi, terkait dengan tingkat jangkauan pekerjaannya. Jangkauan
dalam bentuk sasaran kegiatan (Purpose) berada de ngan jangkauan tujuan akhir
kegiatan atau (obyektiI) dan tentu berada pula dengan tujuan komIrehensiI
kegiatan yang dicapai melalui perencaan strategi.
E. KESIMPULAN
Pendekatan sistim (system approach) dalam perencanaan pendidikan
adalah sebuah cara dalam memecahkan persoalan (problem solving) dengan
memandang persoalan sebagai sebuah sistim yang masing-masing subnya tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Ia sanggup memandang secara cermat
dan tepat seluruh Iaktor pendidikan dan menetapkan pendidikan sebagai sistim
yang all inclusive.
Kelebihan pendekatan ini tidak saja karena ketepatan melihat maalah-
masalah pendidikan, sistematika, tidak parsial, hemat waktu, dan memungkinkan
analisis data yang kompleks dengan level cost yang relative rendah dan membantu
melakukan determinasi strategi perencanaan yang bagus.





BEBERAPA PENDEKATAN
DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN









Oleh :
Asep Sopyan Nurdin, SAg.
Uus Kusnadi, SE












PROGRAM PASCA SAR1ANA
MAGISTER MANA1EMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2011

EERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN 1 darl 10

PENDAHULUAN


Pendidkan merupakan usaha orang sadar untuk menyadarkan yang belum
sadar, usaha untuk memanusiakan manusia, usaha untuk meng-estapetkan
pemeliharaan alam, dan usaha untuk memberikan kemampuan dalam
mereIleksikan aturan-aturan baik aturan
buatan manusia maupun aturan buatan Tuhan/Allah.
Pendidikan sangat penting untuk diperhatikan, dirumuskan dan
direncanakan secara matang. Sebuah contoh di Jepang ketika Hirosima dan
Nagasaki dibom oleh sekutu, kaisar jepang pada waktu itu memanggil seluruh
masyrakat dan mengumpulkanya, kemudian bertanya, siapa guru yang masih
hidup ? dari pertanyaan ini kita bisa menarik istimbat, begitu diperhatikannya
pendidikan, yang ditanya bukan berapa orang tentara atau politikus yang masih
hidup tapi guru, sehingga mereka dapat lebih meningkatkan kegiatan dalam
bekerja dan memperbaikai sistem pendidikan, terbukti smpai sekarang, dan dalam
kehidupannya datanamkan moto ' Kai:en` yaitu sungguh- sungguh dan terus
menerus bekerja meskipun hal yang kecil. Sebenarnya moto itu sudah ada dalam
islam ' Rasulullahi SAW bersada ; ahabbul amal indallahi adwamuha wain
qolla amal yang paling dicintai oleh Allah yang teus menerus dikerjakan
meskipun kecil. Menrut hadits ini yang seharusnya lebih maju, lebih berkembang,
lebih sejahtera, lebih disiplin, teratur seharusnya kaummuslimin termasuk
didalamnya kita. Tapi kenyataanya kita bisa melihat sendri, dilihat dari segi
pendidikan ketingalan jauh malah di bawah Malesia, dari segi prodak memang
ada tapi masih minim jauh dari harapan, malah sangat memalukan karena yang
diekspor itu para TKW untuk dipekerjakan dan diperas tenaganya malah ada yang
tidak dibayar lebih sadis lagi disiksa dan dibunuh, lebih keras dari pada jaman
Rodi atu Romusa.
Dari situlah kita perlu merenung, memperhatikan dan merencanakan
pendidikan untuk masa sekarang dan yang akan datang. Perencanaan sangatlah
penting karena tanpa perencanaan sangatlah lemah dan rapu, perencanaan yang
matang disertai oleh pengorganisasian yang kokoh, dilaksanakan oleh para

EERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN 2 darl 10

anggota yang amanah serta pengawasan yang tidak memilih dan memilah dan
evaluasi yang ketat maka pendidikan Insya Allah akan bermutu baik
Dalam hal ini penulis akan mendiskriIsikan corak dan model-model
pendekatan dalam perencanaan pendidikan. Seperti corak perencanaan
komprehensiI, perencanaan induk,perencanaan strategi, perencanaan ekuiti,
kemudian dalam model-model perencanaan seperti Intra educational atau
extrapolation model, the demograIhic projection model, social demand opproach,
manpower approach dan cost beneIit analysis.
A. PENGERTIAN
Sebelum kita membahas masalah Pendekatan dalam Perencanaan perlu
kita magetahui terlebih dahulu apa pendekatan (approach) dan apa perencanaan
(plening)?. Pendekatan adalah suatu proses usaha atau perbuatan untuk mengenal
dan mengidentiIikasi aspek-aspek yang dituju. Sedangkan perencanaan adalah
Sebuah proses untuk mengarahkan aktivitas manusia dan kekuatan alam dengan
mengacu pada kondisi pada masa depan yang diinginkan,(Branc, 1998:2). Suatu
linkaran proses yang berulang dari serangkaian tahapan- tahapan yang logis,
(meise and volwahsen 1980:3-5)
Perencanaan merupakan proses penyusunan berbagai keputusan yang akan
dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang ditentukan
(Fakry GaIIar, 1987:14). Perncanaan adalah keputusan menetapkan Iormulasi
kegiatan yang baik, benar,argummen jelas, sistematis, yang diproyeksikan untuk
mencapai tujuan yang valid dan bermakna, sesuai kebutuhan sabjek terhadap
sasaran perencanaan (Sanusi Uwes : 2003). Dari uraian di atas saya berpendapat
perencanaan adalah seperangkat pengarahan atau pengaturan tindakan untuk
memecahkan berbagai permasalahan, dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
B. KA1IAN TEORI
1. Keragaman Corak Perencanaan Pendidikan
a. Corak Perencanaan Komprehensif
Melihat dari artinya komprehensiI yatu menyeluruh, analisis dalam
perencanaan ini dilakukan secara menyeluruh dari semua asIek kehidupan,
ekonomi, social, budaya dan sebagainya. Proses perencanaan komprehensiI

EERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN 3 darl 10

dilakukan secara sekuensial atau urut, langkah-langkahnya meliputi; 1.
pengimpulan dan pengolahan data 2. analisis 3. perumusn tujuan dan sasaran
perencanaan 4. pengembangan lternatiI rencana 5. evaluasi dan seleksi rencana 6.
penyusunan dokumen rencana. Dalam perencanaan ini siIatnya menyeluruh dan
yang menentukan pusat, perncanaan ini biasanya tidak memandang yang
minoritas dan kadang terjadi ketidak adilan karena sesuatu hal kebijakan yang
siIatnya umum.
b. Corak Perencanaan Induk
Master plening biasanya diterapkan pada rencana sub program atau satu
disiplin seperti pada perencanaan pendidikan atau perencanaan perokonomian
atau perencanaan pembangunan, perencanaan master plening dan perencanaan
komprehensip mempunyai ksemaan baik dari segi prodak akhir maupun dari
sekuensialnya.
c. Corak Perencanaan Stretegis
Dalam menentukan perncanaan pendidikan sangat tergntung pada analisis
terhadap lingkungan baik internal maupun external merupakan langkah yang sngat
penting dalam memperhitungkan kekuatan/strengths, kelemahan/weaknesses
serta peluang/opportunities dan ancaman/threats yang ada di luar linkungan
organisasi pendidikan. Analisis terhadap unsure-unsur tersebut sangat penting dan
merupakan dasar bagi perwujudan visi dan misi serta stratejik perumusan
perencanaan pendidikan. Analisis lingkungan mempunyai peran yang sangat
penting dalam proses menyusun dan mengembangkan secara strtejik. Dari kedua
hasil analisis itu daperoleh gambaran menyeluruh tentang situasi dan kondisi
organisasi dari berbagai aspek baik internal maupun eksernal, serta
memperhatikan visi,misi dan nilai-nilai barulah disusun asumsi, kemudian
dikembangkan kearah penyusunan rencana stratejik pendidikan yang tepat.
Analisis harus cermat dan teliti, karena ancaman terhadap organisasi dapat saja
menjadi peluang yang lain. Dalam pelaksanaan analisis dapat menggunakan
SWOT.
Pentingnya analisis lingkungan dalam penyusunan rencana strtejik
pendidikan adalah;

EERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN 4 darl 10

a. Untuk menetahui peluang-peluang yang spesiIik ada dalam lingkungan
organisasi pendidikan. Hal ini diperlukan untuk manajemen tingkat
atas (top managemen) untuk menetapkan keterampilan utsms serta
sumberdya yang dapat diterapkan pada peluan spesiIik yang ada.
Untuk meningkatkan ataupun memperingatkan organisasi akan adanya
Iaktor atau unsur dilingkungan organisasi yang mungkin akan
membahayakan organisasi di masa depan.
1. Analisis lingkungan internal untuk mencermati kekuatan dan
kelemahan internal organisasi pendidikan meliputi:
a) Struktur organisasi secara rinci termasuk susunan dan
konstalasi kepengurusannya.
b) Sistem organisasi dalam mencapai eIektivitas organisasi
pendidikan
c) Kuantitas, kualitas dan tingkat pemberdayaan sumberdaya yang
mencakup sumberdaya manusia dan sumberdaya alam
termasuk kemempuan keterampilannya.
d) Biaya operasi berikut sumber-sumber dannya.
e) Faktor-Iaktor lain yang menggambarkan dukungan terhadap
proses kinerja/misi organisasi yang sudah ada, maupun secara
potensial dapat muncul dilingkungan internal organisasi
pendidikan.
2. Analisis llingkungan external
Analisis lingkungan ekternal seperti dalam bidang ekonomi, social
budaya, ekologi, politik dan keamanan. Mencermati peluang dan
ancaman yang ada dilinkungan external organisasi sendiri yang
meliputi beberapa Iactor dan dapat dikelompokkan:
a) Lingkungan ekonomi merupakan suatu kerawanan bai
kebanyakan organisasi, karena analisisnya menyangkut
ekonomi tingkat nasional, misalnya masalah keuangan Negara,
tingkat imIlasi, suku bunga, pinjam luar negri dan sebagainya
yang akan memberikan dampak terhadap kinerja organisasi
pendidikan.

EERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN 3 darl 10

b) Lingkungan si\osial budaya, merupakan hal yang penting
dalam kehidupan organisasi pendidikan karena menyangkut
sikap social dan nilai-nilai budaya. Trasparansi dan
keterbukaan merupakan suatu tuntutan yang ahrus dilaksakan
olehsetiap organisasi, untuk lebih memberikan kepercayaan
kepada komponen organisasi,terutama terhadap pemerintah.
Dan kritik dari masyarakat harus diperhatikan untuk lebih
meninkatkan berbagai asIek kehidupan terutama dalam hal
pendidikan.
c) Lingkungan hidup, merupakan yang sulit dianalisis. IdentiIikasi
tentang keccenderungan dan peluang sangat sulit dilakukan,
karena sangt tergantung terhadap kemapanan (maturity)
lingkungan, belum ada pembakuan yang disepakati bersama,
termasuk dalam lingkungan hidup ini.
d) Lingkungan politik, merupakan kebijakan-kebijakan
pemerintsh yang berkaitan dengan bidang kegiatan organisasi
pendidikan yang harus berkorespeondensi dengan kebutuhan
pendidikan dan jangan sampai bertolak belakang apalagi
menghambat tercpainya tujuan pendidikan.
e) Lingkungan keamana, terutama bagi Indonesia masa kini
merupakan asek yang perlu dipertimbangkan denganteliti,
masalah keamanan sangan berpengaruh terhadap kehidupan
dan kelangsungan suatu organisasi, terutam yang mempunyai
kegiatan yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat.
d. Corak perencanaan ekuiti.
Diakhir abad ke 20 tidak hanya pendekatan perencaan strategis saja yang
muncul, tapi jug perancanaan ekuiti. Tipe ini secra progresiI mempromosikan
kepentingan umum bersama yang lebih besar atau tidak hanya kepentingan satu
kelompok saja, sekaligus menantang ketidak addilan yang banyak diperankan oleh
perencanaan komprehensiI yang banyak melihat kepentingan secara makro dan
banyak menindas dan sering berbuat tidakadail terhadap kelompok minoritas.

EERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN 6 darl 10

Maka perencanaan inilah yang menjembatani antara kepentingan-kepentingan
mayoritas dengan tidak mengenyampingkan kepentingan minoritas.
2. Model-model Pendekatan dalam perencanaan.
a. Intra educational atau extrapolation model.
Konsep ini sulit dan rumit, terlebih manakala terlibat kedalamnya berbagai
pilihan perubahab dari satu ke lain bagian. Cara kerjanaya menghitung implikasi
kuantitatiI dari karakter yang menjadi target pendidikan. Bila ingin mencapai
target tertentu pada tahun tertentu, maka perencanaan pendidikan harus
mengekstrapolasi dari angka-angka yang ditargetkan kepada angka-angka lain.
Oleh karena itu perncanaan model ini sedikit agak rumit, sebab setiap bahan ajar
yang kita targetkan mungkin akan sulit tercpai kalau penunjang terhadap kegiatan
itu belum terpenuhi, seperti target kita ingin mencetak siswa yang berkulitas
dalam bidang ilmu pengetahuan alam, maka sarana yang mendukung harus
terpenuhi, seperti guru yang berkualitas, gedung, laboraturium, waktu yang
disediakan dan alat-alat praga yang lainnya yang menunjang terhadap proses
pendidikan tersebut, begitu juga dengan target materi yang lain.
b. The demograIich projection model.
Merupakan pendekatan yang secara imajinatiI bersiIat menyeluruh. Model
ini menyiapkan parameter pokok dalam menghitung jumlah
penduduk(pariabel tingkat kelahiran yang dikaitkan dengan cohort besaran
usia)terkait dengan system pendidikan masa depan yang harus dipersiapkan.
Dari sini diproyeksikan kepada unsure-unsur lain pendidikan seperti komposisi
jumlah anak didik pada usia tertentu, pada tahun tertentu, kemudian
diimplikasikan kepada besaran distribusi pelayanan, tingkat pendidikan, maupun
tahun-tahun yang ditargetkan sesuai dengan tingkatan dan usia anak didik (the
size oI age cohort).
c. Social Deman Approach (Pendekata Tuntutan Sosial)
Model ini merupakan bentuk yang paling umum yang menggambarkan
kebijakan pendidikan yang dipengaruhi oleh ekspresi kepentingan dan kebutuhan
masyarakat yang ada. Karena itu dari sudut yang berbeda, model ini keluar dari
analisis ekonomi serta tidak dapat dikalkulasikan baik oleh manpower model
atau rate oI return models. Model ini sangat strategis manakala perencanaan

EERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN 7 darl 10

pendidikan diorientasikan kepada pencaaian tujuan masyarakat secara umum,
seperti kasamaan hak asasi, penekanan pada otentisitas budaya, dan upaya
melegitimasi distribusi kekuatan politik. Atau model ini diorientasikan kepada
kebutuhan sebagian masyarakat seperti regional tertentu, kelompok bahasa
tertentu, yang pada hakekatnya menjadi tantangan dari kepentingan seseorang.
Pada dasarnya hampir semua unsur terkait dengan model pendekatan social ini,
meskipun konsep dan kontek berubah dari waktu ke waktu.
Pada dunia pendidikan tinggi model ini terkait dengan jumlah tuntutan
individu pada pelayanan endidikan sesuai dengan biaya yang ditentukan. Ada
enam Iaktor yang menetukan kebutuhan yaitu demograpich, pendidikan, Iinancial
(pendapatan dan biaya pendidikan), budaya dan masyarakat (realitas perbedaan),
pelayanan (keadaan dan kualitas pelayanan), dan pilihan-pilihan individu (harapan
pengembalian biaya).
d. Manpower approach ( pendekatan ketenaga kerjaan).
Pada umumnya merupakan prioritas pendidikan pada Negara- Negara
berkembang, tekanan terhadap ekonomi sangat kuat. Asumsinya adalah bahwa
perkembangan ekonomi tidak mungkin dilaksanakan tanpa dukungan tenaga kerja
yang terampil (berpikir ilmiah, bertindak proIessional, serta etis dalam hubungan
social). Dalam pada itu pemerataan kesempatan pendidikan merupakan
tuntutan bangsa yang berdemokrasi dan berorientasi kerakyatan. Bentuk aksinya
kewajiban belajar. Pendekatan eIektivitas menegaskan pentingnya eIesiensi dalam
pemanIaatan dana, sehingga kemampuan budget pemerintah dapat dimanIaatkan
secara optimal. Pada pendekata manpower ini, inti permasalannya terletak pada
etimasi kebutuhan ekonomi nasional.
Pada prguruan tinggi, pendekatan ini terkait dengan pertumbuhan ekonomi
yang harus dibarengi dengan penyapan tenaga terampil, dan harus direncanakan
berdasar kebutuhan masyarakat terhadap buruh. Kemudian keterampilan SDM
harus diramalkan, hasilnya dapat dibandingkan dengan dengan angka pendaItar di
perguruan tinggi.
Ada beberapa metode untuk membedakan dalam meramal kebutuhan
SDM.

EERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN 8 darl 10

a. Metode meramal pekerja. Peramalan jenis pekerjaan itu penting, walau
hasil survei tentang lowongan kerja masa depan aga suram. Terdapat
inkonsistensi yang tinggi sebagai hasil dari penurunan respon para
pekerja, sebab kurangnya deIinisi yang sama dari kualiIikasi, dan
sebab ketidksamaan pasaran kerja.
b. Metode perbandingan. Metode ini menghitung ramalan persyaratan
masa depan SDM melalui observasi hubungan antara strukutur
pekerjaan dan struktur pendidikan pada Negara-negara terpilih yang
secara ekonomi ada dibarisan terdepan. Berdasarkan hipotesis
penyimpangan universal dari pertumbuhan, metode ini kesimpulannya
bersiIat kasar.
c. Metode ratio pekerjaan. Maksud metode ini adalah membagi secara
adil jenis-jenis SDM kepada parameter populasi; tenaga kerja atau
buruh, segmen lain dari buruh terampil, pendaItar pendidikan tinggi,
keperluan jenis pelayanan, rasionya diproyeksikan kepada perkiraan
persyaratan masa depan.
d. Metode 'Iixed coeIIicient. Metode ini berdasrkan kepada struktur
ramalaan pekerjaan, produktiIitas buruh, output tiap industri, dan
melalui kesamaan pekerjaan dan kualiIikasi pendidikan tinggi.
Ramalan sector kebutuhan spesialis dan pendaItar dibuat sebagai dasar
hubungan pasti.
e. Ramalan persyaratan SDM untuk spesialis sebagian penduduk. Ratio
output buruh, matrik input-output, coeIIicient staI, dan ratio pekerjaan
dikombinasi untuk mengistimasi jumlah spesialis yang akan dilatih
untuk pekerjaan khusus seperti dokter atau guru.
e. Cost Benefit analysis ( Analisis biaya dan keuntungan).
Model ini menggambarkan investasi untuk menaikan pendapatan
investor. Model ini terkait dengan konsep-konsep tehnik dan penelitian
mengenai ekonomi pwndidikan. Prinsip utama pendidikan melalui
perjitungan untung dan rugi adalah pendidikan merupakan investsi
sumberdaya manudia (human capital investment). Karena itu biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan pendidikan harus dapat dikembalikan. Ini

EERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN 9 darl 10

dalam sekala individu mudah diperhitungkan, tapi dalam sekala makro
atau nasional sangat sulit di prediksi. Yang penting untuk perencanaan
dengan metode eIektiIitas baya (cost eIIectiveness methods) dipergunakan
sebagai cara perbandingan antara perkembangan ekonomi dengnan
kegiatan pelatihan.







EERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN 10 darl 10

DAFTAR PUSTAKA

-Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka 2007, W. J. S.
Poerwadarminta.
-Perencanaan Pembangunan Pendidikan Nasional dan Dadaera, Deskripsi
mata kuliah S2, ProI. Dr. Sanusi Uwes.
-Konsep Perencanaan Strategis, Persentasi. ProI. Dr. Ir. Achmad Junaedi.
-Manajemen Strategi, H. Yaya S Permana D






RUANG LINGKUP MASALAH PENDIDIKAN











Disusun oleh :
ACEP SUPRIATNA, S.Pd
NIS. 4103810311075











PROGRAM PASCA SAR1ANA
MAGISTER MANA1EMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2011

RUANG LINGKUP MASALAH PENDIDIKAN, hlm 1 darl 3

RUANG LINGKUP MASALAH PENDIDIKAN

I. Pendahuluan
Permasalahan adalah aktivitas atau kejadian yang menyimpang dari
seharusnya terjadi.
Kebutuhan akan perencanaan pendidikan muncul sebagai akibat semakin
intensiI dan kompleknya permasalahan yang muncul dalam masyarakat modern.
II. Isi
Ruang lingkup yang menjadi bahasan Perencanaan Pendidikan (Rendik)
meliputi: visi, misi, subjek dan objek pelayanan, proses operasional, tugas-tugas
setiap subjek, pemahaman yang jelas mengenai hubungan antara pendidikan,
urbanisasi, transportasi, perencanaan ekonomi, dan perencanaan-perencanaan
lainnya.
Rendik juga berkaitan dengan kompleksitas masyarakat modern, sehubungan
dengan urbanisasi, populasi, keperluan SDM, ekologi, menurun dan terbatasnya
SDA, aplikasi pengembangan ilmu, keragaman kebutuhan pasar. Kesemuanya
kaitan tersebut merupakan bahan acuan untuk menyusun rencana kurikulum,
rencana physik, rencana dana, rencana administrasi, rencana bangunan, dan
sebagainya.
Berdasarkan kompleksitas keterkaitannya, maka kegiatan atau aktivitas
rendik dapat dikatagorikan sebagai berikut :
1. Secara umum dapat disebut riset, teori dan teknik pembangunan, rancangan
pemerintah pusat, daerah, dan rendik sekolah lokal.
2. Secara fisik, rendik diaplikasikan pada jangka panjang, menengah, dan
jangka pendek pembangunan sekolah, layout pembangunan sekolah, kriteria
lingkungan bagi aktivitas belajar, etika, dan riset teknologi.
3. Dilihat dari kegiatannya yang tersangkut paut dengan realitas sosial, rendik
merupakan survai kebutuhan masyarakat, terkait dan berimplikasi pada
rencana kurikulum, strategi belajar, survai kebutuhan SDM dan masyarakat,
desain phisik, dan interaksi individu dan masyarakat.
4. Dilihat dari sudut administrasi, rendik dapat disebut sebagai kontrol
pembangunan, pembuatan keputusan, manajemen dan pelaksanaan, kontrol

RUANG LINGKUP MASALAH PENDIDIKAN, hlm 2 darl 3

persediaan barang, rencana transportasi, dan survai perencanaan sekolah.
Dari sudut administrasi bahwa rendik dapat dikatagorikan secara makro,
messo, dan mikro.
5. Dilihat dari keleluasaan otoritas pejabatnya, rendik tersebut dapat dibagi
pada katagori strategik, manajerial, dan operasional.
Tetapi apabila dilihat dari pelaksanaan system secara keseluruhan, maka
rendik terdiri atas :
1. Perencanaan perbaikan.
2. Perencanaan pengembangan.
Jenis dan bentuk kegiatan rendik terdiri dari :
1. Mempelajari kehidupan sosial (what has been).
2. MengidentiIikasi dan mendokumentasikan kebutuhan-kebutuhan (diIormulasi
dalam bentuk-bentuk terminologi produk dan proses)
Berdasarkan studi ruang lingkup pendidikan rendik meliputi :
1. Where are we now or what it is (realitas kini)
2. Where are we to be or what should be (mimpi atau masa depan)
Where are we now (realitas kini) adalah seluruh elemen pendidikan
merupakan sasaran rendik. Uraian berdasar Iakta-Iakta yang ada (Iact Iinding),
bukan berupa kegiatan diagnosa. Data (baik yang kualitatiI dan kuantitatiI)
didapat melalaui interviu, kuesioner, test, dokumen, catatan lain, atau observasi
(tehnik sederhana), atau perhitungan rumit proyeksi dan komparasi (sophisticated
method)
Modal awal kegiatan perencanaan, distudi dan didiskripsikan melalui SWOT
(strength kekuatan, weekness kelemahan, opportunity kesempatan, treath
ancaman) supaya dapat berpikir secara berkelanjutan, saat menghadapi kondisi
pendidikan yang akan terus berubah, sejalan dengan realitas perkembangan
manusia dan tempat tinggalnya.
Dari deskrpsi tersebut, perencana merancang tujuan pendidikan yang
kemudian diturunkan pada bentuk, jenis, dan jenjang kurikulum, cara
melaksanakannya dari sejak bentuk dan jenis kehadiran atau interaksi
guru/pembimbing/ pelatih dengan siswa, penyediaan jumlah dan mutu/ kualiIikasi

RUANG LINGKUP MASALAH PENDIDIKAN, hlm 3 darl 3

guru, dukungan dana, hubungan politik antara sekolah dan pemerintah.
Bermodalkan hal itu disiapkan aturan main kegiatan pendidikan.
Para perencana pendidikan bertanggung jawab untuk melihat kecenderungan
masyarakat, menjawab, dan melaksanakan pengorganisasiannya. Studi
kecenderungan ini terkait semakin tingginya keterlibatan kaum muda terpelajar
dalam proses pembelajaran. Saat suasana jaman cenderung membesar-besarkan
olahraga, musik, dan permainan, maka para perencanapun perlu member perhatian
sebagai gambaran komitmennya untuk mendahulukan pendekatan manusiawi
dibanding orientasi teknologi, supaya pekerjaan mereka tidak sia-sia.
Terdapat dua jenis masa depan (yang sukar ditentukan secara pasti) untuk
dideskripsikan :
1. Terkait dengan nilai, aturan, system, atau software.
2. Terkait dengan keadaan phisik, sarana, prasaran, atau hardware.
Diperlukan kehati-hatian supaya identiIikasi masa depan tersebut mendekati
persis, supaya terhindar dari pemborosan biaya, waktu, dan tenaga institusional.
Masalah utamanya adalah (1) bagaimana menentukan kesenjangan antara masa
kini dengan masa depan, dan (2) bagaimana analisis (bukan diagnosa) keadaan
sekarang secara tepat, persisi, objektiI. Dari dua kegiatan inilah ditentukan
Iormulasi tujuan perencanaan.
III. Penutup
Secara menyeluruh tinjauan rendik mereIleksikan orang, perencanaan
kurikulum, strategi instruksional, tinjauan kebutuhan tenaga kerja dan sosial,
rancangan Iisik yang dapat meningkatkan interaksi individu dan sosial atau
masyarakat. Selain itu juga rendik merupakan kontrol pengembangan, pembuatan
keputusan, manajemen operasi, kontrol inventaris, perencanaan transportasi dan
gedung sekolah.
Dalam pemecahan masalah perlu dirumuskan terlebih dahulu proses
perencanaan. Perlu kehati-hatian dalam menyusun perencanaan, sebab kekeliruan
dalam merumuskan batasan permasalahan akan berdampak pada kekeliruan
merumuskan langkah selanjutnya.



PENDIDIKAN SEBAGAI PROSES MANA1EMEN










Disusun oleh:
1. Tuti Susilawati, S.Pd.
NIM. 4103810311061
2. RahayuNirawati F., S.Pd.
NIM. 4103810311052










PROGRAM PASCA SAR1ANA
MAGISTER MANA1EMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2011

PENDIDIKAN SEAGAI PROSES MANAJEMEN, hlm 1 darl 7

PENDIDIKAN SEBAGAI PROSES MANA1EMEN

Penaksiran kebutuhan dan analisis sistem merupakan langkah awal yang
perlu ditangani oleh manajemen sekolah dalam membuat perencanaan pendidikan
kejuruan. Penaksiran kebutuhan (need assessment) adalah upaya mendeskripsikan
keadaan sekarang dan tujuan yang ingin dicapai. Dengan melihat kesenjangan
antara dua hal tersebut, akan terlihat kebutuhan apa yang diperlukan oleh lembaga
pendidikan kejuruan. Tujuan yang akan dicapai, disesuaikan dengan waktu
program yang dicanangkan, yakni dapat pertahun, persemester, percatur wulan,
atau bahkan perbulan. Sedangkan analisis sistem adalah upaya mengidentiIikasi
persyaratan yang menjadi indikator kegiatankegiatan, unsur atau bagian yang
terlibat dalam sistem. Penaksiran kebutuhan tertuju kepada dua pihak yakni
murid dan masyarakat (dalam berbagai lapisannya). Dalam kaitan inilah
pendidikan merupakan upaya mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan
sikap murid pada satu sisi, dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada sisi
lain, seperti kebutuhan tentang keterampilan, pengetahuan, dan sikap manusia
pembangunan atau penerus kehidupan mereka. Untuk memenuhi hal itu, banyak
orang yang mesti dilibatkan mulai dari administrator, pembimbing, guru,
perencana, pakar budaya, pakar sosiologi, pakar kurikulum, ahli komunikasi, ahli
pembiayaan, dan bahkan ahli bangunan, semuanya secara bersama-sama
merupakan manajer proses pendidikan. Mereka bertugas mengidentiIikasi
kebutuhan murid dan permasalahannya untuk kemudian menganalisis persyaratan
murid dari sisi keterampilan, pengetahuan dan sikap yang nanti dibutuhkan
masyarakatnya.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab I Pasal I, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktiI mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sistem
Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait
secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nasional

PENDIDIKAN SEAGAI PROSES MANAJEMEN, hlm 2 darl 7

berIungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatiI , mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab (UU No. 20 tahun 2003 Bab II Pasal 3). Dikarenakan
pendidikan merupakan sebuah sistem, maka apabila terjadi kebelumberhasilan
dalam sistem pendidikan Indonesia, tidaklah dapat menyalahkan salah satu unsur
saja, karena satu unsur dengan unsur yang lainnya saling berkaitan satu sama lain.
Dapat dikatakan juga bahwa pendidikan merupakan miniatur dari sistem sosial
yang melibatkan berbagai elemen sosial dalam suatu komunitas. Unsur-unsur
pendidikan diantaranya adalah:
1) Peserta didik
2) Pendidik
3) Interaksi peserta didik dan pendidik
4) Tujuan pendidikan
5) Materi pendidikan
6) Alat dan metode
7) Lingkungan pendidikan
Pendidikan merupakan proses dalam menghasilkan peserta didik yang
minimal memiliki keahlian, pengetahuan dan sikap yang baik pada saat mereka
lulus nanti dari pendidikan Iormal. Jadi proses pendidikan mempersiapkan warga
negara yang minimalnya memiliki keahlian, pengetahuan dan sikap yang baik
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sebenarnya pendidik tidak hanya
berperan sebagai guru saja melainkan sebagai administrator, konselor, perencana,
ahli kurikulum dan manajer dari suatu proses pembelajaran. Manajemen
pembelajaran meliputi mengetahui kebutuhan peserta didik dan mengenali
masalah-masalah pendidikan lalu para pendidik dapat mengaplikasikan langkah-
langkah pendidikan sebagai proses manajemen karena sistem pendidikan
bertanggung jawab dalam mengenali kebutuhan peserta didik. Sehingga dari
proses manajemen tersebut menghasilkan produk pendidikan yang memiliki
keahlian, pengetahuan dan sikap peserta didik yang diharapkan.

PENDIDIKAN SEAGAI PROSES MANAJEMEN, hlm 3 darl 7


Manajemen dan Pertanggungjawaban
Di dalam manajemen terdapat pertanggungjawaban (akuntabilitas).
Seorang manajer pendidikan bertugas sebagai perencana, perancang, dan
melaksanakan sistem pembelajaran yang eIektiI dan eIisien serta bertanggung
jawab atas kebutuhan yang dibutuhkan oleh peserta didik dan masyarakat.
Menurut Lessinger (1970), manajemen yang berhasil adalah yang memiliki
pertanggungjawaban terhadap hasil lulusan dari sistem pendidikan tersebut.
Tugas utama seorang pimpinan suatu lembaga pendidikan adalah
merencanakan, merancang dan mengimplementasikan sistem pendidikan dan
pengajaran secara eIisien dan eIektiI dalam rangka merespon kebutuhan murid
dan masyarakat. Upaya eIisiensi memIokuskan dirinya pada pengaturan
optimalisasi Iungsi dan peran setiap unsur pendidikan, sementara upaya
eIektivitas tertuju pada pengaturan bagi pencapaian tujuan, sesuai dengan
kelengkapan pemenuhan sumber-sumber. Untuk eIisiensi diperlukan ukuran
setiap Iungsi dan perannya, sedangkan untuk eIektivitas diperlukan kejelasan
tujuan, waktu, dan ukurannya, kejelasan hubungan antara input dan outcome serta
terpenuhinya kebutuhan konstituen strategis. Ciri keberhasilan mereka adalah
menghasilkan lulusan/terdidik dengan memiliki keterampilan, pengetahuan dan
sikap yang dapat dipertanggungjawabkan. Namun demikian tidak berarti kalau
terjadi kegagalan dan kesalahan hanya tertumpu pada para pendidik saja. Sebab
terlalu banyak Iaktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan, seperti
budaya, interaksi antar unsur yang satu dengan yang lainnya seperti lingkungan
keluarga dan lingkungan masyarakatnya. Dengan demikian manajemen
pendidikan tidak hanya mengurus proses pengajaran di sekolah saja melainkan
proses-proses yang terjadi di luar kelas. Berdasarkan keterangan tersebut,
KauIman (p.11-12) menegaskan enam langkah proses pemecahan masalah, yaitu:
1. Mengenali kebutuhan yang prioritas dan masalah-masalah yang ada.
2. Menentukan langkah-langkah untuk memecahkan masalah-masalah dan
langkah-langkah pemecahan masalah alternatiI lainnya.
3. Memilih langkah-langkah pemecahan yang strategis.

PENDIDIKAN SEAGAI PROSES MANAJEMEN, hlm 4 darl 7

4. Menerapkan langkah-langkah pemecahan termasuk manajemen dan
pengawasan.
5. Evaluasi.
6. Revisi.
Enam langkah sebagaimana tersebut di atas, dapat dibagi pada dua
kategori yakni identiIikasi masalah dan pemecahan masalah. Hal ini tidak dapat
dikerjakan oleh guru saja. Diperlukan pembagian tugas antara guru dengan
administrator sekolah. Guru sebagai manajer pengajaran sementara administrator
sebagai manajer pendidikan.
Dalam kaitan ini termasuk alat-alat analisis sistem pendidikan adalah
analisis misi, analisis Iungsi, analisis tugas dan analsis cara dan manIaatnya. Alat-
alat ini bertujuan untuk menentukan asal dan arah tindakan untuk menemukan
kebutuhan. Analisis misi mengungkapkan persyaratan total problem. Analisis
Iungsi mengungkap aspek lebih rinci setiap bagian dari total problem tersebut.
Sedangkan analisis tugas merinci permasalahan kepada unit-unit kecil yang akan
dibuat dalam perencanaan. Analsis misi, analisis Iungsi dan analisis tugas ini
dengan cara melihat masalah melalui lensa yang beragam dari lensa besar (analsis
misi untuk gambaran besar), analisis tugas, lensa sedang (analisis Iungsi untuk
rincian besar pada total problem) dan lensa kecil untuk rincian pasti dari tiap
bagian kecil. Sesudah mengidentiIikasi semua bagian sistem selanjutnya adalah
mengidentiIikasi cara dan alat yang akan digunakan agar benar-benar
mendapatkan jalan keluar terbaik untuk mencapai tujuan yang telah
diIormulasikan dalam need assessment.


Analisis Misi
The mission analysis states the overall goals and measurable performance
requirement (criteria) for the achievement of system outcomes (Kaufman, p).
Dalam kaitan ini outcomes sangat erat berkaitan dengan perkiraan kebutuhan.
Tujuan misi dan kriteria kinerja merupakan spesiIikasi sistem yang direncanakan
dan dirancang. Dari sini terlihat sistem pendidikan sebagai tahapan prosedur kerja
pendidikan yang menggambarkan asal dan arah yang akan dicapai. Selanjutnya

PENDIDIKAN SEAGAI PROSES MANAJEMEN, hlm 3 darl 7

menggambarkan rancangan manajemen (biasa disebut proIil misi) yakni jalan
kecil (pathway) untuk memecahkan masalah. Segera perlu ditambahkan bahwa
model keseluruhan pendekatan sistem ini dapat dilihat dari proIil misi yang alur
kerjanya dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Mempersiapkan bahan-bahan ajar.
2. MengidentiIikasikan kebutuhan.
3. Menentukan rincian sasaran dan kriteria kinerja.
4. Menentukan sumber-sumber yang ada.
5. Menentukaan cara dan alat.
6. Menyeleksi cara dan alat.
7. Mengembangkan bahan ajar.
9. Menentukan contoh kinerja.
10. Tampilan hasil akhir.
11. Menentukan kriteria revisi.
12. Menerapkan subsistem pengajaran.
Contoh proses pemecahan masalah:
Situasi : Seorang anak kecil meminta Anda untuk menyusun
puzzle.
Yang diharapkan : Puzzle yang belum tersusun dapat tersusun dengan rapi.
NO.
LANGKAH-LANGKAH
PROBLEM SOLVING
CONTOH PROSES
PROBLEM SOLVING
1.

2.








IdentiIikasi masalah.

Menentukan langkah-langkah
untuk memecahkan masalah-
masalah dan langkah-langkah
pemecahan masalah alternatiI
lainnya.




Siapkan puzzle.

Cara pertama:
a. Puzzle disusun oleh kita.
b. Puzzle harus disusun didepan
anak.
c. Puzzle harus disusun dalam
waktu 20 menit.
Cara alternatiI:
a. Katakan pada anak kecil
tersebut bahwa kita tidak

PENDIDIKAN SEAGAI PROSES MANAJEMEN, hlm 6 darl 7











3.



4.



5.


6.













Memilih langkah-langkah
pemecahan yang strategis dari
cara alternatiI.

Implementasi strategi yang
dipilih.



Menentukan penampilan yang
eIektiI.

Melakukan pengulangan.

memiliki waktu untuk
melakukannya.
b. Trial and error. Apabila terjadi
kesalahan harus dicoba dan
dicoba lagi.
c. Cocokkan setiap bagian dengan
kontur/bentuk permukaan.
d. Cocokkan setiap bagian dengan
menggunakan warna.
e. Cocokkan setiap bagian dengan
menggunakan kontur dan warna.

Pilihlah cara alternatiI lainnya
(alternatiI ketiga)


Tampilkan bagian demi bagian dan
cocokkan dua atau lebih bagian
dengan menggunakan kontur.

Periksa hasil dari langlah kedua.


Apabila satu langkah dengan yang
lainnya tidak bertemu, maka
lakukan kembali langkah-langkah
sebelumnya.






PENDIDIKAN SEAGAI PROSES MANAJEMEN, hlm 7 darl 7

DAFTAR PUSTAKA


KauIman, A. Roger. (1972), Educational System Planning, London: Prentice-
Hall, INC.

Ibrahim, R. dan Syaodih, Nana S. (1996), Perencanaan Pengafaran, Jakarta:
Rineka Cipta.
Syaodih, Nana S. (2005), Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003.
http://www.alIurqon.or.id/
http://masdiloreng.wordpress.com/2009/03/22/pendidikan-sebagai-proses-
pembebasan/
http://sosbud.kompasiana.com/2010/10/03/pendidikan-sebagai-proses-
pendewasaan/





MENETAPKAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN










Disusun oleh :
Ikhwan Awaludin Firdaus, S.T.
&
Irawan Effendi, S.E.











PROGRAM PASCA SAR1ANA
MAGISTER MANA1EMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2011

MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm1 darl 18

MENETAPKAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN



1. TU1UAN DAN KEBUTUHAN
Dalam menentukan kebutuhan pendidikan berawal dari pendeskripsian
antara "where are we now" dan 'where are we to be" atau antara "what it is" dan
what should be.
Where are we now
Where are we now, dimana kita sebagai perencana sekarang berada?
Maksudnya dalam kondisi bagaimana murid, guru, bangunan, perpustakaan,
manajemen, kurikulum, proses pembelajaran, pendanaan, serta laboratorium saat
si perencana akan memulai kerjanya? Dalam kondisi apa dan bagaimana (what is
the existing condition) adanya komponen-komponen tersebut saat si perencana
memulai langkah pembuatan perencanaan? Hal itu harus dianalisis sebagaimana
adanya.
Kegiatan analisisnya adalah mendeskripsikan keadaan sekarang
berdasarkan Iakta-Iakta yang ada (Iact Iinding) saat berlangsungnya awal
kegiatan, dalam rangka mencapai terminal tujuan berikutnya, atau malah membuat
tujuan berikutnya yang lebih proporsional dan adaptiI dengan kekuatan,
kemampuan sumber daya yang tersedia. Hal ini berbeda dengan kegiatan diagnosa
yang bertujuan mencari dan menemukan kelemahan program yang ada dalam
rangka memperbaiki program sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Untuk mendapatkan data (baik yang kualitatiI dan kuantitatiI) dapat
digunakan tehnik yang sederhana maupun yang canggih. Tehnik sederhana seperti
interviu, kuesioner, test, dokumen, catatan lain, atau observasi. Sedangkan tehnik
canggihnya melalui perhitungan rumit proyeksi dan komparasi.
Pendeskripsiannya melalui SWOT (strength, weekness, opportunity, treath).
Pada umumnya untuk mengetahui kondisi terakhir dari objek
perencaanaan, sebagai modal awal kegiatan perencanaan, distudi melalui SWOT
yang hasilnya berupa deskripsi tentang apa yang jadi kekuatan dan kelemahan
yang ada saat kini, peluang dan rintangan apa yang dihadapi, apa kegiatan yang

MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm2 darl 18

ada, baik yang siIatnya individual maupun komunal. Pengetahuan tentang ini
penting, lantaran perencana pendidikan dituntut untuk berpikir secara
berkelanjutan, disamping menghadapi realitas bahwa kondisi pendidikan akan
terus berubah, dan perubahan itu harus didasarkan kepada realitas perkembangan
manusia dan tempat tinggalnya.
Berdasarkan analisis SWOT terhadap 'apa adanya seharusnya dapat
dipahami peluang perkembangan masa yang akan datang, kemauan berubah dari
para steakholder, peran penting pendidikan pada kehidupan masyarakat, tingkat
keterlibatan orangtua atau masyarakat pada perencanaan pendidikan, peran guru
atau pendidik, dan malah peran kegiatan pendidikan terhadap perkembangan
pribadi dan masyarakat.
Selanjutnya bertolak dari deskripsi tersebut di atas, perencana dapat
merancang tujuan pendidikan yang harus dicanangkan yang kemudian diturunkan
pada bentuk, jenis, dan jenjang kurikulum, cara melaksanakannya dari sejak
bentuk dan jenis kehadiran atau interaksi guru/pembimbing/pelatih dengaan siswa,
penyediaan jumlah dan mutu/kualiIikasi guru, dukungan dana, hubungan politik
antara sekolah dan pmrintah. Apa yg dapat dan yang harus dilakukan para
perencana sesudah itu? Mereka dituntut untuk menyiapkan norma perencanaan
pendidikan, cara, indicator dari pencpaian dan tercapainya tujuan, rencana
straategis yang dapat dicanangkan, kebijakan, rencana manajemen, rencana
operasional, orientasi kemanusiaan vs teknologi, dsb.
Para perencana pendidikan punya tanggung jawab untuk menemukan
kecenderungan masyarakat serta menjawab persoalan bagaimana kecenderungan
tersebut dapat diorganisasi dan bagaimana pengorganisasian tersebut dapat
dilaksanakan. Hal ini penting ditegaskan, mengingat pada masa depan keterlibatan
siswa/mahasiswa dalam proses pembelajaran, intensitasnya akan semakin tinggi.
Hal ini sejalan dengan kebiasaan atau budaya hidup kaum muda terpelajar.
Diumpamakan kecenderungan budaya kaum muda untuk olahraga, music, dan
permainan jadi demikian menonjol sebagai opsi mencari naIkah kehidupan, maka
hal itu berarti olahraga, musik, dan permainan akan menjadi bagian penting
dalam situasi pembelajaran. Implikasinya adalah seorang perencana harus
mendahulukan pendekatan manusiawi dibanding orientasi teknologi. Selama ini

MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm3 darl 18

cara berpikir demikian kurang diperhatikan, dengan alasan bukan bagian dari
pengembangan akademik. Padahal tanpa berpikir demikian, perencanaan adalah
perbuatan yang cenderung tidak manusiawi, kurang dapat mengembangkan
unsur-unsur kemanusiaan anak didik secara menyeluruh.
guru
a
k
t
i
v
i
t
a
s

murid

masa lalu sekarang dan yad

What should be
Dalam pandangan IilsaIat, perencanaan adalah upaya untuk menjelmakan
suatu keadaan masa yang akan datang. Untuk mencapai masa depan tersebut
dibuatlah langkah-langkah yang semestinya. Dalam kaitan ini masa depan
merupakan sesuatu yang diasumsikan lebih bagus, lebih baik, lebih tertata
dibanding saat perencanaan tersebut dibuat.
Terdapat dua jenis masa depan yang perlu dideskripsikan. Pertama, terkait
dengan nilai, aturan, system, atau soItware; dan kedua, terkait dengan keadaan
phisik, sarana, prasaran, ataua hardware.
Namun yang perlu diperhatikan juga adalah bahwa masa depan merupakan
sesuatu yang sukar ditentukan secara pasti. Karena itu perlu ekstra hati-hati dalam
menentukan tujuan perencanaan, sehingga kesenjangan antara keadaan sekarang
dengan keadaan yang diinginkan dalam perencanaan, dapat tergambarkan dengan

MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm4 darl 18

tepat. IdentiIikasi yang benar tentang masa depan, berarti menghindarkan institusi
dari pemborosan biaya, waktu, dan tenaga. Dalam kaitan ini masalah utamanya
adalah (1) bagaimana menentukan kesenjangan antara masa kini dengan masa
depan, dan (2) bagaimana analisis (bukan diagnosa) keadaan sekarang secara
tepat, persisi, objektiI. Dari dua kegiatan inilah ditentukan Iormulasi tujuan
perencanaan.
Proses Formulasi Tujuan
Proses Iormulasi tujuan pendidikan, diawali oleh upaya mencermati seluruh
komponen yang terlibat dalam kegiatan pendidikan. Hasil mencermati, baik
melalui survey, sensus, atau cara-cara lainna, akan melahirkan atau menemukan
Iormulasi atau daItar kebutuhan yang paling utama bagi memenuhi masalah
tersebut di atas, terkait dengan pelaksanaan pendidikan, skope dan bidang
perencanaan pendidikan, perluasan isu pemecahan masalah, eIektivitas analisis
masalah, dan kesadaran umum tentang bentuk penyelesaian masalah.
Seperangkat prosedur dapat ditetapkan, antara lain sebagai berikut.
(1) melaksanakan penelitian untuk menemukan Iakta empirik yang
terobservasi dan terukur, sehingga memudahkan perhitungan untuk langkah-
langkah selanjutnya;
(2) Menggunakan Iakta empirik hasil penelitian sebagai dasar menentukan
kebijakan, tujuan, program dan prosedur;
(3) menetapkan standar tiap item yang tertera pada butir dua di atas;
(4) menggunakan standar yang sudah ditetapkan;
(5) menetapkan kondisi untuk ketepatan penerapan, atau untuk melakukan
revisi, atau untuk menetapkan penyimpangan dari standar;
(6) Mengatur distribusi Iungsi utk meminimalisasi penyimpangan dan
perbedaan;
(7) menyederhanakan proses tahap-tahap penentuan kebutuhan ;
(8) menetralisasi perhitungan dan mempelajari masalah yang ditemukan ,
(9) memelihara hubungan teori dan praktek. Seba gaimana diketahui pada
dasarnya teori dan praktek bukan dua hal yang berpisah, namun komponen yang
saling pengaruh mempengaruhi, teori jadi masukan bagi praktek, dan sebaliknya

MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm3 darl 18

praktekpun jadi masukan bagi pengembangan teori. 'Theory and practice are not
separate, there is the constant interchange, a Ieedback system.














8lnSl 8Lnulk uLM MLnL1AkAn 1u!uAn
(uladapLasl darl 8angarL and 1ru p92)

Dalam pada itu perlu ditegaskan bahwa berpikir tentang masa depan dipengaruhi
visi atau wawasan tentang masa depan. Wawasan tersebut dipengaruhi oleh
sejarah budayanya. Dalam kaitan inilah, maka sesungguhnya pembuatan
perencanaan pendidikan merupakan kegiatan dinamik yang dipengaruhi oleh
kekuatan luar pendidikan, yakni suasana budaya yang melingkupi para pembuat
perencanaan tersebut, untuk kemudian secara sinergi terjadi spiral antara berbagai
komponen yang terlibat di dalamnya. Uraian mengenai kesenjangan kondisi yang
terjadi saat ini
kL?AklnAn
MLnLMukAn lAk1AlAk1A
MLnL1AkAn kebl[kaan
progra Lu[uan prosedur
MLnL1AkAn S1AnuA8 no2 MLn?uSun A1u8An
MAln
Cunakan sLandar
MeneLapkan kondlsl penerapan
MLnLn1ukAn
A1u8An MAln
MendlsLrlbuslkan fungsl
MLn?LuL8PAnAkAn 8CSLS
SLudl asaa
8lnSl8lnSl
uASA8
kLSlnAM8unCAn 1LC8l
8Ak1Lk

MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm6 darl 18


dan gambaran yang diharapkan masa yang akan datang (discrepancy analysis),
sekaligus juga jadi identiIikasi dan dokumentasi kebutuhan-kebutuhan (need
assessmet).
Untuk menentukan kebutuhan tersebut diperlukan beberapa hal sebagai berikut.
(1) data yang merepresentasikan dunia nyata pelajar, baik masa kini maupun
masa depan;
(2) tidak ada penentuan kebutuhan yang bersiIat Iinal dan lengkap, kita
harus siap melihat data yang bersiIat tentatiI dan terus menerus mempertanyakan
ulang berkenaan dengan jumlah dan mutu kebutuhan;
(3) perhitungan kebutuhan harus diidentiIikasi dalam term produk dan
proses.
Tiga partner pendidikan harus selalu dicermati bagi suksesnya pendidikan,
yakni (a) pelajar, (b) orangtua dan anggota masyarakat; dan (c) para guru atau
para pelaksana proses pendidikan.
Hubungan ketiga unsur penting tersebut saling terkait antar satu dengan
yang lainnya, saling terikat mempengaruhi secara searah, yakni masyarakat
mempengaruhi kebutuhan pelajar, kemudian pelajarpun mempengaruhi
kebutuhan guru, dan guru mempengaruhi kebutuhan masyarakat. Namun pada
saat yang sama pelajar terikat pada keadaan masyarakat, masyarakatpun terikat
pada keadaan guru, dan gurupun terikat pada keadaan pelajar.

LAnnlnC
1LCPnlCuL
MLAnS LnuS
vALuL
CLlC?

MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm7 darl 18


MASYARAKAT


PELAJAR GURU
Bentuk Hubungan
Prasyarat Keberhasilan Pendidikan

Beberapa hal yang harus menjadi bagian analisis dari ketiga unsur tersebut
adalah:
(1) menggambarkan realitas tiap unsur;
(2) menggambarkan kecenderungan tiap unsur sesuai persepsi mereka;
(3) menggambarkan persepsi tiap unsur terhadap yang lainnya baik masa kini
maupun masa yang akan datang; menggambarkan keterkaitan dan ketidak
terkaitan antar unsur dalam persepsi masa kini dan persepsi masa yang akan
datang.
Tiga Model Penentuan Kebutuhan
Terkait tiga unsur tersebut terdapat tiga model bagi penentuan kebutuhan
yakni model induktiI, model deduktiI, dan model klasik.
Model Induktif secara beruntun dan bertahap mengikuti kegiatan sebagai berikut.
(1) mengidentiIikasi perilaku saat kini;
(2) mengkompilasi dan mengklasiIiksi perilaku pada program dan bentukan
perilaku;
(3) Bandingkan dengan tujuan umum;
(4) menggabungkan kesenjangan;
(5) menyusun tujuan secara ditil;
(6) mengembangkn program pendidikan;
(7) mengimplementasikan program pendidikan ;
(8) mengevaluasi hasil pendidikan
(9) revisi.



MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm8 darl 18

Model Deduktif secara beruntun dan bertahap mengikuti kegiatan sebagai
berikut.
(1) mengidentiIikasi dan menyeleksi tujuan pendidikan,
(2) mengembangkan ukuran-ukuran kriteria,
(3) menyusun syarat perubahan,
(4) mengumpulkan data dan mengukur kesenjangan,
(5) menyusun tujuan secara ditil,
(6)mengembangkan program pendidikan, (7)mengimplementasikan program
penddikan, (8)mengevaluasi hasil didikan,
(9) revisi.
Model Klasik secara beruntun dimulai dari kegiatan sebagai berikut.
(1) Tujuan umum
(2) mengembangkan program,
(3) mengimplementasi program pendidikan,
(4) mengevaluasi.
Analisis Bentuk Kegiatan
Secara komprehensiI hal-hal yang terkait dengan setiap langkah kegiatan,
hendaklah dirinci dalam bentuk sebagai berikut.
Pertama, dideskripsikan secara persisi dengan melihat realitas kehidupan
masyarakat dari berbagai aspek kehidupannya seperti keagamaan masyarakat,
sosial budaya, sosial ekonomi, dan sosial politik(KauIman, C.III)
Kedua, menguraikan bidang masalah perencanaan melalui analisis tujuan
pendidikan. Termasuk pada kegiatan ini mempelajari bidang dan bagian-
bagianya, mengumpulkan, tabulasi dan meramal data, yang kesemuanya
mengarah kepada penyeleksian jenis dan bentuk prioritas kegiatan.
Uraian masalah pendidikan yang terkait dengan tujuan pendidikan,
meliputi hal-hal sebagai berikut.
(a) subsistem komponen aktivitas pendidikan,
(b) subsistem komunikasi pendidikan seperti gerakan, inIormasi dan energi,
(c) subsistem Iasilitas, dan
(d) subsistem operasional.

MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm9 darl 18

Ketiga, mengkonsep dan merekayasa perencanaan. Termasuk ke dalam
kegiatan ini adalah mengidentiIikasi berbagai kecenderungan arah masa depan
dengan membuat ciri-ciri rinci dari tiap kebutuhan yang tersaring, menetapkan
tujuan dan sasaran, serta mendisain perencanaan;
Keempat, merencanakan penilaian melalui perencanaan simulasi,
merencanakan evaluasi, serta menyeleksi perencanaan. Dalam kaitan ini
dilakukan identiIikasi jenis dan jumlah persyaratan bagi penca paian kebutuhan,
disamping membuat spesiIikasi pemecahan masalah yang mungkin timbul;
Kelima, mengidentiIikasi tahapan-tahapan hasil kegiatan serta
menentukan cara pengawasannya. Diperlukan ukuran yang jelas dan tegas
mengenai hasil setiap kegiatan, sebab pada kegiatan yang berkelanjutan, setiap
kegiatan pada dasarnya merupakan prasyarat bagi kegiatan selanjutnya.
Keenam, mengidentiIikasi strategi alternatiI yang mungkin serta
menyempurnakan tiap persyaratan untuk memenuhi tiap kebutuhan. Termasuk
menginventarisasi kemungkinan keuntungan atau kerugian dari tiap tindakan yang
direncanakan.
E. Sasaran Perencanaan : Masa Depan
Gambaran masa depan dalam perencanaan, merupakan sesuatu yang
sangat penting, sebab gambaran ini berIungsi :
1. menggambarkan arah yang akan dituju dalam perencanaan, dan
2. menentukan target yang realistik.
Suatu perencanaan dapat dikatakan memperhati kan masa depan manakala
terdapat hal-hal sebagai berikut.
a. Diarahkan bagi terbentuknya nilai-nilai, khususnya nilai masa depan.
Dalam kaitan ini, maka seorang perencana pendidikan dituntut untuk memahami
nilai-nilai ipoleksosbud tempat perencanaan pendidikan, Sebagaimana dimaklui,
nilai mempengaruhi adat istiadat dan sejarah budaya suatu komunitas. Sejarah
akan ditulis seiring dengan nilai yang dianut penulis sejarah tersebut, sebab nilai
berIungsi sebagai motivator suatu tindakan. Berlandaskan pada nilai juga akan
terjadi keseimbangan antara kepentingan pribadi dan penentuan kebijakan publik,
dalam menentukan kebenaran, kekuatan, ketepatan tindakan.

MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm10 darl 18

b. Pengembangan dirancang secara alternatiI, dan dampak yang
diperhitungkan akibat pilihan suatu alternative, bersiIat silang.
c. Masa depan yang dirancang adalah masa depan model baru, bukan
sekedar perbaikan dari keadaan linier masa kini.
d. Perencanaan hendaklah bersiIat sistemik meli put seluruh unsur
kegiatan pendidikan.
e. Tidak ditekankan pada perubahan dari masa lampau tapi lebih kepada
menciptakaan lingkungan baru yang lebih baik.
Skenario masa depan selalu mengandung ketidak pastian. Semakin
panjang jangka waktu perncanaan semakin banyak mengandung ketidak pastian.
Hal ini diakibatkan oleh parameter kuantitatiI yang semakin rendah
kredibilitasnya. Hal inipun merupakan akibat logis dari interrelasi antar variable
yang semakin sukar mendapat kepastian. Namun demikian skenario masa depan
tetap diperlukan, antara lain untuk antisipasi dan sasaran dari tujuan kegiatan yang
akan dilaksanakan.
Skenario masa depan dibuat berdasarkan bebera pa cara perhitungan.
Pertama, perhitungan secara linier dengan laju pertumbuhan tetap.
Kedua, perhitungan berdasarkan keberhasilan usaha kini dan kegiatan
yang akan datang.
Ketiga, perhitungan berdasarkan pada berbagai kemungkinan yang akan
terjadi, seperti gempa, banjir, kurva tajam penemuan teknologi baru, dst.nya.
Biasanya teori probabilitas dengan tingkat reliabilitas (keterandalan) tertentu
digunakan dengan sangat hati-hati dalam kegiatan model ini.
E. Tehnik Meramalkan Masa Depan
Terdapat berbagai cara meramalkan masa depan. Namun demikian tidak
semua cara dilakukan sekaligus. Pada umumnya para perencana memilih yang
paling cocok dengan organisasi tempat perencanaan dibuat. Ada 22 macam cara
peramalan yaitu:
1.Sumbang saran;
2. Tehnik delphi;
3. Opini para ahli;
4.Bacaan Iiksi;

MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm11 darl 18

5.Skenario;
6.Analogi Sejarah;
7.Sekuen Sejarah
8. Analisis isi;
9. PErhitungn sosial;
10. Penentu utama;
11.Times Series;
12.Ekstrapolasi;
13. Contextual mapping;
14.Morphological analysis;
15.Relevance trees;
16.Matrik keputusan;
17.Model penentu;
18.Model kemungkinan;
19.Permainan;
20.Simulasi operasional;
21.Cost-beneIit analysis;
22. Tabel inputoutput
Beberapa tehnik yang sering digunakan dalam meramal masa depan
adalah sebagai berikut.
1. Fishbowling, yakni kritik terhadap hasil diskusi. Caranya kelompok
satu diskusi dikelilingi oleh kelompok kedua yang mengawasi jalannya diskusi
kelompok satu. Di akhir diskusi kelompok satu, koreksi pun diberikan oleh
kelompk dua terhadap jalan diskusi dan jalan berpikir diksusi kelompok satu.
2. Delphi Technique, adalah peramalan masa depan tanpa di intervensi
lebih dahulu peruntukan perencanaan. Dilakukan oleh kelompok ahli melalui
tujuh langkah.
(a) Presentasi latar belakang permasalahan dan inIormasi lain terkait
permasalahan.
(b) Partisipan membuat atau meilih ramalan melalui kuesioner yang telah
disiapkan panitya.

MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm12 darl 18

(c) Pengumpulan dan pentabulasian hasil kuesioner. Hasilnya
diinIormasikan pada partisipan.
(d) Kuesioner dibagikan lagi pada partisipan.
(e) Kuesioner yang telah diisi ditabulasikan lagi disertai argument tentang
jawaban-jawaban tersebut.
(I) Kuesioner dibagi untuk ketiga kalinya.
(g) Hasil kuesioner ditabulasikan lagi dan diolah secara statistic.
Proses ini memberi peluang luas bagi kelompok ahli untuk merubah
pendapat tanpa merasa segan kepada kolega partisipan lain.
3. Brainstorming, adalah cara merangsang keluarnya ide-ide kreatiI
partisipan. Dalam kegiatan ini yang dipentingkan jumlah ide bukan kualitas ide,
karena itu kritik antar pendapat harus dicegah, supaya partsispan tidak segan
negeluarkan pendapat. Kualitas ide disaring oleh tim evaluator setelah kegiatan
diskusi selesai.
4. Q - Short, cara menetapkan urutan prioritas. Caranya problem dibaca
atau ditulis. Pemecahan masalah ditulis di kartu-kartu kecil yang kemudian
dibagikan pada para peserta. Para peserta diminta meranking kartu sesuai
pertimbangannya.
5. Simulasi, yakni tiruan atau model dari sesuatu yang dibayangkan akan
terjadi. Kegiatannya menginventarisasi atau mengidentiIikasi variable atau
kecenderungan suatu kejadian.
F. Strategi
Berdasarkan gambaran masa kini (where are we now, atau what it is, atau
as is-nya) yang antara lain dideskripsikan melalui SWOT, serta gambaran masa
depan yang digambarkan sebagai tujuan yang harus dicapai dan akan ditempuh (to
be), baik dalam bentuk perangkat keras maupun perangkat lunak, maka ditentukan
strategi atau pendekatan umum untuk mencapai gambaran masa depan tersebut.

MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm13 darl 18


Perencanaan strategi ini ada yang siIatnya general, atau menyeluruh yakni
suatu bentuk kegiatan umum sebagaimana dideIinisikan 'Strategi es is a general
program oI action to attain compre hensive objecttives (program umum suatu
kegiatan untuk mencapai tujuan yang komprehensiI). Namun ada juga yang
siIatnya parsial, ysng biasa disebut metode, yakni kegiatan yang harus ditempuh
sebagai jalan keluar terbaik berdasarkan realitas yang digambarkan dalam SWOT,
atau tujuan ahir kegiatann (objective or goal) atau dalam bentuk kegiatan yang
diharapkan untuk diperankan, yang biasa disebut purpose.
G. Kepentingan Perencanaan Pendidikan Islam
Penaksiran kebutuhan dan analisis sistem merupakan langkah awal
yang perlu ditangani oleh manajemen madrasah dalam membuat perencanaan
pendidikan Islam. Penaksiran kebutuhan (need assessment) adalah upaya
mendeskripsikan keadaan sekarang dan tujuan yang ingin dicapai. Dengan melihat
kesenjangan antara dua hal tersebut, akan terlihat kebutuhan apa yang diperlukan
oleh lembaga pendidikan Islam atau madrasah. Tujuan yang akan dicapai,
disesuaikan dengan lingkaran waktu program yang dicanangkan, yakni dapat
pertahun, persemester, percatur wulan, atau bisa saja malah perbulan. Sedangkan
analisis sistem adalah upaya mengidentiIikasi persyaratan yang menjadi indikator
kegiatankegiatan, unsur atau bagian yang terlibat dalam sistem. Penaksiran
kebutuhan tertuju kepada dua pihak yakni murid dan masyarakat (dalam berbagai
lapisannya). Dalam kaitan inilah pendidikan merupakan upaya mengembangkan
keterampilan, pengetahuan, dan sikap murid pada satu sisi, dan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat pada sisi lain, seperti kebutuhan tentang keterampilan,
pengetahuan, dan sikap manusia pembangunan atau penerus kehidupan mereka.

MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm14 darl 18

Untuk memenuhi hal itu, banyak orang yang mesti dilibatkan dari
administrator, pembimbing, guru, perencana, pakar budaya, pakar sosiologi, pakar
kurikulum, ahli komunikasi, ahli pembiayaan, dan malah ahli bangunan,
semuanya secara bersama-sama merupakan manajer proses pendidikan. Mereka
bertugas mengidentiIikasi kebutuhan murid dan permasalahannya untuk kemudian
menganalisis persyaratan murid dari sisi keterampilan, pengetahuan dan sikap
yang nanti dibutuhkan masyarakatnya.
Manajemen dan Pertanggungjawaban
Tugas utama seorang kepala madrasah atau manajer suatu lembaga
pendidikan adalah merencanakan, mendisain, dan mengimplementasikan sistem
pendidikan dan pengajaran secara eIisien dan eIektiI, dalam rangka merespon
kebutuhan murid dan masyarakat. Upaya eIisiensi memIokuskan dirinya pada
pengaturan optimalisasi Iungsi dan peran setiap unsur pendidikan, sementara
upaya eIektivitas tertuju pada pengaturan bagi pencapaian tujuan, sesuai dengan
kelengkapan pemenuhan sumber-sumber. Untuk eIisiensi diperlukan pertelaan
ukuran setiap Iungsi dan perannya, sedangkan untuk eIektivitas diperlukan
kejelasan tujuan, waktu, dan ukurannya, kejelasan hubungan antara masukan dan
keluaran, serta terpenuhinya kebutuhan konstituen strategis. Ciri keberhasilan
mereka adalah keluarnya lulusan/terdidik dengan mutu keterampilan,
pengetahuan, dan sikap yang dapat dipertanggung jawabkan di hadapan harapan,
tugas, dan tuntutan masyarakatnya. Namun demikian tidak berarti kalau terjadi
kegagalan, kesalahan hanya tertumpu pada para pendidik saja. Sebab terlalu
banyak Iaktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan, seperti budaya,
interaksi antar variabel di rumah tangga murid, sistem ketetanggaan, dan
masyarakatnya sendiri. Bila pertanggung jawaban hanya dipikul oleh para
pendidik saja, maka pendidik harus meletakkan tujuan, sasaran, dan prosedur
secara terbuka berbicara dengan lembaga legislatiI, pembayar pajak, dan yang
lainnya tentang keperluan keterampilan dan kemampuan tenaga kerja, supaya
merekapun memiliki keterikatan kepada hal tersebut, dan mencapai kesepakatan
tentang apa yang harus dikerjakan masing-masing, bagaimana cara kerja dan arah
pengembangan serta kontrol atas pelaksanaan kesepakatan tersebut. Dengan
demikian manajemen pendidikan tidak hanya berurusan dengan proses pengajaran

MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm13 darl 18

di sekolah, tapi juga berjuang di luar kelas, supaya dapat dipenuhi persyaratan
yang harus diperoleh terdidik masa yang akan datang.
Faktor penting dan sangat strategis dalam pembangunan suatu negara
adalah sumber daya manusia. Manusia terdiri atas jasmani dan ruhani. Sedangkan
aspek ruhaninya terdiri atas akal yang menghasilkan pikiran, rasa yang
menghasilkan keinginan, dan hati yang menghasilkan keputusan-keputusan.
Ketiganya bersiIat sinergis, saling mempengaruhi. Unsur mana yang paling
dominan dari ketiganya tergantung pada proses pendidikan yang dialami manusia
bersangkutan. Ada manusia yang sangat memperturutkan hasil pikiran akalnya,
dan abai terhadap perasaannya, namun adakalanya justru perasaan yang jadi
pemandu tindakan dan sama sekali tidak menggunakan akalnya. Kata hati
merupakan institusi tertinggi dalam diri manusia. Lantaran di dalamnya ada
proses pertimbangan antara hasil kerja akal dan rasa. Al Qur-an sendiri banyak
memberi penegasan supaya manusia tidak memperturut kan keinginan, namun
harus memakai pemikiran yang hasil akhirnya diputuskan oleh hati nurani (22:46;
47:24; 7:179) Ketiga unsur tersebut sangat menentukan yakni kecerdasan otak,
kehalusan rasa dan kejernihan hati. Kecerdasaan otak terkait dengan
keterampilan berpikir, kehalusan rasa terkait dengan seni dan budaya yang
melingkunginya, sementara kejernihan hati terkait dengan kebersihan dan
ketulusan niyat. Karena itu manakala terjadi ketidak seimbangan diantara
ketiganya maka hasil yang diperoleh tidak akan optimal. Kecerdasan otak yang
dibarengi dengan rendahnya kualitas rasa dan hati, akan mengakibatkan manusia
cerdas namun tidak berperasaan dan berniyat jahat.
Sebaliknya hati yang lembut dan lurus dengan perasaan yang halus
manakala dibarengi dengan otak yang lemah, akan selalu ditipu orang, tidak
kreatiI dan tidak maju. Idealnya otak cerdas rasa halus dan hati lembut. Untuk
mencapai yang ideal tersebut, peluang sangat besar terbuka bagi lembaga
pendidikan Islam, sebab pendidikan Islam mengembang kan ketiga aspek tersebut
sekaligus, yakni kecerdasan otak dan kelembutan rasa serta kejernihan hati.
Pendidikan Islam terkait kepada ketiga unsur pokok otak dan hati tersebut,
disamping unsur jasmani atau phisik. Namun demikian dalam sejarah pendidikan
Indonesia, sempat terbentuk citra bahwa pendidikan Islam merupakan

MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm16 darl 18

pendidikan ritual keagamaan Islam saja. Dalam suasana kehidupan yang
semakin menguta makan aktivitas sosial non ritual, maka nasib pendidikan Islam
model demikian akan semakin marginal, terpinggirkan. Pada jaman sekarang citra
tersebut telah semakin berubah, seiring dengan semakin tersedianya SDM pada
ummat Islam. Pendidikan Islam dipersepsi sebagai pendidikan manusia
seutuhnya, jasmani dan rohani, ritual dan sosial. Perbedaan utama dengan
kegiatan pendidikan yang tidak memakai predikat Islam adalah suasana, jiwa, dan
konsep dasar IilsaIatnya. Sedangkan masalah materi dan metodologi pada
umumnya masih sama. Kesamaan ini bukan lantaran kedua hal tersebut tidak
terkait dengan konsep dasar IilsaIat, namun lebih karena kesamaan payung
lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia yakni undang-undang pendidikan serta
berbagai peraturan pemerintah yang menyertainya.
Namun demikian citra lembaga pendidikan Islam memang harus terus
menerus dikembangkan. Pada umumnya tetap masih terpinggirkan dibanding citra
lembaga pendidikan non Islam. Untuk sekedar bahan renungan di bawah ini
dikemukakan 10 terbaik NEM SMU (Negeri Swasta) se DKI Jaya 2000/2001.
Secara berturut-turut untuk program Bahasa adalah Santa Ursula, SMUN 3,
SMUN 39, SMUN 84, Tarakanita I, SMUN 54, Labschool, SMUN 2, SMUN 90,
SMUN 35. Sedangkan untuk Program IPS secara berturut-turut adalah SMU
Kristen I Penabur, SMUN 8, SMU St. Ursula, SMUN 81, SMU Sang Timur,
SMUN 70, SMUN 12, SMU Tarakanita I, SMUN 78, SMU 3 Penabur. Adapun
untuk Program IPA secara berturut-turut adalah SMUK 1 Panabur, SMUK 3
Penabur, SMU St Ursula, SMUN 8, SMUK 5 Penabur, SMU Kanisius, SMU
Don Bosco II, SMU Sang Timur, SMUN 12, SMU St. Theresia.
Data ini memperlihatkan bahwa untuk program bahasa, rangking kesatu
dan kelima diraih oleh SMU Kristen sedang yang lainnya SMU Negeri
Sedangkan program IPS rangking no ,3,,8, dipegang SMU Kristen/Katolik,
sisanya SMU Negeri Dalam pada itu untuk program IPA, rangking
no,,3,,6,7,8,, diraih SMU Kristen/ Katolik, sisanya SMU Negeri
Proporsional manaka la masyarakat cenderung menyekolahkan anak-anaknya ke
sekolah SMU Kristen daripada ke SMU Negeri apalagi ke SMU Islam yang sama
sekali tidak masuk rangking terbaik pada satu program studipun

MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm17 darl 18

Diantara kelemahan lembaga pendidikan Islam sehingga kurang
bermutu dan tidak dapat bersaing dengan lembaga pendidikan yang lain untuk saat
sekarang (analisi th. 2002), dapat dikemukakan sebagai berikut.
Pertama, perencanaan yang tidak bagus. Pada umumnya pendirian
lembaga pendidikan lebih didasarkan pemenuhan kebutuhan idiologis normatiI,
bukan pemenuhan kebutuhan idiologis praktis. Akibatnya para lulusan kurang
memiliki mutu dalam bidang proIesi yang jadi item persaingan masyarakat.
Akibat lanjutan nya adalah masyarakat cepat jenuh terhadap para lulusan tersebut.
Kedua, kurang keterampilan mengorganisasi kelembagaan. Observasi
penulis menunjukkan bahwa banyak kemelut dalam lembaga-lembaga pendidikan
Islam lantaran manajemen kurang proIesional. Kemelut berkenaan pengurusan
prasara na dan sarana, kurikulum, rekrutmen pengembangan dan penarikan
sumber daya manusia, proses dan report pengawasan, semuanya bertumpu pada
kele mahan sumber daya manusia yang menjadi pelaku manajemen.
Indikator kurang proIesional manajemen ini antara lain terlihat dari
lemahnya sikap rasional, lemahnya dorongan beramal nyata, lemahnya disip lin
kerja yang berakibat rendahnya produktivitas, lemahnya orientasi pada sistem
belajar siswa, rendahnya kualitas pengawasan mutu para pendidik. Hal ini semua
merupakan unsur-unsur yang menen tukan mutu kelembagaan pendidikan.
Keprihatinan maraknya berbagai kelemahan ini diperparah dengan terjadinya
sinergi kelemahan tersebut dengan waktu, ruang dan kegiatan para pengelola
lembaga dan pelaksana pendidikan. Secara perlahan tapi pasti berbagai
kelemahan tersebut berkembang jadi sikap hidup para pengelola lembaga dan
pelaksana pendidikan Islam.
Ketiga, lembaga-lembaga pendidikan Islam sangat rekat, dekat dan jadi
rentan terhadap pengaruh dan perubahan politik. Hal ini dipicu oleh banyaknya
rangkap jabatan para pengelola lembaga pendidikan Islam dengan organisasi-
organisasi politik. Akibat negatiInya adalah kecenderungan subjek mendahulukan
dan mengutamakan kiprah politik daripada kiprah pendidikan. Lebih dari itu
malah meninggalkan kegiatan pendidikan dan terkonsentra si pada kegiatan
politik sambil tidak mau melepaskn jabatan struktural pendidikan. Seharusnya
rangkap jabatan tersebut, tidak menghasilkan dampak nega tive. Sebaliknya harus

MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm18 darl 18

jadi positiI, caranya dengan dibuat sinergi, setidak-tidaknya komplemen antara
satu dengan yang lainnya. Hal ini hanya dimungkinkan manakala si pelaku telah
betul-betul dalam keadaan dewasa berpikir dan bertindaknya.
Keempat, terhimpit oleh dua Iungsi yang saling tarik menarik yakni antara
Iungsi dawah dan Iungsi pendidikan. Dawah dengan kecenderungan karakternya
mentolerir kelemahan dan kekurangan sasaran dawah, menjadikan peserta didik,
pendidik, malah manajemen pendidikan dibiarkan dalam keadaan tidak memenuhi
persyaratan kualitas enrollmen, kualitas guru/dosen, dankualitas para pimpinan
lembaga pendidikan. Dengan demikian maksud kegiatan pendidikan untuk
meningkat kan mutu SDM jadi tidak tercapai. Sebab tidak mungkin dari lembaga
pendidikan yang tidak berkualitas akan muncul lulusan yang berkualitas. Dalam
kaitan inilah sesungguhnya benar anggapan bahwa pembangunan manusia
seutuhnya pada hakikatnya adalah pembangunan kualitas pendidikan.
Kelima, sedikitnya sumber dana serta kecilnya perolehan dana. Dari sisi
supra struktur, pendidikan Islam belum mendapat perhatian yang semestinya dari
para penyelenggara negara. Hal ini bukan saja karena kekuatan ekonomi
pemerintahan yang tidak baik, namun lebih dari itu kegiatan lembaga pendidikan
Islam belum mendapat prioritas dalam pendanaan pembangunan. Sementara dari
sasaran masyarakat yang jadi tempat berkiprahnya lembaga pendidikan Islam,
pada umumnya mereka adalah masyarakat ekonomi lemah.
Lembaga-lembaga pendidikan Islam yang maju pada umumnya adalah
lembaga pendidikan Islam yang peserta didiknya mempunyai orangtua
berkemampuan ekonomi menengah ke atas. Padahal sebagaimana diketahui
umum, mayoritas penduduk Indonesia adalah ummat Islam lapisan golongan
ekonomi lemah (golekmah). Diperlukan penggalangan dana ummat secara
kolossal manakala mayoritas ummat yang golekmah tersebut akan diIasilitasi
dengan kegiatan pendidikan yang bermutu.
Dapat diperkirakan beberapa lembaga pendidikan Islam yang maju, adalah
mereka yang lepas dari berbagai kelemahan tersebut.




ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN











Disusun oleh :
MOCHAMAD TA1IMUDIN
NIM : 4103810311003










PROGRAM PASCA SAR1ANA
MAGISTER MANA1EMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2011

ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 1 darl 13

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang.

Pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat
pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang
dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat dididik dan mendidik.
Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan Iisik, mental, emosional,
moral, serta keimanan dan ketakwaan manusia.
Agar proses pendidikan berjalan baik dan dapat memenuhi tujuan yang telah
ditetapkan, maka diperlukan perencanaan pendidikan yang baik pula.
Perencanaan pendidikan pada dasarnya berpusat pada tiga komponen utama,
yaitu : (1) Dengan perencanaan itu ditunjukkan tujuan (visi, misi, dan tujuan)
apakah yang harus dicapai ? , (2) Bagaimanakah perencanaan itu dimulai ?, (3)
Bagaimanakah cara mencapai tujuan (visi, misi, dan sasaran) yang harus
dicapai itu ? (Sa`ud dan makmun, 2007: 15)
Oleh karenanya, dalam makalah ini penulis akan membahas salah satu
masalah pokok dalam perencanaan pendidikan, yaitu tentang Analisis misi
sebagai bagian dari analisis sistem pendidikan.
2. Rumusan Masalah.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka permasalahan mendasar yang akan
dibahas adalah :
a. Bagaimana Analisis sistem pendidikan dilakukan ?
b. Apa langkah-langkah yang diperlukan dalam menganalisis sistem
pendidikan ?
3. Tujuan Penulisan.
a. Untuk mengetahui konsep dasar dari analisis sistem pendidikan
b. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam menganalisis sistem pendidikan


ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 2 darl 13

BAB II
ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN


A. Pengertian Umum.
Tujuan analisis sistem adalah mengidentiIikasi keperluan dan cara-cara yang
dimungkinkan untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dimulai dari masalah
yang didasarkan pada data dokumen, kemudian dianalisis (diidentiIikasi ciri-ciri
masalah), ditentukan hubungan antar bagian masalah, kemudian mengukur cara
terbaik semua kemungkinan memecahkan masalah pada setiap bagian
masalahnya.
Dalam hal kegiatan pendidikan, biasanya identiIikasi masalah bersiIat relatiI
global, beragam, datang dari banyak sumber, dan dituntut untuk eIisien dan
eIektiI.
Adapun untuk menganalisis sistem pendidikan diawali dengan menganalisis
misinya.

B. Analisis Misi (Mission Analysis)
Misi adalah keseluruhan tugas yang harus diselesaikan. Masalahnya adalah
dimana sekarang berada? Kemana tujuan? Apa ukuran telah sampai ke
tujuan? Apa langkah utama yang harus dikerjakan supaya sampai tujuan?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, maka diperlukan
langkah-langkah dalam menganalisis misi. Adapun langkah-langkahnya
adalah menentukan hal-hal berikut :
1. Sasaran Misi (Mission Objective)
Sasaran Misi adalah kinerja sesuai kualiIikasi outcome misi, yaitu tujuan
akhir yang dapat diukur. Sasaran misi merupakan pernyataan tentang apa
yang harus dikerjakan, peralatan yang harus dipersiapkan, subjek penentu
dan pengukur hasil, kapan hasil dikemukakan, serta kriteria ketercapaian
tujuan. Dengan demikian, sasaran misi menggambarkan dimana mulai
kerja, dan apa yang harus dicapai.

ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 3 darl 13

Semua objek yang terlibat harus memahami prinsip-prinsip penilaian
terhadap tercapai atau tidaknya misi.
2. Persyaratan Kinerja (Performance Requirement)
Persyaratan kinerja adalah kriteria unsur-unsur utama sasaran misi,
sehingga perolehan misi tersebut terukur, seperti (a) kiteria sasaran misi
yang terukur; (b) peran-peran yang mempengaruhi produk, seperi peran
lingkungan, biaya, personil, dan lain-lain.
Persyaratan kinerja meliputi cara pengerjaan produk, kondisi untuk
mengerjakan produk, karakteristik disain produk, spesiIikasi kinerja dan
aturan pengembangan kinerja.
Dalam perumusan Persyaratan kinerja ini harus melibatkan seluruh staI,
sehingga hasilnya merepresentasikan persepsi yang harus dikerjakan staI,
sehingga mereka dapat mengetahui indikator kegagalan atau keberhasilan
suatu pekerjaan. Karena itu, apabila pernyataannya telah terperinci,
objektiI, memakai istilah yang terukur, maka persyaratan kinerja harus
menyiapkan kriteria dengan ketentuan-ketentuan tentang kemungkinan
pencapaiannya.
Untuk memudahkan identiIikasi persyaratan kinerja, maka dibuat Iorm
tabulasi yang dikaitkan dengan setiap item persyaratan kinerja melalui
sejumlah Iungsi. Sistem analisis akan mengidentiIikasi lebih banyak lagi
Iungsi.
Kemudian rintangan yang cukup dominan hendaklah diidentiIikasi dalam
analisis misi. Sebab hal itu dapat dimasukan kepada persyaratan kinerja.
Dengan demikian, jika terdapat rintangan berupa biaya dalam
pelaksanaannya, sehingga operasional misi tidak dapat berjalan, maka hal
tersebut dimasukan sebagai persyaratan kinerja. Bila peersyaratan kinerja
tidak dapat dicapai, maka harus kembali pada Iormulasi misi. Inilah yang
disebut rintangan misi ideal yang dicanangkan saat awal Iormulasi.
Adapun cara-cara menyelesaikan rintangan adalah sebagai berikut :
a. Bertindak kreatiI dalam mengembangkan ide baru, termasuk
mereIormulasi tujuan misi atau merubah persyaratan kinerja.

ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 4 darl 13

b. Formulasi ulang, baik dengan merubah operasional rintangan atau
kompromi relatiI persyaratan kinerja atau capaiannya.
c. Dihentikan manakala ada indikasi misi akan gagal yang diakibatkan
terlalu besarnya rintangan tersebut
Tujuan misi sebaiknya bersiIat spesiIik, sehingga kriteria yang
dikemukakan dapat terukur dan mudah diidentiIikasi baik pada dokumen
awal maupun dokumen yang dikembangkan atas dasar realitas lapangan.
Tanpa ada hal ini berarti perencanaan pendidikan akan terbayangi
kegagalan sejak awal pekerjaan.
3. Profil Misi (Mission Profile).
ProIil Misi pada dasarnya adalah gambaran cara kerja untuk mencapai
produk atau hasil akhir.
Adapun cara-cara mendapatkan proIil Misi adalah sebagai berikut :
a. MemIormulasikan sasaran misi dan persyaratan kinerja yang
menentukan tempat mulai kegiatan dan akhir penyelesaian misi,
kemudian menggambarkan keadaan tetap (status quo), yang diakhiri
dengan membuat daItar Iungsi-Iungsi yang diperlukan dengan alur
pikir yang logis, dan tidak perlu mengemukakan bagaimana tugas
harus dikerjakan.
b. MengidentiIikasi dan mendaItar tugas dalam misi. Hal ini
dimaksudkan untuk memeriksa alur pergerakan antar Iungsi supaya
kegitan tidak berhenti.
c. Hasil identiIikasi dari semua Iungsi utama dalam proIil misi tersebut
diuji dengan kebutuhan, tujuan misi, dan persyaratan kinerja dalam
rangka menjaga konsistensi antara validasi Iungsi dan validasi
eksternal yang didasarkan kepada kebutuhan.
d. Menelusuri kembali ketepatan Iungsi dari sejak awal sampai akhir.


ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 3 darl 13


4. Analisis Fungsi (Function Analysis).
Yang dimaksud dengan Iungsi adalah kumpulan tugas yang harus
dikerjakan dalam pencapaian tujuan atau produk tertentu. Sedangkan
Analisis Fungsi alalah (a) menguraikan apa yang harus dikerjakan, dan (b)
menentukan tugas-tugas dan hasil yang harus dicapai.
Adapun tujuan dari Analisis Fungsi adalah untuk memIasilitasi cara atau
jalur-jalur pekerjaan, memperlihatkan cara menyelesaikan sesuatu yang
harus terjadi dan menanpilkan jalur komuniaksi dengan yang lainnya.
Dan perlu diketahui bahwa Iungsi berarti sesuatu yang harus dikerjakan
atau hasil suatu kegiatan, bukan proses atau cara.
Setiap tingkatan analisis sistem pada dasarnya berhubungan dengan
tingkatan analisis lainnya. Proses analisis sistem berawal dari perkiraan
kebutuhan yang menjadi pembeda antara apa yan ada dengan identiIikasi
apa yang diinginkan. Setelah itu, menentukan dasar atau inti tujuan misi,
sebagai jembatan yang menghubungkan antara perkiraan kebutuhan
dengan analisis misi. Dengan demikian, analisis misi mengidentiIikasi
tujuan misi, kinerja yang diperlukan, proIil misi dan tingkatan analisis
yang saling berhubungan dan konsisten secara internal antar logika bagian
yang satu dengan yang lainnya. ProIil misi yang merupakan puncak
analisis Iungsi merupakan jembatan anatara analisis misi dengan analisis
Iungsi.
5. Analisis Tugas (Task Analysis).
Tugas dapat dideIinisikan sebagai suatu unit kinerja yang bila
dikumpulkan, merupakan Iungsi. Tugas-tugas tersebut didata dan
dideskripsi ( secara kolektiI disebut analisis tugas) membentuk "final
break-down" (pemecahan persoalan secara Iinal) melangkah dalam
analisis sistem, dan mengidentiIikasi tingkat terendah sebelum "unit
kinerja"diidentiIikasi.
Sebagaimana ditunjukkan pada bab sebelumnya, perbedaan antara
analisis misi, analisis Iungsi, dan analisis tugas adalah perbedaan pada
derajat bukan jenis. Menggunakan analogi pada penggunaan mikroskop,

ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 6 darl 13

bahwa setiap kali Iungsi tersebut diperiksa pada tingkat perbesaran yang
lebih besar, lebih terinci dapat dilihat tugas/ Iungsi , dari tingkat terendah
secara detail dalam analisis sistem. Hal ini merupakan analisis tingkat
terendah yang akan menunjukkan apa yang harus dilakukan untuk
mendapatkan Iungsi tingkat tinggi dicapai. (Analogi lain yang dapat
dipertimbangkan adalah ibarat manik dengan kalung atau seperti halnya
tugas dengan Iungsi.)
Tugas berasal dari proses total yang sedang berjalan pada analisis sistem,
di mana :
(1) produk secara keseluruhan atau hasil diidentiIikasi dalam tujuan misi
dan persyaratan kinerja;
(2) Iungsi dasar yang dibutuhkan untuk mencapai misi yang telah
diidentiIikasi (misi proIil), dan ;
(3) masing-masing (level dasar atau teratas) Iungsi dianalisis untuk
menentukan urutan bawah subIungsi yang diperlukan. Masing -masing
Iungsi dan subIungsi diidentiIikasi( yang mungkin dirusak) ke dalam
aspek tunggal, atau unit perIormansi, dan ini dapat terdaItar dan dianalisa
untuk menentukan level akhir terendah persyaratan kinerja untuk
mencapai masing-masing.
Ketika analisis dilakukan secara rinci pada tingkat tugas dan kinerja
semua persyaratan diidentiIikasi untuk setiap tugas. Para perencana
pendidikan, untuk pertama kalinya, menententukan semua 'tentang apa
saja untuk suksesnya solusi sebuah masalah.
Tugas analisis berikutnya adalah menyediakan susunan (array) lengkap
dari "apa yang akan dilakukan" sampai ke tingkat pemahaman
persyaratan yang sebenarnya untuk implementasi perencanaan.


ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 7 darl 13

Dua Langkah Dasar Analisis Tugas

Analisis tugas dapat dilihat dalam dua langkah dasar:
1. MengidentiIikasi tugas pokok (atau langkah-langkah) yang terlibat
dalam mencapai Iungsi secara keseluruhan.
2. Menentukan karakteristik tugas, persyaratan, konteks, dan meletakkan
dalam urutan waktu.
Beberapa orang penulis misalnya, Mager dan Beach (1967)
menggunakan tatanama dari "daItar tugas" dan "tugas detil." Langkah-
langkah tugas yang terdaItar, dan kemudian hal-hal seperti kinerja dan
jenis kesulitan belajar yang menentukan sebagai bagian dari proses
rincian tugas. Setiap analisis tugas yang berguna harus mencakup proses
dua langkah yang sebanding. Berikut dua langkah yang disebut daItar
tugas dan deskripsi tugas.
DaItar Tugas terdiri dari identiIikasi subelements dasar atau langkah-
langkah yang terlibat dalam mencapai Iungsi secara keseluruhan.
Deskripsi Tugas adalah penentuan karakteristik dari masing-masing tugas
atau langkah, termasuk, konteks dan persyaratan untuk pemenuhan dan
hubungan waktu dan kekritisan masing-masing.

Kode Tugas
DaItar tugas ( unit kinerja) merupakan Iungsi yang diberikan dan dapat
dianggap sebagai daItar cek, daItar tugas yang berurutan diambil
bersama-sama, menghasilkan Iungsi keseluruhan dari mana mereka
berasal. Contoh dari daItar tugas mungkin berupa daItar cek uji
konstruksi hipotetis yang menggunakan analisis item sebagai bagian dari
uji proses konstruksi. Kembali pada contoh hipotetis, orang mungkin
membayangkan sebuah misi secara keseluruhan yang akan membutuhkan
konstruksi tes. Misi merupakan salah satu kriteria untuk memprediksi
dan menentukan sukses perIormansi di kampus pascasarjana, untuk
digunakan dalam kelas biasa. Tujuan misi, kinerja memerlukan misi
proIil, analisis Iungsi (termasuk tambahan persyaratan kinerja yang

ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 8 darl 13

terkait), dan tingkat yang lebih rendah. Fungsi menunjukkan persyaratan
untuk melengkapi analisis item untuk uji hipotesis.
Hipotetis mengecek daItar atau daItar tugas seperti berikut:
1. DaItar item tes angka.
2. Menandai kolom pada alternatiI a, b, c, dan d.
3. Menuliskan pada lembar ringkasan, untuk uji masing-masing dan
untuk setiap item, pilih alternatiI yang salah untuk setiap item.
4. Jumlah alternatiI yang salah dipilih untuk setiap item dan untuk setiap
alternatiI yang mungkin (a, b, c, dan d).
5. IdentiIikasi sepuluh yang paling sering terlupakan pada item tes
dengan menjumlahkan berbagai alternatiI terlupakan untuk setiap item
tes.
6. IdentiIikasi Irekuensi alternatiI terjawab dipilih untuk setiap item
pengujian.
7. Mempersiapkan ringkasan data yang dikumpulkan untuk Analisis item
.

Perlu dicatat bahwa menghindari atau menentukan bagaimana tugas
harus dilakukan, tidak menunjukkan bahwa setiap tugas biasa atau
harus dilakukan oleh computer. Tujuan dari daItar tugas hanya untuk
mengidentiIikasi tugas yang harus diselesaikan, terlepas dari siapa
atau apa yang terlibat. Pada kenyataannya, tugas dapat dicapai oleh
orang-orang, peralatan, atau orang dan peralatan. Ini bukan tujuan dari
analisis tugas atau daItar tugas untuk mengidentiIikasi bagaimana
tugas akan dilakukan, tetapi hanya untuk nama tugas dan urutan yang
harus dilakukan.
Dalam daItar awal (atau Iase memeriksa-daItar) data data lainnya
dapat dikumpulkan. Misalnya, Mager dan Beach (1967) menyarankan
penentuan "Irekuensi kinerja," 'kepentingan, "dan" kesulitan belajar
"untuk setiap tugas-tugas harus diidentiIikasi. Prosedur ini tampaknya
akan sangat berguna ketika salah satu adalah merancang kurikulum,
atau program pelatihan. Namun, untuk persyaratan perencanaan paling

ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 9 darl 13

pendidikan, pencatatan sederhana dari komponen tugas memberikan
inIormasi yang memadai untuk analisis tugas.
Jika deIinisi "apa yang akan dilakukan" cukup lengkap, penyelesaian
tugas harus dilakukan , seperti dengan langkah-langkah pada analisis
system. Analis harus didaItar pada lembaran terpisah persyaratan
perIormansi yang terkait dengan tugas masing-masing. Analisis tugas
selesai ketika persyaratan kinerja telah ditentukan.

Deskripsi Tugas
Setelah daItar tugas telah diperoleh, langkah berikutnya adalah untuk
menentukan karakteristik menonjol dari tugas-tugas yang terlibat.
Misalnya, mungkin ada pertimbangan penting seperti lingkungan di
mana suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dilakukan,
persyataran Iisik, kesehatan, dan keselamatan persyaratan, siIat
rangsangan sinyal bahwa tugas yang harus memulai, siIat dan jenis
respon yang diperlukan, persyaratan waktu untuk awal akhir sebuah
tugas, ketertiban dan hubungan antara tugas /sub tugas.
Untuk alasan ini, deskripsi tugas secara umum mengambil inIormasi
dari daItar tugas, mengaturnya pada skala berdasarkan waktu, dan
mengidentiIikasi karakteristik tugas yang beredar dan konteks yang
harus dicapai. Sebagai contoh untuk analisis tugas generik, hal-hal
berikut mungkin memerlukan spesiIikasi rinci dalam Iase uraian
tugas, dan penyelesaian analisis tugas akan mewajibkan analis sistem
atau perencana) untuk menyediakan data ini.
DaItar sementara pertimbangan dalam tahap deskripsi tugas adalah :
1. Karakteristik stimulus yang memberi "sinyal" persyaratan untuk
memulai.
2. Respon karakteristik output yang diperlukan, termasuk apakah
membutuhkan angka biner (ya tidak / on-oII) tanggapan,
manipulasi sederhana, diskriminasi, sebuah tangan mata kompleks
atau koordinasi psikomotor, atau tak ada jawaban sama sekali.
3. Angkatan atau kebutuhan energi.

ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 10 darl 13

4. Fisiologis, medis, atau pertimbangan kesehatan (jika orang-orang
yang mungkin terlibat).
5. Lokasi untuk tugas, seperti di dalam ruangan, luar rumah, di atas
salju, di ruang kerja yang dirancang, atau dalam sejumlah berbagai
lokasi.
6. Alat, perangkat, atau instrumen yang harus terlibat dalam
pelaksanaan tugas.
7. Masukan data lain yang diperlukan untuk berhasil menyelesaikan
tugas.
8. Waktu persyaratan.
9. Kekritisan tugas. misi akan hancur jika tugas ini tidak dilakukan
dengan benar, atau bisa di direnovasi jika dilakukan secara tidak
benar atau keluar dari urutan.
Pada umumnya, tugas deskripsi graIik dipersiapkan untuk tahap
analisis tugas. Banyak dan beragam Iormat-tugas analisis dapat
digunakan, dan seleksi tergantung pada hasil analisis yang diperlukan.
Iormat tersebut bervariasi dari satu dasar dan sederhana yang
disarankan oleh Mager dan Beach (1967), yang memanIaatkan empat
kolom (1) jumlah tugas, (2) langkah dalam melaksanakan tugas, (3)
jenis kinerja, dan (4) belajar kesulitan kompleks seperti manusia-
mesin yang digunakan interaksi rumit di bidang kedirgantaraan, yang
mungkin mencakup rinci pertimbangan Iisiologis , psikologis, dan
hubungan.
Format yang dipilih oleh perencana harus kompleks seperti yang
diperlukan untuk menyediakan data yang dibutuhkan dalam proses
perencanaan itu sendiri. Hal penting untuk diingat dan termasuk dalam
deskripsi tugas adalah bahwa ia harus menetapkan persyaratan total
untuk menyelesaikan tugas. Ingat bahwa tujuan melakukan analisis
sistem adalah untuk mengidentiIikasi kebutuhan untuk pemenuhan
misi yang diberikan. Proses analisis sistem menunjukkan semua
bagian dan hubungan antara bagian-bagian untuk mencapai misi yang
diberikan. Jadi analisis sistem menunjukkan di lapisan subsistem atau

ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 11 darl 13

bagian yang terlibat dalam pemenuhan misi dan persyaratan untuk
melakukan masing-masing. Jika analisis tugas tidak mencakup
persyaratan kinerja untuk setiap tugas atau elemen tugas, maka tidak
lebih dari sebuah diskripsi saja dan tidak menyediakan inIormasi rinci
dan kriteria yang lebih jauh akan menjamin bahwa produk akan
analisis Iungsional untuk menentukan yang paling relevan dan praktis
kemungkinan untuk mencapai misi. Analisis tugas adalah kegunaan
yang cukup besar dalam sintesis sistem. Terutama memiliki masukan
langsung ke teknik berbasis jaringan untuk manajemen dan kontrol.
Langkah-langkah untuk melakukan deskripsi tugas adalah sebagai
berikut:

Langkah
DaItar semua tugas dan subtugas yang diperlukan untuk mencapai
Iungsi yang dianalisis. Ini adalah proses asal usul yang sama bekerja
di/ke luar dari misi dan proIil analisis Iungsi. Tugas-tugas
diidentiIikasi ditempatkan dalam urutan. Dalam mengidentiIikasi
tugas-tugas, kami ingin membuat mereka bebas, sehingga tidak akan
ada tumpang tindih. Ini merupakan proses daItar tugas.

Langkah
DaItar dengan tugas-tugas, persyaratan rangsangan (jika relevan). Ini
merupakan input "persyaratan, data yang dibutuhkan oleh operator
(atau pelaku dari tugas ketika ditugaskan) untuk melakukan tugas-
tugas. Pernyataan apakah bentuk data akan /harus dapat digunakan.

Langkah 3
DaItar persyaratan respon (persyaratan tindakan). Ini merupakan
operasi, jumlah, setiap kali akan terjadi, dan waktu yang diperlukan
untuk melakukan operasi, jika waktu adalah pertimbangan nyata.

Langkah 4

ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 12 darl 13

Dengan tugas, daItar persyaratan dukungan. Ini merupakan jenis
bahan dan peralatan yang diperlukan untuk mendukung operasional
tugas dan jenis personil atau peralatan yang dibutuhkan sebagai
"operator."

Langkah
DaItar kriteria kinerja. Berikut adalah spesiIikasi produk (atau hasil)
dari tugas. Sama seperti misi akan menghasilkan produk, dan Iungsi
akan menghasilkan suatu produk (atau subproduk), sehingga tugas
akan menghasilkan produk-hasil kinerja. Persyaratan perIormansi dari
produk tugas mungkin seperti item (1) tidak ada kesalahan, (2) harus
berisi daItar semua item, (3) menyalin dengan tidak mencoreng ) dan
dapat dibaca, serta (4) Iormulir harus memiliki cukup ruang untuk
notasi guru.

Langkah 6
Tentukan prasyarat pengetahuan/ atau keterampilan, Operator harus
memiliki pengetahuan/ atau keterampilan agar mampu melakukan
tugas yang diberikan. Jika, dalam penyusunan proposal ada kebutuhan
untuk tingkat keterampilan tinggi dalam karya seni, maka kemampuan
seni lanjut menjadi persyaratan kritis dan dengan demikian merupakan
prasyarat yang harus dicatat.

Sebagai permasalahan dalam praktek, subIunction tingkat terendah
yang dianalisis pada tingkat tugas selalu diidentiIikasi dengan nomor
Iungsi. Nomor Iungsi (misalnya 4.1.1.) Biasanya ditempatkan di pojok
kiri atas Iormulir. Kegagalan untuk mengidentiIikasi Iungsi yang
dianalisis akan berakibat jelas.

6. Analisis Alat-alat Metode (Methods-means Analysis).
Analisis alat-alat metode adalah mengidentiIikasi sebanyak mungkin
metode dan uraian tentang keuntungan dan kerugian masing-masing

ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 13 darl 13

metode untuk mencapai persyaratan kinerja yang terindentiIikasi dalam
urian sistem. Analisis metode ini dimulai segera setelah ditentukan
persyaratan kinerja untuk lahirnya produk sesuai identiIikasi.
Bila persyaratan terpenuhi, maka analisis dilanjutkan. Dan bila tidak
terpenuhi, analisis diulang lagi dengan opsi-opsi sebagai berikut :
a. Merubah persyaratan kinerja, atau
b. Menemukan alat yang mungkin mencapai persyaratan kinerja, atau
c. MendeIinisi ulang batasan kinerja, atau
d. Menghentikan kegiatan pada saat itu.




ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 14 darl 13

BAB III
K E S I M P U L A N

Tiga alat analisis sistem telah mempertimbangkan semua pihak yang terkait
dengan menentukan "apa" yang harus dilakukan secara eIektiI dan eIisien.
Analisis hasil dalam lapisan/ tingkatakan menentukan segala persyaratan
untuk memberikan solusi dengan mengidentiIikasi semua aspek dan
pengaturan spesiIikasi secara rinci untuk penyelesaian masalah.

Persyaratan Kinerja: Seperti langkah-langkah sebelumnya dari analisis misi
dan analisis Iungsi, analisis tugas memerlukan penentuan terukur spesiIikasi
persyaratan kinerja. Dalam proses analisis tugas, penentuan spesiIikasi
dibentuk dalam Iormat analisis tugas yang sebenarnya dipilih. Tugas dan
metode analisis-analisis berarti setiap langkah harus melakukan analisis
sistem, seperti yang kita lihat secara rinci dalam bab tentang metode analisis,
melakukan studi kelayakan dengan menentukan, pada setiap tahap analisis,
apakah ada metode yang berarti (strategi dan alat) untuk mencapai Iungsi (atau
tugas) dan persyaratan yang terkait kinerja. Tugas analisis tidak terkecuali.
Karena analisis tugas adalah "pemecahan secara Iinal", langkah dalam analisis
sistem, analisis kelayakan Iinal diselesaikan setelah tugas dan spesiIikasi
digambarkan.

Analisis Misi, fungsi, tugas; dan tingkat keputusan. Perbedaan antara misi,
Iungsi, dan analisis tugas adalah tidak tentu dan tergantung pada setiap tempat
dimulai. Salah satu cara yang mungkin diketahui bila telah dicapai tingkat
tugas adalah dengan bertanya pada diri sendiri jika aku jatuhkan itu lebih jauh,
apakah saya harus mulai menyatakan 'bagaimana' pekerjaan harus dilakukan.
Jika jawabannya ya , berhenti, dan Anda berada di tingkat tugas. Sebuah
analisis seharusnya hanya dilakukan ke tingkat yang diperlukan. Analisis
harus meyakinkan bahwa ia akan "kembali" pada inIormasi yang diperlukan
untuk pengambilan keputusan.

ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 13 darl 13

Analisis Tugas adalah tingkat "terendah" dari analisis system.Analisis tugas
berasal dari analisis misi dan analisis Iungsi yang terkait dan dengan demikian
memberikan tingkat akhir detail diperlukan untuk mengidentiIikasi semua
"tentang apa" untuk pemecahan masalah.
Analisis Tugas terdiri dari dua subbagian , yaitu yang berkaitan dengan
IdentiIikasi / pemesanan langkah-langkah yang akan diambil (daItar tugas)
dan yang mengidentiIikasi karakteristik menonjol/ persyaratan pemenuhan
tugas yang berhasil (deskripsi tugas). Bersama, dua bagian ini analisis tugas
yang memberitahu apakah unit kinerja harus dilakukan dan persyaratan kinerja
yang terkait dengan tugas masing-masing. Sering kali, tugas pencatatan
bersama dengan persyaratan kinerjanya akan cukup untuk analisis tugas.
Format untuk melakukan dan pelaporan analisis tugas adalah tidak tegas atau
tetap. Format harus dirancang (atau dipilih) untuk memastikan bahwa data
yang relevan untuk perencanaan pengambilan keputusan yang diberikan
kepada perencana sistem. Sangat penting bahwa Iormat apapun yang
digunakan memberikan data tentang siIat tugas dan persyaratan kinerja
(spesiIikasi) untuk penyelesaian keberhasilan masing-masing.
Perbedaan antara analisis misi, analisis Iungsi, dan analisis tugas adalah
perbedaan derajat bukan jenis. Analisis tugas pada dasarnya dilakukan dengan
cara yang sama seperti analisis misi dan Iungsi. Analisis itu adalah
mengidentiIikasi dan menguraikan unsur yang dibutuhkan untuk mencapai
sesuatu. Dalam analisis tugas, inIormasi kinerja yang lebih rinci diperoleh dan
dilaporkan, karena akan memberikan struktur dasar dan inIormasi untuk
desain berupa implementasi, pengujian, dan evaluasi dari rencana pendidikan
ketika dioperasikan.





KONSEP DAN DESAIN PERENCANAAN
DIMULAI DENGAN MEMAHAMI KECENDERUNGAN, MENETAPKAN
SASARAN DAN TU1UAN, MERANCANG PERENCANAAN











DISUSUN OLEH :
1. ELIS SUPRIHATIN HERLIANI, S.Pd
NIM : 410381031017
2. OO SUHERMAN, S.Pd
NIM : 410381031018








PROGRAM PASCA SAR1ANA
MAGISTER MANA1EMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2011

KONSEP DAN DESAIN PERENCANAAN DIMULAI DENGAN MEMAHAMI KECENDERUNGAN,
MENETAPKAN SASARAN DAN TUJUAN, MERANCANG PERENCANAAN, hlm 1 darl 8

KONSEP DAN DESAIN PERENCANAAN
DIMULAI DEACAA MEMAHAMI KECEADERUACAA, MEAE1APKAA
SASARAA DAA 1U1UAA, MERAACAAC PEREACAAAAA

A. Memahami Kecenderungan Umum
Dalam pembuatan rendik, para perencana harus menstudi pola dan
kecenderungan Iungsi manusia dalam lingkungannya, pemanIaataan SDM
dan Sumber Daya Phisik, untuk sebanyak-banyaknya keuntungan manusia
dan perekonomian.Demikian juga studi pengaruh lingkungan phisik terhadap
perilaku manusia, studi tentang keseimbangan peran dan aturan Iormal dan
inIormal.Setelah itu studi ditekankan pada hakikat dan tujuan
inIrastuktur.Dua macam inIrastruktur, yaitu bagian visible dan
invisible.Bagian visible adalah elemen yg langsung digunakan saat aktivitas
seperti meja kursi, kamar kecil, listrik, telekomunikasi dan seterusnya. Inilah
yang disebut pengisi inIrastruktur, sedangkan bagian invisible adalah elemen
yang tidak langsung digunakan seperti jaringan air, jaringan listrik, jaringan
telekomunikasi dan seterusnya disebut inIrastruktur. Terdapat tiga
kemungkinan menyusun inIrastruktur.
1. InIrastruktur linier, deskripsinya seperti pohon, manIaatnya untuk
mensuplai komoditas seperti air, listrik, lalu lintas dan seterusnya
2. InIrastruktu Planar terkait dengan suplai komoditaas juga namun
merupakan jaringan kerja yang ketat dalam suatu perencanaan,
gambarannya seperti jala jaringan keja.
3. InIrastruktur spatial, terkait dengan suplai komoditas yang berbentuk
jaringan kerja berlubang.
Suatu kota pada dasarnya merupakan gabungan rumit dan dinamis dari ketiga
macam inIrastruktur tersebut. Karena itu mendisain perencanaan diawali
dengan mendeskripsikan berbagai Iaktor atau elemen sebagai berikut.
1. Tingkat kepadatan penduduk, jenis kegiatan, dan bentuk jaringan
inIrastruktur, mempengaruhi orang, tempat, pergerakan, ekonomi,
aktivitas, yang semuanya berpengaruh pada proses pendidikan

KONSEP DAN DESAIN PERENCANAAN DIMULAI DENGAN MEMAHAMI KECENDERUNGAN,
MENETAPKAN SASARAN DAN TUJUAN, MERANCANG PERENCANAAN, hlm 2 darl 8

2. Perkembangan kehidupan masyarakat terkait dengan karakter individu-
individunya dalam merubah atau menyesuaikan diri dengan lingkungan,
cukup kuat mempenaruhi perkembangan individu. Planner harus
mmIasilitas siswa mngembangkn kmampuan eksplorasi dan
intelektualnya, sehingga pendidikan tersebut betul-betul berbasis
keterlibatn siswa pada lingkngannya, dan tercipta keseimbangan antara
kebenarn individu dan kebenaran kelompok sosial, budaya, dan ekonomi.
Sebagai catatan perlu ditegaskan bahwa dipicu perkembangan iptek,
perubahan sosial bergerak sangat cepat
3. Kemampuan iptek merubah lingkungan phisik yang mempengaruhi
perubahan siswa, sehingga 'make him be at home in a created
environment, dan berdasar pengaruh tersebut, siswa merubah
lingkungan, baik yang siIatnya psichologis maupun budaya, yang
secara berkelanjutan keduanya mempengaruhi orang-orang yang berada
dalam lingkungan tersebut, man is continuously adapting animal,
sesuai dengan persepsinya terhadap lingkungannya.
4. Pergerakan urbanisasi manusia dari pinggir kota ke pusat kota, jenis
pemakaian kendaraan (pribadi atau massal), eIisiensi gerakan dan biaya,
mode kendaraan, jumlah dan isi kendaraan, serta rute, operasi, pemilik,
Iasilitas, dan pengenalan.
5. Planner juga harus mendeskripsikan kegiatan ekonomi, yang issunya
biasanya besar, penting, luas, kompleks, namun biasanya kekurangan
data, dan aparat pemerintah tidak eIIektiI mengatasinya.
6. Bentuk dan trend yang berkembang pada kegiatan. Aktivitas pendidikan
saling terkait dg transportasi, ekonomi, sistem sosial, komunikasi dan
sistem politik. Faktor2 ini terlihat atau tdk terlihat saling terkait secara
tetap. Perubahan besar salah satu Iaktor akan langsung mempengaruhi
bentuk dan kecenderungn aktivitas yang lainnya. Dalam kaitan ini
banyak penyiapan Iasilitas pendidikan lebih merujuk kepada keperluan
masyarakat kota.
7. Beberapakemungkinan trend rendik, terkait dengan bentuk
individu,kelompok, kesamaan tujuan(keluarga, lembaga, perusahaan),

KONSEP DAN DESAIN PERENCANAAN DIMULAI DENGAN MEMAHAMI KECENDERUNGAN,
MENETAPKAN SASARAN DAN TUJUAN, MERANCANG PERENCANAAN, hlm 3 darl 8

yang terus berubah sesuai dengan perkembangan sosial, teknologi,
kekayaan, dan sistem politik.
B. Menetapkan Sasaran dan Tujuan,
Keragaman kepentingan masyarakat, ekonomi, dan public mempengaruhi
pembuatan keputusan pendidikan, yang memerlukan adanya
alternative.Untuk pemilihan diperlukan struktur logika, criteria sehingga
tercapai eIektivitas. Namun demikian tidak harus menunggu secara sistimatik
penyelesaian perencanaan secara lengkap pembangunan kota dan atau
kesepakatan seluruh warga. Terdapat beberapa penunjang atau hambatan bagi
terbentuknya perencanaan pendidikan.Pada bagian ini, tujuan (goal)
pendidikan disebut dalam term makna, hakikat, Iungsi, dan karakteristik.
C. Peran Tujuan dalam Rendik
Tujuan Perencanaan Pendidikan. Istilah tujuan dalam perencanaan
pendidikan terkait ruang lingkup kerja serta hasil akhir dari suatu kegiatan.
Ada goal, objective, target, dan task. Istilah goal merupakan ujung dari akhir
perencanaan (Goals are ends Ior which a design is made). Sedangkan
Objective adalah tujuan antara sebagai bagian dari goal.Target adalah tujuan
antara yang merupakan bagian dari objective, dan kemudian task adalah
tujuan yang merupakan bagian dari target.Terdapat empat macam tipe goals.
1.Tujuan berupa optimalisasi dalam bentuk, seperti rendah biaya hasil
excellence;
2. Tujuan yang memuaskan, seperti pendidikan untuk semua;
3. Tujuan incremental (semakin naik) seperti menambah jumlah kelas;
4. Berbentuk PositiI atau negative, seperti member ruang lebih untuk belajar.
Terkait dengan arah kehidupan, goals harus relevan, realizable, dapat
dioperasionalkan, general, community oriented, dan jangka panjang.
D. Pengembangan Goals
Dalam rangka pengembangan tujuan akhir, para perencana memerlukan
pertimbangan tentang berbagai hal.
1. Memperhatikan tujuan umum belajar, antisipasi masalah baru, metode
yang akan digunakan, .hubungan pelajaran lama dan baru, diskusikan
hubungan antar sekolah, distrik atau negara bagian.

KONSEP DAN DESAIN PERENCANAAN DIMULAI DENGAN MEMAHAMI KECENDERUNGAN,
MENETAPKAN SASARAN DAN TUJUAN, MERANCANG PERENCANAAN, hlm 4 darl 8

2. Mempelajari latar belakang masalah melalui studi SWOT dan penyebabnya
sampai terjadi situasi terakhir,
3. Tetapkan titik awal kerja sesuai proses rendik dan Iokuskan pada target
serta gunakan cepat masukan dari balikan (Ieedback)
E. Tujuan Akhir Rencana Pendidikan
1. Meminimalisir masalah sosial, phisik, dan Iinansial kelompok kecil yg
menghambat partisipasi aktiI kegiatan komunitas;
2. MemIasilitasi individu membuat keputusan pribadi;
3. MemIasilitasi keragaman jabatan, warna kulit, kelas sosial atau
kepercayaan;
4. Melibatkan individu pada kehidupan masyarakat;
5. Menyiapkan individu untuk dunia kerjanya.
F. Hubungan antara goals dan objective
Goals dapat tercapai melalui objective, target, dan tasks.Namun dalam
menyusun Iormulasinya, goals disusun berdasarkan nilai yang dianut, untuk
kemudian dari goal tersebut diturunkan rencana pendidikan.Dengan demikian
bagan alurnya dapat digambarkan sebagai berrikut.
Value Goals Rendik
Dalam pada itu bentuk objective yang dirancang untuk maksud pembuatan
strategi perencanaan adalah
1. Dirancang untuk pelayanan;
2. Sasaran alternatiI dirancang untuk mengembangkan Iasilitas layanan;
3. Susunan dapat merupakan kombinasi dari beberapa hal yang belum ada.
4. Term dalam bentuk operasional tidak abstrak;
5. AlternatiI ditentukan pada setiap sasaran;
6. Maksimalkan sasaran berdasarkan input yang pasti atau minimalisasi input
untuk sasaran yang pasti.
7. DiIormulasi sebagai hasil dialog antara perencanaan pendidikan dengan
representatiI wakil publik.
G. Skema/Rencana Rancangan (Designing Plans)
Skema Rancangan didasarkan pada pertimbangan 'apa, mengapa, dan
kapan, IilsaIat, sasaran dan proses pendidikan perkotaan yang ada. Tanpa

KONSEP DAN DESAIN PERENCANAAN DIMULAI DENGAN MEMAHAMI KECENDERUNGAN,
MENETAPKAN SASARAN DAN TUJUAN, MERANCANG PERENCANAAN, hlm 3 darl 8

pemahaman pada item-item tersebut, rancangan tidak akan eIektiI.
Diperlukan deIinisi yang lengkap mengenai rancangan, walau kadang bersiIat
subjektiI dan luas.
Disain Kota harus memberikan ruang sentuhan antar individu (S.Giedion),
atau lingkungan kemanusiaan yakni orang-orang, bangunan, ruang, dan
layanan sehingga memiliki makna, vital, dan pengalaman indah, untuk
pengembangan kehidupan yang lebih baik (Orlindo Grossi). Disain tersebut
harus menciptakan harmonisasi antar manusia, teknologi, alam,
pengembangan bagian kota yg berbeda-beda, menurut Iungsi, dan hubungan
eIisien antara satu dengan yang lainnya (l.Hilberseimer, p.273), atau Seni dan
ilmu utk memecahkan kesemrawutan kehidupan kota (William N. Bryger),
demikian dikutip Banghart and Trull:272-273, yang kemudian menegaskan
adanya enam ciri yang saling berhubungan yakni riset (analisis), disain
(sintesis), produksi (Iormasi), distribusi (penyebaran), Utilisasi (kinerja) dan
eliminasi (penghentin).
H. Konsep Desain Perencanaan
Konsep rancangan perencanaan melibatkan tiga unsur utama yakni bahan
(material), bentuk (Iorm), dan saling hubungan yg dinamis antar komponen di
dalamnya. Bahan adalah is a basic building block that is derived Irom the
physical environment. Sedangkan bentuk adalah the arrangement oI
material.Adapun hubungan dinamis adalah susunan kegiatan dari macam
ragam kegiatan dalam kesatuan yang terintegrasi.
Rancangan perencanaan dibentuk berdasarkan kombinasi kemampuan teknis
mengekspressikan idea, kreativitas (keselarasan, kesatuan, keindahan, dan
Iungsi dari lingkungan alam), dan imajinasi.
Rancangan merupakan resultante dari tiga hal : pemahaman hukum alam, ide
dan imajinasi sendiri, dan pemahaman atas siIat dan keperluan orang.
I. Hal-hal yang Memepengaruhi Rancangan
Rancangan merupakan kegiatan yang kompleks dan dipengaruhi oleh banyak
hal.Diantara Iactor-Iaktor yang mempengaruhi tersebut adalah budaya,
polititk, lingkungan alam dan lingkungan buatan, iklim, psikologi, teknologi,
pertukaran sosial dan pertukaran budaya.Pertukaran budaya mempengaruhi

KONSEP DAN DESAIN PERENCANAAN DIMULAI DENGAN MEMAHAMI KECENDERUNGAN,
MENETAPKAN SASARAN DAN TUJUAN, MERANCANG PERENCANAAN, hlm 6 darl 8

teknologi dalam struktur lingkungan dan kekuatan komunikasi.Dalam kaitan
inilah perencanaan merupakan system terbuka.
Hal lain yang harus dipertimbangkan dalam membuat rancangan adalah
penggunaan waktu, lahan penduduk, interaksi masyarakat, pembangunan
ekonomi, dan cara-cara yang mempengaruhi perencanaan pendidikan.
Demikian juga teknologi analisis dan perencanaan.Rancangan yang bagus
adalah rancangan yang seluruh elemen terakomodasi dalam susunan tapi
tanpa harus dipaksakan.
1. Proses Perancangan
Dimulai dengan mengenal lingkungan objek rancangan, dan penelitian
pendahuluan untk mendapatkan data, membuat deIinisi awal, pengmpulan
data, uji coba awal, modiIikasi solusi tentative, dan perencanaan
akhir.Perencana harus terus menerus memahami kebutuhaan masyarakat dan
mencoba menampungnya dalam rancangan sehingga terbentuk analisis dan
penterjemahan kehendak klien pada disain, sambil tetap Ileksibel terkait
perlunya mengapresiasi tren perubahan bentuk Iisik. Dalam hal ini perlu
memasukkan Iactor kontingensi yang memungkinkan perencana mampu
mengatasi terjadinya perubahan pada masa depan.
Proses desain dapat diurutkan sebagai berrikut.
1. MendeIinisikan sasaran (objectives) berdasarkan pemikiran tentang goals
(politik, sosial, lingkungan,pisik) dan kemampuan atau keterbatasan
(waktu, biaya, sumber daya manusia /sumber daya alam, dan phisik).
2. Analisis sasaran melalui riset (program dan koordinasi) untuk kemudian
diadakan review (telaah ulang).
3.Synthesis berdasarkan review atas disain tujuan untuk kemudian menetapkan
criteria;
4. Mengembangkan alternatiI melalui koordinasi dengan program lain, dan
dilanjutkan dengan pengujian;.
5. Melakukan seleksi untuk mencari jalan keluar/solusi, dan kemudian
menghasilkan atau mengajukan model;
6. Melakukan simulasi melalui koordinasi dengan program lain;

KONSEP DAN DESAIN PERENCANAAN DIMULAI DENGAN MEMAHAMI KECENDERUNGAN,
MENETAPKAN SASARAN DAN TUJUAN, MERANCANG PERENCANAAN, hlm 7 darl 8

7. Evaluasi kriteria perIormans, ukuran kuantiIikasi, penilaian non kuantiIikasi,
untuk kemudian menetapkan proIile perIormans.
8. ModiIikasi perIormans;
9. Mengevaluasi atau memperkirakan kelayakan dan biayanya.
10. Review.

Para perencana harus harus Ilexible, tdk boleh statis, jadi penterjemah
lingkungan sasaran desain (be translation oI the environment)
Kesepuluh langkah berurutan ini hakikatnya terdiri atas empat bagian yakni
pendeIinisian, analisis, sintesis, dan modiIikasi terus menerus dampai adanya
kesepakatan bentuk akhirnya.
K. Proses Perencanaan Rancangan Pendidikan
1. Prosedur Rendik
Mengembangkan rencana sketsa
a. Jangka pendek (sebulan-setahun,
b. Perbaikan cepat,
c. Menggunakan data nyata,
d. Kerjasama dengan masyarakat, kelompok lokal, regional atau
nasional.
2. Methode Perencanaan Pendidikan, meliputi :
a. Menentukan goals berdasar
1. Berbagai kemungkinan phisik, kemanusia an, ekonomi, sosial, dan
budaya.
2.Kemungkinan pengembangan terkait masa depan daerah;
b. Menentukan kebutuhan pendidikan terkait
1.kondisi dan Iasilitas yang ada,
2.jangka peebeck Iasilitas dan program layanan)
c. Program pertemuan menentukan kebutuhan pendidikan
1. Time schedules,
2. Perubahan penambahan phisik,
3.Aturan dan alat-alat administratsi dan keuangan;
4.Organisasi sosial dan opini publik.

KONSEP DAN DESAIN PERENCANAAN DIMULAI DENGAN MEMAHAMI KECENDERUNGAN,
MENETAPKAN SASARAN DAN TUJUAN, MERANCANG PERENCANAAN, hlm 8 darl 8

3. Perencanaan Pendidikan, meliputi :
a. Menjawab keperluan masyarakat berkenaan dengan ukuran populasi,
basis ekonomi (jenis, bentuk, jumlah, pengembangan, rintangan),
kehidupan masyarakat (jenis Iasilitas, program layanan,LSM), dan
penertiban bangunan phisik (tanah, Iasilitas, rukun tetangga,
penambahan, perubahan, dan cagar budaya).
b. Membuat catatan tentang estimasi populasi, pengembangan ekonomi,
pengembangan layanan perumahan masyarakat, pengembangan phisik,
tindak lanjut perencanaan (program publik dan privat, legislatiI,
administratiI, alat alat keuangan, pengorganisaian kantor dan kota).




EVALUASI DAN SPESIFIKASI PERENCANAAN











Oleh :
AAT RUHIYAT, S.Pd
SEPTIAN GAZALI RUKMANA, S.Pd











PROGRAM PASCA SAR1ANA
MAGISTER MANA1EMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2011

EJALUASI DAN SPESIFIKASI PERENCANAAN, hlm 1 darl 10

EVALUASI DAN SPESIFIKASI PERENCANAAN

Evaluasi dan spesiIikasi perencanaan, dimulai dari simulasi perencanaan,
menilai perencanaan, menseleksi perencanaan, (Banghart, 1973:293-340 Bab 13-
15).
Simulasi merupakan bentuk tiruan Iaktor-Iaktor penting perilaku atau
kejadian. Simulasi merupakan visualisasi atau potret mini perilaku sebuah sistem
yang ditampilkan dalam waktu tertentu. Simulasi berIungsi menentukan
peristiwa-peristiwa events) pada perencanaan dalam suatu rangkaian yang
realistis dalam sebuah kerangka berbagai kemungkinan. Problem utamanya adalah
bagaimana dan kapan sesuatu dianggap berhasil.
Terdapat tiga model simulasi sebagai berikut.
1. Model Perubahan berkelanjutn (continuously changing models). Pada
model ini seperangkat variabel secara berkelanjutan berubah sesuai dengan
perubahan waktu. System merupakan kekuatan elektromekanik, yang terus
mengalir. Contohnya perubahan tingkat kedewasaan anak didik pada satu kurun
waktu proses pendidikan;
2. Model Periode Tertentu (Iixed-period models), yakni model dengan waktu
dipecah-pecah pada periode terbatas, dan variable-variabel mengikuti perubahan
hanya pada akhir periode. Biasa digunakan pada econometrics saat data hanya
tersedia pada periode awal.
3. Model kejadian terpisah-pisah (discrete-event models) yakni model
dengan variable-variabel kuantitasnya muncul pada waktu-waktu tertentu, dan
dikenal sebagai kejadian. Perubahan selanjutnya antar bebagai kejadian dihitung
dalam satuan waktu.
Banghart and 1rull (p.295) mengutip Dimitris A. Chorafas dalam bukunya
System and Simulation (p.27) tentang empat Iaktor utama yang harus
dipertimbangkan dalam simulasi perencanaan, yakni (1) peran perencanaan; (2)
Model; (3) Ukuran eIektivitas model, dan (4) kriteria keputusan. Keempat hal
tersebut harus dikonIirmasikan kepada keragaman tingkatan, waktu pelaksanaan,
pengaruh perubahan, pelaksanaan model, penggunaan variabel, dan penetapan
ukuran-ukuran, apakah dalam bentuk tehnik simulasi yang siIatnya Iisik,

EJALUASI DAN SPESIFIKASI PERENCANAAN, hlm 2 darl 10

matematik, graIik, atau verbal. Beberapa model pendekatan simulasi, terkait
dengan manusianya, tempat, gerakan, kegiatan ekonomi. Hal yang perlu mendapat
perhatian adalah sebagai berikut.
Sasaran Perencanaan merupakan kriteria lain ukuran hasil simulasi,
Batasan berada dalam aplikasi simulasi,
Melalui prosedur kuantitatiI, simulasi juga memiliki Iaktor-Iaktor
kualitatiI yang harus dipertimbangkan.
Opini seseorang jangan dianggap sumber data.
Simulasi tidak mengandung semua pendekatn, namun tergantung pada skill,
kesabaran, kreativitas imanjinasi, kemampuan memilih metode.
Alur Proses Simulasi
Rencana
awal
Tipe2 model:
Fisika
Matematik
Grafik
verbal
Rencana yang
disimulasikan
Perbaikan
Rencana awal
Pengoperasian renc
yang disimulasikn
Evaluasi hasil renc.
Dan Penetapn
Yang dpt diterima

Beberapa hal yang harus dipertimbangkan adalah sebagai berikut.
a. Tingkat agregasi (the level oI aggregation), apakah data akan digunakan
pada tingkat makro atau mikro. Bila makro, pendekatannya memakai
statistic perilaku massa dan properti-propertinya, bila mikro
mememrlukan system preIerensi secara rinci para perencana pendidikan.
b. Perlakuan terhadap waktu (treating time). Penyusunan waktu sangat
penting. Pada satu sisi perencana memerlukan kepastian hasil simulasi
namun pada sisi lain respon para variable dan penaIsiran para perencana
suka terlambat. Keterlambatan itu terkait dengan keseimbangan hubungan
antara variable luar yang member pengaruh (exogenous) dan variable
dalam (endogeneous). Keseimbangan ini penting sebab dapat
mempengaruhi perubahan, kerusakan, dan kemerosotan perencanaan.
c. Dampak Perubahan (the eIIect oI change). Dua macam variable yakni
flow yakni variable yang berubah seiring dengan pergeseran waktu, dan

EJALUASI DAN SPESIFIKASI PERENCANAAN, hlm 3 darl 10

stock yakni variable berupa barang persediaan. Dinamika masyarakat
akan menggeser posisi stock jadi Ilow atau sebaliknya.
d. Pengopersian model (operating the model). Terdapat empat simulasi
yakni (1) model Iisik yaitu model yang berbentuk arsitektur seperti kayu,
kertas, plastic, untuk menggambarkan bangunan jembatan, dlsb.nya
dalam skala kecil. (2) matematik, yaitu model yang menggunakan
struktur llogika, pengoperasian acak, atau kesimpulan logika; (3) graIik,
yaitu gambar hasil tangan atau potret dari udara; (4) verbal, yaitu model
perencanaan yang menyeluruh (comprehensive planning.
e. Penggunaan variable (using variables). Perencana harus memilih data
yang secara empiric dapat diuji tingkat validitasnya. Hal ini penting sebab
bisa jadi suatu data dihasilkan oleh Iactor atau variable yang tersembunyi,
bukan variable yang sudah diinventarisasi sejak awal, yang langsung
dapat dilihat.
I. Menentukan parameter (establishing parameters). Hal ini terkait dengan
realitas bahwa nilai-nilai paramete r ditentukan oleh deIinisi empiris dari
sebuah variable. Sangat berbeda sekali manakala parameter variable
(tingkat partisipasi pendidikan umpamanya) dtentukan antara 3-15 tahun
dengan 3-24 tahun. Ada beberapa cara untuk memuat parameter-
parameter, seperti metode berubah-ubah tapi masuk akal, metode coba-
coba (trial and error), atau metode standar intuisi namun rasional lantaran
didasarkan pada pengalaman.
Beberapa Model Simulasi
Terdapat 5 model pendekatan simulasi, yakni berdasarkan dimensi orang-
orang, model tempat, model pergerakan, model ekonomi, dan model kegiatan
(activities).
A. Model orang-orang. Terdapat beberapa jenis model terkait dengan orang-
orang. (1) computer city model. Model ini berIungsi untuk menyeleidiki
pengaruh jangka panjang suatu program baru pendidikan atau suatu proyek
kegiatan. (2) Delphi Model, yakni pendekatan consensus para ahli/pakar
yang tidak saling beredkatan. Caranya pertama-tama membuat daItar opini
atau Iakta lapangan, kemudian daItar tersebut diserahkan pada para ahli,

EJALUASI DAN SPESIFIKASI PERENCANAAN, hlm 4 darl 10

yang kemudian mengevaluasi berdasarkan criteria dengan argument yang
dibuat masing-masing ahli dan kemudian diberi catatan-catatan; (3)
model Metropolis (Metropolis Model), yakni model peran lengkap orang-
orang dalam satu kasus, contoh kasus pembangunan perumahan. Dalam
kasus tersebut ada pemeran sutradara, dan pemeran lain seperti
administrator, spekulan tanah, aparat sekolah, poltikus, dlsb.nya. Masing-
masing memiliki strategi opsional bagi optimalisasi kemenangan
programnya dan meminimalisasi kekalahannya; (4) Model alokasi
(allocation Model) dipakai untuk mengalokasikan berbagai kegiatan,
dengan mempertimbangkan populasi kota/daerah, jenis-jenis pekerjaan
dan pekerjanya, dan variable-variabel lain yang terkait. KOnsep utamanya
mendeskripsikan keragaman bentuk kegiatan penduduk suatu daerah
dalam kesatauan system.

B. Model Simulasi Tempat-tempat.
Terdapat enam macam jenis model yaitu (1) model Ikonik (Iconic Model),
yakni model para arsitek dan perancang phisik. Model ini menggambarkan
pergerakan (kinetic) yang tidak ada dalam dunia nyata.
(2) Model Tanda GraIik (GraIic Notation Model), untuk mensimulasi
bentuk penduduk, ruang dan aktivitas. Dikembangkan oleh perancang
kependudukan sebagai cara komunikasi, notasi graIik, termasuk ke
dalamnya symbol-simbol berkenaan dengan jalan kecil, pinggiran, pohon-
pohon, distrik dan pengembangan landmark.
(3) Model Bahasa (Pattern Language Model). Menampilkan simulasi dua
dimensi bagi keadaan tiga dimensi. Melalui urutan dari yang besar ke yang
kecil dan ditil-ditil lain yang menggambarkan siIat umum suatu projek.
(4) Model Matrik Potret (PhotograIic Matrix Model), yaitu simulasi
dengan menampilkan rangkain matrik-matrik sehingga varoebl independen
dapat diuji dalam kaitan yang lebih luas. Berdasarkan rangkain matrik
tersebut dapat terlihat kemungkinan munculnya suatu tindakan saat
dihubungkan dengan tindakan-tindakan tertentu.

EJALUASI DAN SPESIFIKASI PERENCANAAN, hlm 3 darl 10

(5) Model Simulasi matematik (Mathematical Simulation Model). Salah
satu bentuknya adalah distribusi Pareto. Model ini memakai symbol huruI dan
angka untuk menampilkan suatu rumus-rumus, dengan makna-makna tertentu.
C. Model Simulasi Untuk Pergerakan.
Ada tiga model simulasi mengenai pergerakan yakni model transportasi
(Transportation Models )dan model peluang berselang (the intervening
opportunities model). (1) Transportation Models adalah pemakaian sumber-
sumber terluas dari model simulasi. Tujuannya menggambarkan pencapaian
kesempatan bagi para pekerja atau tempat-tempat perbelanjaan untuk membangun
pertumbuhan perumahan kaum urban. Simulasi pengawasan pembangunan
transprtasi ini, penggunaan lahanpun dapat dikontrol sehingga lahan lain dapat
digunakan untuk hal yang lebih penting. (2) The Intervening Opportunities Model.
Didasarkan pada asumsi bahwa keseluruhan waktu perjalanan dari satu titik dapat
diminimalisasi bila tiap tujuan hanya memiliki suatu pertimbangan yang dapat
diterima. (3) Simulasi pergerakan manusia. Simulasi ini menegaskan bahwa
perbedaan warna memberi pengaruh terhadap gerakan manusia, dan melalaui uji
statistik lingkungan yang disimulasikan memperlihatkan apa pengaruh warna
terhadap pergerakan manusia .
D.Model simulasi Ekonomi
Setidaknya ada tiga macam jenis simulasi dalam ekonomi. (1)Model
keseimbangan, sebagai metode dinamika industri yang dikembangkan MIT
selama 250 tahun terkait pertumbuhan penduduk. Dengan menggunakan 156
pertimbangan yang berbeda, simulasi pengaruh pada pertumbuhan kota
menggunakan berbagai variable kebutuhan pengangguran, buruh dan manajer
proIessional, jumlah perumahan, besaran keluarga, retribuasi pajak dan kebutuhan
pajak. Perilaku sistem tersebut, member serangkain pengaruh yang saling
berhubungan dan menjadi bangunan Iundamental dari simulasi.
(2) Model potensi pasar retail. Lokasi atau potensi penjualan pusat retail tidak
dipandang sebagai Iungsi kekuatan pembelian yang nyata. Namun sebagai Iungsi
tumpang tindih kompetisi diantara pusat-pusat perbelanjaan. (3) Model Pittsburgh,
yang langsung pada pengembangan model umum dari bentuk penduduk.

EJALUASI DAN SPESIFIKASI PERENCANAAN, hlm 6 darl 10

Kesamaan secara umum merupakan representasi jalan keluar keseimbangan
bentuk tanah yang digunakan dan distribusi pekerja dan populasi.

E. Model Simulasi Untuk Aktivitas.
(1) Model Simulasi Peluang. Distribusi aktivitas diasumsikan sebagai evaluasi
keberhasilan. Peluang lokasi diranking berdasarkan waktu tempuh dari pusat kota
(in order oI travel time Irom a city centre). (2) Model San Fransisco merupakan
metode simulasi yang didasarkan pada prinsip teori permainan, dapat diterapkan
pada pendidikan penduduk. Langkah-langkahbya sebagai berikut.
a. mendaItar pengguna (murid, guru, administrator, dll) dikelompokkan
berdasarkan kesamaan budaya, gaya hidup, perumahan, tujuan personal dan
proIessional;
b. tiap kelompok diklasiIikasi berdasarkan program pendidikan yang mereka
tempuh;
c. semua kelompok ditandai aktivitas spesiIiknya, keragaman kondisi phisik,
dialokasikan berdasarkan komunitas penduduk.
d. diasumsikan bahwa kepentingan dan partisipasi masyarakat, akan merangsang
pertumbuhan unit baru atau memperbaharui yang ada, sehingga menjadikan
keuntungan bagi pendidikan yang mereka tempuh.
e. the 'rule oI proIitability akan sejalan dengan keragaman tantangan
masyarakat, kebutuhan SDM, biaya konstruksi atau rehabilitasi, dan tujuan
serta sasaran pendidikan kelompokpenduduk.
Tujuan model ini adalah mensimulasikan interaksi dengan dan pengaruh aktivitas
belajar pada masyarakat, kebijakan, program, aktivitas kelompok masyarakat lain,
perilaku penanaman modal pasar sawsta dan keputusan lokasi bisnis, industry,
rumah tangga dll. Ruang yang ada dapat dicocockan dengan kebutuhan program
pendidikan dan pengguna pendidikan.
Ringkasan
Simulasi dari sistem phisik dan sosial menjadi langkah menentukan dalam proses
perencanaan yang menyeluruh. Pangalaman menunjukkan bahwa pengembangan
dan model-model simulasi merupakan sebuah proses panjang. Namun
bagaimanapun model-model simulasi merupakan inIormasi penting bagi

EJALUASI DAN SPESIFIKASI PERENCANAAN, hlm 7 darl 10

peningkatan pengertian tentang perencanaan pendidikan dan memahami masalah-
masalah pendidikan dari sebuah lingkungan penduduk.

Menilai Perencanaan
Penilaian pada dasarnya meentukan nilai perencanaan pendidikan dan
kekuatannya. Sesuai kebutuhan, evaluasi sebaiknya dilaksanakan sepanjang
proses perencanaan. Dalam beberapa kasus, beberapa evaluasi parsial dibuat
dengan menggunakan uji kuantitatiI atau penentuan berdasarkan pengalaman, baik
untuk menolak, memodiIikasi, menggabungkan, atau menerima hasil. Dalam
kaitan ini perencana pendidikan harus mengetahui nilai-nilai relative, latar
belakang, selain dan yang terutama mengetahui nilai yang jadi Iocus kepentingan.
Perencana juga harus berani mengorbankan pandangannya manakala hal itu
menghalangi tercapainya sasaran yang lebih baik, dan juga berani mengadakan
evaluasi komparatiI bila muncul perubahan diantisipasi atau tidak, yang muncul
akibat tindakan yang direncanakan.
Tiga cara evaluasi. Pertama cara utilitarian, yakni kepentingan public dapat
ditentukan oleh keuntungan dan keuntungan berdasar kejadian yang dianggap
penting oleh individu. Kedua, cara quasi utilitarian, yakni menganggap manIaat
terkait dengan jumlah, namun nilai terbesar diberikan kepada kepentingan
beberapa orang dibanding pada yang lainnya. Ketiga, kualitas individu,
merupakan sisi lain dari pertimbangan akhir kepentingan public yang diseleksi
berdasarkan pertimbangan yang tepat.
Mekanisme evaluasi dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Mengevaluasi nilai (value), dan konkritisasi bentuk sasaran;
2. Menetapkan perspektiI waktu, jangka panjang, menengah atau jangka
pendek. Dalam jangka panjang tolok ukur yang baku, baru, dan malah
radikal harus terbaca dan dapat dimengerti masyarakat.
3. Beberapa identiIikasi nilai untuk dievaluasi, berisi opini masyarakat,
survey antropologi, dengar pendapat, interview dg pemimpin non Iormal,
analisis yang menekankan isi, ukuran belajar dan undang-undang
pembelajaran, dan anggaran sebelumnya.

EJALUASI DAN SPESIFIKASI PERENCANAAN, hlm 8 darl 10

4. Sasaran evaluasi terkait dengan inti masalah tugas perencana, artinya
evaluasi harus melihat prosesnya dalam pembuatan perencanaan.
5. Banyak kegiatan evaluasi berada pada level IilosoIis, padahal praktik
sasaran lebih tertuju pada ditil operasional.

Beberapa Tehnik Evaluasi
Tehnik Evaluasi, berdasar ratio biaya. Pertama, biaya berbanding eIIektivitas,
hasil evaluasinya adalaah sejauhmana eIIektivitas pembiayaan. Kedua, biaya
berbanding keuntungan, hasil evaluasinya adalah ukuran besaran keuntungan
terkait dengan biaya yang dikeluarkan; Ketiga, biaya berbanding pemanIaatan,
hasilnya berapa jumlah pembiayaan tiap aktivitas.
Tehnik ratio biaya ini prinsipnya adalah menekan pembiayaan serendh rendahnya,
namun dengan eIektivitas, keuntungan, dan pemanIaatan yg setinggi-tingginya.
Diantara cara untuk itu adalah dirinci dahulu tujuannya, kemudian tiap-tiap item
tujuan dibuat rencana pengembangannya secara optimal, kemudian dihitung
pembiayaan dengan pertimbangan 3 macam rationya seperti tersebut di atas.
Tehnik lain terkait pembiayaan ialah system matrik. Terdapat sekurang-kurangnya
tujuh macam matrik pembiayaan dikaitkan dengan 1. Kehadiran, guru, peralatan,
Iasilitas baru, pemeliharaan, operasional, publikasi. Kemudian dibuat skala
keuntungan; 2. Upaya meminimalisasi biaya perjalanan, melalui perbandingan
total orang permil, atau total orang permenit;
3 dan 4. Biaya diperhitungkan dan diperbandingkan dengan perolehan
keuntungan. Tehnik lain melalui pemilihan, perbandingan tiap Iactor melalui
pengangkaan, ini artinya penetapan prioritas. Ada juga tehnik pemetaan
peringkat, pembobotan sejumlah besar sasaran, skala penilaian ordinal, dan
matrik evaluasi melalui skala pembenaran baik, cukup baik, cukup buruk, dan
buruk. Tehnik lainnya adalah metode pemeringkatan dan pembobotan.

Memilih Perencanaan
Rendik komprehensiI melibatkan unsur-unsur Iisik, sosial, dan ekonomi.
Ketiganya berkaitan dan merupakan kesatuan system yang terapdu. Untuk itu
diperlukan koordinasi, Ileksibilitas, dan pemilihan waktu dan Iungsi. Dalam

EJALUASI DAN SPESIFIKASI PERENCANAAN, hlm 9 darl 10

kaitan ini harus digaris bawahi adalah solusi total permasalahan, bukan yang
lainnya.

1.Perencanaan Fisik.
Pada hakikatnya merupakan seni membentuk dan mengendalikan susunan da
struktur Iisik kota supaya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan ekonomi yang
sejalan dengan capaian pendidikan masyarakat. Tiga hal pentingdalam hal ini
adalah kebutuhan akan tanah terkait lokasi, mengekspressikan kebutuhan tersebut
berdasarkan unit dan intensitas, dan ketiga mendeIisnisikan Iisik di atas tanah dan
usaha menjelmakannya. Lokasi harus cocok dengan berbagai penggunaan, baik
kegiatan eksplorasi, asosiasi, keterkaitan pekerja, lalu lintas, kapasitas dan potensi
pertumbuhan terkait penggunaan tersebut.
Beberapa prinsip umum perencanaan lokasi adalah sebagai berikut.
a. Prinsip keterbelakaangan budaya (cultural lag) terkait dengan
kelambanan perkembangan dan pengaruhnya terhadap perubahan;
b. Prinsip kesederhanaan, terkait dengan penggunaan sumber daya,
prosedur, dan teknologi yan ada;
c. Prinsip kesatuan, terkait totalitas perencanaan;
d. Prinsip modiIikasi rasional, luwes menghadapi berbagai kemungkinan,
e. Prinsip penyesuaian kepuasan konstan, yaitu proses perencanaan harus
mewadahi kebutuhan masa yad.;
I. Prinsip guna cocok berganda (multiple compatible use). Terkait
dengan pemikiran maksimalisasi Ileksibilitas struktur-struktur.
g. Prinsip Ileksibilitas konsisten, yakni Ileksibel untuk terus menerus
dimodiIikai sesai tuntutan kebutuhan.
Berdasarkan ketujuh prinsip tersebut perencana harus menembus tiga Iase yakni
pertama, persiapan awal berupa gambaran bidang kajian dan pengumpulan data
bagi perencanaan Iisik suatu system persekolahan. Kedua, penggunaan tanah
secara kualitatiI amupun kuantitatiI. KualitatiI dalam arti mewadahi pengguna
individu, hubungan antar individu, atau pola interaksi antara aktivitas sekolah
dengan aktivitas social, kecenderungan aktivitas, misalnya kerja, santai, dn

EJALUASI DAN SPESIFIKASI PERENCANAAN, hlm 10 darl 10

pengaruh teknologi terhadap keduanya. Ketiga, Iase disain Iisik supaya sesuai
dengan pola aktivitas, konsep kenyamanandan pertimbangan biaya.

2.Perencanaan Sosial.
Pendidikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan manusia, mengisyaratkan bahwa
perencanaan pendidikan harus memenuhi aspek social. Aspek Iisiknya harus
berimplikasi terhadap aspek sosial. Hal ini harus memperhatikan keseluruhan
lingkungannya yakni ipoleksosbudhankam.. Dengan demikian perencanaan social
berkaitan dengan lingkungan Iisik dan lingkungan sosial. Dalam kaitan ini, maka
Iase perencanaan social terkait dengan a. perumusan sasaran, b. pengumpulan
data, c.sintesis, d. Iase kreatiI, e.persuasi, I. pencapaan pelaksanaan, dan g.
umpan balik dan kaji ulang. Catatan utama dalam hal ini adalah salah satu dari
empat komponen dasar perencanaan akni strategi, metode, tehnik, dan isi, dapat
menyempurakan Ileksibilitas dari perencanaan total.
3.Perencanaan Pendidikan Komprehensif.
Merupakan pendekatan sistem pada rendik, melibatkan seluruh aktivitas
pendidikan dan komunitas yang mempengaruhi seluruh kegiatan.
Faktor utama yang harus jadi perhatian :
a. Orang (rencana pengembangan personal, rintangan rendik, rencana
pembangunan pendidikan, rencana kerja sosial, rencana inservice teacher,
rencana bimbingan, rencana rekrutmen guru, rencana evaluasi murid).
b. Aktivitas (rencana: kurikulum, bimbingan penyuluhan, pelaynan makanan,
pengajaran, review program, rekreasi komunitas sekolah, kordinasi inter-
agency, pelaynan inIormasi, inIormasi data)
c. Ekonomi( ppbs, dan rencana pelayanan penagihan, manajemen bisnis,
budget operasional, pengeluaran modal, kontrol inventaris, pembelian
barang, alokasi sumber)
d. Pergerakan (rencana pembelian bus sekolah, pemeliharaan bus, pelatihan
supir, pengaturan transportasi)
e. Tempat-tempat (rencana Iasilitas penddkn, survei pend, Iasilitas phisik,
sistem bangunan, arsitektur, disain sekolah/komunitas, lokasi sumber. .
Kelima Iaktor tersebut dipengaruhi system luar.



SPESIFIKASI PERENCANAAN PENDIDIKAN









Disusun oleh:

EIi Kurnia, S.Pd.
Ai Mae, S.Pd.












PROGRAM PASCA SAR1ANA
MAGISTER MANA1EMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2011

SPESIFIKASI PERENCANAAN PENDIDIKAN 1 darl 8

SPESIFIKASI PERENCANAAN PENDIDIKAN


I. PENDAHULUAN
Penyusunaan rendik komprehensiI memerlukan perumusan
masalah yang jelas. Hal ini terkait dengan perbedaaan pendapat para
perencana, sehingga menimbulkan ketidak pastian, mendesaknya
persoalan sosial seperti kemiskinan, kekacauan/ krisis sosial, kehidupan
yang stagnan, disamping perbedaan paham mengenai peran pendidikan
dan arah perubahan sosial. Para perencana butuh rumusan singkat, padat,
tepat mengenai tugas pendidikan, masalah dan cara pemecahannya melalui
perencanaan pendidikan.
Masyarakat sekarang dengan budaya urbannya, merupakan hasil
interaksi secara dinamik dan berkelanjutan antara Iisik kota, baik yang
siIatnya natural maupun man-made, pengaruh system social, budaya,
ekonomi, dan manusianya, khususnya manakala terjadi pertentangan,
langsung atau tidak langsung, karena bidang kehidupan dan kepentingan
yang berbeda dan kemudian melahirkan pertentangan budaya.
Pertentangan tersebut dapat berlangsung antar komunitas, masyarakat
lokal, regional, ataupun global.
Dalam pada itu, teknologi baru akan sangat membantu proses
perencanaan. Prosedur pembuatan deIinisi masalah, analisis ke bagian-
bagian dan sistesis menjadi katagori solusi tentative, evaluasi solusi
alternative berdasar sudut pandang estetika, ekonomi, skala, dan Iungsi,
semuanya merupakan standar operasional pembuatan perencanaan secara
procedural (proses yang diulang-ulang setiap pembuatan perencanaan).
Solusi alternative, harus terus menerus dievaluasi, dimodiIikasi, dan
disesuaikan dengan deIinisi permasalahan. Hal ini penting digarisbawahi
sebab teknologi yang distandarisasi, cenderung mengurangi kapasitas
individu pembuat keputusan, terlebih manakala lingkungan bersiIat tiruan
(artiIicial). Sisi lainnya malah kegiatan kehidupan pun bersiIat monoton
dan rutin. Dalam kaitan inilah untuk tidak dilupakan bahwa pada

SPESIFIKASI PERENCANAAN PENDIDIKAN 2 darl 8

hakikatnya teknologi itu berupa alat bantu perencana pendidikan
membuat lingkungan sesuai yang direncanakan. Dengan kesadaran akan
perlunya interaksi individu dengan lingkunganlah, maka perencanaan
pendidikaan akan eIisien dan eIektiI.
Pendidikan dalam kaitan ini bertugas untuk menyadarkan anak
didik sadar lingkungan. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
a. Penguatan partisipasi masyarakat yang akan dilayani
pendidikan sehingga ikut
bertanggung jawab untuk menyumbangkan ide-ide kreatiInya
bagi perencanaan;
b. Diprioritaskan orientasi nilai dalam perencanaan, sebab pada
ujungnya antara
individu murid dengan lingkungan saling terkait.
c. Libatkan sumber daya masyarakat, sebab memberikan manIaat
ganda. Logikanya
bila pendidikan menghendaki siswa memahami lingkungan,
maka semakin mereka terlibat akan semakin Iaham tentang
pentingnya lingkungan. Karena itu sumber daya seni, rekreasi,
udaya, dan sumber daya ekonomi harus betul-betul terpadu.

II. 1ENIS-1ENIS PERENCANAAN PENDIDIKAN
Pada hakikatnya perencanaan pendidikan merupakan persiapan
penyusunan tata ruang untuk penyusunan hal-hal yang bersiIat phisik,
disamping merupakan persiapan menyusun waktu tindakan, blue print
pengembangan masa depan. Jenis-jenis perencaan pendidikan dapat
dikemukakan sebagai berikut.
1. Perencanaan Pendidikan Adaptif. Ini adalah kegiatan
perencanaan yang menampung usulan atau tanggapan dari pihak
luar. Karena itu berpeluang untuk mudah dan cepat dipahami pihak
luar. Keseimbangan organisasipun akan terjaga karenannya.
2. Perencanaan Pendidikan Kontingensi, adalah perencanaan
untuk menghindari

SPESIFIKASI PERENCANAAN PENDIDIKAN 3 darl 8

pengaruh suatu kondisi dengan biaya atau kerugian minimal.
3. Perencanaan Pendidikan Kompulsif, yakni memerinci sesuatu
yang seharusnya dan yang diharapkan. Instrumennya carrot and
stick, hadiah bila berhasil dan hukuman bila gagal.
4. Perencanaan Pendidikan Manipulatif, yakni pemanIaatan
instrument kesepakatan, pertukaran, dan pengaruh untuk
mendapatkan suatu keuntungan.
5. Perencanaan Pendidikan Indikatif, yakni perencanaan deengan
penyebaran isyarat-isyarat bagi terbentuknya tindakan yang tepat.
6. Perencanaan Pendidikan Bertahap, yakni perencanaan yang
langsung mengoreksi kesalahan saat pelaksanaan. Dengan
demikian terjadi adaptabilitas yang secara kumulatiI
memperlihatkan pendekatan yang komprehansiI untuk
nperencanaan yang komprehensiI.
7. Perencanaan Pendidikan Otonomi, yakni perencanaan untuk diri
sendiri tanpa jadi bagian dari yang lain.
8. Perencanaan Pendidikan Perbaikan (Amelioratif), yakni
perencanaan dengan tujuan menjaga status quo atau
mengembalikan kepada suasana semula.
9. Perencanaan Pendidikan Normatif, yakni perencanaan bersiIat
jangka panjang, 25 atau 40 tahun. Dengan karakteristik siIat
umum-nya, model ini berIungsi sebagai pedoman bagi kegiatan
perencanaan waktu yang lebih pendek. BersiIat menyelruh
Iokusnya juga menyeluruh.
10. Perencanaan Pendidikan Fungsional, yakni bersiIat sektoral,
aspek tertentu, segmentatiI, namun tetap berIungsi sebagai
pelengkap dari upaya perencanaan total.
11. Pemrograman Pendidikan, yakni penentuan pencapaian target,
memenuhi kebutuhan program dan sumber daya untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.



SPESIFIKASI PERENCANAAN PENDIDIKAN 4 darl 8

III. PELAPORAN HASIL
Penyajian laporan berupa peyajian statistic, pemetaan data
penggunaan tapak, dengan spesiIikasinya beranjak dari klasiIikasi umum
berupa wilayah pemukiman (padat, sedang, jarang), wilayah perdagangan,
jenis transportasi lokal/regional/ nasional, listrik, telepon, dan air, system
komunikasi, dan kelompok industri. Untuk itu digunakan bermacam ragam
peta yang menunjukkan beragam macam sarana dan prasarana Iisik,
inIrastruktur dan suprastruktur.
1. Kontribusi Perencanaan Penggunaan Tanah.
Perencanaan ini memakai pedoman standar perkembangan
wilayah perkotaan. Disitu ada karakteristik dasar
lingkungan perkotaan, direktori tentang pola pergerakan
lalu lintas, sistem aktivitas beberapa bagian kota,
katagorisasi wilayah seperti pemjkiman, bisnis, hiburan,
dsb.nya sebagai hasil Ioto udara, peta, topograIi, atau
sketsa-sketsa.
2. Kemungkinan skema klasifikasi. Skema klasiIikasi tanah
di perkotaan sangat penting, sebab selain memahami status
tanah saat ini, juga memahami gabungan Iactor-Iaktor
penggunaan tanah. Pikiran dalam penggunaan tanah
biasanya bersiIat ambigu, terlebih rebutan antara wilayah
industry dengan wilayah perdagangan, kantor pusat bisnis
dengan kantor cabang-cabangnya, system pergerakan
organisasi perdagangan dan organisasi social, dan akrena
itu harus dikaji hati-hati supaya mendapatkan tempat tepat
bagi tempat pendidikan.
3. Pendidikan, Aktivitas, dan Format Perencanaan.
Berbagai pertimbangan Iormat kependudukan, harus
dimasukkan ke dalamnya pertimbangan tentang budaya dan
aktivitas manusia yang akan digunakan bagi mendesain tata
ruang. Perencana harus mempadukan bahan dasar

SPESIFIKASI PERENCANAAN PENDIDIKAN 3 darl 8

lingkungan Iisik dan kebutuhan dan sistem aktivitas
manusia.
MemIormat system merupakan metode untuk menunjukkan
interaksi antar aktivitas, keterlibatan orang, dan bentuk lingkungan. Dalam
hal ini diperlukan dua klasiIikasi system yakni system blok dan system
kode.
Sistem Blok, menggambarkan 3 komponen utama, yakni aktivitas,
partisipan, dan lingkungan.
Adapun prinsip-prinsipnya, adalah sebagai berikut.
1. Cukup luas utk jenis-jenis aktivitas, tipe dan jumlah partisipan,
dan Iaktor
lingkungan;
2. DideIinisikan jelas dan tegas batas2nya; dan
3. Tiap Block dan datanya mudah dianalisa. Ketiga item ini
menjawab masalah : apa
dan bagaimana karakter aktivitas, siapa partisipannya, dan apa
bentuk lingkungan
yang tepat saat aktivitas dilakukan.
Empat hal harus dpertimbangkan, yakni:
1. Adanya ruang ekstra utk interaksi;
2. Perlu diketahui bahwa siIat interaksi itu ada yang bebas,
dan ada yang berkesinambungan,
3. Skalanya harus dibuat dari yang lambat sampai pada yang
sangat cepat;
4. Lokasi aktivitas tertentu dengan persyaratan tertentu bagi
eIIektiIitas kinerjanya.

Katagorisasi pastisipan aktivitas social.
1. Individu (umur, kemampuan Iisik, kemampuan emosional,
kemampuan mental, pengalaman, minat, dan bakat)
2. Masyarakat (bahasa, karakteristik etnik, tingkat pendidikan)
3. Ekonomi (tingkat pendapatan, pola kepemilikan)

SPESIFIKASI PERENCANAAN PENDIDIKAN 6 darl 8

4. Pekerjaan (terlatih, tdk terlatih, semi terlatih, pegawai
kasar, pegawai kantoran, proIesional, semi proIesional).
5. Kepentingan Pengembangan (pencapaian masa lalu,
kejadian saat ini, tujuan atau sasaran yang dikehendaki).

System Kode mungkin digunakan sebagai metode yang sistematis
untuk menyimpan dan mengidentiIikasi berbagai aktivitas. PrinsiI
umum untuk mengembangkan sistem pengkodean ini adalah
sebagai berikut:

a. Kode hendaknya mudah digunakan, mudah dikembangkan, dan
berorientasi pada computer
b. Kode hendaknya cukup Ileksibel untuk menerima berbagai
tingkat rincian yang penting dalam proses perencanaan.
c. Kode harus disusun sedemikian rupa agar mudah
memperbaharui data.

Nomor digit dalam suatu kode menunjukan tingkat rinciannya.
Penjelasan koding tersebut sebagai berikut
a. Nomor satu digit menunjukan kelas aktivitas
b. Nomor dua digit menunjukkan jenis aktivitas
c. Nomor tiga digit menunjukkan komponen aktivitas
d. Nomor empat digit menunjukkan elemen aktivitas

Perencanaan seperti juga analis sistem merupakan generalis teknis.
Perencanaan harus mempersepsi seluruh permasalahan tetapi harus
memiliki kemampuan teknis untuk menghasilkan suatu Iormat
yang kreatiI.
Beberapa jenis perencanaan mengandung beberapa ide umum
sebagai berikut:

SPESIFIKASI PERENCANAAN PENDIDIKAN 7 darl 8

a. Perencanaan menyeluruh yang berakar dalam suatu
pemahaman mengenai komunitas, berdasarkan pada
pengalaman dan penelitian.
b. Perencanaan IunIsional menggambarkan organisasi Iisik pada
suatu wilayah dengan sejumlah Iaktor yang dapat dikelola yang
saling berkaitan.
c. Perencanaan wilayah menggambarkan suatu area geograIis
tertentu di suatu kota.
d. Perencanaan proyek digambarkan secara tiga dimensi
e. Citra arsitektur digambarkan dalam hal yang berkaitan dengan
pengalaman manusia mengenai apa yang dilihat dan terjadi
dalam proyek tersebut.
I. Entitas keuntungan berdasarkan pada estimasi biaya untuk
membangun proyek diperlukan untuk memberikan dimensi dan
realitas atas proyek tersebut.
g. Program permodalan menggambarkan rangkaian dan dimensi
tindakan public terhadap rampungnya proyek.

Variasi dari perencanaan tersebut di atas memberikan bentuk
dalam perencanaan pendidikan yang komprehensiI dan
memungkinkan monitoring yang berkelanjutan juga pelaporan dan
penyajian hasil.

IV. KESIMPULAN

1. Rumusan masalah yang jelas diperlukan dalam
penyusunan perencanaan
yang komprehensiI.
2. Perencanaan muncul sebagai aktivitas keikutsertaan dari
orang yang akan
dilayani oleh lingkungan dan yang akan dipengaruhi oleh
lingkungan yang

SPESIFIKASI PERENCANAAN PENDIDIKAN 8 darl 8

memiliki hak dan kewajiban untuk ikut serta dalam
merencanakan
modiIikasi atau pengembangan lingkungan tersebut.
3. Perencanaan pendidikan memberikan rekomendasi
mengenai serangkaian
tindakan yang mencapai tujuan yang diinginkan.
4. Jenis-jenis rencana pendidikan bermacam-macam
tergantung target yang
Diharapkan
5. Pelaporan hasil menggunakan bermacam-macam peta,
sarana dan prasarana,
inIrastruktur dan suprastruktur




IMPLEMENTASI PERENCANAAN











Disusun oleh :
Dra. Ernawati
Nona Rd. Dewi Roliah, S.Pd









PROGRAM PASCA SAR1ANA
MAGISTER MANA1EMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2011

IMPLEMENTASI PERENCANAAN, hlm 1 darl 10

PENDAHULUAN

Makalah ini merupakan hasil diskusi kelompok dengan metode studi
literatur, yakni membaca buku-buku yang menjadi rujukan sesuai dengan materi
yang akan dipaparkan dalam makalah ini yaitu mengenai Implementasi
Perencanaan.
Dari buku-buku yang menjadi rujukan tersebut kami mencoba
merangkumnya, lalu menjadi sebuah makalah yang sederhana ini untuk
dipresentasikan pada diskusi kelas sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Uraian makalah ini terdiri atas tiga sub pokok bahasan sebagai berikut:
1. Persiapan Program
2. Legalitas Perencanaan
3. Pengorganisasian Unit Operasional


















IMPLEMENTASI PERENCANAAN, hlm 2 darl 10

PERENCANAAN

1. Penyiapan Program
Langkah tersulit dari suatu proses perencanaan pendidikan adalah
implementasi perencanaan, perlu memahami secara urut mengenai Persiapan
Program, Legalitas Program, dan Pengorganisasian Unit-unit Operasional. Hal ini
disebabkan antara lain sebagai berikut:
a. Distribusi data belum terpecahkan dengan tepat.
b. Kebijakan pemerintah tidak pernah distudi atau diIormulasi secara
sistematik.
c. Dukungan kelompok akademik, penentu kebijakan politik, dan praktisi
pendidikan lebih bersiIat esoteric (elitis, dipahami orang-orang tertentu
saja) daripada upaya kerjasama bagi eIIektivitas program aksi karena
kurang sosialisasi
Masalah seputar program tindakan berhubungan dengan ketidakmampuan
atau ketidakmauan dalam memahami proses yang sebenarnya agar memperoleh
pendekatan yang bermakna untuk pelaksanaan rencana yang disiapkan. Walaupun
sebelum rencana dipresentasikan kepada petugas (official) untuk mendapatkan
persetujuan, terjadi debat terus menerus tentang tujuan dan metode penelitian.
1.1Norma-norma yang Perlu Diperhatikan
Perencanaan pendidikan harus dibuat integral dari proses manajemen
keseluruhan dari pembuatan dan implementasi keputusan, bila menginginkan
hasil yang positiI, karena rendik biasanya dibuat dalam kondisi politik
tertentu. Perencanaan pendidikan tidak terlepas dari arena politik dan dibuat
karena suatu kedaan tertentu. Di Indonesia hal ini ditandai oleh mekanisme
pembuatan undang-undang, peraturan pemerintah, sampai kepada aturan
menteri, dirjen dan kakanwil, ada dalam suatu koordinasi yang solid. Namun
demikian perlu dibedakan rinsi antara perencanaan kebijakan pendidikan
terkait dengan pengembangan outline umum secara luas untuk kegiatan
pekerja terpilih. Salah satu contohnya Apakah ada atau tidak ada
implementasi perencanaan pendidikan yang menyeluruh, kalau ada, untuk
tujuan apa? Dalam pada itu perencanaan Program Pendidikan, terkait dengan

IMPLEMENTASI PERENCANAAN, hlm 3 darl 10

persiapan perencanaan spesiIik, dengan prosedur untuk diterapkan oleh
karyawan administrasi (ketata-usahaan) dalam kerangka kerja sistem yang ada

1.1.1 Tiga syarat karyawan (the agency) dalam hal ini, adalah :
1.1.1.1 Karyawan (the agency) harus memperoleh dukungan pembuat
kebijakan;
1.1.1.2 Karyawan (the agency) harus membolehkan pemimpinan
pembuat kebijakan untuk berpartipasi dalam mengembangkan
perencanaan pendidikan; dan
1.1.1.3 Karyawan (the agency) dan pembuat kebijakan harus
mengawasi pelaksana keputusan yang penting (crusial).
Perbedaan antara perencanaan kebijakan dengan perencanaan
program pendidikan. Perencanaan kebijakan pendidikan menyangkut
pengembangan pedoman umum tindakan oleh sekelompok orang
tertentu (elected officials) Sedangkan perencanaan program pendidikan
menyangkut persiapan rencana-rencana yang spesiIik disertai prosedur-
prosedur untuk diterapkan oleh institusi/organisasi administrasi
pendidikan dalam kerangka sistem pendidikan yang ada.
1.1.2 Dalam melaksanakan program tindakan , institusi /organisasi harus
melewati tiga tes, yaitu:
1.1.2.1 Institusi/organisasi dan perencanaannya harus memperoleh
dukungan dari pengmbil keputusan.
1.1.2.2 Institusi/organisasi harus membolehkan tokoh pengambil
keputusan berpartispasi dalam menyusun rencana pendidikan.
1.1.2.3 Institusi/organisasi bersama dengan tokoh pengambil
keputusan mengontrol pembuatan keputusan-keputusan
penting untuk implementasi.
Setiap tes di atas memerlukan keterlibatan berbagai pengambil
keputusan dalam proses perencanaan jika rencana-rencana pendidikan
bersiIat perintah. Oleh karena itu, dibutuhkan prosedur untuk
mengidentiIikasi pengambil-pengambil keputusan kunci dalam bidang
pendidikan. Di dalam prosedur ini harus ada inIormasi spesiIik

IMPLEMENTASI PERENCANAAN, hlm 4 darl 10

berkaitan dengan proses pendidikan,agen-agen yang menyalurkan
tekanan kepada pembuat keputusan, alternative-alternatiI tindakan dan
perencana pendidikan harus menetapkan batas-batas proses
perencanaannya sehubungan dengan politik pendidikan.

1.2Pertimbangan dalam Persiapan Program Aksi
1.2.1 Mobilitas sosial penduduk perkotaan memiliki relevansi dengan proses
pendidikan. Tekanan kegiatan penduduk pada pemerintah dalam
penggunaan sumber daya, dan sikap kebanyakan penduduk yang respek
terhadap sumber daya, jelas mempengaruhi program aksi;
1.2.2 Ekspresi kebutuhan penduduk merupakan dilemma para pendidik.
Artikulasi kebutuhan pendidikan untuk mencapai tujuan dan sasaran
merupakan bagian sukses kecil dalam perencanaan pendidikan bagi
para pendududuk.
1.2.3 Beberapa pendapat menyatakan bahwa solusi masalah pendidikan
hanya dibuat oleh pusat-pusat kekuasaan yang memiliki sedikit
pengetahuan tentang politik pendidikan.
1.2.4 Penentuan prioritas pendidikan tidak selalu berdasarkan analisis yang
sistematik. Dalam hal ini penguatan Irekuensi program, hanya terjadi
manakala tekanan menyeret pembuat keputusan pendidikan.
1.2.5 Peran lembaga pendidikan dalam implementasi program aksi telah
dianalisis secara krritis; Pertanyaannya adalah bagaimana alokasi
sumber, strategi dan taktik pendidikan, siapa yang mendapat dan tidak
mendapat keuntungan? Bagaimana kebutuhan pendidikan diekspresikan
oleh minoritas pemerintah? Sejauhmana eIIektivitas pembuat keputusan
dalam merekrut orang terbaik? Dst.nya.
1.2.6 Upaya perluasan pendidikan pada masyarakat pinggiran untuk program
aksi, menghadapi kerumitan dalam implementasi. Proses artikulasi,
Iormulasi, dan ekspressi kebutuhan telah dapat membebaskaan
keterlibatan politik masyarakat pinggiran.
1.2.7 Akibat dan hasil program-program aksi umumnya merupakan hasil
simulasi yang diterima dari luar lembaga pendidikan. Apa yang terjadi

IMPLEMENTASI PERENCANAAN, hlm 3 darl 10

adalah bahwa sumber-sumber sekolah lokal mendapat tantangan dan
tekanan yang lebih besar dan lebih meluas.
Keterbatasan program aksi biasanya berhubungan degan politik
pendidikan. Dalam kaitan ini perencana pendidikanharus lebih banyak belajar
tentang proses pembuatan keputusan dan ilmu politik.

1.3Kesulitan yang mungkin terjadi
Sebuah program aksi pendidikan komprehensiI seharusnya tidak hanya
memperhatikan satu atau dua aspek saja, sebab dengan demikian program akan
jadi terisolasi, contoh: pembangunan gedung sekolah tidak hanya terkait kepada
jenis bahan dan bentuk bangunan, pemeliharaan dan Iasilitas pemeliharaan, sambil
tidak peduli terhadap reIerensi atau pelayanan masyarakat atau perencanaan
pendidikan yang baik untuk belajar.
Sebuah program pendidikan harus mempertimbangkan produktiIitas
dilihat secara ekonomi. Semua sumber daya sekolah harus merupakan investasi
yang menguntungkan baik untuk sektor publik maupun swasta. Demikian juga
para guru atau dosen harus merupakan investasi yang menguntungkan baik untuk
pemerintah maupun kalangan swasta. Harus ada keserasian antara public sector
program dengan private sector activities yang menguntungkan keduanya.
Kelayakan yang serius, yang terjadi atau tidak jatuh pada radikalisme program,
altenative lainnya adalah Utopia. Sungguh suatu kesulitan yang tidak tampak
secara material namun dipastikan akan terjadi.

2 LEGALITAS PERENCANAAN
Perencanaan pendidikan komprehensiI harus memiliki legalitas hukum
yang Iormal. Hal ini terkait dengan realitas bahwa perencanaan yang
komprehensiI akan mempengaruhi berbagai lapisan kepentingan masyarakat.
Pada saat yang sama juga akan mengarahkan proses pembuatan keputusan ,
penyediaan alat-alat, dan program yang dibutuhkan, untuk kemudian jadi
pedoman masyarakat dalam mengembangkan pendidikan 20 atau 30 tahun ke
depan
2.1Dasar-Dasar Legislatif Untuk Perencanaan Pendidikan

IMPLEMENTASI PERENCANAAN, hlm 6 darl 10

Langkah pertama untuk menentukan rencana pendidikan yang
komprehensiI adalah meninjau dengan teliti kemampuan Negara untuk
menghasilkan undang-undang. Negara yang mempunyai wewenang untuk
mengeluarkan setiap undang-undang legislatiI yang dipertimbangkan secara
bijaksana. Kekuasaan utama Negara yang dibutuhkan dalam usulan perencanaan
adalah kekuasaan menarik pajak, penggunaan hak-hak kekuasaan pemerintah;
2.1.1 Kekuasaan Menarik Pajak
Badan legislatiI Negara memeiliki kekuasaan penuh memungut
pajak dan dapat meminta pajak untuk setiap pengembangan di setiap
bidang sepanjang tidak dilakukan sewenang-wenang. Sekolah (distrik),
oleh karena itu tidaj dapat memungut pajak untuk tujuan sekolah,
kecuali mempunyai kekuasaan yang jelas untuk melakukannya.
Meskipun kemudian pajak sekolah yang diperoleh bukan merupakn
pajak local sekolah namun pajak Negara.
Negara sesungguhnya memiliki kekuasaan untuk menarik pajak
bagi keperluan pendidikan. Kekuasaan dapat dilimpahkan kepada
pemerintah daerah. Sebagai produk hukum, maka pajak harus seragam,
namun tetap adil melalui klasiIikasi sasaran sesuai kelas social ekonomi
yang berbeda. Untuk keadilan, dan tidak ada kesewenang-wenangan
pemerintah, maka pengadilan harus merumuskan teori pendidikan
berdasarkan kebijakan public, sehingga tidak digunakan untuk menarik
keuntungan individual, tetapi untuk memenuhi kewajiban pemerintah
memelihara masyarakat.
Pemugutan pajak oleh Negara untuk tujuan sekolah, kecuali
dikendalikan oleh konstitusi Negara atau Iederal, dapat dilakukan
dengan cara apapun yang terbaik untuk memenuhi tujuan Negara
tersebut. Oleh karena itu, telah melekukan kerjasama pura-pura yang
memberikan kekuasaan untuk memungut pajak. Pajak yang
dikumpulkan untuk pendidikan menghasilkan manIaat yang besar
hanya jika dikelola seeIesien dan seeIektiI mungkin untuk itu perlu
perencanaan pendidikan.


IMPLEMENTASI PERENCANAAN, hlm 7 darl 10

2.1.2 Penggunaan Hak-hak Kekuasaan Pemerintah
Setiap tindakan bagi kepentingan umum harus memiliki kekuatan
hukum. Secara konstitusi, tanah warga Negara dapaat digunakan
pemerintah manakala untuk kepentingan umum, seperti sekolah, area
bermain, lapangan olah raga/senam. Namun demikian, pemerintah tetap
harus mengganti kompensasi dengan harga layak, kalau tidak akan
ianggap sebagai melangga .rkonstitusi.
2.1.3 Kekuatan keamanan
Pada hakikatnya setiap hukum produk pemerintah bertujuan menjaga
kesejahteraan setiap warganegara, baik dengan cara memberikan
kebebasan memiliki ataupun pembatasan hak individu untuk
kepentingan kelompok masyarakat dari segi kesehatan, keamaanan,
kesejahteraan, dan moral masyarakat.
1. Konstitusi Tidak Permanen
Evaluasi terhadap prosedur rendik komprehensiI yang sudah disepakati,
namun masih berada pada pemerintah lokal, masih ada kesempatan perbaikan
supaya menghasilkan keuntungan besar , berdasarkan penelaahan terhadap
prinsip-prinsip dasar pendidikan. Namun demikian, penyusunannya tidak terjadi
secara kebetulan. Rendik harus mengembang keseluruh Iungsi. Pendidik tidak
boleh merencanakan sekolah, murid, guru, dan sumber-sumber tanpa
pertimbangan bagaimana hubungan satu dengan yang lainnya dan bagaimana hal-
hal tersebut berhubungan dengan aktivitas seperti pajak, komunikasi, asuransi dan
Iasilitas sosial.

3. Pengaturan Unit-Unit Operasional
3.1 Tiga bentuk penampilan unit operasional;
3.1.1 Kepala eksekutiI yang kuat, pada umumnya dapat menerima bila harus
memiliki lembaga (agency) atau unit perencanaan pada departemennya.
3.1.2 Lembaga independen namun eksekutiInya lemah.Kemudian proposal
perencanaan mengandung berbagai kelemahan, maka organisasi sering
tidak jadi Iactor utama dalam menjamin eIektivitas lembaga.

IMPLEMENTASI PERENCANAAN, hlm 8 darl 10

3.1.3 Gabungan keduanya yakni eksekutiI kuat namun lembaga
perencanaannya bersiIat mandiri, maka yang terjadi adalah
pertentangan antara proses politik dan proses perencanaan.
Perencanaan pendidikan yang komprehensiI, merupakan system politik
sementara rendiknya sendiri merupakan kekuatan politik. Karena itu manakala
terjadi gabungan dan serasi maka akan lahir kekuatan perencanaan dan
kekuatan politik yang dengan demikian dimungkinkan rencana
terimplementasikan dan pendidikan pun mencapai keberhasilan yang
signiIikan. Untuk itu diperlukan strategi meminimalisasi konIlik, supaya
rendik betul-betul dipandu nilai, kriteria,dan inIormasi yang akurat, tanpa
terjebak oleh kepentingan-kepentingan sempit organisasi.
3.2 Keterampilan yang diperlukan untuk menggorganisasikan unit-unit
operasional adalah ;
3.2.1 Penguasaan metodologis, sehingga mampu menjangkau seluruh lapisan
kepentingan dengan kriteria objektiI rasional.
3.2.2 Melakukan kompromi-kompromi sehingga isu-isu yang dilahirkan
betul-betul untuk kepentingan pendidikan.
3.2.3 Strateginya memiliki validitas tinggi, sehingga peluang suksesnya
terbuka.
3.3 Dalam pada itu untuk kesepakatan strategi yang digunakan diperlukan;
3.3.1 Isi rencana.
3.3.2 Metode yang dihasilkan atau cara menggorganisasikan unit-unit
operasional, dan
3.3.3 Cara mengkomunikasikan rencana






IMPLEMENTASI PERENCANAAN, hlm 9 darl 10

KESIMPULAN


Perencanaan kebijakan pendidikan menyangkut pengembangan pedoman
umum tindakan oleh sekelompok orang tertentu (elected officials). Perencanaan
program pendidikan menyangkut persiapan rencana-rencana yang spesiIik disertai
prosedur-prosedur untuk diterapkan oleh institusi/organisasi administrasi
pendidikan dalam kerangka system pendidikan yang ada. Rencana pendidikan
akan mengarahkan proses pembuatan keputusan dengan memperhatikan
pengembangan program-program pendidikan dan alat-alat yang dibutuhkan untuk
menjalankannya.
Perencanaan pendidikan yang komprehensiI merupakan konstitusi yang
tidak permanen dan merupakan kumpulan prinsip-prinsip pendidikan
Iundamental. Perencanaan pendidikan mempunyai sejumlah masalah yang unik,
sehingga tidak ada satu bentuk perencanaan tertentu dapat dilaksanakan dan
diorganisasikan yang akan menjamin eIektivitas agensi. Dalam
mengorganisasikan unit-unit operasional perencana pendidikan memiliki
keterampilan metodologis, berupaya menjangkau seluruh kepentingan pendidikan
dengan kriteria yang obyektiI dan rasional.
Sebuah perencanaan mengandung banyak bagian, peran, pelaku, dan
kerjasama untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan, yang dibutuhkan dalam
perencanaan adalah kerjasama dan kesamaan pikiran sebelum proyek tersebu
tdimulai. Variasi situasi kerjasama dapat diintepretasikan dalam 5 (lima)
kerjasama, yaitu: (a) kerjasama antar orang, (b) kerjasama berkaitan dengan
tempat, (c) kerjasama berkaitan dengan perubahan atau gerakan, (d) kerjasama
berakaitan dengn ekonomi, dan (e) kerjasama berkaitan dengan aktivitas.
Koordinasi adalah proses penjadwalan kegiatan untuk menghilangkan
konIlik agar tujuan dapat tercapai. Mengkoordinaskan kegiatan yang berbeda
dalam tujuan agensi pendidikan yang beragam merupakan esensi perencanaan
pendidikan yang komprehensiI dengan tujuan untuk menerjemahkan tujuan
perencanaan pendidikan yang komprehensiI ke dalm program-progarm praktis.


IMPLEMENTASI PERENCANAAN, hlm 10 darl 10

PENUTUP


Makalah ini mungkin banyak kekurangannya baik dalam bentuk penyajian
penulisan, bahasa maupun isi. Hal ini dikarenakan keterbatasan penyusun dan
kurang terbiasa dalam menyusun makalah. Selain itu masih banyak hal yang kami
sendiri belum sempurna menaIsirkan isi buku bab secara total mencerna maksud
penulis buku sumber aslinya.
Melalui diskusi kelas nanti, Iorum akan memberikan masukan dan kritik
untuk penyempurnaan isi makalah ini. Terlebih lagi penjelasan dari dosen
sebelum menutup perkuliahannya sangat kami nantikan.

You might also like