Disusun Oleh : Mahasiswa Pasca Sarjana Angkatan XXXI Kelas B
PROGRAM PASCA SAR1ANA MAGISTER MANA1EMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG 2011
l
KATA PENGANTAR
ll
DAFTAR ISI
I Pendekatan Sistim Terhadap Perencanaan Pendidikan II Beberapa Pendekatan dalam Perencanaan Pendidikan III Ruang Lingkup Masalah Pendidikan IV Pendidikan Sebagai Proses Manajemen V Menetapkan Kebutuhan Pendidikan VI Analisis Sistem Pendidikan VII Konsep dan Desain Perencanaan Dimulai dengan Memahami Kecenderungan, Menetapkan Sasaran dan Tujuan, Merancang Perencanaan
VIII Evaluasi dan SpesiIikasi Perencanaan XI SpesiIikasi Perencanaan Pendidikan X Implementasi Perencanaan
PENDEKATAN SISTIM TERHADAP PERENCANAAN PENDIDIKAN
Oleh : Drs. Ayub Supriadi Rahayu Nana Subagja, S.Pd.
PROGRAM PASCA SAR1ANA MAGISTER MANA1EMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG 2011
PENDEKATAN SISTIM TERHADAP PERENCANAAN PENDIDIKAN, hlm 1 darl 8
PENDEKATAN SISTIM TERHADAP PERENCANAAN PENDIDIKAN
A. PENGERTIAN PENDEKATAN SISTIM Kata sistim (sistim) dapat dimaknai sebagai metode (method), rencana (plan), aturan (order), keteraturan (regularity), aturan kebiasaan (rule), (manner), (mode), susunan, rencana (scheme), jalan, cara (way), kebijakan (policy), kecerdasan (artiIice), susunan, aturan (arrangement), rencana (program). Istilah sistim berasal dari bahasa Yunani sistim yang mempunyai pengertian sebagai berikut : 1. Suatu keseluruhan, yang tersusun dari sekian banyak bagian (Whole compoused with several parts) 2. Hubungan diantara bagian bagian secara teratur (an organized, Iunction, relationship among unitsor components) 3. Kumpulan benda benda, himpunan alat-alat, himpunan gagasan (ide), hipotesis atau teori, atau menunjukan pada metode. Dalam praktiknya istilah sistim paling sering digunakan untuk menunjukan pengertian metode atau cara sesuatu himpunan unsur atau komponen yang saling berhubungan satu sama lain menjadi satu kesatuan yang utuh. O Konsep sistim sebagai suatu metode dikenal dalam pengertian umum sebagai pendekatan sistem (system approach). Pendekatan sistim merupakan suatu cara dalam usaha memecahkan masalah. Pendekatan sistim membantu panyadaran terhadap adanya kerumitan didalam sesuatu masalah.. Misalnya, dalam kasus kemampuan berbahasa Arab dan kaitannya dengan kemampuan menterjemaahkan ayat ayat Al Quran. Padahal, jika dikaji lebih cermat diketahui bahwa kemampuan yang rendah itu bukuan merupakan Iaktor penentu satu satunya. Sebab, relitasnya Iaktor ayang menentukan rendahnya kemampuan menterjemaahkan ayat ayat Al Quran tidak hanya satu Iaktor saja. Bisa jadi karena Iaktor kurikulum yang dipaksakan, metode pengajaran yang diterapkan, laboratorium bahasa yang tersedia, alokasi waktu yang disediakan atau juga karena gaya mengajar guru, dan lain lain.
PENDEKATAN SISTIM TERHADAP PERENCANAAN PENDIDIKAN, hlm 2 darl 8
Pendekatan sistem (System approach) sangat sulit dideIinisikan, seyogyanya paera perencana pendidikan lebih berhati hati didalam mendeIinisikan dan menempatkannya secara spesiIik. Kehati hatian itu akan sangat membantu didalam merumuskan permasalahan dan berbagi kemungkinan pemecahannya. Menurut West Churcman, seperti dinyatakan Tatang, melukiskan bahwa penedekatan sistim bermula jika anda memandang dunia ini dari kacamata orang lain. Hal itu terus berlangsung, katanya, untuk menemukan kenyataan bahwa setiap pandangan dunia itu amat terbatas, dan tidak seorangpun yang piawai, ahli dalam pendekatan sistim. Menurut Ryans Sisitim merupakan susunan elemen yang ditunjuk (obyek, orang, kegiatan kegiatan, cerita inIormasi dsb) yang terhubung dengan proses atau struktur yang biasa dianggap berIungsi sebagai organisasi dalam menggarakan hasil obeservasi (atau kadang kadang merupakan semata). Berdasarkan kaidah ini, pendekatan sistim dalam perencanaan, ada elemen yang saling berhubngan, baik lantaran proses maupun lantaran didesain strukturnya sehingga setiap pungsinya merupakan satu kesatuan yang bekerjasama untuk menghasilkan suatu hasil atau produk. Akibatnya seseorang perencana harus memperhatikan variable dan kendala kritis, serta akibat interaksi berbagai variable. Dalam kaitan ini, KauIman (1973: 10) menegaskan bahwa pendekatan sistim merupakan cara mengidentiIikasi kebutuhan, menyeleksi masalah, menyusun identiIikasi persaratan solusi masalah, membuat beberapa alternative solusi, mengevaluasi hasil, merepisi persyaratan pada sebagian atau seluruh sistim terkait dengan keterbatasan memnuhi kebutuhan. Dalam pendekatan sistim pendidikan diposisikan sebagai proses menejemen yakni prosedur, monitor, kegiatan untuk memberikan penilaian perkembangan (kegiatan) dengan teliti berdasarkanm criteria yang baku (criterion standard). Langkah pelaksanaannya adalah menetapokan hubungan antara sub sistim, menetapkan kualiIikasi subyek pelaksana sistim, menentukan mekanisme pengambilan keputusan, menerntukan jenis dan jumlah upah atau insentiv, memonitor proses kegiatan, mengukur kesesuaian hasil denngan rancangan yang telah ditetapkan, serta menyiapkan rancanagan perbaikan bagi proses dan hasil yang tidak sesuai dengan rancangan awal.
PENDEKATAN SISTIM TERHADAP PERENCANAAN PENDIDIKAN, hlm 3 darl 8
Menurut KauIman memepergunakan pendekatan sistim sebagai proses pemecahan masalah secara lojik yang dapat diterapkan dengan cara mengidentiIikasi dan memecahkan masalah masalah pendidikan yang penting. Mempergunkan pendekatan sistim menuntut pemahaman bahwa, setiap benda atau sistim itu berada (menjadi bagian) dari sistim yang lebih besar atau lebih luas, sehingga semua benda dengan sesuatu cara dalah asaling berkaitan. Semakin maju perkembangan berpikir umat manusia, semakin menghendaki adanya hasil penerapan pendekatan sistim yang lebih obyektiI dan tepat. Keinginan ini, menurut Tatang M amirin, terwujud dalam bentuk berkembangnya tek nik teknik pemecahan masalah (Problem Solving) yang tinggi, canggih (Sophisticated), seperti analisis statistik, model simulasi dan sistim inIormasi yang mmepeergunakan computer. Pendekatan adalah sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses belajar mengajar yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang siIatnya masih umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, melatari, metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Pendekatan sistim adalah merupakan kebijakan dalam memandang benda/peristiwa dalam hidup sebagai sistim yang digunakan dalam pemecahan masalah serta proses pemecahannya. B. KEUNTUNGAN MEMAKAI PENDEKATAN SISTIM (Menurut Depdiknas 1982/1983 : 22) adalah sebagai berikut : 1. Misi, sasaran, dan tujuan dapat dijabarkan lebih luas. 2. Setiap program selalu dikaitkan dengan sasaran dan tujuan. 3. Orientasi egiatan selalu diorentasikan k3epada hasil akhir. 4. Perencanaan dipab dang sebagai bagian dari keseluruihan kegiatan pendidikan. 5. Sumber daya manusia dan sumber dana digunakan lebih eIektiI sesuai alokasi kontribusinya pada pencapaian tujuan. 6. InIormasi untuk perencaanna dan mengabilan keputusan dapat dirancang dan dikelola secara terpadu sehuingga sasaran serta cara- cara pencapaiannya dapat lebih eIektiI dan eIesian.
PENDEKATAN SISTIM TERHADAP PERENCANAAN PENDIDIKAN, hlm 4 darl 8
7. Semua uapaya diarahakan pada sasaran sehingga pemborsan dapat ditekan seminimal mungkin 8. Administrator dalam di nialai lebih obyektiI alantaran sasaran lebih jelas. 9. Administrator dapat mengembangakan kreatiIitas dalam batabatas kewenagan yang telah ditetapakan sepanjang mereka tetpa berorientasi pada tujuan akhir. 10. Pertangungan jawab sdapat dirumusakan secara lebih jelas dan oprasionala. 11. Unpan balik dapat diperoleh semua tingkat otoritas dalam orgainasi pebndidikan sehingga penyimpangan dalam usaha pencapaian tujuan cepat diidentiIikasi. 12. Komunikasi antar komponen dapat dib8na dengan lenih baik sehingga kesalaha pahaman dapat dikurangi 13. pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dapat dilaksanakan secara lebih baik. C. 1ENIS SISTIM Sistim terdiri atas dua jenis yaitu sistim terbuka dan sistim tertutup yang masing-masing memeliki karakteristik tersendiri. Karakteristik sistim terbuka . a. BersIat sinergis dengan lingkungan b. Feedback : perbaikan terus menerus berdasarkan hasil balikan dari seluruh arangakaian kegiatan sistim c. Cyclical : Hal ini sebagai kelanjutan dari korekyiI. Sistim bersiIat mengulangi kegiatan seberlumnya atau repetitive. d. Kreative : penekatan sistim bersiIat kreatiI ' The Sistim approach mush bee creative one that Iocuces on goal Iirst and methods second e. Negontropy : Sistem yang terbuka memiliki kekuatan penghalang dari kehancuran atau kemusnahan, makala dipenuhi karakter dipenuhi oleh karakter kreatiI dan Repetitive. Dengan karakter tersebut akan terjadi pertahanan dalan diri sistim (SelI DeIence).
PENDEKATAN SISTIM TERHADAP PERENCANAAN PENDIDIKAN, hlm 3 darl 8
I. Steady state, yakni kemapanan keajegan, keseimbanga internal saat terjadi dinamika inIut autIut. g. Growth and Expancy, yakni tumbuh dan semakin meluas sebagai akibat lanjutan dari karakter sistim yang kreatiI dan negontrophic h. Balance between maintenance (beli, pelihara, rekrutmen, dst) untuk bertahan hidup and adaItive activities (perencanaan dan pengembangan yang menghitung realitas lapangan secara jeli dan teliti supaya sistim tetap bertahan hidup) i. EquiIinality dalam pendekatan sistim terdapat kesamaan nilai dari ujung proses suatu kegiatan. InIut dapat memilki keragaman kualitas namun diproses dengan perlakuan dan pesyaratan yang sama maka jenis kualita autputpun, relative dalam level kualitas yang sama (Indicate to Dymamic homeostatis or the steady state) Karateristik Sistem Tertutup Adalah sama sekali tidak berhubungan dengan yang lain, memeliki batasan ayang jelas terpisah dari lingkungan sistim bereda (It does not hape shut interaction witeha and vironment). Dalam jangka waktu lama dan berkelanjutan, sesungguhnya sitem yang tertutup seperti mesinpun tetap dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. D. KEPENTINGAN PENDEKATAN SISTEM Dengan melihat berbagai karateristik sistim baik yang terbuka maupun yang tertutup kita dapat melighat beberapa keuntungan membuat perencaan dengan pendekatan sistim, yaitu sebgai berikut : 1. Pendekatan sistim mengkonsptualisasi organisasi sebagai satu kesatuan, tidak terpisah-pisah, dan kerenanya tidak dilihat dari bagian bagiannya maka setiap bagian atau anggota bersikap sebagai satu kesatuan 2. terampil mengidentiIikasi dan memahami lingkungan kemudian diidentiIikasi ketarkaitannya pada sistim yang dikelola 3. Memahami penting stabilitas dan atau perubahan dari organisasinya 4. Merekayasa alternative masukan dengan proses kegiatan
PENDEKATAN SISTIM TERHADAP PERENCANAAN PENDIDIKAN, hlm 6 darl 8
Harvey LJ menegaskan kepentingan pendekatan sistim dalam membuat prencaan pendidikan adalah sebagai berikut : 1. Lembaga-lembaga pendidikan telah semakin kompleks dan semakin sulit untuk dikelola dengan cara-cara tradisional yang kurang berorientasi pada tujuan, untuk menyelesaiakan tugas-tugas sesuai denghan tuntutan perkembangan pendidikan. 2. Perubahan semakin cepat sementara seorang administrator tidak mungkin menangani segala bidang. Karena itu perlu pendekatan baru 3. banyakan perencan pendidikan bersiIat amatir. Mereka disiapkan untuk jadi guru dan petugas pendidikan lainnya. Dalam keadaan demikian pendekastan sisten sangat diperlukan. 4. Diperlukan penggunaan dana yang eIesien dan eIektip dalam menanggulangim kesalahan perencana dan pengelolaan pendidikan. Krena itu penedekatan sistim sangat diperlukan. 5. Kepercayaan masyarakat terhadapa organisasi pendidikan perlu ditingkatakan, melalui eIesiensi dan eIektipitas kerja sistim pendidikan yang terencana. Dengan melihat berbagai karakter sistim juga, kita dapat membuat catatan lain yakni bahwa sistim bukan segala-galanya keterkaiatan dana keterganmtungan anatar unsur Adalah satu hal tapi keingaianan perubahan yang drastis untuk membuat loncatan-loncatan baru adalah hal lain yang justru akan merubah konstruk dan konsep suatau organisasi yang sudah disistemkan. Sejalan dengan keterangan tentang sistim tersebut serta menayadarai liputan kerja dalam kegiatan perencanaan yang cuklup luas, maka pekerjaan perencanaan dengan pendekatan sistim akan jadi terdukung untuk menurunkan rincian kegiatan lainnya. Bentuk kegiatannya berawal dari mengidentiIikasi kebutuhan, menyeleksi permasalahan, mengidentiIikasi barang atau bahan /syarat pemecahan masalah, menginpentarisasi berbagai kemungkinan penecahan masalah, cara cara melaksanakan kegiatan, menilai hasil kegiatan rancangan secara terus menerus, dan kesiapan untuk terus merepisi kebijakan yang salah
PENDEKATAN SISTIM TERHADAP PERENCANAAN PENDIDIKAN, hlm 7 darl 8
sehingga hasil akhir betul betul dapat meminimalisasai kerugian yang ditimbulkan. Tentu saja Iaktor waktu harus betul betul dipertimbangkan. Jangan sampai terjadi, baik hati. hatinya mengidentiIikasi, menyeleksi, merepisi, dan menilai hasil sementara, lantas keputusan atau kebijakan membuat perencanaan malah tidak pernah selesai. Dalam dunia pendidikan islam, pendekatan sistim dalam perencaan ini berarti proses kegiatan memecahkan permasalahan pendidikan umat secarata rational, logis, dengan mengidentiIikasi dan memecahkan kembali permasalan penting pendidikan. semuanya diorientasikan pada sasaran atau tujuan yang dijangkau. Intinya terletak pada bagaimana membuat cara/alat /konsep berpikir yang mampu memecahkan masalah pendidikan umat islam secara sistimatik dan obyektiI. Segera harus diberi catatan, bahwa cara/alat/konsep berpikir tersebut akan sangat berpariasi, terkait dengan tingkat jangkauan pekerjaannya. Jangkauan dalam bentuk sasaran kegiatan (Purpose) berada de ngan jangkauan tujuan akhir kegiatan atau (obyektiI) dan tentu berada pula dengan tujuan komIrehensiI kegiatan yang dicapai melalui perencaan strategi. E. KESIMPULAN Pendekatan sistim (system approach) dalam perencanaan pendidikan adalah sebuah cara dalam memecahkan persoalan (problem solving) dengan memandang persoalan sebagai sebuah sistim yang masing-masing subnya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Ia sanggup memandang secara cermat dan tepat seluruh Iaktor pendidikan dan menetapkan pendidikan sebagai sistim yang all inclusive. Kelebihan pendekatan ini tidak saja karena ketepatan melihat maalah- masalah pendidikan, sistematika, tidak parsial, hemat waktu, dan memungkinkan analisis data yang kompleks dengan level cost yang relative rendah dan membantu melakukan determinasi strategi perencanaan yang bagus.
BEBERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN
Oleh : Asep Sopyan Nurdin, SAg. Uus Kusnadi, SE
PROGRAM PASCA SAR1ANA MAGISTER MANA1EMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG 2011
EERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN 1 darl 10
PENDAHULUAN
Pendidkan merupakan usaha orang sadar untuk menyadarkan yang belum sadar, usaha untuk memanusiakan manusia, usaha untuk meng-estapetkan pemeliharaan alam, dan usaha untuk memberikan kemampuan dalam mereIleksikan aturan-aturan baik aturan buatan manusia maupun aturan buatan Tuhan/Allah. Pendidikan sangat penting untuk diperhatikan, dirumuskan dan direncanakan secara matang. Sebuah contoh di Jepang ketika Hirosima dan Nagasaki dibom oleh sekutu, kaisar jepang pada waktu itu memanggil seluruh masyrakat dan mengumpulkanya, kemudian bertanya, siapa guru yang masih hidup ? dari pertanyaan ini kita bisa menarik istimbat, begitu diperhatikannya pendidikan, yang ditanya bukan berapa orang tentara atau politikus yang masih hidup tapi guru, sehingga mereka dapat lebih meningkatkan kegiatan dalam bekerja dan memperbaikai sistem pendidikan, terbukti smpai sekarang, dan dalam kehidupannya datanamkan moto ' Kai:en` yaitu sungguh- sungguh dan terus menerus bekerja meskipun hal yang kecil. Sebenarnya moto itu sudah ada dalam islam ' Rasulullahi SAW bersada ; ahabbul amal indallahi adwamuha wain qolla amal yang paling dicintai oleh Allah yang teus menerus dikerjakan meskipun kecil. Menrut hadits ini yang seharusnya lebih maju, lebih berkembang, lebih sejahtera, lebih disiplin, teratur seharusnya kaummuslimin termasuk didalamnya kita. Tapi kenyataanya kita bisa melihat sendri, dilihat dari segi pendidikan ketingalan jauh malah di bawah Malesia, dari segi prodak memang ada tapi masih minim jauh dari harapan, malah sangat memalukan karena yang diekspor itu para TKW untuk dipekerjakan dan diperas tenaganya malah ada yang tidak dibayar lebih sadis lagi disiksa dan dibunuh, lebih keras dari pada jaman Rodi atu Romusa. Dari situlah kita perlu merenung, memperhatikan dan merencanakan pendidikan untuk masa sekarang dan yang akan datang. Perencanaan sangatlah penting karena tanpa perencanaan sangatlah lemah dan rapu, perencanaan yang matang disertai oleh pengorganisasian yang kokoh, dilaksanakan oleh para
EERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN 2 darl 10
anggota yang amanah serta pengawasan yang tidak memilih dan memilah dan evaluasi yang ketat maka pendidikan Insya Allah akan bermutu baik Dalam hal ini penulis akan mendiskriIsikan corak dan model-model pendekatan dalam perencanaan pendidikan. Seperti corak perencanaan komprehensiI, perencanaan induk,perencanaan strategi, perencanaan ekuiti, kemudian dalam model-model perencanaan seperti Intra educational atau extrapolation model, the demograIhic projection model, social demand opproach, manpower approach dan cost beneIit analysis. A. PENGERTIAN Sebelum kita membahas masalah Pendekatan dalam Perencanaan perlu kita magetahui terlebih dahulu apa pendekatan (approach) dan apa perencanaan (plening)?. Pendekatan adalah suatu proses usaha atau perbuatan untuk mengenal dan mengidentiIikasi aspek-aspek yang dituju. Sedangkan perencanaan adalah Sebuah proses untuk mengarahkan aktivitas manusia dan kekuatan alam dengan mengacu pada kondisi pada masa depan yang diinginkan,(Branc, 1998:2). Suatu linkaran proses yang berulang dari serangkaian tahapan- tahapan yang logis, (meise and volwahsen 1980:3-5) Perencanaan merupakan proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang ditentukan (Fakry GaIIar, 1987:14). Perncanaan adalah keputusan menetapkan Iormulasi kegiatan yang baik, benar,argummen jelas, sistematis, yang diproyeksikan untuk mencapai tujuan yang valid dan bermakna, sesuai kebutuhan sabjek terhadap sasaran perencanaan (Sanusi Uwes : 2003). Dari uraian di atas saya berpendapat perencanaan adalah seperangkat pengarahan atau pengaturan tindakan untuk memecahkan berbagai permasalahan, dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. B. KA1IAN TEORI 1. Keragaman Corak Perencanaan Pendidikan a. Corak Perencanaan Komprehensif Melihat dari artinya komprehensiI yatu menyeluruh, analisis dalam perencanaan ini dilakukan secara menyeluruh dari semua asIek kehidupan, ekonomi, social, budaya dan sebagainya. Proses perencanaan komprehensiI
EERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN 3 darl 10
dilakukan secara sekuensial atau urut, langkah-langkahnya meliputi; 1. pengimpulan dan pengolahan data 2. analisis 3. perumusn tujuan dan sasaran perencanaan 4. pengembangan lternatiI rencana 5. evaluasi dan seleksi rencana 6. penyusunan dokumen rencana. Dalam perencanaan ini siIatnya menyeluruh dan yang menentukan pusat, perncanaan ini biasanya tidak memandang yang minoritas dan kadang terjadi ketidak adilan karena sesuatu hal kebijakan yang siIatnya umum. b. Corak Perencanaan Induk Master plening biasanya diterapkan pada rencana sub program atau satu disiplin seperti pada perencanaan pendidikan atau perencanaan perokonomian atau perencanaan pembangunan, perencanaan master plening dan perencanaan komprehensip mempunyai ksemaan baik dari segi prodak akhir maupun dari sekuensialnya. c. Corak Perencanaan Stretegis Dalam menentukan perncanaan pendidikan sangat tergntung pada analisis terhadap lingkungan baik internal maupun external merupakan langkah yang sngat penting dalam memperhitungkan kekuatan/strengths, kelemahan/weaknesses serta peluang/opportunities dan ancaman/threats yang ada di luar linkungan organisasi pendidikan. Analisis terhadap unsure-unsur tersebut sangat penting dan merupakan dasar bagi perwujudan visi dan misi serta stratejik perumusan perencanaan pendidikan. Analisis lingkungan mempunyai peran yang sangat penting dalam proses menyusun dan mengembangkan secara strtejik. Dari kedua hasil analisis itu daperoleh gambaran menyeluruh tentang situasi dan kondisi organisasi dari berbagai aspek baik internal maupun eksernal, serta memperhatikan visi,misi dan nilai-nilai barulah disusun asumsi, kemudian dikembangkan kearah penyusunan rencana stratejik pendidikan yang tepat. Analisis harus cermat dan teliti, karena ancaman terhadap organisasi dapat saja menjadi peluang yang lain. Dalam pelaksanaan analisis dapat menggunakan SWOT. Pentingnya analisis lingkungan dalam penyusunan rencana strtejik pendidikan adalah;
EERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN 4 darl 10
a. Untuk menetahui peluang-peluang yang spesiIik ada dalam lingkungan organisasi pendidikan. Hal ini diperlukan untuk manajemen tingkat atas (top managemen) untuk menetapkan keterampilan utsms serta sumberdya yang dapat diterapkan pada peluan spesiIik yang ada. Untuk meningkatkan ataupun memperingatkan organisasi akan adanya Iaktor atau unsur dilingkungan organisasi yang mungkin akan membahayakan organisasi di masa depan. 1. Analisis lingkungan internal untuk mencermati kekuatan dan kelemahan internal organisasi pendidikan meliputi: a) Struktur organisasi secara rinci termasuk susunan dan konstalasi kepengurusannya. b) Sistem organisasi dalam mencapai eIektivitas organisasi pendidikan c) Kuantitas, kualitas dan tingkat pemberdayaan sumberdaya yang mencakup sumberdaya manusia dan sumberdaya alam termasuk kemempuan keterampilannya. d) Biaya operasi berikut sumber-sumber dannya. e) Faktor-Iaktor lain yang menggambarkan dukungan terhadap proses kinerja/misi organisasi yang sudah ada, maupun secara potensial dapat muncul dilingkungan internal organisasi pendidikan. 2. Analisis llingkungan external Analisis lingkungan ekternal seperti dalam bidang ekonomi, social budaya, ekologi, politik dan keamanan. Mencermati peluang dan ancaman yang ada dilinkungan external organisasi sendiri yang meliputi beberapa Iactor dan dapat dikelompokkan: a) Lingkungan ekonomi merupakan suatu kerawanan bai kebanyakan organisasi, karena analisisnya menyangkut ekonomi tingkat nasional, misalnya masalah keuangan Negara, tingkat imIlasi, suku bunga, pinjam luar negri dan sebagainya yang akan memberikan dampak terhadap kinerja organisasi pendidikan.
EERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN 3 darl 10
b) Lingkungan si\osial budaya, merupakan hal yang penting dalam kehidupan organisasi pendidikan karena menyangkut sikap social dan nilai-nilai budaya. Trasparansi dan keterbukaan merupakan suatu tuntutan yang ahrus dilaksakan olehsetiap organisasi, untuk lebih memberikan kepercayaan kepada komponen organisasi,terutama terhadap pemerintah. Dan kritik dari masyarakat harus diperhatikan untuk lebih meninkatkan berbagai asIek kehidupan terutama dalam hal pendidikan. c) Lingkungan hidup, merupakan yang sulit dianalisis. IdentiIikasi tentang keccenderungan dan peluang sangat sulit dilakukan, karena sangt tergantung terhadap kemapanan (maturity) lingkungan, belum ada pembakuan yang disepakati bersama, termasuk dalam lingkungan hidup ini. d) Lingkungan politik, merupakan kebijakan-kebijakan pemerintsh yang berkaitan dengan bidang kegiatan organisasi pendidikan yang harus berkorespeondensi dengan kebutuhan pendidikan dan jangan sampai bertolak belakang apalagi menghambat tercpainya tujuan pendidikan. e) Lingkungan keamana, terutama bagi Indonesia masa kini merupakan asek yang perlu dipertimbangkan denganteliti, masalah keamanan sangan berpengaruh terhadap kehidupan dan kelangsungan suatu organisasi, terutam yang mempunyai kegiatan yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat. d. Corak perencanaan ekuiti. Diakhir abad ke 20 tidak hanya pendekatan perencaan strategis saja yang muncul, tapi jug perancanaan ekuiti. Tipe ini secra progresiI mempromosikan kepentingan umum bersama yang lebih besar atau tidak hanya kepentingan satu kelompok saja, sekaligus menantang ketidak addilan yang banyak diperankan oleh perencanaan komprehensiI yang banyak melihat kepentingan secara makro dan banyak menindas dan sering berbuat tidakadail terhadap kelompok minoritas.
EERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN 6 darl 10
Maka perencanaan inilah yang menjembatani antara kepentingan-kepentingan mayoritas dengan tidak mengenyampingkan kepentingan minoritas. 2. Model-model Pendekatan dalam perencanaan. a. Intra educational atau extrapolation model. Konsep ini sulit dan rumit, terlebih manakala terlibat kedalamnya berbagai pilihan perubahab dari satu ke lain bagian. Cara kerjanaya menghitung implikasi kuantitatiI dari karakter yang menjadi target pendidikan. Bila ingin mencapai target tertentu pada tahun tertentu, maka perencanaan pendidikan harus mengekstrapolasi dari angka-angka yang ditargetkan kepada angka-angka lain. Oleh karena itu perncanaan model ini sedikit agak rumit, sebab setiap bahan ajar yang kita targetkan mungkin akan sulit tercpai kalau penunjang terhadap kegiatan itu belum terpenuhi, seperti target kita ingin mencetak siswa yang berkulitas dalam bidang ilmu pengetahuan alam, maka sarana yang mendukung harus terpenuhi, seperti guru yang berkualitas, gedung, laboraturium, waktu yang disediakan dan alat-alat praga yang lainnya yang menunjang terhadap proses pendidikan tersebut, begitu juga dengan target materi yang lain. b. The demograIich projection model. Merupakan pendekatan yang secara imajinatiI bersiIat menyeluruh. Model ini menyiapkan parameter pokok dalam menghitung jumlah penduduk(pariabel tingkat kelahiran yang dikaitkan dengan cohort besaran usia)terkait dengan system pendidikan masa depan yang harus dipersiapkan. Dari sini diproyeksikan kepada unsure-unsur lain pendidikan seperti komposisi jumlah anak didik pada usia tertentu, pada tahun tertentu, kemudian diimplikasikan kepada besaran distribusi pelayanan, tingkat pendidikan, maupun tahun-tahun yang ditargetkan sesuai dengan tingkatan dan usia anak didik (the size oI age cohort). c. Social Deman Approach (Pendekata Tuntutan Sosial) Model ini merupakan bentuk yang paling umum yang menggambarkan kebijakan pendidikan yang dipengaruhi oleh ekspresi kepentingan dan kebutuhan masyarakat yang ada. Karena itu dari sudut yang berbeda, model ini keluar dari analisis ekonomi serta tidak dapat dikalkulasikan baik oleh manpower model atau rate oI return models. Model ini sangat strategis manakala perencanaan
EERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN 7 darl 10
pendidikan diorientasikan kepada pencaaian tujuan masyarakat secara umum, seperti kasamaan hak asasi, penekanan pada otentisitas budaya, dan upaya melegitimasi distribusi kekuatan politik. Atau model ini diorientasikan kepada kebutuhan sebagian masyarakat seperti regional tertentu, kelompok bahasa tertentu, yang pada hakekatnya menjadi tantangan dari kepentingan seseorang. Pada dasarnya hampir semua unsur terkait dengan model pendekatan social ini, meskipun konsep dan kontek berubah dari waktu ke waktu. Pada dunia pendidikan tinggi model ini terkait dengan jumlah tuntutan individu pada pelayanan endidikan sesuai dengan biaya yang ditentukan. Ada enam Iaktor yang menetukan kebutuhan yaitu demograpich, pendidikan, Iinancial (pendapatan dan biaya pendidikan), budaya dan masyarakat (realitas perbedaan), pelayanan (keadaan dan kualitas pelayanan), dan pilihan-pilihan individu (harapan pengembalian biaya). d. Manpower approach ( pendekatan ketenaga kerjaan). Pada umumnya merupakan prioritas pendidikan pada Negara- Negara berkembang, tekanan terhadap ekonomi sangat kuat. Asumsinya adalah bahwa perkembangan ekonomi tidak mungkin dilaksanakan tanpa dukungan tenaga kerja yang terampil (berpikir ilmiah, bertindak proIessional, serta etis dalam hubungan social). Dalam pada itu pemerataan kesempatan pendidikan merupakan tuntutan bangsa yang berdemokrasi dan berorientasi kerakyatan. Bentuk aksinya kewajiban belajar. Pendekatan eIektivitas menegaskan pentingnya eIesiensi dalam pemanIaatan dana, sehingga kemampuan budget pemerintah dapat dimanIaatkan secara optimal. Pada pendekata manpower ini, inti permasalannya terletak pada etimasi kebutuhan ekonomi nasional. Pada prguruan tinggi, pendekatan ini terkait dengan pertumbuhan ekonomi yang harus dibarengi dengan penyapan tenaga terampil, dan harus direncanakan berdasar kebutuhan masyarakat terhadap buruh. Kemudian keterampilan SDM harus diramalkan, hasilnya dapat dibandingkan dengan dengan angka pendaItar di perguruan tinggi. Ada beberapa metode untuk membedakan dalam meramal kebutuhan SDM.
EERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN 8 darl 10
a. Metode meramal pekerja. Peramalan jenis pekerjaan itu penting, walau hasil survei tentang lowongan kerja masa depan aga suram. Terdapat inkonsistensi yang tinggi sebagai hasil dari penurunan respon para pekerja, sebab kurangnya deIinisi yang sama dari kualiIikasi, dan sebab ketidksamaan pasaran kerja. b. Metode perbandingan. Metode ini menghitung ramalan persyaratan masa depan SDM melalui observasi hubungan antara strukutur pekerjaan dan struktur pendidikan pada Negara-negara terpilih yang secara ekonomi ada dibarisan terdepan. Berdasarkan hipotesis penyimpangan universal dari pertumbuhan, metode ini kesimpulannya bersiIat kasar. c. Metode ratio pekerjaan. Maksud metode ini adalah membagi secara adil jenis-jenis SDM kepada parameter populasi; tenaga kerja atau buruh, segmen lain dari buruh terampil, pendaItar pendidikan tinggi, keperluan jenis pelayanan, rasionya diproyeksikan kepada perkiraan persyaratan masa depan. d. Metode 'Iixed coeIIicient. Metode ini berdasrkan kepada struktur ramalaan pekerjaan, produktiIitas buruh, output tiap industri, dan melalui kesamaan pekerjaan dan kualiIikasi pendidikan tinggi. Ramalan sector kebutuhan spesialis dan pendaItar dibuat sebagai dasar hubungan pasti. e. Ramalan persyaratan SDM untuk spesialis sebagian penduduk. Ratio output buruh, matrik input-output, coeIIicient staI, dan ratio pekerjaan dikombinasi untuk mengistimasi jumlah spesialis yang akan dilatih untuk pekerjaan khusus seperti dokter atau guru. e. Cost Benefit analysis ( Analisis biaya dan keuntungan). Model ini menggambarkan investasi untuk menaikan pendapatan investor. Model ini terkait dengan konsep-konsep tehnik dan penelitian mengenai ekonomi pwndidikan. Prinsip utama pendidikan melalui perjitungan untung dan rugi adalah pendidikan merupakan investsi sumberdaya manudia (human capital investment). Karena itu biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pendidikan harus dapat dikembalikan. Ini
EERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN 9 darl 10
dalam sekala individu mudah diperhitungkan, tapi dalam sekala makro atau nasional sangat sulit di prediksi. Yang penting untuk perencanaan dengan metode eIektiIitas baya (cost eIIectiveness methods) dipergunakan sebagai cara perbandingan antara perkembangan ekonomi dengnan kegiatan pelatihan.
EERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN 10 darl 10
DAFTAR PUSTAKA
-Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka 2007, W. J. S. Poerwadarminta. -Perencanaan Pembangunan Pendidikan Nasional dan Dadaera, Deskripsi mata kuliah S2, ProI. Dr. Sanusi Uwes. -Konsep Perencanaan Strategis, Persentasi. ProI. Dr. Ir. Achmad Junaedi. -Manajemen Strategi, H. Yaya S Permana D
RUANG LINGKUP MASALAH PENDIDIKAN
Disusun oleh : ACEP SUPRIATNA, S.Pd NIS. 4103810311075
PROGRAM PASCA SAR1ANA MAGISTER MANA1EMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG 2011
RUANG LINGKUP MASALAH PENDIDIKAN, hlm 1 darl 3
RUANG LINGKUP MASALAH PENDIDIKAN
I. Pendahuluan Permasalahan adalah aktivitas atau kejadian yang menyimpang dari seharusnya terjadi. Kebutuhan akan perencanaan pendidikan muncul sebagai akibat semakin intensiI dan kompleknya permasalahan yang muncul dalam masyarakat modern. II. Isi Ruang lingkup yang menjadi bahasan Perencanaan Pendidikan (Rendik) meliputi: visi, misi, subjek dan objek pelayanan, proses operasional, tugas-tugas setiap subjek, pemahaman yang jelas mengenai hubungan antara pendidikan, urbanisasi, transportasi, perencanaan ekonomi, dan perencanaan-perencanaan lainnya. Rendik juga berkaitan dengan kompleksitas masyarakat modern, sehubungan dengan urbanisasi, populasi, keperluan SDM, ekologi, menurun dan terbatasnya SDA, aplikasi pengembangan ilmu, keragaman kebutuhan pasar. Kesemuanya kaitan tersebut merupakan bahan acuan untuk menyusun rencana kurikulum, rencana physik, rencana dana, rencana administrasi, rencana bangunan, dan sebagainya. Berdasarkan kompleksitas keterkaitannya, maka kegiatan atau aktivitas rendik dapat dikatagorikan sebagai berikut : 1. Secara umum dapat disebut riset, teori dan teknik pembangunan, rancangan pemerintah pusat, daerah, dan rendik sekolah lokal. 2. Secara fisik, rendik diaplikasikan pada jangka panjang, menengah, dan jangka pendek pembangunan sekolah, layout pembangunan sekolah, kriteria lingkungan bagi aktivitas belajar, etika, dan riset teknologi. 3. Dilihat dari kegiatannya yang tersangkut paut dengan realitas sosial, rendik merupakan survai kebutuhan masyarakat, terkait dan berimplikasi pada rencana kurikulum, strategi belajar, survai kebutuhan SDM dan masyarakat, desain phisik, dan interaksi individu dan masyarakat. 4. Dilihat dari sudut administrasi, rendik dapat disebut sebagai kontrol pembangunan, pembuatan keputusan, manajemen dan pelaksanaan, kontrol
RUANG LINGKUP MASALAH PENDIDIKAN, hlm 2 darl 3
persediaan barang, rencana transportasi, dan survai perencanaan sekolah. Dari sudut administrasi bahwa rendik dapat dikatagorikan secara makro, messo, dan mikro. 5. Dilihat dari keleluasaan otoritas pejabatnya, rendik tersebut dapat dibagi pada katagori strategik, manajerial, dan operasional. Tetapi apabila dilihat dari pelaksanaan system secara keseluruhan, maka rendik terdiri atas : 1. Perencanaan perbaikan. 2. Perencanaan pengembangan. Jenis dan bentuk kegiatan rendik terdiri dari : 1. Mempelajari kehidupan sosial (what has been). 2. MengidentiIikasi dan mendokumentasikan kebutuhan-kebutuhan (diIormulasi dalam bentuk-bentuk terminologi produk dan proses) Berdasarkan studi ruang lingkup pendidikan rendik meliputi : 1. Where are we now or what it is (realitas kini) 2. Where are we to be or what should be (mimpi atau masa depan) Where are we now (realitas kini) adalah seluruh elemen pendidikan merupakan sasaran rendik. Uraian berdasar Iakta-Iakta yang ada (Iact Iinding), bukan berupa kegiatan diagnosa. Data (baik yang kualitatiI dan kuantitatiI) didapat melalaui interviu, kuesioner, test, dokumen, catatan lain, atau observasi (tehnik sederhana), atau perhitungan rumit proyeksi dan komparasi (sophisticated method) Modal awal kegiatan perencanaan, distudi dan didiskripsikan melalui SWOT (strength kekuatan, weekness kelemahan, opportunity kesempatan, treath ancaman) supaya dapat berpikir secara berkelanjutan, saat menghadapi kondisi pendidikan yang akan terus berubah, sejalan dengan realitas perkembangan manusia dan tempat tinggalnya. Dari deskrpsi tersebut, perencana merancang tujuan pendidikan yang kemudian diturunkan pada bentuk, jenis, dan jenjang kurikulum, cara melaksanakannya dari sejak bentuk dan jenis kehadiran atau interaksi guru/pembimbing/ pelatih dengan siswa, penyediaan jumlah dan mutu/ kualiIikasi
RUANG LINGKUP MASALAH PENDIDIKAN, hlm 3 darl 3
guru, dukungan dana, hubungan politik antara sekolah dan pemerintah. Bermodalkan hal itu disiapkan aturan main kegiatan pendidikan. Para perencana pendidikan bertanggung jawab untuk melihat kecenderungan masyarakat, menjawab, dan melaksanakan pengorganisasiannya. Studi kecenderungan ini terkait semakin tingginya keterlibatan kaum muda terpelajar dalam proses pembelajaran. Saat suasana jaman cenderung membesar-besarkan olahraga, musik, dan permainan, maka para perencanapun perlu member perhatian sebagai gambaran komitmennya untuk mendahulukan pendekatan manusiawi dibanding orientasi teknologi, supaya pekerjaan mereka tidak sia-sia. Terdapat dua jenis masa depan (yang sukar ditentukan secara pasti) untuk dideskripsikan : 1. Terkait dengan nilai, aturan, system, atau software. 2. Terkait dengan keadaan phisik, sarana, prasaran, atau hardware. Diperlukan kehati-hatian supaya identiIikasi masa depan tersebut mendekati persis, supaya terhindar dari pemborosan biaya, waktu, dan tenaga institusional. Masalah utamanya adalah (1) bagaimana menentukan kesenjangan antara masa kini dengan masa depan, dan (2) bagaimana analisis (bukan diagnosa) keadaan sekarang secara tepat, persisi, objektiI. Dari dua kegiatan inilah ditentukan Iormulasi tujuan perencanaan. III. Penutup Secara menyeluruh tinjauan rendik mereIleksikan orang, perencanaan kurikulum, strategi instruksional, tinjauan kebutuhan tenaga kerja dan sosial, rancangan Iisik yang dapat meningkatkan interaksi individu dan sosial atau masyarakat. Selain itu juga rendik merupakan kontrol pengembangan, pembuatan keputusan, manajemen operasi, kontrol inventaris, perencanaan transportasi dan gedung sekolah. Dalam pemecahan masalah perlu dirumuskan terlebih dahulu proses perencanaan. Perlu kehati-hatian dalam menyusun perencanaan, sebab kekeliruan dalam merumuskan batasan permasalahan akan berdampak pada kekeliruan merumuskan langkah selanjutnya.
PROGRAM PASCA SAR1ANA MAGISTER MANA1EMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG 2011
PENDIDIKAN SEAGAI PROSES MANAJEMEN, hlm 1 darl 7
PENDIDIKAN SEBAGAI PROSES MANA1EMEN
Penaksiran kebutuhan dan analisis sistem merupakan langkah awal yang perlu ditangani oleh manajemen sekolah dalam membuat perencanaan pendidikan kejuruan. Penaksiran kebutuhan (need assessment) adalah upaya mendeskripsikan keadaan sekarang dan tujuan yang ingin dicapai. Dengan melihat kesenjangan antara dua hal tersebut, akan terlihat kebutuhan apa yang diperlukan oleh lembaga pendidikan kejuruan. Tujuan yang akan dicapai, disesuaikan dengan waktu program yang dicanangkan, yakni dapat pertahun, persemester, percatur wulan, atau bahkan perbulan. Sedangkan analisis sistem adalah upaya mengidentiIikasi persyaratan yang menjadi indikator kegiatankegiatan, unsur atau bagian yang terlibat dalam sistem. Penaksiran kebutuhan tertuju kepada dua pihak yakni murid dan masyarakat (dalam berbagai lapisannya). Dalam kaitan inilah pendidikan merupakan upaya mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap murid pada satu sisi, dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada sisi lain, seperti kebutuhan tentang keterampilan, pengetahuan, dan sikap manusia pembangunan atau penerus kehidupan mereka. Untuk memenuhi hal itu, banyak orang yang mesti dilibatkan mulai dari administrator, pembimbing, guru, perencana, pakar budaya, pakar sosiologi, pakar kurikulum, ahli komunikasi, ahli pembiayaan, dan bahkan ahli bangunan, semuanya secara bersama-sama merupakan manajer proses pendidikan. Mereka bertugas mengidentiIikasi kebutuhan murid dan permasalahannya untuk kemudian menganalisis persyaratan murid dari sisi keterampilan, pengetahuan dan sikap yang nanti dibutuhkan masyarakatnya. Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal I, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktiI mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nasional
PENDIDIKAN SEAGAI PROSES MANAJEMEN, hlm 2 darl 7
berIungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatiI , mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20 tahun 2003 Bab II Pasal 3). Dikarenakan pendidikan merupakan sebuah sistem, maka apabila terjadi kebelumberhasilan dalam sistem pendidikan Indonesia, tidaklah dapat menyalahkan salah satu unsur saja, karena satu unsur dengan unsur yang lainnya saling berkaitan satu sama lain. Dapat dikatakan juga bahwa pendidikan merupakan miniatur dari sistem sosial yang melibatkan berbagai elemen sosial dalam suatu komunitas. Unsur-unsur pendidikan diantaranya adalah: 1) Peserta didik 2) Pendidik 3) Interaksi peserta didik dan pendidik 4) Tujuan pendidikan 5) Materi pendidikan 6) Alat dan metode 7) Lingkungan pendidikan Pendidikan merupakan proses dalam menghasilkan peserta didik yang minimal memiliki keahlian, pengetahuan dan sikap yang baik pada saat mereka lulus nanti dari pendidikan Iormal. Jadi proses pendidikan mempersiapkan warga negara yang minimalnya memiliki keahlian, pengetahuan dan sikap yang baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sebenarnya pendidik tidak hanya berperan sebagai guru saja melainkan sebagai administrator, konselor, perencana, ahli kurikulum dan manajer dari suatu proses pembelajaran. Manajemen pembelajaran meliputi mengetahui kebutuhan peserta didik dan mengenali masalah-masalah pendidikan lalu para pendidik dapat mengaplikasikan langkah- langkah pendidikan sebagai proses manajemen karena sistem pendidikan bertanggung jawab dalam mengenali kebutuhan peserta didik. Sehingga dari proses manajemen tersebut menghasilkan produk pendidikan yang memiliki keahlian, pengetahuan dan sikap peserta didik yang diharapkan.
PENDIDIKAN SEAGAI PROSES MANAJEMEN, hlm 3 darl 7
Manajemen dan Pertanggungjawaban Di dalam manajemen terdapat pertanggungjawaban (akuntabilitas). Seorang manajer pendidikan bertugas sebagai perencana, perancang, dan melaksanakan sistem pembelajaran yang eIektiI dan eIisien serta bertanggung jawab atas kebutuhan yang dibutuhkan oleh peserta didik dan masyarakat. Menurut Lessinger (1970), manajemen yang berhasil adalah yang memiliki pertanggungjawaban terhadap hasil lulusan dari sistem pendidikan tersebut. Tugas utama seorang pimpinan suatu lembaga pendidikan adalah merencanakan, merancang dan mengimplementasikan sistem pendidikan dan pengajaran secara eIisien dan eIektiI dalam rangka merespon kebutuhan murid dan masyarakat. Upaya eIisiensi memIokuskan dirinya pada pengaturan optimalisasi Iungsi dan peran setiap unsur pendidikan, sementara upaya eIektivitas tertuju pada pengaturan bagi pencapaian tujuan, sesuai dengan kelengkapan pemenuhan sumber-sumber. Untuk eIisiensi diperlukan ukuran setiap Iungsi dan perannya, sedangkan untuk eIektivitas diperlukan kejelasan tujuan, waktu, dan ukurannya, kejelasan hubungan antara input dan outcome serta terpenuhinya kebutuhan konstituen strategis. Ciri keberhasilan mereka adalah menghasilkan lulusan/terdidik dengan memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap yang dapat dipertanggungjawabkan. Namun demikian tidak berarti kalau terjadi kegagalan dan kesalahan hanya tertumpu pada para pendidik saja. Sebab terlalu banyak Iaktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan, seperti budaya, interaksi antar unsur yang satu dengan yang lainnya seperti lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakatnya. Dengan demikian manajemen pendidikan tidak hanya mengurus proses pengajaran di sekolah saja melainkan proses-proses yang terjadi di luar kelas. Berdasarkan keterangan tersebut, KauIman (p.11-12) menegaskan enam langkah proses pemecahan masalah, yaitu: 1. Mengenali kebutuhan yang prioritas dan masalah-masalah yang ada. 2. Menentukan langkah-langkah untuk memecahkan masalah-masalah dan langkah-langkah pemecahan masalah alternatiI lainnya. 3. Memilih langkah-langkah pemecahan yang strategis.
PENDIDIKAN SEAGAI PROSES MANAJEMEN, hlm 4 darl 7
4. Menerapkan langkah-langkah pemecahan termasuk manajemen dan pengawasan. 5. Evaluasi. 6. Revisi. Enam langkah sebagaimana tersebut di atas, dapat dibagi pada dua kategori yakni identiIikasi masalah dan pemecahan masalah. Hal ini tidak dapat dikerjakan oleh guru saja. Diperlukan pembagian tugas antara guru dengan administrator sekolah. Guru sebagai manajer pengajaran sementara administrator sebagai manajer pendidikan. Dalam kaitan ini termasuk alat-alat analisis sistem pendidikan adalah analisis misi, analisis Iungsi, analisis tugas dan analsis cara dan manIaatnya. Alat- alat ini bertujuan untuk menentukan asal dan arah tindakan untuk menemukan kebutuhan. Analisis misi mengungkapkan persyaratan total problem. Analisis Iungsi mengungkap aspek lebih rinci setiap bagian dari total problem tersebut. Sedangkan analisis tugas merinci permasalahan kepada unit-unit kecil yang akan dibuat dalam perencanaan. Analsis misi, analisis Iungsi dan analisis tugas ini dengan cara melihat masalah melalui lensa yang beragam dari lensa besar (analsis misi untuk gambaran besar), analisis tugas, lensa sedang (analisis Iungsi untuk rincian besar pada total problem) dan lensa kecil untuk rincian pasti dari tiap bagian kecil. Sesudah mengidentiIikasi semua bagian sistem selanjutnya adalah mengidentiIikasi cara dan alat yang akan digunakan agar benar-benar mendapatkan jalan keluar terbaik untuk mencapai tujuan yang telah diIormulasikan dalam need assessment.
Analisis Misi The mission analysis states the overall goals and measurable performance requirement (criteria) for the achievement of system outcomes (Kaufman, p). Dalam kaitan ini outcomes sangat erat berkaitan dengan perkiraan kebutuhan. Tujuan misi dan kriteria kinerja merupakan spesiIikasi sistem yang direncanakan dan dirancang. Dari sini terlihat sistem pendidikan sebagai tahapan prosedur kerja pendidikan yang menggambarkan asal dan arah yang akan dicapai. Selanjutnya
PENDIDIKAN SEAGAI PROSES MANAJEMEN, hlm 3 darl 7
menggambarkan rancangan manajemen (biasa disebut proIil misi) yakni jalan kecil (pathway) untuk memecahkan masalah. Segera perlu ditambahkan bahwa model keseluruhan pendekatan sistem ini dapat dilihat dari proIil misi yang alur kerjanya dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Mempersiapkan bahan-bahan ajar. 2. MengidentiIikasikan kebutuhan. 3. Menentukan rincian sasaran dan kriteria kinerja. 4. Menentukan sumber-sumber yang ada. 5. Menentukaan cara dan alat. 6. Menyeleksi cara dan alat. 7. Mengembangkan bahan ajar. 9. Menentukan contoh kinerja. 10. Tampilan hasil akhir. 11. Menentukan kriteria revisi. 12. Menerapkan subsistem pengajaran. Contoh proses pemecahan masalah: Situasi : Seorang anak kecil meminta Anda untuk menyusun puzzle. Yang diharapkan : Puzzle yang belum tersusun dapat tersusun dengan rapi. NO. LANGKAH-LANGKAH PROBLEM SOLVING CONTOH PROSES PROBLEM SOLVING 1.
2.
IdentiIikasi masalah.
Menentukan langkah-langkah untuk memecahkan masalah- masalah dan langkah-langkah pemecahan masalah alternatiI lainnya.
Siapkan puzzle.
Cara pertama: a. Puzzle disusun oleh kita. b. Puzzle harus disusun didepan anak. c. Puzzle harus disusun dalam waktu 20 menit. Cara alternatiI: a. Katakan pada anak kecil tersebut bahwa kita tidak
PENDIDIKAN SEAGAI PROSES MANAJEMEN, hlm 6 darl 7
3.
4.
5.
6.
Memilih langkah-langkah pemecahan yang strategis dari cara alternatiI.
Implementasi strategi yang dipilih.
Menentukan penampilan yang eIektiI.
Melakukan pengulangan.
memiliki waktu untuk melakukannya. b. Trial and error. Apabila terjadi kesalahan harus dicoba dan dicoba lagi. c. Cocokkan setiap bagian dengan kontur/bentuk permukaan. d. Cocokkan setiap bagian dengan menggunakan warna. e. Cocokkan setiap bagian dengan menggunakan kontur dan warna.
Pilihlah cara alternatiI lainnya (alternatiI ketiga)
Tampilkan bagian demi bagian dan cocokkan dua atau lebih bagian dengan menggunakan kontur.
Periksa hasil dari langlah kedua.
Apabila satu langkah dengan yang lainnya tidak bertemu, maka lakukan kembali langkah-langkah sebelumnya.
PENDIDIKAN SEAGAI PROSES MANAJEMEN, hlm 7 darl 7
DAFTAR PUSTAKA
KauIman, A. Roger. (1972), Educational System Planning, London: Prentice- Hall, INC.
Ibrahim, R. dan Syaodih, Nana S. (1996), Perencanaan Pengafaran, Jakarta: Rineka Cipta. Syaodih, Nana S. (2005), Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. http://www.alIurqon.or.id/ http://masdiloreng.wordpress.com/2009/03/22/pendidikan-sebagai-proses- pembebasan/ http://sosbud.kompasiana.com/2010/10/03/pendidikan-sebagai-proses- pendewasaan/
PROGRAM PASCA SAR1ANA MAGISTER MANA1EMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG 2011
MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm1 darl 18
MENETAPKAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN
1. TU1UAN DAN KEBUTUHAN Dalam menentukan kebutuhan pendidikan berawal dari pendeskripsian antara "where are we now" dan 'where are we to be" atau antara "what it is" dan what should be. Where are we now Where are we now, dimana kita sebagai perencana sekarang berada? Maksudnya dalam kondisi bagaimana murid, guru, bangunan, perpustakaan, manajemen, kurikulum, proses pembelajaran, pendanaan, serta laboratorium saat si perencana akan memulai kerjanya? Dalam kondisi apa dan bagaimana (what is the existing condition) adanya komponen-komponen tersebut saat si perencana memulai langkah pembuatan perencanaan? Hal itu harus dianalisis sebagaimana adanya. Kegiatan analisisnya adalah mendeskripsikan keadaan sekarang berdasarkan Iakta-Iakta yang ada (Iact Iinding) saat berlangsungnya awal kegiatan, dalam rangka mencapai terminal tujuan berikutnya, atau malah membuat tujuan berikutnya yang lebih proporsional dan adaptiI dengan kekuatan, kemampuan sumber daya yang tersedia. Hal ini berbeda dengan kegiatan diagnosa yang bertujuan mencari dan menemukan kelemahan program yang ada dalam rangka memperbaiki program sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mendapatkan data (baik yang kualitatiI dan kuantitatiI) dapat digunakan tehnik yang sederhana maupun yang canggih. Tehnik sederhana seperti interviu, kuesioner, test, dokumen, catatan lain, atau observasi. Sedangkan tehnik canggihnya melalui perhitungan rumit proyeksi dan komparasi. Pendeskripsiannya melalui SWOT (strength, weekness, opportunity, treath). Pada umumnya untuk mengetahui kondisi terakhir dari objek perencaanaan, sebagai modal awal kegiatan perencanaan, distudi melalui SWOT yang hasilnya berupa deskripsi tentang apa yang jadi kekuatan dan kelemahan yang ada saat kini, peluang dan rintangan apa yang dihadapi, apa kegiatan yang
MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm2 darl 18
ada, baik yang siIatnya individual maupun komunal. Pengetahuan tentang ini penting, lantaran perencana pendidikan dituntut untuk berpikir secara berkelanjutan, disamping menghadapi realitas bahwa kondisi pendidikan akan terus berubah, dan perubahan itu harus didasarkan kepada realitas perkembangan manusia dan tempat tinggalnya. Berdasarkan analisis SWOT terhadap 'apa adanya seharusnya dapat dipahami peluang perkembangan masa yang akan datang, kemauan berubah dari para steakholder, peran penting pendidikan pada kehidupan masyarakat, tingkat keterlibatan orangtua atau masyarakat pada perencanaan pendidikan, peran guru atau pendidik, dan malah peran kegiatan pendidikan terhadap perkembangan pribadi dan masyarakat. Selanjutnya bertolak dari deskripsi tersebut di atas, perencana dapat merancang tujuan pendidikan yang harus dicanangkan yang kemudian diturunkan pada bentuk, jenis, dan jenjang kurikulum, cara melaksanakannya dari sejak bentuk dan jenis kehadiran atau interaksi guru/pembimbing/pelatih dengaan siswa, penyediaan jumlah dan mutu/kualiIikasi guru, dukungan dana, hubungan politik antara sekolah dan pmrintah. Apa yg dapat dan yang harus dilakukan para perencana sesudah itu? Mereka dituntut untuk menyiapkan norma perencanaan pendidikan, cara, indicator dari pencpaian dan tercapainya tujuan, rencana straategis yang dapat dicanangkan, kebijakan, rencana manajemen, rencana operasional, orientasi kemanusiaan vs teknologi, dsb. Para perencana pendidikan punya tanggung jawab untuk menemukan kecenderungan masyarakat serta menjawab persoalan bagaimana kecenderungan tersebut dapat diorganisasi dan bagaimana pengorganisasian tersebut dapat dilaksanakan. Hal ini penting ditegaskan, mengingat pada masa depan keterlibatan siswa/mahasiswa dalam proses pembelajaran, intensitasnya akan semakin tinggi. Hal ini sejalan dengan kebiasaan atau budaya hidup kaum muda terpelajar. Diumpamakan kecenderungan budaya kaum muda untuk olahraga, music, dan permainan jadi demikian menonjol sebagai opsi mencari naIkah kehidupan, maka hal itu berarti olahraga, musik, dan permainan akan menjadi bagian penting dalam situasi pembelajaran. Implikasinya adalah seorang perencana harus mendahulukan pendekatan manusiawi dibanding orientasi teknologi. Selama ini
MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm3 darl 18
cara berpikir demikian kurang diperhatikan, dengan alasan bukan bagian dari pengembangan akademik. Padahal tanpa berpikir demikian, perencanaan adalah perbuatan yang cenderung tidak manusiawi, kurang dapat mengembangkan unsur-unsur kemanusiaan anak didik secara menyeluruh. guru a k t i v i t a s
murid
masa lalu sekarang dan yad
What should be Dalam pandangan IilsaIat, perencanaan adalah upaya untuk menjelmakan suatu keadaan masa yang akan datang. Untuk mencapai masa depan tersebut dibuatlah langkah-langkah yang semestinya. Dalam kaitan ini masa depan merupakan sesuatu yang diasumsikan lebih bagus, lebih baik, lebih tertata dibanding saat perencanaan tersebut dibuat. Terdapat dua jenis masa depan yang perlu dideskripsikan. Pertama, terkait dengan nilai, aturan, system, atau soItware; dan kedua, terkait dengan keadaan phisik, sarana, prasaran, ataua hardware. Namun yang perlu diperhatikan juga adalah bahwa masa depan merupakan sesuatu yang sukar ditentukan secara pasti. Karena itu perlu ekstra hati-hati dalam menentukan tujuan perencanaan, sehingga kesenjangan antara keadaan sekarang dengan keadaan yang diinginkan dalam perencanaan, dapat tergambarkan dengan
MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm4 darl 18
tepat. IdentiIikasi yang benar tentang masa depan, berarti menghindarkan institusi dari pemborosan biaya, waktu, dan tenaga. Dalam kaitan ini masalah utamanya adalah (1) bagaimana menentukan kesenjangan antara masa kini dengan masa depan, dan (2) bagaimana analisis (bukan diagnosa) keadaan sekarang secara tepat, persisi, objektiI. Dari dua kegiatan inilah ditentukan Iormulasi tujuan perencanaan. Proses Formulasi Tujuan Proses Iormulasi tujuan pendidikan, diawali oleh upaya mencermati seluruh komponen yang terlibat dalam kegiatan pendidikan. Hasil mencermati, baik melalui survey, sensus, atau cara-cara lainna, akan melahirkan atau menemukan Iormulasi atau daItar kebutuhan yang paling utama bagi memenuhi masalah tersebut di atas, terkait dengan pelaksanaan pendidikan, skope dan bidang perencanaan pendidikan, perluasan isu pemecahan masalah, eIektivitas analisis masalah, dan kesadaran umum tentang bentuk penyelesaian masalah. Seperangkat prosedur dapat ditetapkan, antara lain sebagai berikut. (1) melaksanakan penelitian untuk menemukan Iakta empirik yang terobservasi dan terukur, sehingga memudahkan perhitungan untuk langkah- langkah selanjutnya; (2) Menggunakan Iakta empirik hasil penelitian sebagai dasar menentukan kebijakan, tujuan, program dan prosedur; (3) menetapkan standar tiap item yang tertera pada butir dua di atas; (4) menggunakan standar yang sudah ditetapkan; (5) menetapkan kondisi untuk ketepatan penerapan, atau untuk melakukan revisi, atau untuk menetapkan penyimpangan dari standar; (6) Mengatur distribusi Iungsi utk meminimalisasi penyimpangan dan perbedaan; (7) menyederhanakan proses tahap-tahap penentuan kebutuhan ; (8) menetralisasi perhitungan dan mempelajari masalah yang ditemukan , (9) memelihara hubungan teori dan praktek. Seba gaimana diketahui pada dasarnya teori dan praktek bukan dua hal yang berpisah, namun komponen yang saling pengaruh mempengaruhi, teori jadi masukan bagi praktek, dan sebaliknya
MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm3 darl 18
praktekpun jadi masukan bagi pengembangan teori. 'Theory and practice are not separate, there is the constant interchange, a Ieedback system.
Dalam pada itu perlu ditegaskan bahwa berpikir tentang masa depan dipengaruhi visi atau wawasan tentang masa depan. Wawasan tersebut dipengaruhi oleh sejarah budayanya. Dalam kaitan inilah, maka sesungguhnya pembuatan perencanaan pendidikan merupakan kegiatan dinamik yang dipengaruhi oleh kekuatan luar pendidikan, yakni suasana budaya yang melingkupi para pembuat perencanaan tersebut, untuk kemudian secara sinergi terjadi spiral antara berbagai komponen yang terlibat di dalamnya. Uraian mengenai kesenjangan kondisi yang terjadi saat ini kL?AklnAn MLnLMukAn lAk1AlAk1A MLnL1AkAn kebl[kaan progra Lu[uan prosedur MLnL1AkAn S1AnuA8 no2 MLn?uSun A1u8An MAln Cunakan sLandar MeneLapkan kondlsl penerapan MLnLn1ukAn A1u8An MAln MendlsLrlbuslkan fungsl MLn?LuL8PAnAkAn 8CSLS SLudl asaa 8lnSl8lnSl uASA8 kLSlnAM8unCAn 1LC8l 8Ak1Lk
MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm6 darl 18
dan gambaran yang diharapkan masa yang akan datang (discrepancy analysis), sekaligus juga jadi identiIikasi dan dokumentasi kebutuhan-kebutuhan (need assessmet). Untuk menentukan kebutuhan tersebut diperlukan beberapa hal sebagai berikut. (1) data yang merepresentasikan dunia nyata pelajar, baik masa kini maupun masa depan; (2) tidak ada penentuan kebutuhan yang bersiIat Iinal dan lengkap, kita harus siap melihat data yang bersiIat tentatiI dan terus menerus mempertanyakan ulang berkenaan dengan jumlah dan mutu kebutuhan; (3) perhitungan kebutuhan harus diidentiIikasi dalam term produk dan proses. Tiga partner pendidikan harus selalu dicermati bagi suksesnya pendidikan, yakni (a) pelajar, (b) orangtua dan anggota masyarakat; dan (c) para guru atau para pelaksana proses pendidikan. Hubungan ketiga unsur penting tersebut saling terkait antar satu dengan yang lainnya, saling terikat mempengaruhi secara searah, yakni masyarakat mempengaruhi kebutuhan pelajar, kemudian pelajarpun mempengaruhi kebutuhan guru, dan guru mempengaruhi kebutuhan masyarakat. Namun pada saat yang sama pelajar terikat pada keadaan masyarakat, masyarakatpun terikat pada keadaan guru, dan gurupun terikat pada keadaan pelajar.
LAnnlnC 1LCPnlCuL MLAnS LnuS vALuL CLlC?
MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm7 darl 18
MASYARAKAT
PELAJAR GURU Bentuk Hubungan Prasyarat Keberhasilan Pendidikan
Beberapa hal yang harus menjadi bagian analisis dari ketiga unsur tersebut adalah: (1) menggambarkan realitas tiap unsur; (2) menggambarkan kecenderungan tiap unsur sesuai persepsi mereka; (3) menggambarkan persepsi tiap unsur terhadap yang lainnya baik masa kini maupun masa yang akan datang; menggambarkan keterkaitan dan ketidak terkaitan antar unsur dalam persepsi masa kini dan persepsi masa yang akan datang. Tiga Model Penentuan Kebutuhan Terkait tiga unsur tersebut terdapat tiga model bagi penentuan kebutuhan yakni model induktiI, model deduktiI, dan model klasik. Model Induktif secara beruntun dan bertahap mengikuti kegiatan sebagai berikut. (1) mengidentiIikasi perilaku saat kini; (2) mengkompilasi dan mengklasiIiksi perilaku pada program dan bentukan perilaku; (3) Bandingkan dengan tujuan umum; (4) menggabungkan kesenjangan; (5) menyusun tujuan secara ditil; (6) mengembangkn program pendidikan; (7) mengimplementasikan program pendidikan ; (8) mengevaluasi hasil pendidikan (9) revisi.
MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm8 darl 18
Model Deduktif secara beruntun dan bertahap mengikuti kegiatan sebagai berikut. (1) mengidentiIikasi dan menyeleksi tujuan pendidikan, (2) mengembangkan ukuran-ukuran kriteria, (3) menyusun syarat perubahan, (4) mengumpulkan data dan mengukur kesenjangan, (5) menyusun tujuan secara ditil, (6)mengembangkan program pendidikan, (7)mengimplementasikan program penddikan, (8)mengevaluasi hasil didikan, (9) revisi. Model Klasik secara beruntun dimulai dari kegiatan sebagai berikut. (1) Tujuan umum (2) mengembangkan program, (3) mengimplementasi program pendidikan, (4) mengevaluasi. Analisis Bentuk Kegiatan Secara komprehensiI hal-hal yang terkait dengan setiap langkah kegiatan, hendaklah dirinci dalam bentuk sebagai berikut. Pertama, dideskripsikan secara persisi dengan melihat realitas kehidupan masyarakat dari berbagai aspek kehidupannya seperti keagamaan masyarakat, sosial budaya, sosial ekonomi, dan sosial politik(KauIman, C.III) Kedua, menguraikan bidang masalah perencanaan melalui analisis tujuan pendidikan. Termasuk pada kegiatan ini mempelajari bidang dan bagian- bagianya, mengumpulkan, tabulasi dan meramal data, yang kesemuanya mengarah kepada penyeleksian jenis dan bentuk prioritas kegiatan. Uraian masalah pendidikan yang terkait dengan tujuan pendidikan, meliputi hal-hal sebagai berikut. (a) subsistem komponen aktivitas pendidikan, (b) subsistem komunikasi pendidikan seperti gerakan, inIormasi dan energi, (c) subsistem Iasilitas, dan (d) subsistem operasional.
MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm9 darl 18
Ketiga, mengkonsep dan merekayasa perencanaan. Termasuk ke dalam kegiatan ini adalah mengidentiIikasi berbagai kecenderungan arah masa depan dengan membuat ciri-ciri rinci dari tiap kebutuhan yang tersaring, menetapkan tujuan dan sasaran, serta mendisain perencanaan; Keempat, merencanakan penilaian melalui perencanaan simulasi, merencanakan evaluasi, serta menyeleksi perencanaan. Dalam kaitan ini dilakukan identiIikasi jenis dan jumlah persyaratan bagi penca paian kebutuhan, disamping membuat spesiIikasi pemecahan masalah yang mungkin timbul; Kelima, mengidentiIikasi tahapan-tahapan hasil kegiatan serta menentukan cara pengawasannya. Diperlukan ukuran yang jelas dan tegas mengenai hasil setiap kegiatan, sebab pada kegiatan yang berkelanjutan, setiap kegiatan pada dasarnya merupakan prasyarat bagi kegiatan selanjutnya. Keenam, mengidentiIikasi strategi alternatiI yang mungkin serta menyempurnakan tiap persyaratan untuk memenuhi tiap kebutuhan. Termasuk menginventarisasi kemungkinan keuntungan atau kerugian dari tiap tindakan yang direncanakan. E. Sasaran Perencanaan : Masa Depan Gambaran masa depan dalam perencanaan, merupakan sesuatu yang sangat penting, sebab gambaran ini berIungsi : 1. menggambarkan arah yang akan dituju dalam perencanaan, dan 2. menentukan target yang realistik. Suatu perencanaan dapat dikatakan memperhati kan masa depan manakala terdapat hal-hal sebagai berikut. a. Diarahkan bagi terbentuknya nilai-nilai, khususnya nilai masa depan. Dalam kaitan ini, maka seorang perencana pendidikan dituntut untuk memahami nilai-nilai ipoleksosbud tempat perencanaan pendidikan, Sebagaimana dimaklui, nilai mempengaruhi adat istiadat dan sejarah budaya suatu komunitas. Sejarah akan ditulis seiring dengan nilai yang dianut penulis sejarah tersebut, sebab nilai berIungsi sebagai motivator suatu tindakan. Berlandaskan pada nilai juga akan terjadi keseimbangan antara kepentingan pribadi dan penentuan kebijakan publik, dalam menentukan kebenaran, kekuatan, ketepatan tindakan.
MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm10 darl 18
b. Pengembangan dirancang secara alternatiI, dan dampak yang diperhitungkan akibat pilihan suatu alternative, bersiIat silang. c. Masa depan yang dirancang adalah masa depan model baru, bukan sekedar perbaikan dari keadaan linier masa kini. d. Perencanaan hendaklah bersiIat sistemik meli put seluruh unsur kegiatan pendidikan. e. Tidak ditekankan pada perubahan dari masa lampau tapi lebih kepada menciptakaan lingkungan baru yang lebih baik. Skenario masa depan selalu mengandung ketidak pastian. Semakin panjang jangka waktu perncanaan semakin banyak mengandung ketidak pastian. Hal ini diakibatkan oleh parameter kuantitatiI yang semakin rendah kredibilitasnya. Hal inipun merupakan akibat logis dari interrelasi antar variable yang semakin sukar mendapat kepastian. Namun demikian skenario masa depan tetap diperlukan, antara lain untuk antisipasi dan sasaran dari tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan. Skenario masa depan dibuat berdasarkan bebera pa cara perhitungan. Pertama, perhitungan secara linier dengan laju pertumbuhan tetap. Kedua, perhitungan berdasarkan keberhasilan usaha kini dan kegiatan yang akan datang. Ketiga, perhitungan berdasarkan pada berbagai kemungkinan yang akan terjadi, seperti gempa, banjir, kurva tajam penemuan teknologi baru, dst.nya. Biasanya teori probabilitas dengan tingkat reliabilitas (keterandalan) tertentu digunakan dengan sangat hati-hati dalam kegiatan model ini. E. Tehnik Meramalkan Masa Depan Terdapat berbagai cara meramalkan masa depan. Namun demikian tidak semua cara dilakukan sekaligus. Pada umumnya para perencana memilih yang paling cocok dengan organisasi tempat perencanaan dibuat. Ada 22 macam cara peramalan yaitu: 1.Sumbang saran; 2. Tehnik delphi; 3. Opini para ahli; 4.Bacaan Iiksi;
MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm11 darl 18
5.Skenario; 6.Analogi Sejarah; 7.Sekuen Sejarah 8. Analisis isi; 9. PErhitungn sosial; 10. Penentu utama; 11.Times Series; 12.Ekstrapolasi; 13. Contextual mapping; 14.Morphological analysis; 15.Relevance trees; 16.Matrik keputusan; 17.Model penentu; 18.Model kemungkinan; 19.Permainan; 20.Simulasi operasional; 21.Cost-beneIit analysis; 22. Tabel inputoutput Beberapa tehnik yang sering digunakan dalam meramal masa depan adalah sebagai berikut. 1. Fishbowling, yakni kritik terhadap hasil diskusi. Caranya kelompok satu diskusi dikelilingi oleh kelompok kedua yang mengawasi jalannya diskusi kelompok satu. Di akhir diskusi kelompok satu, koreksi pun diberikan oleh kelompk dua terhadap jalan diskusi dan jalan berpikir diksusi kelompok satu. 2. Delphi Technique, adalah peramalan masa depan tanpa di intervensi lebih dahulu peruntukan perencanaan. Dilakukan oleh kelompok ahli melalui tujuh langkah. (a) Presentasi latar belakang permasalahan dan inIormasi lain terkait permasalahan. (b) Partisipan membuat atau meilih ramalan melalui kuesioner yang telah disiapkan panitya.
MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm12 darl 18
(c) Pengumpulan dan pentabulasian hasil kuesioner. Hasilnya diinIormasikan pada partisipan. (d) Kuesioner dibagikan lagi pada partisipan. (e) Kuesioner yang telah diisi ditabulasikan lagi disertai argument tentang jawaban-jawaban tersebut. (I) Kuesioner dibagi untuk ketiga kalinya. (g) Hasil kuesioner ditabulasikan lagi dan diolah secara statistic. Proses ini memberi peluang luas bagi kelompok ahli untuk merubah pendapat tanpa merasa segan kepada kolega partisipan lain. 3. Brainstorming, adalah cara merangsang keluarnya ide-ide kreatiI partisipan. Dalam kegiatan ini yang dipentingkan jumlah ide bukan kualitas ide, karena itu kritik antar pendapat harus dicegah, supaya partsispan tidak segan negeluarkan pendapat. Kualitas ide disaring oleh tim evaluator setelah kegiatan diskusi selesai. 4. Q - Short, cara menetapkan urutan prioritas. Caranya problem dibaca atau ditulis. Pemecahan masalah ditulis di kartu-kartu kecil yang kemudian dibagikan pada para peserta. Para peserta diminta meranking kartu sesuai pertimbangannya. 5. Simulasi, yakni tiruan atau model dari sesuatu yang dibayangkan akan terjadi. Kegiatannya menginventarisasi atau mengidentiIikasi variable atau kecenderungan suatu kejadian. F. Strategi Berdasarkan gambaran masa kini (where are we now, atau what it is, atau as is-nya) yang antara lain dideskripsikan melalui SWOT, serta gambaran masa depan yang digambarkan sebagai tujuan yang harus dicapai dan akan ditempuh (to be), baik dalam bentuk perangkat keras maupun perangkat lunak, maka ditentukan strategi atau pendekatan umum untuk mencapai gambaran masa depan tersebut.
MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm13 darl 18
Perencanaan strategi ini ada yang siIatnya general, atau menyeluruh yakni suatu bentuk kegiatan umum sebagaimana dideIinisikan 'Strategi es is a general program oI action to attain compre hensive objecttives (program umum suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang komprehensiI). Namun ada juga yang siIatnya parsial, ysng biasa disebut metode, yakni kegiatan yang harus ditempuh sebagai jalan keluar terbaik berdasarkan realitas yang digambarkan dalam SWOT, atau tujuan ahir kegiatann (objective or goal) atau dalam bentuk kegiatan yang diharapkan untuk diperankan, yang biasa disebut purpose. G. Kepentingan Perencanaan Pendidikan Islam Penaksiran kebutuhan dan analisis sistem merupakan langkah awal yang perlu ditangani oleh manajemen madrasah dalam membuat perencanaan pendidikan Islam. Penaksiran kebutuhan (need assessment) adalah upaya mendeskripsikan keadaan sekarang dan tujuan yang ingin dicapai. Dengan melihat kesenjangan antara dua hal tersebut, akan terlihat kebutuhan apa yang diperlukan oleh lembaga pendidikan Islam atau madrasah. Tujuan yang akan dicapai, disesuaikan dengan lingkaran waktu program yang dicanangkan, yakni dapat pertahun, persemester, percatur wulan, atau bisa saja malah perbulan. Sedangkan analisis sistem adalah upaya mengidentiIikasi persyaratan yang menjadi indikator kegiatankegiatan, unsur atau bagian yang terlibat dalam sistem. Penaksiran kebutuhan tertuju kepada dua pihak yakni murid dan masyarakat (dalam berbagai lapisannya). Dalam kaitan inilah pendidikan merupakan upaya mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap murid pada satu sisi, dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada sisi lain, seperti kebutuhan tentang keterampilan, pengetahuan, dan sikap manusia pembangunan atau penerus kehidupan mereka.
MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm14 darl 18
Untuk memenuhi hal itu, banyak orang yang mesti dilibatkan dari administrator, pembimbing, guru, perencana, pakar budaya, pakar sosiologi, pakar kurikulum, ahli komunikasi, ahli pembiayaan, dan malah ahli bangunan, semuanya secara bersama-sama merupakan manajer proses pendidikan. Mereka bertugas mengidentiIikasi kebutuhan murid dan permasalahannya untuk kemudian menganalisis persyaratan murid dari sisi keterampilan, pengetahuan dan sikap yang nanti dibutuhkan masyarakatnya. Manajemen dan Pertanggungjawaban Tugas utama seorang kepala madrasah atau manajer suatu lembaga pendidikan adalah merencanakan, mendisain, dan mengimplementasikan sistem pendidikan dan pengajaran secara eIisien dan eIektiI, dalam rangka merespon kebutuhan murid dan masyarakat. Upaya eIisiensi memIokuskan dirinya pada pengaturan optimalisasi Iungsi dan peran setiap unsur pendidikan, sementara upaya eIektivitas tertuju pada pengaturan bagi pencapaian tujuan, sesuai dengan kelengkapan pemenuhan sumber-sumber. Untuk eIisiensi diperlukan pertelaan ukuran setiap Iungsi dan perannya, sedangkan untuk eIektivitas diperlukan kejelasan tujuan, waktu, dan ukurannya, kejelasan hubungan antara masukan dan keluaran, serta terpenuhinya kebutuhan konstituen strategis. Ciri keberhasilan mereka adalah keluarnya lulusan/terdidik dengan mutu keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dapat dipertanggung jawabkan di hadapan harapan, tugas, dan tuntutan masyarakatnya. Namun demikian tidak berarti kalau terjadi kegagalan, kesalahan hanya tertumpu pada para pendidik saja. Sebab terlalu banyak Iaktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan, seperti budaya, interaksi antar variabel di rumah tangga murid, sistem ketetanggaan, dan masyarakatnya sendiri. Bila pertanggung jawaban hanya dipikul oleh para pendidik saja, maka pendidik harus meletakkan tujuan, sasaran, dan prosedur secara terbuka berbicara dengan lembaga legislatiI, pembayar pajak, dan yang lainnya tentang keperluan keterampilan dan kemampuan tenaga kerja, supaya merekapun memiliki keterikatan kepada hal tersebut, dan mencapai kesepakatan tentang apa yang harus dikerjakan masing-masing, bagaimana cara kerja dan arah pengembangan serta kontrol atas pelaksanaan kesepakatan tersebut. Dengan demikian manajemen pendidikan tidak hanya berurusan dengan proses pengajaran
MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm13 darl 18
di sekolah, tapi juga berjuang di luar kelas, supaya dapat dipenuhi persyaratan yang harus diperoleh terdidik masa yang akan datang. Faktor penting dan sangat strategis dalam pembangunan suatu negara adalah sumber daya manusia. Manusia terdiri atas jasmani dan ruhani. Sedangkan aspek ruhaninya terdiri atas akal yang menghasilkan pikiran, rasa yang menghasilkan keinginan, dan hati yang menghasilkan keputusan-keputusan. Ketiganya bersiIat sinergis, saling mempengaruhi. Unsur mana yang paling dominan dari ketiganya tergantung pada proses pendidikan yang dialami manusia bersangkutan. Ada manusia yang sangat memperturutkan hasil pikiran akalnya, dan abai terhadap perasaannya, namun adakalanya justru perasaan yang jadi pemandu tindakan dan sama sekali tidak menggunakan akalnya. Kata hati merupakan institusi tertinggi dalam diri manusia. Lantaran di dalamnya ada proses pertimbangan antara hasil kerja akal dan rasa. Al Qur-an sendiri banyak memberi penegasan supaya manusia tidak memperturut kan keinginan, namun harus memakai pemikiran yang hasil akhirnya diputuskan oleh hati nurani (22:46; 47:24; 7:179) Ketiga unsur tersebut sangat menentukan yakni kecerdasan otak, kehalusan rasa dan kejernihan hati. Kecerdasaan otak terkait dengan keterampilan berpikir, kehalusan rasa terkait dengan seni dan budaya yang melingkunginya, sementara kejernihan hati terkait dengan kebersihan dan ketulusan niyat. Karena itu manakala terjadi ketidak seimbangan diantara ketiganya maka hasil yang diperoleh tidak akan optimal. Kecerdasan otak yang dibarengi dengan rendahnya kualitas rasa dan hati, akan mengakibatkan manusia cerdas namun tidak berperasaan dan berniyat jahat. Sebaliknya hati yang lembut dan lurus dengan perasaan yang halus manakala dibarengi dengan otak yang lemah, akan selalu ditipu orang, tidak kreatiI dan tidak maju. Idealnya otak cerdas rasa halus dan hati lembut. Untuk mencapai yang ideal tersebut, peluang sangat besar terbuka bagi lembaga pendidikan Islam, sebab pendidikan Islam mengembang kan ketiga aspek tersebut sekaligus, yakni kecerdasan otak dan kelembutan rasa serta kejernihan hati. Pendidikan Islam terkait kepada ketiga unsur pokok otak dan hati tersebut, disamping unsur jasmani atau phisik. Namun demikian dalam sejarah pendidikan Indonesia, sempat terbentuk citra bahwa pendidikan Islam merupakan
MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm16 darl 18
pendidikan ritual keagamaan Islam saja. Dalam suasana kehidupan yang semakin menguta makan aktivitas sosial non ritual, maka nasib pendidikan Islam model demikian akan semakin marginal, terpinggirkan. Pada jaman sekarang citra tersebut telah semakin berubah, seiring dengan semakin tersedianya SDM pada ummat Islam. Pendidikan Islam dipersepsi sebagai pendidikan manusia seutuhnya, jasmani dan rohani, ritual dan sosial. Perbedaan utama dengan kegiatan pendidikan yang tidak memakai predikat Islam adalah suasana, jiwa, dan konsep dasar IilsaIatnya. Sedangkan masalah materi dan metodologi pada umumnya masih sama. Kesamaan ini bukan lantaran kedua hal tersebut tidak terkait dengan konsep dasar IilsaIat, namun lebih karena kesamaan payung lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia yakni undang-undang pendidikan serta berbagai peraturan pemerintah yang menyertainya. Namun demikian citra lembaga pendidikan Islam memang harus terus menerus dikembangkan. Pada umumnya tetap masih terpinggirkan dibanding citra lembaga pendidikan non Islam. Untuk sekedar bahan renungan di bawah ini dikemukakan 10 terbaik NEM SMU (Negeri Swasta) se DKI Jaya 2000/2001. Secara berturut-turut untuk program Bahasa adalah Santa Ursula, SMUN 3, SMUN 39, SMUN 84, Tarakanita I, SMUN 54, Labschool, SMUN 2, SMUN 90, SMUN 35. Sedangkan untuk Program IPS secara berturut-turut adalah SMU Kristen I Penabur, SMUN 8, SMU St. Ursula, SMUN 81, SMU Sang Timur, SMUN 70, SMUN 12, SMU Tarakanita I, SMUN 78, SMU 3 Penabur. Adapun untuk Program IPA secara berturut-turut adalah SMUK 1 Panabur, SMUK 3 Penabur, SMU St Ursula, SMUN 8, SMUK 5 Penabur, SMU Kanisius, SMU Don Bosco II, SMU Sang Timur, SMUN 12, SMU St. Theresia. Data ini memperlihatkan bahwa untuk program bahasa, rangking kesatu dan kelima diraih oleh SMU Kristen sedang yang lainnya SMU Negeri Sedangkan program IPS rangking no ,3,,8, dipegang SMU Kristen/Katolik, sisanya SMU Negeri Dalam pada itu untuk program IPA, rangking no,,3,,6,7,8,, diraih SMU Kristen/ Katolik, sisanya SMU Negeri Proporsional manaka la masyarakat cenderung menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah SMU Kristen daripada ke SMU Negeri apalagi ke SMU Islam yang sama sekali tidak masuk rangking terbaik pada satu program studipun
MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm17 darl 18
Diantara kelemahan lembaga pendidikan Islam sehingga kurang bermutu dan tidak dapat bersaing dengan lembaga pendidikan yang lain untuk saat sekarang (analisi th. 2002), dapat dikemukakan sebagai berikut. Pertama, perencanaan yang tidak bagus. Pada umumnya pendirian lembaga pendidikan lebih didasarkan pemenuhan kebutuhan idiologis normatiI, bukan pemenuhan kebutuhan idiologis praktis. Akibatnya para lulusan kurang memiliki mutu dalam bidang proIesi yang jadi item persaingan masyarakat. Akibat lanjutan nya adalah masyarakat cepat jenuh terhadap para lulusan tersebut. Kedua, kurang keterampilan mengorganisasi kelembagaan. Observasi penulis menunjukkan bahwa banyak kemelut dalam lembaga-lembaga pendidikan Islam lantaran manajemen kurang proIesional. Kemelut berkenaan pengurusan prasara na dan sarana, kurikulum, rekrutmen pengembangan dan penarikan sumber daya manusia, proses dan report pengawasan, semuanya bertumpu pada kele mahan sumber daya manusia yang menjadi pelaku manajemen. Indikator kurang proIesional manajemen ini antara lain terlihat dari lemahnya sikap rasional, lemahnya dorongan beramal nyata, lemahnya disip lin kerja yang berakibat rendahnya produktivitas, lemahnya orientasi pada sistem belajar siswa, rendahnya kualitas pengawasan mutu para pendidik. Hal ini semua merupakan unsur-unsur yang menen tukan mutu kelembagaan pendidikan. Keprihatinan maraknya berbagai kelemahan ini diperparah dengan terjadinya sinergi kelemahan tersebut dengan waktu, ruang dan kegiatan para pengelola lembaga dan pelaksana pendidikan. Secara perlahan tapi pasti berbagai kelemahan tersebut berkembang jadi sikap hidup para pengelola lembaga dan pelaksana pendidikan Islam. Ketiga, lembaga-lembaga pendidikan Islam sangat rekat, dekat dan jadi rentan terhadap pengaruh dan perubahan politik. Hal ini dipicu oleh banyaknya rangkap jabatan para pengelola lembaga pendidikan Islam dengan organisasi- organisasi politik. Akibat negatiInya adalah kecenderungan subjek mendahulukan dan mengutamakan kiprah politik daripada kiprah pendidikan. Lebih dari itu malah meninggalkan kegiatan pendidikan dan terkonsentra si pada kegiatan politik sambil tidak mau melepaskn jabatan struktural pendidikan. Seharusnya rangkap jabatan tersebut, tidak menghasilkan dampak nega tive. Sebaliknya harus
MENETAPKAN KEUTUHAN PENDIDIKAN, hlm18 darl 18
jadi positiI, caranya dengan dibuat sinergi, setidak-tidaknya komplemen antara satu dengan yang lainnya. Hal ini hanya dimungkinkan manakala si pelaku telah betul-betul dalam keadaan dewasa berpikir dan bertindaknya. Keempat, terhimpit oleh dua Iungsi yang saling tarik menarik yakni antara Iungsi dawah dan Iungsi pendidikan. Dawah dengan kecenderungan karakternya mentolerir kelemahan dan kekurangan sasaran dawah, menjadikan peserta didik, pendidik, malah manajemen pendidikan dibiarkan dalam keadaan tidak memenuhi persyaratan kualitas enrollmen, kualitas guru/dosen, dankualitas para pimpinan lembaga pendidikan. Dengan demikian maksud kegiatan pendidikan untuk meningkat kan mutu SDM jadi tidak tercapai. Sebab tidak mungkin dari lembaga pendidikan yang tidak berkualitas akan muncul lulusan yang berkualitas. Dalam kaitan inilah sesungguhnya benar anggapan bahwa pembangunan manusia seutuhnya pada hakikatnya adalah pembangunan kualitas pendidikan. Kelima, sedikitnya sumber dana serta kecilnya perolehan dana. Dari sisi supra struktur, pendidikan Islam belum mendapat perhatian yang semestinya dari para penyelenggara negara. Hal ini bukan saja karena kekuatan ekonomi pemerintahan yang tidak baik, namun lebih dari itu kegiatan lembaga pendidikan Islam belum mendapat prioritas dalam pendanaan pembangunan. Sementara dari sasaran masyarakat yang jadi tempat berkiprahnya lembaga pendidikan Islam, pada umumnya mereka adalah masyarakat ekonomi lemah. Lembaga-lembaga pendidikan Islam yang maju pada umumnya adalah lembaga pendidikan Islam yang peserta didiknya mempunyai orangtua berkemampuan ekonomi menengah ke atas. Padahal sebagaimana diketahui umum, mayoritas penduduk Indonesia adalah ummat Islam lapisan golongan ekonomi lemah (golekmah). Diperlukan penggalangan dana ummat secara kolossal manakala mayoritas ummat yang golekmah tersebut akan diIasilitasi dengan kegiatan pendidikan yang bermutu. Dapat diperkirakan beberapa lembaga pendidikan Islam yang maju, adalah mereka yang lepas dari berbagai kelemahan tersebut.
ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN
Disusun oleh : MOCHAMAD TA1IMUDIN NIM : 4103810311003
PROGRAM PASCA SAR1ANA MAGISTER MANA1EMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG 2011
ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 1 darl 13
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.
Pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat dididik dan mendidik. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan Iisik, mental, emosional, moral, serta keimanan dan ketakwaan manusia. Agar proses pendidikan berjalan baik dan dapat memenuhi tujuan yang telah ditetapkan, maka diperlukan perencanaan pendidikan yang baik pula. Perencanaan pendidikan pada dasarnya berpusat pada tiga komponen utama, yaitu : (1) Dengan perencanaan itu ditunjukkan tujuan (visi, misi, dan tujuan) apakah yang harus dicapai ? , (2) Bagaimanakah perencanaan itu dimulai ?, (3) Bagaimanakah cara mencapai tujuan (visi, misi, dan sasaran) yang harus dicapai itu ? (Sa`ud dan makmun, 2007: 15) Oleh karenanya, dalam makalah ini penulis akan membahas salah satu masalah pokok dalam perencanaan pendidikan, yaitu tentang Analisis misi sebagai bagian dari analisis sistem pendidikan. 2. Rumusan Masalah. Berdasarkan pemaparan di atas, maka permasalahan mendasar yang akan dibahas adalah : a. Bagaimana Analisis sistem pendidikan dilakukan ? b. Apa langkah-langkah yang diperlukan dalam menganalisis sistem pendidikan ? 3. Tujuan Penulisan. a. Untuk mengetahui konsep dasar dari analisis sistem pendidikan b. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam menganalisis sistem pendidikan
ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 2 darl 13
BAB II ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN
A. Pengertian Umum. Tujuan analisis sistem adalah mengidentiIikasi keperluan dan cara-cara yang dimungkinkan untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dimulai dari masalah yang didasarkan pada data dokumen, kemudian dianalisis (diidentiIikasi ciri-ciri masalah), ditentukan hubungan antar bagian masalah, kemudian mengukur cara terbaik semua kemungkinan memecahkan masalah pada setiap bagian masalahnya. Dalam hal kegiatan pendidikan, biasanya identiIikasi masalah bersiIat relatiI global, beragam, datang dari banyak sumber, dan dituntut untuk eIisien dan eIektiI. Adapun untuk menganalisis sistem pendidikan diawali dengan menganalisis misinya.
B. Analisis Misi (Mission Analysis) Misi adalah keseluruhan tugas yang harus diselesaikan. Masalahnya adalah dimana sekarang berada? Kemana tujuan? Apa ukuran telah sampai ke tujuan? Apa langkah utama yang harus dikerjakan supaya sampai tujuan? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, maka diperlukan langkah-langkah dalam menganalisis misi. Adapun langkah-langkahnya adalah menentukan hal-hal berikut : 1. Sasaran Misi (Mission Objective) Sasaran Misi adalah kinerja sesuai kualiIikasi outcome misi, yaitu tujuan akhir yang dapat diukur. Sasaran misi merupakan pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan, peralatan yang harus dipersiapkan, subjek penentu dan pengukur hasil, kapan hasil dikemukakan, serta kriteria ketercapaian tujuan. Dengan demikian, sasaran misi menggambarkan dimana mulai kerja, dan apa yang harus dicapai.
ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 3 darl 13
Semua objek yang terlibat harus memahami prinsip-prinsip penilaian terhadap tercapai atau tidaknya misi. 2. Persyaratan Kinerja (Performance Requirement) Persyaratan kinerja adalah kriteria unsur-unsur utama sasaran misi, sehingga perolehan misi tersebut terukur, seperti (a) kiteria sasaran misi yang terukur; (b) peran-peran yang mempengaruhi produk, seperi peran lingkungan, biaya, personil, dan lain-lain. Persyaratan kinerja meliputi cara pengerjaan produk, kondisi untuk mengerjakan produk, karakteristik disain produk, spesiIikasi kinerja dan aturan pengembangan kinerja. Dalam perumusan Persyaratan kinerja ini harus melibatkan seluruh staI, sehingga hasilnya merepresentasikan persepsi yang harus dikerjakan staI, sehingga mereka dapat mengetahui indikator kegagalan atau keberhasilan suatu pekerjaan. Karena itu, apabila pernyataannya telah terperinci, objektiI, memakai istilah yang terukur, maka persyaratan kinerja harus menyiapkan kriteria dengan ketentuan-ketentuan tentang kemungkinan pencapaiannya. Untuk memudahkan identiIikasi persyaratan kinerja, maka dibuat Iorm tabulasi yang dikaitkan dengan setiap item persyaratan kinerja melalui sejumlah Iungsi. Sistem analisis akan mengidentiIikasi lebih banyak lagi Iungsi. Kemudian rintangan yang cukup dominan hendaklah diidentiIikasi dalam analisis misi. Sebab hal itu dapat dimasukan kepada persyaratan kinerja. Dengan demikian, jika terdapat rintangan berupa biaya dalam pelaksanaannya, sehingga operasional misi tidak dapat berjalan, maka hal tersebut dimasukan sebagai persyaratan kinerja. Bila peersyaratan kinerja tidak dapat dicapai, maka harus kembali pada Iormulasi misi. Inilah yang disebut rintangan misi ideal yang dicanangkan saat awal Iormulasi. Adapun cara-cara menyelesaikan rintangan adalah sebagai berikut : a. Bertindak kreatiI dalam mengembangkan ide baru, termasuk mereIormulasi tujuan misi atau merubah persyaratan kinerja.
ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 4 darl 13
b. Formulasi ulang, baik dengan merubah operasional rintangan atau kompromi relatiI persyaratan kinerja atau capaiannya. c. Dihentikan manakala ada indikasi misi akan gagal yang diakibatkan terlalu besarnya rintangan tersebut Tujuan misi sebaiknya bersiIat spesiIik, sehingga kriteria yang dikemukakan dapat terukur dan mudah diidentiIikasi baik pada dokumen awal maupun dokumen yang dikembangkan atas dasar realitas lapangan. Tanpa ada hal ini berarti perencanaan pendidikan akan terbayangi kegagalan sejak awal pekerjaan. 3. Profil Misi (Mission Profile). ProIil Misi pada dasarnya adalah gambaran cara kerja untuk mencapai produk atau hasil akhir. Adapun cara-cara mendapatkan proIil Misi adalah sebagai berikut : a. MemIormulasikan sasaran misi dan persyaratan kinerja yang menentukan tempat mulai kegiatan dan akhir penyelesaian misi, kemudian menggambarkan keadaan tetap (status quo), yang diakhiri dengan membuat daItar Iungsi-Iungsi yang diperlukan dengan alur pikir yang logis, dan tidak perlu mengemukakan bagaimana tugas harus dikerjakan. b. MengidentiIikasi dan mendaItar tugas dalam misi. Hal ini dimaksudkan untuk memeriksa alur pergerakan antar Iungsi supaya kegitan tidak berhenti. c. Hasil identiIikasi dari semua Iungsi utama dalam proIil misi tersebut diuji dengan kebutuhan, tujuan misi, dan persyaratan kinerja dalam rangka menjaga konsistensi antara validasi Iungsi dan validasi eksternal yang didasarkan kepada kebutuhan. d. Menelusuri kembali ketepatan Iungsi dari sejak awal sampai akhir.
ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 3 darl 13
4. Analisis Fungsi (Function Analysis). Yang dimaksud dengan Iungsi adalah kumpulan tugas yang harus dikerjakan dalam pencapaian tujuan atau produk tertentu. Sedangkan Analisis Fungsi alalah (a) menguraikan apa yang harus dikerjakan, dan (b) menentukan tugas-tugas dan hasil yang harus dicapai. Adapun tujuan dari Analisis Fungsi adalah untuk memIasilitasi cara atau jalur-jalur pekerjaan, memperlihatkan cara menyelesaikan sesuatu yang harus terjadi dan menanpilkan jalur komuniaksi dengan yang lainnya. Dan perlu diketahui bahwa Iungsi berarti sesuatu yang harus dikerjakan atau hasil suatu kegiatan, bukan proses atau cara. Setiap tingkatan analisis sistem pada dasarnya berhubungan dengan tingkatan analisis lainnya. Proses analisis sistem berawal dari perkiraan kebutuhan yang menjadi pembeda antara apa yan ada dengan identiIikasi apa yang diinginkan. Setelah itu, menentukan dasar atau inti tujuan misi, sebagai jembatan yang menghubungkan antara perkiraan kebutuhan dengan analisis misi. Dengan demikian, analisis misi mengidentiIikasi tujuan misi, kinerja yang diperlukan, proIil misi dan tingkatan analisis yang saling berhubungan dan konsisten secara internal antar logika bagian yang satu dengan yang lainnya. ProIil misi yang merupakan puncak analisis Iungsi merupakan jembatan anatara analisis misi dengan analisis Iungsi. 5. Analisis Tugas (Task Analysis). Tugas dapat dideIinisikan sebagai suatu unit kinerja yang bila dikumpulkan, merupakan Iungsi. Tugas-tugas tersebut didata dan dideskripsi ( secara kolektiI disebut analisis tugas) membentuk "final break-down" (pemecahan persoalan secara Iinal) melangkah dalam analisis sistem, dan mengidentiIikasi tingkat terendah sebelum "unit kinerja"diidentiIikasi. Sebagaimana ditunjukkan pada bab sebelumnya, perbedaan antara analisis misi, analisis Iungsi, dan analisis tugas adalah perbedaan pada derajat bukan jenis. Menggunakan analogi pada penggunaan mikroskop,
ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 6 darl 13
bahwa setiap kali Iungsi tersebut diperiksa pada tingkat perbesaran yang lebih besar, lebih terinci dapat dilihat tugas/ Iungsi , dari tingkat terendah secara detail dalam analisis sistem. Hal ini merupakan analisis tingkat terendah yang akan menunjukkan apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan Iungsi tingkat tinggi dicapai. (Analogi lain yang dapat dipertimbangkan adalah ibarat manik dengan kalung atau seperti halnya tugas dengan Iungsi.) Tugas berasal dari proses total yang sedang berjalan pada analisis sistem, di mana : (1) produk secara keseluruhan atau hasil diidentiIikasi dalam tujuan misi dan persyaratan kinerja; (2) Iungsi dasar yang dibutuhkan untuk mencapai misi yang telah diidentiIikasi (misi proIil), dan ; (3) masing-masing (level dasar atau teratas) Iungsi dianalisis untuk menentukan urutan bawah subIungsi yang diperlukan. Masing -masing Iungsi dan subIungsi diidentiIikasi( yang mungkin dirusak) ke dalam aspek tunggal, atau unit perIormansi, dan ini dapat terdaItar dan dianalisa untuk menentukan level akhir terendah persyaratan kinerja untuk mencapai masing-masing. Ketika analisis dilakukan secara rinci pada tingkat tugas dan kinerja semua persyaratan diidentiIikasi untuk setiap tugas. Para perencana pendidikan, untuk pertama kalinya, menententukan semua 'tentang apa saja untuk suksesnya solusi sebuah masalah. Tugas analisis berikutnya adalah menyediakan susunan (array) lengkap dari "apa yang akan dilakukan" sampai ke tingkat pemahaman persyaratan yang sebenarnya untuk implementasi perencanaan.
ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 7 darl 13
Dua Langkah Dasar Analisis Tugas
Analisis tugas dapat dilihat dalam dua langkah dasar: 1. MengidentiIikasi tugas pokok (atau langkah-langkah) yang terlibat dalam mencapai Iungsi secara keseluruhan. 2. Menentukan karakteristik tugas, persyaratan, konteks, dan meletakkan dalam urutan waktu. Beberapa orang penulis misalnya, Mager dan Beach (1967) menggunakan tatanama dari "daItar tugas" dan "tugas detil." Langkah- langkah tugas yang terdaItar, dan kemudian hal-hal seperti kinerja dan jenis kesulitan belajar yang menentukan sebagai bagian dari proses rincian tugas. Setiap analisis tugas yang berguna harus mencakup proses dua langkah yang sebanding. Berikut dua langkah yang disebut daItar tugas dan deskripsi tugas. DaItar Tugas terdiri dari identiIikasi subelements dasar atau langkah- langkah yang terlibat dalam mencapai Iungsi secara keseluruhan. Deskripsi Tugas adalah penentuan karakteristik dari masing-masing tugas atau langkah, termasuk, konteks dan persyaratan untuk pemenuhan dan hubungan waktu dan kekritisan masing-masing.
Kode Tugas DaItar tugas ( unit kinerja) merupakan Iungsi yang diberikan dan dapat dianggap sebagai daItar cek, daItar tugas yang berurutan diambil bersama-sama, menghasilkan Iungsi keseluruhan dari mana mereka berasal. Contoh dari daItar tugas mungkin berupa daItar cek uji konstruksi hipotetis yang menggunakan analisis item sebagai bagian dari uji proses konstruksi. Kembali pada contoh hipotetis, orang mungkin membayangkan sebuah misi secara keseluruhan yang akan membutuhkan konstruksi tes. Misi merupakan salah satu kriteria untuk memprediksi dan menentukan sukses perIormansi di kampus pascasarjana, untuk digunakan dalam kelas biasa. Tujuan misi, kinerja memerlukan misi proIil, analisis Iungsi (termasuk tambahan persyaratan kinerja yang
ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 8 darl 13
terkait), dan tingkat yang lebih rendah. Fungsi menunjukkan persyaratan untuk melengkapi analisis item untuk uji hipotesis. Hipotetis mengecek daItar atau daItar tugas seperti berikut: 1. DaItar item tes angka. 2. Menandai kolom pada alternatiI a, b, c, dan d. 3. Menuliskan pada lembar ringkasan, untuk uji masing-masing dan untuk setiap item, pilih alternatiI yang salah untuk setiap item. 4. Jumlah alternatiI yang salah dipilih untuk setiap item dan untuk setiap alternatiI yang mungkin (a, b, c, dan d). 5. IdentiIikasi sepuluh yang paling sering terlupakan pada item tes dengan menjumlahkan berbagai alternatiI terlupakan untuk setiap item tes. 6. IdentiIikasi Irekuensi alternatiI terjawab dipilih untuk setiap item pengujian. 7. Mempersiapkan ringkasan data yang dikumpulkan untuk Analisis item .
Perlu dicatat bahwa menghindari atau menentukan bagaimana tugas harus dilakukan, tidak menunjukkan bahwa setiap tugas biasa atau harus dilakukan oleh computer. Tujuan dari daItar tugas hanya untuk mengidentiIikasi tugas yang harus diselesaikan, terlepas dari siapa atau apa yang terlibat. Pada kenyataannya, tugas dapat dicapai oleh orang-orang, peralatan, atau orang dan peralatan. Ini bukan tujuan dari analisis tugas atau daItar tugas untuk mengidentiIikasi bagaimana tugas akan dilakukan, tetapi hanya untuk nama tugas dan urutan yang harus dilakukan. Dalam daItar awal (atau Iase memeriksa-daItar) data data lainnya dapat dikumpulkan. Misalnya, Mager dan Beach (1967) menyarankan penentuan "Irekuensi kinerja," 'kepentingan, "dan" kesulitan belajar "untuk setiap tugas-tugas harus diidentiIikasi. Prosedur ini tampaknya akan sangat berguna ketika salah satu adalah merancang kurikulum, atau program pelatihan. Namun, untuk persyaratan perencanaan paling
ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 9 darl 13
pendidikan, pencatatan sederhana dari komponen tugas memberikan inIormasi yang memadai untuk analisis tugas. Jika deIinisi "apa yang akan dilakukan" cukup lengkap, penyelesaian tugas harus dilakukan , seperti dengan langkah-langkah pada analisis system. Analis harus didaItar pada lembaran terpisah persyaratan perIormansi yang terkait dengan tugas masing-masing. Analisis tugas selesai ketika persyaratan kinerja telah ditentukan.
Deskripsi Tugas Setelah daItar tugas telah diperoleh, langkah berikutnya adalah untuk menentukan karakteristik menonjol dari tugas-tugas yang terlibat. Misalnya, mungkin ada pertimbangan penting seperti lingkungan di mana suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dilakukan, persyataran Iisik, kesehatan, dan keselamatan persyaratan, siIat rangsangan sinyal bahwa tugas yang harus memulai, siIat dan jenis respon yang diperlukan, persyaratan waktu untuk awal akhir sebuah tugas, ketertiban dan hubungan antara tugas /sub tugas. Untuk alasan ini, deskripsi tugas secara umum mengambil inIormasi dari daItar tugas, mengaturnya pada skala berdasarkan waktu, dan mengidentiIikasi karakteristik tugas yang beredar dan konteks yang harus dicapai. Sebagai contoh untuk analisis tugas generik, hal-hal berikut mungkin memerlukan spesiIikasi rinci dalam Iase uraian tugas, dan penyelesaian analisis tugas akan mewajibkan analis sistem atau perencana) untuk menyediakan data ini. DaItar sementara pertimbangan dalam tahap deskripsi tugas adalah : 1. Karakteristik stimulus yang memberi "sinyal" persyaratan untuk memulai. 2. Respon karakteristik output yang diperlukan, termasuk apakah membutuhkan angka biner (ya tidak / on-oII) tanggapan, manipulasi sederhana, diskriminasi, sebuah tangan mata kompleks atau koordinasi psikomotor, atau tak ada jawaban sama sekali. 3. Angkatan atau kebutuhan energi.
ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 10 darl 13
4. Fisiologis, medis, atau pertimbangan kesehatan (jika orang-orang yang mungkin terlibat). 5. Lokasi untuk tugas, seperti di dalam ruangan, luar rumah, di atas salju, di ruang kerja yang dirancang, atau dalam sejumlah berbagai lokasi. 6. Alat, perangkat, atau instrumen yang harus terlibat dalam pelaksanaan tugas. 7. Masukan data lain yang diperlukan untuk berhasil menyelesaikan tugas. 8. Waktu persyaratan. 9. Kekritisan tugas. misi akan hancur jika tugas ini tidak dilakukan dengan benar, atau bisa di direnovasi jika dilakukan secara tidak benar atau keluar dari urutan. Pada umumnya, tugas deskripsi graIik dipersiapkan untuk tahap analisis tugas. Banyak dan beragam Iormat-tugas analisis dapat digunakan, dan seleksi tergantung pada hasil analisis yang diperlukan. Iormat tersebut bervariasi dari satu dasar dan sederhana yang disarankan oleh Mager dan Beach (1967), yang memanIaatkan empat kolom (1) jumlah tugas, (2) langkah dalam melaksanakan tugas, (3) jenis kinerja, dan (4) belajar kesulitan kompleks seperti manusia- mesin yang digunakan interaksi rumit di bidang kedirgantaraan, yang mungkin mencakup rinci pertimbangan Iisiologis , psikologis, dan hubungan. Format yang dipilih oleh perencana harus kompleks seperti yang diperlukan untuk menyediakan data yang dibutuhkan dalam proses perencanaan itu sendiri. Hal penting untuk diingat dan termasuk dalam deskripsi tugas adalah bahwa ia harus menetapkan persyaratan total untuk menyelesaikan tugas. Ingat bahwa tujuan melakukan analisis sistem adalah untuk mengidentiIikasi kebutuhan untuk pemenuhan misi yang diberikan. Proses analisis sistem menunjukkan semua bagian dan hubungan antara bagian-bagian untuk mencapai misi yang diberikan. Jadi analisis sistem menunjukkan di lapisan subsistem atau
ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 11 darl 13
bagian yang terlibat dalam pemenuhan misi dan persyaratan untuk melakukan masing-masing. Jika analisis tugas tidak mencakup persyaratan kinerja untuk setiap tugas atau elemen tugas, maka tidak lebih dari sebuah diskripsi saja dan tidak menyediakan inIormasi rinci dan kriteria yang lebih jauh akan menjamin bahwa produk akan analisis Iungsional untuk menentukan yang paling relevan dan praktis kemungkinan untuk mencapai misi. Analisis tugas adalah kegunaan yang cukup besar dalam sintesis sistem. Terutama memiliki masukan langsung ke teknik berbasis jaringan untuk manajemen dan kontrol. Langkah-langkah untuk melakukan deskripsi tugas adalah sebagai berikut:
Langkah DaItar semua tugas dan subtugas yang diperlukan untuk mencapai Iungsi yang dianalisis. Ini adalah proses asal usul yang sama bekerja di/ke luar dari misi dan proIil analisis Iungsi. Tugas-tugas diidentiIikasi ditempatkan dalam urutan. Dalam mengidentiIikasi tugas-tugas, kami ingin membuat mereka bebas, sehingga tidak akan ada tumpang tindih. Ini merupakan proses daItar tugas.
Langkah DaItar dengan tugas-tugas, persyaratan rangsangan (jika relevan). Ini merupakan input "persyaratan, data yang dibutuhkan oleh operator (atau pelaku dari tugas ketika ditugaskan) untuk melakukan tugas- tugas. Pernyataan apakah bentuk data akan /harus dapat digunakan.
Langkah 3 DaItar persyaratan respon (persyaratan tindakan). Ini merupakan operasi, jumlah, setiap kali akan terjadi, dan waktu yang diperlukan untuk melakukan operasi, jika waktu adalah pertimbangan nyata.
Langkah 4
ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 12 darl 13
Dengan tugas, daItar persyaratan dukungan. Ini merupakan jenis bahan dan peralatan yang diperlukan untuk mendukung operasional tugas dan jenis personil atau peralatan yang dibutuhkan sebagai "operator."
Langkah DaItar kriteria kinerja. Berikut adalah spesiIikasi produk (atau hasil) dari tugas. Sama seperti misi akan menghasilkan produk, dan Iungsi akan menghasilkan suatu produk (atau subproduk), sehingga tugas akan menghasilkan produk-hasil kinerja. Persyaratan perIormansi dari produk tugas mungkin seperti item (1) tidak ada kesalahan, (2) harus berisi daItar semua item, (3) menyalin dengan tidak mencoreng ) dan dapat dibaca, serta (4) Iormulir harus memiliki cukup ruang untuk notasi guru.
Langkah 6 Tentukan prasyarat pengetahuan/ atau keterampilan, Operator harus memiliki pengetahuan/ atau keterampilan agar mampu melakukan tugas yang diberikan. Jika, dalam penyusunan proposal ada kebutuhan untuk tingkat keterampilan tinggi dalam karya seni, maka kemampuan seni lanjut menjadi persyaratan kritis dan dengan demikian merupakan prasyarat yang harus dicatat.
Sebagai permasalahan dalam praktek, subIunction tingkat terendah yang dianalisis pada tingkat tugas selalu diidentiIikasi dengan nomor Iungsi. Nomor Iungsi (misalnya 4.1.1.) Biasanya ditempatkan di pojok kiri atas Iormulir. Kegagalan untuk mengidentiIikasi Iungsi yang dianalisis akan berakibat jelas.
6. Analisis Alat-alat Metode (Methods-means Analysis). Analisis alat-alat metode adalah mengidentiIikasi sebanyak mungkin metode dan uraian tentang keuntungan dan kerugian masing-masing
ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 13 darl 13
metode untuk mencapai persyaratan kinerja yang terindentiIikasi dalam urian sistem. Analisis metode ini dimulai segera setelah ditentukan persyaratan kinerja untuk lahirnya produk sesuai identiIikasi. Bila persyaratan terpenuhi, maka analisis dilanjutkan. Dan bila tidak terpenuhi, analisis diulang lagi dengan opsi-opsi sebagai berikut : a. Merubah persyaratan kinerja, atau b. Menemukan alat yang mungkin mencapai persyaratan kinerja, atau c. MendeIinisi ulang batasan kinerja, atau d. Menghentikan kegiatan pada saat itu.
ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 14 darl 13
BAB III K E S I M P U L A N
Tiga alat analisis sistem telah mempertimbangkan semua pihak yang terkait dengan menentukan "apa" yang harus dilakukan secara eIektiI dan eIisien. Analisis hasil dalam lapisan/ tingkatakan menentukan segala persyaratan untuk memberikan solusi dengan mengidentiIikasi semua aspek dan pengaturan spesiIikasi secara rinci untuk penyelesaian masalah.
Persyaratan Kinerja: Seperti langkah-langkah sebelumnya dari analisis misi dan analisis Iungsi, analisis tugas memerlukan penentuan terukur spesiIikasi persyaratan kinerja. Dalam proses analisis tugas, penentuan spesiIikasi dibentuk dalam Iormat analisis tugas yang sebenarnya dipilih. Tugas dan metode analisis-analisis berarti setiap langkah harus melakukan analisis sistem, seperti yang kita lihat secara rinci dalam bab tentang metode analisis, melakukan studi kelayakan dengan menentukan, pada setiap tahap analisis, apakah ada metode yang berarti (strategi dan alat) untuk mencapai Iungsi (atau tugas) dan persyaratan yang terkait kinerja. Tugas analisis tidak terkecuali. Karena analisis tugas adalah "pemecahan secara Iinal", langkah dalam analisis sistem, analisis kelayakan Iinal diselesaikan setelah tugas dan spesiIikasi digambarkan.
Analisis Misi, fungsi, tugas; dan tingkat keputusan. Perbedaan antara misi, Iungsi, dan analisis tugas adalah tidak tentu dan tergantung pada setiap tempat dimulai. Salah satu cara yang mungkin diketahui bila telah dicapai tingkat tugas adalah dengan bertanya pada diri sendiri jika aku jatuhkan itu lebih jauh, apakah saya harus mulai menyatakan 'bagaimana' pekerjaan harus dilakukan. Jika jawabannya ya , berhenti, dan Anda berada di tingkat tugas. Sebuah analisis seharusnya hanya dilakukan ke tingkat yang diperlukan. Analisis harus meyakinkan bahwa ia akan "kembali" pada inIormasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan.
ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN, hlm 13 darl 13
Analisis Tugas adalah tingkat "terendah" dari analisis system.Analisis tugas berasal dari analisis misi dan analisis Iungsi yang terkait dan dengan demikian memberikan tingkat akhir detail diperlukan untuk mengidentiIikasi semua "tentang apa" untuk pemecahan masalah. Analisis Tugas terdiri dari dua subbagian , yaitu yang berkaitan dengan IdentiIikasi / pemesanan langkah-langkah yang akan diambil (daItar tugas) dan yang mengidentiIikasi karakteristik menonjol/ persyaratan pemenuhan tugas yang berhasil (deskripsi tugas). Bersama, dua bagian ini analisis tugas yang memberitahu apakah unit kinerja harus dilakukan dan persyaratan kinerja yang terkait dengan tugas masing-masing. Sering kali, tugas pencatatan bersama dengan persyaratan kinerjanya akan cukup untuk analisis tugas. Format untuk melakukan dan pelaporan analisis tugas adalah tidak tegas atau tetap. Format harus dirancang (atau dipilih) untuk memastikan bahwa data yang relevan untuk perencanaan pengambilan keputusan yang diberikan kepada perencana sistem. Sangat penting bahwa Iormat apapun yang digunakan memberikan data tentang siIat tugas dan persyaratan kinerja (spesiIikasi) untuk penyelesaian keberhasilan masing-masing. Perbedaan antara analisis misi, analisis Iungsi, dan analisis tugas adalah perbedaan derajat bukan jenis. Analisis tugas pada dasarnya dilakukan dengan cara yang sama seperti analisis misi dan Iungsi. Analisis itu adalah mengidentiIikasi dan menguraikan unsur yang dibutuhkan untuk mencapai sesuatu. Dalam analisis tugas, inIormasi kinerja yang lebih rinci diperoleh dan dilaporkan, karena akan memberikan struktur dasar dan inIormasi untuk desain berupa implementasi, pengujian, dan evaluasi dari rencana pendidikan ketika dioperasikan.
KONSEP DAN DESAIN PERENCANAAN DIMULAI DENGAN MEMAHAMI KECENDERUNGAN, MENETAPKAN SASARAN DAN TU1UAN, MERANCANG PERENCANAAN
DISUSUN OLEH : 1. ELIS SUPRIHATIN HERLIANI, S.Pd NIM : 410381031017 2. OO SUHERMAN, S.Pd NIM : 410381031018
PROGRAM PASCA SAR1ANA MAGISTER MANA1EMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG 2011
KONSEP DAN DESAIN PERENCANAAN DIMULAI DENGAN MEMAHAMI KECENDERUNGAN, MENETAPKAN SASARAN DAN TUJUAN, MERANCANG PERENCANAAN, hlm 1 darl 8
KONSEP DAN DESAIN PERENCANAAN DIMULAI DEACAA MEMAHAMI KECEADERUACAA, MEAE1APKAA SASARAA DAA 1U1UAA, MERAACAAC PEREACAAAAA
A. Memahami Kecenderungan Umum Dalam pembuatan rendik, para perencana harus menstudi pola dan kecenderungan Iungsi manusia dalam lingkungannya, pemanIaataan SDM dan Sumber Daya Phisik, untuk sebanyak-banyaknya keuntungan manusia dan perekonomian.Demikian juga studi pengaruh lingkungan phisik terhadap perilaku manusia, studi tentang keseimbangan peran dan aturan Iormal dan inIormal.Setelah itu studi ditekankan pada hakikat dan tujuan inIrastuktur.Dua macam inIrastruktur, yaitu bagian visible dan invisible.Bagian visible adalah elemen yg langsung digunakan saat aktivitas seperti meja kursi, kamar kecil, listrik, telekomunikasi dan seterusnya. Inilah yang disebut pengisi inIrastruktur, sedangkan bagian invisible adalah elemen yang tidak langsung digunakan seperti jaringan air, jaringan listrik, jaringan telekomunikasi dan seterusnya disebut inIrastruktur. Terdapat tiga kemungkinan menyusun inIrastruktur. 1. InIrastruktur linier, deskripsinya seperti pohon, manIaatnya untuk mensuplai komoditas seperti air, listrik, lalu lintas dan seterusnya 2. InIrastruktu Planar terkait dengan suplai komoditaas juga namun merupakan jaringan kerja yang ketat dalam suatu perencanaan, gambarannya seperti jala jaringan keja. 3. InIrastruktur spatial, terkait dengan suplai komoditas yang berbentuk jaringan kerja berlubang. Suatu kota pada dasarnya merupakan gabungan rumit dan dinamis dari ketiga macam inIrastruktur tersebut. Karena itu mendisain perencanaan diawali dengan mendeskripsikan berbagai Iaktor atau elemen sebagai berikut. 1. Tingkat kepadatan penduduk, jenis kegiatan, dan bentuk jaringan inIrastruktur, mempengaruhi orang, tempat, pergerakan, ekonomi, aktivitas, yang semuanya berpengaruh pada proses pendidikan
KONSEP DAN DESAIN PERENCANAAN DIMULAI DENGAN MEMAHAMI KECENDERUNGAN, MENETAPKAN SASARAN DAN TUJUAN, MERANCANG PERENCANAAN, hlm 2 darl 8
2. Perkembangan kehidupan masyarakat terkait dengan karakter individu- individunya dalam merubah atau menyesuaikan diri dengan lingkungan, cukup kuat mempenaruhi perkembangan individu. Planner harus mmIasilitas siswa mngembangkn kmampuan eksplorasi dan intelektualnya, sehingga pendidikan tersebut betul-betul berbasis keterlibatn siswa pada lingkngannya, dan tercipta keseimbangan antara kebenarn individu dan kebenaran kelompok sosial, budaya, dan ekonomi. Sebagai catatan perlu ditegaskan bahwa dipicu perkembangan iptek, perubahan sosial bergerak sangat cepat 3. Kemampuan iptek merubah lingkungan phisik yang mempengaruhi perubahan siswa, sehingga 'make him be at home in a created environment, dan berdasar pengaruh tersebut, siswa merubah lingkungan, baik yang siIatnya psichologis maupun budaya, yang secara berkelanjutan keduanya mempengaruhi orang-orang yang berada dalam lingkungan tersebut, man is continuously adapting animal, sesuai dengan persepsinya terhadap lingkungannya. 4. Pergerakan urbanisasi manusia dari pinggir kota ke pusat kota, jenis pemakaian kendaraan (pribadi atau massal), eIisiensi gerakan dan biaya, mode kendaraan, jumlah dan isi kendaraan, serta rute, operasi, pemilik, Iasilitas, dan pengenalan. 5. Planner juga harus mendeskripsikan kegiatan ekonomi, yang issunya biasanya besar, penting, luas, kompleks, namun biasanya kekurangan data, dan aparat pemerintah tidak eIIektiI mengatasinya. 6. Bentuk dan trend yang berkembang pada kegiatan. Aktivitas pendidikan saling terkait dg transportasi, ekonomi, sistem sosial, komunikasi dan sistem politik. Faktor2 ini terlihat atau tdk terlihat saling terkait secara tetap. Perubahan besar salah satu Iaktor akan langsung mempengaruhi bentuk dan kecenderungn aktivitas yang lainnya. Dalam kaitan ini banyak penyiapan Iasilitas pendidikan lebih merujuk kepada keperluan masyarakat kota. 7. Beberapakemungkinan trend rendik, terkait dengan bentuk individu,kelompok, kesamaan tujuan(keluarga, lembaga, perusahaan),
KONSEP DAN DESAIN PERENCANAAN DIMULAI DENGAN MEMAHAMI KECENDERUNGAN, MENETAPKAN SASARAN DAN TUJUAN, MERANCANG PERENCANAAN, hlm 3 darl 8
yang terus berubah sesuai dengan perkembangan sosial, teknologi, kekayaan, dan sistem politik. B. Menetapkan Sasaran dan Tujuan, Keragaman kepentingan masyarakat, ekonomi, dan public mempengaruhi pembuatan keputusan pendidikan, yang memerlukan adanya alternative.Untuk pemilihan diperlukan struktur logika, criteria sehingga tercapai eIektivitas. Namun demikian tidak harus menunggu secara sistimatik penyelesaian perencanaan secara lengkap pembangunan kota dan atau kesepakatan seluruh warga. Terdapat beberapa penunjang atau hambatan bagi terbentuknya perencanaan pendidikan.Pada bagian ini, tujuan (goal) pendidikan disebut dalam term makna, hakikat, Iungsi, dan karakteristik. C. Peran Tujuan dalam Rendik Tujuan Perencanaan Pendidikan. Istilah tujuan dalam perencanaan pendidikan terkait ruang lingkup kerja serta hasil akhir dari suatu kegiatan. Ada goal, objective, target, dan task. Istilah goal merupakan ujung dari akhir perencanaan (Goals are ends Ior which a design is made). Sedangkan Objective adalah tujuan antara sebagai bagian dari goal.Target adalah tujuan antara yang merupakan bagian dari objective, dan kemudian task adalah tujuan yang merupakan bagian dari target.Terdapat empat macam tipe goals. 1.Tujuan berupa optimalisasi dalam bentuk, seperti rendah biaya hasil excellence; 2. Tujuan yang memuaskan, seperti pendidikan untuk semua; 3. Tujuan incremental (semakin naik) seperti menambah jumlah kelas; 4. Berbentuk PositiI atau negative, seperti member ruang lebih untuk belajar. Terkait dengan arah kehidupan, goals harus relevan, realizable, dapat dioperasionalkan, general, community oriented, dan jangka panjang. D. Pengembangan Goals Dalam rangka pengembangan tujuan akhir, para perencana memerlukan pertimbangan tentang berbagai hal. 1. Memperhatikan tujuan umum belajar, antisipasi masalah baru, metode yang akan digunakan, .hubungan pelajaran lama dan baru, diskusikan hubungan antar sekolah, distrik atau negara bagian.
KONSEP DAN DESAIN PERENCANAAN DIMULAI DENGAN MEMAHAMI KECENDERUNGAN, MENETAPKAN SASARAN DAN TUJUAN, MERANCANG PERENCANAAN, hlm 4 darl 8
2. Mempelajari latar belakang masalah melalui studi SWOT dan penyebabnya sampai terjadi situasi terakhir, 3. Tetapkan titik awal kerja sesuai proses rendik dan Iokuskan pada target serta gunakan cepat masukan dari balikan (Ieedback) E. Tujuan Akhir Rencana Pendidikan 1. Meminimalisir masalah sosial, phisik, dan Iinansial kelompok kecil yg menghambat partisipasi aktiI kegiatan komunitas; 2. MemIasilitasi individu membuat keputusan pribadi; 3. MemIasilitasi keragaman jabatan, warna kulit, kelas sosial atau kepercayaan; 4. Melibatkan individu pada kehidupan masyarakat; 5. Menyiapkan individu untuk dunia kerjanya. F. Hubungan antara goals dan objective Goals dapat tercapai melalui objective, target, dan tasks.Namun dalam menyusun Iormulasinya, goals disusun berdasarkan nilai yang dianut, untuk kemudian dari goal tersebut diturunkan rencana pendidikan.Dengan demikian bagan alurnya dapat digambarkan sebagai berrikut. Value Goals Rendik Dalam pada itu bentuk objective yang dirancang untuk maksud pembuatan strategi perencanaan adalah 1. Dirancang untuk pelayanan; 2. Sasaran alternatiI dirancang untuk mengembangkan Iasilitas layanan; 3. Susunan dapat merupakan kombinasi dari beberapa hal yang belum ada. 4. Term dalam bentuk operasional tidak abstrak; 5. AlternatiI ditentukan pada setiap sasaran; 6. Maksimalkan sasaran berdasarkan input yang pasti atau minimalisasi input untuk sasaran yang pasti. 7. DiIormulasi sebagai hasil dialog antara perencanaan pendidikan dengan representatiI wakil publik. G. Skema/Rencana Rancangan (Designing Plans) Skema Rancangan didasarkan pada pertimbangan 'apa, mengapa, dan kapan, IilsaIat, sasaran dan proses pendidikan perkotaan yang ada. Tanpa
KONSEP DAN DESAIN PERENCANAAN DIMULAI DENGAN MEMAHAMI KECENDERUNGAN, MENETAPKAN SASARAN DAN TUJUAN, MERANCANG PERENCANAAN, hlm 3 darl 8
pemahaman pada item-item tersebut, rancangan tidak akan eIektiI. Diperlukan deIinisi yang lengkap mengenai rancangan, walau kadang bersiIat subjektiI dan luas. Disain Kota harus memberikan ruang sentuhan antar individu (S.Giedion), atau lingkungan kemanusiaan yakni orang-orang, bangunan, ruang, dan layanan sehingga memiliki makna, vital, dan pengalaman indah, untuk pengembangan kehidupan yang lebih baik (Orlindo Grossi). Disain tersebut harus menciptakan harmonisasi antar manusia, teknologi, alam, pengembangan bagian kota yg berbeda-beda, menurut Iungsi, dan hubungan eIisien antara satu dengan yang lainnya (l.Hilberseimer, p.273), atau Seni dan ilmu utk memecahkan kesemrawutan kehidupan kota (William N. Bryger), demikian dikutip Banghart and Trull:272-273, yang kemudian menegaskan adanya enam ciri yang saling berhubungan yakni riset (analisis), disain (sintesis), produksi (Iormasi), distribusi (penyebaran), Utilisasi (kinerja) dan eliminasi (penghentin). H. Konsep Desain Perencanaan Konsep rancangan perencanaan melibatkan tiga unsur utama yakni bahan (material), bentuk (Iorm), dan saling hubungan yg dinamis antar komponen di dalamnya. Bahan adalah is a basic building block that is derived Irom the physical environment. Sedangkan bentuk adalah the arrangement oI material.Adapun hubungan dinamis adalah susunan kegiatan dari macam ragam kegiatan dalam kesatuan yang terintegrasi. Rancangan perencanaan dibentuk berdasarkan kombinasi kemampuan teknis mengekspressikan idea, kreativitas (keselarasan, kesatuan, keindahan, dan Iungsi dari lingkungan alam), dan imajinasi. Rancangan merupakan resultante dari tiga hal : pemahaman hukum alam, ide dan imajinasi sendiri, dan pemahaman atas siIat dan keperluan orang. I. Hal-hal yang Memepengaruhi Rancangan Rancangan merupakan kegiatan yang kompleks dan dipengaruhi oleh banyak hal.Diantara Iactor-Iaktor yang mempengaruhi tersebut adalah budaya, polititk, lingkungan alam dan lingkungan buatan, iklim, psikologi, teknologi, pertukaran sosial dan pertukaran budaya.Pertukaran budaya mempengaruhi
KONSEP DAN DESAIN PERENCANAAN DIMULAI DENGAN MEMAHAMI KECENDERUNGAN, MENETAPKAN SASARAN DAN TUJUAN, MERANCANG PERENCANAAN, hlm 6 darl 8
teknologi dalam struktur lingkungan dan kekuatan komunikasi.Dalam kaitan inilah perencanaan merupakan system terbuka. Hal lain yang harus dipertimbangkan dalam membuat rancangan adalah penggunaan waktu, lahan penduduk, interaksi masyarakat, pembangunan ekonomi, dan cara-cara yang mempengaruhi perencanaan pendidikan. Demikian juga teknologi analisis dan perencanaan.Rancangan yang bagus adalah rancangan yang seluruh elemen terakomodasi dalam susunan tapi tanpa harus dipaksakan. 1. Proses Perancangan Dimulai dengan mengenal lingkungan objek rancangan, dan penelitian pendahuluan untk mendapatkan data, membuat deIinisi awal, pengmpulan data, uji coba awal, modiIikasi solusi tentative, dan perencanaan akhir.Perencana harus terus menerus memahami kebutuhaan masyarakat dan mencoba menampungnya dalam rancangan sehingga terbentuk analisis dan penterjemahan kehendak klien pada disain, sambil tetap Ileksibel terkait perlunya mengapresiasi tren perubahan bentuk Iisik. Dalam hal ini perlu memasukkan Iactor kontingensi yang memungkinkan perencana mampu mengatasi terjadinya perubahan pada masa depan. Proses desain dapat diurutkan sebagai berrikut. 1. MendeIinisikan sasaran (objectives) berdasarkan pemikiran tentang goals (politik, sosial, lingkungan,pisik) dan kemampuan atau keterbatasan (waktu, biaya, sumber daya manusia /sumber daya alam, dan phisik). 2. Analisis sasaran melalui riset (program dan koordinasi) untuk kemudian diadakan review (telaah ulang). 3.Synthesis berdasarkan review atas disain tujuan untuk kemudian menetapkan criteria; 4. Mengembangkan alternatiI melalui koordinasi dengan program lain, dan dilanjutkan dengan pengujian;. 5. Melakukan seleksi untuk mencari jalan keluar/solusi, dan kemudian menghasilkan atau mengajukan model; 6. Melakukan simulasi melalui koordinasi dengan program lain;
KONSEP DAN DESAIN PERENCANAAN DIMULAI DENGAN MEMAHAMI KECENDERUNGAN, MENETAPKAN SASARAN DAN TUJUAN, MERANCANG PERENCANAAN, hlm 7 darl 8
7. Evaluasi kriteria perIormans, ukuran kuantiIikasi, penilaian non kuantiIikasi, untuk kemudian menetapkan proIile perIormans. 8. ModiIikasi perIormans; 9. Mengevaluasi atau memperkirakan kelayakan dan biayanya. 10. Review.
Para perencana harus harus Ilexible, tdk boleh statis, jadi penterjemah lingkungan sasaran desain (be translation oI the environment) Kesepuluh langkah berurutan ini hakikatnya terdiri atas empat bagian yakni pendeIinisian, analisis, sintesis, dan modiIikasi terus menerus dampai adanya kesepakatan bentuk akhirnya. K. Proses Perencanaan Rancangan Pendidikan 1. Prosedur Rendik Mengembangkan rencana sketsa a. Jangka pendek (sebulan-setahun, b. Perbaikan cepat, c. Menggunakan data nyata, d. Kerjasama dengan masyarakat, kelompok lokal, regional atau nasional. 2. Methode Perencanaan Pendidikan, meliputi : a. Menentukan goals berdasar 1. Berbagai kemungkinan phisik, kemanusia an, ekonomi, sosial, dan budaya. 2.Kemungkinan pengembangan terkait masa depan daerah; b. Menentukan kebutuhan pendidikan terkait 1.kondisi dan Iasilitas yang ada, 2.jangka peebeck Iasilitas dan program layanan) c. Program pertemuan menentukan kebutuhan pendidikan 1. Time schedules, 2. Perubahan penambahan phisik, 3.Aturan dan alat-alat administratsi dan keuangan; 4.Organisasi sosial dan opini publik.
KONSEP DAN DESAIN PERENCANAAN DIMULAI DENGAN MEMAHAMI KECENDERUNGAN, MENETAPKAN SASARAN DAN TUJUAN, MERANCANG PERENCANAAN, hlm 8 darl 8
3. Perencanaan Pendidikan, meliputi : a. Menjawab keperluan masyarakat berkenaan dengan ukuran populasi, basis ekonomi (jenis, bentuk, jumlah, pengembangan, rintangan), kehidupan masyarakat (jenis Iasilitas, program layanan,LSM), dan penertiban bangunan phisik (tanah, Iasilitas, rukun tetangga, penambahan, perubahan, dan cagar budaya). b. Membuat catatan tentang estimasi populasi, pengembangan ekonomi, pengembangan layanan perumahan masyarakat, pengembangan phisik, tindak lanjut perencanaan (program publik dan privat, legislatiI, administratiI, alat alat keuangan, pengorganisaian kantor dan kota).
EVALUASI DAN SPESIFIKASI PERENCANAAN
Oleh : AAT RUHIYAT, S.Pd SEPTIAN GAZALI RUKMANA, S.Pd
PROGRAM PASCA SAR1ANA MAGISTER MANA1EMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG 2011
EJALUASI DAN SPESIFIKASI PERENCANAAN, hlm 1 darl 10
EVALUASI DAN SPESIFIKASI PERENCANAAN
Evaluasi dan spesiIikasi perencanaan, dimulai dari simulasi perencanaan, menilai perencanaan, menseleksi perencanaan, (Banghart, 1973:293-340 Bab 13- 15). Simulasi merupakan bentuk tiruan Iaktor-Iaktor penting perilaku atau kejadian. Simulasi merupakan visualisasi atau potret mini perilaku sebuah sistem yang ditampilkan dalam waktu tertentu. Simulasi berIungsi menentukan peristiwa-peristiwa events) pada perencanaan dalam suatu rangkaian yang realistis dalam sebuah kerangka berbagai kemungkinan. Problem utamanya adalah bagaimana dan kapan sesuatu dianggap berhasil. Terdapat tiga model simulasi sebagai berikut. 1. Model Perubahan berkelanjutn (continuously changing models). Pada model ini seperangkat variabel secara berkelanjutan berubah sesuai dengan perubahan waktu. System merupakan kekuatan elektromekanik, yang terus mengalir. Contohnya perubahan tingkat kedewasaan anak didik pada satu kurun waktu proses pendidikan; 2. Model Periode Tertentu (Iixed-period models), yakni model dengan waktu dipecah-pecah pada periode terbatas, dan variable-variabel mengikuti perubahan hanya pada akhir periode. Biasa digunakan pada econometrics saat data hanya tersedia pada periode awal. 3. Model kejadian terpisah-pisah (discrete-event models) yakni model dengan variable-variabel kuantitasnya muncul pada waktu-waktu tertentu, dan dikenal sebagai kejadian. Perubahan selanjutnya antar bebagai kejadian dihitung dalam satuan waktu. Banghart and 1rull (p.295) mengutip Dimitris A. Chorafas dalam bukunya System and Simulation (p.27) tentang empat Iaktor utama yang harus dipertimbangkan dalam simulasi perencanaan, yakni (1) peran perencanaan; (2) Model; (3) Ukuran eIektivitas model, dan (4) kriteria keputusan. Keempat hal tersebut harus dikonIirmasikan kepada keragaman tingkatan, waktu pelaksanaan, pengaruh perubahan, pelaksanaan model, penggunaan variabel, dan penetapan ukuran-ukuran, apakah dalam bentuk tehnik simulasi yang siIatnya Iisik,
EJALUASI DAN SPESIFIKASI PERENCANAAN, hlm 2 darl 10
matematik, graIik, atau verbal. Beberapa model pendekatan simulasi, terkait dengan manusianya, tempat, gerakan, kegiatan ekonomi. Hal yang perlu mendapat perhatian adalah sebagai berikut. Sasaran Perencanaan merupakan kriteria lain ukuran hasil simulasi, Batasan berada dalam aplikasi simulasi, Melalui prosedur kuantitatiI, simulasi juga memiliki Iaktor-Iaktor kualitatiI yang harus dipertimbangkan. Opini seseorang jangan dianggap sumber data. Simulasi tidak mengandung semua pendekatn, namun tergantung pada skill, kesabaran, kreativitas imanjinasi, kemampuan memilih metode. Alur Proses Simulasi Rencana awal Tipe2 model: Fisika Matematik Grafik verbal Rencana yang disimulasikan Perbaikan Rencana awal Pengoperasian renc yang disimulasikn Evaluasi hasil renc. Dan Penetapn Yang dpt diterima
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan adalah sebagai berikut. a. Tingkat agregasi (the level oI aggregation), apakah data akan digunakan pada tingkat makro atau mikro. Bila makro, pendekatannya memakai statistic perilaku massa dan properti-propertinya, bila mikro mememrlukan system preIerensi secara rinci para perencana pendidikan. b. Perlakuan terhadap waktu (treating time). Penyusunan waktu sangat penting. Pada satu sisi perencana memerlukan kepastian hasil simulasi namun pada sisi lain respon para variable dan penaIsiran para perencana suka terlambat. Keterlambatan itu terkait dengan keseimbangan hubungan antara variable luar yang member pengaruh (exogenous) dan variable dalam (endogeneous). Keseimbangan ini penting sebab dapat mempengaruhi perubahan, kerusakan, dan kemerosotan perencanaan. c. Dampak Perubahan (the eIIect oI change). Dua macam variable yakni flow yakni variable yang berubah seiring dengan pergeseran waktu, dan
EJALUASI DAN SPESIFIKASI PERENCANAAN, hlm 3 darl 10
stock yakni variable berupa barang persediaan. Dinamika masyarakat akan menggeser posisi stock jadi Ilow atau sebaliknya. d. Pengopersian model (operating the model). Terdapat empat simulasi yakni (1) model Iisik yaitu model yang berbentuk arsitektur seperti kayu, kertas, plastic, untuk menggambarkan bangunan jembatan, dlsb.nya dalam skala kecil. (2) matematik, yaitu model yang menggunakan struktur llogika, pengoperasian acak, atau kesimpulan logika; (3) graIik, yaitu gambar hasil tangan atau potret dari udara; (4) verbal, yaitu model perencanaan yang menyeluruh (comprehensive planning. e. Penggunaan variable (using variables). Perencana harus memilih data yang secara empiric dapat diuji tingkat validitasnya. Hal ini penting sebab bisa jadi suatu data dihasilkan oleh Iactor atau variable yang tersembunyi, bukan variable yang sudah diinventarisasi sejak awal, yang langsung dapat dilihat. I. Menentukan parameter (establishing parameters). Hal ini terkait dengan realitas bahwa nilai-nilai paramete r ditentukan oleh deIinisi empiris dari sebuah variable. Sangat berbeda sekali manakala parameter variable (tingkat partisipasi pendidikan umpamanya) dtentukan antara 3-15 tahun dengan 3-24 tahun. Ada beberapa cara untuk memuat parameter- parameter, seperti metode berubah-ubah tapi masuk akal, metode coba- coba (trial and error), atau metode standar intuisi namun rasional lantaran didasarkan pada pengalaman. Beberapa Model Simulasi Terdapat 5 model pendekatan simulasi, yakni berdasarkan dimensi orang- orang, model tempat, model pergerakan, model ekonomi, dan model kegiatan (activities). A. Model orang-orang. Terdapat beberapa jenis model terkait dengan orang- orang. (1) computer city model. Model ini berIungsi untuk menyeleidiki pengaruh jangka panjang suatu program baru pendidikan atau suatu proyek kegiatan. (2) Delphi Model, yakni pendekatan consensus para ahli/pakar yang tidak saling beredkatan. Caranya pertama-tama membuat daItar opini atau Iakta lapangan, kemudian daItar tersebut diserahkan pada para ahli,
EJALUASI DAN SPESIFIKASI PERENCANAAN, hlm 4 darl 10
yang kemudian mengevaluasi berdasarkan criteria dengan argument yang dibuat masing-masing ahli dan kemudian diberi catatan-catatan; (3) model Metropolis (Metropolis Model), yakni model peran lengkap orang- orang dalam satu kasus, contoh kasus pembangunan perumahan. Dalam kasus tersebut ada pemeran sutradara, dan pemeran lain seperti administrator, spekulan tanah, aparat sekolah, poltikus, dlsb.nya. Masing- masing memiliki strategi opsional bagi optimalisasi kemenangan programnya dan meminimalisasi kekalahannya; (4) Model alokasi (allocation Model) dipakai untuk mengalokasikan berbagai kegiatan, dengan mempertimbangkan populasi kota/daerah, jenis-jenis pekerjaan dan pekerjanya, dan variable-variabel lain yang terkait. KOnsep utamanya mendeskripsikan keragaman bentuk kegiatan penduduk suatu daerah dalam kesatauan system.
B. Model Simulasi Tempat-tempat. Terdapat enam macam jenis model yaitu (1) model Ikonik (Iconic Model), yakni model para arsitek dan perancang phisik. Model ini menggambarkan pergerakan (kinetic) yang tidak ada dalam dunia nyata. (2) Model Tanda GraIik (GraIic Notation Model), untuk mensimulasi bentuk penduduk, ruang dan aktivitas. Dikembangkan oleh perancang kependudukan sebagai cara komunikasi, notasi graIik, termasuk ke dalamnya symbol-simbol berkenaan dengan jalan kecil, pinggiran, pohon- pohon, distrik dan pengembangan landmark. (3) Model Bahasa (Pattern Language Model). Menampilkan simulasi dua dimensi bagi keadaan tiga dimensi. Melalui urutan dari yang besar ke yang kecil dan ditil-ditil lain yang menggambarkan siIat umum suatu projek. (4) Model Matrik Potret (PhotograIic Matrix Model), yaitu simulasi dengan menampilkan rangkain matrik-matrik sehingga varoebl independen dapat diuji dalam kaitan yang lebih luas. Berdasarkan rangkain matrik tersebut dapat terlihat kemungkinan munculnya suatu tindakan saat dihubungkan dengan tindakan-tindakan tertentu.
EJALUASI DAN SPESIFIKASI PERENCANAAN, hlm 3 darl 10
(5) Model Simulasi matematik (Mathematical Simulation Model). Salah satu bentuknya adalah distribusi Pareto. Model ini memakai symbol huruI dan angka untuk menampilkan suatu rumus-rumus, dengan makna-makna tertentu. C. Model Simulasi Untuk Pergerakan. Ada tiga model simulasi mengenai pergerakan yakni model transportasi (Transportation Models )dan model peluang berselang (the intervening opportunities model). (1) Transportation Models adalah pemakaian sumber- sumber terluas dari model simulasi. Tujuannya menggambarkan pencapaian kesempatan bagi para pekerja atau tempat-tempat perbelanjaan untuk membangun pertumbuhan perumahan kaum urban. Simulasi pengawasan pembangunan transprtasi ini, penggunaan lahanpun dapat dikontrol sehingga lahan lain dapat digunakan untuk hal yang lebih penting. (2) The Intervening Opportunities Model. Didasarkan pada asumsi bahwa keseluruhan waktu perjalanan dari satu titik dapat diminimalisasi bila tiap tujuan hanya memiliki suatu pertimbangan yang dapat diterima. (3) Simulasi pergerakan manusia. Simulasi ini menegaskan bahwa perbedaan warna memberi pengaruh terhadap gerakan manusia, dan melalaui uji statistik lingkungan yang disimulasikan memperlihatkan apa pengaruh warna terhadap pergerakan manusia . D.Model simulasi Ekonomi Setidaknya ada tiga macam jenis simulasi dalam ekonomi. (1)Model keseimbangan, sebagai metode dinamika industri yang dikembangkan MIT selama 250 tahun terkait pertumbuhan penduduk. Dengan menggunakan 156 pertimbangan yang berbeda, simulasi pengaruh pada pertumbuhan kota menggunakan berbagai variable kebutuhan pengangguran, buruh dan manajer proIessional, jumlah perumahan, besaran keluarga, retribuasi pajak dan kebutuhan pajak. Perilaku sistem tersebut, member serangkain pengaruh yang saling berhubungan dan menjadi bangunan Iundamental dari simulasi. (2) Model potensi pasar retail. Lokasi atau potensi penjualan pusat retail tidak dipandang sebagai Iungsi kekuatan pembelian yang nyata. Namun sebagai Iungsi tumpang tindih kompetisi diantara pusat-pusat perbelanjaan. (3) Model Pittsburgh, yang langsung pada pengembangan model umum dari bentuk penduduk.
EJALUASI DAN SPESIFIKASI PERENCANAAN, hlm 6 darl 10
Kesamaan secara umum merupakan representasi jalan keluar keseimbangan bentuk tanah yang digunakan dan distribusi pekerja dan populasi.
E. Model Simulasi Untuk Aktivitas. (1) Model Simulasi Peluang. Distribusi aktivitas diasumsikan sebagai evaluasi keberhasilan. Peluang lokasi diranking berdasarkan waktu tempuh dari pusat kota (in order oI travel time Irom a city centre). (2) Model San Fransisco merupakan metode simulasi yang didasarkan pada prinsip teori permainan, dapat diterapkan pada pendidikan penduduk. Langkah-langkahbya sebagai berikut. a. mendaItar pengguna (murid, guru, administrator, dll) dikelompokkan berdasarkan kesamaan budaya, gaya hidup, perumahan, tujuan personal dan proIessional; b. tiap kelompok diklasiIikasi berdasarkan program pendidikan yang mereka tempuh; c. semua kelompok ditandai aktivitas spesiIiknya, keragaman kondisi phisik, dialokasikan berdasarkan komunitas penduduk. d. diasumsikan bahwa kepentingan dan partisipasi masyarakat, akan merangsang pertumbuhan unit baru atau memperbaharui yang ada, sehingga menjadikan keuntungan bagi pendidikan yang mereka tempuh. e. the 'rule oI proIitability akan sejalan dengan keragaman tantangan masyarakat, kebutuhan SDM, biaya konstruksi atau rehabilitasi, dan tujuan serta sasaran pendidikan kelompokpenduduk. Tujuan model ini adalah mensimulasikan interaksi dengan dan pengaruh aktivitas belajar pada masyarakat, kebijakan, program, aktivitas kelompok masyarakat lain, perilaku penanaman modal pasar sawsta dan keputusan lokasi bisnis, industry, rumah tangga dll. Ruang yang ada dapat dicocockan dengan kebutuhan program pendidikan dan pengguna pendidikan. Ringkasan Simulasi dari sistem phisik dan sosial menjadi langkah menentukan dalam proses perencanaan yang menyeluruh. Pangalaman menunjukkan bahwa pengembangan dan model-model simulasi merupakan sebuah proses panjang. Namun bagaimanapun model-model simulasi merupakan inIormasi penting bagi
EJALUASI DAN SPESIFIKASI PERENCANAAN, hlm 7 darl 10
peningkatan pengertian tentang perencanaan pendidikan dan memahami masalah- masalah pendidikan dari sebuah lingkungan penduduk.
Menilai Perencanaan Penilaian pada dasarnya meentukan nilai perencanaan pendidikan dan kekuatannya. Sesuai kebutuhan, evaluasi sebaiknya dilaksanakan sepanjang proses perencanaan. Dalam beberapa kasus, beberapa evaluasi parsial dibuat dengan menggunakan uji kuantitatiI atau penentuan berdasarkan pengalaman, baik untuk menolak, memodiIikasi, menggabungkan, atau menerima hasil. Dalam kaitan ini perencana pendidikan harus mengetahui nilai-nilai relative, latar belakang, selain dan yang terutama mengetahui nilai yang jadi Iocus kepentingan. Perencana juga harus berani mengorbankan pandangannya manakala hal itu menghalangi tercapainya sasaran yang lebih baik, dan juga berani mengadakan evaluasi komparatiI bila muncul perubahan diantisipasi atau tidak, yang muncul akibat tindakan yang direncanakan. Tiga cara evaluasi. Pertama cara utilitarian, yakni kepentingan public dapat ditentukan oleh keuntungan dan keuntungan berdasar kejadian yang dianggap penting oleh individu. Kedua, cara quasi utilitarian, yakni menganggap manIaat terkait dengan jumlah, namun nilai terbesar diberikan kepada kepentingan beberapa orang dibanding pada yang lainnya. Ketiga, kualitas individu, merupakan sisi lain dari pertimbangan akhir kepentingan public yang diseleksi berdasarkan pertimbangan yang tepat. Mekanisme evaluasi dapat dikemukakan sebagai berikut. 1. Mengevaluasi nilai (value), dan konkritisasi bentuk sasaran; 2. Menetapkan perspektiI waktu, jangka panjang, menengah atau jangka pendek. Dalam jangka panjang tolok ukur yang baku, baru, dan malah radikal harus terbaca dan dapat dimengerti masyarakat. 3. Beberapa identiIikasi nilai untuk dievaluasi, berisi opini masyarakat, survey antropologi, dengar pendapat, interview dg pemimpin non Iormal, analisis yang menekankan isi, ukuran belajar dan undang-undang pembelajaran, dan anggaran sebelumnya.
EJALUASI DAN SPESIFIKASI PERENCANAAN, hlm 8 darl 10
4. Sasaran evaluasi terkait dengan inti masalah tugas perencana, artinya evaluasi harus melihat prosesnya dalam pembuatan perencanaan. 5. Banyak kegiatan evaluasi berada pada level IilosoIis, padahal praktik sasaran lebih tertuju pada ditil operasional.
Beberapa Tehnik Evaluasi Tehnik Evaluasi, berdasar ratio biaya. Pertama, biaya berbanding eIIektivitas, hasil evaluasinya adalaah sejauhmana eIIektivitas pembiayaan. Kedua, biaya berbanding keuntungan, hasil evaluasinya adalah ukuran besaran keuntungan terkait dengan biaya yang dikeluarkan; Ketiga, biaya berbanding pemanIaatan, hasilnya berapa jumlah pembiayaan tiap aktivitas. Tehnik ratio biaya ini prinsipnya adalah menekan pembiayaan serendh rendahnya, namun dengan eIektivitas, keuntungan, dan pemanIaatan yg setinggi-tingginya. Diantara cara untuk itu adalah dirinci dahulu tujuannya, kemudian tiap-tiap item tujuan dibuat rencana pengembangannya secara optimal, kemudian dihitung pembiayaan dengan pertimbangan 3 macam rationya seperti tersebut di atas. Tehnik lain terkait pembiayaan ialah system matrik. Terdapat sekurang-kurangnya tujuh macam matrik pembiayaan dikaitkan dengan 1. Kehadiran, guru, peralatan, Iasilitas baru, pemeliharaan, operasional, publikasi. Kemudian dibuat skala keuntungan; 2. Upaya meminimalisasi biaya perjalanan, melalui perbandingan total orang permil, atau total orang permenit; 3 dan 4. Biaya diperhitungkan dan diperbandingkan dengan perolehan keuntungan. Tehnik lain melalui pemilihan, perbandingan tiap Iactor melalui pengangkaan, ini artinya penetapan prioritas. Ada juga tehnik pemetaan peringkat, pembobotan sejumlah besar sasaran, skala penilaian ordinal, dan matrik evaluasi melalui skala pembenaran baik, cukup baik, cukup buruk, dan buruk. Tehnik lainnya adalah metode pemeringkatan dan pembobotan.
Memilih Perencanaan Rendik komprehensiI melibatkan unsur-unsur Iisik, sosial, dan ekonomi. Ketiganya berkaitan dan merupakan kesatuan system yang terapdu. Untuk itu diperlukan koordinasi, Ileksibilitas, dan pemilihan waktu dan Iungsi. Dalam
EJALUASI DAN SPESIFIKASI PERENCANAAN, hlm 9 darl 10
kaitan ini harus digaris bawahi adalah solusi total permasalahan, bukan yang lainnya.
1.Perencanaan Fisik. Pada hakikatnya merupakan seni membentuk dan mengendalikan susunan da struktur Iisik kota supaya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan ekonomi yang sejalan dengan capaian pendidikan masyarakat. Tiga hal pentingdalam hal ini adalah kebutuhan akan tanah terkait lokasi, mengekspressikan kebutuhan tersebut berdasarkan unit dan intensitas, dan ketiga mendeIisnisikan Iisik di atas tanah dan usaha menjelmakannya. Lokasi harus cocok dengan berbagai penggunaan, baik kegiatan eksplorasi, asosiasi, keterkaitan pekerja, lalu lintas, kapasitas dan potensi pertumbuhan terkait penggunaan tersebut. Beberapa prinsip umum perencanaan lokasi adalah sebagai berikut. a. Prinsip keterbelakaangan budaya (cultural lag) terkait dengan kelambanan perkembangan dan pengaruhnya terhadap perubahan; b. Prinsip kesederhanaan, terkait dengan penggunaan sumber daya, prosedur, dan teknologi yan ada; c. Prinsip kesatuan, terkait totalitas perencanaan; d. Prinsip modiIikasi rasional, luwes menghadapi berbagai kemungkinan, e. Prinsip penyesuaian kepuasan konstan, yaitu proses perencanaan harus mewadahi kebutuhan masa yad.; I. Prinsip guna cocok berganda (multiple compatible use). Terkait dengan pemikiran maksimalisasi Ileksibilitas struktur-struktur. g. Prinsip Ileksibilitas konsisten, yakni Ileksibel untuk terus menerus dimodiIikai sesai tuntutan kebutuhan. Berdasarkan ketujuh prinsip tersebut perencana harus menembus tiga Iase yakni pertama, persiapan awal berupa gambaran bidang kajian dan pengumpulan data bagi perencanaan Iisik suatu system persekolahan. Kedua, penggunaan tanah secara kualitatiI amupun kuantitatiI. KualitatiI dalam arti mewadahi pengguna individu, hubungan antar individu, atau pola interaksi antara aktivitas sekolah dengan aktivitas social, kecenderungan aktivitas, misalnya kerja, santai, dn
EJALUASI DAN SPESIFIKASI PERENCANAAN, hlm 10 darl 10
pengaruh teknologi terhadap keduanya. Ketiga, Iase disain Iisik supaya sesuai dengan pola aktivitas, konsep kenyamanandan pertimbangan biaya.
2.Perencanaan Sosial. Pendidikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan manusia, mengisyaratkan bahwa perencanaan pendidikan harus memenuhi aspek social. Aspek Iisiknya harus berimplikasi terhadap aspek sosial. Hal ini harus memperhatikan keseluruhan lingkungannya yakni ipoleksosbudhankam.. Dengan demikian perencanaan social berkaitan dengan lingkungan Iisik dan lingkungan sosial. Dalam kaitan ini, maka Iase perencanaan social terkait dengan a. perumusan sasaran, b. pengumpulan data, c.sintesis, d. Iase kreatiI, e.persuasi, I. pencapaan pelaksanaan, dan g. umpan balik dan kaji ulang. Catatan utama dalam hal ini adalah salah satu dari empat komponen dasar perencanaan akni strategi, metode, tehnik, dan isi, dapat menyempurakan Ileksibilitas dari perencanaan total. 3.Perencanaan Pendidikan Komprehensif. Merupakan pendekatan sistem pada rendik, melibatkan seluruh aktivitas pendidikan dan komunitas yang mempengaruhi seluruh kegiatan. Faktor utama yang harus jadi perhatian : a. Orang (rencana pengembangan personal, rintangan rendik, rencana pembangunan pendidikan, rencana kerja sosial, rencana inservice teacher, rencana bimbingan, rencana rekrutmen guru, rencana evaluasi murid). b. Aktivitas (rencana: kurikulum, bimbingan penyuluhan, pelaynan makanan, pengajaran, review program, rekreasi komunitas sekolah, kordinasi inter- agency, pelaynan inIormasi, inIormasi data) c. Ekonomi( ppbs, dan rencana pelayanan penagihan, manajemen bisnis, budget operasional, pengeluaran modal, kontrol inventaris, pembelian barang, alokasi sumber) d. Pergerakan (rencana pembelian bus sekolah, pemeliharaan bus, pelatihan supir, pengaturan transportasi) e. Tempat-tempat (rencana Iasilitas penddkn, survei pend, Iasilitas phisik, sistem bangunan, arsitektur, disain sekolah/komunitas, lokasi sumber. . Kelima Iaktor tersebut dipengaruhi system luar.
SPESIFIKASI PERENCANAAN PENDIDIKAN
Disusun oleh:
EIi Kurnia, S.Pd. Ai Mae, S.Pd.
PROGRAM PASCA SAR1ANA MAGISTER MANA1EMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG 2011
SPESIFIKASI PERENCANAAN PENDIDIKAN 1 darl 8
SPESIFIKASI PERENCANAAN PENDIDIKAN
I. PENDAHULUAN Penyusunaan rendik komprehensiI memerlukan perumusan masalah yang jelas. Hal ini terkait dengan perbedaaan pendapat para perencana, sehingga menimbulkan ketidak pastian, mendesaknya persoalan sosial seperti kemiskinan, kekacauan/ krisis sosial, kehidupan yang stagnan, disamping perbedaan paham mengenai peran pendidikan dan arah perubahan sosial. Para perencana butuh rumusan singkat, padat, tepat mengenai tugas pendidikan, masalah dan cara pemecahannya melalui perencanaan pendidikan. Masyarakat sekarang dengan budaya urbannya, merupakan hasil interaksi secara dinamik dan berkelanjutan antara Iisik kota, baik yang siIatnya natural maupun man-made, pengaruh system social, budaya, ekonomi, dan manusianya, khususnya manakala terjadi pertentangan, langsung atau tidak langsung, karena bidang kehidupan dan kepentingan yang berbeda dan kemudian melahirkan pertentangan budaya. Pertentangan tersebut dapat berlangsung antar komunitas, masyarakat lokal, regional, ataupun global. Dalam pada itu, teknologi baru akan sangat membantu proses perencanaan. Prosedur pembuatan deIinisi masalah, analisis ke bagian- bagian dan sistesis menjadi katagori solusi tentative, evaluasi solusi alternative berdasar sudut pandang estetika, ekonomi, skala, dan Iungsi, semuanya merupakan standar operasional pembuatan perencanaan secara procedural (proses yang diulang-ulang setiap pembuatan perencanaan). Solusi alternative, harus terus menerus dievaluasi, dimodiIikasi, dan disesuaikan dengan deIinisi permasalahan. Hal ini penting digarisbawahi sebab teknologi yang distandarisasi, cenderung mengurangi kapasitas individu pembuat keputusan, terlebih manakala lingkungan bersiIat tiruan (artiIicial). Sisi lainnya malah kegiatan kehidupan pun bersiIat monoton dan rutin. Dalam kaitan inilah untuk tidak dilupakan bahwa pada
SPESIFIKASI PERENCANAAN PENDIDIKAN 2 darl 8
hakikatnya teknologi itu berupa alat bantu perencana pendidikan membuat lingkungan sesuai yang direncanakan. Dengan kesadaran akan perlunya interaksi individu dengan lingkunganlah, maka perencanaan pendidikaan akan eIisien dan eIektiI. Pendidikan dalam kaitan ini bertugas untuk menyadarkan anak didik sadar lingkungan. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. a. Penguatan partisipasi masyarakat yang akan dilayani pendidikan sehingga ikut bertanggung jawab untuk menyumbangkan ide-ide kreatiInya bagi perencanaan; b. Diprioritaskan orientasi nilai dalam perencanaan, sebab pada ujungnya antara individu murid dengan lingkungan saling terkait. c. Libatkan sumber daya masyarakat, sebab memberikan manIaat ganda. Logikanya bila pendidikan menghendaki siswa memahami lingkungan, maka semakin mereka terlibat akan semakin Iaham tentang pentingnya lingkungan. Karena itu sumber daya seni, rekreasi, udaya, dan sumber daya ekonomi harus betul-betul terpadu.
II. 1ENIS-1ENIS PERENCANAAN PENDIDIKAN Pada hakikatnya perencanaan pendidikan merupakan persiapan penyusunan tata ruang untuk penyusunan hal-hal yang bersiIat phisik, disamping merupakan persiapan menyusun waktu tindakan, blue print pengembangan masa depan. Jenis-jenis perencaan pendidikan dapat dikemukakan sebagai berikut. 1. Perencanaan Pendidikan Adaptif. Ini adalah kegiatan perencanaan yang menampung usulan atau tanggapan dari pihak luar. Karena itu berpeluang untuk mudah dan cepat dipahami pihak luar. Keseimbangan organisasipun akan terjaga karenannya. 2. Perencanaan Pendidikan Kontingensi, adalah perencanaan untuk menghindari
SPESIFIKASI PERENCANAAN PENDIDIKAN 3 darl 8
pengaruh suatu kondisi dengan biaya atau kerugian minimal. 3. Perencanaan Pendidikan Kompulsif, yakni memerinci sesuatu yang seharusnya dan yang diharapkan. Instrumennya carrot and stick, hadiah bila berhasil dan hukuman bila gagal. 4. Perencanaan Pendidikan Manipulatif, yakni pemanIaatan instrument kesepakatan, pertukaran, dan pengaruh untuk mendapatkan suatu keuntungan. 5. Perencanaan Pendidikan Indikatif, yakni perencanaan deengan penyebaran isyarat-isyarat bagi terbentuknya tindakan yang tepat. 6. Perencanaan Pendidikan Bertahap, yakni perencanaan yang langsung mengoreksi kesalahan saat pelaksanaan. Dengan demikian terjadi adaptabilitas yang secara kumulatiI memperlihatkan pendekatan yang komprehansiI untuk nperencanaan yang komprehensiI. 7. Perencanaan Pendidikan Otonomi, yakni perencanaan untuk diri sendiri tanpa jadi bagian dari yang lain. 8. Perencanaan Pendidikan Perbaikan (Amelioratif), yakni perencanaan dengan tujuan menjaga status quo atau mengembalikan kepada suasana semula. 9. Perencanaan Pendidikan Normatif, yakni perencanaan bersiIat jangka panjang, 25 atau 40 tahun. Dengan karakteristik siIat umum-nya, model ini berIungsi sebagai pedoman bagi kegiatan perencanaan waktu yang lebih pendek. BersiIat menyelruh Iokusnya juga menyeluruh. 10. Perencanaan Pendidikan Fungsional, yakni bersiIat sektoral, aspek tertentu, segmentatiI, namun tetap berIungsi sebagai pelengkap dari upaya perencanaan total. 11. Pemrograman Pendidikan, yakni penentuan pencapaian target, memenuhi kebutuhan program dan sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
SPESIFIKASI PERENCANAAN PENDIDIKAN 4 darl 8
III. PELAPORAN HASIL Penyajian laporan berupa peyajian statistic, pemetaan data penggunaan tapak, dengan spesiIikasinya beranjak dari klasiIikasi umum berupa wilayah pemukiman (padat, sedang, jarang), wilayah perdagangan, jenis transportasi lokal/regional/ nasional, listrik, telepon, dan air, system komunikasi, dan kelompok industri. Untuk itu digunakan bermacam ragam peta yang menunjukkan beragam macam sarana dan prasarana Iisik, inIrastruktur dan suprastruktur. 1. Kontribusi Perencanaan Penggunaan Tanah. Perencanaan ini memakai pedoman standar perkembangan wilayah perkotaan. Disitu ada karakteristik dasar lingkungan perkotaan, direktori tentang pola pergerakan lalu lintas, sistem aktivitas beberapa bagian kota, katagorisasi wilayah seperti pemjkiman, bisnis, hiburan, dsb.nya sebagai hasil Ioto udara, peta, topograIi, atau sketsa-sketsa. 2. Kemungkinan skema klasifikasi. Skema klasiIikasi tanah di perkotaan sangat penting, sebab selain memahami status tanah saat ini, juga memahami gabungan Iactor-Iaktor penggunaan tanah. Pikiran dalam penggunaan tanah biasanya bersiIat ambigu, terlebih rebutan antara wilayah industry dengan wilayah perdagangan, kantor pusat bisnis dengan kantor cabang-cabangnya, system pergerakan organisasi perdagangan dan organisasi social, dan akrena itu harus dikaji hati-hati supaya mendapatkan tempat tepat bagi tempat pendidikan. 3. Pendidikan, Aktivitas, dan Format Perencanaan. Berbagai pertimbangan Iormat kependudukan, harus dimasukkan ke dalamnya pertimbangan tentang budaya dan aktivitas manusia yang akan digunakan bagi mendesain tata ruang. Perencana harus mempadukan bahan dasar
SPESIFIKASI PERENCANAAN PENDIDIKAN 3 darl 8
lingkungan Iisik dan kebutuhan dan sistem aktivitas manusia. MemIormat system merupakan metode untuk menunjukkan interaksi antar aktivitas, keterlibatan orang, dan bentuk lingkungan. Dalam hal ini diperlukan dua klasiIikasi system yakni system blok dan system kode. Sistem Blok, menggambarkan 3 komponen utama, yakni aktivitas, partisipan, dan lingkungan. Adapun prinsip-prinsipnya, adalah sebagai berikut. 1. Cukup luas utk jenis-jenis aktivitas, tipe dan jumlah partisipan, dan Iaktor lingkungan; 2. DideIinisikan jelas dan tegas batas2nya; dan 3. Tiap Block dan datanya mudah dianalisa. Ketiga item ini menjawab masalah : apa dan bagaimana karakter aktivitas, siapa partisipannya, dan apa bentuk lingkungan yang tepat saat aktivitas dilakukan. Empat hal harus dpertimbangkan, yakni: 1. Adanya ruang ekstra utk interaksi; 2. Perlu diketahui bahwa siIat interaksi itu ada yang bebas, dan ada yang berkesinambungan, 3. Skalanya harus dibuat dari yang lambat sampai pada yang sangat cepat; 4. Lokasi aktivitas tertentu dengan persyaratan tertentu bagi eIIektiIitas kinerjanya.
Katagorisasi pastisipan aktivitas social. 1. Individu (umur, kemampuan Iisik, kemampuan emosional, kemampuan mental, pengalaman, minat, dan bakat) 2. Masyarakat (bahasa, karakteristik etnik, tingkat pendidikan) 3. Ekonomi (tingkat pendapatan, pola kepemilikan)
SPESIFIKASI PERENCANAAN PENDIDIKAN 6 darl 8
4. Pekerjaan (terlatih, tdk terlatih, semi terlatih, pegawai kasar, pegawai kantoran, proIesional, semi proIesional). 5. Kepentingan Pengembangan (pencapaian masa lalu, kejadian saat ini, tujuan atau sasaran yang dikehendaki).
System Kode mungkin digunakan sebagai metode yang sistematis untuk menyimpan dan mengidentiIikasi berbagai aktivitas. PrinsiI umum untuk mengembangkan sistem pengkodean ini adalah sebagai berikut:
a. Kode hendaknya mudah digunakan, mudah dikembangkan, dan berorientasi pada computer b. Kode hendaknya cukup Ileksibel untuk menerima berbagai tingkat rincian yang penting dalam proses perencanaan. c. Kode harus disusun sedemikian rupa agar mudah memperbaharui data.
Nomor digit dalam suatu kode menunjukan tingkat rinciannya. Penjelasan koding tersebut sebagai berikut a. Nomor satu digit menunjukan kelas aktivitas b. Nomor dua digit menunjukkan jenis aktivitas c. Nomor tiga digit menunjukkan komponen aktivitas d. Nomor empat digit menunjukkan elemen aktivitas
Perencanaan seperti juga analis sistem merupakan generalis teknis. Perencanaan harus mempersepsi seluruh permasalahan tetapi harus memiliki kemampuan teknis untuk menghasilkan suatu Iormat yang kreatiI. Beberapa jenis perencanaan mengandung beberapa ide umum sebagai berikut:
SPESIFIKASI PERENCANAAN PENDIDIKAN 7 darl 8
a. Perencanaan menyeluruh yang berakar dalam suatu pemahaman mengenai komunitas, berdasarkan pada pengalaman dan penelitian. b. Perencanaan IunIsional menggambarkan organisasi Iisik pada suatu wilayah dengan sejumlah Iaktor yang dapat dikelola yang saling berkaitan. c. Perencanaan wilayah menggambarkan suatu area geograIis tertentu di suatu kota. d. Perencanaan proyek digambarkan secara tiga dimensi e. Citra arsitektur digambarkan dalam hal yang berkaitan dengan pengalaman manusia mengenai apa yang dilihat dan terjadi dalam proyek tersebut. I. Entitas keuntungan berdasarkan pada estimasi biaya untuk membangun proyek diperlukan untuk memberikan dimensi dan realitas atas proyek tersebut. g. Program permodalan menggambarkan rangkaian dan dimensi tindakan public terhadap rampungnya proyek.
Variasi dari perencanaan tersebut di atas memberikan bentuk dalam perencanaan pendidikan yang komprehensiI dan memungkinkan monitoring yang berkelanjutan juga pelaporan dan penyajian hasil.
IV. KESIMPULAN
1. Rumusan masalah yang jelas diperlukan dalam penyusunan perencanaan yang komprehensiI. 2. Perencanaan muncul sebagai aktivitas keikutsertaan dari orang yang akan dilayani oleh lingkungan dan yang akan dipengaruhi oleh lingkungan yang
SPESIFIKASI PERENCANAAN PENDIDIKAN 8 darl 8
memiliki hak dan kewajiban untuk ikut serta dalam merencanakan modiIikasi atau pengembangan lingkungan tersebut. 3. Perencanaan pendidikan memberikan rekomendasi mengenai serangkaian tindakan yang mencapai tujuan yang diinginkan. 4. Jenis-jenis rencana pendidikan bermacam-macam tergantung target yang Diharapkan 5. Pelaporan hasil menggunakan bermacam-macam peta, sarana dan prasarana, inIrastruktur dan suprastruktur
IMPLEMENTASI PERENCANAAN
Disusun oleh : Dra. Ernawati Nona Rd. Dewi Roliah, S.Pd
PROGRAM PASCA SAR1ANA MAGISTER MANA1EMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG 2011
IMPLEMENTASI PERENCANAAN, hlm 1 darl 10
PENDAHULUAN
Makalah ini merupakan hasil diskusi kelompok dengan metode studi literatur, yakni membaca buku-buku yang menjadi rujukan sesuai dengan materi yang akan dipaparkan dalam makalah ini yaitu mengenai Implementasi Perencanaan. Dari buku-buku yang menjadi rujukan tersebut kami mencoba merangkumnya, lalu menjadi sebuah makalah yang sederhana ini untuk dipresentasikan pada diskusi kelas sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Uraian makalah ini terdiri atas tiga sub pokok bahasan sebagai berikut: 1. Persiapan Program 2. Legalitas Perencanaan 3. Pengorganisasian Unit Operasional
IMPLEMENTASI PERENCANAAN, hlm 2 darl 10
PERENCANAAN
1. Penyiapan Program Langkah tersulit dari suatu proses perencanaan pendidikan adalah implementasi perencanaan, perlu memahami secara urut mengenai Persiapan Program, Legalitas Program, dan Pengorganisasian Unit-unit Operasional. Hal ini disebabkan antara lain sebagai berikut: a. Distribusi data belum terpecahkan dengan tepat. b. Kebijakan pemerintah tidak pernah distudi atau diIormulasi secara sistematik. c. Dukungan kelompok akademik, penentu kebijakan politik, dan praktisi pendidikan lebih bersiIat esoteric (elitis, dipahami orang-orang tertentu saja) daripada upaya kerjasama bagi eIIektivitas program aksi karena kurang sosialisasi Masalah seputar program tindakan berhubungan dengan ketidakmampuan atau ketidakmauan dalam memahami proses yang sebenarnya agar memperoleh pendekatan yang bermakna untuk pelaksanaan rencana yang disiapkan. Walaupun sebelum rencana dipresentasikan kepada petugas (official) untuk mendapatkan persetujuan, terjadi debat terus menerus tentang tujuan dan metode penelitian. 1.1Norma-norma yang Perlu Diperhatikan Perencanaan pendidikan harus dibuat integral dari proses manajemen keseluruhan dari pembuatan dan implementasi keputusan, bila menginginkan hasil yang positiI, karena rendik biasanya dibuat dalam kondisi politik tertentu. Perencanaan pendidikan tidak terlepas dari arena politik dan dibuat karena suatu kedaan tertentu. Di Indonesia hal ini ditandai oleh mekanisme pembuatan undang-undang, peraturan pemerintah, sampai kepada aturan menteri, dirjen dan kakanwil, ada dalam suatu koordinasi yang solid. Namun demikian perlu dibedakan rinsi antara perencanaan kebijakan pendidikan terkait dengan pengembangan outline umum secara luas untuk kegiatan pekerja terpilih. Salah satu contohnya Apakah ada atau tidak ada implementasi perencanaan pendidikan yang menyeluruh, kalau ada, untuk tujuan apa? Dalam pada itu perencanaan Program Pendidikan, terkait dengan
IMPLEMENTASI PERENCANAAN, hlm 3 darl 10
persiapan perencanaan spesiIik, dengan prosedur untuk diterapkan oleh karyawan administrasi (ketata-usahaan) dalam kerangka kerja sistem yang ada
1.1.1 Tiga syarat karyawan (the agency) dalam hal ini, adalah : 1.1.1.1 Karyawan (the agency) harus memperoleh dukungan pembuat kebijakan; 1.1.1.2 Karyawan (the agency) harus membolehkan pemimpinan pembuat kebijakan untuk berpartipasi dalam mengembangkan perencanaan pendidikan; dan 1.1.1.3 Karyawan (the agency) dan pembuat kebijakan harus mengawasi pelaksana keputusan yang penting (crusial). Perbedaan antara perencanaan kebijakan dengan perencanaan program pendidikan. Perencanaan kebijakan pendidikan menyangkut pengembangan pedoman umum tindakan oleh sekelompok orang tertentu (elected officials) Sedangkan perencanaan program pendidikan menyangkut persiapan rencana-rencana yang spesiIik disertai prosedur- prosedur untuk diterapkan oleh institusi/organisasi administrasi pendidikan dalam kerangka sistem pendidikan yang ada. 1.1.2 Dalam melaksanakan program tindakan , institusi /organisasi harus melewati tiga tes, yaitu: 1.1.2.1 Institusi/organisasi dan perencanaannya harus memperoleh dukungan dari pengmbil keputusan. 1.1.2.2 Institusi/organisasi harus membolehkan tokoh pengambil keputusan berpartispasi dalam menyusun rencana pendidikan. 1.1.2.3 Institusi/organisasi bersama dengan tokoh pengambil keputusan mengontrol pembuatan keputusan-keputusan penting untuk implementasi. Setiap tes di atas memerlukan keterlibatan berbagai pengambil keputusan dalam proses perencanaan jika rencana-rencana pendidikan bersiIat perintah. Oleh karena itu, dibutuhkan prosedur untuk mengidentiIikasi pengambil-pengambil keputusan kunci dalam bidang pendidikan. Di dalam prosedur ini harus ada inIormasi spesiIik
IMPLEMENTASI PERENCANAAN, hlm 4 darl 10
berkaitan dengan proses pendidikan,agen-agen yang menyalurkan tekanan kepada pembuat keputusan, alternative-alternatiI tindakan dan perencana pendidikan harus menetapkan batas-batas proses perencanaannya sehubungan dengan politik pendidikan.
1.2Pertimbangan dalam Persiapan Program Aksi 1.2.1 Mobilitas sosial penduduk perkotaan memiliki relevansi dengan proses pendidikan. Tekanan kegiatan penduduk pada pemerintah dalam penggunaan sumber daya, dan sikap kebanyakan penduduk yang respek terhadap sumber daya, jelas mempengaruhi program aksi; 1.2.2 Ekspresi kebutuhan penduduk merupakan dilemma para pendidik. Artikulasi kebutuhan pendidikan untuk mencapai tujuan dan sasaran merupakan bagian sukses kecil dalam perencanaan pendidikan bagi para pendududuk. 1.2.3 Beberapa pendapat menyatakan bahwa solusi masalah pendidikan hanya dibuat oleh pusat-pusat kekuasaan yang memiliki sedikit pengetahuan tentang politik pendidikan. 1.2.4 Penentuan prioritas pendidikan tidak selalu berdasarkan analisis yang sistematik. Dalam hal ini penguatan Irekuensi program, hanya terjadi manakala tekanan menyeret pembuat keputusan pendidikan. 1.2.5 Peran lembaga pendidikan dalam implementasi program aksi telah dianalisis secara krritis; Pertanyaannya adalah bagaimana alokasi sumber, strategi dan taktik pendidikan, siapa yang mendapat dan tidak mendapat keuntungan? Bagaimana kebutuhan pendidikan diekspresikan oleh minoritas pemerintah? Sejauhmana eIIektivitas pembuat keputusan dalam merekrut orang terbaik? Dst.nya. 1.2.6 Upaya perluasan pendidikan pada masyarakat pinggiran untuk program aksi, menghadapi kerumitan dalam implementasi. Proses artikulasi, Iormulasi, dan ekspressi kebutuhan telah dapat membebaskaan keterlibatan politik masyarakat pinggiran. 1.2.7 Akibat dan hasil program-program aksi umumnya merupakan hasil simulasi yang diterima dari luar lembaga pendidikan. Apa yang terjadi
IMPLEMENTASI PERENCANAAN, hlm 3 darl 10
adalah bahwa sumber-sumber sekolah lokal mendapat tantangan dan tekanan yang lebih besar dan lebih meluas. Keterbatasan program aksi biasanya berhubungan degan politik pendidikan. Dalam kaitan ini perencana pendidikanharus lebih banyak belajar tentang proses pembuatan keputusan dan ilmu politik.
1.3Kesulitan yang mungkin terjadi Sebuah program aksi pendidikan komprehensiI seharusnya tidak hanya memperhatikan satu atau dua aspek saja, sebab dengan demikian program akan jadi terisolasi, contoh: pembangunan gedung sekolah tidak hanya terkait kepada jenis bahan dan bentuk bangunan, pemeliharaan dan Iasilitas pemeliharaan, sambil tidak peduli terhadap reIerensi atau pelayanan masyarakat atau perencanaan pendidikan yang baik untuk belajar. Sebuah program pendidikan harus mempertimbangkan produktiIitas dilihat secara ekonomi. Semua sumber daya sekolah harus merupakan investasi yang menguntungkan baik untuk sektor publik maupun swasta. Demikian juga para guru atau dosen harus merupakan investasi yang menguntungkan baik untuk pemerintah maupun kalangan swasta. Harus ada keserasian antara public sector program dengan private sector activities yang menguntungkan keduanya. Kelayakan yang serius, yang terjadi atau tidak jatuh pada radikalisme program, altenative lainnya adalah Utopia. Sungguh suatu kesulitan yang tidak tampak secara material namun dipastikan akan terjadi.
2 LEGALITAS PERENCANAAN Perencanaan pendidikan komprehensiI harus memiliki legalitas hukum yang Iormal. Hal ini terkait dengan realitas bahwa perencanaan yang komprehensiI akan mempengaruhi berbagai lapisan kepentingan masyarakat. Pada saat yang sama juga akan mengarahkan proses pembuatan keputusan , penyediaan alat-alat, dan program yang dibutuhkan, untuk kemudian jadi pedoman masyarakat dalam mengembangkan pendidikan 20 atau 30 tahun ke depan 2.1Dasar-Dasar Legislatif Untuk Perencanaan Pendidikan
IMPLEMENTASI PERENCANAAN, hlm 6 darl 10
Langkah pertama untuk menentukan rencana pendidikan yang komprehensiI adalah meninjau dengan teliti kemampuan Negara untuk menghasilkan undang-undang. Negara yang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan setiap undang-undang legislatiI yang dipertimbangkan secara bijaksana. Kekuasaan utama Negara yang dibutuhkan dalam usulan perencanaan adalah kekuasaan menarik pajak, penggunaan hak-hak kekuasaan pemerintah; 2.1.1 Kekuasaan Menarik Pajak Badan legislatiI Negara memeiliki kekuasaan penuh memungut pajak dan dapat meminta pajak untuk setiap pengembangan di setiap bidang sepanjang tidak dilakukan sewenang-wenang. Sekolah (distrik), oleh karena itu tidaj dapat memungut pajak untuk tujuan sekolah, kecuali mempunyai kekuasaan yang jelas untuk melakukannya. Meskipun kemudian pajak sekolah yang diperoleh bukan merupakn pajak local sekolah namun pajak Negara. Negara sesungguhnya memiliki kekuasaan untuk menarik pajak bagi keperluan pendidikan. Kekuasaan dapat dilimpahkan kepada pemerintah daerah. Sebagai produk hukum, maka pajak harus seragam, namun tetap adil melalui klasiIikasi sasaran sesuai kelas social ekonomi yang berbeda. Untuk keadilan, dan tidak ada kesewenang-wenangan pemerintah, maka pengadilan harus merumuskan teori pendidikan berdasarkan kebijakan public, sehingga tidak digunakan untuk menarik keuntungan individual, tetapi untuk memenuhi kewajiban pemerintah memelihara masyarakat. Pemugutan pajak oleh Negara untuk tujuan sekolah, kecuali dikendalikan oleh konstitusi Negara atau Iederal, dapat dilakukan dengan cara apapun yang terbaik untuk memenuhi tujuan Negara tersebut. Oleh karena itu, telah melekukan kerjasama pura-pura yang memberikan kekuasaan untuk memungut pajak. Pajak yang dikumpulkan untuk pendidikan menghasilkan manIaat yang besar hanya jika dikelola seeIesien dan seeIektiI mungkin untuk itu perlu perencanaan pendidikan.
IMPLEMENTASI PERENCANAAN, hlm 7 darl 10
2.1.2 Penggunaan Hak-hak Kekuasaan Pemerintah Setiap tindakan bagi kepentingan umum harus memiliki kekuatan hukum. Secara konstitusi, tanah warga Negara dapaat digunakan pemerintah manakala untuk kepentingan umum, seperti sekolah, area bermain, lapangan olah raga/senam. Namun demikian, pemerintah tetap harus mengganti kompensasi dengan harga layak, kalau tidak akan ianggap sebagai melangga .rkonstitusi. 2.1.3 Kekuatan keamanan Pada hakikatnya setiap hukum produk pemerintah bertujuan menjaga kesejahteraan setiap warganegara, baik dengan cara memberikan kebebasan memiliki ataupun pembatasan hak individu untuk kepentingan kelompok masyarakat dari segi kesehatan, keamaanan, kesejahteraan, dan moral masyarakat. 1. Konstitusi Tidak Permanen Evaluasi terhadap prosedur rendik komprehensiI yang sudah disepakati, namun masih berada pada pemerintah lokal, masih ada kesempatan perbaikan supaya menghasilkan keuntungan besar , berdasarkan penelaahan terhadap prinsip-prinsip dasar pendidikan. Namun demikian, penyusunannya tidak terjadi secara kebetulan. Rendik harus mengembang keseluruh Iungsi. Pendidik tidak boleh merencanakan sekolah, murid, guru, dan sumber-sumber tanpa pertimbangan bagaimana hubungan satu dengan yang lainnya dan bagaimana hal- hal tersebut berhubungan dengan aktivitas seperti pajak, komunikasi, asuransi dan Iasilitas sosial.
3. Pengaturan Unit-Unit Operasional 3.1 Tiga bentuk penampilan unit operasional; 3.1.1 Kepala eksekutiI yang kuat, pada umumnya dapat menerima bila harus memiliki lembaga (agency) atau unit perencanaan pada departemennya. 3.1.2 Lembaga independen namun eksekutiInya lemah.Kemudian proposal perencanaan mengandung berbagai kelemahan, maka organisasi sering tidak jadi Iactor utama dalam menjamin eIektivitas lembaga.
IMPLEMENTASI PERENCANAAN, hlm 8 darl 10
3.1.3 Gabungan keduanya yakni eksekutiI kuat namun lembaga perencanaannya bersiIat mandiri, maka yang terjadi adalah pertentangan antara proses politik dan proses perencanaan. Perencanaan pendidikan yang komprehensiI, merupakan system politik sementara rendiknya sendiri merupakan kekuatan politik. Karena itu manakala terjadi gabungan dan serasi maka akan lahir kekuatan perencanaan dan kekuatan politik yang dengan demikian dimungkinkan rencana terimplementasikan dan pendidikan pun mencapai keberhasilan yang signiIikan. Untuk itu diperlukan strategi meminimalisasi konIlik, supaya rendik betul-betul dipandu nilai, kriteria,dan inIormasi yang akurat, tanpa terjebak oleh kepentingan-kepentingan sempit organisasi. 3.2 Keterampilan yang diperlukan untuk menggorganisasikan unit-unit operasional adalah ; 3.2.1 Penguasaan metodologis, sehingga mampu menjangkau seluruh lapisan kepentingan dengan kriteria objektiI rasional. 3.2.2 Melakukan kompromi-kompromi sehingga isu-isu yang dilahirkan betul-betul untuk kepentingan pendidikan. 3.2.3 Strateginya memiliki validitas tinggi, sehingga peluang suksesnya terbuka. 3.3 Dalam pada itu untuk kesepakatan strategi yang digunakan diperlukan; 3.3.1 Isi rencana. 3.3.2 Metode yang dihasilkan atau cara menggorganisasikan unit-unit operasional, dan 3.3.3 Cara mengkomunikasikan rencana
IMPLEMENTASI PERENCANAAN, hlm 9 darl 10
KESIMPULAN
Perencanaan kebijakan pendidikan menyangkut pengembangan pedoman umum tindakan oleh sekelompok orang tertentu (elected officials). Perencanaan program pendidikan menyangkut persiapan rencana-rencana yang spesiIik disertai prosedur-prosedur untuk diterapkan oleh institusi/organisasi administrasi pendidikan dalam kerangka system pendidikan yang ada. Rencana pendidikan akan mengarahkan proses pembuatan keputusan dengan memperhatikan pengembangan program-program pendidikan dan alat-alat yang dibutuhkan untuk menjalankannya. Perencanaan pendidikan yang komprehensiI merupakan konstitusi yang tidak permanen dan merupakan kumpulan prinsip-prinsip pendidikan Iundamental. Perencanaan pendidikan mempunyai sejumlah masalah yang unik, sehingga tidak ada satu bentuk perencanaan tertentu dapat dilaksanakan dan diorganisasikan yang akan menjamin eIektivitas agensi. Dalam mengorganisasikan unit-unit operasional perencana pendidikan memiliki keterampilan metodologis, berupaya menjangkau seluruh kepentingan pendidikan dengan kriteria yang obyektiI dan rasional. Sebuah perencanaan mengandung banyak bagian, peran, pelaku, dan kerjasama untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan, yang dibutuhkan dalam perencanaan adalah kerjasama dan kesamaan pikiran sebelum proyek tersebu tdimulai. Variasi situasi kerjasama dapat diintepretasikan dalam 5 (lima) kerjasama, yaitu: (a) kerjasama antar orang, (b) kerjasama berkaitan dengan tempat, (c) kerjasama berkaitan dengan perubahan atau gerakan, (d) kerjasama berakaitan dengn ekonomi, dan (e) kerjasama berkaitan dengan aktivitas. Koordinasi adalah proses penjadwalan kegiatan untuk menghilangkan konIlik agar tujuan dapat tercapai. Mengkoordinaskan kegiatan yang berbeda dalam tujuan agensi pendidikan yang beragam merupakan esensi perencanaan pendidikan yang komprehensiI dengan tujuan untuk menerjemahkan tujuan perencanaan pendidikan yang komprehensiI ke dalm program-progarm praktis.
IMPLEMENTASI PERENCANAAN, hlm 10 darl 10
PENUTUP
Makalah ini mungkin banyak kekurangannya baik dalam bentuk penyajian penulisan, bahasa maupun isi. Hal ini dikarenakan keterbatasan penyusun dan kurang terbiasa dalam menyusun makalah. Selain itu masih banyak hal yang kami sendiri belum sempurna menaIsirkan isi buku bab secara total mencerna maksud penulis buku sumber aslinya. Melalui diskusi kelas nanti, Iorum akan memberikan masukan dan kritik untuk penyempurnaan isi makalah ini. Terlebih lagi penjelasan dari dosen sebelum menutup perkuliahannya sangat kami nantikan.