You are on page 1of 29

Pada tanggal 5 Mei 1821, Kaisar Perancis Napoleon Bonaparte meninggal dunia di Santa Helena.

Napoleon diasingkan ke Santa Helena setelah kekalahannya dalam peperangan melawan pasukan Inggris di Waterloo. Pada mulanya, kematian Napoleon diyakini akibat kanker lambung seperti halnya yang dialami orang tuanya. Namun, anggapan itu kemudian berubah ketika pada sekitar tahun 1960, seorang dokter gigi dari Swedia menyatakan bahwa Napoleon meninggal karena terkena racun arsenik. Apakah arsenik itu? Bagaimanakah cara membuktikan adanya arsenik dalam tubuh Napoleon, bukankah Napoleon telah meninggal lebih dari 100 tahun? Berkenalan dengan arsenik Arsenik diketahui sebagai unsur kimia beracun yang dapat memyebabkan kematian. Meskipun demikian, arsenik bermanfaat untuk kesehatan dalam jumlah sedikit.

Unsur arsenik ditemukan pada sekitar tahun 1250 oleh Albert Magnus. Dalam bentuk unsur, arsenik sebenarnya tidak berbahaya. Akan tetapi, jika dalam bentuk senyawa oksidanya, arsen dioksida (As2O3), unsur ini bersifat racun. Senyawa arsen oksida berbentuk serbuk putih yang larut dalam air, tidak berasa, dan sukar dideteksi jika telah lama diminum. Dahulu, sifat inilah yang menyebabkan senyawa arsen oksida dikenal dengan sebutan bubuk warisan. Arsen oksida sering kali ditambahkan anak atau cucu ke dalam minuman anggur bapak atau kakeknya. Mereka berharap sang bapak atau kakek meninggal dunia karena keracunan arsenik sehingga harta warisannya akan segera jatuh ke tangan mereka. Keracunan arsenik pada saat itu tidak dapat dideteksi sehingga kematian sang bapak atau kakek dianggap wajar. Uji Marsh Pada tahun 1832, James Marsh menemukan cara mendeteksi adanya arsenik dalam suatu sampel. Sejak itu, penipuan merebut harta warisan menggunakan racun arsenik sulit dilakukan. Untuk menghargai jasa James Marsh, uji deteksi arsenik ini dinamakan Uji Marsh. Berikut gambar alat Uji Marsh dan prosedur kerjanya.

Dalam Uji Marsh ini diperlukan larutan asam sulfat (H2SO4) dan padatan seng (Zn). Campuran antara larutan asam sulfat dan padatan logam seng akan menghasilkan gas hidrogen (H2). Jika arsen oksida terdapat dalam sampel, arsen oksida akan bereaksi dengan gas hidrogen membentuk suatu gas beracun yang bernama gas arsin (AsH3). Ketika dipanaskan, gas arsin akan terurai menjadi uap arsenik dan gas hidrogen. Ketika uap arsenik menyentuh cincin logam pada daerah dingin di tabung, akan timbul kilauan cahaya khas logam arsenik. Kilauan khas tersebut dikenal dengan cermin arsenik (arsenic mirror). Neutron Activation Analysis (NAA) Pada sekitar tahun 1960-an, Hamilton Smith mempublikasikan cara baru mendeteksi arsenik dalam sampel rambut menggunakan teknik neutron activation analysis (NAA). Penemuan yang dimuat dalam Journal Analytical Chemistry itu merupakan awal terungkapnya kematian Napoleon. Bekerja sama dengan Sten Forshufvud, seorang dokter gigi dari Swedia yang telah lama menyelidiki kematian Napoleon, Smith menganalisis sampel rambut Napoleon. Hasilnya mencengangkan dunia karena hasil analisis menunjukkan bahwa dalam sampel rambut Napoleon terdapat arsenik dalam jumlah di atas batas normal. NAA ditemukan pada tahun 1936 ketika Hevesy dan Levi menemukan bahwa sampel yang mengandung unsur tanah jarang menjadi sangat radioaktif setelah terkena sinar neutron. NAA mengukur karakter sinar gamma yang dipancarkan oleh isotop pada sampel melalui iradiasi termal. Setelah iradiasi dan peluruhan radioaktif, spektrum sinar gamma dideteksi. Setiap unsur mempunyai spektrum sinar gamma yang khas sehingga dapat diketahui jenis unsur dalam sample beserta kadarnya.

Uji Marsh dan NAA cukup efektif untuk membuktikan adanya arsenik sehingga muncul dugaan penyebab kematian Napoleon. Meskipun penyebab dan pelaku kematian Napoleon hingga saat ini masih menjadi polemik, namun, Uji Marsh dan NAA memberikan contoh yang mengagumkan tentang penggunaan analisis kimia dalam kehidupan. Tidak hanya dalam ilmu forensik, analisis kimia ini memegang peranan penting dari penelitian murni sampai ke aplikasi terapan seperti pengontrolan kualitas bahan (Quality Control), produk kesehatan, dan diagnosis kesehatan. http://www.chem-istry.org/artikel_kimia/berita/ketika_kimia_mengungkap_misteri_kematian_napoleon/

RACUN ARSENIK
Pada tanggal 5 Mei 1821, Kaisar Perancis Napoleon Bonaparte meninggal dunia di Santa Helena. Napoleon diasingkan ke Santa Helena setelah kekalahannya dalam peperangan melawan pasukan Inggris di Waterloo. Pada mulanya, kematian Napoleon diyakini akibat kanker lambung seperti halnya yang dialami orang tuanya. Namun, anggapan itu kemudian berubah ketika pada sekitar tahun 1960, seorang dokter gigi dari Swedia menyatakan bahwa Napoleon meninggal karena terkena racun arsenik. Apakah arsenik itu? Bagaimanakah cara membuktikan adanya arsenik dalam tubuh Napoleon, bukankah Napoleon telah meninggal lebih dari 100 tahun? Berkenalan dengan arsenik Arsenik diketahui sebagai unsur kimia beracun yang dapat memyebabkan kematian. Meskipun demikian, arsenik bermanfaat untuk kesehatan dalam jumlah sedikit. Unsur arsenik ditemukan pada sekitar tahun 1250 oleh Albert Magnus. Dalam bentuk unsur, arsenik sebenarnya tidak berbahaya. Akan tetapi, jika dalam bentuk senyawa oksidanya, arsen dioksida (As2O3), unsur ini bersifat racun. Senyawa arsen oksida berbentuk serbuk putih yang larut dalam air, tidak berasa, dan sukar dideteksi jika telah lama diminum. Dahulu, sifat inilah yang menyebabkan senyawa arsen oksida dikenal dengan sebutan bubuk warisan. Arsen oksida sering kali ditambahkan anak atau cucu ke dalam minuman anggur bapak atau kakeknya.

Mereka berharap sang bapak atau kakek meninggal dunia karena keracunan arsenik sehingga harta warisannya akan segera jatuh ke tangan mereka. Keracunan arsenik pada saat itu tidak dapat dideteksi sehingga kematian sang bapak atau kakek dianggap wajar. Uji Marsh Pada tahun 1832, James Marsh menemukan cara mendeteksi adanya arsenik dalam suatu sampel. Sejak itu, penipuan merebut harta warisan menggunakan racun arsenik sulit dilakukan. Untuk menghargai jasa James Marsh, uji deteksi arsenik ini dinamakan Uji Marsh. Berikut gambar alat Uji Marsh dan prosedur kerjanya. Dalam Uji Marsh ini diperlukan larutan asam sulfat (H2SO4) dan padatan seng (Zn). Campuran antara larutan asam sulfat dan padatan logam seng akan menghasilkan gas hidrogen (H2). Jika arsen oksida terdapat dalam sampel, arsen oksida akan bereaksi dengan gas hidrogen membentuk suatu gas beracun yang bernama gas arsin (AsH3). Ketika dipanaskan, gas arsin akan terurai menjadi uap arsenik dan gas hidrogen. Ketika uap arsenik menyentuh cincin logam pada daerah dingin di tabung, akan timbul kilauan cahaya khas logam arsenik. Kilauan khas tersebut dikenal dengan cermin arsenik (arsenic mirror). Neutron Activation Analysis (NAA) Pada sekitar tahun 1960-an, Hamilton Smith mempublikasikan cara baru mendeteksi arsenik dalam sampel rambut menggunakan teknik neutron activation analysis (NAA). Penemuan yang dimuat dalam Journal Analytical Chemistry itu merupakan awal terungkapnya kematian Napoleon. Bekerja sama dengan Sten Forshufvud, seorang dokter gigi dari Swedia yang telah lama menyelidiki kematian Napoleon, Smith menganalisis sampel rambut Napoleon. Hasilnya mencengangkan dunia karena hasil analisis menunjukkan bahwa dalam sampel rambut Napoleon terdapat arsenik dalam jumlah di atas batas normal. NAA ditemukan pada tahun 1936 ketika Hevesy dan Levi menemukan bahwa sampel yang mengandung unsur tanah jarang menjadi sangat radioaktif setelah terkena sinar neutron. NAA mengukur karakter sinar gamma yang dipancarkan oleh isotop pada sampel melalui iradiasi termal. Setelah iradiasi dan peluruhan radioaktif, spektrum sinar gamma dideteksi. Setiap unsur mempunyai spektrum sinar gamma yang khas sehingga dapat diketahui jenis unsur dalam sample beserta kadarnya. Uji Marsh dan NAA cukup efektif untuk membuktikan adanya arsenik sehingga muncul dugaan penyebab kematian Napoleon. Meskipun penyebab dan pelaku kematian Napoleon hingga saat ini masih menjadi polemik, namun, Uji Marsh dan NAA memberikan contoh yang mengagumkan tentang penggunaan analisis kimia dalam kehidupan. Tidak hanya dalam ilmu forensik, analisis kimia ini memegang peranan penting dari penelitian murni sampai ke aplikasi terapan seperti pengontrolan kualitas bahan (Quality Control), produk kesehatan, dan diagnosis kesehatan. Arsenik, Mesin Pembunuh Para Politisi Tags: pengaturansepedamotor (Berpolitik.com):: Kematian aktivis HAM Munir diyakini sebagian kalangan sebagai

pembunuhan. Motifnya terkait dengan aktivitas Munir yang terus mempersoalkan berbagai pelanggaran HAM. Dugaan itu semakin menguat lantaran dalam tubuh Munir ditemukan arsenik. Senyawa kimia bernomor atom 33 ini sejatinya sudah lama dipakai sebagai alat pembunuhan yang efektif. Soalnya, ia tak berbau dan tak punya rasa sehingga mudah dicampurkan dalam makanan calon korban.Mulanya banyak dipakai oleh kalangan anggota kerajaan ataupun bangsawan untuk memperebutkan tahta dan juga warisan. Tapi, apakah arsenik itu? Cerita unsur mematikan itu bermula saat ahli kimia Albert Magnus berhasil mengisolasi elemen mematikan yang diberi nama arsen, pada tahun 1250. Arsen, arsenik, atau arsenikum adalah unsur kimia yang dalam tabel periodik tampilan unsur kimia berbentuk tabel, yang diatur sesuai struktur elektron memiliki simbol As dan nomor atom 33. Arsenik adalah bahan metaloid yang terkenal beracun dan memiliki tiga bentuk senyawa terpopuler. Bentuk pertama adalah arsenik trioksida (As203). Senyawa ini kerap disebut sebagai arsenikum. Bentuk aslinya bubuk putih yang mudah larut, utamanya dalam air panas. Karena itu, arsenik trioksida paling cocok dicampurkan ke dalam kopi. Bentuk kedua, arsenik triklorida (AsCl3). Bentuknya menyerupai minyak dengan warnanya yang kuning. Senyawa ini jarang dipakai karena daya peracunannya relatif rendah. Di samping itu, penggunaannya pun susah karena harus dicampur ke dalam sesuatu yang berminyak. Dan Bentuk ketiga, arsin (AsH3). Merupakan bentuk arsenik paling beracun. Wujudnya gas dan sering dipakai sebagai senjata kimia di dalam perang modern. Jika dipanaskan, arsenik akan cepat teroksidasi menjadi oksida arsenik, dengan bau seperti bawang putih. Arsenik dan beberapa senyawa arsenik dapat langsung berubah dari padat menjadi gas, tanpa terlebih dulu menjadi cairan. Arsenik sering digunakan para penguasa untuk menyingkirkan lawan. Daya bunuhnya yang luar biasa, serta sulitnya arsenik dideteksi pada waktu itu, membuat publik menyebutnya racun para raja atau Raja dari semua racun. Jika senyawa arsen dalam bentuk cair disimpan dalam tabung perunggu, dapat dipastikan sifat mematikannya akan meningkat berlipat ganda. Bahkan bahan utama warangan, zat yang sering digunakan sebagai pelapis permukaan keris, adalah senyawa arsenik. Fungsi arsen pada warangan keris memang mampu membangkitkan penampilan pamor keris, sehingga mempertegas kontras pamor (gambar ukiran pada bilah keris). Dan yang pasti, saat keris menikam, maka dalam hitungan detik tubuh lawan akan meregang nyawa. Dengan cepat arsenik meresap dalam darah dan merusak parah sistem pencernaan. Pada beberapa kasus, tubuh korban mengalami shock hebat dan menyerang fungsi pencernaan. Dalam medis, shock adalah keadaan kesehatan yang mengancam jiwa. Cirinya, ketidakmampuan tubuh menyediakan oksigen untuk mencukupi kebutuhan jaringan. Penyebab shock adalah

pengurangan pengeluaran kardiak yang dapat dengan cepat menyebabkan kematian bila tidak dilakukan perawatan medis dengan segera. Nah, kembali ke Warangan, senyawa arsen pada warangan jelas meningkatkan daya bunuh mematikan dari senjata tikam itu. Banyak orang mengira keris sebagai senjata mematikan karena diyakini punya nilai magis. Padahal, sejatinya, arsenik dalam waranganlah yang membuatnya menjadi senjata yang mematikan. Uji Marsh Senyawa arsen juga dikenal sebagai bubuk warisan pada dahulu kala. Jika dicampur dalam makanan atau wine oleh anak atau cucu, dan disajikan kepada sang bapak atau kakeknya, maka kematian tersebut seolah seperti kematian biasa. Selanjutnya mudah ditebak. Warisan almarhum bapak atau kakek, otomatis berpindah tangan ke penerusnya. Yakni sang anak atau cucu. Tapi itu dulu, sebelum ada yang mampu mendeteksi racun arsenik. Saat ini, hanya dengan Tes Marsh, unsur kimia arsenik dapat dengan mudah dideteksi. Diawali oleh James Marsh sang ahli kimia yang melihat kejanggalan dari banyaknya berita kematian para bangsawan dan kaum borjuasi. Dari sana dia mengambil sampel dari tubuh korban, dan berusaha keras memecahkan teka-teki kematian misterius tadi. Kerja keras Marsh berbuah hasil. Tepat pada 1832 James Marsh akhirnya berhasil mendeteksi arsenik dalam sampel tadi. Sejak itu, misteri pembunuhan politik atau perebutan harta warisan dengan unsur arsenik, mulai menurun. Dan untuk menghargai jasa James Marsh, uji deteksi arsenik tadi dinamakan Uji Marsh. Bagaimana logika kerja Uji Marsh? Dalam Uji Marsh diperlukan larutan asam sulfat (H2SO4) dan padatan seng (Zn). Campuran keduanya kemudian menghasilkan gas hidrogen (H2). Jika arsen oksida terdapat dalam sampel, arsen oksida akan bereaksi dengan gas hidrogen yang membentuk gas beracun arsin (AsH3). Jika dipanaskan, gas arsin akan terurai menjadi uap arsenik dan gas hidrogen. Jika uap tadi mengandung unsur arsenik dan menyentuh cincin logam pada daerah dingin dalam tabung, maka akan timbul kilauan cahaya khas logam arsenik. Kilauan khas itulah yang dikenal dengan nama cermin arsenik (arsenic mirror). Bila arsenic mirror terlihat, sudah bisa dipastikan arsenik menjadi penyebab kematian. Nah, sebelum kematian menjemput, ada cara mudah untuk mengetahui makanan atau minuman yang akan kita santap mengandung unsur arsen atau tidak. Caranya dengan menggunakan batangan perak murni. Bila batangan perak berubah warna menjadi hitam setelah dicelupkan ke dalam makanan atau minuman, unsur arsenik pasti terkandung dalam sajian tersebut. Makanya pada jaman kerajaan dulu, perlengkapan makan dan minum mereka dilapisi perak murni. Tujuannya tak lain untuk menghindari bubuk warisan masuk dalam tubuh anggota keluarga kerajaan.

Dua modus operasi Menurut Dr. dr. Djaja S. Atmadja, Sp.F., S.H., D.FM., ahli forensik dari Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta. ada dua modus operasi yang biasa dipakai pelaku dalam menghabisi korban. Pertama, modus single lethal dose. Korban diracun dengan satu dosis besar mematikan, yakni di atas 200 mg. Tapi ketika dicampur ke dalam makanan, pelaku kerap memasukkan arsenik dalam jumlah 3 4 kali dari dosis letal ini. Sebab, begitu korban menelan arsenik, dia akan muntah-muntah sehingga sebagian arsenik akan terbuang. Jadi, kalau dikasih 200 mg, korban tidak mati, kata Djaja. Pada kasus kematian Munir, ahli forensik dari National Forensic Institute Belanda menemukan arsenik 460 mg. Namun jumlah yang dicampur dalam makanan diyakini jauh lebih besar. Modus ini biasanya dilakukan oleh orang yang tidak punya akses langsung terhadap makanan sehari-hari korban. Yang pasti, sebelumnya pelaku mempelajari aktivitas korban dari jauh. Saat kesempatan datang, tanpa pikir panjang pelaku langsung bekerja. Modus kedua, multiple smaller dose. Pada modus ini, korban dibombardir dengan arsenik secara terus menerus dan berkala, dalam dosis di bawah letal dosis toksis yang membahayakan jiwa. Begitu saatnya tiba, pelaku mengeksekusi korban dengan dosis letal. Modus ini kerap dilakukan oleh mereka yang punya akses terhadap makanan dan minuman sang korban. Orang awam pasti menilai langkah ini sebagai langkah yang aneh karena membutuhkan waktu lama dan seperti membunuh dengan basa-basi. Tapi bagi para kriminolog, modus seperti ini bisa dipahami. Dengan cara ini, pelaku berharap kecurigaan terhadap mereka bisa dijauhkan. Dan kecurigaan bahwa korban diracun, bisa jadi tidak ada, sehingga pelaku punya alibi. Sederhananya, saat terpapar arsenik dosis rendah, korban menunjukkan gejala sakit, mual, muntah, dan diare. Fungsi lever dan ginjal juga akan terganggu. Nah, ketika pelaku memberi waktu jeda, korban sehat kembali. Begitu seterusnya, hingga pada saat dieksekusi, ia akan disangka meninggal karena sakit-sakitan. Bagaimana dengan kasus Munir? Banyak yang keliru persepsi terhadap istilah multiple smaller dose. Mereka menyangka ini dosis kecil yang terus-menerus, yang tidak diakhiri dengan dosis letal. Yang ini namanya keracunan kronis paparnya yakin. Menurutnya, kasus Munir jelas dosis letal. Masalahnya, apakah peracunan telah terjadi sebelumnya atau tidak. Sebab dari rekam medis, Munir punya riwayat gangguan lever, terangnya. Tapi, di luar efektivitas arsenik dalam membunuh mangsanya, peran Sang Dalang mengatur permainan menjadi lebih berbahaya dibanding apapun alat yang dipergunakan untuk menghabisi nyawa korbannya. Ironisnya lagi, di negara ini, belum satupun dalang yang benar-benar dalang, bisa terungkap karena kejahatannya. Padahal, sudah terlalu banyak korban hilang atau mati tanpa tentu rimbanya.(*) http://domoyen.wordpress.com/2010/06/17/racun-arsenik/

PENDAHULUAN Arsen (As) merupakan bahan kimia beracun, yang secara alami ada di alam. Selain dapat ditemukan di udara, air maupun makanan, arsen juga dapat ditemukan di industri seperti industri pestisida, proses pengecoran logam maupun pusat tenaga geotermal. Elemen yang mengandung arsen dalam jumlah sedikit atau komponen arsen organik (biasanya ditemukan pada produk laut seperti ikan laut) biasanya tidak beracun (tidak toksik). Arsen dapat dalam bentuk in organik bervalensi tiga dan bervalensi lima. Bentuk in organik arsen bervalensi tiga adalah arsenik trioksid, sodium arsenik, dan arsenik triklorida., sedangkan bentuk in organik arsen bervalensi lima adalah arsenik pentosida, asam arsenik, dan arsenat (Pb arsenat, Ca arsenat). Arsen bervalensi tiga (trioksid) merupakan bahan kimia yang cukup potensial untuk menimbulkan terjadinya keracunan akut. Pada penelitian yang dilakukan di USA tahun 1964 ditemukan kadar tahunan arsen di udara sekitar industri pengecoran logam berkisar antara 0,01 - 0,75 ug / m3, namun di dekat cerobong asap kadarnya melebihi 1 ug / m3. Kadar arsen dalam air minum di berbagai negara sangat bervariasi. Kadar arsen dalam air minum di USA kurang dari 0,01 0,05 mg / L, di Jepang sekitar 1,7 mg / L, di Taiwan (sumur artesis) sekitar 1,8 mg / L, sedangkan di Cordoba (Argentina) sekitar 3,4 mg / L. Di USA, makanan dan buah-buahan yang dikonsumsi setiap hari mengandung sekitar 0,04 mg As. Makanan produk laut yang dikonsumsi harian mengandung 0,02 mg As. Normal, manusia setiap harinya mengkonsumsi 0,03 mg arsen. FUNGSI ARSEN Logam arsenik biasanya digunakan sebagai bahan campuran untuk mengeraskan logam lain misalnya mengeraskan Pb di pabrik aki atau melapisi kabel. Arsenik trioksid dan arsenik pentoksid biasanya dipakai di pabrik kalsium, tembaga dan pestisida Pb arsenat. Komponen arsenik seringkali pula dipakai pula untuk memberi warna (pigmen) dan agen pemurni dalam pabrik gelas, sebagai bahan pengawet dalam penyamakan atau pengawet kapas, ataupun sebagai herbisida. Bahan kimia copper acetoarsenit terkenal sebagai bahan pengawet kayu. Bahan arsenilik digunakan dalam obat-obatan hewan maupun bahan tambahan makanan hewan. Gas arsen dan komponen arsenik lainnya seringkali digunakan dalam industri mikroelektronik dan industri bahan gallium arsenide. PAPARAN TERHADAP TEMPAT KERJA DAN LINGKUNGAN Paparan arsen di tempat kerja terutama dalam bentuk arsenik trioksid dapat terjadi pada industri pengecoran Pb (timbal), coper (tembaga), emas maupun logam non besi yang lain.. Beberapa industri yang juga mempunyai potensi untuk memberi paparan bahan kimia arsen adalah industri pestisida / herbisida, industri bahan pengawet, industri mikro elketronik dan industri farmasi / obat-obatan. Pada industri tersebut, arsenik trioksid dapat bercampuran dengan debu, sehingga udara dan air di industri pestisida dan kegiatan peleburan mempunyai risiko untuk terpapar kontaminan arsen. Paparan yang berasal dari bukan tempat kerja (non occupational exposure) adalah air sumur, susu bubuk, saus dan minuman keras yang terkontaminasi arsen serta asap rokok. ABSORBSI, METABOLISME DAN EKSKRESI ARSEN Bahan kimia arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan makanan, saluran pernafasan serta melalui kulit walaupun jumlahnya sangat terbatas. Arsen yang masuk ke dalam

peredaran darah dapat ditimbun dalam organ seperti hati, ginjal, otot, tulang, kulit dan rambut. Arsenik trioksid yang dapat disimpan di kuku dan rambut dapat mempengaruhi enzim yang berperan dalam rantai respirasi, metabolisme glutation ataupun enzim yang berperan dalam proses perbaikan DNA yang rusak. Didalam tubuh arsenik bervalensi lima dapat berubah menjadi arsenik bervalensi tiga. Hasil metabolisme dari arsenik bervalensi 3 adalah asam dimetil arsenik dan asam mono metil arsenik yang keduanya dapat diekskresi melalui urine. Gas arsin terbentuk dari reaksi antara hidrogen dan arsen yang merupakan hasil samping dari proses refining (pemurnian logam) non besi (non ferrous metal). Keracunan gas arsin biasanya bersifat akut dengan gejala mual, muntah, nafas pendek dan sakit kepala. Jika paparan terus berlanjut dapat menimbulkan gejala hemoglobinuria dan anemia, gagal ginjal dan ikterus (gangguan hati). GEJALA KLINIK KERACUNAN ARSEN Menurut Casarett dan Doulls (1986), menentukan indikator biologi dari keracunan arsen merupakan hal yang sangat penting. Arsen mempunyai waktu paruh yang singkat (hanya beberapa hari), sehingga dapat ditemukan dalam darah hanya pada saat terjadinya paparan akut. Untuk paparan kronis dari arsen tidak lazim dilakukan penilaian. Paparan akut Paparan akut dapat terjadi jika tertelan (ingestion) sejumlah 100 mg As. Gejala yang dapat timbul akibat paparan akut adalah mual, muntah, nyeri perut, diarrhae, kedinginan, kram otot serta oedeme dibagian muka (facial). Paparan dengan dosis besar dapat menyebabkan koma dan kolapsnya peredaran darah. Dosis fatal adalah jika sebanyak 120 mg arsenik trioksid masuk ke dalam tubuh. Paparan kronis Gejala klinis yang nampak pada paparan kronis dari arsen adalah peripheral neuropathy (rasa kesemutan atau mati rasa), lelah, hilangnya refleks, anemia, gangguan jantung, gangguan hati, gangguan ginjal, keratosis telapak tangan maupun kaki, hiperpigmentasi kulit dan dermatitis. Gejala khusus yang dapat terjadi akibat terpapar debu yang mengandung arsen adalah nyeri tenggorokan serta batuk yang dapat mengeluarkan darah akibat terjadinya iritasi. Seperti halnya akibat terpapar asap rokok, terpapar arsen secara menahun dapat menyebabkan terjadinya kanker paru. PEMERIKSAN LABORATORIUM YANG PERLU DILAKUKAN 1, Pemeriksaan darah Pada keracunan akut maupun kronis dapat terjadinya anemia, leukopenia, hiperbilirubinemia. 2.Pemeriksaan urine Pada keracunan akut dan kronis dapat terjadi proteinuria, hemoglobinuria maupun hematuria. 3.Pemeriksaan fungsi hati Pada keracunan akut dan kronis dapat terjadi peningkatan enzim transaminase serta bilirubin. 4.Pemeriksaan jantung Pada keracunan akut dan kronis dapat terjadi gangguan ritme maupun konduksi jantung. 5. Pemeriksaan kadar arsen dalam tubuh Arsenik dalam urine merupakan indikator keracunan arsen yang terbaik bagi pekerja yang terpapar arsen. Normal kadar arsen dalam urine kurang dari 50ug/L

Kadar As dalam rambut juga merupakan indikator yang cukup baik untuk menilai terjadinya karacunan arsen. Normal kadar As dalam rambut kurang dari 1mug/kg Walaupun tidak ada pemeriksaan biokimia yang spesifik untuk melihat terjadinya keracunan arsen, namun gejala klinik akibat keracunan As yang dihubungkan dengan mempertimbangkan sejarah paparan merupakan hal yang cukup penting. Perlu diingat bahwa seseorang dengan kelainan laboratorium seperti di atas tidak selalu disebabkan oleh terpapar atau keracunan arsen. Banyak faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan seperti di atas. PENCEGAHAN TERJADINYA PAPARAN ARSEN Usaha pencegahan terjadinya paparan arsen secara umum adalah pemakaian alat proteksi diri bagi semua individu yang mempunyai potensi terpapar oleh arsen. Alat proteksi diri tersebut misalnya : - Masker yang memadai - Sarung tangan yang memadai - Tutup kepala - Kacamata khusus Usaha pencegahan lain adalah melakukan surveilance medis, yaitu pemeriksaan kesehatan dan laboratorium yang dilakukan secara rutin setiap tahun. Jika keadaan dianggap luar biasa, dapat dilakukan biomonitoring arsen di dalam urine. Usaha pencegahan agar lingkungan kerja terbebas dari kadar arsen yang berlebihan adalah perlu dilakukan pemeriksaan kualitas udara (indoor), terutama kadar arsen dalam patikel debu. Pemeriksaan kualitas udara tersebut setidaknya dilakukan setiap tiga bulan. Ventilasi tempat kerja harus baik, agar sirkulasi udara dapat lancar. PENGOBATAN KERACUNAN ARSEN Pada keracuna arsen akibat tertelan arsen, tindakan yang terpenting adalah merangsang refleks muntah. Jika penderita tidak sadar (shock) perlu diberikan infus. Antdote untuk keracunan arsen adalah injeksi dimerkaprol atau BAL (British Anti Lewisite). PROGNOSIS Pada keracunan akut, jika dilakukan penanganan dengan baik dan penderita dapat bertahan, maka akan kembali normal setelah sekitar 1 minggu atau lebih. Pada keracunan kronis akan kembali normal dalam waktu 6 12 bulan. http://mukono.blog.unair.ac.id/

Arsen
Arsen, arsenik, atau arsenikum adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol As dan nomor atom 33. Ini adalah bahan metaloid yang terkenal beracun dan memiliki tiga bentuk alotropik; kuning, hitam, dan abu-abu. Arsenik dan senyawa arsenik digunakan sebagai pestisida, herbisida, insektisida, dan dalam berbagai aloy.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Sifat-sifat Arsenik 2 Arsen dalam peradaban 3 Arsen dan lingkungan 4 Manfaat 5 Berbagai macam senyawa 6 Peringatan 7 Beberapa tokoh yang pernah keracunan arsen 8 Pranala luar 9 Catatan kaki

[sunting] Sifat-sifat Arsenik


Arsenik secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan Fosfor, dan sering dapat digunakan sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia dan juga beracun. Ketika dipanaskan, arsenik akan cepat teroksidasi menjadi oksida arsenik, yang berbau seperti bau bawang putih. Arsenik dan beberapa senyawa arsenik juga dapat langsung tersublimasi, berubah dari padat menjadi gas tanpa menjadi cairan terlebih dahulu. Zat dasar arsenik ditemukan dalam dua bentuk padat yang berwarna kuning dan metalik, dengan berat jenis 1,97 dan 5,73.

[sunting] Arsen dalam peradaban


Kata arsenik dipinjam dari bahasa Persia Zarnik yang berarti "orpimen kuning". Zarnik dipinjam dalam bahasa Yunani sebagai arsenikon. Arsenik dikenal dan digunakan di Persia dan di banyak tempat lainnya sejak zaman dahulu. Bahan ini sering digunakan untuk membunuh, dan gejala keracunan arsenik sulit dijelaskan, sampai ditemukannya tes Marsh, tes kimia sensitif untuk mengetes keberadaan arsenik. Karena sering digunakan oleh para penguasa untuk menyingkirkan lawan-lawannya dan karena daya bunuhnya yang luar biasa serta sulit dideteksi, arsenik disebut Racun para raja, dan Raja dari semua racun. Dalam zaman Perunggu, arsenik sering digunakan di perunggu, yang membuat campuran tersebut lebih keras. Warangan, yang sering digunakan sebagai bahan pelapis permukaan keris, mengandung bahan utama arsen. Arsen membangkitkan penampilan pamor keris dengan mempertegas kontras pada pamor. Selain itu, arsen juga meningkatkan daya bunuh senjata tikam itu. Albertus Magnus dipercaya sebagai orang pertama yang menemukan bagaimana mengisolasi elemen ini di tahun 1250. Pada tahun 1649 Johan Schroeder mempublikasi 2 cara menyiapkan arsenik.

Lambang alkimia untuk arsenik tampak di sebelah. Pada zaman Ratu Victoria di Britania Raya, arsenik dicampurkan dengan cuka dan kapur dan dimakan oleh kaum perempuan untuk meningkatkan penampilan wajah mereka, membuat kulit mereka lebih putih untuk menunjukkan bahwa mereka tidak bekerja di ladang. Arsenik juga digosokkan di muka dan di lengan kaum perempuan untuk memutihkan kulit mereka. Namun ini sangat tidak dianjurkan sekarang.

[sunting] Arsen dan lingkungan


Beberapa tempat di bumi mengandung arsen yang cukup tinggi sehingga dapat merembes ke air tanah. WHO menetapkan ambang aman tertinggi arsen di air tanah sebesar 50 ppb (bagian per milyar). Kebanyakan wilayah dengan kandungan arsen tertinggi adalah daerah aluvial yang merupakan endapan lumpur sungai dan tanah dengan kaya bahan organik. Diperkirakan sekitar 57 juta orang meminum air tanah yang terkontaminasi arsen berlebih, sehingga berpotensi meracun. Arsenik dalam air tanah bersifat alami, dan dilepaskan dari sedimen ke dalam air tanah karena tidak adanya oksigen pada lapisan di bawah permukaan tanah. Air tanah ini mulai dipergunakan setelah sejumlah LSM dari barat meneliti program air sumur besar-besaran pada akhir abad ke-20, namun gagal menemukan keberadaan arsenik dalam air tanah. Diperkirakan sebagai keracunan masal terburuk dalam sejarah dan mungkin musibah lingkungan terparah dalam sejarah. Di Banglades terjadi epidemik keracunan masal disebabkan oleh arsenik. Banyak negara lain di Asia, seperti Vietnam, Kamboja, Indonesia, dan Tibet[1], diduga memiliki lingkungan geologi yang serupa dan kondusif untuk menghasilkan air tanah yang mengandung arsenik dalam kadar yang tinggi.

[sunting] Manfaat
Timbal biarsenat telah digunakan di abad ke-20 sebagai insektisida untuk buah namun mengakibatkan kerusakan otak para pekerja yang menyemprotnya. Selama abad ke-19, senyawa arsen telah digunakan dalam bidang obat-obatan tetapi kebanyakan sekarang telah digantikan dengan obat-obatan modern. Kegunaan lain:

Berbagai macam insektisida dan racun Galium arsenida adalah material semikonduktor penting dalam sirkuit terpadu. Sirkuit dibuat menggunakan komponen ini lebih cepat tapi juga lebih mahal daripada terbuat dari silikon.

[sunting] Berbagai macam senyawa

Asam arsenat (H3AsO4) Asam arsenit (H3AsO3) Arsen trioksida (As2O3) Arsin (Arsen Trihidrida AsH3) Kadmium arsenida (Cd3As2) Galium arsenida (GaAs) Timbal biarsenat (PbHAsO4)

[sunting] Peringatan
Arsenik dan sebagian besar senyawa arsenik adalah racun yang kuat. Arsenik membunuh dengan cara merusak sistem pencernaan, yang menyebabkan kematian oleh karena shock. Lihat artikel keracunan arsenik. http://id.wikipedia.org/wiki/Arsen

Keracunan arsenik
Peracunan arsenik dapat terjadi secara akut akibat konsumsi arsen berlebih atau kronis akibat terpapar terus-menerus meski dalam kadar rendah (misalnya karena meminum air yang terkontaminasi arsen melebihi batas ambang aman tertinggi). Masuknya arsenik dalam jumlah besar ke dalam tubuh secara mendadak menyebabkan serangan akut berupa rasa sangat sakit perut akibat sistem pencernaan rusak, muntah, diare, rasa haus yang hebat, kram perut, dan akhirnya syok, koma, dan kematian. Paparan dalam jangka waktu lama, seperti meminum air terkontaminasi arsen, dapat menyebabkan napas berbau, keringat berlebih, otot lunglai, perubahan warna kulit (menjadi gelap), penyakit pembuluh tepi, parestesia tangan dan kaki (gangguan saraf), blackfoot disease dan kanker kulit.[1] Roger Smith, Profesor Emeritus farmakologi dan toksikologi, Sekolah Medis Dartmouth, menyatakan kontaminasi arsenik alami dalam air merupakan masalah di sumur yang terdapat di Banglades dan New Hampshire. Peracunan sumur di Banglades merupakan masalah yang rumit; jutaan orang mengambil air minum dari sumur yang dibor melalui lapisan batu yang mengandung arsenik. Peracunan kronik, level rendah seperti di Banglades menyebabkan korbannya menderita kanker. Ada teori yang mengatakan bahwa Napoleon Bonaparte menderita peracunan arsenik, dan sampel dari rambutnya menunjukkan level tinggi elemen tersebut. Tetapi, tidak berarti peracunan yang dilakukan oleh musuh Napoleon; tembaga arsenat banyak digunakan sebagai pigmen dalam kertas tembok, pelepasan mikrobiologi arsenik ke lingkungan sekitar dapat terjadi. Dengan ketiadaan kertas tembok yang asli dan jelas, dan juga banyak tempat yang dilalui olehnya menyebabkan kasus ini tidak dapat terpecahkan dengan pasti. Arsenik banyak digunakan dalam bidang medis sejak berabad-abad, dan digunakan dengan luas dalam perawatan sifilis sebelum ditemukannya penisilin; lalu diganti dengan pengobatan lain

seperti obat sulfa dan kemudian antibiotik. Arsenik merupakan bahan dalam banyak tonik, dan dalam era Viktoria, beberapa wanita memakan campuran cuka, kapur dan arsenik untuk memutihkan kulit mereka. Beberapa abad lalu, arsenik digunakan sebagai racun dalam pembunuhan ketika ditaruh dalam makanan. Batangan perak dapat digunakan untuk mengetes keberadaan arsenik; bila batangan tersebut berubah menjadi hitam ketika dimasukkan ke dalam makanan, berarti makanan tersebut mengandung arsenik. Kasus terakhir peracunan arsenik adalah Clare Booth Luce, Duta Besar Amerika di Italia pada saat Perang dunia II; dia menderita fisikal dan psikologikal sampai peracunan arsenik ditemukan, dan sumbernya adalah cat tua langit-langit kamarnya. Dia tidak mati oleh peracunan ini. Kasus di Indonesia adalah peracunan aktivis HAM Indonesia Munir, SH pada 7 September 2004.

[sunting] Catatan kakihttp://id.wikipedia.org/wiki/Keracunan_arsenik


http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol%202/Sukar2_2.pdf

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Kimia analisa adalah ilmu yang mempelajari cara cara penganalisaan zat kimia yang terdapat didalam suatu senyawa atau larutan yang akan dianalisa baik jenis maupun kadarnya : 1. Analisa Kualitatif Adalah penyelidikan kimia mengenai jenis unsur atau ion yang terdapat dalam suatu zat tunggal atau campuran. 2. Analisa Kuantitatif Adalah penyelidikan kimia mengenai kadar unsur atau ion yang terdapat dalam suatu zat tunggal atau campuran. Reaksi pengendapan telah digunakan secara meluas dalam kimia analisis dalam titrasititrasi, dalam penetapan gravimetri, dan dalam memisahkan suatu sampel menjadi komponen-komponennya (Underwood, 1986). Analisa kimia adalah penyelidikan kimia yang bertujuan untuk mencari susunanpersenyawaan atau campuran persenyawaan di dalam suatu sampel. Suatu senyawa dapat diuraikan menjadi anion dan kation. Analisa anion dan kation bertujuan untuk menganalisa adanya ion dalam sample. Analisa Anion dominan menggunakan cara yang lebih mudah dibanding analisa terhadap kation dan berlangsungnya juga sangat singkat sehingga kita dapat secara cepat mendapatkan hasil percobaan. Analisa anion - kation dapat juga digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti dalam pemeriksaan darah, urine, dan sebagainya. 1.2Perumusan Masalah Menganalisa adanya anion dalam sampel dengan langkah-langkah pendahuluan, yaitu dengan pemberian karbon aktif untuk adsorbsi warna tambahan, uji logam berat, lalu dilakukan identifiksi anion. Dan bagaimana kelarutan ion-ion Pb2+, Hg+, Ag+, Cd2+, dan Cu2+ setelah direaksikan dengan HCl encer dan gas H2S jenuh. 1.3Tujuan Percobaan Mengidentifikasi anion anion sulfat, phospat, khromat, dan halida dengan pereaksi spesifik membentuk endapan. Dan memisahkan kation-kation Pb+2, Hg+, Ag+, Cd+2 dan Cu+2, berdasarkan kelarutannya dengan HCl encer dan gas H2S (jenuh). Dan selanjutnya diidentifikasi dengan reaksi spesifik. 1.4Manfaat Percobaan Agar mahasiswa mengerti dan mampu mengaplikasikan analisa anion dan kation dalam dunia kerja. 1.5Ruang Lingkup percobaan Praktikum Kimia Analisa Kualitatif ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa, Fakultas Teknik, Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.

Menggunakan bahanbahan antara lain Fanta hijau, You C1000, Na2CO3, HNO3, HCl, Ba(OH)2, BaCl2, NH4OH, AgNO3, Hac, K2CrO4, KI, dan H2S. Dan dalam percobaan ini digunakan alat-alat seperti tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, gelas ukur, beaker http://dedyanwarkimiaanalisa.blogspot.com/glass, batang pengaduk, corong, pipa kapiler, bunsen, penjepit tabung, sentrifuse dan, penganas air.

Makalah Toksikologi Industri ARSEN Posting Oleh: Adnan Depressionz Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Makalah Toksikologi Industri ARSEN

BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan bahan yang karena sifat atau konsentrasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemari atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. Menurut data dari Environmental Protection Agency (EPA) tahun 1997, yang menyusun top-20 B3 antara lain: Arsenic, Lead, Mercury, Vinyl chloride, Benzene, Polychlorinated Biphenyls (PCBs), Kadmium, Benzo(a)pyrene, Benzo(b)fluoranthene, Polycyclic Aromatic Hydrocarbons, Chloroform, Aroclor 1254, DDT, Aroclor 1260, Trichloroethylene, Chromium (hexa valent), Dibenz[a,h]anthracene, Dieldrin, Hexachlorobutadiene, Chlordane. Beberapa diantaranya merupakan logam berat, antara lain Arsenic (As), Lead (Pb), Mercury (Hg), Kadmium (Cd) dan Chromium (Cr) (Sudarmaji, 2006). Logam-logam berat tersebut dalam konsentrasi tinggi akan berbahaya bagi kesehatan manusia bila ditemukan di dalam lingkungan, baik di dalam air, tanah maupun udara. Arsen (As) merupakan salah satu logam berat yang digunakan dalam kehidupan manusia. Penggunaannya antara lain dalam bidang kedokteran, pertanian, pengawetan kayu, dan lainnya. Namun penggunaan arsen yang tidak tepat dapat mengakibatkan efek yang fatal bagi kesehatan manusia.

B.Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1.Bagaimanakah keberadaan arsen di alam? 2.Apa sajakah penggunaan arsen dalam kehidupan manusia? 3.Bagaimanakah dampak arsen terhadap kesehatan manusia? 4.Bagaimanakah penanggulangan jika terpapar arsen?

C.Tujuan 1.Mengetahui keberadaan arsen di alam. 2.Mengetahui penggunaan arsen dalam kehidupan manusia. 3.Mengetahui dampak arsen terhadap kesehatan manusia. 4.Mengetahui cara penanggulangan jika terpapar arsen.

D.Manfaat 1.Bagi instansi pemerintah Diharapkan dapat memberikan masukan bagi para penentu kebijakan dalam upaya menjaga masyarakat agar tidak terkena dampak merugikan dari arsen. 2.Bagi jurusan Kesehatan Masyarakat Menambah pustaka tentang keberadaan, penggunaan, dampak terhadap kesehatan serta penanggulangannya jika terpapar arsen. 3.Bagi Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat tentang keberadaan, penggunaan, dampak terhadap kesehatan serta penanggulangannya jika terpapar arsen. 4.Bagi Mahasiswa Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai keberadaan, penggunaan, dampak terhadap kesehatan serta penanggulangannya jika terpapar arsen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengertian Arsen Arsen (As) adalah suatu unsur kimia metaloid (semilogam) golongan VA dengan nomor atom 33. Arsen berwujud bubuk putih, tanpa warna dan bau. Nama arsenik sendiri pertama kali berasal dari bahasa Persia zarnig dan bahasa Yunani arsenikon yang artinya kuning (www.terselubung.blogspot.com, 2009). Arsen merupakan bahan metaloid yang terkenal beracun dan memiliki tiga bentuk alotropik, yaitu kuning, hitam dan abu-abu (www.wikipedia.org, 2009).

B.Klasifikasi Arsen Arsen di alam berada dalam bentuk Inorganik dan organik. Penjelasannya sebagai berikut: 1.Arsen Inorganik Sebagian besar arsen di alam merupakan bentuk senyawa dasar yang berupa substansi inorganik. Arsen inorganik dapat larut dalam air atau berbentuk gas dan dapat terpapar pada manusia. Menurut National Institute for Occupational Safety and Health (1975), arsen inorganik dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan kronis, terutama kanker (www.bluefame.com, 2009). Senyawa Arsen dengan oksigen, klorin atau belerang dikenal sebagai arsen inorganik. Arsen trioksida (As2O3 atau As4O6) dan arsenat/arsenit merupakan bentuk arsen inorganik berbahaya bagi kesehatan manusia. Pada suhu di atas 1.073C senyawa arsen trioksida dapat dihasilkan dari hasil samping produksi tembaga dan pembakaran batubara. Arsen trioksida mempunyai titik didih 465C dan akan menyublim pada suhu lebih rendah. Kelarutan arsen trioksida dalam air rendah, kira-kira 2% pada suhu 25C dan 8,2% pada suhu 98C. Sedikit larut dalam asam membentuk asam arsenide (H3As03). Arsen trioksida

sangat cepat larut dalam asam khlorida dan alkalis (Durrant & Durrant, 1966; Carapella, 1973) (Sukar, 2003). 2.Arsen Organik Senyawa dengan Carbon dan Hydrogen dikenal sebagai Arsen Organik. Arsen bentuk organik yang terakumulasi pada ikan dan kerang-kerangan, yaitu arsenobetaine dan arsenokolin mempunyai sifat nontoksik. Sebagaimana diketahui bahwa arsen inorganik lebih beracun dari pada arsen organik. Senyawa arsen organik sangat jarang dan mahal. Ikatan carbon-arsen sangat stabil pada kondisi pH Iingkungan dan berpotensi teroksidasi. Beberapa senyawa methylarsenic sebagaimana di dan trimethylarsenes terjadi secara alami, karena merupakan hasil dari aktivitas biologik. Di dalam air senyawa ini bisa teroksidasi menjadi methylarsenic acid Senyawa arsen organik lainnya seperti : arsenobetaime dan arsenocho/ine bisa ditemukan pada kehidupan laut dan sangat tahan terhadap degradasi secara kimiawi (Lauwerys et aI, 1979) (Sukar, 2003). Berbagai macam senyawa arsen adalah sebagai berikut: a.Asam arsenat (H3AsO4) b.Asam arsenit (H3AsO3) c.Arsen trioksida (As2O3) d.Arsin (Arsen Trihidrida AsH3) e.Kadmium arsenida (Cd3As2) f. Galium arsenida (GaAs) g.Timbal biarsenat (PbHAsO4) C.Karakteristik Arsen Arsen berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di lingkungan. Arsen di air di temukan dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain (Wijanto, 2005). Arsen secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan fosfor, dan sering dapat digunakan sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia dan juga beracun. Ketika dipanaskan, arsen akan cepat teroksidasi menjadi oksida arsen, yang berbau seperti bau bawang putih. Arsen dan beberapa senyawa arsen juga dapat langsung tersublimasi, berubah dari padat menjadi gas tanpa menjadi cairan terlebih dahulu. Zat dasar arsen ditemukan dalam dua bentuk padat yang berwarna kuning dan metalik, dengan berat jenis 1,97 dan 5,73.

D.Mekanisme Masuknya Arsen dalam Tubuh

Pemajanan Arsen ke dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, dari makanan/minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus halus kemudian masuk ke peredaran darah (Wijanto, 2005).

E.Penggunaan Arsen Beberapa penggunaan arsen sebagai berikut: 1.Arsenik dalam kehidupan sehari-hari Arsenik dalam kehidupan sehari-hari digunakan sebagai bahan pestisida di buah-buahan. Timbal biarsenat telah digunakan di abad ke-20 sebagai insektisida untuk buah namun mengakibatkan kerusakan otak pada pekerja yang menyemprotnya. Arsen juga berperan penting dalam bidang pengobatan. Di zaman dahulu arsen pernah digunakan sebagai obat sifilis, yaitu salvarsan. Sampai sekarang arsen masih menjadi salah satu alternatif pengobatan tripanosomiasis Afrika (dalam bentuk melarsoprol). Walaupun kebanyakan sekarang telah digantikan dengan obat-obatan modern. (www.wikipedia.org, 2009) Galium arsenid dapat dipakai sebagai bahan semikonduktor rangkaian listrik. Galium arsenida adalah material semikonduktor penting dalam sirkuit terpadu. Sirkuit dibuat menggunakan komponen ini lebih cepat tapi lebih mahal daripada yang terbuat dari silikon. Selain itu, arsen juga dipakai dalam industri pewarna dan cat ( www.terselubung.blogspot.com, 2009). 2.Arsenik di air minum Makanan kita pun mungkin mengandung arsenik dalam jumlah kecil. Konsentrasi arsenik yang dianggap tidak berbahaya dalam air minum oleh WHO adalah kurang dari 10 ppb. Selain karena arsenik menjadi bahan pestisida yang dipakai untuk menyemprot sayur dan buah, arsenik juga berpotensi mencemari perairan. Arsenik yang ditemukan di air adalah arsenik bentuk arsenat V (HAsO42-) dan arsenit III (H3AsO3). Di alam bebas arsenat dan arsenit dapat mengalami reaksi redoks bolak balik. Konsentrasi yang ditemukan dapat mencapai 200-4400 ppb, atau 0.2-4.4 ppm ( www.terselubung.blogspot.com, 2009). 3.Arsenik sebagai racun Bentuk arsenik yang terkenal adalah As2O3 (arsen trioksida) atau warangan. Warangan ini bentuknya berupa bubuk berwarna putih yang larut dalam air. Bentuk lainnya adalah bubuk kuning As2S3 dan bubuk merah realgar As4S4. Keduanya sempat populer sebagai bahan cat, namun karena toksik akhirnya mereka tidak dipakai lagi. Adapun bentuk gasnya, yang juga beracun adalah arsin (As2H3) ( www.terselubung.blogspot.com, 2009).

F.Diagnosis

Ada tes yang tersedia untuk mendiagnosis keracunan dengan mengukur arsenik dalam darah, urin, rambut dan kuku. Tes urin adalah tes yang paling dapat diandalkan untuk paparan arsenik dalam beberapa hari terakhir. Tes urin perlu dilakukan dalam waktu 24-48 jam untuk sebuah analisa yang akurat eksposur yang akut. Tes rambut dan kuku dapat mengukur tingkat tingginya terpapar arsen selama 6-12 bulan. Tes-tes ini dapat menentukan apakah seseorang telah terpapar di atas tingkat ratarata arsen. Rambut merupakan bioindikator potensial untuk paparan arsenik karena kemampuannya untuk menyimpan elemen dari darah. Jenis biomonitoring telah dicapai dengan teknik yang lebih baru seperti microanalytical berdasarkan Synchroton radiasi fluoresensi sinar-X (SXRF) spektroskopi dan Microparticle akibat emisi sinar-X (PIXE). Yang sangat terfokus dan intens studi balok bintik-bintik kecil pada sampel biologis yang memungkinkan analisis tingkat mikro di sepanjang spesiasi kimia. Metode ini telah digunakan untuk mengikuti tingkat arsenik sebelum, selama dan setelah pengobatan dengan oksida Arsenious pada pasien dengan Leukemia akut Promyelocytic (www.wikipedia.org, 2009). G.Toksisitas Toksisitas senyawa arsenik dan sangat bervariasi. Bentuk organik tampaknya memiliki toksisitas yang lebih rendah daripada bentuk arsenik anorganik.. Penelitian telah menunjukkan bahwa arsenites (trivalen bentuk) memiliki toksisitas akut yang lebih tinggi daripada arsenates (pentavalent bentuk). Minimal dosis akut arsenik yang mematikan pada orang dewasa diperkirakan 70-200 mg atau 1 mg/kg/hari. Sebagian besar melaporkan keracunan arsenik tidak disebabkan oleh unsur arsenik, tapi oleh salah satu senyawa arsen, terutama arsenik trioksida, yang sekitar 500 kali lebih beracun daripada arsenikum murni. Gejalanya antara lain: sakit di daerah perut, produksi air liur berlebihan, muntah, rasa haus dan kekakuan di tenggorokan, suara serak dan kesulitan berbicara, masalah muntah (kehijauan atau kekuningan, kadang-kadang bernoda darah), diare, tenesmus, sakit pada organ kemih, kejangkejang dan kram, keringat basah, lividity dari ekstremitas, wajah pucat, mata merah dan berair (www.wikipedia.org, 2009). Gejala keracunan arsenik ringan mulai dengan sakit kepala dan dapat berkembang menjadi ringan dan biasanya, jika tidak diobati, akan mengakibatkan kematian (www.wikipedia.org, 2009). H. Patofisiologi Arsen dapat bermanfaat bagi tubuh, tapi juga dapat mengganggu metabolisme dalam tubuh. Arsen mengganggu produksi ATP melalui beberapa mekanisme. Pada tingkat siklus asam sitrat, arsenik menghambat piruvat dehidrogenase dan bersaing dengan fosfat dalam proses fosforilasi oksidatif, sehingga menghambat energy, terkait pengurangan NAD+, menghambat respirasi mitokondria dan sintesis ATP. Produksi hidrogen peroksida juga meningkat. Gangguan metabolik ini menyebabkan kematian dari sistem organ. Sebuah pemeriksaan mayat berwarna merah bata mengungkapkan mukosa yang mengalami perdarahan yang parah (www.wikipedia.org, 2009).

BAB III PEMBAHASAN A.Keberadaan Arsen Keberadaan arsen di alam (meliputi keberadaan di batuan (tanah) dan sedimen, udara, air dan biota), produksi arsen di dalam industri, penggunaan dan sumber pencemaran arsen di lingkungan. 1.Keberadaan Arsen di Alam a.Batuan (Tanah) dan Sedimen Di batuan atau tanah, arsen (As) terdistribusi sebagai mineral. Kadar As tertinggi dalam bentuk arsenida dari amalgam tembaga, timah hitam, perak dan bentuk sulfida dari emas. Mineral lain yang mengandung arsen adalah arsenopyrite (FeAsS), realgar (As4S4) dan orpiment (As2S3). Secara kasar kandungan arsen di bumi antara 1,5-2 mglkg (NAS, 1977). Bentuk oksida arsen banyak ditemukan pada deposit/sedimen dan akan stabil bila berada di lingkungan. Tanah yang tidak terkontaminasi arsen ditemukan mengandung kadar As antara 0,240 mg/kg, sedang yang terkontaminasi mengandung kadar As rata-rata lebih dari 550 mg/kg (Walsh & Keeney, 1975). Secara alami kandungan arsen dalam sedimen biasanya di bawah 10 mg/kg berat kering. Sedimen bagian bawah dapat terjadi karena kontaminasi yang berasal dari sumber buatan kering ditemukan pada sedimen bagian bawah yang dekat dengan buangan pelelehan tembaga.

b.Udara Zat padat di udara (total suspended particulate = TSP) mengandung senyawa arsen dalam bentuk anorganik dan organik (Johnson & Braman, 1975). Crecelius (1974) menunjukkan bahwa hanya 35% arsen anorganik terlarut dalam air hujan. Di lokasi tercemar, kadar As di udara ambien kurang dari satu gram per meter kubik (Peirson, et al 1974; Johnson & Braman, 1975). c.Air Beberapa tempat di bumi mengandung arsen yang cukup tinggi sehingga dapat merembes ke air tanah. Kebanyakan wilayah dengan kandungan arsen tertinggi adalah daerah aluvial yang merupakan endapan lumpur sungai dan tanah dengan kaya bahan organik. Arsenik dalam air tanah bersifat alami dan dilepaskan dari sedimen ke dalam air tanah karena tidak adanya oksigen pada lapisan di bawah permukaan tanah (www.wikipedia.org, 2009). Arsen terlarut dalam air dalam bentuk organik dan anorganik (Braman, 1973; Crecelius, 1974). Jenis arsen bentuk organik adalah methylarsenic acid dan methylarsenic acid, sedang anorganik dalam bentuk

arsenit dan arsenat. Arsen dapat ditemukan pada air permukaan, air sungai, air danau, air sumur dalam, air mengalir, serta pada air di lokasi di mana terdapat aktivitas panas bumi (geothermal). d.Biota Penyerapan ion arsenat dalam tanah oleh komponen besi dan aluminium, sebagian besar merupakan kebalikan dari penyerapan arsen pada tanaman (WaIlsh, 1977). Kandungan arsen dalam tanaman yang tumbuh pada tanah yang tidak tercemari pestisida bervariasi antara 0,01-5 mg/kg berat kering (NAS, 1977). Tanaman yang tumbuh pada tanah yang terkontaminasi arsen selayaknya mengandung kadar arsen tinggi, khususnya di bagian akar (Walsh & Keene, 1975; Grant & Dobbs, 1977). Beberapa rerumputan yang mengandung kadar arsen tinggi merupakan petunjuk/indikator kandungan arsen dalam tanah (Porter & Peterson, 1975). Selain itu, ganggang laut dan rumput laut juga umumnya mengandung sejumlah kecil arsen. 2.Produksi dalam Industri Berdasarkan data yang digunakan dari Biro Pertambangan Amerika Serikat (Nelson, 1977), dapat diperkirakan bahwa total produksi senyawa arsen di dunia mulai tahun 1975 sekitar 600.000 ton. Negara-negara produser utama adalah: China, Peru, Swedia, USA dan USSR. Negara-negara tersebut mampu mencukupi sampai 90% produk dunia. Arsen trivalen adalah basis utama industri kimia arsen dan merupakan produk samping dalam pelelehan bijih tembaga dan timah hitam. 3.Penggunaan Senyawa Arsen Arsen banyak digunakan dalam berbagai bidang, yaitu salah satunya dalam bidang pertanian. Di dalam pertanian, senyawa timah arsenat, tembaga acetoarsenit, natrium arsenit, kalsium arsenat dan senyawa arsen organik digunakan sebagai pestisida. Sebagian tembakau yang tumbuh di Amerika Serikat, perlu diberi pestisida yang mengandung arsen untuk mengendalikan serangga yang menjadi hama tanaman tersebut selama masa pertumbuhannya. Tembakau ini akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan rokok. Data pada penelitian asap rokok tembakau menunjukkan bahwa maksimum terdapat As2O3 dengan kadar berturut-turut untuk cerutu, rokok, dan tembakau adalah 48.4, 36.3, dan 50.0 ppm . Kadar ini jelah lebih tinggi jika dibandingkan maksimum kadar arsen dalam rokok adalah 38.5 ppm. Terdapat variasi kadar arsen yang jelas antara merek rokok tersebut. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan dosis arsen yang terdapat pada pestisida yang diberikan selama masa pertumbuhan tanaman tembakau (Gross dan Nelson,.........). Ada atau tidaknya arsen yang mudah menguap secara bebas maupun bersama dengan partikel lain tidak dapat ditentukan secara pasti. Dari pertimbangan teoritis dipercaya bahwa arsen yang mudah menguap seperti As2O3, dimana mengalami perubahan bentuk yang disebabkan oleh pembakaran yang tidak sempurna selama merokok. As2O3 akan mengalami reaksi yang dapat diamati, menyublim pada temperatur tinggi selama merokok dan terjaga untuk terkondensasi kembali pada permukaan yang lembab dan dingin. Hal ini dibuktikan pada saat penelitian, yaitu kapas penyerap yang lembab dapat

menangkap hampir sebagian besar arsen yang ada dalam dalam asap rokok. Fakta ini merupakan analogi dari kondisi paru-paru yang secara normal lembab, sehingga bila arsen masuk ke paru-paru akan melekat pada permukaan paru-paru yang lembab dan hal ini sangat membahayakan ( Gross dan Nelson, ............).

4.Sumber Pencemaran Arsen dalam Lingkungan Pembakaran batubara dan pelelehan logam merupakan sumber utama pencemaran arsen dalam udara. Pencemaran arsen terdapat di sekitar pelelehan logam (tembaga dan timah hitam). Arsen merupakan salah satu hasil sampingan dari proses pengolahan bijih logam non-besi terutama emas, yang mempunyai sifat sangat beracun. Ketika tailing dari suatu kegiatan pertambangan dibuang di dataran atau badan air, limbah unsur pencemar kemungkinan tersebar di sekitar wilayah tersebut dan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Bahaya pencemaran lingkungan ini terbentuk jika tailing yang mengandung unsur tersebut tidak ditangani secara tepat. Tingginya tingkat pelapukan kimiawi dan aktivitas biokimia pada wilayah tropis, akan menunjang percepatan mobilisasi unsur-unsur berpotensi racun. Selanjutnya dapat memasuki sistem air permukaan atau merembes ke dalam akifer-akifer air tanah setempat. Ini terjadi di negara-negara yang memproduksi emas dan logam dasar (Herman, D.Z. 2006). Sumber pencemaran arsen juga dapat berasal dari: 1.Pembakaran kayu yang diawetkan oleh senyawa arsen pentavalen, dapat menaikkan kadar arsen di udara. 2.Pusat listrik tenaga panas bumi (geothermal) yang dapat menyebabkan kontaminasi arsen pada udara ambient. 3.Pupuk yang di dalamnya mengandung arsen.

B.Dampak Arsen Terhadap Kesehatan Manusia WHO menetapkan ambang aman tertinggi arsen dalam air tanah sebesar 50 ppb (www.wikipedia.org, 2009). Air tanah biasa digunakan sebagai sumber air minum bagi kelangsungan hidup manusia. Salah satu akibat yang merugikan dari arsen adalah apabila dalam air minum mengandung unsur arsen melebihi nilai ambang batas, yaitu bila kadarnya melebihi 100 ppb dalam air minum. Gejala keracunan kronis yang ditimbulkannya pada tubuh manusia berupa iritasi usus, kerusakan syaraf dan sel, kelainan kulit atau melanoma serta kanker usus.

Arsen inorganik telah dikenal sebagai racun manusia sejak lama, yang dapat mengakibatkan kematian. Dosis rendah akan mengakibatkan kerusakan jaringan. Bila melalui mulut, pada umumnya efek yang timbul adalah iritasi saluran makanan, nyeri, mual, muntah dan diare. Selain itu mengakibatkan penurunan pembentukan sel darah merah dan putih, gangguan fungsi jantung, kerusakan pembuluh darah, luka di hati dan ginjal.( Wijanto, 2005). Berikut ini adalah implikasi klinik akibat tercemar oleh arsen: 1.Mata Efek Arsenic terhadap mata adalah gangguan penglihatan dan kontraksi mata pada bagian perifer sehingga mengganggu daya pandang (visual fields) mata. 2.Kulit Adanya kulit yang berwarna gelap (hiperpigmentasi), penebalan kulit (hiperkeratosis), timbul seperti bubul (clavus), infeksi kulit (dermatitis) dan mempunyai efek pencetus kanker (carcinogenic). 3.Darah Efeknya menyebabkan kegagalan fungsi sungsum tulang dan terjadinya pancytopenia (yaitu menurunnya jumlah sel darah perifer). 4.Liver Paparan arsen yang cukup lama (paparan kronis) pada liver akan menyebabkan efek yang signifikan, berupa meningkatnya aktifitas enzim pada liver (enzim SGOT, SGPT, gamma GT), ichterus (penyakit kuning), liver cirrhosis (jaringan hati berubah menjadi jaringan ikat dan ascites (tertimbunnya cairan dalam ruang perut). 5.Ginjal Arsen akan menyebabkan kerusakan ginjal berupa renal damage (terjadi ichemia dan kerusakan jaringan). 6.Saluran pernapasan Paparan arsen pada saluran pernafasan akan menyebabkan timbulnya laryngitis (infeksi laryng), bronchitis (infeksi bronchus) dan dapat pula menyebabkan kanker paru. 7.Pembuluh darah Logam berat Arsen dapat menganggu fungsi pembuluh darah, sehingga dapat mengakibatkan penyakit arteriosclerosis (rusaknya pembuluh darah), portal hypertention (hipertensi oleh karena faktor pembuluh darah potal), oedema paru dan penyakit pembuluh darah perifer (varises, penyakit bu rger).

8.Sistem Reproduksi Efek arsen terhadap fungsi reproduksi biasanya fatal dan dapat pula berupa cacat bayi waktu dilahirkan, lazim disebut effek malformasi. 9.Sistem Immunologi Efek pada sistem immunologi, terjadi penurunan daya tahan tubuh/ penurunan kekebalan, akibatnya peka terhadap bahan karsinogen (pencetus kanker) dan infeksi virus. 10.Sistem Sel Efek terhadap sel mengakibatkan rusaknya mitokondria dalam inti sel sehingga menyebabkan turunnya energi sel dan sel dapat mati. 11.Gastrointestinal (Saluran Pencernaan) Arsen akan menyebabkan perasaan mual dan muntah, serta nyeri perut, mual (nausea) dan muntah (vomiting).

C.Cara Mengatasi Keracunan Arsenik Pertolongan pertama (standart treatment) bila kulit kita terpapar arsenik: cuci permukaan kulit dengan air mengalir secara kontinu kurang lebih 10 menit, atau sampai tidak ada kandungan bahan kimia di atas kulit. Bila perlu, gunakan sabun. Baju yang terkontaminasi harus dilepaskan. Kemudian segera ke dokter untuk mendapat pertolongan medis. Sementara bila racun masuk ke pencernaan, masukkan air dalam jumlah yang cukup besar ke dalam mulut untuk mencuci. Tetapi, air jangan tertelan. Kalau bahan kimianya sudah tertelan, minum kurang lebih 250 ml air dan jangan memaksakan muntah. Segera cari pertolongan medis. Cara mengatasi keracunan arsenik berbeda antara keracunan akut dan kronik. Untuk keracunan akut yang belum berlangsung 4 jam, korban diberi ipekak untuk merangsangnya muntah. Dapat juga dilakukan bilas lambung apabila ia tidak dapat minum. Pemberian katartik atau karboaktif dapat bermanfaat. Sedangkan untuk keracunan yang sudah berlangsung lebih lama (termasuk juga keracunan kronik), sebaiknya diberi antidotumnya, yaitu suntikan intramuskuler dimerkaprol 3-5 mg/kgBB 4-6 kali sehari selama 2 hari. Pengobatan dilanjutkan 2-3 kali sehari selama 8 hari ( www.terselubung.blogspot.com, 2009). Metode kimia dan sintetik saat ini digunakan untuk mengobati keracunan arsenik. Dimercaprol dan asam dimercaptosuccinic adalah agen chelating yang mengambil arsenik dari protein darah dan digunakan untuk mengobati keracunan arsenik akut. Dimercaprol jauh lebih beracun daripada succimer.

Selain itu, ada penelitian menarik yang dilakukan oleh Keya Chaudhuri dan rekan-rekannya dari Indian Institute of Chemical Biology di Kolkata dalam jurnal Food and Chemical Toxicology. Mereka melakukan uji coba pada tikus. Tikus yang diberi makan ekstrak bawang putih kandungan arsenik dalam darah dan hatinya berkurang 40 persen dan 45 persen dari arsen juga di keluarkan lewat air seni tikus tersebut. Zat yang mengandung belerang dalam bawang putih dapat mengurangi kadar arsen dalam jaringan dan darah. Sehingga mereka yang tinggal di daerah yang beresiko terkontaminasi arsenik dalam air disarankan untuk mengonsumsi satu sampai tiga siung bawang putih per hari sebagai pencegahan keracunan arsen.

BAB 1V KESIMPULAN

1. Keberadaan arsen di alam meliputi keberadaan di batuan (tanah) dan sedimen udara, air dan biota, produksi arsen di dalam industri, adanya penggunaan arsen oleh manusia dan adanya sumber pencemaran arsen di lingkungan. 2.Arsen digunakan dalam kehidupan manusia, antara lain sebagai bahan pestisida, bahan semikonduktor rangkaian listrik, pupuk, industri pewarna dan cat serta dalam bidang pengobatan. 3. Dampak negatif akibat terpapar arsen yaitu dapat mengganggu fungsi tubuh manusia, antara lain mata, kulit, darah, hati, ginjal, saluran pernapasan, pembuluh darah, sistem reproduksi, sistem immunologi, sistem sel, serta gastrointestinal (saluran pencernaan). 4.Untuk mengobati keracunan arsen digunakan metode kimia dan sintetik. Selain itu juga bagi masyarakat yang tinggal di daerah yang beresiko terkontaminasi arsenik dalam air disarankan untuk mengonsumsi bawang putih sebagai pencegahan keracunan arsen. Karena zat yang mengandung belerang dalam bawang putih dapat mengurangi kadar arsen dalam jaringan dan darah.

DAFTAR PUSTAKA . 2000. Arsenic. http://www.euro.who.int/document/aiq/6.1_arsenic.pdf Diakses tanggal 16 Oktober 2009.

. 2009. Arsen http://www.wikipedia.org Diakses tanggal 15 Oktober 2009.

. 2009. Bahaya Logam Berat dalam Makanan http://www.bluefame.com/index.php Diakses tanggal 17 Oktober 2009.

. 2009. Keracunan arsenic http://www.wikipedia.org Diakses tanggal 15 Oktober 2009.

. 2009. Mengenal Arsenik http://terselubung.blogspot.com/2009/06/mengenal-arsenik_03.html Diakses tanggal 15 Oktober 2009.

Gross dan Nelson, . Arsenic in Tobacco Smoke. http://www.ajph.org/cgi/reprint/24/1/36 Diakses tanggal 17 Oktober 2009.

Herman, D.Z. 2006. Tinjauan terhadap Tailing Mengandung Unsur Pencemar Arsen (As), Merkuri (Hg), Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) dari Sisa Pengolahan Bijih Logam. www.geoajeh.net46.net/.../Tinjauan%20tailing%20mengandung%20unsur%20pencemar%20 Diakses tanggal 17 Oktober 2009.

Sudarmaji, dkk. 2006. Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya terhadap Kesehatan.

www.journal.unair.ac.id/detail_jurnal.php Diakses tanggal 16 Oktober 2009.

Sukar, 2003. Sumber dan Terjadinya Arsen di Lingkungan. http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol%202/sukar22.pdf Diakses tanggal 17 Oktober 2009.

Tallei, T. 2004. Mekanisme Detoksikasi Logam Berat dalam Tubuh Manusia http://trinatallei.blog.friendster.com/2008/05/mekanisme-detoksikasi-logam-berat-dalam-tubuhmanusia/ Diakses tanggal 17 Oktober 2009.

Wijanto, S.E, 2005. Limbah B3 dan Kesehatan. http://www.dinkesjatim.go.id/images/datainfo/200504121503 - LIMBAH%20B-3.pdf Diakses tanggal 16 Oktober 2009. http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2010/10/makalah-toksikologiindustri-arsen.html

You might also like