Professional Documents
Culture Documents
PENDAPAT HUKUM/KESIMPULAN
Melalui :
Dengan hormat,
Bahwa dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum halaman 3, diuraikan bahwa
para Terdakwa didakwa telah melakukan Tindak Pidana Pembunuhan berencana
dengan uraian dakwaan sebagai berikut :
( “… - Bahwa pada hari Minggu, tanggal 14 Mei 2000 Terdakwa Fabianus Tibo, bersama – sama
pemuda yang berasal dari Desa Molores , Masara dan Beteleme dibawa menuju ke Desa Kelei
Kecamatan Pamona Utara dan setelah sampai di Desa Kelei kemudian bergambung dengan
massa kelompok merah lainnya yang sudah ada sebelumnya yang jumlahnya kurang lebih 700
orang.
- Selain daripada itu sebelum para Terdakwa bersama kelompok merah yang dipimpinnya
melakukan penyerangan terhadap penduduk Desa Maengko Baru dan Kelurahan Kayamanya,
para pasukan dipersiapkan dengan memberikan pakaian seragam warna hitam dan ikat kepala
4
warna merah serta diberikan tali kode kongkoli yang diikat pada bagian tubuh serta diberikan
sandi dengan kata kongkoli dan waya yaitu dengan maksud bila teman memanggil kongkoli maka
harus dijawab waya hal itu berarti teman sehingga tidak dibunuh atau dibantai dan apabila
dijawab lain berarti musuh dan harus dibunuh.
- Pada tanggal 22 Mei 2000 sekitar jam 08.00 Wita para Terdakwa bersama kelompok merah
lainnya berjumlah 27 orang meninggalkan Desa Klei menuju kota Poso dengan menggunakan
kendaraan bus dan 2 (dua) unit mobil angkutan serta membawa peralatan yang sudah dibuat
berupa parang, panah, peluncur, tombak, senjata rakitan, bom Molotov dan tiba pada jam 11.00
Wita kemudian bergabung dengan kelompok merah lainnya yang sebelumnya sudah berada di
Gereja Santha Theresia kelurahan Maengko Baru, Kecamatan Poso Kota Kabupaten Poso.
- Keesok harinya yaitu tanggal 23 Mei 2000 sekitar jam 04.30 Wita para Terdakwa bersama
kelompok merah lainnya berjumlah kurang lebih 130 orang yang dipimpin oleh para Terdakwa
melakukan penyerangan dan pembunuhan terhdap penduduk Kelurahan Maengko Baru dan
Kelurahan Kayamanya (kelompok putih) dengan menggunakan alat berupa parang, panah,
peluncur, tombak dan senjata tajam linnya dari akibat penyerangan tersebut 3 (tiga) orang
meninggal dunia yaitu Serma Kamaruddin Ali anggota Polres Poso, Abdul Syukur pegawai
Kecamatan dan Bahmid La Diku alias Baba.
Bahwa dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum halaman 12, diuraikan bahwa
para Terdakwa telah melakukan Tindak Pidana Pembakaran Rumah dengan uraian
dakwaan sebagai berikut :
“… - Pada sekitar tanggal 23 Mei 2000 sampai dengan tanggal 30 Mei 2000 , telah melakukan
pembakaran rumah milik penduduk Kelurahan Maengko Baru dan Kelurahan Kayamanya
Kecamatan Poso Kota Kabupaten Poso dengan cara menyiram bahan bakar berpa bnensin
dan minyak tanah yang telah duipersiapkan terlebih dahulu kedalam rumah-rumah penduduk
kenmudian disulut dengan api sehingga rumah tersebut beserta isinya terbakar yang
seluruhnya berjumlah 225 buah rumah atau sekitar jumlah itu setidak -tidaknya lebih dari 1
(satu) rumah;
- Pada tanggal 26 Mei 2000 telah melakukan pembakaran rumah penduduk di Desa
Toyado, Sayo, Tegal Rejo, Sepe, Tagolu dan Desa Silanca Kecamatan Lage kabupaten
Poso dengan cara menyiram bahan bakar minyak berupa bensin dan minyak tanah ke
dalam rumah-rumah penduduk kemudian disulut dengan api , sehingga rumah tersebut
beserta isinya terbakar antara lain rumah milik Hajar (alm) dan milik Daryanto Paula alias
Anto serta penduduk lainnya yang jumlahnya tidak diketahui secara pasti setidak -tidaknya
lebih dari 1 (satu) rumah;
- Pada tanggal 28 Mei telah melakukan pembakaran rumah penduduk dan Komplek Pondok
Pesantren Walisongo di Desa Sintuwu Lemba Kecamatan Lege Kabupaten Poso dengan
cara menyiram bahan bakar minyak berupa bensin dan minyak tanah ke dalam rumah-
rumah penduduk kemudian disulut dengan api , sehingga rumah tersebut beserta isinya
terbakar antara lain sebuah masjid, 220 rumah penduduk, 6 unit gedung sekolah, 2 unit
asrama santri pondok pesantren walisongo dan bangunan-bangunan lainnya setidak -
tidaknya lebih dari 1 (satu) rumah;
- Pada tanggal 16 Juni 2000 dari jam 13.00 s/d 15.00 wita telah melakukan pembakaran
rumah penduduk warga muslim/Islam di Desa Toinasa Kecamatan Pamona Utara
Kabupaten Poso dengan cara menyiram bahan bakar minyak berupa bensin dan minyak
tanah kedalam rumah-rumah penduduk kemudian disulut dengan api, sehingga rumah
tersebut beserta isinya terbakar yang jumlahnya tidak diketahui secara pasti setidak -
tidaknya lebih dari 1 (satu) rumah;
- Bahwa selain pembakaran tersebut di atas para terdakwa bersama kelompok merah
lainnya masih melakukan pembakaran rumah milik penduduk, tempat ibadah, bangunan
pemerintah dan bangunan-bangunan lainnya yang waktu dan tempatnya tidak diketahui
secara pasti di Kabupaten Poso yang jumlahnya ribuan rumah;…”
5
3. Dakwaan Ketiga Jaksa Penuntut Umum
Bahwa dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum halaman 13, diuraikan bahwa
para Terdakwa telah melakukan Tindak Pidana Penganiayaan dengan uraian
dakwaan sebagai berikut :
“ …Bahwa mereka terdakwa Fabianus Tibo, Dominggus Dasilva Als. Domi dan Marinus Riwu
Als.Nus bersama-sama dengan Danile, Sadra, Sipri, Daeng, Ferdi Mangungsong dan Alex yang
sampai saat ini belum tertangkap serta orang-orang lain yang identitasnya belum diketahui secara
pasti baik secara bersama-sama atau berindak sendiri-snediri pada tanggal 28 Mei 2000 sekira jam
09.00 wita dan hari Kamis tanggal 1 Juni 2000 sekira jam 15.00 Wita atau pada suatu dalam tahun
2000 bertempat di dalam Masjid Al Hijrah Desa Sintuwu Lemba dan dan di tepi sungai tempat
penambangan pasir Desa Tagolu Kecamatan Lage Kabupaten Poso atau setidak -tidaknya yang
masih termasuk di dalam daerah hukum pengadilan Negeri Poso dimana berdasarkan pasal 85
KUHAP dan Surat Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No.
05/PW/07.03 tahun 2000 tanggal 1 September 2000 tentang penunjukkan Pengadilan Negeri Palu
untuk memeriksa dan mengadili perkara pidana para terdakwa telah melakukan beberapa
perbuatan yang ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai satu
perbuatan yang dilanjutkan yaitu telah melakukan penganiayaan terhadap saksi-saksi korban
Sutarmin yang dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Para terdakwa bersama-sama kelompok merah lainnya mendatangi penduduk muslim yang
berkumpul di dalam Masjid Al_Hijrah lalu membacok/memotong saksi korban SUTARMIN dengan
parang panjang, namun dapat ditangkis dengan tangan kiri sehingga tangan kiri korban terluka dan
pura-pura mati bersama korban lainnya, kemudian terdakwa melarikan diri namun tertangkap lagi
keesokan harinya dan dibawa dengan kendaraan truck bersama dengan orang-orang yang tidak
dikenal namanya menuju ke tepi sungai tempat penambangan pasir desa Tagolu Kecamatan Lege
Kabupaten Poso dan setelah sampai di tempat tersebut disuruh turun satu per satu dari dalam
truck kemudian korban meloncat ke sungai lalu dipotong dengan parang kena punggung korban
akhirnya korban hanyut mengikuti arus sungai sampai di PDAM Poso dan diselamatkan oleh aparat
keamanan…”
Bahwa menurut dakwaan kesatu pimair Jaksa Penuntut Umum, bahwa pada
hari Minggu, tanggal 14 Mei 2000 Terdakwa Fabianus Tibo, bersama – sama
pemuda yang berasal dari Desa Molores , Masara dan Beteleme dibawa
menuju ke Desa Kelei Kecamatan Pamona Utara dan setelah sampai di Desa
Kelei kemudian bergambung dengan massa kelompok merah lainnya yang
sudah ada sebelumnya yang jumlahnya kurang lebih 700 orang.
Berdasarkan keterangan saksi Julius Sebi (Kepala Desa Jamur Jaya) dan saksi
Adam Ata yang disampaikan dihadapan persidangan dan dinyatakan dibawah
sumpah menerangkan bahwa TIDAK BENAR ketiga terpidana mati pada hari
Minggu, tanggal 14 Mei 2000 Terdakwa Fabianus Tibo, bersama – sama
pemuda yang berasal dari Desa Molores , Masara dan Beteleme dibawa
menuju ke Desa Kelei Kecamatan Pamona Utara dan setelah sampai di Desa
Kelei kemudian bergabung dengan massa kelompok merah lainnya yang
sudah ada sebelumnya yang jumlahnya kurang lebih 700 orang. Karena pada
tanggal 14 Mei 200, Fabianus Tibo dan Dominggus Da Silva berada di Desa
Jamur Jaya, Morowali. Kesaksian ini menunjukkan bahwa ketiga terdakwa
TIDAK PERNAH MEMIMPIN PASUKAN MERAH yang berjumlah kurang lebih
700 orang pada tanggal 14 Mei 2000.
Dari uraian dakwaan yang diungkapkan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam
surat dakwaannya adalah fakta yang direkayasa dan bukan merupakan fakta
yuridis, karena berdasarkan keterangan saksi-saksi (Julius Sebi dan Adam Ata)
dihadapan persidangan PK di bawah sumpah menerangkan bahwa pada
tanggal 14 Mei 2000 Fabianus Tibo dan Dominggus Da Silva berada di Gereja
Katolik Desa Jamur Jaya, Morowali yang berjaran kurang lebih 200 Km dari
Kelei, Tentena Poso. Dengan fakta yuridis ini, secara argumentative telah
membantah dakwaan Jaksa Penuntut Umum bahwa ketiga terpidana berada di
Kelei untuk memimpin pasukan merah berjumlah 700 orang untuk melakukan
latihan untuk persiapan penyerangan kepada kelompok putih di desa
8
Kayamanya, Kelurahan Maengko Baru, Kilometer 9, Lorong Puskesmas dan
Penambangan Pasir.
Dan Keesokan harinya yaitu tanggal 23 Mei 2000 sekitar jam 04.30 Wita para
Terdakwa bersama kelompok merah lainnya berjumlah kurang lebih 130 orang
yang dipimpin oleh para Terdakwa melakukan penyerangan dan pembunuhan
terhdap penduduk Kelurahan Maengko Baru dan Kelurahan Kayamanya
(kelompok putih) dengan menggunakan alat berupa parang, panah, peluncur,
tombak dan senjata tajam linnya dari akibat penyerangan tersebut 3 (tiga) orang
meninggal dunia yaitu Serma Kamaruddin Ali anggota Polres Poso, Abdul
Syukur pegawai Kecamatan dan Bahmid La Diku alias Baba.
Bahwa saksi Aloysius Laka, saksi Yosefina Nage dan saksi Petrus Wunu,
menerangkan pula sekitar pukul 04.00 Wita pada tanggal 23 Mei 2000 melihat
ada orang yang berpakaian hitam-hitam dan bertopeng serta membawa senjata
yang lari masuk ke dalam kompleks gereja Katolik Santa Theresia. Saksi-saksi
tersebut melihat orang-orang yang berpakaian hitam-hitam dan bertopeng serta
membawa senjata terdiri dari laki-laki dan perempuan. Saksi Aloysius Laka
mendengar ketika pasukan merah berpakaian hitam-hitam memasuki kompleks
gereja, ada yang berteriak haleluya, haleluya… jangan takut ini torang dan saksi
Aloysius Laka, ketika tiba di ruang tamu panti asuhan, saksi melihat diantara
orang yang berpakaian hitam-hitam ada orang yang terluka dan kemudian saksi
ketahui yang terluka bernama Ir. Lateka.
Dari uraian dakwaan yang diungkapkan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam surat
dakwaannya adalah fakta yang direkayasa dan bukan merupakan fakta yuridis,
karena berdasarkan keterangan saksi-saksi (Aloysius Laka, Suster Pauline
Wanguwesio, Sirillus Maryoni, Yosefina Nage, Petrus Wunu dan Herry
Mangkawa) dihadapan persidangan PK dinyatakan di bawah sumpah
menerangkan bahwa pada tanggal 22 s/d 23 Mei 2000 sekitar pukul 22.00 wita
s/d 04.00 wita, Fabianus Tibo, Dominggus Da Silva Marinus Riwu sedang
KETIDURAN dalam kompleks Gereja Katolik Santa Theresia, Poso. Sehingga
TIDAK BENAR bahwa Fabianus Tibo, Marinus Riwu dan Dominggus Da silva
yang melakukan penyerangan dan pembunuhan pada pagi hari sekitar pukul
04.00, pada tanggal 23. Mei 2000 di desa Kayamanya dan Kelurahan Maengko
Baru. Bahwa kesaksian Herry Mangkawa, yang menerangkan berdasarkan
pengakuan Ir. Lateka sendiri dan teman-temannya bahwa pasukan merah
pimpinan Ir. Lateka yang melakukan penyerangan dan pembunuhan di desa
Kayamanya dan Kelurahan Maengko Baru YANG MEYEBABKAN MATINYA
KOMARUDDIN anggota Polisi dan Mantan Lurah Maengko Baru. Dengan fakta
yuridis ini, secara argumentative telah terbantah dakwaan Jaksa Penuntut Umum
bahwa ketiga terpidana BUKANLAH orang yang melakukan penyerangan dan
pembunuhan di desa Kayamanya dan Kelurahan Manegko Baru.
Dari uraian dakwaan yang diungkapkan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam surat
dakwaannya adalah fakta yang direkayasa dan bukan merupakan fakta yuridis,
karena berdasarkan keterangan saksi Yonsius Mechanda dihadapan persidangan
PK dinyatakan di bawah sumpah menerangkan bahwa pada tanggal 28 Mei 2000
sekitar pukul 08.00 pagi, Fabianus Tibo sedang berada di Desa Saiyo berjarak
kurang lebih 15 Km dari kompleks Walisongo Kilo 9 dan TIDAK BERADA DI
KOMPLEKS WALISONGO KM 9 tanggal 28 Mei 2000 pada jam tersebut.
Sehingga TIDAK BENAR bahwa Fabianus Tibo melakukan pembunuhan,
penganiayaaan dan pembakaran di Komplek walisongo, lorong puskesmas dan
penambangan pasir. Dengan fakta yuridis ini, secara argumentative telah
membantah dakwaan Jaksa Penuntut Umum bahwa ketiga terpidana ya ng
melakukan pembunuhan, penganiayaan dan pembakaran di kompleks Walisongo
Km 9, Lorong Puskesmas dan Penambangan Pasir.
- Bahwa saksi kenal dengan Terpidana Fabianus Tibo dan Dominggus Da Silva
namun tidak ada hubungan keluarga.
- Bahwa saksi adalah Mantan Kepala Desa Jamor Jaya yang menjabat sebagai
Kepala Desa ketika kerusuhan Poso III terjadi.
- Bahwa pada tanggal 14 Mei 2000 pukul 09.00 Wita ketika itu hari Minggu saksi
masih bertemu dengan Terpidana Fabianus Tibo di gereja katolik Jamur Jaya.
- Bahwa sehabis gereja sekitar jam 10.00 di depan pintu gereja, saksi dan umat
waktu itu mendengar dari Fabianus Tibo bahwa ada informasi bahwa Komp.
Gereja St. Theresia dan sekolahan serta panti asuhan akan diserang dan
dibakar. Dari pembicaraan tersebut para orang tua murid merasa takut untuk
menjemput anak-anak mereka dan mereka tidak ada biaya. Orang tua murid
mengharapkan Fabinaus Tibo agar dapat membantu menjemput anak-anak
mereka yang ada di Panti Asuhan St. Theresia Poso. Dan dalam pembicaraan
tersebut, saksi tidak pernah mendengar dari Fabianus Tibo untuk melakukan
perencanaan penyerangan/kerusuhan ke Poso.
- Bahwa setelah pembicaraan di depan gereja pada tanggal 14 Mei 2000 kira-
kira pukul 11.00 Wita, saksi bersama Fabianus Tibo menuju rumah saksi dan
pada hari itu Fabianus bermalam di rumah saksi. Besok pagi Senin, tanggal 15
Mei 2000, sekitar pukul 08.00 Wita, Fabianus Tibo pulang kembali ke rumahnya
dengan jalan kaki Beteleme yang berjarak kurang lebih 7 Km. dari Desa Jamur
Jaya.
15
- Bahwa pada tanggal 17 Mei 2000 ketika saksi ada rapat di kantor Kecamatan
di Beteleme, saksi bertemu dengan orang tua murid di pasar Beteleme, mereka
menyampaikan kepada saksi bahwa melihat Fabinaus Tibo masih berada di
rumahnya sedang melakukan anyaman rotan dan setelah saksi selesai rapat di
kantor kecamatan di Beteleme sekitar pukul 12. 00 Wita, saksi pergi ke rumah
Fabianus Tibo dan saksi bertemu dengan Fabianus yang sedang
mengerjakan ayaman rotannya. Ketika itu saski mena nyakan kapan
ke Poso Menjemput anak-anak sekolah dijawab saksi waktu itu belum ada
orang yang bersedia pergi ke Poso untuk menjemput anak-anak sekolah. Dan
siang itu saksi makan siang bersama Fabianus Tibo makan dirumahnya
Fabianus Tibo.
- Bahwa saksi bertemu kembali dengan Fabianus Tibo pada tanggal 2 Juli 2000.
- Bahwa saksi mengetahui kalau Fabianus Tibo pernah dicari oleh Pdt. Papasi
dan seorang Ibu dari Sinode GKST dan diminta untuk menyerahkan diri kepada
Polisi namun dijawab oleh Fabianus Tibo saya salah apa.
- Bahwa saksi kenal dengan Terpidana Fabianus Tibo dan Dominggus Da Silva
namun tidak ada hubungan keluarga.
- Bahwa saksi mengenal Fabianus Tibo sebagai seorang petani di Desa Jamor
Jaya.
- Bahwa pada hari Minggu tanggal 14 Mei 2000 ketika saksi mengikuti kebaktian
di Gereja bersama keluarga masih bertemu dengan Terpidana Fabianus Tibo
dan Dominggus Da Silva di gereja yang biasanya dimulai sekitar pk. 09.00 dan
selesai sekitar jam 10.00 Wita.
- Bahwa sehabis gereja sekitar jam 10.00 Wita saksi mendengar dari Fabianus
Tibo bahwa ada informasi bahwa Komp. Gereja St. Theresia dan sekolahan
akan diserang dan dibakar. Kemudian saksi bersama orang tua murid
mengadakan rapat. Dari pembicaraan tersebut para orang tua murid merasa
takut untuk menjemput anak-anak mereka dan mereka tidak ada biaya. Orang
tua murid meminta bantuan Fabianus Tibo untuk menjemput anak – anak
sekolah di Sta. Theresia Poso.
- Bahwa setelah dari gereja siang itu, saksi bersama dengan Dominggus Da
Silva pulang ke rumah saksi. Pada siang itu juga, Saksi bersama Dominggus
16
Da Silva makan siang bersama di rumah saksi. Setelah makan siang,
Dominggus pergi meninggalkan rumah saksi.
- Bahwa pada tanggal 17 Mei 2000 sekitar pukul 17. 00 Wita, saksi mendapat
informasi dari orang tua murid yang baru pulang dari Beteleme dan
menceritakan bahwa mereka melihat Fabianus Tibo ada di rumahnya di
Beteleme sedang melakukan ayaman rotan.
- Bahwa benar saksi pada hari Senin tanggal 22 Mei 2000 Fabianus Tibo dan
rombongan yang jumlahnya sekitar 10 sampai 12 orang datang ke Komp.
Sekolah/Gereja St. Theresia dan ketika itu sedang berlangsung ujian akhir
tahun 2000. Fabianus Tibo datang sekitar jam 11 atau 11.30. Saksi melihat
kendaraan umum/mikrolet masuk kedalam kompleks sekolah dan melihat
Fabianus Tibo masuk kedalam lingkungan sekolah. Saksi melihat dari kantin
yang jaraknya sekitar 25 M.
- Bahwa benar saksi pulang ke rumah sekitar pk. 15.00. dan setelah sampai
dirumah ditelp oleh sr. Paul Siseng bahwa Fabianus Tibo akan
mengambil/menjempu anak sekolah. Kemudian saksi bergegas menuju Biara
sekitar pk. 15.30 dan ketika saksi sampai di Biara sudah ada Sr. Paul Siseng
Sr. Dionisia Kartika, Pastor Bayu serta Fabianus Tibo, ketika itu Sr.Paul Siseng
menyampaikan bahwa Fabianus Tibo akan mengambil anak-anak yang berasal
dari Jamur Jaya dengan alasan tidak aman kemudian saksi menyampaikan
menolak dengan alasan bahwa besok masih ada ujian Ebtanas. Dalam
pembicaraan itu, saksi tidak mendengar atau melihat adanya perencanaan
penyerangan yang disampaikan Fabianus Tibo.
- Bahwa benar sekitar Pk. 18.30 saksi kembali sekolah disana ada Saverius
Segu, Yohanes Arief Sanuri, Agus Darmadi. Tidak lama kemudian Fabianus
Tibo datang dari arah Panti Asuhan. Dan sekitar Pk. 21.00 Fabinaus Tibo
datang menemui saksi di rumah guru dalam kompleks tsb ketika itu, saksi
bertanya kenapa om (Fabianus Tibo) datang ke sekolah, kemudian dijawab
untuk menjemput anak-anak sekolah karena ada informasi kondisi anak-anak
sekolah tidak aman. Dan sekitar pk. 21.30 Fabianus Tibo pamit naik ke Panti
Asuhan untuk tidur malam. Karena situasi Poso waktu itu memang sedang
rawan, maka Kepala Dinas Pendidikan menginstruksikan setiap sekolah untuk
menjaga sendiri naskah ujian.
- Bahwa pada malam tanggal 22 Mei 2000, saksi sedang begadang/tidak tidur
karena harus menjaga naskah ujian sekolah yang disimpan di Biara Susteran
yang berada dalam kompleks itu juga. Pada malam itu, saksi mengetahui
bahwa Fabianus Tibo dan orang tua murid dari Beteleme bermalam di Panti
Asuhan Putri Santa Theresia. Pada malam itu saksi tidak meilihat adanya
konsentrasi massa yang berpakaian hitam-hitam dalam kompleks sekolah.
17
Malam itu juga, Saksi tidak melihat adanya orang berjalan atau lalulalang
dalam kompleks tersebut.
- Bahwa benar Sekitar pk. 03.00 saksi dikejutkan oleh bunyi tiang listrik
bersahut-sahutan dari arah kota pertanda ada keributan. Sekitar pk. 04.00
masuk massa sekitar 13 orang diantaranya ada sekitar 3 atau 4 orang
perempuan yang memakai baju hitam2 dan berteriak haleluya, haleluya..
jangan takut ini torang.
- Bahwa benar sekitar pk. 05.00 saksi melihat massa yang memakai hitam-hitam
bertemu dengan rombongan yang dibawa Pak Tibo kemudian saksi dan
melihat mereka berbicara sebentar.
- Bahwa benar setelah itu saksi naik ke Panti dan bertemu dengan orang yang
memakai baju hitam-hitam sudah duduk di ruang tamu Panti Asuhan. Saksi
melihat ada diantara orang yang memakai baju hitam-hitam itu yang terluka
dan setelah saksi tanya ternyata bernama Ir. A. Lateka memakai kaca mata.
Yang perempuan ada yang dipanggil mama Wati dan Pauline, memakai
celana panjang. Waktu itu sekitar pk. 05.30. kemudian saksi turun dari Panti
Asuhan dan melihat Fabianus Tibo sedang menghalau massa dalam jumlah
besar. Ketika itu sudah ada Polisi 1 trek. Saksi melihat Fabianus Tibo
berpelukan dengan seorang haji yang memakai topi putih dan melihat Pastor
Bayu Sr. Pauline dan Sr Paul Siseng dan melihat negosiasi dengan aparat.
Jarak saya dengan Fabianus Tibo sekitar 3 meter. Kemudian Pastor Bayu
mendekati Fabianus Tibo dan melihat orang mau mencederai pastor dan
dimarahi oleh pak Tibo orang yang mau pukul pastor itu dan Fabianus Tibo
perintahkan untuk segera meninggalkan kompleks sekolah.
- Bahwa benar saksi dan Pastor Bayu lari terlebih dahulu menuju ke Biara dan
ada suster Dion dan saksi terus lari kebelakang setelah sampai di panti melihat
anak tinggal 5 orang dan saksi lari ke gunung.
- Bahwa benar kemudian anak panti dan saksi jumlahnya 85 orang dgn Fabianus
Tibo jalan naik dan turun gunung sungai Kaimanya dan turun mendekati
pinggiran sungai, ada ibu yang menyuruh kami jangan lewat jalan baru karena
disana ada pasukan putih. Saat itu Fabianus Tibo datang dari arah belakang.
Ketika itu saksi dengan rombongan istirahat di pondok dan melihat Lateka
dengan rombongannya juga beristirahat didekat situ. Ketika saksi melihat
Lateka, cs mereka langsung jalan terburu-buru. Bahwa saksi yang meminpin
rombongan 85 orang murid sekolah dalam perjalanan itu
- Bahwa benar sekitar jam 16.00 saksi dan rombongan sampai di kebun salah
seorang warga dan saksi bersama rombongan disuguhi makan. Saat itu saksi
melihat rombongan Lateka dan waktu itu Lateka ditandu karena luka. Setelah
saksi dan rombongan datang Lateka, Cs kemudian pergi. Selanjutnya kami
sampai di pinggiran Desa Lembo Mawo sekitar jam 18.00. sekitar pk. 18.30
saksi dan rombongan menyeberang memakai rakit sampai di Desa Tambaro
sekitar pk. 20.00 dan disitu ada dapur umum saksi juga bertemu dengan pak
Lampadeli (asisten bupati) ada dua pemuda yang cukup aktif yang keluar
masuk memakai motor. Salah satunya berambrut gondrong tinggi besar yang
belakangan dikenal Angki Tungkanan kemudian ada yang pendek gemuk
bernama Yanis Simangunsong dan sempat berbicara dengan Fabianus Tibo.
- Bahwa tidak lama setelah itu datang truk fuso kemudian saksi dan rombongan
naik ke truk. Fabianus Tibo dibonceng oleh seorang pemuda dan mengikuti
saksi dan rombongan dari belakang menuju Desa Kuku, dan sampai di Gereja
St. Mikael Desa Kuku sekitar 23.30. Saksi anak-anak sekolah dan Panti asuhan
(sekitar 70 orang) turun di Kuku, sekitar 15 orang lainnya melanjutkan
18
perjalanan ke Tentena dan waktu itu saksi melihat Fabianus Tibo terus
dibonceng menuju ke Tentena.
- Bahwa benar saksi baru bertemu dengan Dominggus pada hari Rabu malam,
tanggal 24 Mei 2000 ketika itu saksi melihat Dominggus membawa patung
Bunda Maria dan menyatakan bahwa hanya ini yang bisa saya selamatkan dan
menyatakan bahwa gereja sudah habis terbakar dan rata.
- Bahwa benar pada hari Kamis tanggal 25 Mei 2000 sekitar jam 09.00 datang
mobil truk untuk bantuan mengangkut anak sekolah dan panti yang akan ke
Jamur Jaya dan Molores berangkat sekitar jam 10.00.
- Bahwa benar pada hari Senin tanggal 22 Mei 2000 pelaksanaan ujian akhir
tahun 2000 sekitar pk. 11.30 saksi mengawasi ujian ebtanas. Saksi melihat
ada kendaraan umum/mikrolet masuk kedalam sekolah berjumlah sekitar 10
orang.
- Bahwa benar pada waktu itu saksi berada dalam kelas dan berdiri di pintu
melihat kendaraan menuju Biara/Panti.
- Bahwa benar sekitar pk. 16.30 saksi menuju Panti Asuhan dan melihat
rombongan orang tua tetapi saat itu Fabianus Tibo tidak kelihatan. Namun
anak-anak pantis asuhan yang menyampaikan kepada saya bahwa Fabianus
Tibo dan orang tua murid sudah datang di kompleks sekolah. Dan tujuan
Fabianus Tibo datang ke untuk menjemput anak-anak sekolah dari Beteleme.
Bahwa malam itu, saksi mengetahui bahwa Fabianus Tibo dan orang tua murid
dari Beteleme bermalam malam tanggal 22 Mei 2000 di Panti Asuhan dari Ibu
Fin. Pada malam itu, saksi tidak melihat ada konsentrasi massa atau ada orang
yang berpakaian hitam-hitam dalam kompleks gereja katolik.
- Bahwa benar pada waktu subuh keesokan harinya tanggal 23 Mei 2000 sekitar
pk. 04.30 saksi dan suster yang lain dibangunkan oleh pak Aloysius Laka dan
memberitahukan bahwa didepan ada massa yang masuk Komp. Sekolahan.
Pak Aloysius menyatakan supaya saksi menemui aparat untuk meminjam
kendaraan guna mengevakuasi anak-anak sekolah dan anak panti tapi
disarankan jangan sekarang karena masih gelap.
- Bahwa benar sekitar pk. 05.30 saksi bersama Suster Paul Siseng, OSU menuju
ke arah depan Komp. Sekolahan untuk menemui aparat guna meminjam
kendaraan untuk mengevakuasi anak-anak sekolah/panti dan saat itu dari jarak
sekitar 5-6 M saksi melihat Fabianus Tibo sedang berdialog dengan seseorang
yang badannya tinggi besar dan pada saat bersamaan ada
seseorang lainnya dari sebelah kanan memeluk Fabianus Tibo sambil
berdialog dan saksi sempat mendengar kata yang diucapkan Fabianus Tibo
bahwa saya tidak menyerang, saya berkewajiban menjaga dan melindungi
pemimpin saya (Pastor dan suster) dan anak-anak sekolah. Setelah Fabianus
19
Tibo melihat saksi, Fabianus Tibo memberi kode kepada saksi untuk segera lari
meninggalkan kompleks sekolah.
- Bahwa benar setelah itu saksi mendekati aparat meminta pertolongan untuk
mengevakuasi tetapi dijawab tidak bisa karena massa sudah memenuhi Komp.
Sekolahan memakai kain putih yang diikat di kepala dan pergelangan tangan.
Saat itu juga saksi bersama Sr. Paul Siseng kembali ke Biara dan saat itu
bertemu dengan orang berpakaian merah, satu laki-laki dan 2 perempuan
memegang tampi beras dengan topi lebar merah dan saksi sempat
mengatakan kepada mereka, kamu harus bertanggung jawab terhadap
kompleks ini.
- Bahwa benar setelah itu saksi menuju Biara dan sekitar pk. 06.00 saksi
bertemu dengan Dominggus Da Silva di belakang Biara, Dominggus Da Silva
waktu itu sedang mondar-mandir berjaga dan menyarankan saksi untuk cepat
lari.
- Bahwa benar sekitar pk. 08.00 saksi dan rombongan (5 orang) tiba di kebun
didaerah Kayamanya dan bertemu dengan seseorang laki-laki dan mengajak
kami untuk singgah sebentar. Saksi dan rombongan sempat disuguhi minum.
Kemudian Saksi dan rombongan bergabung dengan keluarga lelaki tersebut.
Sekitar jam 09.30 bersama rombongan keluarga lelaki tersebut kami menyusuri
sungai kecil dan bukit menuju Gunung Tampe Bangke dan bermalam disbuah
pondok selama 2 malam sambil menunggu situasi kondusif.
- Bahwa benar pada hari Kamis tanggal 25 sekitar pk. 10.30 menyusuri
perbukitan dan sekitar pk. 14.00 akhirnya saksi dan rombongan tiba di Dapur
umum yang saksi tidak tahu nama tempatnya. Saat itu Saksi dan rombongan
bertemu dengan lelaki bernama EDU memakai motor sedang mencari saksi
dan rombongan dan setelah itu sekitar setengah jam kemudian Saksi dan
rombongan dibawa ke Posko Kelompok Merah.
- Bahwa benar sekitar jam 15.30 Saksi dan rombongan dibawa menuju ke Desa
Kuku.
- Bahwa benar ketika kerusuhan Poso III terjadi saksi merupakan siswa di
sekolah St. Theresia Poso.
- Bahwa benar pada hari senin tanggal 22 Mei 2000 sekitar jam 14.00 saksi
melihat Fabianus Tibo dengan Dominggus Da Silva bersama sekitar 10 orang
20
sudah berada di Asrama Putri/ Panti Asuhan sedang istirahat/duduk-duduk.
Waktu itu saksi mendengar dari teman-teman saksi bahwa Fabianus Tibo
datang untuk membawa pulang anak-anak sekolah/panti ke Beteleme tetapi
tidak diizinkan oleh suster karena sedang ujian.
- Bahwa saksi tidak pernah mendengar baik dari Fabianus Tibo dan teman-
temannya maupun dari penghuni asrama kalau Fabianus Tibo dan
rombongannya bermaksud mengadakan penyerangan.
- Bahwa benar sekitar jam 22.00 saksi tidur. Sekitar jam 03.00 saksi mendengar
ada keributan dari arah kota karena bunyi tiang listrik, kemudian saksi lari
menuju asrama Putri yang jaraknya sekitar 100 M. waktu itu saya melihat
sebagian sudah bangun tapi sebagian belum bangun termasuk Fabianus Tibo
lalu saksi membangunkan Fabianus Tibo dan rombongannya.
- Bahwa benar kemudian anak panti dan saksi jumlahnya 85 orang dengan
Fabianus Tibo jalan naik dan turun gunung sungai kaimanya dan turun
mendekati pinggiran sungai, ada ibu yang menyuruh kami jangan lewat jalan
baru karena disana ada pasukan putih. Saat itu Fabianus Tibo datang dari arah
belakang.
- Bahwa benar waktu itu sekitar jam 16.00 saksi dan rombongan sampai di
kebun milik salah seorang warga kemudian saksi dan rombongan disuguhi
makan. Saat itu saksi melihat rombongan Lateka dan waktu itu Lateka
ditandu karena luka. Setelah saksi dan rombongan datang Lateka, Cs
kemudian pergi. Selanjutnya kami sampai di pinggiran Desa Lembo Mawo
sekitar jam 18.00. sekitar pk. 18.30 saksi dan rombongan menyeberang
memakai rakit (sepertinya sudah disiapan) samapi di Desa Tambaro sekitar pk.
20.00 dan pada malam itu saksi makan malam di rumah balai desa.
- Bahwa benar pada hari Rabu malam, tanggal 24 mei 2000 saksi melihat
Dominggus membawa patung Maria dan menyatakan bahwa hanya ini yang
bisa saya selamatkan dan menyatakan bahwa gereja sudah habis terbakar dan
rata.
- Bahwa benar pada hari Kamis tanggal 25 Mei 2000 sekitar jam 09.00 datang
mobil truk yang katanya dari Sinode, untuk bantuan mengangkut anak sekolah
dan panti yang akan ke Jamur Jaya, Beteleme dan Molores berangkat sekitar
jam 10.00. Sekitar jam 15.00 datang mobil bantuan.
- Bahwa saksi kenal dengan Fabianus Tibo, Dominggus Da Silva dan Marinus
Riwu.
- Bahwa pada hari Senin tanggal 22 Mei 2000 FABIANUS TIBO, DOMINGGUS
DA SILA alias DOMI dan MARINUS RIWU alis NUS dkk. datang ke Gereja
21
Katolik St. Theresia Poso tepatnya di Panti Asuhan. Niat mereka adalah
menjaga anak-anak sekolah dan anak-anak Panti Asuhan yang sebagian besar
adalah kerabat mereka yang saat itu sedang melaksanakan ujian EBTANAS,
mengingat saat itu ada issu bahwa akan terjadi lagi kerusuha n Pasca
Kerusuhan Poso Tahap II.
- Bahwa sekitar jam 17.00, saksi masih bertemu dengan Fabianus Tibo dan
orang tua murid lainnya pada saat Doa Rosario Bersama.
- Bahwa pada sekitar jam 19.00 – 19.30 saksi masih melihat Fabianus Tibo di
ruang makan bersama dengan teman-temannya.
- Bahwa benar saksi mengetahui kalau Fabianus Tibo pada malam tanggal 22
Mei 2000 menginap di aula Asrama Putri dan sampai pada sekitar jam 00.00
ketika saksi menuju ke kamar mandi , saksi melihat Fabianus Tibo dan orang
tua murid masih tidur di aula panti putri.
- Bahwa secara tidak diduga pada subuh sekitar pk.04.00, situasi di Panti
Asuhan sangat panik dan agak kacau ketika rombongan Ir.A.L.LATEKA dkk.
meneyelinap dan bersembunyi di Panti Asuhan karena dikejar oleh Polisi dan
massa muslim di depan pintu gerbang Gereja Katolik.
- Dalam situasi yang agak memanas FABIANUS TIBO dikelilingi oleh massa dari
kelompok muslim bersama Polisi di Lapangan Basket.
- Bahwa saksi ketika itu sempat diminta oleh Ir.A.L.LATEKA untuk menelpon Dr.
ABRAM di Tagolu untuk mengobati lukanya. Ketika saksi bergegas menuju ke
Wartel dan saksi baru sampai di lapangan Basket, saksi melihat FABIANUS
TIBO bersama Polisi dan massa ± 50 an orang. Mereka sepertinya sedang
memperbincangkan sesuatu secara serius tapi saksi tidak mendengarnya
karena jaraknya ± 50-an M. Saat itu waktu menunjukkan pk. 05.30 subuh
tanggal 23 Mei 2000.
- Melihat situasi yang memanas, saya kembali ke Panti Asuhan untuk mencari
cara bagaimana menyelamatkan anak-anak sekolah dan anak-anak Panti
Asuhan serta guru-guru yang ada di Kompleks sekolah yang jumlahnya ± 85
orang.
- Selanjutnya saksi dan rombongan diantar dengan Truk ke Kuku dan Tentena.
Karena kelelahan, maka saksi dan rombongan lain yang hendak ke Tentena
menginap di gereja Katolik Kuku, FABIANUS TIBO sempat turun dari Truk
untuk mengatur saksi dan orang-orang yang menginap di gereja.
22
- Selanjutnya FABIANUS TIBO melanjutkan perjalanan ke Tentena mengantar
anak-anak sekolah dan anak-anak Panti Asuhan yang berdomisili di Tentena
dan sekitarnya.
- Dua hari kemudian, kami melanjutkan perjalanan menuju Beteleme dan sempat
singgah di Tentena. Pada saat itu saksi dan rombongan melihat FABIANUS
TIBO dengan wajah sangat tegang keluar dari gedung Sinode dalam keadaan
dikawal 5 - 6 orang yang membawa parang. Saksi melihat
FABIANUS TIBO tidak dapat berbuat banyak dan sempat berpesan agar saksi
bersama rombongan singgah di rumahnya di Beteleme, makan dan berdoa
bersama baru menuju ke rumah masing-masing.
- Bahwa saksi adalah sopir dan merangkap bagian keamanan di Komp. gereja
St. Theresia.
- Bahwa benar saksi melihat Fabianus Tibo dan rombongannya berada di Komp.
Gereja St. Theresia pada tanggal 22 Mei 2000 dan sempat bertanya ada
maksud apa om Tibo kesini yang dijawab oleh Fabianus Tibo saya datang mau
menjemput anak-anak panti karena mendengar komp. Akan diserang dan akan
dibakar.
- Bahwa sekitar jam 17.00 saksi masih melihat om Tibo dan rombongan dari
Beteleme ikut dalam doa rosario bersama.
- Bahwa pada sekitar jam 19.00 – 19.30, ketika saksi pergi mengambil makanan
di panti putri, saya mendegar suara om Tibo di ruang makan dan setelah
mengambil makanan saksi kembali ke Pos saksi.
- Bahwa pada malam tanggal 22 Mei 2000 saksi tidak melihat ada kelompok lain
selain rombongan Fabianus Tibo didalam Komp. Gereja dan tidak melihat ada
orang yang lalu lalang dalam Komp. Gereja.
- Bahwa pada sekitar jam 00.00 saksi menutup dan mengunci pintu gerbang
gereja sehingga tidak bisa lagi ada yang keluar masuk gereja.
- Bahwa pada subuh hari saksi mendengar ada orang berteriak dan saksi
kedepan kompleks melihat ada orang-orang sedang ribut di depan jalan raya
dan saksi melihat ada orang yang lari masuk kedalam gereja memakai pakaian
hitam-hitam.
23
- Bahwa mendengar keributan itu, saksi bergegas ke panti putra membangunkan
mereka dan memerintahkan untuk membangunkan om Fabianus Tibo yang
tidur di aula panti putri.
- Bahwa ketika saksi lewat di sumur saksi melihat ada seseorang lelaki dalam
keadaan terluka sedang membersihkan diri, dan saksi berteriak siapa itu dan
orang itu menjawab saya Lateka, dan saksi pada saat itu juga sempat melihat
lelaki itu membawa pistol dan menaruhnya dipinggir sumur dan saksi
menanyakan apakah pistol itu asli atau bukan dan dijawab itu asli.
- Bahwa pada tanggal 23 Mei 2000 sekitar jam 06.00 pagi saya melihat om Tibo
sedang dikerumuni banyak orang didepan gereja.
- Bahwa setelah itu saksi bergegas menyelamatkan diri bersama suster dan
pastor setelah semua anak-anak sekolah/panti keluar dari Kompleks Gereja.
- Bahwa saksi kenal dengan Fabianus Tibo, Marinus Riwu dan Dominggus Da
Silva dan tidak ada hubungan keluarga.
- Bahwa saksi kenal dengan Fabianus Tibo dan Marinus Riwu pada tanggal
23 Mei 2000 di Desa Tambaro ketika rombongan Fabianus Tibo, Cs yang
membawa anak-anak sekolah ± 80 orang dari Komp. Gereja St. Theresia lewat
di kebun saya di Desa Tambaro.
- Bahwa saksi mengenal Dominggus Da Silva pada tanggal 24 Mei 2000 ketika
Dominggus lewat di Desa Tambaro dari Gereja St. Theresia.
- Bahwa sekitar pada tanggal 23 Mei 2000 ketika saksi berada di kebun di Desa
Tambaro saksi melihat ada rombongan yang datang dalam keadaan sangat
lelah dan terburu-buru memakai pakaian hitam-hitam terdiri dari laki-laki dan
perempuan. Sebagian diantaranya dalam keadaan terluka dan pakaian mereka
berlumuran darah. Diantara mereka juga ada yang membawa senjata api yaitu
pistol dan sebagian lagi membawa panah panjang, busur, peluncur, pisaudan
dan ada yang memegang pistol.
sudah terluka ditandu oleh rombongan yang lain. Saksi juga melihat ada tiga
orang dari rombongan itu adalah perempuan yang biasa dipanggil mama wanti
dan mama Max serta satu orang lagi cewek masih muda.
- Bahwa beberapa saat setelah kedatangan rombongan IR. LATEKA, sekitar jam
16.00 kemudian muncul lagi satu rombongan yang terdiri dari beberapa orang
tua dan puluhan anak-anak yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dan
sebagian besar menangis, dalam keadaan capek dan ketakutan. Belakangan
saksi mengetahui kalau rombongan itu adalah anak-anak sekolah dari Komp.
Gereja St. Theresia. Diantara orang tua itu kemudian memperkenalkan diri
24
FABIANUS TIBO dan MARINUS RIWU. Rombongan Tibo tersebut tidak
mempergunakan pakaian hitam-hitam dan tidak membawa parang, tombak,
panah dan senjata api dan kepada Fabianus Tibo saksi sempat menunjuk
bahwa orang yang sedang bersandar di pohon kelapa dan terluka adalah IR.
LATEKA.
- Bahwa tidak lama setelah itu, saksi menyeberangkan dengan rakit melalui
Sungai Poso rombongan IR. LATEKA menuju ke desa Tambaro dan kemudian
rombongan Ir. Lateka diberi makan makan oleh warga Desa di rumah saksi di
Desa Tambaro.
- Bahwa ketika sedang makan malam di rumah saksi, IR.LATEKA dan teman-
temannya menceritakan kepada saksi dan warga kampung kalau mereka baru
saja melakukan penyerangan Kayamanya, Maengko, dan Gerbang Rejo. Pada
saat itu , mama Wanti memperagakan bagaimana cara mereka melakukan
penyerangan dan pembunuhan itu pada pagi itu. Dan Mama Wanti, salah satu
dari rombongan Lateka waktu itu, memperlihatkan parang yang berlumur
darah, katanya parang tersebut habis membantai Komaruddin anggota Polisi
bahkan baju mama Wanti bersimbah darah dan kemudian Kade latena
memperlihatkan pistol yang baru di ambil oleh mereka dari Komaruddin.Dan
salah satu rumah yang dibakar adalah milik Nani Lamusu dan juga telah
membunuh mantan Lurah Maengko Baru. Bahwa dalam pembicaraan itu juga,
Ir. Lateka menceritakan bahwa mereka sudah mempersiapkan rumah-rumah
yang menjadi target penyerangan mereka. Dan mereka juga akan mencari
nama-nama seperti Ambar Patanga, Nany Lamusu, Mandor Pahe dan
Maro.Pada saat itu juga, saksi bertanya kepada Lateka beberapa anak buah
Lateka dan dijawab oleh Lateka berjumlah kurang lebih 40 orang dan saksi
menanyakan mengapa hanya 16 orang yang ada disini dan dijawab Lateka
yang lainnya sudah menyela matkan diri masing-masing. Bahwa dari
rombongan Ir. Lateka berjumlah 16 orang, saksi mengenal beberapa orang
antaralain : Kade Latera, Gamal, Mama Alex, Papa Ben, Yanis Simangunsong,
Mama Wanti, dan Paulina.
- Bahwa sekitar pukul 20.30 wita, saksi melihat 3 buah mobil datang ke desa
Tambaro untuk menjemput Ir. Lateka dan pasukannya berjumlah sekitar 22
orang dan ditambah dengan 4 orang pengendara motor, semuanya bertopeng
hitam, berikat kepala merah dan diparkir di depan rumah saksi. Dan mereka
masuk ke dalam rumah saksi. Ada dua orang yang saksi kenal yaitu Lampely
dan Angki Tungkanan. Lampedely adalah mantan Asisten III pemda Poso.
Bahwa pada malam itu juga, Ir. Lateka beserta rombongan pergi meninggalkan
Desa Tambaru.
- Bahwa setelah makan malam sekitar pukul 23.00 Wita, Pak Tibo dan
rombongannya berangkat ke Desa Kuku dengan menumpang Mobil Truk Puso,
sedangkan pak Tibo dibonceng dengan sepeda motor.
- Bahwa pada tanggal 28 Mei 2000 sekitar pukul 08.00 Wita, saksi dan Om Tibo
berada di desa Tagolu. Setelah itu, saksi dan Om Tibo bersama puluhan orang
lainnya pergi ke desa Saiyo untuk menyelamatkan 9 orang yang terjebak di
Desa Saiyo. Sesampai di Desa Saiyo saksi dan puluhan orang lainnya
berpencar karena ada serangan dari kelompok putih (warga muslim).
- Bahwa dengan adanya serangan kelompok putih, saksi dan om Tibo berpisah.
Dan Saksi kembali ke desa Tagolu sekitar siang hari pukul 12.00 wita. Dan
pada waktu saksi sampai ke desa Tagolu, saksi mendengar bahwa telah terjadi
penyerangan dan pembunuhan yang terjadi di Walisongo KM. 9.
- Bahwa saksi menerangkan, jarak antara Desa Tagolu dengan Saiyo berjarak
kurang labih 6 Km sedangkan jarak antara Desa Tagolu ke walisongo kurang
lebih 2 Km.
Bahwa Para Pemohon PK, selain mengajukan bukti baru/novum tersebut di atas,
Para Pemohon PK mengajukan alasan adanya kekhilafan hakim atau kekeliruan
yang nyata sebagaimana di atur dalam ketentuan pasal 263 ayat (2) huruf C
Kuhap. Bahwa mengenai kekhilafan atau kekeliruan nyata, Pemohon PK
berpendapat tetap pada MEMORI PK yang disampaikan melalui Pengadilan
Negeri Palu yang terdaftar pada tanggal 20 Pebruari 2006 Nomor Perkara Pidana
No. : 01/PID.PK/2006/PN.PL.
IV. KESIMPULAN
V. PERMOHONAN
HORMAT KAMI,
PEMBELA UMUM PADMA INDONESIA
ATAS NAMA KUASA HUKUM PEMOHON PK