Professional Documents
Culture Documents
1. Permohonan grasi kedua ke presiden dari keluarga ketiga terpidana melalui ketua Pengadilan Negeri
Palu. Sesuai Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 2002 tentang Grasi, setiap permohonan grasi harus
diproses di Mahkamah Agung (MA). Ketua MA kemudian akan memberi pertimbangan hukum kepada
presiden agar dalam menjawab permohonan grasi itu segala hal yang menyangkut aspek hukum yang
diberikan MA dapat menjadi landasan. Sesuai UU Grasi, karena permohonan ini diajukan keluarga ketiga
terpidana dalam posisi hukuman mati, maka eksekusi tersebut menjadi batal untuk sementara waktu hingga
presiden menjawab permohonan grasi tersebut. Sampai saat ini MA belum memberikan pertimbangan
hukum ke Presiden. Bersamaan dengan itu UU Grasi tersebut, mengatur bahwa jika Grasi Pertama ditolak,
maka diberi waktu 2 (dua) tahun bagi terpidana untuk mengajukan Grasi ke -dua. Dalam kasus Tibo Cs,
berati masih ada waktu Grasi ke-dua sampai bulan November 2007.
2. Sampai saat ini (tgl 21 September 2006, pukul 02.15 Wita), keluarga Tibo Cs (Istri atau anak) belum
mendapat Surat Pemberitahuan Eksekusi dari Kejaksaan. Padahal, dalam UU No.2 Tahun 1964 Tentang
Eksekusi Terpidana Mati, disebutkan bahwa: Terpidana dan Keluarga Terpidana harus mendapat Surat
Pemberitahuan Eksekusi 3 (tiga) hari sebelum eksekusi dilaksanakan.
Dengan demikian, jika eksekusi itu dilaksanakan, jelas bahwa eksekusi tersebut melanggar Undang-
Undang RI. Ya, inilah proses penegakan hukum yang amburadul di Indonesia. OLEH KARENA ITU,
JIKA PEMERINTAH RI TAAT KEPADA UNDANG-UNDANG, MAKA EKSEKUSI TIBO CS HARUS
DIBATALKAN !!!
Salam,
Pdt. Rinaldy Damanik.