You are on page 1of 16

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sumber-sumber hukum dan pemikiran Islam (tasyri`) tidak lain adalah sumber-
sumber tasyri` dalam Islam. Sumber-sumber pemikiran Islam berupa dalil-dalil yang bersiIat
lobal yang darinya digali berbagai hukum syara`. Sumber-sumber pemikiran Islam harus
berasal dari wahyu yang pasti (qath`iy). Artinya harus pasti sumbernya (qath`iyy uts tsubuut)
yaitu berasal dari sisi Allah Swt. Karena sesungguhnya Allah Swt. berIirman:
N, bfV B @ = 1 P
f Bb ,@@Bb,
@bABb, ;VH 00 CAH
=q 1N_
'Dan fanganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya.` (TQS. Al Isra[17]. 36).
B, J @qH0 Nf B|1 P
f Bb N C6Bb
B@A P f Bb /1 B
_1
'Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan safa. Sesungguhnya
persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran.` (TQS. Yunus .36).
andasan yang menjadi asas pemikiran Islam haruslah pasti sumbernya dari Allah
Swt., karena sesungguhnya pemikiran Islam itu jika berupa hal yang zhann (dugaan) tentu
akan menimbulkan perbedaan apakah ia berasal dari sisi Allah atau bukan? Sebuah sumber
yang dianggap sebagai hujjah haruslah tegak diatas dalil yang qath`iy atau bukti yang
rasional (al burhaan ul aqliy) agar dapat dianggap sebagai sebuah argumentasi (hujjah). Hal
itu dilakukan agar seorang muslim yakin bahwa sesungguhnya dia tengah melakukan
perbuatan sesuai perintah dan larangan Allah.
Kaum muslimin telah meyakini dengan bukti-bukti yang jelas lagi shahih dan
qath`iy bahwa al qur-aan dan as sunnah merupakan sumber tasyri` Islam. Dan mereka
berbeda pendapat mengenai kehujjahan sumber hukum yang lain, yaitu: ijma` shahabat,
qiyas, istihsaan, mashaalihul mursalah, syariat sebelum kita adalah syariat bagi kita (syar`un
man qablanaa syar`un lana), madzhab shahabat, dan sebagainya.



BAB II PEMBAHASAN
A. Sumber-sumber Tasyri`
1. Al Quranul Karim
a) Definisi
Al qur-aan ul kariim adalah kalam yang berupa mu`jizat yang diturunkan oleh Allah
Swt. kepada Nabi Muhammad Saw.. dengan jalan wahyu. Al qur-aan sampai kepada kita
dengan proses transIer yang mutaawatir.
Nama-nama Al Qur-aan
1. Kata al qur-aan diambil dari kata 6ara-a. Firman Allah Swt.:
f B,1@1 =o
=b,C,
'Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya` (TQS. Al Qiyaamah[75]. 17)
b,fBb, @N6Bb
'Yaasiin. Demi al qur-aan yang penuh hikmah` (TQS. Yaasiin[36]. 1-2)
Bb V4V 1JPBb N @1,;
=@ L; 1Bb
'Alif Laam Miim. Turunnya al qur-aan yang tidak ada keraguan atasnya dari
Tuhan Semesta Alam.` (TQS. As Safdah[32]. 1-2)
. Al qur-aan disebut juga al Iurqaan yang berarti yang memisahkan antara hak
dan batil. Firman Allah Swt.:
Aq,;BPV CBb X BCBb
P[V )P _N,@
11 b@
'Maha Suci Allah yang telah menurunkan al furqan kepada hambanya agar ia
menfadi pemberi peringatan kepada seluruh alam`. (TQS. Al Furqaan[25]. 1)


3. Al qur-aan juga disebut adz dzikr. Firman Allah
Bf N B,1 HCBb Bf,
= _=6
'Sesungguhnya Kami telah menurunkan Ad: D:ikr dan Kami yang
memeliharanya`. (TQS. Al Hifr[15]. 9)
Adapun nama-nama yang dianggap oleh sebagian ulama sebagai nama al qur-aan
seperti al aziiz, al majiid, al hakiim, maka ini bukanlah nama al qur-aan melainkan siIat-siIat
bagi al qur-aan. Allah Swt. telah berIirman
=f, 1JN
'.sesungguhnya al qur-aan itu kitab yang mulia (al a:ii:)`, (TQS. Fushshilat. 41)

V ,_ b,C )@
'Bahkan ia adalah al qur-aan yang mulia (al mafiid)` (TQS. Al Buruuf[85]. 21),

b,fBb, @N6Bb
'Demi al qur-aan yang penuh hikmah (al hakiim)` (TQS. Yaa Siin[36]. 2).

Kata-kata yang tercantum dalam ayat-ayat di atas adalah siIat-siIat al qur-aan dan
bukan merupakan nama-nama bagi al qur-aan.
b) Wahyu
ahyu secara bahasa adalah al ilhaam. Firman Allah Swt.:
B,1@=0, b[Lf 0 b_ 0
=@;0
'Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa. Susukanlah dia'. (TQS. Al Qashash. 7).
P;=0, ,; [Lf VJBb 0
@Bb XBP6Bb BqV_@ ,
Bb B, _
'Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah. Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit
dan di pohon-pohon kayu dan di tempa-tempat yang dibuat manusia. (TQS. An Nah[16]. 68)

Wahyu menurut istilah artinya pemberitahuan Allah kepada para Rasul tentang
risalah mereka. Allah menyebutkan tiga kondisi turunnya wahyu dalam Iirman-Nya:
B, CAH X@@,1 0 =1N Bb
Nf B@=, 0 b,;, XLB
0 V 1N_,; _@
=[ B B P =f 1[V
@P=
'Dan tiadalah lagi seorang manusia bahwa Allah berkata-kata kepadanya
melainkan dengan wahyu atau dari belakang dinding, atau Dia mengirim utusan, lalu Dia
mewahyukan dengan i:in-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi
Maha Bifaksana.` (TQS. As Syuura[42]. 51)

.) Al Quran Wahyu Allah SWT
Al Quran telah diturunkan pada 14 abad yang silam. Sekarang, Al Quran berada di
hadapan manusia sudah dalam bentuk buku yang tersusun dari awal hingga akhir. Berkaitan
dengan hal ini, ada beberapa realitas yang tak dapat dipungkiri. Pertama, semua manusia
baik kaIir ataupun muslim mengakui bahwa Al Quran yang ada di hadapan kita itu dibawa
oleh orang yang bernama Muhammad. Bedanya, orang-orang kaIir meyakini bahwa Al
Quran itu dibawa sekaligus merupakan ajaran Muhammad sehingga mereka menyebut Islam
sebagai Mohammadanism (paham Muhammad). Sebaliknya, kaum mukminin meyakini
bahwa Al Quran berasal dari Allah S% yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SA.
Sekalipun berbeda keyakinan tentang asal muasal Al Quran antara orang kaIir dengan kaum
mukminin, namun semuanya mengakui bahwa Al Quran itu dibawa dan disampaikan oleh
Muhammad. Kedua, siapapun mengetahui bahwa bahasa yang digunakan di dalam Al Quran
adalah bahasa Arab asli (Iushah). %ak ada secuil pun Iakta yang menunjukkan bahwa bahasa
Al Quran itu bukan Arab. Sebab, realitasnya memang Al Quran yang ada di hadapan
manusia sampai sekarang ini berbahasa Arab. Sekalipun ada beberapa kata untuk nama
benda yang berasal dari luar bahasa Arab dalam Al Quran, namun struktur dan bentuknya
oleh Al Quran telah disesuaikan dengan gramatika bahasa Arab sehingga telah menjadi
bagian integral dari bahasa Arab tersebut. Ketiga, realitasnya sarana transportasi dan
komunikasi pada saat Al Quran diturunkan sangatlah terbatas. Hubungan antara satu daerah
dengan daerah lain pun sangat amat sulit dan lambat. %ermasuk, interaksi antara orang-orang
berbahasa Arab dengan non Arab pun sangatlah amat jarang terjadi. Jadi, tidaklah
mengherankan bila sampai Rasulullah SA waIat, kekuasaan Islam belum sampai

menjangkau luar jazirah Arab. Berdasarkan hal ini, kemungkinan adanya seseorang non
Arab yang menguasai seluk-beluk dan kemampuan berbahasa Arab jauh melampaui
kepiawaian orang Arab sendiri sangatlah kecil sekali. Bahkan, dapat dikatakan mendekati
kemustahilan. Ini semua adalah realitas berkaitan dengan Iakta Al Quran yang tak dapat
dipungkiri siapapun.
Melihat beberapa kenyataan tadi, kita dapat menyatakan bahwa jawaban terhadap
pertanyaan Darimana Al Quran itu berasal` hanya dan hanya terdapat 3 alternatiI
kemungkinan jawaban. Kemungkinan pertama, Al Quran berasal dari orang Arab.
Kemungkinan kedua, Al Quran berasal dari Muhammad. Sedangkan kemungkinan ketiga Al
Quran berasal dari Allah S%. %idak ada kemungkinan jawaban lain ! Mengapa ? Sebab,
realitas-realitas yang disebutkan terdahulu tidak memungkinkan adanya alternatiI jawaban
lain. Boleh jadi ada yang mengatakan bahwa mungkin saja Al Quran ditulis oleh orang
genius non Arab. Memang, mungkin saja ada yang mengungkapkan seperti itu. Namun,
ungkapan demikian tidak sesuai dengan realitas saat itu yang memustahilkan adanya
kemungkinan tersebut. Dengan demikian, kemungkinan sumber asal Al Quran hanya ada 3
alternatiI tadi.
Kemungkinan pertama tidak dapat diterima. Sebab, Iaktanya bangsa Arab tak
pernah mampu membuktikan membuat karangan yang semisal Al Quran baik dari segi gaya
bahasa, ketepatan pemilihan kata, ataupun isinya. Mereka tak dapat memenuhi tantangan Al
Quran dalam surat Hud ayat 13 yang isinya : '. Katakanlah : (Kalau demikian), maka
datangkanlah sepuluh surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang
yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kalian memang orang-orang yang
benar.` Demikian pula, mereka tidak mampu memenuhi tantangan Allah S% : 'Dan jika
kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami
(Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal dengan Al Quran itu dan ajaklah
penolong-penolong kalian selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar dalam surat Al
Baqarah ayat 3.
Itulah tantangan Al Quran kepada bangsa Arab. Dan mereka tidak mampu
memenuhinya, baik sepuluh ayat maupun satu ayat pun ! Dan Nabi Muhammad SA
disuruh menantang bangsa Arab dengan tantangan yang lebih besar dan tegas, yakni agar
mereka mengumpulkan seluruh bangsa jin dan manusia untuk membantu mereka menghadapi
tantangan Al Quran : 'Katakanlah : Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk
membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa

dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.` (QS. Al
Isra : 88).
Jelas, orang-orang Arab tidak mampu membuat satu ayat pun semisal Al Quran.
Padahal, puncak keemasan sastra Arab terjadi pada jaman jahiliyah saat Al Quran diturunkan.
Kenyataan ini pun jelas tergambar sampai sekarang. Bila mukjizat para nabi dan rasul selain
Muhammad SA berupa perkara-perkara Iisik, namun mukjizat terbesar nabi Muhammad
SA justru Al Quran yang sekalipun kandungannya bukanlah karya sastra melainkan berupa
sistem kehidupan, namun untaian kalimat demi kalimat, kata demi kata, dan huruI demi
huruInya penuh dengan keindahan sastra. Hal ini diakui para ahli sejarah bahwa memang
jaman itulah puncak sastra Arab. Bahkan, sampai sekarang, mahasiswa yang belajar sastra
Arab di perguruan-perguruan tinggi termasuk di Indonesia mesti mempelajari sastra Arab
jahili untuk mengetahui arti kata ataupun sastranya. Realitas ini semua berarti bahwa
ketidakmampuan tokoh-tokoh sastra Arab pada masa puncak keemasan sastra Arab dalam
memenuhi tantangan Al Quran untuk membuat tulisan yang cukup dapat menyamai Al Quran
merupakan bukti bahwa Al Quran bukanlah berasal dari kalangan bangsa Arab. Selain itu,
tidak dapatnya mereka membuat semisal Al Quran padahal saat itulah puncak sastra Arab
dan mereka adalah bengawan sastranya - merupakan realitas yang menunjukkan
ketakmampuan manusia membuat semisal Al Quran. Bagaimana tidak, bengawan sastranya
saja tidak mampu, apalagi orang yang hidup bukan pada masa puncak sastra Arab.
Andaikan saja, pada masa sekarang ini ada yang mencoba membuat semisal Al
Quran dan andaikan pula tidak ada orang lain yang dapat menunjukkan kelemahannya tidak
berarti bahwa ia mampu memenuhi tantangan Allah S%. Sebab, hal ini bukan disebabkan
kemampuannya menyerupai Al Quran melainkan lebih disebabkan karena tak adanya
bengawan sastra setaraI bengawan sastra pada masa puncak keemasan sastra Arab yang dapat
menunjukkan ketaksesuaian tersebut. Jadi, orang yang berupaya membuat semisal Al Quran
dalam pengandaian tadi berada pada posisi di bawah tokoh-tokoh sastra Arab jaman jahiliy.
Padahal, sejarah menunjukkan bahwa para tokoh sastra jaman jahliy itu tidak mampu
membuat semisal Al Quran. Jelaslah, ketidakmampuan orang-orang Arab jaman Nabi
memenuhi tantangan Allah S% tersebut merupakan bukti tentang kemustahilan Al Quran
berasal dari orang Arab, bahkan manusia.
Kemungkinan kedua juga tidak dapat diterima. Ada dua penyebabnya. Pertama,
Muhammad SA adalah salah seorang bangsa Arab. Kalau seluruh bangsa Arab telah
ditantang Al Quran dan mereka tidak mampu membuat satu surat pun yang semisal Al Quran,

maka beliaupun juga tidak mungkin mampu membuatnya. Hal ini dikarenakan beliau adalah
salah seorang Arab juga. Kedua, gaya bahasa dalam tutur kata beliau sebagaimana yang
terekam dalam hadits-haditas perkataan (qauliyyah) ternyata sangat berbeda dengan gaya
bahasa Al Quran. Pada saat yang bersamaan Rasulullah SA membacakan Al Quran dan
menjelaskannya dengan hadits. Jadi, pada waktu yang sama dari mulut yang sama keluar
suara yang sama namun dengan dua gaya bahasa yang berbeda. Al Quran memiliki gaya
bahasa sendiri, dan hadits pun punya gaya bahasanya tersendiri pula. Padahal, tidak mungkin
seseorang memiliki dua gaya bahasa berbeda pada saat yang bersamaan. Boleh jadi
seseorang bersandiwara dan membuat-buat dua gaya bahasa dalam bicaranya. %etapi, bila
Irekuensinya sering dipadu dengan intensitasnya yang tinggi seperti apa yang dilakukan oleh
Rasulullah SA mustahil dapat membuat-buat dua jenis gaya bahasa itu. Kalaupun ada
yang berupaya sekuat tenaga melakukannya, kemiripan diantara dua gaya bahasa tersebut
akan kerap kali terjadi. Sedangkan, gaya bahasa Al Quran dan hadits sungguh sangat berbeda.
Ini secara gamblang menunjukkan bahwa Al Quran bukanlah perkataan (kalam) Muhammad
SA sendiri.
Bahkan saking bedanya antara kedua gaya bahasa Al Quran dengan hadits tersebut,
orang-orang Arab saat itu melontarkan tuduhan bahwa Al Quran memang bukan berasal dari
Muhammad melainkan dari seorang pemuda Nashrani bernama Jabr yang mengajari beliau.
Namun, dengan tangkas Al Quran menyangkal hal ini. 'Dan sesungguhnya Kami
mengetahui mereka berkata bahwasanya Al Quran itu diajarkan oleh seorang manusia
kepadanya (Muhammad). Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad
belajar kepadanya (adalah) bahasa ajami (non Arab), sedangkan Al Quran itu dalam bahasa
Arab yang jelas, demikian Iirman-Nya dalam surat An Nahl ayat 103. Jelaslah bahwa
kemungkinan Al Quran merupakan buatan Muhammad tidak dapat diterima akal dan pikiran
jernih.
Kemungkinan ketiga, adalah kemungkinan yang benar. Sebab, jika kemungkinan
pertama (bahwa Al Quran buatan bangsa Arab) dan kedua (bahwa Al Quran buatan
Muhammad) tidak terbukti, sementara tidak ada kemungkinan lain selain kemungkinan
ketiga maka kemungkinan ketiga itulah yang benar, yakni kenyataan bahwa Al Quran berasal
dari Allah S%. Dengan kata lain, Al Quran merupakan Iirman (kalam) Allah S%. Patut
dicangkam bahwa seorang tokoh sastrawan Arab bernama alid bin Mughirah pernah
mengeluarkan statemen : 'Aku adalah orang yang paling tahu tentang sya`ir Arab. %ak ada
yang lebih pandai tentang hal itu daripada aku. Sungguh apa yang dibaca Muhammad itu

bukanlah ucapan manusia, tak ada yang lebih tinggi darinya (lihat %aqiyyuddin An nabhani,
Asy Syakhshiyyah Al Islamiyyah, II, hal. 148). Dengan demikian, secara aqliy Al Quran itu
merupakan Iirman Allah (kalamullah) dan mustahil berasal dari selain-Nya.

/) Fungsi Al Quran
Al Quran pertama kali turun di Gua Hira surah Al Alaq ayat 1-5 dan terakhir kali
turun surah al Maidah ayat 3. Al Quran terdiri dari 30 juz, 144 surah, 6.36 ayat, 34.345
huruI . al quran berIungsi sebagai:
1. Sumber pokok dan utama dari segala sumber-sumber hukum yang ada. Hal ini
dilandasi oleh ayat Al Quran di dalam surah An Nisa ayat 5.
. Penuntun manusia dalam merumuskan semua hukum, agar tercipta kemaslahatan
dan keselamatan harus berpedoman dan berwawasan Al Quran.
3. Petunjuk yang diturunkan Allah S% kepada umat manusia dengan penuh
rahmat kepada kebahagiaan umat manusia baik didunia maupun diakhirat dan
sebagai ilmu pengetahuan.
Secara garis besar hukum dalam Al Quran ada 3 macam, yaitu aqidah, akhlaq dan
syari`ah. Pada umumnya isi Al Quran dibagi macam, ibadat dan muamalat. Dan isi pokok
Al Quran ad 3 macam :
1. Rukun Iman, yaitu percaya kepada Allah, rasul-rasul, malaikat, Kitab Allah, hari
kiamat dan kepada qadha dan qadar.
. Rukun Islam, yaitu syahadt, salat, puasa zakat dan haji.
3. Munakahat (perkawinan), muamalat ( okum pergaulkan dalam masyarakat atau
okum private), jinayat ( okum pidana), aqdiyah ( okum mengenai mendirikan
pengadilan), khaliIah ( okum pemerintahan), ath`imah (makanan dan
minuman)dan jihad ( okum peperangan).



. As Sunnah An Nabawiyyah

88:33, secara bahasa berarti jalan yang ditempuh (ath tahriiqat ul masluukah),
dasarnya diambil dari kata sanantu asy syay-a bil misann, idzaa amrartuhu alayh hatta yu-
atstsira Iiihi sannan ay thariiqan (aku menjalankan sesuatu di batu gerinda jika aku
menjalankannya di atasnya hingga membekaslah sebuah tapak jalan padanya, yakni jalur)
Adapun makna as sunnah secara istilah adalah segala sesuatu yang disandarkan pada
Rasulullah saw.., baik berupa perkataan (qawl), perbuatan (Ii`l), atau ketetapan (taqriir). (lih.
Irsyaad ul Iukhuul ilaa tahqiiq il haqqi min ilm il ushuul, Muhammad bin Aliy Asy
Syawkaaniy, Daarul Ma`riIah, hal 33).
As sunnah juga digunakan untuk menyebutkan kata sholat sunnah, yakni sholat
selain sholat wajib, misalnya dua raka`at sholat sunnat tahiyyat ul masjid atau sholat sunnah
zhuhur dan lain sebagainya.
Mengenai siIat akhlaq Rasulululah saw.. sendiri maka hal tersebut terkategori ke
dalam laIazh qawl dan Ii`l Beliau sebagaimana yang tertera pada deIinisi yang telah disebut
di atas.
a. Ke/u/ukan As Sunnah /alam Al Qur-aan
Sunnah Rasul saw.. merupakan hujjah (sumber rujukan) dalam perkara agama dan
merupakan salah satu dalil hukum syara`. Al qur-aan, sebagai sumber pokok dari syari`at
Islam, telah menegaskan hal ini. (lih. Ushuul ul Fiqh, Muhammad Al Khudhariy, hal. 6, al al
maktabah at tijaariyah al kubraa). Allah S% berIirman '.apa saja yang dibawa oleh rasul
kepada kalian maka ambillah, dan apa saja yang dilarangnya bagi kalian maka
tinggalkanlah. (%QS. Al Hasyr|59|: 7). Demikian juga Iirman-Nya, 'Dan tidaklah yang
diucapkannya itu berdasarkan hawa naIsu. %idaklah hal itu melainkan merupakan wahyu
yang diwahyukan kepadanya (%QS. An Najm|53|: 4-5)
As sunnah an nabawiyyah merupakan wahyu dari Allah dalam bentuk makna yang
sampai kepada Rasul. Sedangkan laIazhnya (redaksinya), berasal dari Rasulullah saw..
sendiri. Rasul saw.. bersabda 'Hampir-hampir seseorang diantara kalian bersandar pada
tahtanya mengucapkan sebuah hadits dariku. Dan dia mengatakan: antara kami dan kalian
terdapat kitabullah. Dan apa saja yang kami temukan di dalamnya berupa kehalalan maka
kami menghalalkannya. Dan apa saja yang kami dapati di dalamnya berupa keharaman maka
kami akan mengharamkannya. Ketahuilah bahwa apa yang diharamkan Rasul Allah adalah
seperti apa yang diharamkan Allah
b. Penjelasan As Sunnah Terha/ap Al Qur-aan

Sebagian besar ayat-ayat al qur-aan hadir dalam bentuk yang umum (aammah),
global (mujmalah) dan muthlaq. (Diraasaat Iil Iikr il Islaamiy, Ibraahim Zaid, hal. 93). As
sunnah, kadang merupakan perincian (taIshiil) dari keglobalan al qur-aan, atau kadang
mengkhususkan (takhshiish) terhadap keumumannya atau pembatas (taqyiid) bagi ke-
muthlaq-annya atau mengemukakan hukum cabang baru yang menambahkan hukum pokok
yang ada pada ayat. Allah berIirman 'Kami telah menurunkan kepadamu peringatan agar
kamu menjelaskan kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka (%QS. An Nahl|16|:
44). Penjelasan As Sunnah terhadap Al Quran adalah sebagai berikut :
1. Perincian terhadap globalitas ayat al qur-aan (taIshiil ul mujmal). Contohnya adalah
tatkala Allah memerintahkan untuk melakukan shalat, maka Allah berIirman 'Dan
dirikanlah shalat. (%QS. An Nuur|4|: 56) tanpa ada penjelasan (bayaan) tentang
waktu-waktu, rukun-rukun, dan jumlah raka`atnya. Dalam hal ini as sunnah
menjelaskannya dengan terperinci. Rasulullah saw. bersabda 'shalatlah kalian
sebagaimana kalian melihat aku shalat. Dan Beliau juga bersabda 'Ambillah
contoh, penerj.dariku mengenai manasik yang kalian akan kerjakan
. Pengkhususan dari keumuman ayat al qur-aan (takhshiish ul aamm). Misalnya
Iirman Allah 'Bagi wanita pezina dan lelaki pezina maka jilidlah masing-masing
dari mereka dengan 100 kali jilidan (%QS. An Nuur|4|: ). Ayat ini mengandung
makna yang umum untuk seluruh pezina. Kemudian perbuatan dan perkataan Rasul
hadir dengan menghususkan makna ayat itu bagi pezina yang belum menikah
(ghayru mutazawiijiin). Mengenai orang-orang yang sudah menikah (al
mutazawiijuun) maka bagi mereka dirajam hingga mati. Rasul sendiri pernah
melakukan perajaman kepada Maa`iz dan Al Ghaaimidiyyah. Rasulullah saw..
bersabda, '%idaklah halal menumpahkan darah seorang muslim kecuali ia adalah
salah satu di antara ketiga kelompok, yakni laki/perempuan yang telah
beristri/bersuami (ats tsayyib) yang berzina, jiwa dengan jiwa (pembunuh, penerj.),
dan orang yang meninggalkan agamanya, serta memecah belah kesatuan ummat (al
jamaa`ah) (MuttaIaq alayh)
3. Pembatasan (taqyiid) terhadap yang muthlaq. Allah berIirman 'Bagi lelaki dan
wanita pencuri maka potonglah tangan dari kedua orang itu (%QS. Al Maa-idah|5|:
38). Ayat tersebut mengandung makna yang muthlaq, mencakup seluruh pencurian
dan seluruh pencuri. Namun demikian as sunnah telah hadir dengan membatasi
kadar pencurian dengan sabda Rasul 'Pemotongan hanya dilakukan bagi pencurian

sejumlah / dinar atau lebih (MuttaIaq alayh) yakni jika ia mengeluarkan harta
orang lain dari pemeliharaan, yakni tempat yang biasanya menjadi tempat
penyimpanan harta, dan yang sejenis dengan itu yang mana sunnah datang dengan
mewajibkan pemotongan tangan pencuri.
4. Memunculkan salah satu hukum cabang baru dari pokoknya yang ada di dalam al
qur-aan. Allah berIirman 'Dan janganlah kalian mengumpulkan (untuk dinikahi)
dua orang wanita bersaudara. Rasul saw.. kemudian menambahkan hukum ini
dengan hukum haramnya penggabungan antara seorang wanita dengan bibinya (baik
saudara dari pihak bapak atau ibu) dengan sabda Beliau 'Janganlah menikahkan
wanitayang dipersatukan, penerj.bersama antara bibinya dan keponakannya.
Sesungguhnya jika kalian melakukannya maka kalian telah memutuskan
silaturrahim
Berdasarkan pembahasan tadi, jelaslah bahwa As Sunnah merupakan sumber hukum
dalam Islam.

. Ijma` Sahabat
Secara bahasa ijma` berarti tekad yang konsisten terhadap sesuatu atau kesepakatan
suatu kelompok terhadap suatu perkara. Sedangkan menurut istilah para ulama ushul Iiqih,
ijma` adalah kesepakatan terhadap suatu hukum bahwa hal itu merupakan hukum syara.
Diantara dalil yang menunjukkan bahwa ijma` sahabat itu merupakan sumber hukum adalah :
1. Sesungguhnya para sahabat merupakan generasi yang mengumpulkan,
menghaIalkan dan menyampaikan al Quran kepada generasi sesudahnya. Merekalah
yang berijma` untuk mengumpulkan al Quran kedalam satu mushaI seperti sekarang.
Padahal, Allah S% berIirman : 'Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al
Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjaganya (%QS. Al hijr : 9).
Firman lainnya : 'Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebathilan, baik dari
depan maupun dari belakangnya (%QS. Fushilat : 4). Berdasarkan kedua ayat
tersebut Allah S% memastikan bahwa mushaI Al Quran yang ada kini (produk
dari ijma` sahabat) dijamin kebenarannya. Dengan kata lain, melalui tangan-tangan
para sahabatlah Allah S% menjaga kebenaran Al Quran tersebut. Jika ada
kemungkinan salah dalam ijma` sahabat berarti ada kemungkinan salah dalam Al
Quran sekarang. Padahal hal ini mustahil terjadi berdasarkan pemberitahuan dari

Allah S% tadi. Dengan demikian mustahil terjadi kesalahan dalam ijma` sahabat,
sekalipun kalau secara individual orang per orang sahabat sangat mungkin keliru.
Sebab, mereka secara individual manusia juga.
. Banyaknya pujian dari Allah S% dan Rasulullah SA terhadap para sahabat
secara kolektiI. Diantaranya terdapat dalam surat Al Fath : 9, At %aubah : 100, dan
Al hasyr : 8.
Berdasarkan hal ini terlihat bahwa ijma` sahabat merupakan sumber hukum dan
pemikiran dalam Islam.

. Qiyas
Qiyas, menurut para ulama ushul, berarti menyamakan suatu kejadian yang tidak ada
nashnya dengan suatu kejadian yang sudah ada nashnya/hukumnya dikarenakan adanya
kesamaan dua kejadian tersebut dalam illat (sebab munculnya) hukum.
Qiyas digunakan sebagai sumber dalil syar`iy karena dalam qiyas yang menjadi
dasar pengambilan hukum adalah nash-nash syar`iy yang memiliki kesamaan illat.
Sebagaimana diketahui bahwa yang menjadi dasar keberadaan hukum adalah illatnya. Jadi,
apabila ada kesamaan illat antara suatu masalah baru dengn masalah yang sudah ada
hukumnya maka hukum masalah baru tersebut menjadi sama. Artinya, dalil qiyas itu sama
dengan dalil yang menjadi dasar pengambilan illat. Bila illat yang sama tadi terdapat di
dalam Al Quran, misalnya, berarti dalil qiyas tersebut adalah Al Quran. Demikian pula
apabila illat yang sama terkandung dalam As Sunnah atau ijma` sahabat maka yang menjadi
dalil qiyas adalah kedua sumber hukum tersebut.

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan
Al Quran merupakan sumber utama dalam pembinaan hukum Islam. Al Quran yang
berasal dari kata qara`a yang dapat diartikan dengan membaca, namun yang dimaksud
dengan Al Qura dalam uraian ini ialah,kalamullah yang diturunkan berperantakan ruhul
amin kepada Nabi Muhammad saw dalam bahasa arab, agar menjadi hujjah bagi Rasul bahwa
ia adalah utusan Allah dan agar menjadi pelajaran bagi orang yang mengikuti petunjuknya.
Menjadi ibadah bagi siapa yang membacanya, ia ditulis di atas lembaran mushaI, dimulai
dengan surah Al Fatihah dan di akhiri dengan surah An Naas. Yang disampaikan kepada kita
secara mutawatir, baik melalui tulisan atau bacaan dari satu generai ke generasi berikutnya.
Dan terpelihara dari perubahan dan pergantian.

DAF%AR PUS%AKA

http://penumpasjalanan.multiply.com/journal/item/8
Abdullah, sulaiman. 1995. Sumber Hukum Islam. Jambi : Sinar GraIika.

KA%A PENGAN%AR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat kesehatan
dan nikmat keimanan, semoga kita semua mendapat hidayah dari-Nya di Akhirat kelak.
Shalawat beserta kita curah ke baginda Nabi Muhammad SA. Yang telah
menerangi dunia ini menjadi terang-benderang dengan budi pekertinya, perjuangannya, untuk
menjauhkan umat manusia dari kegelapan/kejahiliyahan.
Sebelumnya penyusun ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
menyampaikan ilmu pengetahuan kepada kami, sehingga kami dapat mengembangkan ilmu
yang telah diberikan kepada kami selaku mahasiswa.
Adapun isi makalah ini membahas tentang 'Sumber-sumber %asyri` yang ini semua
tidak akan terlaksana tanpa adanya bantuan dari teman-teman mahasiswa sekalian. Dan kami
selaku penyusun sangat mengharap kritikan dan saran apabila terdapat kesalahan dan
kekurangan dalam ketikan ataupun hal-hal lainnya. Hanya kepada Allah lah kami mohon
ampun. Sekian dan terima kasih.

%IM PENYUSUN
%anggal Maret 010

DAFTAR ISI

I. KA%A PENGAN%AR
II. DAF%AR ISI
III. BAB I PENDAHUUAN
A. atar Belakang 1
IV. BAB II PEMBAHASAN
A. Sumber-sumber %asyri
1. Al Quranul Karim
. As Sunnah An Nabiwiyyah 9
3. Ijma` Sahabat 11
4. Qiyas 1

V. PENU%UP
a. Kesimpulan 13
VI. DAF%AR PUS%AKA

You might also like