You are on page 1of 3

MASALAH PERENCANAAN PENELITIAN Artikel ini amat bermanfaat dibaca oleh para peneliti pada umumnya, dan khususnya

para peneliti pemula. Mely G. Tan memberikan arahan tentang Prencanaan Penelitian sebagai berikut: 1. Pemikiran Persoalan Persoalan yang dipilih harus memenuhi syarat tertentu: 1) penelitian itu dapat dikerjakan, artinya peneliti dengan segala kemampuan yang ada dapat menjangkau pengumpulan data penelitian dan analisisnya; 2) amat bermanfaat, terutama di masa sekarang, karena ada penelitian yang amat rumit pengerjaannya, namun tingkat kemanfaatannya amat rendah, misal Kenapa pria masa kini banyak yang memelihara kumis dan janggut?, tapi apakah penelitian ini amat urgen untuk dilakukan? Mungkin penelitian ini amat terbatas manfaatnya, misal hanya bagi perusahaan kosmetik; 3) perlu dipilih jenis penelitian dasar atau terapan. 2. Penentuan Ruang Lingkup Penelitian Pada dasarnya, batas ruang lingkup ini dapat ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan: 1) maksud dan perhatian si peneliti; 2) bahan yang ada mengenai masalah bersangkutan; 3) rumitnya anggapan-anggapan dasar atau asumsi-asumsi yang sudah dirumuskan; 4) penelitian lapangan yang sudah dilakukan, demikian pendapat Young dikutip oleh Mely. 3. Pemeriksaan Tulisan-tulisan yang Bersangkutan Fungsi pemeriksaan tulisan yang relevan bermanfaat untuk: 1) memperdalam pengetahuan yang diteliti; 2) menegaskan kerangka teoretis yang dijadikan landasan jalan pikiran kita; 3) mempertajam konsep-konsep yang digunakan sehingga memudahkan perumusan hipotesis-hipotesis; 4) menghindarkan pengulangan dalam penelitian. 4. Perumusan Kerangka Teoretis Kerangka teoretis membantu si peneliti dalam penentuan tujuan dan arah penelitiannya, serta memilih konsep-konsep yang tepat guna pembentukan hipotesis-hipotesisnya. Perlu diketahui bashwa teori bukanlah pengetahuan yang sifatnya pasti, tetapi harus dianggap sebagai petunjuk hipotesis. Seperti dikatakan oleh Herbert Blumer, seorang ahli sosiologi Amerika yang terkemuka: Teori, penelitian, dan fakta empiris terlibat dalam suatu hubungan yang erat, yang teori itu membina penelitian, penelitian mencari dan memindahkan fakta-fakta, dan fakta-fakta mempengaruhi teori. Berhasilnya perhubungan tersebut adalah caranya bagaimana penelitian empiris berkembang. 5. Penentuan Konsep-konsep

Konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian.. Konsep adalah definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala itu. Menurut R. Merton Konsep adalah definisi tentang apa yang perlu diamati, sedangkan konsep juga berfungsi untuk menentukan antara variabel-variabel yang secara empiris dicari hubungannya. Konsep ada yang sederhana dan ada yang rumit. Konsep yang sederhana adalah konsep yang sudah dikenal secara umum, misal meja, kursi, lembu, kambing, dsb. Tinggal menunjukkan deskripsi bentuk bendanya. Di samping itu ada pula konsep yang tidak sederhana atau rumit, karena tidak dapat dilihat atau abstrak. Misal konsep tentang kedudukan, peranan, stratifikasi sosial, mobilitas sosial, kesadaran politik, dsb. Konsep yang demikian ini hanya dapat diperoleh secara tidak langsung, dengan pengamatan dari gejala-gejala yang dapat dilihat berhubungan dengan konsep-konsep itu. Konsep yang demikian ini disebut dengan construct, di dalam bidang ilmu sosial konsep merupakan unsur utama dalam penelitian. Di sini kita harus cermat memilih konsep-konsep dengan segala peristilahannya, karena istilah dalam bahasa sehari-hari amat berlainan dengan konsep dalam ilmu pengetahuan. Konsep merupakan unsur pokok dalam suatu penelitian, penentuan dan perincian konsep sangat penting, supaya perumusan persoalannya tidak menjadi kabur. Penegasan dari konsep terpilih perlu untuk menghindarkan salah pengertian tentang arti konsep yang digunakan. Konsep biasanya masih bergerak di alam abstrak, maka perlu diterjemahkannya dalam bentuk kata-kata yang tepat supaya dapat diukur secara empiris. 6. Perumusan Hipotesis-hipotesis Hipotesis dalam suatu penelitian berperan untuk: 1) memberikan tujuan yang tegas bagi suatu penelitian; 2) membantu dalam penentuan arah dalam pembatasan ruang lingkup penelitian dengan memilih fakta-fakta yang menarik dan relevan; 3) menghindarkan pengumpulan data yang tak bermanfaat dan penelitian yang tidak terarah. Ciri utama dari suatu hipotesis: 1) kesederhanaan dalam perumusan; 2) penggunaan variabel-variabel yang tegas; 3) berbentuk sedemikian rupa sehingga kebenarannya dapat diuji oleh peneliti lain. Dan suatu hipotesis dapat diperoleh dari tiga sumber, yaitu: 1) pengalaman, pengamatan, dan dugaan si peneliti sendiri; 2) hasil penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya; 3) teori-teori yang sudah berbentuk. Hipotesis bagian pertama merupakan hipotesis yang bersifat sementara dan amat lemah, dan hipotesis kedua mempunyai sifat yang lebih kuat, dan biasanya bertujuan menguji kebenaran hipotesis yang sudah diuji oleh peneliti sebelumnya. Hipotesis berdasarkan sumber ketiga, merupakan hipotesis yang terkuat, artinya hipotesis ini sudah meninggalkan penelitian yang bersifat eksplorasi dan deskripsi, dan menuju kepenelitian yang bersifat menerangkan, yang akhirnya menuju ke suatu kaidah sosial. Hipotesis pada suatu proses penelitian bersifat sementara, yang berarti bahwa suatu hipotesis dapat diubah atau diganti oleh hipotesis lain yang lebih tepat.

7. Pemilihan Metode Penelitian Metode penelitian amat bergantung pada maksud dan tujuan penelitian. Sehubungan dengan hal ini kita harus mengenal 3 jenis penelitian: 1) penelitian yang bersifat menjelajah, bertujuan untuk memperdalam pengetahuan mengenai suatu gejala tertentu, atau mendapatkan ide-ide baru mengenai gejala itu, dengan maksud untuk merumuskan masalahnya secara lebih terperinci atau untuk mengembangkan hipotesis. Dalam hal ini masalahnya masih terbuka dan belum ada hipotesis; 2) penelitian yang bersifat deskriptif, bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dan gejala lain dalam masyarakat. Dalam hal ini bisa terjadi sudah atau belum ada hipotesis, tergantung dari sedikit banyaknya pengetahuan tentang masalah yang bersangkutan; 3) penelitian yang bersifat menerangkan, bertujuan menguji hipotesis-hipotesis tentang hubungan adanya sebabakibat, antara berbagai variabel yang diteliti, yang berarti sebelumnya sudah ada hipotesis. 8. Perencanaan Sampling Dalam penelitian lapangan apa saja pun seorang peneliti tidak dapat mengobservasi semua subjek yang diteliti, oleh sebab itu diperlukan sample, yaitu yang menjadi objek dari suatu penelitian, sedangkan metodologi untuk menyeleksi individu-individu masuk ke dalam sample yang representatif disebut dengan sampling. Metodologi sampling yang representatif adalah persoalan sampai di manakah ciri-ciri yang terdapat pada sample yang terbatas itu benar-benar dapat menggambarkan keadaan sebenarnya dari keseluruhan populasi. Metode sampling ada yang probabilitas dan tidak probabilitas. Sampling yang probabilitas misalnya: random sampling sederhana, sampling berstratifikasi, sampling sistematis, sampling berkelompok, dan ada pula yang merupakan campuran dari metode di atas. Adapun sampling yang tidak probabilitas, melainkan dipilih atas tujuan tertentu, untuk mendeskripsi suatu gejala sosial atau masalah sosial tertentu. Metode-metode sampling itu yang disebut dengan sampling bertujuan atau purposive sampling, misal sampling aksidental, sampling quota, dsb.. Artkel ini amat bermanfaat untuk dipahami oleh para peneliti pemula, karena banyak memberikan bimbingan ke arah persiapan perencanaan penelitian yang lebih cermat dan yerfokus pada pokok persoalan penelitian.

You might also like