You are on page 1of 12

Empat Dogma Maria In Wawasan on 21/05/2011 at 14:41

Sumber: www.marysway.net Terdapat empat dogma yang menyatakan hubungan pribadi Maria dengan Allah dan perannya dalam keselamatan manusia. 1) Keibuan Ilahi Keibuan Ilahi Maria diumumkan pada Konsili Efesus tahun 431. Berbagai nama digunakan untuk menjelaskan peran Maria sebagai Bunda Yesus. Dia disebut Bunda Allah yang menerjemahkan istilah Yunani yang menyatakan secara lebih akurat: Theotokos atau Birthgiver of God [Yang Melahirkan Allah]. Konsili Efesus (431) menautkan gelar Bunda Allah kepada Maria. Hal ini perlu dibaca seturut deklarasi Konsili bahwa dalam Kristus terdapat dua kodrat, satu ilahi dan satu manusia, namun hanya satu orang. Bahkan menurut Konsili, Sang Perawan Suci adalah Bunda Allah karena dia memperanakkan Sabda Allah menurut daging sehingga menjadi daging. Keputusan ini dijelaskan lebih lanjut oleh Konsili Khalsedon (451) yang mengatakan berkaitan dengan keibuan Ilahi Maria: diperanakkan dari Bapa sebelum adanya waktu dalam hal keallahannya, dan dalam hari-hari terakhir ini, hal yang sama, karena kita dan karena keselamatan kita, diperanakkan oleh Perawan Maria, Theotokos, dalam hal kemanusiaannya; Kristus yang satu dan sama, Putera, Tuhan, hanya-diperanakkan Keibuan Ilahi Maria bukanlah obyek dari suatu deklarasi dogmatis yang independen atau eksklusif. Pernyataan ini tertanam dalam teks-teks yang mendefinisikan pribadi dan kodrat Yesus Kristus. Dengan demikian, dogma Keibuan Ilahi menjadi bagian integral dari dogma kristologis. Namun hal ini tidak mengurangi karakternya yang definitif dan mengikat. Dogma Keibuan Ilahi ini secara umum diterima oleh semua denominasi Kristen. 2) Keperawanan Abadi Ekspresi keperawanan abadi, perawan-selamanya, atau sederhananya Maria Sang Perawan merujuk terutama pada konsepsi dan kelahiran Yesus. Dari rumusan iman yang pertama, khususnya dalam rumusan pembaptisan atau pernyataan iman, Gereja mengakui bahwa Yesus Kristus dikandung tanpa benih manusia melainkan oleh kuasa Roh Kudus saja. Di sini terletak makna absout dari ekspresi seperti dikandung dalam rahim Perawan Maria, konsepsi keperawanan Maria, atau kelahiran perawan. Rumusan pembaptisan awal (sejak abad ke-3) menyatakan keperawanan Maria tanpa penjelasan lebih lanjut, tetapi tidak ada keraguan mengenai arti fisiknya. Laporan selanjutnya lebih eksplisit. Maria mengandung tanpa kerusakan apapun pada keperawanannya, yang tetap tidak terjamah bahkan setelah kelahiran-Nya (Konsili Lateran, 649). Meskipun tidak pernah dijabarkan secara rinci, Gereja Katolik mempertahankannya sebagai dogma bahwa Maria tetap Perawan sebelum, selama dan sesudah kelahiran Kristus. Hal ini menekankan hal-hal baru yang mendasar mengenai Inkarnasi dan Maria yang tidak kurang dedikasinya mendasar dan eksklusif untuk misinya sebagai bunda dari Putranya, Yesus Kristus. Vatikan II menegaskan kembali pengajaranan mengenai Maria, Sang Perawan-Selamanya, dengan menyatakan bahwa kelahiran Kristus tidak mengurangi keutuhan keperawanan Maria, melainkan menguduskannya. Katekismus Gereja Katolik merenungkan makna yang lebih dalam dari Sang Mempelai Perawan dan Keperawanan Abadi (499-507). Hal ini juga mendukung bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya anak Maria. Yang disebut saudara dan saudari adalah hubungan dekat. 3) Dikandung Tanpa Dosa Pernyataan resmi mengenai Maria Yang Dikandung Tanpa Dosa, seperti halnya Keibuan Ilahi dan Keperawanan Abadi, dinyatakan sebagai bagian dari doktrin kristologis, namun dipromulgasikan sebagai sebuah dogma yang independen oleh Paus Pius IX melaui Konstitusi Apostolik Ineffabilis Deus (8 Desember 1854). Meskipun menyoroti keistimewaan Maria, konstitusi apostolik ini sebenarnya menekankan kemuliaan dan kekudusan yang diperlukan untuk menjadi Bunda Allah. Hak istimewa Dikandung Tanpa Dosa adalah sumber dan dasar bagi semua kekudusan Maria sebagai Bunda Allah. Lebih khusus, dogma Dikandung Tanpa Dosa menyatakan bahwa Perawan Maria Yang Paling Terberkati, sejak saat pertama dia dikandung, oleh kasih karunia yang luar biasa dan hak istimewa dari Allah Yang Maha Kuasa dan mengingat jasa Yesus Kristus, telah dijaga bebas dari setiap noda dosa asal. Dogma ini memiliki arti negatif dan positif yang saling melengkapi satu sama lain. Arti negatif menekankan bebasnya Maria dari dosa asal berkat kasih karunia yang mendahului atau yang berlaku surut (di sini disebut pencegah) dari tindakan penebusan

Kristus. Dengan cara yang sama, dogma tersebut memberi kesan kekudusan Maria yang menyeluruh. Arti positif ini merupakan konsekuensi dari ketiadaan dosa asal. Hidup Maria terkait secara permanen dan intim dengan Allah, dan dengan demikian dia adalah suci secara keseluruhan. Meskipun sulit dijelaskan, dosa asal memprovokasi kekacauan dalam pikiran dan perilaku, terutama berkaitan dengan keunggulan kehadiran Allah dalam hidup kita. Akibatnya, dalam pendeklarasian Maria yang dikandung tanpa dosa, Gereja melihat tanda terkecil dari cinta dalam diri Maria sebagai orang yang tidak pernah membantah Allah. Jadi, dogma ini menyatakan bahwa dari awalnya Maria sangat suci dan dalam persatuan yang tetap dengan rahmat pengudusan dari Roh Kudus. 4) Pengangkatan Dogma ini dinyatakan oleh Paus Pius XII pada tanggal 1 November 1950 dalam Ensiklik Munificentissimus Deus. Pembedaan perlu dibuat antara Kenaikan dan Pengangkatan. Yesus Kristus, Putera Allah dan Tuhan Yang Bangkit, telah naik ke Surga, sebuah tanda kekuasaan Ilahi. Maria, sebaliknya, dinaikkan atau diangkat ke Surga oleh kuasa dan kasih karunia Allah. Dogma ini menyatakan bahwa Maria, Bunda Allah Yang Tak Bercela, Perawan Selamanya, setelah menyelesaikan perjalanan hidupnya di bumi, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi. Definisi ini sebagaimana definisi Dikandung Tanpa Dosa, tidak hanya menjadi referensi terhadap persetujuan yang universal, pasti dan tegas dari Magisterium tetapi juga menjadi kiasan yang sesuai keyakinan kaum beriman. Pengangkatan Maria ini telah menjadi bagian dari spiritual Gereja dan warisan doktrinal selama berabad-abad. Pula telah menjadi bagian dari refleksi teologis dan dari liturgi serta bagian dari rasa kaum beriman. Dogma ini tidak memiliki dasar langsung dalam Kitab Suci. Namun hal itu dinyatakan terungkap secara ilahi, yang berarti bahwa hal itu secara implisit terkandung dalam Wahyu ilahi. Ini mungkin bisa dipahami sebagai kesimpulan logis dari tugas Maria di bumi, dan cara dia menghidupi kehidupannya dalam persatuan dengan Allah dan misinya. Pengangkatan Maria ini bisa dilihat sebagai konsekuensi dari Keibuan Ilahi. Menjadi terusan, bersama, dan untuk Putranya di bumi, tampaknya sesuai juga untuk Maria yang menjadi terusan, bersama, dan untuk Putranya di Surga. Dia berada di bumi menjadi sekutu yang murah hati dari Putranya. Pengakatannya ini mengatakan kepada kita bahwa hubungan ini berlanjut di Surga. Maria terus menerus dihubungkan dengan Putranya di atas bumi dan di dalam Surga. Di Surga, keterlibatan aktif Maria dalam sejarah keselamatan berlanjut: Diangkat ke Surga, dia tidak mengesampingkan tugas penyelamatannya Dengan cinta kasih keibuannya ia memperhatikan saudara-saudara Puteranya yang masih dalam peziarahan perjalanan di bumi (LG). Maria adalah ikon eskatologis Gereja (KGK 972), yang berarti Gereja merenungkan di dalam Maria waktu akhirnya sendiri. Definisi dogma ini tidak mengatakan bagaimana transisi dari kehidupan duniawi Maria ke kehidupan surgawinya itu terjadi. Apakah Maria mati terlebih dahulu? Apakah ia terangkat ke surga tanpa terpisahnya jiwa dari tubuh terlebih dahulu? Pertanyaan itu tetap terbuka untuk diskusi. Namun, pendapat bahwa Maria melewati kematian sebagaimana Putranya perbuat, memiliki dukungan yang lebih kuat dalam tradisi. Dimuliakan dalam tubuh dan jiwa, Maria sudah berada dalam kondisi yang akan menjadi milik kita setelah kebangkitan orang mati.

Keterangan Gambar: Berdasarkan keterangan dari sini, gambar ini dibuat untuk Paus Yohanes Paulus II pada World Family Day Celebration [Perayaan Hari Keluarga Sedunia] di Filipina tahun 2003. Gambar tersebut menggambarkan kesemua 4 dogma yang berkenaan dengan Maria plus Our Lady Mediatrix of All Graces [Bunda Maria Pengantara Segala Rahmat], yang menurut rencana akan dipromulgasikan sebagai Dogma ke-5. Gambar dilukis oleh seorang Katolik Ukraina, visioner Maria, Josyp Terelya, yang secara ajaib diselamatkan oleh Santa Perawan Maria. Keempat dogma yang dilukiskan dalam gambar tersebut mulai dari kiri atas yang menggambarkan Yesus dalam rahim Maria [dogma "Sang Perawan Abadi"] hingga kanan bawah yang menggambarkan Yesus di atas tahta-Nya di Surga [dogma "Maria Diangkat ke Surga"].

Dogma-dogma mengenai Maria Dogma-dogma Gereja Katolik Roma mengenai Maria memiliki dua fungsi: menyajikan ajaranajaran Gereja yang tidak dapat salah mengenai Maria dan hubungannya dengan Yesus Kristus, dan memuji Maria serta memuji karya Allah pada diri Maria melalui Maria sendiri. Semua dogma mengenai Maria mengajarkan tentang putranya yang kudus dan menyoroti kekudusan Yesus Kristus. Saat ini terdapat empat dogma mengenai Maria di antara banyak ajaran lain mengenai Sang Perawan Suci: Definisi Magisterium Isi Dogma Pertama Keperawanan Simbol pembaptisan semenjak 'Keperawanan Maria Selamanya' berarti Maria adalah seorang perawan Selamanya abad ketiga sebelum, selama dan sesudah melahirkan. Maria adalah benar-benar Bunda Allah karena kesatuannya dengan Kristus, Bunda Allah Konsili Efesus (431) Putra Allah. Pembuahan Suci Paus Pius IX (1854) Maria, pada saat dirinya diciptakan, dijaga kesuciannya dari dosa asal. Pengangkatan Tubuh ke Maria, setelah menyelesaikan jalan hidupnya di bumi, diangkat tubuh dan Paus Pius XII (1950) Surga jiwanya ke keagungan surga. Nama

Maria Diangkat ke Surga Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari Maria Diangkat ke Surga telah menjadi tema penghormatan kepada Sang Perawan Suci Maria, doktrin-doktrin Maria di dalam Gereja Katolik dan berbagai macam seni Katolik tentang Maria selama berabad-abad. Lukisan ini adalah karya Rubens, dibuat tahun 1626. Gereja Katolik Roma mengajarkan sebagai dogma bahwa Bunda Maria, ibu Yesus Kristus, "setelah menyelesaikan perjalanan hidup duniawinya, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surga."[1] Hal ini berarti Maria dibawa ke surga dalam satu tubuh dan jiwa yang lengkap. Hari pesta perayaan yang menghargai perjalanan Maria ke surga dirayakan sebagai Kekhidmatan Pengangkatan Sang Perawan Suci Maria ke surga oleh umat Katolik Roma. Doktrin ini ditetapkan sebagai dogmatis dan tidak dapat berunsur kesalahan oleh Paus Pius XII pada tanggal 1 November 1950 melalui Konstitusi Apostolik Munificentissimus Deus. Konsep Maria diangkat ke surga juga diajarkan oleh Gereja Ortodoks Timur dan gereja-gereja Oriental dan Ortodoks Koptik, dimana hal ini dikenal dengan nama Tidurnya Sang Theotokos. Dalam denominasi-denominasi yang merayakannya, peristiwa pengangkatan ke surga ini dirayakan tiap tanggal 15 Agustus, sebagai sebuah hari wajib suci dalam Gereja Katolik Roma. Pada tanggal 15 Agustus 2004, khotbah yang disampaikan di Lourdes, Paus Yohannes Paulus II mengutip bacaan Yohanes 14:3 dari Alkitab sebagai dasar Kitab Suci untuk memahami dogma Pengangkatan Maria ke surga, dimana Kristus, dalam pernyataan perjamuan terakhir-Nya, menjelaskan "Ketika Aku pergi dan menyediakan tempat untuk kamu, Aku akan datang kembali dan akan membawamu bersama dengan Aku, dimana Aku berada, di situ juga kamu harus ada". Menurut teologi ajaran Katolik, Maria adalah sebuah jaminan dari pemenuhan janji Kristus. Namun, banyak teologia yang tidak setuju dengan penafsiran Kitab Suci tersebut, dan kepercayaan mengenai Kristus yang berbicara tentang persiapan ke Kalvari dan penyaliban untuk pengampunan dosa

Dogma Tentang Maria Tulisan ini terinspirasi oleh seminar Following Jesus as a Human yang penulis ikuti di Paroki MBK pada tanggal 8 Mei 2011 kemarin. Di tengah-tengah seminar, pembicara yaitu Rm. Edy menyampaikan sedikit informasi tentang Maria, salah satunya adalah Dogma Agama Katolik tentang Maria. Di bawah ini uraian tentang Dogma Maria agama Katolik dan sedikit penjelasannya yang didapat dari beberapa sumber: 1. Dogma Maria Bunda Allah / Theotokos / Mater Dei Dirayakan setiap tanggal 1 Januari. Dogma ini dinyatakan melalui Konsili di Efesus (th 431) dan Konsili keempat di Chalcedon (th 451). Pengajaran ini diresmikan pada kedua konsili tersebut, namun tidak berarti bahwa sebelum tahun 431 Bunda Maria belum disebut sebagai Bunda Allah, dan bahwa Gereja baru menobatkan Maria sebagai Bunda Allah pada tahun 431. Kepercayaan gereja akan peran Maria sebagai Bunda Allah dan Hawa yang baru sudah berakar sejak abad awal. Keberadaan Konsili Efesus yang mengajarkan "Theotokos" tersebut adalah untuk menolak pengajaran sesat dari Nestorius (seorang pengkotbah popular yang menjadi uskup Konstantinopel pada tahun 428). Nestorius hanya mengakui Maria sebagai ibu kemanusiaan Yesus tapi bukan ibu Yesus sebagai Tuhan sebab menurut Nestorius yang dilahirkan oleh Maria adalah manusia yang di dalamnya Tuhan tinggal, dan bukan Tuhan sendiri yang sungguh menjelma menjadi manusia. 2. Dogma Maria tetap perawan / Maria Virgini Konsili Konstantinopel II (553) menyebutkan Bunda Maria sebagai "kudus, mulia dan tetap-Perawan Maria". Konsili ini merangkum ajaran-ajaran penting berkaitan dengan kepercayaan bahwa Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia. Termasuk dalam ajaran ini

adalah tentang keperawanan Maria. Dogma ini lebih ditegaskan melalui Pengajaran Magisterium Gereja Katolik dimana doktrin dari keperawanan Maria, sebelum, pada saat dan sesudah kelahiran Yesus dinyatakan secara defintif oleh Paus St. Martin I di Sinode Lateran tahun 649, yang berbunyi: Maria yang tetap perawan dan tak bernoda yang terberkati, mengandung tanpa benih manusia, oleh Roh Kudus, dan tanpa kehilangan keutuhan melahirkan Dia dan sesudahnya tetap perawan. Maka, seperti Kritus yang bangkit dengan tubuh-Nya dapat menembus pintu-pintu rumah yang terkunci (lihat Yoh 20: 26), maka pada saat kelahiran-Nya, Ia pun lahir dengan tidak merusak keperawanan ibu-Nya, yaitu Bunda Maria. 3. Dogma Maria dikandung tanpa noda / Maria Immaculata Pada tanggal 8 Desember 1854 Paus Pius IX mengumumkan Dogma Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda melalui Ineffabilis Deus, yang menyatakan bahwa Bunda Maria dikandung tanpa noda dosa asal. Bagi Gereja Katolik Roma, dogma Dikandung Tanpa Noda menjadi semakin penting setelah penampakannya di Lourdes pada tahun 1858. 4. Dogma Maria diangkat ke surga dengan jiwa dan raganya / Maria Assumpta Perayaan ini dirayakan pada tanggal 15 Agustus. Doktrin ini ditetapkan sebagai dogmatis dan tidak dapat berunsur kesalahan oleh Paus Pius XII pada tanggal 1 Nov 1950 melalui Konstitusi Apostolik Munificentissimus Deus. Perlu kita ketahui bahwa Bunda Maria diangkat ke surga, dan bukan naik ke surga. Diangkat berarti bukan karena kekuatannya sendiri melainkan diangkat oleh kuasa Allah, sedangkan Yesus naik ke surga oleh kekuatan-Nya sendiri. Maria adalah anggota Gereja yang pertama yang diangkat ke surga. Dengan diangkatnya Bunda Maria ke surga, maka ia yang telah bersatu dengan Yesus akan menyertai kita yang masih berziarah di dunia ini dengan doa-doanya. Karena berpegang bahwa doa orang benar besar kuasanya (Yak 5: 16), maka betapa besarlah kuasa doa Bunda Maria yang telah dibenarkan oleh Allah, dengan diangkatnya ke surga. Sekali lagi dogma di atas adalah sebuah pernyataan iman sehingga apabila dicari secara historis maka tidak akan ditemukan. Selain itu seperti kita ketahui bersama bahwa agama Katolik mempunyai 3 sumber iman yaitu: Alkitab, Tradisi Gereja dan Magisterium (ajaran Gereja). (Antonius Lestyo Haryanto) Sumber: www.katolisitas.org www.wikipedia.org

Dogma dan Hidup Rohani User Rating: /6

Rate
Poor Written by Daniel Pane Tuesday, 09 June 2009 07:00 Pengantar Best

Sejumlah orang Katolik, dan hampir dipastikan jumlahnya cukup besar, merasa takut atau setidaknya kurang senang dengan dogma. Rasa takut atau tidak senang ini muncul dari gambaran bahwa dogma adalah suatu rumusan yang kaku, kering, dan bersifat memaksa. Dewasa ini istilah dogmatis bahkan dikenakan untuk menunjuk mereka yang dalam hidup rohaninya sangat menekankan ketaatan kepada aturan (yang bahkan tidak ada hubungannya dengan dogma) atau mereka yang memiliki semacam kecintaan terhadap hal-hal yang umum dianggap sebagai kebiasaan Katolik yang tradisional.

Pengertian Dogma Dalam konteks teologi Katolik dogma berarti ajaran resmi yang wajib dipercaya oleh semua orang Kristen bahwa ajaran itu diwahyukan oleh Allah. Dogma adalah spesifikasi dari doktrin. Istilah doktrin mengacu kepada semua bentuk ajaran dalam Gereja baik yang resmi atau yang sekedar berupa pendapat teologis dari para ahli dibidang ini. Orang Kristen wajib mengimani semua dogma Gereja, sementara untuk doktrin di luar dogma diberikan kebebasan untuk mengikuti atau menolak suatu pendapat. Sepanjang sejarah Gereja hampir selalu dogma dirumuskan setelah timbul pertentangan panjang mengenai suatu hal. Dogma menjadi keputusan akhir yang mengakhiri suatu debat panjang yang seringkali berlangsung panas dan secara praktis memecah-belah umat. Melalui dogma Gereja menyatakan sikap resminya dengan merumuskan secara tegas ajaran yang selalu diimaninya dan menolak pendapat-

pendapat yang salah. Sepanjang yang saya ketahui hanya ada dua perkecualian untuk hal ini yaitu penetapan dogma Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa dan Maria Diangkat Ke Surga, penetapan kedua dogma ini tidak didahului oleh kontroversi yang panjang dan panas tetapi dilakukan untuk memberikan peneguhan terhadap dua ajaran yang sudah diimani oleh Gereja sejak semula. Dari gambaran di atas kita melihat bahwa dogma terutama memiliki fungsi yang negatif yaitu untuk menolak pendapat yang tidak sejalan dengan warisan iman yang dimiliki Gereja. Fungsi ini kerap kali membuat rumusan dogma memuat bahasa yang sangar dan dipenuhi oleh pernyataan anathema sit! (terkutuklah dia!) yang berakar dari sikap Yesus terhadap penyesat dan ajaran sesat (Mat 18:6; Mat 22:29), dan kemudian sikap Yesus ini diteruskan juga oleh Paulus (Gal 1:8-9), rumusan Paulus inilah yang kemudian secara khusus digunakan oleh Gereja untuk menunjukkan penolakannya terhadap ajaran-ajaran tertentu. Penting untuk diperhatikan bahwa Gereja tidak membuat atau menciptakan dogma. Dogma hanya merupakan perumusan yang dilakukan secara agung dan meriah untuk menegaskan kepercayaan Gereja yang tengah digugat atau sekedar meneguhkan kepercayaan yang sudah selalu ada walaupun sedang tidak diganggu gugat. Selain itu juga perlu diperhatikan keterbatasan dogma yaitu kemustahilan untuk mendogmakan segala sesuatu yang diimani Gereja. Ada banyak kepercayaan Katolik yang tidak didogmakan secara resmi. Sebagai contoh misalnya tidak ada definisi dogmatik bahwa Allah itu baik, hal ini terjadi karena sampai hari ini tidak satu pun orang Katolik yang secara sengaja menyatakan bahwa Allah itu tidak baik (kalaupun ada biasanya itu hanya ungkapan emosional di tengah kesulitan dan kemalangan hidup), tetapi jika suatu hari nanti ada orang yang menyatakan bahwa Allah itu tidaklah baik dan dia kemudian mengutip ayat-ayat Kitab Suci untuk membenarkan pendiriannya dan pandangan ini kemudian mendapatkan banyak pengikut maka kita tinggal menghitung hari untuk menunggu munculnya penetapan dogma Allah itu baik. Bahwa dogma Allah itu baik baru ditetapkan setelah ada kontroversi yang telah disebutkan sebelumnya jelas bahwa ajaran Allah itu baik sudah ada jauh sebelum dogmanya ditetapkan, inilah gambaran sederhana mengenai dogma.

Siapa Menetapkan Dogma? Di awal telah disinggung bahwa dogma ditetapkan oleh Gereja, tentu ini tidak berarti seluruh anggotanya. Tugas ini dijalankan hanya oleh Kuasa Mengajar Gereja, yang konkretnya dijalankan melalui dua cara, yaitu: 1. Melalui Konsili-Konsili Oikumene dimana seluruh Uskup bersama dengan Paus sebagai pewaris dari Para Rasul yang dipimpin Petrus berkumpul untuk secara bersama-sama menyampaikan ajaran resmi Gereja mengenai hal-hal tertentu. 2. Melalui Paus yang berbicara secara ex-cathedra (dari kursinya) yaitu ketika dia berbicara sebagai pengajar dan gembala Gereja yang tertinggi mengenai masalah iman dan moral dan menunjukkan kehendaknya agar apa yang dia sampaikan dipercayai dan ditaati oleh seluruh umat Kristen. Bagaimanapun ini tidak berarti bahwa diluar kedua hal di atas berarti kita tidak perlu mendengarkan apa yang diajarkan oleh Gereja. Kedua hal di atas hanya menunjukkan tingkatan tertinggi dari wewenang yang dimiliki oleh Gereja dalam mengajar. Tentunya, ada wewenang yang tingkatannya lebih rendah namun tidak kalah pentingnya yaitu dimana Kuasa Mengajar (Paus dan Uskup) walaupun tidak mendefinisikan suatu dogma namun mereka menjelaskan ajaran yang sudah selalu diimani oleh Gereja. Mungkin muncul suatu pertanyaan usil, bagaimana kita yang awam ini mengetahui atau membedakan apakah seorang Uskup atau Paus sedang mengajarkan sesuatu yang selalu diimani oleh Gereja, padahal kita-kita ini tidak mendalami hal-hal tersebut? Secara rasional hanya ada satu jawaban yah belajarlah supaya tahu tetapi ada hal lain yang menunjuk kepada sisi supranatural iman, yaitu yang disebut sebagai indera iman (sensus fidei, sense of faith). Dengan ini diyakini Gereja secara keseluruhan tidak dapat salah ketika menunjukkan suatu kesepakatan mutlak mengenai masalah-masalah iman dan moral. Hal ini tidak berarti bahwa setiap individu beriman menjadi kebal-salah dalam hal ini, tetapi dapat dikatakan bahwa ketika menjalani hidup rohani kita secara baik maka ada kecenderungan untuk lebih

mudah menerima (bukan mengetahui) kebenaran iman dan ada kecenderungan untuk menolak ajaran yang salah.

Nilai Praktis Dogma Kita mungkin pernah berkata dalam hati Ya saya percaya dengan dogma-dogma itu, tapi lalu apa kaitannya dengan hidup saya?. Kita bisa menggambarkan hubungan antara dogma dan hidup kita dengan ungkapan lex credendi- lex orandi- lex vivendi, yang berarti hukum percaya adalah hukum berdoa dan hukum cara hidup kita. Dogma pertama-tama menjadi dasar dari kehidupan ibadat kita, misalnya dogma bahwa Yesus itu sehakekat dengan Allah Bapa-Nya menjadi dasar bagi segala bentuk kultus dan pemujaan terhadap diri Kristus. Dogma transubstansiasi (bahwa dalam Ekaristi hakekat roti dan anggur berubah menjadi hakekat Tubuh dan Darah Kristus) merupakan dasar dari kebiasaan penyimpanan Ekaristi di Tabernakel dan penahtaannya dalam Monstrans saat Adorasi. Selain itu dogma juga menjadi dasar bagi kehidupan moral Kristen. Dogma bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh manusia misalnya menjadi dasar bahwa seorang Kristen hendaknya berusaha untuk hidup sebagaimana Kristus hidup dan menegaskan bahwa kekudusan bukanlah sesuatu yang mustahil bagi kita-kita yang lemah ini. Dogma transubstansiasi juga menjadi dasar bagi sikap moral untuk bersedia berbagi dengan sesama karena kita telah mengalami sendiri Kristus yang membagikan hidup-Nya untuk kita. Keyakinan bahwa pada akhir zaman tubuh kita akan dibangkitkan untuk kehidupan kekal merupakan dasar dari sikap menjaga tubuh kita tetap murni, merawatnya secara layak, memberikan penghormatan yang layak kepada jenazah serta penghormatan kepada relikui para kudus. Sebagai orang beriman kita yakin bahwa dasar terdalam dari tatanan susila kita adalah iman kepada Allah, tanpa iman ini tatanan moral akan ambruk bagaikan rumah yang didirikan di atas pasir. Dalam pengertian seperti ini dogma bukanlah suatu teori tentang iman melainkan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan rohani bahkan kehidupan sehari-hari kita.

Siapa Maria bagi Gereja A. Santa Perawan Maria diangkat ke Surga Pada hari ini, kita merayakan peristiwan iman Maria diangkat ke Surga. Kita diajak Gereja untuk merenungkan perbuatan besar yang dikerjakan Allah bagi Maria, Bunda Kristus dan Bunda seluruh umat beriman. Kita percaya bahwa Maria telah dipilih Allah sejak awal mula untuk menjadi Bunda PuteraNya, Yesus Kristus. Untuk itu Allah menghindarkannya dari noda dosa asal dan mengangkatnya jauh di atas para malaikat dan orang kudus. Gereja percaya bahwa Allah mengangkat Maria ke surga dengan jiwa dan badan, karena peranannya yang luar biasa dalam karya penyelamatan dan penebusan Kristus. Kebenaran iman ini dimaklumkan sebagai dogma dalam Konstitusi Apostolik Munificentissimus Deus oleh Sri Paus Pius XII (1939 1958) pada tanggal 1 November 1950. Maklumat ini dapat dipandang sebagai mahkota perkembangan devosi dan teologi seputar masalah ini. Dogma ini sama sekali tidak menentukan apa apa sehubungan dengan kematian Maria. Tidak diketahui secara pasti apakah Perawan terberkati ini meninggal, tetapi kalau pun toh terjadi, kematiannya tentu tidak disertai dengan ketakutan dan penderitaan sebagaimana biasanya dialami manusia, bahkan sebaliknya diliputi ketentraman dan kegembiraan sebagai suatu perpindahan dari dunia ke dalam keabadian. Dogma ini pada hakekatnya bertumpu pada iman umat sejak dahulu kala, bukannya pada satu teks Alkitab tertentu. Dalam Konstitusi Apostolik itu, Sri Paus menyatakan: Kami memaklumkan, menyatakan dan menentukannya sebagai suatu dogma wahyu ilahi: bahwa Bunda Allah yang Tak Bernoda, Perawan Maria telah menyelesaikan hidupnya didunia ini, diangkat dengan badan dan jiwa ke dalam kemuliaan surga. Di antara 1849 1950, Vatikan dikirimi banyak sekali permohonan dari segala penjuru dunia agar kepercayaan akan Maria Diangkat ke surga diumumkan secara resmi sebagai dogma. Pada tanggal 1 Mei 1946, Paus Pius XII (1939 1958) mengirim kepada para uskup sedunia Ensiklik Deiparae Virginis; di dalamnya paus menanyakan para uskup sedunia sejauh manakah mereka setuju agar dogma itu benar benar dimaklumkan. Jawaban para uskup hampir senada, yaitu positif. Paus bertitik tolak dari persatuan mesra Maria dengan Yesus, Puteranya, khususnya semasa Yesus masih kecil. Persatuan ini diyakini sebagai tidak mungkin tidak diteruskan selama lamanya; tak mungkin Maria yang melahirkan Yesus dapat terpisah dari Yesus secara fisik. Selaku Puteranya, Yesus tentu menghormati ibuNya, bukan hanya BapaNya. Tanda tanda pertama ibadat kepada Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, ditemukan para ahli di kota Yerusalem dalam masa awal Gereja Kristen. Pesta Maria Diangkat ke Surga sudah

populer sekali di kalangan Gereja Timur pada abad ke VIII. Konsili Vatikan II bicara juga tentang Dogma Maria Diangkat ke Surga. Konsili mengatakan: Akhirnya, sesudah menyelesaikan jalan kehidupannya yang fana, Perawan Tak Tercela, yang senantiasa kebal terhadap semua noda dosa asal, diangkat ke kejayaan surgawi dengan badan dan jiwanya (LG No.59). Dalam Lumen Gentium Nomor 68 tertulis: Bunda Yesus telah dimuliakan di surga dengan badan dan jiwa, dan menjadi citra serta awal penyempurnaan Gereja di masa datang. Begitu pula dalam dunia ini sampai tiba hari Tuhan (bdk. 2Ptr 3:10)-, ia bersinar gemilang sebagai tanda harapan yang pasti dan tanda hiburan bagi umat Allah yang sedang berziarah. Yesus yang sungguh Allah dan sungguh Manusia sekarang bertahkta di surga sebagai Raja kepadaNya telah diserahkan seluruh kekuasaan di surga dan di dunia. Dan Maria, ibuNya menyertai Dia dengan setia dalam seluruh karyaNya di tengah tengah manusia kini bertahkta juga di surga sebagai Ratu Surgawi, yang mendoakan kita dihadapan PuteraNya dan menolong kita dalam semua kedudukan kita. Di dalam Yesus dan Maria, keluhuran martabat manusia tampak dengan cermelang. Kecermelangan martabat manusia itu bukan terutama karena keangungan manusia di antara ciptaan lainnya melainkan terutama karena karya Penebusan Yesus Kristus, Putera Maria, dan persatuan mesra denganNya. Pengangkatan Maria ke Surga dengan badan dan jiwanya menunjukkan juga kepada kita betapa tingginya nilai tubuh manusia dihadapan Allah karena Penebusan Yesus Kristus dan perastuan erat mesra denganNya. Oleh penebusan dan persatuan ini, tubuh kita tidak sehina tubuh hewan karena sudah dikuduskan oleh Kristus. Oleh karena itu sudah sepantasnya kita menghormati tubuh kita dan tubuh oranglain. Sehubungan dengan itu, biasanya kita berdoa: Bunda Maria yang tak bernoda, murnikanlah badanku dan sucikanlah jiwaku! Santo Tarsisius, Martir Tarsisius dihormati Gereja sebagai pelindung para akolit dan pelayan Misa. Menurut tradisi abad ketiga, yang didasarkan pada sebuah syair dari Paus Santo Damascus (366 384), Tarsisius adalah seorang martir yang mati di tangan orang orang kafir karena ia menolak menyerahkan Tubuh Kristus kepada anjing anjing penindas itu. Sedangkan menurut tradisi abad keenam, Tarsisius dikenal sebagai seorang akolit muda yang ditugaskan membawa Komuni Kudus kepada orang orang Kristen yang dipenjarakan selama masa penganiayaan yang dilancarkan oleh Kaisar Valerianus (253 260). Penghormatan dan kebaktian kepada Sakramen MahaKudus didasarkan pada kesaksian iman Tarsisius. Tarsisius dikuburkan di pekuburan Santo Kallistus di Roma. B. Gelar Maria Sebagai Penebus Serta Walaupun hingga kini belum diakui secara resmi oleh Bunda Gereja (Magisterium, Kolegium Para Uskup Gereja Katolik seluruh dunia di bawah pimpinan Paus sebagai uskup Roma), umat Kristen Katolik juga menyebut Bunda Maria Penebus Serta (Coredemtrix =penebus serta, kawan atau rekan penebus). Dengan gelar penebus serta tidak berarti kita memiliki dua penebus, penebus dan juru selamat kita hanya Yesus Kristus (Lihat Yoh 14:6; Kis 4:12; Mat 20:28; Mrk 10:45; 1Tim 2:6). Maria mendapat Gelar Penebus serta karena ia memegang peranan yang sangat penting dalam sejarah keselamatan. Bila kita perhatikan Lukas 1:38 "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." disini jelas bahwa Maria mau mengandung Yesus yang adalah Juruselamat dan Penebus (dengan segala konsekuensinya bahkan Penderitaan dan kepedihan "dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri" Luk 2:35), Maria bisa saja menolak, karena setiap manusia dikaruniai kehendak bebas (bdk Ul 30:19), nah inilah yang menjadikan Maria sebagai penebus serta, karena ketidaktaatan manusia akan kehendak Allah "ditebus" dengan Ketaatan Maria kepada kehendak Allah. Itulah sebabnya para Bapa Gereja mengatakan bahwa Maria adalah Hawa yang baru (a new Eve) hal itu diungkapkan oleh St. Justinus Martir dan Irenaeus pada Abad ke 2 bahkan St. Hieronimus mengatakan "Per Evam mors, per Mariam vita" Maut datang melalui Hawa, kehidupan datang melalui Maria. Dalam hal ini Maria tidak ikut menebus seperti Yesus, tetapi maria membuka jalan sehingga karya Penebusan itu terjadi. Kerjasama yang erat antara Allah dan Maria membuat karya keselamatan itu terjadi karena itulah Maria mendapat gelar Penebus serta atau Rekan Penebus (Co Redemptrix) Ada anggapan bahwa Kita akan semakin sulit mengerti gelar Maria sebagai Coredemtrix bila kita berhadapan dengan gelar Maria "dikandung tanpa noda dosa" (dogma: Maria Immaculate Conception).Dogma Maria "dikandung tanpa noda dosa asal" maksudnya bahwa sejak Maria dikandung oleh ibunya (St. Anna), Maria telah dilindungi atau ditebus secara istimewa oleh Allah sehingga ia tidak terkena dosa asal Adam-Hawa agar layak menjadi ibu Juru Selamat Yesus Kristus. Masalah: Kita percaya bahwa karya penebusan Yesus Kristus itu bersifat universal. Maksudnya, semua orang, tanpa kecuali, sejak Adam dan Hawa, ditebus Yesus dari dosa asal. Tapi kita yakin bahwa Maria sudah bebas dari dosa asal, maka Maria tidak terkena karya penebusan Yesus. Akibat lebih lanjut karya penebusan Yesus tidak universal. Persoalan ini dijelaskan Gereja dengan mengatakan bahwa karya penebusan Yesus Kristus tidak dibatasi ruang dan waktu. Yesus sudah mulai menebus secara sebelum Ia menjelma menjadi manusia. Ia sudah menebus ibuNya Maria dari noda dosa asal sebelum supaya layak menjadi BundaNya, dan dengan demikian karya penebusan Yesus tatap universal. Kalau kita percaya bahwa sebagai Allah karya penebusan Yesus bisa saja tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Ia bisa saja sudah mulai berkarya secara efektif sebelum menjelma menjadi manusia. Tapi dalam hubungan dengan gelar coredemtrix, bagaimana kita bisa mengerti kalau Maria juga sudah ikut menebus bersama Yesus sejak sebelum Ia menjadi menusia? --> Terhadap masalah ini pertamatama kita harus melihat bahwa Maria tidak ikut menebus seperti Yesus. lalu hubungannya dengan Dogma Maria dikandung tidak bernoda asal adalah sbb: Maria dikandung tidak bernoda untuk mengantisipasi kelahiran Yesus sehingga Maria sejak dalam kandungan ibunya bebas dari noda dosa sehingga Maria menikmati karya penebusan itu terlebih dahulu (untuk lebih jelasnya lihat Maria disebut tabut perjanjian, Maria dikandung tanpa Noda Dosa (Immaculata) & Maria Diangkat ke Surga). tetapi Maria itu tetap seorang manusia dan dengan demikian ia memiliki kehendak bebas untuk memutuskan sesuatu (bdk Ul 30:19). lalu Maria memilih taat kepada kehendak Allah dengan mau dan bersedia melahirkan Yesus, maka ketika ia menyetujui untuk mengandung Yesus maka ia setuju untuk bekerjasama dengan Allah dalam mewujudkan karya keselamatan dengan hal inilah ia disebut Rekan Penebus (Penebus Serta / Co-Redemptor) 26 Agustus 2004 17:25 C. Pesan Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II Pada Hari Minggu Misi 2004 Ekaristi dan MisiSaudara-saudariku terkasih , 1. Kegiatan misioner Gereja merupakan satu hal yang tetap mendesak, juga pada awal milenium ketiga ini, sebagaimana sudah sering saya katakan. Misi, sebagaimana saya tegaskan dalam Ensiklik Redemptoris Missio masih jauh dari sempurna, dan karena itu kita harus membaktikan seluruh diri kita dengan sepenuh hati untuk melaksanakan tugas perutusan ini (Redemptoris Missio no.1). Seluruh Umat Allah , pada setiap saat dalam ziarah sepanjang sejarah hidupnya, dipanggil untuk turut merasakan Kehausan Penebus(Yoh

19,28). Kehausan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa sungguh-sungguh dirasakan oleh para orang kudus: sebagai contoh Santa Theresia Lisieux , Pelindung Misi, dan Uskup Comboni, seorang rasul besar dari Afrika yang belum lama ini saya dengan rasa bahagia memberinya gelar kudus. Tantangan sosial dan religius yang dihadapi umat manusia dalam kehidupan kita sehari-hari, mendorong umat beriman untuk membarui diri dalam semangat perutusan. Ya! Dewasa ini perlu dicanangkan kembali semangat perutusan ad gentes(kepada bangsabangsa), bermula dengan pewartaan tentang Kristus, Penebus umat manusia. Kongres Ekaristi Internasional yang akan diselenggarakan di Guadalajara, Meksiko pada bulan Oktober, Bulan Misi, akan menjadi kesempatan yang luar biasa untuk bertumbuh dalam kesadaran misioner bersama di sekitar meja kurban Tubuh dan Darah Kristus. Berhimpun di sekitar altar, Gereja mengenal lebih baik asal-usul dan tugas perutusannya. Sebagaimana ditegaskan secara jelas dalam tema peringatan Hari Minggu Misi Sedunia tahun ini, Ekaristi dan Misi tak dapat dipisahkan. Selain refleksi tentang hubungan antara misteri Ekaristi dan misteri Gereja, pada tahun ini dikenangkan pula Santa Perawan Maria, bertepatan dengan peringatan 150 tahun penetapan Dogma Maria Dikandung Tanpa Noda (1854-2004). Marilah kita merenungkan Ekaristi dengan dengan cara Maria. Sambil memohon pengantaraan Bunda Perawan, Gereja mempersembahkan Kristus, Roti Keselamatan, kepada semua bangsa supaya mereka mengenal dan menerima Dia sebagai satu-satunya Penyelamat umat manusia. 2. Kembali ke Ruangan Perjamuan Terakhir, tahun lalu, tepatnya pada Hari Kamis Putih, saya telah mencanangkan Ensiklik Ecclesia de Eucharistia. Saya ingin mengambil dari ensiklik ini beberapa pesan yang akan menolong kita, Saudara-saudari yang terkasih, untuk menghayati Hari Minggu Misi Sedunia tahun ini dengan semangat Ekaristi. Ekaristi membangun Gereja dan Gereja mengampuhkan Ekaristi (Ecclesia de Eucharistia no.26). Demikianlah saya telah menulis, seraya mengamati bagaimana misi Gereja merupakan kelanjutan dari misi Kristus (Bdk. Yoh 20,21) dan menimba kekuatan rohani dari persatuan dengan Tubuh dan DarahNya. Tujuan dari Ekaristi adalah persekutuan umat manusia dengan Kristus dan di dalam Dia dengan Bapa serta Roh Kudus. (Ecclesia de Eucharistia, no.22). Ketika kita mengambil bagian dalam Perayaan Ekaristi, kita memahami secara lebih mendalam tentang penebusan untuk semua umat manusia dan ,karena itu, pentingnya misi Gereja dengan programnya yang berpusat pada Kristus sendiri , Dia yang harus dikenal, dikasihi dan diteladani, agar di dalam Dia kita dapat menghayati hidup Tritunggal Mahakudus, dan bersama Dia mengubah sejarah hingga mencapai kepenuhannya di Yerusalem surgawi (Ecclesia de Eucharistia no. 60) Berpusat pada Kristus dalam Ekaristi, Gereja bertumbuh sebagai umat, Bait Allah dan keluarga Allah : satu, kudus, Katolik dan apostolik. Pada waktu yang sama Gereja memahami dengan lebih baik dirinya sebagai sakramen penebusan bagi semua umat manusia dan yang tampak nyata dalam struktur hirarkis. Jelas, tak ada komunitas Kristiani dapat dibangun kecuali ia berdasar dan berpusat pada perayaan Ekaristi Mahakudus (Ecclesia de Eucharistia no. 33; Bdk. Presbyterorum Ordinis 6). Pada akhir setiap Perayaan Ekaristi, ketika imam mengutus umat dengan kata-kata Ite, Missa est (Misa sudah selesai), semua umat seharusnya merasa diutus sebagai misionaris-misionaris Ekaristi untuk membawa karunia yang diterima ke lingkungannya masing-masing. Sebenarnya setiap orang yang berjumpa dengan Kristus dalam Ekaristi tidak akan pernah gagal memberitakan melalui hidupnya kasih Sang Penebus yang murah hati. 3. Untuk menghayati Ekaristi, sangatlah perlu meluangkan waktu untuk beradorasi di depan Sakramen Mahakudus, suatu hal yang saya sendiri lakukan setiap hari seraya menimba kekuatan, penghiburan dan pertolongan (Ecclesia de Eucharistia 25). Konsili Vatikan II menegaskan bahwa Ekaristi adalah sumber dan puncak dari seluruh kehidupan Kristiani (Lumen Gentium 11), sumber dan puncak dari seluruh pewartaan Injil (Presbyterorum Ordinis 5). Roti dan anggur, buah karya tangan manusia, yang diubah oleh Roh Kudus menjadi tubuh dan darah Kristus, menjadi tanda surga baru dan bumi baru (Wahyu, 21,1) yang diwartakan oleh Gereja dalam misinya sehari-hari. Dalam Kristus, yang kita sembah kehadiran-Nya dalam misteri Ekaristi, Bapa menyatakan sabda sepenuhnya tentang manusia dan sejarahnya. Bagaimana Gereja bisa memenuhi panggilannya tanpa menjalin hubungan yang tetap dengan Ekaristi, tanpa memelihara dirinya dengan santapan yang menguduskan, tanpa mendasarkan kegiatan misionernya pada kekuatan yang sangat diperlukan ini? Untuk mewartakan Injil kepada dunia dibutuhkan rasul-rasul yang adalah ahli dalam hal perayaan, penyembahan dan perenungan tentang Ekaristi. 4. Dalam Ekaristi kita mengenang misteri penebusan yang berpuncak pada kurban Tuhan sendiri, sebagaimana dalam kata-kata konsekrasi: Tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu;Darah-Ku yang ditumpahkan bagi kamu (Lukas 22,19-20). Kristus mati untuk kita semua. Dan bagi semua orang kurban itu merupakan anugerah keselamatan yang hadir secara sakramental dalam Ekaristi sepanjang sejarah manusia: Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Daku (Lukas 22,19). Amanat ini dipercayakan kepada pelayan tertahbis melalui Sakramen Imamat. Dalam perjamuan dan kurban ini semua orang diundang untuk mengambil bagian dalam kehidupan Kristus sendiri: Barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam Dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku (Yoh 6:56-57). Dikuatkan oleh santapan-Nya, orang beriman mampu memahami bahwa tugas misioner berarti menjadi persembahan yang berkenan kepada-Nya, disucikan oleh Roh Kudus (Rom 15,16), supaya semakin menjadi sehati dan sejiwa(Kis,4,32) dan menjadi saksi-saksi cintaNya sampai ke ujung dunia. Setelah berjalan sekian abad, sambil menghidupkan kembali setiap hari kurban di altar, Gereja,umat Tuhan, menantikan kedatangan Kristus dalam kemuliaan. Hal ini dimaklumkan sesudah konsekrasi oleh umat yang merayakan ekaristi di sekitar altar. Dari waktu ke waktu dengan iman yang diperbarui, Gereja mengulangi kerinduannya akan perjumpaan sepenuhnya dengan Kristus yang datang untuk menyelesaikan rencana keselamatanNya bagi semua manusia. Roh Kudus, sekalipun tak tampak tetapi berkarya dengan penuh daya, membimbing umat Kristiani dalam perjalanan rohaninya seharihari di mana mereka senantiasa menghadapi berbagai kesulitan dan mengalami misteri Salib. Ekaristi merupakan penghiburan dan janji kemenangan akhir bagi mereka yang melawan kejahatan dan dosa. Ekaristi ini adalah Roti Kehidupan yang meneguhkan kehidupan mereka yang pada gilirannya menjadi Roti yang dipecah-pecahkan bagi orang lain, bahkan sampai menjadi martir demi kesetiaannya kepada Injil. 5. Tahun ini, sebagaimana telah saya katakan, merupakan peringatan ke-150 penetapan dogma Maria Dikandung Tanpa Noda. Maria ditebus dengan cara yang istimewa berkat jasa PutraNya(Lumen Gentium 53). Saya mengatakan dalam Surat Ensiklik Ecclesia de Eucharistia: Kagum akan Bunda Maria, kita menjadi sadar bahwa daya pembaharuan terdapat dalam Ekaristi. Di dalam Maria kita melihat dunia diperbarui dalam cinta (no. 62).

Maria, tabernakel perdana dalam sejarah (no.55)memperlihatkan dan menawarkan kepada kita Kristus, Jalan, Kebenaran dan Hidup (Bdk. Yoh 14,6). Jika Gereja dan Ekaristi satu tak terpisahkan, hal yang sama pantas dikatakan mengenai Maria dan Ekaristi (Ecclesia de Eucharistia, 57). Saya berharap bahwa dua peristiwa gembira yang bersamaan waktu, yakni Kongres Ekaristi Internasional dan peringatan 150 tahun penetapan Dogma Maria Dikandung Tanpa Noda memberikan kepada umat beriman, paroki-paroki dan lembaga-lembaga misioner suatu kesempatan untuk menguatkan semangat misioner mereka, sehingga dalam setiap komunitas selalu ada kelaparan sejati akan Ekaristi ( no.33). Ini juga merupakan kesempatan yang baik untuk mengingat sumbangan jasa dari Karya Misi Kepausan yang sangat bernilai untuk kegiatan pewartaan Gereja. Mereka sangat berkenan di hati saya dan saya berterimakasih kepada mereka, atas nama semua, karena pelayanan yang amat berharga untuk misi ad gentes dan evangelisasi baru. Saya mohon kepada kalian untuk mendukung mereka secara spiritual dan material dengan demikian melalui bantuan mereka pewartaan Injil dapat sampai pada semua bangsa di dunia . Dengan penuh kasih yang mendalam , sambil memohon perantaraan Santa Maria, Bunda Ekaristi, saya melimpahkan kalian dengan Berkat Apostolik-ku. Maria Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Untuk kegunaan lain dari Maria, lihat Maria (disambiguasi). "Maryam" beralih ke halaman ini. Untuk Surah, lihat Surah Maryam. [sembunyikan] Bagian dari seri artikel tentang Kekristenan

Yesus Kristus Kelahiran Kematian Kebangkitan Natal Jumat Agung Paskah

Dasar Gereja Injil Kerajaan Rasul: Paulus Petrus Alkitab Perjanjian Baru Perjanjian Lama Kanon Deuterokanonika Teologi Allah Bapa Allah Putra Allah Roh Kudus Trinitas Keselamatan Baptisan Maria Ajaran Sepuluh Perintah Allah Hukum Kasih Amanat Agung Kotbah di Bukit: Ucapan Berbahagia Doa Bapa Kami Sejarah Kekristenan

Gereja mula-mula Konsili Pengakuan iman Misi Skisma Timur-Barat Perang Salib Reformasi Kontra Reformasi Denominasi Kristen [tampilkan]Katolik

[tampilkan]Protestan

[tampilkan]Ortodoks Topik terkait Khotbah Doa Ekumenisme Gerakan Seni Musik Liturgi Kalender Simbol Kritik Portal Kristen Kotak ini: lihat bicara sunting

Maria (Aram-Yahudi Marym "pahit"; Bahasa Yunani Septuaginta , Mariam, , Maria; Bahasa Arab: Maryem, )adalah ibu Yesus dan tunangan Yusuf[1] dalam Kekristenan dan Islam. Menurut sumber-sumber non-kanonik, orangtuanya bernama Yoakim dan Hana. Sebuah teori mengatakan bahwa nama ayahnya adalah Heli, yang disebutkan dalam silsilah menurut Lukas. Maria, yang saat itu seorang perawan, mengetahui dari malaikat Gabriel, utusan Allah, bahwa ia akan mengandung Yesus, anak dari Allah yang hidup, melalui mukjizat dari Roh Kudus. Karena Lukas 1:48 ("mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia"), Maria banyak diagungkan di kalangan orang Kristen, khususnya di lingkungan Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks. Umat Muslim pun sangat menghormatinya. Bidang teologi Kristen yang berhubungan dengannya disebut Mariologi. Pesta kelahiran Maria dirayakan di kalangan Gereja Ortodoks, Katolik Roma, dan Anglikan pada 8 September. Gereja Ortodoks dan Katolik Roma juga mempunyai banyak hari perayaan lainnya untuk menghormati Maria. [sunting] Gelar-gelar Maria Gelar-gelar Maria yang paling lazim antara lain adalah Perawan Terberkati Maria atau Bunda kita (Notre Dame, Nuestra Seora, Madonna). Oleh Gereja Ortodoks dan tradisi-tradisi Timur dalam Gereja Katolik, Maria kerap disebut juga sebagai Theotokos. Gelar bagi Maria ini diakui dalam Konsili Ekumenis III di Efesus pada tahun 431. Theotokos sering diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai "Bunda Allah," atau lebih harafiah lagi "Yang Melahirkan Allah." Makna Teologis yang terkandung dalam gelar ini adalah bahwa putera Maria, Yesus, adalah sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia, dan bahwa dua sifat Yesus (Illahi dan insani) dipersatukan dalam satu Pribadi tunggal. [sunting] Catatan sejarah [sunting] Maria dalam Perjanjian Baru

Malaikat Agung Gabriel mewartakan khabar kepada Maria. Lukisan karya El Greco (1575) Sedikit yang diketahui mengenai riwayat hidup Maria dari Perjanjian Baru. Dia adalah kerabat dari Elizabet, istri dari imam Zakaria anggota golongan imam Abia. Elizabet sendiri seorang keturunan Harun[2].

Maria bertempat tinggal di Nazareth di Galilea, kemungkinan bersama dengan kedua orang tuanya, dan sementara itu telah dipertunangkan dengan Yusuf dari Keluarga Daud [3]. Para Apologis Kristen kadang-kadang menduga bahwa Maria, sebagaimana Yusuf, juga adalah seorang keturunan Raja Daud. Selama masa pertunangan mereka yakni tahap pertama dalam pernikahan Yahudi; selama masa tersebut, pasangan yang dipertunangkan tidak diperbolehkan sama sekali untuk berduaan saja di bawah satu atap, meskipun sudah sah disebut suami isteri Malaikat Gabriel mewartakan kepadanya bahwa dia akan menjadi ibu dari Mesias yang dijanjikan itu dengan cara mengandungnya melalui Roh Kudus [4]. Ketika Yusuf diberitahukan mengenai kehamilan Maria dalam sebuah mimpi oleh "seorang malaikat Tuhan", dia terkejut; namun malaikat itu berpesan agar Yusuf tidak gentar dan mengambil Maria sebagai isterinya. Yusuf mematuhinya dengan secara resmi melengkapi ritus pernikahan itu [5]. Karena malaikat telah memberitahukan Maria bahwa Elizabet, yang sebelumnya mandul, kini secara ajaib telah mengandung, Maria lalu segera mengunjungi kerabatnya itu, yang tinggal bersama suaminya Zakaria di sebuah kota Yudea "di daerah perbukitan" (kemungkinan di Yuttah[6], bersebelahan dengan Maon, sekitar 160 km dari Nazareth)[7]. Begitu Maria tiba dan menyalami Elizabet, Elizabet dengan segera menyatakan Maria sebagai "ibu dari Tuhannya", dan meberinya sebuah kidung ungkapan syukur[8] yang umum dikenal sebagai Magnificat. Tiga bulan sesudahnya, tampaknya sebelum kelahiran Yohanes Pembaptis, Maria pulang ke rumahnya[9]. Ketika kehamilan Maria sendiri makin membesar, tiba sebuah dekrit dari kaisar Romawi Augustus[10] yang menitahkan agar Yusuf dan sanak keluarganya pergi ke Betlehem[11], sekitar 80 atau 90 mil (kurang lebih 130 km) dari Nazareth, untuk mengikuti sensus. Ketika mereka berada di Betlehem, Maria melahirkan putera sulungnya; namun karena tidak ada tempat bagi mereka di penginapan (tempat bernaung yang disediakan bagi orang-orang asing[12], dia harus menggunakan sebuah palungan, atau tempat makan hewan, sebagai buaian bayi. Sesudah delapan hari, anak itu disunat dan dinamai Yesus, menurut instruksi yang diberikan oleh "malaikat Tuhan" kepada Yusuf setelah Maria menerima anunsiasi, karena nama ini menunjukkan bahwa "dia [akan] menyelamatkan umatnya dari dosa-dosa mereka"[13]. Upacara-upacara tradisional tersebut dilanjutkan dengan penyerahan Yesus kepada Tuhan di Bait Allah di Yerusalem sesuai dengan aturan hukum bagi anak-anak sulung, kemudian kunjungan orang-orang majus, pengungsian keluarga itu ke Mesir, kembalinya mereka dari sana setelah mangkatnya Raja Herodes Agung sekitar tahun 2 atau 1 Sebelum Masehi, dan menetap di Nazareth (Matius 2). Maria tampaknya menetap di Nazareth selama kira-kira tiga puluh tahunan tanpa peristiwa-peristiwa istimewa. Dia terlibat dalam satu-satunya peristiwa di awal kedewasaan Yesus yang tercatat dalam Perjanjian Baru: pada usia dua belas tahun, Yesus terpisah dari orang tuanya dalam perjalanan pulang mereka dari perayaan Paskah di Yerusalem lalu ditemukan di tengah para guru di Bait Allah[14]. Kemungkinan besar antara peristiwa tersebut sampai dengan permulaan tampilnya Yesus ke depan umum, Maria menjadi janda, karena Yusuf tidak disebut-sebut lagi. Setelah Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis dan dicobai oleh iblis di padang gurun, Maria hadir ketika Yesus mengerjakan mujizat pertamaNya di hadapan umum pada pesta pernikahan di Kana dengan mengubah air menjadi anggur berkat perantaraan Maria[15]. Selanjutnya dalam beberapa peristiwa Maria hadir bersama "saudara-saudara" (Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas) serta "saudari-saudari" Yesus yang tidak disebutkan nama-namanya[16]. Maria juga dilukiskan hadir pada peristiwa penyaliban Yesus, berdiri di dekat "murid yang dikasihi Yesus" bersama saudarinya Maria Klopas (kemungkinan besar Maria Klopas adalah orang yang sama dengan Maria ibu Yakobus muda dan Yusuf yang disebutkan dalam[17], serta Maria Magdalena[18]. Pada daftar itu Matius 27:55 menambahkan "ibu anak-anak Zebedeus", yang diduga bernama Salome yang disebut-sebut dalam Markus 15:40, serta wanita-wanita lain yang telah mengikuti Yesus dari Galilea dan melayaniNya (disebutkan dalam Injil Matius dan Markus). Maria, menggendong jenazah puteranya, meskipun tidak tertulis dalam injil, merupakan motif yang umum dalam seni, yang disebut "piet" atau "kesalehan". Menurut Kisah Para Rasul, sesudah kenaikan Yesus ke surga, kurang-lebih 120 jiwa berkumpul di Kamar Atas pada peristiwa terpilihnya Matias untuk mengisi posisi Rasul yang ditinggalkan Yudas Iskariot, di mana Maria adalah satu-satunya orang yang disebutkan namanya selain ke-12 rasul serta para kandidat[19]. Sejak peristiwa ini, namanya menghilang dari Alkitab, meskipun beberapa golongan Kristiani yang meyakini bahwa Maria sekali lagi digambarkan sebagai Wanita surgawi dalam Wahyu[20]. Kematiannya tidak tercatat dalam Alkitab.

Lukisan karya Lima & Wo Ye tentang Maria dan bayi Yesus. [sunting] Tulisan-tulisan dan tradisi-tradisi umat Kristen selanjutnya Menurut Injil Yakobus, yang, meskipun bukanlah bagian dari Kitab Perjanjian Baru, berisi materi biografis mengenai Maria yang dianggap "dapat dipercaya" oleh beberapa kalangan Kristiani Ortodoks dan Katolik, Maria adalah puteri dari Yoakim dan Ana. Sebelum mengandung janin Maria, Ana mandul, dan kedua orang tua Maria sudah berusia lanjut ketika dia dikandung. Mereka membawa Maria untuk tinggal di Bait Allah di Yerusalem ketika umurnya baru tiga tahun, sangat mirip dengan peristiwa Hana membawa Samuel untuk tinggal di Tabernakel, sebagaimana yang tercatat dalam Kitab Perjanjian Lama (Tanakh, Alkitab Ibrani). Menurut tradisi Katolik Romawi dan Ortodoks Timur, antara tiga sampai lima belas tahun sesudah kenaikan Kristus, di Yerusalem atau Efesus, Maria meninggal dunia; disaksikan para rasul Kristus. Selanjutnya, ketika para rasul membuka makamnya, ternyata kosong, sehingga mereka menyimpulkan bahwa dia telah diangkat secara badaniah ke Surga. ("Makam Maria" - sebuah makam di Yerusalem diyakini sebagai makam Maria, namun makam itu baru dikenal pada abad ke-6.)

[sunting] Maria dalam agama-agama non-Abrahamik Beberapa penganut agama-agama non-Abrahamik (non-Samawi), khususnya para penganut agama Wicca, menghubung-hubungkan Maria dengan Ibu Pertiwi dalam pelbagai tradisi Neo-pagan. Beberapa umat Buddha bahkan pernah menghubung-hubungkan Maria dengan Kwan-Yin, Bodhisattva Welas-Asih yang dihormati oleh berbagai sekte Buddha di Tiongkok. Para penganut agama Santeria menganggap Maria (sebagai Bunda Maria dari Regla) adalah Dewi Yemaja, dan Maria (sebagai "Virgen de la Caridad del Cobre") adalah Dewi Oshun. Dalam hal ini, perbedaan dengan sudut pandang agama Kristiani adalah Maria sungguh adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sangat mulia, terpuji di antara wanita, memiliki posisi yang istimewa di mata Tuhan, namun tetaplah bukan seorang dewi atau pun makhluk setengah Tuhan. Ia tetap manusia biasa yang berkenan di mata Tuhan. [sunting] Maria dan Shakespeare Pada abad ke-16 di Inggris, penghormatan terhadap Maria menjadi sebuah isu sentral dalam kontroversi umum menyangkut makna ayat-ayat Kitab Suci, citra-citra religius, dan praktik-praktik religius dalam kehidupan Kristiani. Beberapa tokoh terkemuka di Inggris pada abad ke-16 menganggap ziarah ke tempat-tempat ziarah yang didirikan untuk menghormati Maria serta berdoa rosario itu tidakAlkitabiah, "takhyul", dan/atau pemberhalaan. Sejak tahun 1535 sampai 1538, di bawah perintah Raja Henry VIII, seluruh tempattempat ziarah Kristiani di Inggris dihancurkan karena para reformer Protestan percaya bahwa tempat-tempat itu berpengaruh buruk terhadap kerohanian masyarakat. Banyak dari tempat-tempat ziarah yang dihancurkan tersebut adalah tempat-tempat ziarah yang didirikan untuk menghormati Maria, di antaranya adalah tempat ziarah Our Lady of Walsingham yang sangat populer, serta berbagai pusat ziarah lainnya di Ipswich, Worcester, Doncaster, dan Penrise. Tempat ziarah Our Lady of Walsingham telah diziarahi oleh dua dari kelima isteri Henry, yakni Catherine Aragon dan Anne Boleyn. Kedua wanita itu juga wafat sekitar waktu penghancuran tempat ziarah tersebut pada tahun 1538. Pada saat yang sama, "Maria" atau "Mary" dalam Bahasa Inggris secara dramatis kian populer sebagai nama yang diberikan untuk bayi-bayi perempuan di Inggris pada abad ke-16. Sekitar tahun 1500, di Warwick County, Inggris, mungkin hanya ada 1% bayi perempuan yang diberi nama Mary. Sekitar tahun 1600, jumlah bayi perempuan yang diberi nama Mary meningkat hingga sekitar 10%. Perubahan ini terasa luar biasa, mengingat adanya upaya ekstensif dari pemerintah pada masa itu untuk menghilangkan sama sekali penghormatan terhadap citra-citra Maria, dan untuk mengarahkan peribadatan Kristiani kepada kata-kata yang tertulis. William Shakespeare memiliki apresiasi yang kuat terhadap kontroversi menyangkut "Maria" dalam kehidupan Kristiani. Kesadaran akan kaitan antara kata-kata serta citra-citra, dan para pemeran, bayang-bayang, serta tokoh-tokoh yang sesungguhnya, senantiasa muncul dalam karya Shakespeare. Drama Romeo and Juliet, Bagian ke-1, Babak ke-5, berisi sebuah dialog, disusun secara formal dalam bentuk sebuah soneta, yang menggunakan peziarahan ke tempat ziarah Maria untuk mengungkapkan usaha Romeo untuk merayu Juliet. Babak terakhir dari The Winter's Tale berisi instruksi-instruksi dari Paulina, yang menempatkan Perdita dalam posisi untuk meminta pada patung Hermione agar mendoakannya, mirip dengan peziarah di tempat-tempat ziarah Maria yang berdoa di depan sebuah citra Maria. Menurut beberapa kritikus, huru-hara menyangkut Maria dalam sejarah Inggris pada abad ke-16 sangat erat kaitannya dengan perkembangan teater Shakespeare

You might also like