You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat, setiap manusia
membutuhkan pendidikan. Pendidikan sangat penting artinya , sebab tanpa
pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang.
pendidikan adalah sebagai investasi sumber daya manusia yang member
manIaat moneter ataupun non moneter .
Sebagai generasi muda sangat prihatin dengan keadaan generasi penerus atau
calon generasi penerus bangsa Indonesia saat ini, yang tinggal , hidup dan
dibesarkan didalam bumi republik ini,
Kemajuan dan mundurnya suatu pendidikan salah satu Iaktornya selalu
disebabkan kerena para generasi penerus bangsanya memiliki moral yang sangat
rendah , seperti contohnya di negara Indonesia ini,
Pendidikan nasional selama ini telah mengeyampingkan banyak hal.
Seharusnya pendidikan nasional kita mampu menciptakan pribadi (generasi
penerus) yang bermoral, mandiri, matang dan dewasa, jujur, berakhlak mulia,
berbudi pekerti luhur, berperilaku santun, tahu malu dan tidak arogan serta
mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau kelompok.





B. #umusan Masalah
1. Pendidikan Sekarang dan Masa Depan
2. Pendidikan Sebagai Investasi jangka Panjang
3. Pendidikan Nasional yang Bermoral
C. Tujuan Makalah
1. Menambah Pengetahuan
2. Memenuhi salah satu syarat mengikuti mata kuliah pengantar
pendidikan













BAB II
PEMBAHASAN

1. PENDIDIKAN SEKARANG DAN MASA DEPAN


Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat, setiap manusia
membutuhkan pendidikan. Pendidikan sangat penting artinya , sebab tanpa
pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang.
Tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan
rohani,kepribadian yang mantap, mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendidikan harus mampu mempersiapkan warga Negara agar dapat berperan
aktiI dalam seluruh lapangan kehidupan, cerdas, aktiI, kreatiI, terampil, jujur,
berdisiplin dan bermoral tinggi, demokratis dan toleran.

Empat pilar pendidikan sekarang dan masa depan yang dicanangkan oleh
UNESCO yang perlu dikembangkan oleh lembaga pendidikan Iormal, yaitu :
a. Learning to know ( Belajar untuk mengetahui )
b. Learning to do ( Belajar untuk mengetahui )
c. Learning to be ( Belajar untuk menjadi seseorang )
d. Learning to live together ( Belajar untuk menjalani kehidupan bersama )

a. Learning to know ( Belajar untuk mengetahui )


Dalam rangka merealisasikan Learning to know guru seyogyanya
berIungsi sebagai Iasilitator, disamping itu guru dituntut untuk dapat berperan
sebagai teman sejawat dalam berdialog dengan siswa dalam mengembangkan
penguasaan pengetahuan maupun ilmu tertentu.
b. Learning to do ( Belajar untuk melakukan sesuatu )
Bisa berjalan apabila sekolah memIasilitasi siswa untuk
mengaktualisasikan ketrampilan yang dimilikinya, serta bakat dan minatnya.
Ketrampilan dapat digunakan untuk menompang kehidupan seseorang bahkan
ketrampilan lebih dominan dari pada penguasaan pengetahuan dalam mendukung
keberhasilan kehidupan seseorang.
c. Learning to be ( Belajar untuk menjadi seseorang )
Erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkmbangan Iisik dan
kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Bagi anak yang
agresiI ,proses pengembangan diri akan berjalan bila diberi kesempatan cukup
luas untuk berkreasi, sebaliknya bagi anak yang pasiI , peran guru dan guru
sebagai pengarah sekaligus Iasilitator sangat dibutuhkan untuk pengembangan
diri siswa secara maksimal.
d. Learning to live together ( Belajar untuk menjalani kehidupan bersama )
Penerapan pilar keempat ini dirasakan makin penting dalam era
globalisasi,
Perlu pemupukan sikap saling pengertian antar ras, suku, dan agama agar tidak
menimbulkan pertentangan.
Mutu pendidikan dapat ditingkatkan dengan melakukan serangkaian pembenahan
terhadap semua persoalan yang dihadapi. Pembenahan itu dapat berupa
pembenahan kurikulum pendidikan yang dapat memberikan kemampuan dan
ketrampilan dasar minimal.

Menerapkan konsep belajar tuntas dan membangkitkan sikap kreatiI, demokratis


dan mandiri. Perlu didentiIikasi unsur-unsur yang ada di daerah yang dapat
dimanIaatkan untuk memIasilitasi proses pningkatan mutu pendidikan.

1.SEKOLAH SEBAGAI PUSAT KEBUDAYAAN
Jika kita perhatikan pendidikan dalam keluarga, di dalam sekolah maupun praktek
pendidikan dalam mesyarakat maka ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1) pendidikan itu tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan dan pendidikan itu
merupakan sebagian dari kebudayaan,
2) pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kehidupan manusia,
3)dalam praktek pendidikan masyarakat itu dapat berbeda-beda, perbedaan ini
disebabkan adanya perbedaan IilsaIat yang dianut, bahkan masing-masing individu
berberbeda dalam melaksanakan kegiatan pendidikan.
Manusia pada dasarnya adalah makhluk budaya yang harus membudayakan dirinya.
Manusia sebagai makhluk budaya mampu melepaskan diri dari ikatan dorongan
nalurinya serta mampu menguasai alam sekitarnya dengan alat pengetahuan yang
dimilikinya. Hal ini berbeda dengan binatang sebagai makhluk hidup yang sama-
sama makhluk alamiah dengan manusia dia tidak dapat melepaskan dari ikatan
dorongan nalurinya dan terikat erat oleh alam sekitarnya.
Istilah kebudayaan berasal dari katab ud h berasal dari bahasa Sansekeerta. Dari kata
budh ini kemudian dibentuk katabu dh a ya h yang artinya bangun atau sadar. Dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilahcu lt u re .

Havinghust dan Neugarten menyatakan bahwa kebudayaan dapat dideIinisikan


sebagai cara bertingkah laku, etiket, bahasa, kebiasaan, kepercayaan agama dan
moral, pengetahuan, sikap dan nilai-nilai yang merupakan hasil karya manusia seperti
halnya bermacam-macam benda termasuk di dalamnya alat-alat teknologi. Dari
pendapat ini dapat kita ketahui bahwa kebudayaan dapat berujud tingkah laku, hal-hal
yang berupa rohaniah dapat pula berupa barang-barang material.
Driyarkara S.Y. (pengasuh Majalah Basisi, 1980,p-83-84) menjelaskan bahwa kebudayaan
dalam arti yang luas mempunyai empat segi atau empat aspek. Empat aspek itu adalah :
1. Aspek ekonomi, dalam aspek ini manusia dengan tangannya mengubah barang-
barang tertentu menjadi suatu barang yang berguna bagi manusia.
2. Aspek teknik, dalam aspek ini manusia dengan menggunakan tangan-tangan dan
kemungkinan-kemungkinan serta siIat-siIat yang ada pada barang tertentu, hukum-
hukum yang ada dalam barang-barang tertentu dari benda-benda alam disusun
menjadi
sesuatu hal yang baru dan bernilai tambah.
3. Kebudayaan dalam arti khas dan sempit, juga dalam mengubah barang-barang itu
manusia mengekspresikan dirinya, sebagai contoh: mengubah atau mengolah tanah
liat
menjadi patung yang menimbulkan rasa baru dan menggetarkan jiwa manusia atau
mengekspresikan diri dan budinya pada patung tersebut.
4. Aspek penghalusan atausivilla si, aspek ini merupakan lanjutan dari aspek ketiga
diatas. Dalam aspek ini manusia dengan mengekspresikan dirinya, manusia berusaha
untuk mencari hal-hal yang lebih halus, enak, lincah dan licin sehingga hidupnya
dapat meluncur mudah. Kaitan antara pendidikan dan kebudayaan merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan, pendidikan adalah bagian integral dari kebudayaan.
Dengan kata lain pendidikan adalah proses pembudayaan manusia. Karena
kebudayaan merupakan hasil budi daya manusia. Hasil budi daya itu tidak hanya
berupa hasil pembudayaan manusia yang disebut hasil pendidikan.

Hasil budi daya manusia itu dipengaruhi oleh berbagai Iaktor. Oleh karena itu ada
bermacam- macam budaya. Adanya macma-macam budaya itu dapat menjadi
motivasi persatuan dan perpecahan serta dapat juga dipergunakan sebagai inspirasi
dan motivasi pembangunan bangsa Indonesia.
Oeleh karena itu pendidikan digunakan untuk mentransIormasikan nilai budaya
bangsa Indonesia dalam rangka mengembangkan budaya Indonesia. Pengembangan
kebudayaan harus berorientasi pada Pancasila, UUD 1945 dan GBHN (dahulu
sebelum revormasi, sekarang, "?")
Pengembangan pendidikan dan kebudayaan hanya dapat berjalan dengan baik jika
sekolah dijadikan pusat kebudayaan. Sekolah dapat menjadi pusat kebudayaan jika
dapat meningkatkan mutu pendidikan, dapat menciptakan masyarakat belajar, dapat
menjadi teladan bagi masyarakat sekitarnya dan dapat membentuk manusia Indonesia
seutuhnya. Nah, oleh karena mutu pendidikan di negara kita Indonesia merosot,
apakah kebijakan yang cerdas kiranya memisahkan antara pendidikan dan
kebudayaan ?
2. PE#ANAN GU#U DALAM MENCIPTAKAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT
KEBUDAYAAN
Berbicara tentang perubahan peranan guru berarti berbicara tentang perubahan
batasan Iungsi sekolah. Dalam dunia yang sedang berubah menuntut perubahan-
perubahan pendidikan. Anak-anak yang dipersiapkan untuk memasuki tanggung
jawab dan orang dewasa membutuhkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
jauh berbeda dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki orang
tuanya. Oleh karena itu maka orang tua sendiri dituntut untuk memperluas dan
mempebaharui pengetahuan, sikap dan ketrampilannya agar supaya dapat
menyesuaikan dengan masyarakat yang sedang berubah ini.

Ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan, yaitu


1.Suatu kenyataan bahwa dengan adanya perubahan yang cepat pada dewasa ini,
maka perbendaharaan pengetahuan dan pengalaman pada masa lampau, pada masa
yang lebih stabil, digunakan oleh orang tua untuk membimbing putra putri mereka,
sudab tidak memadai lagi untuk maksud tersebut. Sesungguhnya orang tua seringkali
lebih merasa tidak pasti dari pada putra putri mereka. Hal yang sama juga dirasakan
oleh masyarakat dewasa pada umumnya. Nilai-nilai tradisional dan warisan adat
istiadat telah kehilangan otoritasnya terhadap anak-anak muda dan tidak memadai
lagi sebagai pembimbing tindakan tindakan benar dalam lingkungan yang berubah
dengan cepat ini. Karena keyakinan dan kemampuan orang tua, dan berbagal lembaga
orang dewasa yang secara tradisional banyak memberikan urunan bagi pendidikan
anak-anak semakin Iemah, maka bertambahlah ketergantungan pendidikan kepada
lembaga pendidikan Iormal.
2.Sekolah sendiri harus menyesuaikan diri terhadap kenyataan bahwa pengetahuan
baru yang melimpah di luar dinding sekolah tidak hanya besar dalam jumlah
dibandingkan dengan apa yang disajikan oleh sekolah, tetapi mungkin juga jauh lebih
penting bagi kehidupan yang nyata untuk anak. Dengan demikian sekolah tidak saja
harus rnemperbaharui pengetahuan yang akan disajikan kepada anak-anak,
menyeleksinya sesuai dengan prioritas kegunaannya; tetapi juga harus
menggunakannya dengan baik sejumlah pengetahuan untuk menjawab tantangan
kehidupan sehari-hari di luar sekolah.
3.Unsur utama di dalam penyelenggaraan sekolah dan di dalam pelaksanaan
pembaharuan yang diperlukan adalah kompetensi guru, karenanya kompetensi guru
ini harus dirumuskan dengan tegas dan jelas dan dipelihara dengan baik. Lalu, apakah
Iungsi utama guru di dalam dunia yang mengalami perubahan ini? Persiapan yang

bagaimanakah harus dirancang untuk menjamin agar para guru memperoleh dan
memelihara kompetensi yang diperlukan untuk menjalankan Iungsinya dengan baik.
Berdasarkan laporan dan negara anggota UNESCO yang disampaikan kepada
International Bureu oI Education (IBE), disusunlah kertas kerja yang
mengidenIitikasi kecenderungan, perubahan peranan guru sebagai berikut.
1) Lebih banyak macam Iungsi dalam proses pengajaran dan lebih banyak
tanggungjawab untuk penyusunan isi bahan pelajaran dan mengajar,
(2) Perubahan tekanan dan menyampaikan pengetahuan kepenyusunan
(pengorganisasian) belajar siswa, dengan penggunaan sebanyak mungkin sumber
belajar baru yang ada di masyarakat,
(3) Individualisasi dalam belajar dan perubahan struktur hubungan guru-murld,
(4) Penggunaan secara lebih luas teknologi pendidikan dan penguasaan ketrampilan
dan pengetahuan yang diperlukan,
(5) Penerimaan lebih luas kerja sama dengan guru-guru lain di sekolah dan
perubahan struktur hubungan antar guru,
(6) Perlunya kerjasama yang lebih erat dengan orang tua murid dan orang-orang lain
dalam masyarakat serta lebih banyak keterlibatan dalam kehidupan masyarakat,
(7) Penerimaan partisipasi dalam layanan sekolah dan kegiatan ekstra-kurikuler,
(8) terutama dengan siswa yang lebih besar dan orang tua mereka.
Dalam laporan ini juga dipandang perlu adanya in service training bagi para
guru. Sebab adanya perubahan pengetahuan dan teknologl yang terus meningkat
baik kualitas maupun kuantitasnya. Padahal persiapan dalam pre service training
dalam membekali kompetensi yang diperlukan dalam berkarya sangat terbatas

walaupun diselenggarakan secara baik. Dalam in service training para guru dapat
menilai kemampuan dan ketrampilannya kembali dan menyesuaikan dengan
kebutuhan yang aktual, guru dapat mengernbangkan kemampuan
dalam bidang khusus tertentu.
Perlu adanya kerjasama yang erat antara LPTK dengan sekolah di mana para calon
guru itu dipersiapkan untuk menjadi guru. Hubungan yang erat ini akan
menjembatani jurang antara teori.dan praktek. Pendidikan calon guru merupakan
tanggungjawab bersama antara lembaga penghasil dan lembaga yang akan
menggunakannya. Sehingga keluhan mutu guru rendah dapat dideteksi sedini
mungkin.
Guru sebaiknya dipacu untuk aktiI dalam organisasi proIesional. Sebab organisasi
yang bersiIat proIesional ini merupakan suatu media bagi transIormasi nilai-nilai,
pengetahuan dan teknologi dan seorang ahli dalam bidangnya kepada para guru yang
terbatas waktunya untuk mendalami sendiri. Dengan demikian apabila seocang guru
aktiI dalam organisasi proIessional dapat diharapkan akan selalu mengalami Inovasi
dalam bidang ilinu pengetahuan maupun teknologi maju.
Dalam rangka menciptakan sekolah sebagai pusat kebudayaan itu maka guru mempunyal
empat tugas pokok sebagai berikut:
Pertama : Guru harus mampu membelajarkan anak, menciptakan Suasana belajar yang
bergairah dan merangsang. Oleh karena itu seorang guru harus mengelola proses belajar-
mengajar yang memungkinkan keterlibatan mental siswa secara optimal. Menggunakan
berbagai metode mengajar yang membuat anak aktiI berbuat sesuatu, mengerjakan,
menganalisis, menarik kesimpulan dan menghasilkan sesuatu. Juga memberi kesempatan
kepada anak-anak untuk belajar bekerja sama, belajar mengeluarkan pendapat secara
teratur dan baik, belajar berpikir secara ilmiah dan sebagainya. Bahan pelajaran disusun
sedemikian rupa, sehingga anak-anak menemukan konsep-konsep, dan tidak sekedar
mernperoleh inIormasi mengenai konsep-konsep tersebut. Dalam proses belajar mengajar

guru menggunakan berbagai media sebagai sumber belajar dan sebagal alat untuk
memperjelas keterangan guru.
Kedua ; Guru hendaknya menciptakan suasana demokratis dalam hubungannya dengan
murid-muridnya dalam proses belajar-mengajar, guru bukanlah pemberi inIormasi dan murid
sebagai penerima yang pasiI, melainkan guru itu hanyalah sebagai Iasilitator untuk
membelajarkan murid-muridnya. Guru hendaknya selalu memberi kesempatan kepada murid-
murid untuk berani mengeluarkan pendapatnya, membantah keterangan atau pendapat guru
bila dianggapnya tidak benar, mendorong anak-anak untuk mengadakan penelitian, dan
berani mengakui kebenaran pendapat muridnya, apabila memang benar, serta mengakui
kesalahan pendapatnya. Untuk dapat melaksanakan peranan pertama dan kedua tersebut di
atas, guru hendaknya telah mengembangkan sekurang-kurangnya 10 kemampuan keguruan,
yakni:
(1) Menguasai bahan yang akan diajarkan,
(2) mampu mengelola program belajar-mengajar,
(3) memiliki kemampuan dalam mengelola kelas,
(4) mampu menggunakan media dan sumber belajar- mengajar,
(5) menguasai landasan-landasan pendidikan,
(6) mampu mengelola interaksi belajar-mengajar,
(7) memiliki kemampuan menilai prestasi siswa untuk kepentingan
pendidikan dan pengajaran,
(8) mengenal Iungsi dan program bimbingan dan

. PENDIDIKAN SEBAGAI INVESTASI 1ANGKA PAN1ANG

Pendidikan adalah alat untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekedar
pertumbuhan ekonomi . Pada praksis manajemen pendidikan modern, salah satu
dari lima Iungsi pendidikan adalah Iungsi teknis-ekonomis baik pada tataran

individual hingga tataran global. Fungsi teknis-ekonomis merujuk pada


kontribusi pendidikan untuk perkembangan ekonomi. Misalnya pendidikan dapat
membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan yang
diperlukan untuk hidup dan dikompetisi dalam ekonomi yang kompetitiI.
Secara umum terbukti bahwa semakain berpendidikan seseorang maka tingkat
pendapatannya semakin baik. Hal ini di kemungkinkan karena orang yang
berpendidikan lebih produktiI bila dibandingkan dengan yang tidak
berpendidikan , produktiIitas seseorang tersebut diksrenakan dimilikinya
ketrampilan teknis yang dioperoleh dari pendidikan . Oleh karena itusalah satu
tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan adalah mengembangkan keterampilan
hidup .
Para penganut teori human capital berpendapat bahwa pendidikan adalah
sebagai investasi sumber daya manusia yang member manIaat moneter ataupun
non moneter .
ManIaat non-moneter dari pendidikan adalah diperolehnya kondisi kerja yang
lebih baik, kepuasan kerja, eIesiensi konsumsi, kepuasan menikmati masa
pensiun dan manIaat hidup yang lebih lama karena peningkatan gizi dan
kesehatan.ManIaat moneter adalah manIaat ekonomis yaitu berupa tambahan
pendapatan seseorang yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan
tertentudibandingkan dengan pendidikan lulusan dibawahnya.
Sumber daya manusia yang berpendidikan akan menjadi modal utama
pembangunan nasional , terutama untuk pengembangan ekonomi . semakin
banyak orang yang berpendidikan maka semakin mudah bagi suatu negara untuk
membangun bangsanya, hal ini dikarenakan tidak dikuasai keterampilan, ilmu
pengetahuan, dan teknologi oleh sumber daya manusianya sehingga pemerintah
lebih mudah dalam menggerakkan pembangunan nasional.
a. NILAI
Investasi pendidikan memberikan nilai balik ( rate oI return ) yang lebih tinggi
dari pada investasi Iisik di bidang lain . Nilai balik pendidikan adalah

perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan


denagn total pendapatan yang akan diperoleh setelah seseorang lulus dan
memasuki dunia kerja..
Pilihan investasi pendidikan juga harus mempertimbangkan tingkat
pendidikan. Di Asia nilai balik sosial pendidikan dasar rata-rata sebesar 27,
pendidikan menengah 15, dan pendidikan tinggi 13. Dengan demikian dapat
dikemukakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka manIaat
sosialnya semakin kecil.
b. FUNGSI
Investasi dalam bidang pendidikan memiliki banyak Iungsi selain Iungsi
teknis-ekonomis yaitu Iungsi sosial-kemanusiaan, Iungsi politis, Iungsi
budaya, dan Iungsi kependidikan.
1. Fungsi sosial-kemanusiaan
Merujuk pada kontribusi pendidikan terhadap perkembangan manusia dan
hubungan sosial pada berbagai tingkat sosial yang berbeda.
2. Fungsi polotis
Merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangn politik pada
tingkatan sosial yang berbeda. Misalnya pada tingkat individual,
pendidikan membantu siswa untuk mengembangkan sikap dan
keterampilan kewarganegaraan yang positiI untuk melatih warganegara
yang benar dan bertanggung jawab. Orang yang berpendidikan harus lebih
mengerti hak dan kewajibannya sehingga wawasan dan perilakunya
semakin demokratis.
3. Fungsi budaya
Merujuk pada sumbangan pendidikan pada peralihan dan perkembangan
budaya pada tingkatan sosial yang berbeda.Pada tingkat individual ,
pendidkan membantu siswa untuk mengembangkan kreativitasnya,
kesadaran estetis serta untuk bersosialisasi dengan norma-norma , nilai-
nilai dan keyakinan social yang baik.Orang yang berpendidikan

diharapkan lebih mampu menghargai atau menghormati perbedaan dan


pluraritas budaya sehingga memiliki sikap yang lebih terbuka terhadap
keanekaragaman budaya.
4. Fungsi kependidikan
Merujuk pada sumbangn pendidikan terhadap perkembangan dan
pemeliharaan pendidikan pada tingkat sosial yang berbeda .
Pada tingkat individual pendidikan membantu siswa belajar cara belajar
dan membantu guru belajar cara mengajar. Orang yang berpendidikan
memiliki kesadaran untuk belajar sepanjang hayat ( liIe long learning ),
selalu merasa ketinggalan inIormasi , ilmu pengetahuan serta teknologi
sehingga terus terdorong untuk maju dan terus belajar.

Dimasyarakat luas juga berlaku pendapat umum bahwa semakin
berpendidikan maka makin baik status sosialnya dan penghormatan kepada
seseorang yang berpendidikan lebih baik dibandingkan yang tidak
berpendidikan.


3. PENDIDIKAN NASIONAL YANG BERMORAL

Memang harus kita akui ada diantara (oknum) generasi muda saat ini yang
mudah emosi dan lebih mengutamakan otot daripada akal pikiran. Kita lihat saja,
tawuran bukan lagi milik pelajar SMP dan SLTA tapi sudah merambah dunia kampus
(masih ingat kematian seorang mahasiswa di Universitas Jambi, awal tahun 2002
akibat perkelahian didalam kampus). Atau kita jarang (atau belum pernah) melihat
demonstrasi yang santun dan tidak menggangu orang lain baik kata-kata yang
diucapkan dan prilaku yang ditampilkan. Kita juga kadang-kadang jadi ragu apakah

demonstrasi yang dilakukan mahasiswa murni untuk kepentingan rakyat atau pesanan
sang pejabat.

Selain itu, berita-berita mengenai tindakan pencurian kendaraan baik roda dua
maupun empat, penguna narkoba atau bahkan pengedar, pemerasan dan perampokan
yang hampir setiap hari mewarnai tiap lini kehidupan di negara kita tercinta ini
banyak dilakukan oleh oknum golongan terpelajar. Semua ini jadi tanda tanya besar
kenapa hal tersebut terjadi?. Apakah dunia Pendidikan (dari SD sampai PT) kita
sudah tidak lagi mengajarkan tata susila dan prinsip saling sayang - menyayangi
kepada siswa atau mahasiswanya atau kurikulum pendidikan tinggi sudah melupakan
prinsip kerukunan antar sesama? Atau inikah hasil dari sistim pendidikan kita selama
ini ? atau Inikah akibat perilaku para pejabat kita?


Dilain pihak, tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme yang membuat bangsa ini
morat-marit dengan segala permasalahanya baik dalam bidang keamanan, politik,
ekonomi, sosial budaya serta pendidikan banyak dilakukan oleh orang orang yang
mempunyai latar belakang pendidikan tinggi baik dalam negri maupun luar negri.
Dan parahnya, era reIormasi bukannya berkurang tapi malah tambah jadi. Sehingga
kapan krisis multidimensi inI akan berakhir belum ada tanda-tandanya.




A. PE#LU PENDIDIKAN YANG BE#MO#AL

Sebagai Generasi Muda sangat perihatin dengan keadaan generasi penerus atau calon
generasi penerus Bangsa Indonesai saat ini, yang tinggal, hidup dan dibesarkan di
dalam bumi republik ini. Untuk menyiapkan generasi penerus yang bermoral,
beretika, sopan, santun, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa perlu
dilakukan hal-hal yang memungkin hal itu terjadi walaupun memakan waktu lama.

Pertama, Pendidikan pada hakikatnya adalah alat untuk menyiapkan sumber daya
manusia yang bermoral dan berkualitas unggul. Dan sumber daya manusia tersebut
merupakan reIleksi nyata dari apa yang telah pendidikan sumbangankan untuk
kemajuan atau kemunduran suatu bangsa. Apa yang telah terjadi pada Bangsa
Indonesia saat ini adalah sebagai sumbangan pendidikan nasional kita selama ini.

Pendidikan nasional selama ini telah mengeyampingkan banyak hal. Seharusnya
pendidikan nasional kita mampu menciptakan pribadi (generasi penerus) yang
bermoral, mandiri, matang dan dewasa, jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur,
berperilaku santun, tahu malu dan tidak arogan serta mementingkan kepentingan
bangsa bukan pribadi atau kelompok.Tapi kenyataanya bisa kita lihat saat ini. Pejabat
yang melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme baik di legislative, ekskutiI dan
yudikatiI semuanya orang-orang yang berpendidikan bahkan tidak tanggung-
tanggung, mereka bergelar dari S1 sampai ProI. Dr. Contoh lainnya, dalam bidang
politik lebih parah lagi, ada partai kembar , anggota dewan terlibat narkoba,
bertengkar ketika sidang, gontok-gontokan dalam tubuh partai karena
memperebutkan posisi tertentu (Bagaimana mau memperjuangkan aspirasi rakyat
kalau dalam diri partai saja belum kompak).



Kembali ke pendidikan nasional yang bermoral (yang dimaksud adalah pendidikan
yang bisa mencetak generasi muda dari SD sampai PT yang bermoral. Dimana proses
pendidikan harus bisa membawa peserta didik kearah kedewasaan, kemandirian dan
bertanggung jawab, tahu malu, tidak plin-plan, jujur, santun, berahklak mulia,
berbudi pekerti luhur sehingga mereka tidak lagi bergantung kepada keluarga,
masyarakat atau bangsa setelah menyelesaikan pendidikannya.Tetapi sebaliknya,
mereka bisa membangun bangsa ini dengan kekayaan yang kita miliki dan dihargai
didunia internasional. Kalau perlu bangsa ini tidak lagi mengandalkan utang untuk
pembangunan. Sehingga negara lain tidak seenaknya mendikte Bangsa ini dalam
berbagai bidang kehidupan.

Dengan kata lain, proses transIormasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik harus
dilakukan dengan gaya dan cara yang bermoral pula. Dimana ketika berlangsung
proses tranIormasi ilmu pengetahuan di SD sampai PT sang pendidik harus memiliki
moralitas yang bisa dijadikan panutan oleh peserta didik. Seorang pendidik harus
jujur, bertakwa, berahklak mulia, tidak curang, tidak memaksakan kehendak,
berperilaku santun, displin, tidak arogan, ada rasa malu, tidak plin plan, berlaku adil
dan ramah di dalam kelas, keluarga dan masyarakat. Kalau pendidik mulai dari guru
SD sampai PT memiliki siIat-siIat seperti diatas. Negara kita belum tentu morat-marit
seperti ini.
Kedua, Perubahan dalam pendidikan nasional jangan hanya terpaku pada perubahan
kurikulum, peningkatan anggaran pendidikan, perbaikan Iasilitas. Misalkan
kurikulum sudah dirubah, anggaran pendidikan sudah ditingkatkan dan Iasilitas sudah
dilengkapi dan gaji guru/dosen sudah dinaikkan, Namun kalau pendidik (guru atau
dosen) dan birokrat pendidikan serta para pembuat kebijakan belum memiliki siIat-

siIat seperti diatas, rasanya perubahan-perubahan tersebut akan sia-sia. Implementasi


di lapangan akan jauh dari yang diharapkan Dan akibat yang ditimbulkan oleh proses
pendidikan pada generasi muda akan sama seperti sekarang ini. Dalam hal ini saya
tidak berpretensi menyudutkan guru atau dosen dan birokrat pendidikan serta
pembuat kebijakan sebagai penyebab terpuruknya proses pendidikan di Indonesia saat
ini. Tapi adanya oknum yang berperilaku menyimpang dan tidak bermoral harus
segera mengubah diri sedini mungkin kalau menginginkan generasi seperti diatas.

Selain itu, anggaran pendidikan yang tinggi belum tentu akan mengubah dengan
cepat kondisi pendidikan kita saat ini. Malah anggaran yang tinggi akan
menimbulkan KKN yang lebih lagi jika tidak ada kontrol yang ketat dan moralitas
yang tinggi dari penguna anggaran tersebut. Dengan anggaran sekitar 6 saja KKN
sudah merajalela, apalagi 20-25.
Ketiga,Berlaku adil dan Hilangkan perbedaan.
Dengan contoh yang saya rasakan ini (dan banyak contoh lain yang sebenarnya ingin
saya ungkapkan), saya ingin memberikan gambaran bahwa pendidikan nasional kita
telah berlaku tidak adil dan membuat perbedaan diantara peserta didik. Sehingga
generasi muda kita secara tidak langsung sudah diajari bagaimana berlaku tidak adil
dan membuat perbedaan. Jadi, pembukaan kelas unggulan atau kelas akselerasi hanya
akan membuat kesenjangan sosial diantara peserta didik, orang tua dan masyarakat.
Yang masuk di kelas unggulan belum tentu memang unggul, tetapi ada juga yang
diunggul-unggulkan karena KKN. Yang tidak masuk kelas unggulan belum tentu
karena tidak unggul otaknya tapi karena dananya tidak unggul. Begitu juga kelas
akselerasi, yang sibuk bukan peserta didik, tapi para orang tua mereka mencari jalan
bagaimana supaya anaknya bisa masuk kelas tersebut.


Kalau mau membuat perbedaan, buatlah perbedaan yang bisa menumbuhkan peserta
didik yang mandiri, bermoral. dewasa dan bertanggungjawab. Jangan hanya
mengadopsi sistem bangsa lain yang belum tentu cocok dengan karakter bangsa kita.
Karena itu, pembukaan kelas unggulan dan akselerasi perlu ditinjau kembali kalau
perlu hilangkan saja.
B. PEJABAT HA#US SEGE#A BE#BENAH DI#I DAN MENGUBAH
PE#ILAKU

Kalau kita menginginkan generasi penerus yang bermoral, jujur, berakhlak mulia,
berbudi pekerti luhur, berperilaku santun, bermoral, tahu malu dan tidak arogan serta
mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau kelompok. Maka semua
pejabat yang memegang jabatan baik legislative, ekskutiI maupun yudikatiI harus
berbenah diri dan memberi contoh dulu bagaimana jujur, berakhlak mulia, berbudi
pekerti luhur, berperilaku santun, bermoral, tahu malu dan tidak arogan serta
mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau kelompok kepada generasi
muda mulai saat ini.


Karena mereka semua adalah orang-orang yang berpendidikan dan tidak sedikit
pejabat yang bergelar ProI. Dr. (bukan gelar yang dibeli obral). Mereka harus
membuktikan bahwa mereka adalah hasil dari sistim pendidikan nasional selama ini.
Jadi kalau mereka terbukti salah melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme, jangan
cari alasan untuk menghindar. Tunjukan bahwa mereka orang yang berpendidikan ,
bermoral dan taat hukum. Jangan bohong dan curang. Apabila tetap mereka lakukan,
sama saja secara tidak langsung mereka (pejabat) sudah memberikan contoh kepada

generasi penerus bahwa pendidikan tinggi bukan jaminan orang untuk jujur,
berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berprilaku santun, bermoral, tahu malu dan
tidak arogan serta mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau kelompok.
Jadi jangan salahkan jika generasi mudah saat ini meniru apa yang mereka (pejabat)
telah lakukan . Karena mereka telah merasakan, melihat dan mengalami yang telah
pejabat lakukan terhadap bangsa ini.


Selanjutnya, semua pejabat di negara ini mulai saat ini harus bertanggungjawab dan
konsisten dengan ucapannya kepada rakyat. Karena rakyat menaruh kepercayaan
terhadap mereka mau dibawah kemana negara ini kedepan. Namun perilaku pejabat
kita, lain dulu lain sekarang. Sebelum diangkat jadi pejabat mereka umbar janji
kepada rakyat, nanti begini, nanti begitu. Pokoknya semuanya mendukung
kepentingan rakyat. Dan setelah diangkat, lain lagi perbuatannya. Contoh sederhana,
kita sering melihat di TV ruangan rapat anggota DP# (DP#D) banyak yang kosong
atau ada yang tidur-tiduran. Sedih juga melihatnya. Padahal mereka sudah digaji,
bagaimana mau memperjuangkan kepentingan rakyat. Kalau ke kantor hanya untuk
tidur atau tidak datang sama sekali. Atau ada pengumuman di Koran, radio atau TV
tidak ada kenaikan BBM,. Tapi beberapa minggu atau bulan berikutnya, tiba-tiba naik
dengan alasan tertentu. Jadi jangan salahkan mahasiswa atau rakyat demonstrasi
dengan mengeluarkan kata-kata atau perilaku yang kurang etis terhadap pejabat.
Karena pejabat itu sendiri tidak konsisten. Padahal pejabat tersebut seorang yang
bergelar S2 atau bahkan ProI. Dr. Inikah orang-orang yang dihasilkan oleh
pendidikan nasional kita selama ini?


Arti Pendidikan dan Batas-batas Pendidikan
Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktiI mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Batas-batas pendidikan :
a.Batas-batas pendidikan pada peserta didik :
Peserta didik sebagai manusia dapat memiliki perbedaan, dalam kemampuan, bakat,
minat, motivasi, watak, ketahanan, semangat, dan sebagainya.

b. Batas-batas pendidikan pada pendidik :
Sebagai manusia biasa, pendidik memiliki keterbatasan-keterbatasan. Namun yang
menjadi permasalahan adalah apakah keterbatasan itu dapat ditolerir atau tidak.
Keterbatasan yang dapat ditolerir ialah apabila keterbatasan itu menyebabkan tidak
dapat terwujudnya interaksi antara pendidik dan peserta didik, misalnya pendidik
yang sangat ditakuti oleh peserta didik sehingga tidak mungkin peserta didik datang
berhadapan dengannya. Pendidik yang tidak tahu apa yang akan menjadi isi interaksi
dengan peserta didik, akan menjadikan kekosongan dan kebingungan dalam interaksi.
Serta pendidik yang bermoral, termasuk yang tidak dapat ditolerir, karena pendidikan
pada dasarnya adalah usaha yang dilandasi moral.


c. Batas-batas pendidikan dalam lingkungan dan sarana pendidikan :
Lingkungan dan sarana pendidikan merupakan sumber yang dapat menentukan
kualitas dan berlangsungnya usaha pendidikan.
























BAB III
ANALISIS

1. Tuntutan pendidikan sekarang dan masa Idepan harus diarahkan pada
peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan proIessional serta
sikap,kepribadian dan moral manusia dengan kemampuan dan sikap manusia
yang demikian dapat menundukkan diri secara bermartabat di masyarakat
dunia di era globalisasi.



2. Investasi dalam bidang pendidikan tidak semata-mata untuk mendongkrak
pertumbuhan ekonomi tetapi lebih luas lagi yaitu perkembangan ekonomi.
Selama orde baru kita selalu bangga dengan pertumbuhan ekonomi yang

tinggi, pertumbuhan ekonomi itu hancur karena tidak didukung oleh adanya
sumber daya manusia yang berpendidikan .
Orde baru banyak menghasilkan orang kaya yang tidak memiliki kejujuran
dan keadilan ,tetapi lebih banyak menghasilkan orang miskin.
Akhirnya pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati sebagian orang dan dengan
tingkat ketergantungan yang amat besar.

3. Suatu negara sangat membutuhkan pendidikan yang bermoral terutama negara
Indonesia apabila ingin mencetak generasi penerus yang mandiri, bermoral,
dewasa dan bertanggung jawab .
Konsekwensinya, semua yang terlibat dalam dunia pendidikan harus mampu
memberikan suri tauladan yang bisa jadi panutan generasi muda

DAFTAR PUSTAKA


http : // Artikel. Us
http : // e- pendidikan . net
http : // re- searchenginess .com
http : // nadhirin . blogspot . com/2011/06/ pendidikan-nasional-yang- bermoral.
Html
http://www.kosmaext2010.com/makalah-psikologi-belajar-Iaktor-Iaktor-yang-
mempengaruhi-belajar.phpScribd

You might also like