You are on page 1of 2

Makan.

Sudah biasa kita membaca di majalah , koran atau mendengar dan melihat di radio dan di televisi bahwa yang namanya perempuan kalau bte nya lagi kumat salah satu pelariannya adalah dengan mencari makanan. Ngga semua sih, ada yang langsung ke mall belanja-belanja atau menyewa dvd dan nonton film seharian, atau sekedar hang out sama sahabat dan curhat sana sini sampai rasanya puas dan tenang. Salah seorang teman adalah ibu beranak dua. Yang cukup funky. Dalam arti dia tidak terlalu ibu-ibu, dan asik-asik aja diajak hang out. Ibu satu ini juga punya sifat yang ekstrim, artinya kalau mood dia sedang bagus dan ok dia akan bersenandung sepanjang hari di kantor, tetapi sebaliknya kalau sedang marah terhadap bawahan, dia akan menjadi seorang drama queen yang pernah ada di dunia. Seorang karyawan bahkan pernah dibuatnya mengundurkan diri karena kena amarahnya, untung saja karyawan itu berubah pikiran dan memutuskan untuk tetap bekerja di perusahaan. Sifat ekstrimnya ini cukup dimengerti oleh rekan-rekan kerja yang lain, karena meski mempunyai sifat meledak-ledak hasil kerjanya selalu memuaskan, dan karena sifat ekstrimnya ini juga, setiap kali bekerja juga selalu total. Saya sendiri juga sangat memahami sekali sifatnya ini. Jadi sejujurnya saya agak berhati-hati jangan sampai salah bicara yang bisa membuatnya naik pitam dan menyebabkan sifat bitchynya keluar. Suatu hari dari meja kerjanya yang kebetulan berseberangsebarangan dengan meja saya, dia membisikkan sesuatu, sst nek, begitulah cara kami memanggil satu sama lain. pengen makan yang asik-asik neh.. bisiknya lagi. Saya tahu saat itu pasti moodnya sedang tidak ok dan butuh sesuatu untuk menenangkan perasaan. Kebetulan saya juga sedang lapar berat jadi ajakannya langsung saya iyakan. Setelah menimbang, akhirnya pilihan jatuh di sebuah tempat makan yang berjarak hanya 2 menit berjalan kaki dari kantor. Soto ayam Ambengan. Saya tahu saat berikutnya setelah kami mendapat tempat duduk adalah, ia akan menceritakan apa yang membuatnya risau hari ini tanpa disuruh, dan benar saja tahu-tahu meluncurlah semua kata-kata dari mulutnya. Sejujurnya, saat itu saya ngga terlalu interest mendengarkan apa yang ia sedang ceritakan karena saya sendiri sedang lapar dan ingin segera makan. Akhirnya soto ayam panas datang juga ke meja kami. Dan soto ayam panas segera

berpindah dari mangkok ke dalam mulut kami masing-masing. Bukannya memperhatikan topik apa yang sedang dibicarakan, saya malah sibuk memperhatikan gerak-geriknya. Dia, sambil terus makan soto ayam tangannya ngga berhenti mencuil tempe goreng yang disediakan di meja, belum tempe goreng habis dia sudah mencari-cari krupuk didalam kaleng, mulutnya tak berhenti mengunyah karena tangannya yang gusar terus memasukkan makanan ke dalam mulut. Yang membuat saya kaget adalah pandangan matanya yang terlihat sama sekali tidak menikmati makanan, nanar dan melayang ngga tahu kemana, mungkin dia terus memikirkan masalahnya sementara mulutnya terus mengunyah tanpa disuruh. Ini pemandangan yang sangat aneh, kok saya seperti ngga mengenalinya sama sekali. Saya jadi mengingat-ingat diri sendiri waktu sedang stress, apa jangan-jangan saya ngelakuin hal yang sama? Mengunyah tanpa sadar. Hmm Setelah kira-kira 45 menit mengunyah sambil terus mengobrol akhirnya kami selesai juga. Dengan tenang ia malah mengucapkan terima kasih karena saya mau menemaninya makan dan ngobrol. Terlihat wajahnya jauh lebih tenang dan menyenangkan, tidak seperti sebelumnya yang gusar dan ngga tenang. Tak disangka, makanan bisa merubah perasaan seseorang begitu drastis hanya dalam hitungan menit saja. Meski terkesan hanya pelarian, buktinya dengan makan teman saya ini bisa kembali lebih tenang dan terkendali, meski masalah belum tentu selesai saat itu juga.

You might also like