DISUSUN CLLn AndlLa 8ahmayanLl An[asmoro A M 1yas Wahyudl rayoga uLra
SLkCLAn 1INGGI AkUN1ANSI NLGAkA 1ANGLkANG SLLA1AN 2011 ANALSS KEBJAKAN FSKAL DALAM SSTEM PERPAJAKAN YANG BULT-N FLEXBLE A. Pajak Pendapatan Merupakan Pajak Built-in Flexible Di samping pajak yang mempunyai sifat yang eksogen, pajak juga disebut built-in flexible yaitu pajak yang besar kecilnya ditentukan oleh besar kecilnya pendapatan nasional. Dibanyak Negara pajak pendapatan atau income tax merupakan jenis pajak ini. Pada umumnya yang ingin dicapai dengan menggunakan built-in flexible adalah 1. untuk lebih meratanya distribusi pendapatan nasional 2. untuk lebih stabilnya perekonomian.
Ditribusi pendapatan nasional dalam perekonomian pada umumnya tidak merata. Distribusi pendapatan nasional yang sangat tidak merata dapat enimbulkan ketegangan social. Oleh karena itu maka untuk mengurangi kemungkinan timbulnya ketegangan social ini,pemerintah pada umumnya berusaha sedapat mungkin lebih mertakan distribusi pendapatan nasional. Pajak pendapatan yang besar kecilnya tergantung kepada besar kecilnya pendapatan yang diperoleh wajib pajak merupakan salah satu cara yang dapat dipergunkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Mengingat sifatnya yang demikian maka pajak pendapatan tersebut mempunyai sifat flexible, yaitu flexible mengikuti perubahan pendapatan. Dari uraian diatas sehingga fungsi pajak dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
Tx = t + hY
Tx menunjukkan besarnya pajak, t menunjukkan besarnya pajak pada pendapatan sebesar nol, h menunjukkan apa yang biasa disebut margial rate of taxation, yang merupakan nilai perbandingan antara perubahan jumlah pajak dengan perubahan jumlah pendapatan dan Y menunjukkkan besarnya pendapatan nasional.
Nilai h dengan sendirinya dapat dikatakann selalu postif. Positifnya " marginal rate of taxation " berarti bahwa semakin besar pendapatan semakaian besar jumlah pajak yang terpungut oleh pemerintah. Kalau h selalu mempunyai angka yang lebih besar daripada nol, nilai t dapat sama dengan nol ataupun lebih kecil daripada nol, akan tetapi untuk mempunyai nilai positif mungkin sekali jarang terjadi. Sebab dengan positifnya nilai t berarti bahwa mereka yang tidak mempunyai pendapatan masih dikenai pajak pendapatan. ni dengan sendirinya tidak masuk akal. Negatifnya nilai t mungkin terjadi yaitu dalam perekonomian dimana seseorang yang mendapatkan pendapatan kurang dari jumlah tertentu oleh pemerintah diberi bantuan. Semakin kecil jumlah pendapatan mereka semakin besar jumlah bantuan yang mereka terima dari pemerintah.
B. Fungsi Konsumsi dan Saving dalam Perekonomian Sistem Pajak Built-in Flexible Kita telah mengetahui bahwa jumlah pengeluaran masyarakat untuk konsumsi bukanlah ditentukan secara langsung oleh besar kecilnya pendapatan sebagai " earnings melainkan oleh besar kecilnya " disposable income ". Pernyataan ini berlaku bagi perekonomian dengan kebijakan fiscal yang sederhana maupun bagi perekonomian yang menggunakan ' built-in flexible tax: dalam kebijakan fiskalnya. Perbedaan pokok antara kedua system perpajakan tersebut adalah bahwa dalam system yang sederhana besarnya pajak di[ungut oleh pemerintah tidak tergantung kepada besar kecilnya pendapatan nasional ataupun tergantung kepada variable-variabel lainnya yang kita pertimbangkan dalam model analisis yang kita pakai, sedangkan dalam system perpajakan yang mempunyai sisfat " built in flexible " besar kecilnya pajak yang terpungut oleh pemerintah tergantung kepada besar kecilnya pendapatan nasional.
Dengan cara yang lebih singkat dapat dikatakan bahwa dalam perekonomian yang mempergunakan kebijakan fiscal yang sederhana, pajak merupakan 'exogenous variable' sedangkan dalam perekonomian dengan system perpajakan yang " built-in flexible' pajak merupakan endogenous variable, dan merupakan fungsi dari pada pendapatan nasional.
Dengan dipergunakannya pajak yang endogen sifatnya dan yang merupakan fungsi daripada pendapatan nasional, maka fungsi konsumsinya perlu disesuaikan juga. Bentuk-bentuk konsumsi yang baru, dengan sifat " built-in flexible dari pada pajak akan terlihat sebagai berikut :
C = a + cYd Yd = Y + Tr - Tx Tx = t + hY
Maka
C = a + c[ Y + Tr - ( t + hY ) ] C = a + c[ Y + Tr - t - hY ] C = a + cY + cTr - ct - chY
Dengan berubahnya fungsi konsumsi maka perumusan fungsi saving juga mengalami perubahan sebagai berikut :
S = Yd - C Yd = Y + Tr - Tx C = a + cY + cTr - ct - chY
Maka
S = Y + Tr - ( t + hY ) - (a + cY + cTr - ct - chY ) S = Y + Tr - t - hY - a - cY - cTr + ct + chY
S = ( 1 - h - c + ch )Y + ( 1 - c )Tr - ( 1 - c )t - a S = ( 1 - h - c + ch )Y + ( 1 - c ) ( Tr - t ) - a
Latihan a. Fungsi konsumsi C = 0,75 Yd + 20 b. Fungsi pajak Tx = 0,2 Y - 20 c. Transfer pemerintah Tr = 40
Soal 1. Berdasarkan data diatas , carilah persamaan garis konsumsi yang merupakan fungsi daripada pendapatan nasional sebagai " earning! 2. Sama dengan soal 1 untuk fungsi saving ! Jawaban : fungsi konsumsi C = a + cY + cTr - ct - chY C = 20 + 0,75Y + 0,75(40) - 0,75 (-20) - 0,75 (0,2)Y C = 20 + 0,75Y + 30 + 15 - 0,15Y C = 0,6 Y + 65
Fungsi Saving S = ( 1 - h - c + ch )Y + ( 1 - c ) ( Tr - t ) - a S = (1 - 0,2 - 0,75 + 0,75 x 20 )Y + (1 - 0,75 ) ( 40 (-20)) - 20 S = (0,05 + 0,15 )Y + 0,25( 60) - 20 S = 0,2Y + 15 - 20 S = 0,2Y - 5
C. Pendapatan Nasional Ekuilibrium dalam Perekonomian Sistem Pajak Built-in Flexible Pajak proporsional bersifat built-in flexible atau pajak progresif, yaitu pajak dimana nilainya berubah secara positif dengan tingkat pendapatan dan memiliki hubungan yang linier. Dengan demikian fungsi pajak yang baru dapat ditulis sebagai berikut : T = T0 + tY dimana (0>To>0 dan 0<t<1) dimana T menunjukkan penerimaan pajak total, T0 menunjukkan bagian penerimaan pajak yang bersifat otonom (pajak tetap) besar kecilnya tidak tergantung pada pendapatan, t menunjukkan tarif pajak marjinal (marginal rate of taxation) yang merupakan nilai perbandingan perubahan jumlah pajak dengan perubahan jumlah pendapatan dan Y menunjukkan tingkat pendapatan nasional. Fungsi pajak tersebut mempunyai arti bahwa kalau pendapatan naik, maka pajak juga akan naik, tetapi dengan jumlah yang lebih kecil daripada kenaikan di dalam pendapatan itu sendiri. Jika nilai T<0, berati orang yang tidak punya pendapatan akan diberi bantuan, dan untuk To=0 berati orang yang tidak memiliki pendapatan bebas pajak, tetapi T>0 mungkin orang yang tidak punya pendapatan sekalipun masih dikenai pajak, dan jika t>0 maka makin besar pendapatan akan makin besar pula pajaknya. Di sinilah arti built-in flexible dimana penerimaan pajak proporsional, besar kecilnya tergantung kepada besar-kecilnya tingkat pendapatan. Akibat pajak yang built-in flexible maka fungsi konsumsi dan fungsi tabungan akan berubah menjadi; C = a + b Yd = a + b (Y+Tr-T) = a + b [Y+Tr-(To+tY)] = a + bTr - bTo- btY + bY atau C = a + b [Tr-To+Y-tY] sehingga fungsi tabungan berubah menjadi; S = Yd C = Y + Tr T [a + bTr - bTo- btY + bY] atau S = -a + (1-t-b+bt) Y + (1-b) (Tr-To) Kalau nilai-nilai dari variabel C, , G, S, dan T dimasukkan ke dalam syarat keseimbangan, akan diperoleh persamaan untuk tingkat pendapatan keseimbangan sebagai berikut : Y = a+b[Tr-To+Y-tY]++G = a+bTr-bTo+bY-btY++G Y-bY +btY = a+bTr-bTo++G akhirnya diperoleh pendapatan keseimbangan; Y = a + bTr bTo + + G 1 b + bt Penentuan pendapatan keseimbangan di dalam model makro tiga sektor dengan pajak sebagai fungsi dari pendapatan dapat dijelaskan secara grafik sebagi berikut :
Gambar Penentuan Pendapatan Keseimbangan dalam Model Tiga Sektor dengan Sistem Pajak yang Built-in Flexible (Pajak Tetap dan Pajak Proporsional).
Kasus , yaitu apabila dimisalkan sistem pajak yang berlaku dalam perekonomian terbuka adalah pajak proporsional Y = C + + G + (X-M) Y = a + bYd + o + Go + Xo - (Mo+mY) Y = a + b(Y-tY) + o + Go + Xo Mo -mY Y - b(1-t)Y + mY = a Mo + o + Go + Xo Y [1 -b(1-t)+m] = a Mo + o + Go + Xo Y = (a Mo + o + Go + Xo) 1 -b(1-t)+m
D. Angka-angka Pengganda Angka pengganda adalah hubungan kausalantara variabel tertentu dengan variabel pendapatan nasional. Jika angka pengganda tersebut mempunyai angka yang tinggi, maka perubahan yang terjadi pada variabel tersebut akan mempengaruhi terhadap tingkat pendapatan nasional juga besar dan sebaliknya. Perubahan pendapatan nasional itu ditunjukkan ileh suatu angka pelipat yang disebut dengan koefisien multiplier. Syarat-syarat agar kenaikan pendapatan nasional berlipat ganda jika dibandingkan dengan bertambahnya investasi adalah sebagai berikut: 1. Jika penerima pendapatan itu segera membelanjakan kembali uang yang diterima. 2. Jika uang yang diterima itu dibelanjakan untuk produksi dalam negeri. Jika dibelanjakan untuk produk luar negeri, maka proses penambahan pendapatan akan terjadi di luar negeri. Proses pemindahan keluar negeri ini disebut kebocoran (Leakage). 3. Proporsi tambahan pendapatan yang dibelanjakan kembali tetap. Pendapatan nasional berubah sebagai akibat dari perubahan nilai komponen sebagai berikut. a. nvestasi () b. Konsumsi (C) c. Pengeluaran Pemerintah (G) d. Ekspor dan mpor (X / M)
E. Pajak Built-in Flexible sebagai "Automatic Stabilizer Pajak-pajak yang dapat berfungsi sebagai rem yang memberikan reaksi secara otomatis terhadap perubahannya pendapatan nasional disebut : "built-instabilizer atau "automatic stabilizers. Karena pajak-pajak tersebut dapat ikut menstabilkan gerak gelombang konjungtur (naik turunnya kegiatan ekonomi) secara otomatis.
Jika suatu negara melakukan ekspor barang dan jasa ke negara lain, maka ia harus memproduksi barang dan jasa melebihi jumlah produksi yang diperlukan didalam negeri. Dengan meningkatnya jumlah produk (barang dan jasa) yang dihasilkan oleh suatu negara, maka hal ini juga akan meningkatkan pendapatan nasional (Y) negara tersebut. Karena ekspor merupakan salah satu jenis pengeluaran agregat (aggregat expenditure), sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional yang akan dicapai oleh suatu negara.
"Apabila ekspor meningkat, maka pengeluaran agregat akan meningkat pula, dan keadaan ini selanjutnya akan menaikan pendapatan nasional.
"Namun sebaliknya, pendapatan nasional (Y) tidak dapat mempengaruhi besar kecilnya ekspor. Apabila pendapatan nasional bertambah besar, ekspor belum tentu meningkat, atau besarnya ekspor dapat meningkat atau mengalami perubahan, meskipun pendapatan nasional tetap besarnya.
Besarnya kecilnya ekspor tidak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional yang tejadi dalam perekonomian sehingga fungsi ekspor mempunyai bentuk yang sama dengan fungsi investasi dan pengeluaran pemerintah.
Dalam analisis makroekonomi diasumsikan bahwa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya pembelian barang dari luar negeri (impor) suatu negara adalah kemampuan membayar (daya beli) negara tersebut terhadap barang impor. Makin tinggi kemampuan membayar (daya beli)-nya makin tinggi pula impor yang dapat dilakukannya. Karena tinggi rendahnya daya beli suatu negara dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasionalnya. Maka tinggi rendahnya impor negara tersebut , juga ditentukan oleh besar kecilnya pendapatan nasionalnya.
"Makin tinggi pendapatan nasional, makin besar pula impor yang dapat dilakukan oleh negara tersebut, dan fungsi impornya