You are on page 1of 4

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (AHYT 253)

KOMPORMITAS TERHADAP OKSIGEN PADA HEWAN POIKILOTERM

Oleh: ROBBY PRIMADANI AIC204002 KELOMPOK VII

Dosen Pembimbing: Drs. Kaspul, M.Si PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN 2006

PRAKTIKUM VII
Topik Tujuan Hari/ tanggal Tempat : Kompormitas terhadap oksigen pada hewan poikiloterm : Untuk mengetahui pergerakan operkulum ikan terhadap kadar garam dan suhu panas tertentu. : Kamis, 23 November 2006 : Laboratorium Biologi FKIP UNLAM Banjarmasin

6. Mengulangi langkah 4 dan 5 dan mengakhiri perlakuan setelah mencapai suhu letal. 7. Untuk ikan yang lainnya perlakuan dengan kadar garam yang berbeda dari 0,00 % atau kontrol sampai dengan 0,09 %.

III. TEORI DASAR


Pencemaran air baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan ikan. Pengaruh yang secara tidak langsung pada umumnya dapat merusak lingkungan hidup ikan-ikan antara lain rendahnya kandungan O2, perubahan pH temperatur, kekeruhan air serta kurangnya bahan makanan alami. Sedangkan pengaruh secara langsung kemungkinan akan terjadi dampak yang secara menyeluruh sehingga menyebabkan kematian pada ikan baik cepat atau lambat tergantung dari bahan pencemar. Keperluan akan O2 dan produksi CO2 dari suatu hewan akan meningkat sebanding dengan massanya, sedangkan kecepatan gerak gas melintasi permukaan tubuh sangat tergantung pada luas permukaan tubuh. Oksigen berdifusi sangat lambat di dalam cairan. Kalau hanya mengandalkan difusi saja sebetulnya kurang memuaskan untuk memindahkan O2 dari lingkungan luar dan mensuplai O2 ke sel jaringan. Bila ukuran organisme kurang dari 0,5 mm, difusi saja masih dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan O2. Difusi merupakan mekanisme dasar dengan O2 dan mengeluarkan CO2 melintasi membran respirasi, tetapi respirasi harus dibantu oleh mekanisme yang lain, untuk memungkinkan suplai O2 dan mengeluarkan CO2 secara terus menerus. Pada hewan yang besar, harus dilengkapi dengan permukaan yang luas dan banyak mengambil kapiler untuk mengambil banyak O2 dari lingkungan luar dan dilengkapi dengan mekanisme untuk pengeluaran CO2. Jumlah CO2 dan O2 yang larut dalam air bervariasi menurut suhu dan kadar garam dalam air, maka makin tinggi suhu, jumlah O2 yang dapat larut dalam suatu larutan makin sedikit. Ini berarti bahwa makin tinggi suhu maka jumlah O2 yang tersedia di air berkurang.

I. ALAT DAN BAHAN: a. Alat: - Akuarium - Termometer - Panci aluminium - Neraca - Gelas ukur - Kompor gas - Sendok - Alat-alat tulis b. Bahan: - Ikan nila (Osteochillus hasselti) - Garam dapur - Air II. CARA KERJA 1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Menimbang garam dengan berat 0,3 gr sebanyak 9 kali. 3. Mengisi akuarium dengan air pada suhu kamar dan mencatat suhu air. 4. Memasukkan ikan ke dalam aquarium dan menghitung gerak operkulumnya tiap 1 menit sebanyak 3 kali dan mengambil rataratanya. 5. Memindahkan ikan tersebut ke wadah lain dan menaikkan kadar medium dengan interval 5C yakni dengan cara menuangkan air yang dipanaskan hingga suhunya naik 5C dari suhu sebelumnya.

10

0,09 %

3 99

1 95

6 97

3 97

Tidak terlalu aktif bergerak

IV. HASIL PENGAMATAN A. Tabel pengamatan pengaruh temperatur terhadap pergerakan


No 1 2 3 operkulum ikan. Perlakuan 29C 34C 39C Gerak operkulum 1 2 3 X 13 13 15 13 0 6 2 9 13 12 12 12 4 0 8 7 87 80 93 87 Keterangan Aktif bergerak Aktif bergerak Tidak terlalu aktif bergerak

V. ANALISIS DATA 1. Identifikasi ikan nila (Osteochillus hasselti).


Ikan nila ini mempunyai ciri-ciri D-3. 12 18 yang panjang batang ekor dan tinggi rendahnya sama, antara garis rusuk dan dan sirip punggung 4 - 5 batang sisik. Genus Osteochillus karena memiliki sirip punggung dengan 10 18 jari-jari lemah bercabang, sisik garis rusuk kurang dari 56, tidak berjari-jari keras yang rebah pada sirip punggung. Sirip dubur dengan 5 jari-jari lemah bercabang. Familia Cyprinidae yaitu duri tunggal atau berbelah mungkin ada dimuka atau di bawah mata, pinggir mata bebas tertutup oleh kulit, mulut agak ke bawah dan tidak pernah lebih dari 4 sungut. Juga termasuk ordo Ostariophysi karena memiliki sisik, bersungut di sekeliling mulut atau tidak bersungut, satu jari-jari yang mengeras atau 4 jari-jari yang mengeras pada sirip punggung. Sehingga pengidentifikasian pada ikan nila tersebut, telah didapat hirarki taksonomi/ klasifikasinya, yaitu: Phylum : Chordata Classis : Pisces Sub classis : Teleostei Ordo : Osteriophysi Familia : Cyprinidae Genus : Osteochilus Species : Osteochillus hasselti 2. Fisiologis ikan di lingkungan. Struktur sel hewan berbeda dengan sel tumbuhan, sel hewan dibatasi oleh membran sel sedangkan sel tumbuhan dibatasi oleh dinding sel. Membran sel mempunyai struktur umum yang terdiri dari lapisan lemak dan lapisan protein. Lapisan lemak disini berfungsi sebagai penghalang bagi substansi yang akan memasuki membran sel. Sedangkan proteinnya menyediakan jalan atau sebagai enzim yang berkaitan dengan membran sel. Adapun fungsi membran sel adalah sebagai pembatas yang menyelubungi suatu ruangan.

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9

B. Tebel pengamatan pengaruh kadar garam terhadap pergerakan operkulum ikan. Kadar garam Gerak operkulum Keterangan 1 2 3 X 0,00 % 11 12 12 12 Aktif bergerak (kontrol) 8 3 0 0 0,01 % 11 10 11 11 Aktif bergerak 1 9 3 1 0,02 % 10 11 10 11 Aktif bergerak 7 5 9 0 0,03 % 89 11 13 11 Aktif bergerak 2 0 0 0,04 % 12 11 11 11 Aktif bergerak 7 5 2 8 0,05 % 11 10 93 10 Aktif bergerak 6 5 5 0,06 % 10 12 15 12 Aktif bergerak 3 6 4 8 0,07 % 10 10 10 10 Aktif bergerak 3 0 5 3 0,08 % 10 10 10 10 Aktif bergerak

Osmoregulasi merupakan suatu proses pengendalian pergerakan zat terlarut dalam molekul air untuk mempertahankan tekanan osmotik cairan yang masuk dan keluar atau bersifat homoestatik. Pada ikan osmoregulasi dilakukan melalui insang dan ginjal, kedua organ ini dapat ditembus oleh air dan zat-zat buangan bernitrogen dan ion. Namun ada perubahan mekanisme ekskresi dan osmoregulasi antara ikan yang di air tawar dengan ikan yang di laut.

3. Pengaruh penambahan air panas (kenaikan suhu) terhadap pergerakan operkulum. Dari hasil pengamatan setiap perlakuan terhadap penambahan air panas (suhu dinaikkan) terhadap kecepatan gerak operkulum dengan penambahan suhu setiap 5C, dimana pada suhu 29C (kontrol) didapat rata-rata gerakan operkulum 139 ini menunjukkan bahwa gerakan operkulum lumayan cepat, hal ini memungkinkan ikan untuk menyuplai oksigen dan oksigen masih mudah didapatkan oleh ikan. Sedangkan pada suhu 34C dimana suhunya sudah dinaikkan 5C di dapat rata-rata gerakan operkulum mengalami pengurangan menjadi 127 dibanding suhu 29C, hal ini terjadi karena suplai oksigen dalam air semakin berkurang, dan ikan mulai mengalami kelelahan sehingga membuka dan menutupnya operkulum untuk memperoleh oksigen semakin melambat, karena ikan sudah banyak bergerak. Hal ini terus terjadi yaitu pada penambahan berikutnya menjadi 39C gerakan operkulum semakin lambat dengan ratarata 87. Dari suhu 29C (kontrol) - 34C ikan nila bergerak aktif. Pada suhu 39C setelah suhunya ditambah 5C air panas, gerakan operkulum ikan teus melemah dan ikan nila kurang melakukan gerakangerakan. Apabila suhu terus dinaikkan, maka dapat dipastikan ikan akan mati, hal ini dapat diakibatkan karena ikan sudah lemah dan adanya suhu yang tinggi. 4. Pengaruh penambahan kadar garam terhadap kecepatan gerakan operkulum.

Pengamatan terhadap kecepatan gerak operkulum dengan penambahan kadar garam yang berbeda-beda, dapat dilihat bahwa tingginya kadar garam akan menambah usaha ikan untuk memperoleh oksigen. Tetapi pada praktikum ini dari data dapat dilihat adanya perubahan akan kenaikan dan penurunan yang bervariasi pada tiap menitnya. Pada penambahan kadar garam mulai dari 0,00% sampai pada pemberian garam sebanyak 0,09% ikan nila yang diamati tidak mati. hal ini menunjukkan peningkatan kadar garam tersebut, ikan masih dapat bertahan hidup. Artinya ikan ini mempunyai daya tahan terhadap kadar garam yang tinggi dan oksigen yang tersedia masih cukup banyak. Tetapi apabila kadar garam terus dinaikkan, hal ini dapat mengakibatkan ketersediaan oksigen dalam air akan berkurang, sehingga dalam memperoleh oksigen maka gerak operkulum semakin cepat.

VI. KESIMPULAN
1. Dalam sel hewan sangat tergantung pada adanya oksigen, karena oksigen merupakan syarat mutlak yang harus dimilki oleh semua hewan. 2. Adanya peningkatan suhu dan kadar garam menyebabkan berkurangnya oksigen di air, sehingga ikan akan mempercepat gerak operkulumnya. 3. Apabila ikan ditempatkan pada suatu tempat, ia akan selalu mengadakan penyesuaian tubuh terhadap lingkungan. 4. Gerak ikan terlihat cepat karena adaptasi fisiologis dan operkulum bergerak cepat untuk mendapat oksigen karena adanya pengaruh penambahan garam. VII. DAFTAR PUSTAKA Warsono. 2005. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. FKIP Unlam. Banjarmasin. Wulangi, K.S. 1993. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. DepDikBud. Jakarta.

You might also like