Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pembimbing: Drs. Kaspul, M.Si PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN 2006
PRAKTIKUM VII
Topik Tujuan Hari/ tanggal Tempat : Kompormitas terhadap oksigen pada hewan poikiloterm : Untuk mengetahui pergerakan operkulum ikan terhadap kadar garam dan suhu panas tertentu. : Kamis, 23 November 2006 : Laboratorium Biologi FKIP UNLAM Banjarmasin
6. Mengulangi langkah 4 dan 5 dan mengakhiri perlakuan setelah mencapai suhu letal. 7. Untuk ikan yang lainnya perlakuan dengan kadar garam yang berbeda dari 0,00 % atau kontrol sampai dengan 0,09 %.
I. ALAT DAN BAHAN: a. Alat: - Akuarium - Termometer - Panci aluminium - Neraca - Gelas ukur - Kompor gas - Sendok - Alat-alat tulis b. Bahan: - Ikan nila (Osteochillus hasselti) - Garam dapur - Air II. CARA KERJA 1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Menimbang garam dengan berat 0,3 gr sebanyak 9 kali. 3. Mengisi akuarium dengan air pada suhu kamar dan mencatat suhu air. 4. Memasukkan ikan ke dalam aquarium dan menghitung gerak operkulumnya tiap 1 menit sebanyak 3 kali dan mengambil rataratanya. 5. Memindahkan ikan tersebut ke wadah lain dan menaikkan kadar medium dengan interval 5C yakni dengan cara menuangkan air yang dipanaskan hingga suhunya naik 5C dari suhu sebelumnya.
10
0,09 %
3 99
1 95
6 97
3 97
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B. Tebel pengamatan pengaruh kadar garam terhadap pergerakan operkulum ikan. Kadar garam Gerak operkulum Keterangan 1 2 3 X 0,00 % 11 12 12 12 Aktif bergerak (kontrol) 8 3 0 0 0,01 % 11 10 11 11 Aktif bergerak 1 9 3 1 0,02 % 10 11 10 11 Aktif bergerak 7 5 9 0 0,03 % 89 11 13 11 Aktif bergerak 2 0 0 0,04 % 12 11 11 11 Aktif bergerak 7 5 2 8 0,05 % 11 10 93 10 Aktif bergerak 6 5 5 0,06 % 10 12 15 12 Aktif bergerak 3 6 4 8 0,07 % 10 10 10 10 Aktif bergerak 3 0 5 3 0,08 % 10 10 10 10 Aktif bergerak
Osmoregulasi merupakan suatu proses pengendalian pergerakan zat terlarut dalam molekul air untuk mempertahankan tekanan osmotik cairan yang masuk dan keluar atau bersifat homoestatik. Pada ikan osmoregulasi dilakukan melalui insang dan ginjal, kedua organ ini dapat ditembus oleh air dan zat-zat buangan bernitrogen dan ion. Namun ada perubahan mekanisme ekskresi dan osmoregulasi antara ikan yang di air tawar dengan ikan yang di laut.
3. Pengaruh penambahan air panas (kenaikan suhu) terhadap pergerakan operkulum. Dari hasil pengamatan setiap perlakuan terhadap penambahan air panas (suhu dinaikkan) terhadap kecepatan gerak operkulum dengan penambahan suhu setiap 5C, dimana pada suhu 29C (kontrol) didapat rata-rata gerakan operkulum 139 ini menunjukkan bahwa gerakan operkulum lumayan cepat, hal ini memungkinkan ikan untuk menyuplai oksigen dan oksigen masih mudah didapatkan oleh ikan. Sedangkan pada suhu 34C dimana suhunya sudah dinaikkan 5C di dapat rata-rata gerakan operkulum mengalami pengurangan menjadi 127 dibanding suhu 29C, hal ini terjadi karena suplai oksigen dalam air semakin berkurang, dan ikan mulai mengalami kelelahan sehingga membuka dan menutupnya operkulum untuk memperoleh oksigen semakin melambat, karena ikan sudah banyak bergerak. Hal ini terus terjadi yaitu pada penambahan berikutnya menjadi 39C gerakan operkulum semakin lambat dengan ratarata 87. Dari suhu 29C (kontrol) - 34C ikan nila bergerak aktif. Pada suhu 39C setelah suhunya ditambah 5C air panas, gerakan operkulum ikan teus melemah dan ikan nila kurang melakukan gerakangerakan. Apabila suhu terus dinaikkan, maka dapat dipastikan ikan akan mati, hal ini dapat diakibatkan karena ikan sudah lemah dan adanya suhu yang tinggi. 4. Pengaruh penambahan kadar garam terhadap kecepatan gerakan operkulum.
Pengamatan terhadap kecepatan gerak operkulum dengan penambahan kadar garam yang berbeda-beda, dapat dilihat bahwa tingginya kadar garam akan menambah usaha ikan untuk memperoleh oksigen. Tetapi pada praktikum ini dari data dapat dilihat adanya perubahan akan kenaikan dan penurunan yang bervariasi pada tiap menitnya. Pada penambahan kadar garam mulai dari 0,00% sampai pada pemberian garam sebanyak 0,09% ikan nila yang diamati tidak mati. hal ini menunjukkan peningkatan kadar garam tersebut, ikan masih dapat bertahan hidup. Artinya ikan ini mempunyai daya tahan terhadap kadar garam yang tinggi dan oksigen yang tersedia masih cukup banyak. Tetapi apabila kadar garam terus dinaikkan, hal ini dapat mengakibatkan ketersediaan oksigen dalam air akan berkurang, sehingga dalam memperoleh oksigen maka gerak operkulum semakin cepat.
VI. KESIMPULAN
1. Dalam sel hewan sangat tergantung pada adanya oksigen, karena oksigen merupakan syarat mutlak yang harus dimilki oleh semua hewan. 2. Adanya peningkatan suhu dan kadar garam menyebabkan berkurangnya oksigen di air, sehingga ikan akan mempercepat gerak operkulumnya. 3. Apabila ikan ditempatkan pada suatu tempat, ia akan selalu mengadakan penyesuaian tubuh terhadap lingkungan. 4. Gerak ikan terlihat cepat karena adaptasi fisiologis dan operkulum bergerak cepat untuk mendapat oksigen karena adanya pengaruh penambahan garam. VII. DAFTAR PUSTAKA Warsono. 2005. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. FKIP Unlam. Banjarmasin. Wulangi, K.S. 1993. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. DepDikBud. Jakarta.