You are on page 1of 10

KANDUNGAN PIGMEN KLOROFIL a DAN b-KAROTEN Spirullina Sebagai Antioksidan

Oleh: Rani Agustian R K2D007069

JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2011

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Spirulina plantesis merupakan sianobakteria yang berbentuk filament yang menghasilkan berbagai senyawa bioaktif yang bernilai tinggi ( Tri panji & suharyanto, 2001) memiliki habitat di danau-danau atau peraiaran dengan kandungan garam yang tinggi dan sangat penting dalam bioteknolgi nutrisional, industri, dan lingkungan serta kandungan proteinnya yang cukup tinggi. Mikroalga telah menjadi sumber pangan yang sangat bermanfaat bagi manusia dan pengetahuan ini telah lama diketahui orang bahkan sejak berabad-abad lamanya. Selain mengandung lusinan gizi, mikroalga juga mengandung -karoten, provitamin A, dan berbagai jenis vitamin, selain itu juga mengandung beberapa jenis asam lemak tidak jenuh, mineral yang tinggi, dan mengandung pigmen biru (phycocyanin). Mikroalga Spirulina merupakan salah satu sumber pangan berpotensi, sebagai contoh satu arce atau 0,4646 hektar Spirulina dapat menghasilkan sekitar 20 kali lebih baik protein daripada satu arce kedelai atau jagung dan 200 kali lebih baik daripada daging sapi (KOZLENKO & HENSON 1998). Sekarang industri makanan banyak mengalami peningkatan sejak banyak bahan-bahan makanan yang didapatkan dari hasil ekstraksi dari produk alami. Spirulina plantesis merupakan salah satu dari beberapa jenis alga yang banyak menarik perhatian berhubungan dengan manfaatnya sebagai bahan makanan pada manusia Beberapa studi yang berhubungan dengan Spirulina plantesis atau hasil ekstraksinya menunjukan beberapa keuntungan fisiologis seperti antioksidan, antimicrobial, anti-inflamatory, antiviral,dan antitumoral (Spolaore, Et Al , 2006). Klorofil di dalam tubuh dapat berfungsi sebagai pembersih racun, penenang otak alami, pemberi energi dan pembentuk sel-sel darah merah (Limantara, 2004). Kandungan nutrisi dalam klorofil ini dapat memperbaiki sel-sel yang rusak akibat infeksi virus, bakteri, jamur dan parasit serta berpotensi dalam menangkal radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh manusia.

1.2 Perumusan Masalah Kebutuhan akan antioksidan (karotenoid), terus meningkat. Sehingga semakin banyak dilakukan penelitian untuk mencari sumber-sumber yang mampu memproduksi karotenoid dalam jumlah banyak. Salah satu sumber karotenoid adalah dari mikroalga Spirulina plantesis, proses ekstraksi pigmen karotenoid dari Spirulina plantesis perlu ditentukan kondisi optimumnya. 1.3 Tujuan - Untuk mengetahui kandungan betakroten dan klorofil pada spirulina yang telah di ekstrak. - Untuk mengetahui senyawa pada spirulina yang telah diekstrak dengan pelarut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi S. platensis merupakan mikroalga biru-hijau (Cyanobacteria) multiseluler yang terdiri dari filamen-filamen berwarna hijau-biru dengan sel-sel silinder berdiameter antara 1 12 m. Filamen-filamen tersebut motile atau bergerak, meluncur sepanjang aksisnya, dan tidak memiliki heterokis atau percabangan. Filamennya berbentuk silinder dengan panjang tak terbatas, warna trikoma dan karakteristik selubungnya bervariasi tergantung dari lingkungan. Pembagian dalam taksonomi klasik lebih didasarkan atas ukuran dan bentuk sel (Borowizka & Borowizka, 1988). S. platensis pada mulanya dikelompokkan sebagai alga biru-hijau (Cyanophyceae) dalam kingdom protista. Namun, setelah diketahui perbedaan antara prokariotik dan eukariotik, Stanier van Neil (1969) mengkategorikan alga biru-hijau ke dalam kingdom prokariotik dan memberikan nama baru untuk mikroorganisme tersebut sebagai Cyanobacteria (Guglielmi, et.al., 1993 dalam Sanchez, et.al., 2002). Sistematika terbaru dalam Bergeys Manual of Systematic Bacteriology, mengelompokkan genus Spirulina dalam kategori oxygenic photosynthetic bacteria, yang meliputi kelompok Cyanobacteria dan Prochlorales (Castenholz & Waterbury, 1989; Whitton, 1992 dalam Sanchez, et.al., 2002). Berikut ini adalah sistematika S. platensis dalam Bergeys Manual of Systematic Bacteriology (Madigan, et.al., 2000): Kingdom : Bacteria Phylum : Cyanobacteria Class : Prochlorophyta Order : Oscillatoriales Genus : Spirulina Species : Spirulina platensis

2.2 Spirulina plantesis Sebagai Sumber Karaotenoid Spirulina plantesis merupakan salah satu jenis dari microalga yang banyak dimanfaatkan oleh manusia biasa hidup di danau- danau atau perairan dengan kadar garam yang tinggi. Kaerena memilki kandungan nutrisi yang cukup tinggi. Spirulina plantesis adalah sianobakteria yang berbentuk filamen yang menghasilkan berbagai senyawa bioaktif yang bernilai tinggi antara lain karotenoida (Tri Panji & Suharyanto, 2001) .

Gambar 1.1 Spirulina dengan mikroskop Mikroorganisme ini juga dapat dimanfaatkan dalam teknologi lingkungan serta memilki kandungan protein yang cukup tinggi. Untuk analisis dari karotenoid itu sendiri bisa menggnakan HPLC, TLC, ataupun spektrofotomer (A. Pintea, et al, 2003). Tabel 1.1 Komponen Karotenoid yang teridentifikasi dalam Spirulina plantesis

(Sethu, Priya K.M & Prabha, T N, 1996) 2.3 Jenis Jenis Karotenoid Karotenoid termasuk dalam kategori tetrapenoids. Secara struktur termasuk dalam bentuk rantai polyene dan beberapa diakhiri oleh ikatan cincin. Karotenoid dapat dibedakan dalm dua jenis yaitu : 1. Karotenoid dengan molekul yang mengandung oxygen, seperti lutein, zeaxanthin, yang dikenal dengan xanthophill 2. Karotenoid yang tidak mengandug molekul oxygen, seperti alpha-carotene, beta-carotene, licopene yang dikenal dengan carotene. Carotene hanya mengandung karbon dan hirogen. Berikut ini merupakan beberapa contoh jenis karotenoid beserta struktur molekulnya:

Gambar 1.2 Struktur molekul Karotenoid 2.4 Manfaat Karotenoid Karotenoid banyak dikonsumsi orang dari makanan alami seperti buah dan sayur-sayuran karena lebih sehat serta memiliki angka kematian yang rendah dari beberapa penyakit kronis. Pada manusia karotenoid seperti -carotene sangat berperan sebagai prekusor dari vitamin A, suatu pigmen yang sangat penting untuk proses penglihatan, karotenoid juga berperan sebagai anti oksidan dalam tubuh (M. Ravi, et al., 2010). Karatenoid merupakan scavenger yang efisien untuk radikal bebas serta dapat secara signifikan mengurangi resiko dari penyakit kanker (R. Henrikson,2009).

Pada organisme fotosintesis, khususnya tanaman, karotenoid memegang peranan yang sangat penting dalam reaksi utama fotosintesis karena berpartisipasi dalam proses transfer energi, atau melindungi reaksi utama dari auto-oxidation (R. J. Cogdell and others, 2000). Pada organisme non-fotosintesis, khususnya manusia karotenoid berhubungan dengan mekanisme pencegahan oksidasi. Produk dari degradasi karatenoida seperti ionones, damascones, dan damascenones juga sangat penting dalam zat pewangi kimia sehingga sangat sering digunakan dalam industri parfum dan wewangian. Beta-damascenones dan beta-ionone meskipun dalam konsentrasi yang rendah pada distilasi bunga mawar, merupakan senyawa kunci yang memberikan kontribusi wangi (Xiaofen Du, 2009). Secara nyata bau harum bunga yang mucul pada the hitam, tembakau tua, anggur, dan banyak buah berhubungan dengan senyawa aromatis hasil dari perusakan karotenoid. 2.5 Klorofil Klorofil atau pigmen utama tumbuhan banyak dimanfaatkan sebagai food suplement yang dimanfaatkan untuk membantu mengoptimalkan fungsi metabolik, sistem imunitas, detoksifikasi, meredakan radang (inflamatorik) dan menyeimbangkan sistem hormonal (Limantara, 2007). Klorofil berwarna hijau karena menyerap cahaya dengan kuat di daerah biru (430 nm) dan merah (662 nm) pada spektrum tampak. Klorofil b berbeda dari klorofil a karena adanya gugus aldehid pada posisi 3. Perbedaan struktur klorofil a dan b menghasilkan perbedaan spektrum serapan klorofil. Kenyataan tersebut mengakibatkan perbedaan warna hijau pada kedua klorofil, klorofil a berwarna hijau-biru sedangkan klorofil b berwarna hijau-kuning. Panjang gelombang maksimum bervariasi tergantung pada pelarut yang digunakan (Gross, 1991). 2.6 Ekstraksi Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya.

Proses pemisahan secara ekstraksi dilakukan jika campuran yang akan dipisahkan berupa larutan homogen (cair-cair) dimana titik didih komponennya hampir sama atau berdekatan. Proses pemisahan dari campuran melibatkan tiga langkah yaitu: Langkah pencampuran Langkah pembentukan fase kedua yang kemudian diikuti dengan terwujudnya keadaan kesetimbangan. Langkah pemisahan

Pada ekstraksi fase cairan kedua akan segera terbentuk ketika sejumlah solven (Mass Separating Agent) ditambahkan kedalam fase campuran atau cairan satu. Kontak antara fase cairan satu dan fase cairan kedua dipertahankan sehingga akan terjadi suatu kesetimbangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah: Tipe persiapan sampel Waktu ekstraksi Kuantitas pelarut Suhu pelarut Tipe pelarut

DAFTAR PUSTAKA

Du, Xiaofen, (2009), Aroma Investigation Of Marion And Thornless Blackberries In Pacific Northwest Of America, Dissertation Doctoral, Oregon State University, USA. Henrikson, R, (2009), Earth Food Spirulina How this remarkable blue-green algae can transform your health and our planet, Ronore Enterprises, Inc. , Hawaii, USA. KOZLENKO, R. and R. H. HENSON 1998. Latest scientific research on Spirulina: Effects on the AIDS virus, cancer and the immune system. http://www.spirulinasource.com/earthfoodch2b.html Pintea, A., Bele, C., Andrei, S., Socaciu, C., (2003), HPLC analysis of carotenoids in four varieties of Calendula officinalis L. flowers, Acta Biologica Szegediensis, Volume 47(14), pp. 37-40. Ravi, M., De, Sai L., Azharuddin, S., Paul, Solomon F. D., (2010), The beneficial effects of spirulina focusing on its immunomodulatory and antioxidant properties, Nutrition and Dietary Supplements 2010, 2, pp. 7383, Dove Medical Press Ltd. Spolaore, P., Joanis-Casson, C., Duran, E., Isant, A., Comercial Aplication of Micro Alga. Volume 101,journal of bioscience and bioenggenering Tripanji dan Suharyanto, 2001, Optimization Media from Low-COH Nutrient Sources for Growing Spirulina plantesis and Carotenoid Production, Menara Perkebunan. http://marusensei.wordpress.com/2010/03/01/spirulina-platensis/ (diakses pada 5 Oktober 2011). http://eprints.undip.ac.id/1989/1/Bioma_Nintya_Juni_2009.pdf (diakses pada 5 Oktober 2011).

You might also like