You are on page 1of 19

yoasepst _eftatst gez/emoagoa

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan salah satu wahana penting untuk membangun
sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki pribadi yang unggul. Hal ini
sebagaimana tercantum dalam undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, yang menyatakan bahwa
pendidikan nasional berIungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatiI, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan yang sangat mulia tersebut merupakan tanggung
jawab guru untuk menuntun peserta didik mengembangkan dirinya dan peserta
didik itu sendiri dalam mengembangkan kemampuannya. Perkembangan manusia
dalam masyarakat modern ditandai oleh serangkaian tugas dimana individu harus
belajar sepanjang hidupnya. Keberhasilan dalam perkembangan individu
diharapkan dapat melahirkan kebahagiaan dan kesuksesan bagi individu untuk
menyelesaikan tugas-tugas berikutnya. Sebaliknya kegagalan dalam mencapai
tugas-tugas perkembangan itu dapat mengakibatkan ketidakbahagiaan bagi
individu, penolakan oleh masyarakat, dan kesulitan dengan tugas-tugas
berikutnya.
Perkembangan merupakan suatu konsep yang cukup rumit dan komplek
oleh karena itu untuk memahami perkembangan peserta didik tersebut, kita harus
memahami terlebih dahulu deIinisi perkembangan itu sendiri. DeIinisi
perkembangan yang diapaparkan oleh para ahli sangat beragam. Keberagaman
konsep-konsep tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu aliran
asosiasi, aliran psikologi Gestalt, dan aliran sosiologis.
yoasepst _eftatst gez/emoagoa

Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin mengkaji lebih jauh deIinisi
perkembangan menurut konsepsi aliran-aliran tersebut melalui sebuah makalah
dengan judul ' Konsepsi Definisi Perkembangan.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yaitu:
1. bagaimanakah deIinisi perkembangan menurut konsepsi aliran
Asosiasi?
2. bagaimanakah deIinisi perkembangan menurut konsepsi aliran
Psikologi Gestalt?
3. bagaimanakah deIinisi perkembangan menurut konsepsi aliran
Sosiologis?

1.3 TU1UAN
Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. menganalisis deIinisi perkembangan menurut konsepsi aliran Asosiasi
2. menganalisis deIinisi perkembangan menurut konsepsi aliran Psikologi
Gestal
3. menganalisis deIinisi perkembangan menurut konsepsi aliran Sosiologis

1.4 MANFAAT
Adapun manIaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Pembuatan makalah ini telah memberikan berbagai pengalaman
bagi penulis, seperti pengalaman dalam mengumpulkan bahan dari
berbagai sumber baik buku-buku maupun artikel-artikel yang relevan
dengan masalah yang dikaji. Selain itu penulis juga mendapatkan
berbagai pengalaman mengenai teknik penulisan makalah, teknik
pengutipan, dan teknik penggabungan materi dari berbagai sumber.
yoasepst _eftatst gez/emoagoa

2. Bagi Pembaca
Mahasiswa yang membaca makalah ini akan dapat memahami
konsep deIinisi perkembangan menurut aliran asosiasi, psikologi gestalt,
dan aliran sosiologis. Makalah ini juga dapat dijadikan sumber reIrensi
bagi mahasiswa untuk mengembangkan pengetahuannya mengenai
deIinisi perkembangan.


























yoasepst _eftatst gez/emoagoa

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PERTUMBUHAN
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatiI yang menyangkut
peningkatan ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara
Iisiologis sebagai hasil dari proses pematangan Iungsi-Iungsi Iisik yang
berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam perjalanan waktu
tertentu. Pertumbuhan juga dapat diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi
Iisik yang herediter dalam bentuk proses aktiI secara berkesinambungan (Sunarto
& Hartono, 2002:35 ). Desmita (2002:5) menyatakan bahwa pertumbuhan
merujuk pada perubahan-perubahan yang bersiIat kuantitatiI, yaitu peningkatan
dalam ukuran dan struktur, seperti pertumbumbuhan badan, pertumbuhan kaki,
kepala, jantung, paru-paru dan sebagainya.
Hasil pertumbuhan antara lain berwujud bertambahnya ukuran-ukuran
kuantitatiI badan anak, seperti panjang, berat, dan kekuatannya. Begitu pula
pertumbuhan akan mencangkup perubahan yang makin sempurna tentang sistem
jaringan saraI dan perubahan-perubahan struktur jasmani lainnya (Sunarto &
Hartono, 2002:35 ). Pertumbuhan Iisik bersiIat meningkat, menetap, dan
kemudian mengalami kemunduran sejalan dengan bertambahnya usia. Ini berarti
pertumbuhan Iisik ada puncaknya. Sesudah masa tertentu, Iisik mulai mengalami
kemunduran dan berakhir pada keruntuhan dihari tua, dimana kekuatan dan
kesehatannya berkurang, pancaindra menjadi lembah dan lumpuh sama sekali
(Desmita, 2002:6).
Pertumbuhan jasmani berakar pada organisme yang selalu berproses
untuk menjadi (the prosess of coming into being) (Sunarto & Hartono, 2002:35 ).
Pertumbuhan setiap bagian tubuh itu mempunyai perbedaan tempo kecepatan.
Misalnya, pertumbuhan alat kelamin berlangsung paling lambat pada masa kanak-
kanak, tetapi mengalami percepatan pada masa pubertas. Sebaliknya pertumbuhan
susunan saraI pusat berlangsung paling cepat pada masa kanak-kanak kemudian
menjadi lambat pada akhir masa kanak-kanak, dan relatiI berhenti pada masa
pubertas.
yoasepst _eftatst gez/emoagoa

Factor-Iaktor yang mempengaruhi pertumbuhan yang kurang normal
pada organisme ada bermacam-macam, yaitu:
1. Factor-Iaktor yang terjadi sebelum lahir. Misalnya: peristiwa kekurangan
nutrisi pada ibu dan janin; janin terkena virus, keracunan sewaktu bayi ada
dalam kandungan; terkena inIeksi oleh bakteri syplhilis, terkena penyakit
gabag, TBC, kolera, tiIus, gondok, sakit gula, dan lain-lain.
2. Factor ketika lahir atau saat kelahiran. Factor ini antara lain adalah
intracranical haemorage atau pendarahan pada bagian kepala bayi yang
disebabkan oleh tekanan dari dinding Rahim ibu sewaktu dia dilahirkan
dan oleh eIek susunan saraI pusat, karena proses kelahiran bayi dilakukan
dengan bantuan tang (tangver-lossing).
3. Factor yang dialami bayi sesudah lahir, antara lain oleh karena
pengalaman traumatic pada kepala, kepala bagian dalam terluka karena
kepala bayi (janin) terpukul, atau mengalami serangan sinar matahari
(onnestieck). InIeksi pada otak atau selaput otak, misalnya penyakit
cerebral miningilis, gabag, malaria tropika, dan dypteria.
4. Factor psikologis antara lain oleh karena bayi ditinggalkan ibu, ayah atau
kedua orang tuanya. Anak-anak dititipkan pada suatu lembaga, seperti
rumah sakit, rumah yatim piatu, dan yayasan perawatan bayi sehingga
meraka kurang sekali mendapat perawatan jasmaniah dan cinta kasih
orang tua. Anak-anak tersebut mengalami kehampaan psikis (innanitie
psikis), kering dari perasaan sehingga mengakibatkan kelambatan
pertumbuhan pada semua Iungsi jasmaniah.

2.2 PERKEMBANGAN
Secara sederhana SeiIert & HoIInug (Desmita, 2005:4) mendeIinisikan
perkembangan sebagai 'ong term changes in a persons growth, feeling, patterns
of thinking, social relationship, and motor skill. Sementara itu, Chaplin
(Desmita, 2002:4) mengartikan perkembangan sebagai: (1) perubahan yang
berkesinambungan dan progresiI dalam organisme, dari lahir sampai mati; (2)
pertumbuhan; (3) perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian
jasmaniah ke dalam bagian-bagian Iungsional; (4) kedewasaan atau kemunculan
yoasepst _eftatst gez/emoagoa

pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari. Danim & Khairil (2010)
dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan menjelaskan pengertian
perkembangan adalah perubahan yang sistematis, progresiI, dan
berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya.
Perubahan itu dijalani oleh anak manusia khususnya sejak lahir hingga mencapai
tingkat kedewasaan atau kematangan. Sistematis mengandung makna bahwa
perkembangan itu dalam makna normal jelas urutannya. ProgresiI bermakna
perkembangan itu merupakan metamorphosis menuju kondisi ideal.
Berkesinambungan bermakna ada konsistensi laju perkembangan itu sampai
dengan tingkat optimum. Sejalan dengan pendapat diatas Sunarto & Hartono
(2002:43) menyatakan bahwa perkembangan merupakan suatu proses yang
menggambarkan prilaku kehidupan sosial manusia pada posisi yang harmonis
didalam lingkungan masyarakat yang lebih luas dan kompleks.
Perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan
baru yang berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhana ke tahap yang lebih
tinggi. Perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui
suatu bentuk/tahap ke bentuk/tahap berikutnya, yang kian hari kian bertambah
maju, mulai dari masa pertumbuhan dan berakhir dengan kematian. Ini
menunjukkan bahwa sejak masa konsepsi sampai meninggal dunia, individu tidak
pernah statis, melainkan senantiasa mengalami perubahan-perubahan yang
bersiIat progresiI dan berkesinambungan. Selama masa kanak-kanak sampai
menginjak remaja misalnya, ia mengalami dalam struktur Iisik dan mental,
jasmani dan rohani sebagai ciri-ciri dalam memasuki jenjang kedewasaan
(Desmita, 2002:4).
Kalau kita cermati pendapat para ahli diatas ternyata, pengertian
perkembangan bermacam-macam sekali, akan tetapi betapapun juga berbeda-
bedanya pendapat para ahli tersebut, namun semuanya mengakui bahwa
perkembangan itu adalah suatu perubahan, perubahan kearah yang lebih maju,
lebih dewasa. Secara teknis perubahan tersebut biasanya disebut proses. Jadi pada
garis besarnya para ahli sependapat, bahwa perkembangan itu adalah suatu proses.
Tetapi apabila persoalan kita lanjutkan dengan mempersoalkan proses apa, maka
di sini kita dapatkan lagi bermacam-macam jawaban, yang pada pokoknya
yoasepst _eftatst gez/emoagoa

berpangkal kepada pendirian masing-masing ahli. Pendapat atau konsepsi yang
bermacam-macam itu pada pokoknya dapat kita golongkan menjadi tiga
golongan, yaitu :
1. konsepsi-konsepsi para ahli yang mengikuti aliran Asosiasi;
2. konsepsi-konsepsi para ahli yang mengikuti aliran Gestalt;
3. konsepsi-konsepsi para ahli yang mengikuti aliran Sosiologisme.

2.3 DEFINISI PERKEMBANGAN MENURUT KONSEPSI ALIRAN
ASOSIASI

2.3.1 Asal Mula Munculnya Aliran Asosiasi
Aliran asosiasi merupakan pengembangan dari empirisme pada masa
Renaisans yang menguatkan studi tentang manusia. Aliran asosiasi merupakan
bagian dari psikologi kontemporer abad 19 yang mempercayai bahwa proses
psikologi pada dasarnya adalah asosiasi ide.` Aliran ini masih merupakan
pendapat-pendapat beberapa tokoh mengenai manusia dan jiwa manusia. Awal
mula munculnya aliran asosiasi yaitu berawal dari pemikiran tentang hukum-
hukum asosiasi misalnya contiguity, similarity dan cause-effect. oleh penganut
paham empirisme Hari & Indrayani, 2010:1.
Awal mula berkembangnya aliran asosiasi yaitu dipelopori oleh James
Mill yang pendapatnya disetujui oleh John Locke. James Mill berpendapat jiwa
manusia diibaratkan sebagai mental chemistry. Uraiannya yang terkenal dalam
hubungan ini adalah mengenai ide (idea) dikatakannya bahwa unsur atau elemen
terkecil dari jiwa manusia (human mind) ialah simple idea. James Mill
berpendapat bahwa simple idea bukan sesuatu yang dibawa sejak lahir, melainkan
sesuatu yang diperoleh. Sebab apabila simple idea yang satu bergabung dengan
simple idea yang lain akan terbentuk apa yang disebut complex idea. Kemudian,
apabila complex idea yang satu bergabung dengan complex idea yang lain akan
terbentuk apa yang disebutnya compound idea (gabungan ide). Tergabungnya
simple idea yang satu dengan simple idea yang lain hanya mungkin terjadi oleh
adanya asosiasi Hari & Indrayani, 2010:1.


yoasepst _eftatst gez/emoagoa %

2.3.2 Tokoh-Tokoh Aliran Asosiasi
a. 1ohn Locke
John Locke (Desmita, 2005:14)
mengemukakan bahwa pengalaman dan pendidikan
merupakan Iaktor yang paling menentukan dalam
perkembangan anak. Menurut Locke, isi kejiwaan
anak ketika dilahirkan adalah ibarat secarik kertas
yang masih kosong, dimana bentuk dan corak
kertas tersebut nantinya sangat ditentukan oleh
bagaimana cara kertas itu ditulisi. Anak adalah
pribadi yang masih bersih dan peka terhadap
rangsangan-rangsangan yang bersal dari
lingkungan. Oleh sebab itu peranan orang tua sangat penting dalam mengisi
secarik kertas kosong itu sejak dari bayi.
Locke ( Budiantoro, 2010:3) membedakan adanya dua macam pengalaman
yaitu:
1. pengalaman luar, yaitu pengalaman yang diperoleh dengan melalui panca
indera, yang menimbulkan 'sensations dan
2. pengalaman dalam, yaitu pengalaman mengenai keadaan dan kegiatan
batin sendiri, yang menimbulkan 'reflexions.
Kedua macam kesan itu, yaitu sensations dan reflexions merupakan
pengertian sederhana (simple ideas), yang kemudian dengan asosiasi membentuk
pengertian yang kompleks (complex ideas).
b. 1ames Mill
Pandangan Mill tidak jauh beda
dengan pandangan John Locke tentang ide.
Hanya disini Mill membedakan antara
penginderaan (sensation) dan ide.
Penginderaan adalah hasil kontak langsung
alat indera manusia dengan rangsangan yang
datang dari luar dirinya. Ide adalah semacam
salinan atau copy dari penginderaan itu yang
Gambar 2. James Mill
Sumber:
http.//www.thefreedictionary.com
Gambar 1. John Locke
Sumber. http.//www.wpclipart.com

yoasepst _eftatst gez/emoagoa %

muncul dalam ingatan seseorang. Ia beranggapan sulit untuk memisahkan
penginderaan dari ide, karena penginderaanlah yang menimbulkan ide dan ide tak
mungkin ada tanpa seseorang mengalami penginderaan terlebih dahulu. Kemudian
Mill berpendapat bahwa ide-ide dapat dihubungkan satu dengan yang lainnya
misalnya meja dan kursi. Mekanisme yang menghubungkan satu ide dengan yang
lainnya disebut asosiasi Hari & Indrayani, 2010:2.
James Mill Hari & Indrayani, 2010:2 mengemukakan bahwa kuat
lemahnya asosiasi ditetapkan oleh tiga kriteria:
1. Ketetapan (permanency): Asosiasi yang kuat adalah asosiasi yang
permanen, artinya selalu ada kapan saja.
2. Kepastian (certainty): Suatu asosiasi adalah kuat kalau orang yang
berasosiasi itu benar-benar yakin akan kebenaran asosiasinya itu.
3. Fasilitas (facility): Suatu asosiasi akan kuat kalau lingkungan sekitar
cukup banyak prasarana atau Iasilitas.
c. 1ohn Stuart Mill
John Stuart Mill adalah putra dari James
Mill Karena latar belakang dan pendidikan
ayahnya itu, John Stuart Mill tertarik pada IilsaIat
dan psikologi. Pendapat John Stuart Mill
mengenai komposisi mental ini berbeda dengan
ayahnya. Dalam mengemukakan ajaran-ajarannya
J.S. Mill lebih banyak mendasarkan diri pada
eksperimen-eksperimen daripada ayahnya yang
mendasarkan diri pada pemikiran-pemikiran yang
abstrak teoritis saja. James Mill mengatakan bahwa jiwa (mental) merupakan
komposisi atau susunan yang tidak terbatas dari elemen-elemennya dan susunan
itu dapat diuaraikan ke dalam elemen-elemen dasarnya Hari & Indrayani,
2010:2.
Sebagaimana ayahnya, J.S. Mill Hari & Indrayani, 2010:3 memulai
ajarannya dari penginderaan dan ide (sensation dan idea). Tapi pandangannya
berbeda dari ayahnya yaitu :
Gambar 3. John Stuart Mill
Sumber:
http.//www.efm.bris.ac.uk
yoasepst _eftatst gez/emoagoa

1. Penginderaan dan ide adalah dua hal yang bisa dibedakan dan dipisahkan
antara kedua itu, idelah yang sangat penting daripada penginderaan.
2. Ada 3 hukum asosiasi yaitu :
Similaritas: persamaan dua hal menyebabkan asosiasi. Merupakan
suatu keadaan ketika asosiasi terjadi karena suatu hal mempunyai
persamaan dengan satu hal lainnya sehingga kedua hal itu saling
dihubungkan. Misal: ketika seseorang teringat akan ibu, secara
asosiatiI, maka ia akan teringat juga pada ayah, karena baik ayah
maupun ibu adalah orang tua.
Kontiguitas : kelanjutan antara satu hal dengan hal yang lain yang
menimbulkan asosiasi. Merupakan hubungan asosiasi yang terjadi
karena suatu hal berdekatan dengan hal lainnya, baik dalam hal
pengertian ruang maupun waktu. Misal: jika seseorang melihat meja ia
akan teringat pada kursi, karena kedua benda itu biasanya selalu
berdekatan.
Intensitas : kekuatan hubungan antara dua hal menimbulkan asosiasi
dan karena ragu, beliau mengganti istilah intensitas dengan dua
konsep lain yaitu insuperability (tak terpisahkan) dan frekuency
(keseringan). Contoh inseparability: jika melihat sebuah sepeda tanpa
roda, kita akan berasosiasi pada roda sepeda tersebut, karena sepeda
dan rodanya tidak terpisahkan. Contoh frequency: demikian juga jika
kita sering sekali melihat A berjalan bersama B. Kalau pada suatu
ketika kita melihat A berjalan sendirian, kita akan teringat secara
asosiatiI pada B.
3. Ide gabungan (compound idea) bukan sekedar penjumlahan dari ide-ide
simple saja, melainkan punya siIat-siIat tersendiri yang lain dari siIat
masing-masing simple idea yang membentuk ide gabungan itu.
2.3.3 Konsep Aliran Asosiasi
Para ahli di bidang ini menekankan pada prinsip asosiasi sebagai
mekanisme untuk mendapatkan pengalaman. Jadi isi dari mind adalah pengalaman
yang didapatkan melalui proses asosiasi terhadap rangsang lingkungan. Pemikiran
tentang asosiasi ini terutama berkembang di Inggris dan awal bagi penekanan
yoasepst _eftatst gez/emoagoa

pada belajar dan memori Hari & Indrayani, 2010:4. Konsep-konsep aliran ini
yakni sebagai berikut:
O Penjelasan asosiasi berIokus pada penemuan hukum-hukum asosiasi,
seperti (1) law of contiguity adalah inIormasi yang muncul bersamaan
secara saling sambung menyambung akan diasosiasikan menjadi satu
pengetahuan; (2) law of similarity adalah inIormasi yang sama akan
dikaitkan; (3) law of intensity adalah adanya kombinasi dari elemen dasar
yang membentuk sesuatu yang berbeda dari masing-masing elemennya.
Pada intinya, penginderaan dan feelings dapat membentuk satu keterkaitan
dan masuk bersama ke dalam mind sebagai satu pengetahuan, sehingga
apabila salah satu muncul yang lain akan ikut dimunculkan.
O Ide masuk melalui alat indra dan diasosiasikan berdasarkan prinsip-prinsip
tertentu seperti kemiripan, kontras, dan kedekatan.
O Para ahli yang mengikuti aliran asosiasi berpendapat bahwa pada
hakekatnya perkembangan itu adalah proses asosiasi. Bagi para ahli yang
mengikuti aliran ini yang primer adalah bagian-bagian, bagian-bagian ada
lebih dulu, sedangkan keseluruhan ada kemudian. Bagian-bagian itu
terikat satu sama lain menjadi suatu keseluruhan oleh asosiasi. Jadi
misalnya bagaimana terbentuknya pengertian lonceng pada anak-anak,
mungkin akan diterangkan demikian: mungkin anak anak itu mendengar
suara lonceng lalu memperoleh kesan pendengaran bagaimana tentang
lonceng; selanjutnya anak-anak itu melihat lonceng tersebut lalu mendapat
kesan penglihatan (mengenai warna dan bentuk); selanjutnya mungkin
anak itu mempunyai kesan rabaan jika sekiranya dia mempunyai
kesempatan untuk meraba lonceng tersebut. Jadi, gambaran mengenai
lonceng itu makin lama makin lengkap.
O Salah satu ciri dari psikologi assosiasi adalah bersiIat kausalitas, yang
berarti peristiwa-peristiwa dalam jiwa diterangkan dengan adanya
perangsang yang berasal dari luar. Manusia merupakan makhluk yang
berkembang karena kebiasaan-kebiasaan dan pendidikan yang dapat
mempengaruhi sekehendak hatinya.
yoasepst _eftatst gez/emoagoa

2.4 DEFINISI PERKEMBANGAN MENURUT KONSEPSI ALIRAN
PSIKOLOGI GESTALT

2.4.1 Asal Mula Teori Gestalt
Aliran Psikologi Gestal lahir pada awal abad kedua puluh oleh psikolog
Jerman Max Wertheirmer yang dipandang sebagai pendiri dari Psikologi Gestalt,
tetapi ia bekerjasama dengan dua temannya, yaitu Kurt KoIIka dan WolIgang
Kohler (Danim & Khairil, 2010:34). Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori
Gestalt setelah dia melakukan eksperimen dengan menggunakan alat yang
bernama stroboskop, yaitu alat yang berbentuk kotak dan diberi suatu alat untuk
dapat melihat ke dalam kotak itu. Di dalam kotak terdapat dua buah garis yang
satu melintang dan yang satu tegak. Kedua gambar tersebut diperlihatkan secara
bergantian, dimulai dari garis yang melintang kemudian garis yang tegak, dan
diperlihatkan secara terus menerus. Kesan yang muncul adalah garis tersebut
bergerak dari tegak ke melintang. Gerakan ini merupakan gerakan yang semu
karena sesungguhnya garis tersebut tidak bergerak melainkan dimunculkan secara
bergantian (Iwan, 2010:3). Pengikut-pengikut aliran psikologi gestalt
mengemukakan konsepsi yang berlawanan dengan konsepsi yang dikemukan oleh
para ahli yang mengikuti aliran asosiasi ( Budiantoro, 2010:3).
2.4.2 Tokoh-Tokoh Teori Gestal
a. Max Wertheimer
Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari
tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt.
Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15
April 1880. Bersama-sama dengan WolIgang
Koehler dan Kurt KoIIka melakukan eksperimen
yang akhirnya menelurkan ide Gestalt Konsep
pentingnya : !hi phenomenon, yaitu bergeraknya
objek statis menjadi rangkaian gerakan yang
dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat
dan dengan demikian memungkinkan manusia
melakukan interpretasi. Weirthmer menunjuk pada
Gambar 4. Max Wertheimer
Sumber:
http.//42gunslinger.wordpress.com
yoasepst _eftatst gez/emoagoa

proses interpretasi dari sensasi obyektiI yang kita terima. Proses ini terjadi di otak
dan sama sekali bukan proses Iisik tetapi proses mental (Iwan, 2010:2).
Pada tahun 1923, Wertheimer (Iwan, 2010:3) mengemukakan hukum-
hukum Gestalt dalam bukunya yang berjudul 'nvestigation of Gestalt Theory.
Hukum-hukum itu antara lain:
1. Hukum Kedekatan aw of !roximity)
2. Hukum Ketertutupan aw of Closure)
3. Hukum Kesamaan aw of Equivalence)

b. Kurt Koffka
KoIIka lahir di Berlin tanggal 18 Maret
1886. Kariernya dalam psikologi dimulai sejak dia
diberi gelar doktor oleh Universitas Berlin pada
tahun 1908. Pada tahun 1910, ia bertemu dengan
Wertheimer dan Kohler, bersama kedua orang ini
KoIIka mendirikan aliran psikologi Gestalt di
Berlin. Sumbangan KoIIka kepada psikologi
adalah penyajian yang sistematis dan pengamalan
dari prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian gejala
psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat,
sampai kepada psikologi belajar dan psikologi
sosial. Teori KoIIka tentang belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar
dapat diterangkan dengan prinsip-prinsip psikologi Gestalt (Iwan, 2010:3).
Teori KoIIka (Iwan, 2010:4) tentang belajar antara lain:
1. Jejak ingatan (memory traces), adalah suatu pengalaman yang membekas
di otak. Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan secara sistematis mengikuti
prinsip-prinsip Gestalt dan akan muncul kembali kalau kita mempersepsikan
sesuatu yang serupa dengan jejak-jejak ingatan tadi.
2. Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan. Perjalanan waktu itu
tidak dapat melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya perubahan jejak,
karena jejak tersebut cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk
mendapat Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.
Gambar 5. Kurt KoIIka
Sumber:
http.//42gunslinger.wordpress.com
yoasepst _eftatst gez/emoagoa

3. Latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan.
c. Wolfgang Kohler
Kohler lahir di Reval, Estonia pada
tanggal 21 Januari 1887. Kohler berkarier mulai
tahun 1913-1920, ia bekerja sebagai Direktur
stasiun 'Anthrophoid dari Akademi Ilmu-Ilmu
Persia di TeneriIIe, di mana pernah melakukan
penyelidikannya terhadap inteligensi kera. Hasil
kajiannya ditulis dalam buku bertajuk The
Mentality of Apes (1925). Eksperimennya adalah :
seekor simpanse diletakkan di dalam sangkar.
Pisang digantung di atas sangkar. Di dalam
sangkar terdapat beberapa kotak berlainan jenis. Mula-mula hewan itu melompat-
lompat untuk mendapatkan pisang itu tetapi tidak berhasil. Karena usaha-usaha itu
tidak membawa hasil, simpanse itu berhenti sejenak, seolah-olah memikir cara
untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu ide dan
kemudian menyusun kotak-kotak yang tersedia untuk dijadikan tangga dan
memanjatnya untuk mencapai pisang itu (Iwan, 2010:4).
Menurut Kohler apabila organisme dihadapkan pada suatu masalah atau
problem, maka akan terjadi ketidakseimbangan kogntitiI, dan ini akan
berlangsung sampai masalah tersebut terpecahkan. Karena itu, menurut Gestalt
apabila terdapat ketidakseimbangan kognitiI, hal ini akan mendorong organisme
menuju ke arah keseimbangan. Dalam eksperimennya Kohler sampai pada
kesimpulan bahwa organisme dalam hal ini simpanse dalam memperoleh
pemecahan masalahnya diperoleh dengan pengertian atau dengan insight.
2.4.3 Konsep Teori Gestal
Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang
mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam
psikologi Gestalt disebut sebagai phenomena (gejala). Phenomena adalah data
yang paling dasar dalam Psikologi Gestalt. Dalam hal ini Psikologi Gestalt
sependapat dengan IilsaIat phenomonologi yang mengatakan bahwa suatu
pengalaman harus dilihat secara netral. Dalam suatu phenomena terdapat dua
Gambar 6. WolIgang Kohler
Sumber:
http.//42gunslinger.wordpress.com

yoasepst _eftatst gez/emoagoa

unsur yaitu obyek dan arti. Obyek merupakan sesuatu yang dapat dideskripsikan,
setelah tertangkap oleh indera, obyek tersebut menjadi suatu inIormasi dan
sekaligus kita telah memberikan arti pada obyek itu (Iwan, 2010:3).
Bagi para ahli yang mengikuti aliran Gestalt, perkembangan itu adalah
proses diIerensiasi. Dalam proses diIerensiasi itu yang primer adalah keseluruhan,
sedangkan bagian-bagian adalah sekunder, bagian-bagian hanya mempunyai arti
sebagai bagian dari pada keseluruhan dalam hubungan Iungsional dengan bagian-bagian
yang lain. Keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul oleh bagian-bagiannya. Kalau
kita ketemu dengan seorang teman misalnya, dari kejauhan yang kita saksikan terlebih
dahulu bukanlah bajunya yang baru atau pulpennya yang bagus, atau dahinya yang
terluka, melainkan justru teman kita itu sebagai keseluruhan, sebagai Gestalt, baru
kemudian menyusul kita saksikan adanya hal-hal khusus tertentu seperti misalnya
bajunya yang baru, pulpen yang bagus, dahinya yang terluka dan sebagainya
(Budiantoro, 2010:4).
Prinsip-prinsip dasar teori Gestalt (Danim & Khairil, 2010:36) adalah
sebagai berrikut:
Kesamaan
Kesamaan terjadi jika benda terlihat
mirip satu sama lain. Orang sering
menganggapnya sebagai kelompok atau pola.
Contoh pada gambar 7, gambar tersebut terdiri
dari sebelas obyek yang berbeda yang muncul
sebagai unit tunggal karena semua bentuk
memiliki kesamaan. Unitas terjadi karena
bentuk segitiga dibagian bawah symbol elang
terlihat mirip dengan bentuk yang seperti sinar
matahari itu. Ketika kesamaan terjadi, sebuah
obyek dapat dipertegas jika berbeda dengan
yang lain. Ini disebut anomally. Sosok di paling kanan menjadi titik Iocus karena
berbeda dengan bentuk lain.



Gambar 7. Logo Elang
Sumber: http.//simplifried.com
yoasepst _eftatst gez/emoagoa

Kelanjutan
Kelanjutan terjadi jika mata dipaksa
untuk bergerak melalui satu obyek dan terus
ke obyek lain. Kelanjutan terjadi dalam
contoh disamping, karena mata secara alami
akan mengikuti garis atau kurva. Mata
berjalan mengarah dari ujung kiri terus
sampai ke ujung kanan.

Penutupan
Penutupan terjadi ketika obyek tidak lengkap
atau spasi tidak sepenuhnya tertutup. Jika bentuk
tanda cukup, orang akan melihat keseluruhan dengan
mengisi inIormasi yang hilang. Meski panda pada
gambar 9 tidak lengkap, cukup memungkinkan untuk
mata kita menyelesaikan penglihatan atas bentuk yang
ada. Ketika persepsi kita menyelesaikan bentuk secara
keseluruhan, penutupan terjadi.


Kedekatan
Kedekatan terjadi ketika elemen ditempatkan berdekatan. Mereka
cenderung dianggap sebagai kelompok. Kotak pada gambar 10a ditempatkan
tanpa kedekatan. Mereka dianggap sebagai bentuk yang terpisah. Ketika kotak
didekatkan, persatuan terjadi. Sementara mereka terus menjadi bentuk yang
terpisah, mereka sekarang dianggap sebagai satu kelompok.






Gambar 8. Kelompok Lingkaran
Sumber:
http.//fayce-o.blogspot.com
Gambar 9. Panda
Sumber:
http.//fayceo.blogspot.com

Gambar 10. Kotak
a b
yoasepst _eftatst gez/emoagoa

2.5 DEFINISI PERKEMBANGAN MENURUT KONSEPSI ALIRAN
SOSIOLOGIS

Para ahli yang mengikuti aliran
sosiologis menganggap bahwa
perkembangan adalah sosialisasi (Suarni,
2009: 3). Menurut Bandura proses
sosialisasi dapat terjadi melalui proses
belajar sosial, yang lebih menekankan
proses imitasi dalam pembentukan prilaku
individu. Anak manusia mula-mula bersiIat
a-sosial (pra-sosial) yang kemudian dalam
perkembangannya sedikit demi sedikit
disosialisasikan. Salah seorang ahli yang
mempunyai konsepsi demikian itu yang
cukup terkenal dan besar pengaruhnya
adalah James Mark Baldwin (Budiantoro, 2010:5). Baldwin adalah seorang ahli
dalam lapangan biologi, sosiologi, psikologi dan IilsaIat, karya utamanya dalam
lapangan psikologi perkembangan adalah 'Mental Development the Child and the
Race.
Pengaruh Baldwin terutama karena hypotesisnya tentang 'Circular
reaction. Dengan berpangkal kepada kesejajaran antara Ontogenesis dan
!hulogenesis. Baldwin menerangkan perkembangan sebagai proses sosialisasi
dalam bentuk imitasi yang berlangsung dengan adaptasi dan seleksi. Adaptasi dan
seleksi ini berlangsung atas dasar hukum eIek (law of effect). Juga tingkah laku
pribadi diterangkan sebagai imitasi. Kebiasaan adalah imitasi terhadap diri sendiri,
sedangkan adaptasi adalah peniruan terhadap orang lain. Oleh eIeknya sendiri
tingkah laku atau aktivitas dapat dibangunkan atau dipertahankan, oleh eIeknya
sendiri itu aktivitas mendapatkan Iaedah atau prestasi yang lebih tinggi. Dalam hal
yang demikian inilah terkandung daya kreasi, sehingga manusia mampu
menemukan dan menggunakan alat-alat ini timbul daripada peniruan diri sendiri.
Dengan meniru akunya orang dewasa anak-anak lama kelamaan timbul besaran
akunya. Jadi akunya si anak adalah pemancaran kembali akun yang lain yang
Gambar 11. J. Mark Baldwin
Sumber:
http.//www.psych.utoronto.ca
yoasepst _eftatst gez/emoagoa %

menjadi objek peniruannya. Selanjutnya Baldwin (Budiantoro, 2010:5)
berpendapat bahwa setidak-tidaknya ada dua macam peniruan yaitu:
1. nondelierate imitation dan
2. deliberate imitation
Neondeliberate imitation misalnya terjadi kalau anak meniru gerakan-
gerakan, sikap orang dewasa. Deliberate imitation terjadi misalnya kalau anak-
anak bermain 'peranan social yaitu misalnya menjadi ibu, penjual kacang,
menjadi kondektur, menjadi penumpang kereta api dan sebagainya.
Proses peniruan ini terjadi pada tiga taraI yaitu:
a. taraI yang pertama yang disebut taraI proyektiI (profective stage), pada
taraI ini anak mendapatkan kesan mengenai model (objek) yang ditiru.
b. TaraI yang kedua disebutnya taraI subjektiI (subfective stage), pada taraI
ini anak cenderung untuk menirukan gerakan-gerakan atau sikap model
atau objeknya.
c. TaraI yang ketiga disebutnya taraI ejektiI (efective stage), pada taraI ini
anak telah menguasai hal yang ditirunya itu, dia dapat mengerti bagaimana
orang merasa, berangan-angan, berpikir dan sebagainya.
Konsepsi tentang proses sosialisasi ini banyak diikuti oleh ahli-ahli di
daerah Anglo Saksis. Istilah-istilah seperti sosial adfustmen, mature and
socialied personality, maladfusted children dan sebagainya yang banyak kita
jumpai dalam kepustakaan yang berbahasa inggris menunjukkan betapa besarnya
pengaruh konsepsi tersebut.
Menyimak pendapat tersebut, maka perkembangan individu dapat diartikan
sebagai suatu proses perubahan yang terjadi dalam diri individu baik Iisik maupun psikis
dalam rentang kehidupan individu. Dalam proses perubahan tersebut akan terjadi
interaksi antara berbagai bentuk kegiatan psikis individu dengan lingkungan luar melalui
sensori (Suarni, 2009: 3).






yoasepst _eftatst gez/emoagoa %

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan dan pemaparan
pada pembahasan maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. DeIinisi perkembangan menurut konsepsi aliran asosiasi adalah pada
hakikatnya perkembangan itu adalah proses bahwa asosiasi. Bagi para ahli yang
mengikuti aliran ini yang primer adalah bagian-bagian, bagian-bagian ada lebih
dahulu, sedangkan keseluruhan ada lebih kemudian. Bagian-bagian terikat satu
sama lain menjadi suatu keseluruhan oleh asosiasi.
2. DeIinisi perkembangan menurut konsepsi aliran psikologi Gestalt adalah
perkembangan itu adalah proses diIerensiasi. Dalam proses diIerensiasi itu
yang primer adalah keseluruhan, sedangkan bagian-bagian adalah sekunder;
bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian dari pada keseluruhan
dalam hubungan Iungsional dengan bagian-bagian yang lain, keseluruhan ada
terlebih dahulu baru disusul oleh bagian-bagiannya.
3. DeIinisi perkembangan menurut konsepsi aliran Sosiologis adalah suatu
proses perubahan yang terjadi dalam diri individu baik Iisik maupun psikis dalam
rentang kehidupan individu. Dalam proses perubahan tersebut akan terjadi interaksi
antara berbagai bentuk kegiatan psikis individu dengan lingkungan luar melalui
sensori.
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dan simpulan, maka saran yang dapat diajukan
adalah sebagai berikut:
1. Guru hendaknya memahami tingkat perkembangan anak didiknya agar
pembelajaran yang diterapkan sesuai dengan tingkat perkembangan anak
didiknya.
2. Mahasiswa calon guru hendaknya menguasai konsepsi-konsepsi deIinisi
perkembangan menurut beberapa aliran agar dapat memahami secara
teoritik dan menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip perkembangan
peserta didik dalam melakukan proses perencanaan, pengembangan,
penerapan, pengelolaan, dan penilaian yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik.

You might also like

  • RPP
    RPP
    Document26 pages
    RPP
    IKadek Agus Putra Wijaya
    No ratings yet
  • P 21
    P 21
    Document17 pages
    P 21
    IKadek Agus Putra Wijaya
    No ratings yet
  • Makalah
    Makalah
    Document38 pages
    Makalah
    IKadek Agus Putra Wijaya
    No ratings yet
  • Makalah
    Makalah
    Document38 pages
    Makalah
    IKadek Agus Putra Wijaya
    No ratings yet