You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak. Tidak hanya
orang per orang atau keluarga, akan tetapi juga oleh kelomp|ok dan bahkan oleh
seluruh anggota masyarakat. Adapun yang dimaksudkan dengan sehat adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktiI secara sosial dan ekonomis ( U.U No 23 1992).
Kesehatan di pandang sebagai sumber daya yang memberikan kemampuan
mengelola bahkan merubah hidup, kebiasaan dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan
arah pembangunan kesehatan kita yang meninggalkan paradigma lama menuju
paradigma maju. (Ahmad Djojosugito, 2011).
Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang memuaskan harapan dan kebutuhan deraja), melaluit masyarakat (consumer
satisIaction), melalui pelayanan yang eIektiI oleh pemberi pelayanan yang
memuaskan harapan dan kebutuhan pemberi pelyanan (provid satisIaction), pada
institusi pelayanan yang diselenggarakan secara eIisien (institional satisIaction),
interaksi ketiga pilar utama pelayanan kesehatan yang serasi, selaras dan seimbang,
merupakan paduan dari kepuasan tiga pihak, dan ini merupakan pelayanan kesehatan
yang memuaskan (satisIactory healthy care) (Ahmad Djojosugito, 2011).
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan adalah langkah terpenting
untuk meningkatkan daya saing usaha indonesia di sektor kesehatan. Hal ini tidak

ringan karena peningkatan mutu tersebut bukan hanya untuk rumah sakit saja tetapi
berlaku untuk semua tingkatan pelayanan kesehatan mulai dari puskesmas pembantu
dan puskesnas, baik di Iasilitas pemerintahan maupun swasta (Ahmad Djojosugito,
2011)
Perkembangan terakhir menunjukan bahwa masyarakat pengguna pelayanan
kesehatan pemerintah dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tak
dapat dipungkiri bahwa kini pasien semakin kritis terhadap pelayanan kesehatan dan
menuntut keamanannya (Sulastomo, 2005).
Berbagai Iakta menunujukan adanya masalah serius dalam mutu pelayanan
kesehatan di Indonesia. Ini disebabkan belum adanya sistem pengendali mutu yang
terbaik yang dapat diterapakan. Pemahaman secara lebih mendalam tentang good
governance merupakan salah satu upaya terhadap perwujudan pelayanan kesehatan
yang lebih bernutu (Laksono, 2005).
Upaya peningkatan mutu adalah aksioma yang lemah capaian individunya,
pada umumnya mencerminkan kegagalan sistem atau ketidakmampuan dari suatu
organisasi memandang dan mengimprovisasikan sistem jaminan mutu. Gagasan
peningkatan kualitas mutu merupakan tantangan di dalam suatu organisasi pelayanan
kesehatn (Sulastomo, 2006).
Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan.
Masyarakat telah menganggap bahwa rumah sakit adalah harapan terakhir bagi orang
yang sedang sakit. Bahkan ada sxebagian masyarakat yang berprilaku untuk cepat-
cepat berobat ke rumah sakit, jika mereka menderita suatu penyakit tertentu. Agar
dicapai tingkat pelayanan kesehatan yang berkualitas, rumah sakit mengupayakan itu
dengan meningkatkan bderbagai Iasilitas pelayanan (Sudarwanto, 1995).

Peningkatan mutu sebagai salah satu upaya merupakan tujuan Iundamental


dari pelayanan kesehatan, yakni melindungi pasien, tenaga kesehatan, dan organisasi
tersebut. Hal ini merupakan suatu proses dengan output yang baru akan dapat terlihat
pada program jangka menengah ataupun program jangka panjang (Sulastomo, 2006).
Pelayanann kesehatan dirumah sakit merupakan bentuk pelayanan yang
diberikan kepada klien oleh suatu tim multi disiplin. Pelayanan kesehatan pada masa
kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama dimana setiap rumah sakit
bertanggung jawab terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan
kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan
dari penerima jasa pelayanan tersebut. Disamping itu, penekanan pelayanan kepada
kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang dapat
dipertanggungjawabkan (Ely Nurachma, 2007).
Pembangunan kesehatan dibidang pelayanan langsung seperti Rumah sakit,
bertujuan untuk me-ningkatkan mutu, cakupan dan eIisiensi pelaksanaan rujukan
medik dan rujukan kesehatan secara terpadu serta meningkatkan dan memantapkan
manajemen pelayanan kesehatan yang meliputi kegiatan peren-canaan, pelaksanaan,
pengawasan, pengendalian dan penilaian.
Sejalan dengan perubahan sosial budaya masyarakat dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
dan perkembangan inIormasi yang demikian cepat dan diikuti oleh tuntutan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang lebih baik mengharuskan sarana
pelayanan kesehatan untuk mengembangkan diri secara terus menerus seiring dengan
perkembangan yang ada pada masyarakat tersebut. Pengembangan yang
dilaksanakan tahap demi tahap berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana mutu pelayanan kesehatan di Indonesia pada era sekarang ?
2. Bagaimana mutu pelayanan kesehatan di Indonesia pada era dulu ?
3. Apa perbedaan mutu pelayanan kesehatan dulu dan sekarang ?
4. Apakah ada perbedaan pelayanan kesehatan terhadap orang miskin dan orang
yang mampu ?
5. Apa yang menjadi tolak ukur perbedaan mutu pelayanan kesehatan dulu dan
sekarang ?

. TU1UAN

Untuk mengetahui bagaimana mutu pelayanan kesehatan di Indonesia dulu
dan sekarang serta mencari perbedaan antara mutu pelayanan dulu dan sekarang.
Kemudian, mencari apakah ada perbedaan pelayanan kesehatan terhadap orang
miskin dan orang yang mampu serta mencari apa yang menjadi tolak ukur mutu
pelayanan kesehatan dulu dan sekarang.







BAB II
KA1IAN TEORI


A. PENGERTIAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN

Mutu adalah gambaran total siIat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang
berhubungan dengan kemampuannya untuk memberikan kebutuhan kepuasan
(American Society For Quality Control). Mutu adalah Iitness Ior use atau
kemampuan kecocokan penggunaan (JM. Jurani). Mutu adalah kesesuaian
terhadap permintaan persyaratan (Philip B. Crosby)
Banyak deIinisi tentang mutu, antara lain : siIat yang dimiliki oleh suatu
program (Donabedian, 1980), kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan
(Crosby, 1984), totalitas dari wujud serta ciri suatu barang atau jasa yang di
dalamnya terkandung rasa aman atau pemenuhan kebutuhan para pengguna (DIN
ISO, 1996).
Harapan kita : pengertian mutu yang pada intinya memuaskan pelanggan
(internal, eksternal, intermediate) dan sesuai standar (Dalam bidang kesehatan
medis, keperawatan, proIesi lain dan non-medis) bukan hanya sekedar "slogan".
Dalam upaya pencapaian tujuan pembangunan kesehatan yaitu masyarakat
Indonesia yang sehat, bugar, produktiI, maju dan mandiri, mutu melekat erat
dengan sistem pelayanan kesehatan maupun sistem pembiayaan kesehatan.


Arti mutu pelayanan kesehatan dari beberapa sudut adalah sebagai berikut :
1. Untuk pelayanan kesehatan dan masyarakat
Mutu pelayan berati suatu emphati, respek dan tanggap kebutuhan,
pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan mereka.
2. Untuk petugas kesehatan
Mutu pelayanan berarti bebas melakukan segala sesuatu secara
proIesional untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien.
3. Kepuasan praktisioner
Suatu ketetapan terhadap penyediaan dan keadaan dari pekerjaan
praktisioner untuk pelayanan kolega atau dirinya sendiri.
4. Bagi yayasan atau pemilik rumah sakit
Mutu berarti memiliki tenaga yang proIessional yang bermutu dan
cukup.

Berikut dimensi mutu pelayanan kesehatan :
1. Kompetensi teknis
2. Akses terhadap pelayanan
3. EIektivitas
4. EIisiensi
5. Kontinuitas
6. Keamanan
7. Hubungan antar manusia
8. Kenyamanan

BAB III
TIN1AUAN PUSTAKA

1. MUTU PELAYANAN KESEHATAN INDONESIA SEKARANG

Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang
dihadapi dalam pelayanan kesehatan di Indonesia adalah pemberian pelayanan
kesehatan yang bermutu dengan harga yang terjangkau. Pelayanan kesehatan
pada masa kini merupakan jasa kesehatan utama di setiap rumah sakit.
Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan oleh
nilai-nilai dan di samping itu penekanan pelayanan kepada kualitas yang tinggi
tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang dapat dipertanggung
jawabkan.
Dengan demikian, semua pemberian pelayanan ditekan untuk
menurunkan biaya pelayanan, namun kualitas pelayanan dan kepuasan klien
sebagai konsumen masih tetap menjadi tolak ukur pelayanan kesehatan yang
diberikan. Sumber daya manusia yang terlibat secara langsung dalam
pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien adalah dokter, perawat, bidan
serta tenaga penunjang lainnya. Secara kuantitas perawat merupakan jumlah
tenaga kesehatan terbanyak (52) dan mempunyai jumlah jam kontak dengan
pasien 24 jam, yanng terbagi dalam tiga shiIt pagi, siang dan malam, namun
secara kualitas masih jauh dari harapan masyarakat (Asmadi, 2008).

diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan mutu pelayanan


kesehatan.
Pelayanan keperawatan merupakan salah satu jenis pelayananutama yang
disediakan oleh rumah sakit dan didasarkan pada keterampilan dan pengetahuan
yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan danteknologi.Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Apabila perilaku didasari pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku bersiIat
langgeng. Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang
luas.
Terbentuknya suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa dimulai dari
domain kognitiI, dalam arti subjek terlebih dahulu mengetahui terhadap stimulus
yang berupa materi atau obyek luarnya sehingga menimbulkan pengetahuan baru
pada subyek tersebut (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan didapat melalui pendidikan, pelatihan atau pengalaman selama
bekerja. Kedaruratan medik dapat terjadi pada seseorang maupun kelompok
orang pada pada setiap saat dan dimana saja. Keadaan ini membutuhkan
pertolongan segera untuk menyelamatkan jiwa.
Menurut Sudjito (2007) penderita gawat darurat ialah penderita yang oleh
karena suatu penyebab (penyakit, trauma, kecelakaan, tindakan anestesi) yang
bila tidak segera ditolong akan mengalami cacat, kehilangan organ tubuh atau
meninggal. Dalam menghadapi penderita gawat darurat maka Iaktor waktu
memegang peranan yang sangat penting (time saving is life saving) atau tindakan
pada menit menit pertama dalam menangani kegawatan medik tersebut dapat
berarti besar dan sangat menentukan hidup atau mati penderita.

Menurut (Musliha, 2010). Praktek keperawatan gawat darurat


(emergency nursing) dilakukan oleh seorang perawat yang proIesional yang
memiliki komitmen untuk menyelamatkan dan praktek keperawatan eIektiI yang
berIokus untuk memberikan pelayanan secara episodik kepada pasien-pasien
yang mencari terapi baik yang mengancam kehidupan dan non critical illness
atau cedera.

You might also like