You are on page 1of 21

GEL

I. Definisi Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel kadangkadang disebut jeli. (FI IV, hal 7). Gel juga dapat didefinisikan sebagai sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik, masingmasing terbungkus dan saling terserap oleh cairan (Formularium Nasional, hal 315).

II. Pengolongan (Disperse Sistem), (Lachman, hal 496) A. Berdasarkan sifat fasa koloid : 1) Gel anorganik, contoh : bentonit magma 2) Gel organik, pembentuk gel berupa polimer B. Berdasarkan sifat pelarut : 1) Hidrogel (pelarut air). Hidrogel pada umumnya terbentuk oleh molekul polimer hidrofilik yang saling sambung silang melalui ikatan kimia atau gaya kohesi seperti interaksi ionik, ikatan hidrogen atau interaksi hidrofobik. Hidrogel mempunyai biokompatibilitas yang tinggi sebab hidrogel mempunyai tegangan permukaan yang rendah dengan cairan biologi dan jaringan sehingga meminimalkan kekuatan adsorbsi protein dan adhesi sel; hidrogel menstimulasi sifat hidrodinamik dari gel biological, sel dan jaringan dengan berbagai cara; hidrogel bersifat lembut/lunak, elastis sehingga meminimalkan iritasi karena friksi atau mekanik pada jaringan sekitarnya. Kekurangan hidrogel yaitu memiliki kekuatan mekanik dan kekerasan yang rendah setelah mengembang. Contoh : bentonit magma, gelatin

2) Organogel (pelarut bukan air/pelarut organik). Contoh : plastibase

(suatu polietilen dengan BM rendah yang terlarut dalam minyak mineral dan didinginkan secara shock cooled), dan dispersi logam stearat dalam minyak. 3) Xerogel. Gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah diketahui sebagai xerogel. Xerogel sering dihasilkan oleh evaporasi pelarut, sehingga sisa-sisa kerangka gel yang tertinggal. Kondisi ini dapat dikembalikan pada keadaan semula dengan penambahan agen yang mengimbibisi, dan mengembangkan matriks gel. Contoh : gelatin kering, tragakan ribbons dan acacia tears, dan sellulosa kering dan polystyrene. C. Berdasarkan bentuk struktur gel: 1) Kumparan acak 2) Heliks 3) Batang 4) Bangunan kartu D. Berdasarkan jenis fase terdispersi (FI IV, Ansel):
1) Gel fase tunggal, terdiri dari makromolekul organik yang tersebar

serba sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik (misal karbomer) atau dari gom alam (misal tragakan). Molekul organik larut dalam fasa kontinu.
2) Gel sistem dua fasa, terbentuk jika massa gel terdiri dari jaringan

partikel kecil yang terpisah. Dalam sistem ini, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar, masa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma. Partikel anorganik tidak larut, hampir secara keseluruhan terdispersi pada fasa kontinu.

III.

Kegunaan (Lachman,1989. Pharmaceuitical Dosage System. Dysperse system. Volume 2, hal 495 496) Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian oral, dalam bentuk sediaan yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin dan untuk bentuk sediaan obat long acting yang diinjeksikan secara intramuskular. Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi tablet, bahan pelindung koloid pada suspensi, bahan pengental pada sediaan cairan oral, dan basis suppositoria. Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk kosmetik, termasuk pada shampo, parfum, pasta gigi, dan kulit dan sediaan perawatan rambut. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non streril) atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril) (FI IV, hal 8)

IV. A.

Keuntungan dan Kekurangan Sediaan Gel. Keuntungan sediaan gel : Untuk hidrogel : efek pendinginan pada kulit saat digunakan; penampilan sediaan yang jernih dan elegan; pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film tembus pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga pernapasan pori tidak terganggu; mudah dicuci dengan air; pelepasan obatnya baik; kemampuan penyebarannya pada kulit baik.

B.

Kekurangan sediaan gel : Untuk hidrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.

Penggunaan

emolien

golongan

ester

harus

diminimalkan atau dihilangkan untuk mencapai kejernihan yang tinggi. Untuk hidroalkoholik : gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat menyebabkan pedih pada wajah dan mata, penampilan yang buruk pada kulit bila terkena pemaparan cahaya matahari, alkohol akan menguap dengan cepat dan meninggalkan film yang berpori atau pecah-pecah sehingga tidak semua area tertutupi atau kontak dengan zat aktif.

V.

Sifat / Karakteristik Gel (Diktat Kuliah) (Lachman, 496 499) Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk

ialah inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain padatan yang baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan kekuatan atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan tube, atau selama penggunaan topikal. Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi yang diharapkan. atau BM besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan). Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga pembentukan gel terjadi satelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang akan membentuk larutan yang kental dan pada peningkatan suhu larutan tersebut akan membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation Sifat dan karakteristik gel adalah sebagai berikut (Disperse system):

1.

Swelling

Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi larutan sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen gel berkurang. 2. Sineresis.

Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel. Cairan yang terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan elastis pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegaran gel akan mengakibatkan jarak antar matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan bergerak menuju permukaan. Sineresis dapat terjadi pada hidrogel maupun organogel. 3. Efek suhu Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Polimer separti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang dingin membentuk larutan yang kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation. 4. Efek elektrolit.

Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik dimana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada dan koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser. Gel Na-alginat akan segera mengeras dengan adanya

sejumlah konsentrasi ion kalsium yang disebabkan karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai kalsium alginat yang tidak larut. 5. Elastisitas dan rigiditas

Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa, selama transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan peningkatan konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk gel. 6. Rheologi Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran non Newton yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran.

VI.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam formulasi terdispersi, dimana dengan jumlah pelarut yang cukup banyak membentuk gel koloid yang mempunyai struktur tiga dimensi. B. Inkompatibilitas dapat terjadi dengan mencampur obat yang bersifat kationik pada kombinasi zat aktif, pengawet atau surfaktan dengan pembentuk gel yang bersifat anionik (terjadi inaktivasi atau pengendapan zat kationik tersebut). C. D. E. Gelling agents yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak Penggunaan polisakarida memerlukan penambahan pengawet Viskositas sediaan gel yang tepat, sehingga saat disimpan bersifat bereaksi dengan komponen lain dalam formulasi. sebab polisakarida bersifat rentan terhadap mikroba. solid tapi sifat soliditas tersebut mudah diubah dengan pengocokan sehingga mudah dioleskan saat penggunaan topikal.

A. Penampilan gel : transparan atau berbentuk suspensi partikel koloid yang

F.

Pemilihan

komponen

dalam

formula

yang

tidak

banyak

menimbulkan perubahan viskositas saat disimpan di bawah temperatur yang tidak terkontrol. G. Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat sebab saat penyimpanan dapat terjadi penurunan konsentrasi polimer yang dapat menimbulkan syneresis (air mengambang diatas permukaan gel) H. Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel, sebab bila daya adhesi antar pelarut dan gel lebih besar dari daya kohesi antar gel maka sistem gel akan rusak. VII. Komponen Gel Termasuk dalam kelompok ini adalah gum alam turunan selulosa dan karbomer. Kebanyakan dari sistem tersebut berfungsi dalam media air. Selain itu, ada yang membentuk gel dalam cairan non-polar. Beberapa partikel padat koloidal dapat berperilaku sebagai pembentuk gel karena terjadinya flokulasi partikel. Catatan : Pada pemilihan gelling agent perhatikan pH stabilitas dan inkompatibilitasnya. Berikut ini adalah beberapa contoh gelling agent : 1. Polimer (gel organik) a. Gum alam (natural gums) Umumnya bersifat anionik (bermuatan negatif dalam larutan atau dispersi dalam air) meskipun dalam jumlah kecil ada yang bermuatan netral seperti guar gum. Karena komponen yang membangunstruktur kimianya, maka natural gum mudah terurai secara mikrobiologi dan menunjang pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu, sistem cair yang mengandung gum harus mengandung pengawet dengan konsentrasi yang cukup. Pengawet yang bersifat kationik inkompatibel dengan gum yang bersifat anionik sehingga penggunaannya harus dihindari. Beberapa contoh gum alam : 1) Natrium alginat

A. Gelling agent

Natrium alginat 5-10% digunakan dalam sediaan solid.

Tersedia dalam beberapa tingkat sesuai dengan viskositas

yang terstandarisasi yang merupakan kelebihan natrium alginate dibandingkan dengan tragakan. Inkompatibel dengan derivate akridin, Kristal violet, fenil merkuri asetat dan nitrat, garam kalsium, logam berat dan etanol dengan konsentrasi lebih dari 5%. 2) Karagenan Fraksi kappa dan iota membentuk gel yang reversible Semua karagenan adalah anionik. Gel kappa yang getas merupakan gel yang terkuat dengan terhadap pengaruh panas. cenderung Natrium alginate pada pH 4-10 sedangkan pada pH 10 viskositas menurun.

keberadaan ion K. Gel iota bersifat elastic dan tetap jernih dengan keberadaan ion K. 3) Tragakan

Konsentrasi karagenan yang digunakan 0,3-1%. Inkompatibel dengan material kationik. Menurut NF didefinisikan sebagai ektrak gum kering dari

Astragalus gummifer Labillardie atau spesies Asia dari Astragalus. Digunakan sebanyak 5% sebagai gelling agent. Tragakan kurang begitu popular karena mempunyai

ciskositas yang bervariasi. Viskositas akan menurun dengan cepat di luar range pH 4,5-7 rentan terhadap degradasi oleh mikroba. Selain itu, pada pH 7, dapat menurunkan efikasi benzalkonium klorida, klorobutanol, metal paraben, fenol, dan fenil merkuri asetat. Viskositas juga dapat menurun dengan penambahan alkali atau NaCl. Formula mengandung alkohol atau gliserol atau volatile oil untuk mendispersikan gum dan mencegah pengentalan ketika penambahan air.

Kompatibel

dengan

garam

konsentrasi

tinggi

dan

suspending agent synthetic seperti akasia, CMC, pati, dan sukrosa. 4) Pektin Polisakarida yang diekstrak dari kulit sebelah dalam buah citrus yang banyak digunakan dalam makanan. Merupakan gelling agent untuk produk yang bersifat asam dan digunakan bersama gliserol sebagai pendispersi dan humektan. Gel yang dihasilkan harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat karena air dapat menguap secara cepat sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya proses sineresis. Gel terbentuk pada pH asam dalam larutan air yang mengandung kalsium dan kemungkinan zat lain yang berfunsi menghidrasi gum. b. Derivat selulosa Sifat fisik dari selulosa ditentukan oleh jenis dan gugus substitusi. HPMC merupakan derivate selulosa yang sering digunakan. Derivat selulosa rentan terhadap degradasi ezimatik sehingga harus dicegah adanya kontak dengan sumber selulosa. Sterilisasi sediaan atau penambahan pengawet dapat mencegah penurunan viskositas yang diakibatkan oleh depolimerisasi oleh enzim yang dihasilkan dari mikroorganisme. Misalnya : MC, Na-CMC, HEC, dan HPC. Sering digunakan karena menghasilkan gel yang bersifat netral, viskositas stabil resisten terhadap pertumbuhan mikroba, gel yang jernih, dan menghasilkan film yang kuat pada kulit ketika kering. Misalnya : MC, Na-CMC, dan HPMC. Na-CMC digunakan pada konsentrasi 3-6%. Secara umum, Inkompatibel dengan larutan asam, larutan garam, besi, dan Na-CMC menunjukkan viskositas maksimum pada pH 7-9. beberapa metal lain (Al, merkuri, Zinc).

HPC stabil pada pH 6-8, inkopatibel dengan derivate fenol,

seperti metal paraben dan profil paraben, kehadiran polimer dan anionic akan meningkatkan viskositas HPC. Kompatibel dengan garam inorganic (HOPE hal 291) HECHEC memiliki PH stabilitas 2-12, inkompatibel dengan zinc, inkompatibel parsial dengan kasein, gelatin, MC, PVA, dan patii (HOPE hal 285) c. HPMCstabil pada pH3-11, inkompatibel dengan dengan agen oksidator (HOPE 229) Polimer sintetik (karbomer = karbopol)

Karbomer merupakan gelling agent yang kuat membentuk dalam bentuk bebasnya, pertama-tama

gel pada konsentrasi sekitar 0,5%. Dalam media air, yang diperdagangkan dibersihkan dulu, setelah udara yang terperangkap keluar semua, gel akan terbentuk dengan cara netralisasi dengan basa yang sesuai.

Dalam system cair, basa anorganik seperti NaOH, KOH pH harus dinetralkan karena karakter gel yang dihasilkan Viskositas disperse karbomer dapat menurun dengan Merupakan gelling agent yang kuat, maka hanya diperlukan Inkompatibel dengan fenol, polimer kationik, asam kuat,

dan NH4OH sebaiknya ditambahkan.

dipengaruhi oleh proses netralisasi atau pH yang tinggi. adanya ion-ion. dalam konsentrasi kecil, biasanya 0,5-2%. elektrolit kuat. 2. Polietilen (gelling oil) Digunakan dalam gel hidrofobik likuid, akan dihasilkan gel yang lembut, mudah tersebar, dan membentuk lapisan /film yang tahan air pada permukaan kulit. Untuk membentuk gel, polimer harus didispersikan dalam minyak dalam suhu tinggi (di atas 80 C) kemudian langsung didinginkan

dengan cepat untuk mengendapkan kristal yang merupakan pembentukan matriks. 3. Koloid padat terdispersi Mikrokristalin selulosa dapat berfungsi sebagai gallant dengan cara pembentukan jaringan karena gaya tarik menarik antar partikel seperti ikatan hidrogen. Konsentrasi rendah dibutuhkan untuk cairan nonpolar. Untuk lebih besar untuk cairan polar diperlukan konsentrasi yang melemahkan interaksi antar partikel tersebut. 4. Surfaktan Gel yang jernih dapat dihasilkan oleh kombinasi antara minyak mineral, air, dan konsentrasi yang tinggi (20-40%) dari surfaktan anionic. Kombinasi tersebut membentuk mikroemulsi. Karakteristik gel yang terbentuk dapat bervariasi dengan cara meng-adjust proporsi dan konsentrasi dari komposisinya. Bentuk komersial yang paling banyak untuk jenis gel ini adalah produk pembersih rambut. 5. Gellants lain Banyak wax yang digunakan sebagai gellants untuk media nonpolar seperti beeswax, carnauba wax, setil ester wax. 6. Polivinil alkohol PVA digunakan dalam emulsi pada konsentrasi 0,5%. Inkompatibel pada konsentrasi tinggi dengan garam inorganik terutama sulfat dan fosfat . Untuk membuat gel yang dapat mengering secara cepat. Film yang terbentuk sangat kuat dan plastis sehingga memberikan kontak yang baik antara obat dan kulit. Tersedia dalam beberapa gradeyang berbeda dalam viskositas dan angka penyabunan. 7. Clays (gel anorganik) Digunakan sebanyak 7-20% sebagai basis. Mempunyai pH 9 sehingga tidak cocok digunakan pada kulit. Viskositas dapat menurun dengan adanya basa. Magnesium oksida sering ditambahkan untuk meningkatkan viskositas. Bentonit harus disterilkan terlebih dahulu untuk penggunaan pada luka

membentuk gel, karena adanya kompetisi dengan medium yang

terbuka. Bentonit dapat digunakan pada konsentrasi 5-20%. Contohnya: bentonit, veegum, laponite. B. Bahan tambahan 1. Pengawet Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi semua gel mengandung banyak air sehingga membutuhkan pengawet sebagai antimikroba. Dalam pemilihan pengawet harus memperhatikan inkompatibilitasnya dengan gelling agent. Beberapa contoh pengawet yang biasa digunakan dengan gelling agent:
a) Tragakan

: metal hidroksi benzoat 0,1-0,2% w/v dengan propil : metil hidroksi benzoat 0,1-0,2 % w/v, atau klorkresol : asam benzoat 0,2%w/v atau metil hidroksi benzoat 0,12%

hidroksi benzoat 0,05% w/v


b) Na-alginat

0,1% w/v atau asam benzoat 0,2%w/v


c) Pektin

w/v atau klorokresol 0,1-0,2%w/v d) Starch gliserin : metil hidroksi benzoat 0,1-0,2%w/v atau asam benzoat 0,2%w/v e) MC
f) Na CMC

: Fenil merkuri nitrat 0,001%w/v atau benzalkonium : metil hidroksi benzoat 0,2%w/v dengan propil hidroksi : klorheksidin asetat 0,02%w/v

klorida 0,02%w/v benzoa 0,02%w/v g) Polivinil alkohol Pada umumnya pengawet dibutuhkan oleh sediaan yang mengandung air. Biasanya digunakan pelarut air yang mengandung metil paraben 0,075% dan propil paraben 0,025% sebagai pengawet. 2. Penambahan Bahan Higroskopis Bertujuan untuk mencegah kehilangan air. Contohnya gliserol, propilenglikol dan sorbitol dengan konsentrasi 10-20 %. 3. Chelating Agent Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitive terhadap logam berat. Contohnya EDTA.

VIII. METODE DAN PROSEDUR PEMBUATAN A. Prinsip Pembuatan 1. Menentukan jenis gel yang akan dibuat serta kekuatan sediaan. 2. Menentukan bobot sediaan gel dalam kemasan tube. 3. Menentukan jumlah tube yang akan dibuat ditambah dengan kebutuhan evaluasi. 4. Menentukan jumlah gel yang akan dibuat dalam.gram (kapasitas minimal alat pengisi sediaan semisolid 250g). B. Metode Pembuatan
1. Metode dispersi (A)

Serbuk bahan obat ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam gelling agent yang telah terbentuk kemudian diencerkan. Sering terjadi kesukaran pada pendispersian serbuk ke gelling agent karena adanya udara, lemak, dan kontaminan pada serbuk.
2. Metode presipitasi (B)

Serbuk bahan obat yang akan didispersikan dilarutkan dalam pelarut organik yang hendak dicampur air kemudian larutan ini diencerkan dalam air sehingga terbentuk endapan halus tersuspensi dalam gelling agent. C. Proses Pembuatan (pustaka: Lachman, disperse system vol. 2) 1. Timbang sejumlah gelling agent sesuai dengan yang dibutuhkan 2. Gelling agent dikembangkan sesuai dengan caranya masing-masing 3. Timbang zat aktif dan zat tambahan lainnya 4. Yambahkan gelling agent yang sudah ditambahkan ke dalam campuran tersebut atau sebaliknya sambil diaduk terus-menerus hingga homogen tapi jangan terlalu kuat karena akan menyerap udara hingga menyebabkan timbulnya gelembung udara dalam sediaan yang nantinya dapat mempengaruhi pH sediaan. 5. Gel yang sedah jadi dimasukkan ke dalam alat pengisi gel dan diisikan ke dalamtube sebanyak yang dibutuhkan

6. Ujung tube di tutup lalu diberi etiket dan dikemas dalam wadah tang dilengkapi brosur dan etiket D. Wadah gel Gel lubrikan harus dikemas dalam tube dan harus disterilkan Gel untuk penggunaan mata dikemas dalam tube steril Gel untuk penggunaan pada kulit dapat dikemas dalam tube atau pot salep Wadah harus diisi cukup penuh dan kedap udara untuk mencegah penguapan.

IX.

FORMULA GEL A. Formula umum/standar R/ Zat aktif Basis gel Zat tambahan B. Formula basis gel

Contoh basis formula gel


1. Metode presipitasi

R/ Ichtimol Tragakan Alkohol Gliserol Air hingga Buat 50 g Metode pembuatan

2g 5g 10 mL 2g 100 g

Disiapkan untuk 60 g sebagai antisipasi kehilangan dalam proses.

Botol ditara dan siapkan mucilage tragakan dengan 33 mL air Ichtimol, gliserol dan 10 mL air dicampurkan, kemudian tambahkan mucilage tragakan, lalu diaduk/dikocok Berat dicukupkan dengan air, kemudian dikocok kembali, lalu dimasukkan ke dalam wadah

Pembuatan mucilage tragakan Pembawa disiapkan Botol bermulut lebar dikaliberasi, dikeringkan didalem oven kemudian dinginkan Alkohol dimasukan kemudian tambahkan tragakan (jangan terbalik karena akan mengakibatkan terjadinya pengentalan) dilakukan pengocokan mencampurkan Dituangkan kedalam adah yang berisi pembawa, lalu ditutup dan dikocok segera. Volume digenapkan, lalu dicampurkan dan dimasukan kedalam wadah untuk penyimpanan.
2. Metode presipitasi

kemudian

R/ Na-alginat Gliserol Metil hidroksi benzoate Ca-glukonat Air hingga

7 g 7 g 0,2 g 0,05 g 100 g

Catatan : basis ini harus disimpan semalam sebelum digunakan Metode pembuatan : Na-alginat dibasahkan dengan gliserol dalam mortar Pengawet dan Ca-glukonat dilarutkan kedalam 80 mL air dengan bantuan pemanasan, lalu dinginkan hingga 60C dan diaduk atau distire cepat

Campurkan Na-alginat-gliserol ditambahkan ke dalam vortex dengan jumlah sedikit, lalu diaduk lebih lanjut hingga homogen, kemudian dimasukan kedalam wadah.

3. Metode dispersi

R / Voltaren emulgel 100 s t dd loc dol Tiap 100 g voltarel emulgel mengandung diklofenak dietilamnion 1,16 g setara dengan diklofenak Na 1 g Basis gel CMC Gliserol Alkil hidroksi benzoat Aqua ad Cara pembuatan 1. Timbang 4 g CMC, 15 g gliserol, dan 0,17 g alkil hidroksi benzoat 2. Di dalam mortir panas masukkan aqua, tambahkan CMC, diamkan 30 menit, masukkan gliserol, aduk hingga terbentuk massa gel 3. Timbang diklofenak Na 1 g, campur dengan massa gel, aduk homogen 4. Masukkan dalam wadah, beri etiket dan label C. Formula gel Contoh formula gel (Lieberman, Herbert A., martin M. R., Gilber S., 1989. Pharmaceutical Dossage Forms Disperse System, Vol II, Macel Dekker Inc., New York. Hal 504-506)
1. Gel minyak mineral

4g 15 g 0,17 g 100 g

R/ Polietilen Minyak mineral Cara pembuatan :

10% (% dalam berat) 90%

Dengan dikocok secara sederhana, campuran segera dipanaskan hingga 90C. Kemudian campur hingga homogen, lalu dinginkan dengan cepat melalui pengadukan. 2. Gel efedrin sulfat R/ Efedrin sulfat Tragakan Metil salisilat Euoslyptol Air Cara pembuatan: Efedrin sulfat dilarutkan kedalam air dan ditambahkan gliserin, tragakan, kemudian komponen lainya. Campurkan dengan baik dan simpan dalam wadah tertutup baik selama 1 minggu dengan pengadukan. 3. Clear gel R/ Minyak mineral Polioksietilen 10 olell eter Propillen glikol Sorbitol Air Cara pembuatan: Semua komponen dipanaskan kecuali air hingga 90C, kemudian air dipanaskan secara terpisah hingga 95C. Air dicampurkan kedalam komponen lain tersebut dengan pengadukan berkecepatan sedang, lalu dinginkan hingga 60C. 4. Gel zinc oksida R/ Karbomer 934 P (karbopol 934P) 0,8% NaOH (larutan 10%) 3,2% 10% 20,7% 8,6% 6,9% 43,5 % 10 g 10 g 0,1 g 1 mL 830 mL

Minyak pine needle 150 g

Polioksietilen fatty gliserida 10,3%

ZnO Air Cara pembuatan:

20% 76%

Karbomer didispersikan kedalam air, kemudian ditambahkan NaOH dengan pengadukan yang lambat untuk menghindari penterapan/ penjerapan udara. Kemudian tambahkan ZnO dengan cara yang sama dan campurkan hingga homogen. 5. Gel sun screening R/ Etanol Karbomer Monolsopropanolamin Air Cara pembuatan: Karbomer benzoate 940 didispersikan kedalam alcohol dan gliseril-p-amino dilarutkan kedalam larutan. Secara perlahan53% 1% 0,09% 52,91%

Gliseril-p-amino benzoat 3%

monosolpropanolamin ditambahkan. Kemudian secara perlahan-lahan ditambahkan air dan dikocok dengan seksama untuk penyerapan udara, larutan akan jernih dan terbentuk gel. 6. Gel hidroksi peroksida R/ poloksamer F-127 (Pluronic F-27) Hydrogen peroksida Air murni Cara pembuatan: Air didinginkan hingga 40-50F dan disimpan pada wadah pencampuran. Poloksamer F-127 ditambahkan secara perlahan dengan pengadukan yang baik kemudian pengadukan dilakukan kembali hingga larutan terbentuk. Temperature dijaga pada suhu 50F. tambahkan larutan hydrogen peroksida dingin secara perlahan dengan pengadukan yang baik. Segera 25% 10% 65%

pindahkan ke dalam wadah dan biarkan perlahan-lahan menjadi hangat pada temperatur ruangan hingga cairan menjadi gel yang jernih. 7. Basis clear Jelly R/ Na alginat Metal parabean Natrium heksametafosfat Gliserin Air minum Cara pembuatan: Metal parabean dilarutkan ke dalam gliserin dengan penambahan panas. Kemudian ditambahkan air ke dalam gliserin yang hangat dengan pengadukan yang cepat, kemudian natrium heksametafosfat dilarutkan ke dalam larutan ini. Lalu ditambahkan Na-alginat dengan pengadukan cepat yang kontinu hingga terlarut semua. X.
A.

3g 0,2 g 5g 10 g 100 g

PEMBUATAN GEL STERIL Gel steril digunakan untuk penggunaan mata dan untuk lubrikan alat/kateter yang dimasukkan ke dalam tubuh. Gel disterilkan dengan metode sterilisasi awal yaitu bahan awal disterilkan masing-masing kemudian dibuat secara aseptic. Gel kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang steril. Cara lain gel dapat disterilkan dengan metode sterilisasi akhir dengan radiasi sinar gamma Co60.

Metrode sterilisasi:

B.

Metode sterilisasi wadah Wadah untuk gel steril adalah tube yag terbuat dari logam. Tube disterilkan dengan metoda panas kering, yaitu dengan pemanasan 160 C selama 1 jam. C. Contoh formula gel steril: Pilokarpin hidroklorida (sedian gel untuk mata) R/ Pilokarpin HCl (zat aktif) 4%

Benzolkonium klorida (pengawet) Dinatriun edeta (chelating agent) Karbomer 940 (gelling agent) Natrium hidroksida (adjust pH) Dan atau Asam hidroklorida (adjust pH) Air murni (purified water) Cara pembuatan :

0,08%

qs qs qs 100 ml

Karbomer didispersikan kedalam sebagian air dan disterilisasi dalam autoklaf. Pilokarpin Hcl, dinatrium edeta dan benzolkonium klorida dilarutkan dalam air yang berbeda. Larutan ini kemudian disterilisasi dengan metode filtrsi membran. Disperse karbomer kemudian ditambahkan ke dalam larutan pilokarpin pada kondisis aseptic. Volume akhir disesuaikan dengan menambahkan air steril, juga dilakukan pada kondisi aseptic. Produk yang sudah jadi kemudian diisikan kedalam tube gel untuk mata yang sebelumnya sudah disterilkan, dilakukan pada kondisi aspetik.

Daftar Pustaka
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi keempat. Terj. Dari Introduction to Pharmaceutical Dosage Form, oleh Farida Ibrahim. UI Press, Jakarta. Avis, Liberman, Lachman, 1993. Pharmaceutical Dosage Forms, Parenteral Medication, Vol. II, 2nd Ed. Hal. 576. Lieberman, Herbert A., Martin M. R., Gilber S., 1989. Pharmaceutical Dossage Forms Disperse System, Vol II, Macel Dekker Inc., New York. Hal 504-506.

You might also like