You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN

Hematemesis adalah muntah darah. Darah bisa dalam bentuk segar ( bekuan /
gumpalan atau cairan berwarna merah cerah ) atau berubah karena enzim dan asam
lambung, menjadi kecoklatan dan berbentuk seperti butiran kopi. Memuntahkan
sedikit darah dengan warna yang telah berubah adalah gambaran nonspesiIik dari
muntah berulang dan tidak selalu menandakan perdarahan saluran cerna atas yang
bermakna. Hematemesis merupakan tanda adanya perdarahan saluran cerna atas,
yaitu dengan batasan proksimal dari ligamentum Treitz. (m.suspensorius duodenii).
Keadaan ini dapat disebabkan oleh adanya : 1. Varises esophagus; 2. Ulkus peptikum;
3. Robekan Mallory Weiss, yaitu robeknya pembuluh darah arteri mukosa pada batas
esoIago-gastrik.
(1,2)

Sedangkan melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti
aspal, dan lengket yang menunjukkan perdarahan saluran pencernaan bagian atas
serta dicernanya darah pada usus halus. Warna merah gelap atau hitam berasal dari
konversi Hb menjadi hematin oleh bakteri setelah 14 jam. sumber perdarahannya
biasanya juga berasal dari saluran cerna atas, meskipun demikian dapat juga dimulai
dari usus disebelah bawah ligamentum Treitz sampai dengan kolon proksimal.
(1,2)

Berdasarkan laporan di SMF Penyakit Dalam RSU dr. Sutomo Surabaya, dari
1673 kasus perdarahan SCBA, penyebab terbanyak adalah 76,9 pecahnya varises
esoIagus, 19,2 gastritis erosiI, 1,0 tukak peptikum, 0,6 kanker lambung dan
2,6 karena sebab-sebab lain. Laporan dari RS Pemerintah di Jakarta, Bandung dan
Yogyakarta urutan 3 penyebab terbanyak perdarahan SCBA sama dengan di RSU dr.
Sutomo. Sedangkan laporan dari RS Pemerintah di Ujung Pandang menyebutkan
tukak peptikum menempati urutan pertama penyebab SCBA. Laporan kasus di RS
Swasta yakni RS Darmo Surabaya perdarahan karena tukak peptikum 51,2, gastritis
erosiI 11,7, varises esoIagus 10,9, keganasan 9,8, esoIagitis 5,3, sindrom
Mallori-Weiss 1,4, tidak diketahui 7, dan penyebab-penyebab lain 2,7. Di
negara barat tukak peptikum menempati urutan pertama penyebab perdarahan SCBA
dengan Irekuensi sekitar 50.
(2)

BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Narto Yatiman
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 60 tahun
Agama : islam
Suku bangsa : jawa
Pekerjaan : petani
Status pernikahan : nikah
Alamat : pundungrejo, tawangsari, SKH

B. ANAMNESIS
Diambil dari : autoanamnesis dan Alloanamnesa tanggal 3 mei 2011
f Keluhan utama
Muntah darah dan Buang air besar hitam sejak 1 hari sebelum masuk RS
Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh muntah darah dan buang air besar berdarah sejak 1
hari SMRS. Darah yang keluar dari muntah dan berak berwarna merah
kehitaman. Kurang lebih dalam sehari pasien mengalami muntah darah 5 kali
dan berak darah 2 kali. Muntah darah berwarna hitam seperti kopi pekat dan
ada jendalan-jendalan berwarna hitam, dengan jumlah kurang sekali muntah
setengah gelas. Buang air besar kehitaman sebanyak 2 kali.
Selain itu pasien juga merasa mual-mual terus menerus yang disertai
rasa sakit pada daerah ulu hati, sakitnya terasa pedih. Pasien juga mengatakan
nyeri pada perut tengah atas disertai rasa mual yang membuat pasien malas
makan. Nyeri perut bagian tengah atas sering muncul jika pasien telat makan
dan memberat jika pasien makan. Pasien semakin lemas karena muntah dan
buang air besar yang berwarna hitam tadi, sehingga dibawa oleh keluarganya
ke rumah sakit sukoharjo. Pasien baru pertama kali mengalami keluhan seperti
ini.
n Riwayat penyakitdahulu
Riwayat penyakit maag : ()
Riwayat pernah sakit kuning (hepatitis) : disangkal.
Riwayat sering mengkonsumsi alcohol : disangkal.
Riwayat penyakit darah tinggi : disangkal.
Riwayat penyakit gula : disangkal.
Riwayat sering minum obat-obatan pereda nyeri : ()
Riwayat adanya penyakit perdarahan dari luka yang tidak sembuh-sembuh
pada pasien dan keluarga : disangkal.
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa

C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, gizi cukup, Jital Sign
tekanan darah 90/60 mmHg, Respirasi 28x/menit, nadi 84x/menit, suhu 36,4 C.
Keadaan Umum Kepala CA /, SI -/-. Leher pembesaran KGB (-),
peningkatan JVP (-). Thorax Paru Inspeksi simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak
(-), Palpasi Iremitus / (N), Perkusi paru sonor, Auskultasi SDV (/) Wheezing
-/-, Ronkhi -/-. Pada Jantung, Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat, tidak terlihat
massa, Palpasi jantung kuat angkat, perkusi Kanan atas SIC II parasternalis
dextra, Kanan bawah SIC IV parasternalis dextra, Kiri atas SIC II parasternalis
sinistra, Kiri bawah SIC V linea axillaris anterior, Auskultasi Suara jantung I-II
intensitas reguler, bising jantung (-). Simpulan bentuk, ukuran dan kerja jantung
dalam batas normal.
Abdomen Inspeksi Supel, Auskultasi Peristaltik (), Perkusi Timpani,
Palpasi Tes undulasi (-), Hepar dan Lien sulit dinilai, Nyeri tekan pada
epigastrium. Pada pemeriksaan extremitas superior dan inIerior edema (-).
#08:20 p0207ik8aan fi8ik
Dari hasil pemeriksaan Iisik didapatkan keadaan umum pasien CM,
lemah, vital sign didapatkan TD : 90/60 mmHg, Nadi : 84 x/mnt, RR:28x/mnt,
Suhu : 36,4 C (saat pemeriksaan). Dari pemeriksaan Iisik didapat CA /,
pemeriksaan thorax dalam batas normal, Pemeriksaan abdomen dalam batas
normal, peristaltik normal, nyeri tekan() pada epigastrium, hepar dan lien
dalam batas normal.
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : 6,1 gr/dL
Hematokrit : 16 - MCV : 76,1 Il
Leukosit : 9,6 x 10
3
uL - MCH : 25,4 pg
Trombosit : 221 x 10
3
uL - MCHC : 33,3
Eritrosit : 2,01 x 10
6
uL - SGOT : 19 U/I
HbsAg : NegatiI (-) - SGPT : 20 U/I
Ureum : 65,8 mg/dL
Creatinin : 1,16 mg/dL

E. DIAGNOSIS
Syok Hipovolemik
Hematemesis Melena e.c Suspek Gastritis erosive
Anemia gravis
F. TERAPI
RL drip adona 1 ampul 30 tpm
Inj ranitidine 1A/12jam
Ondansetron 1A/12 jam
CeIazolin 1g/12 jam
Vit K 1A/8 jam
Antasid 3xCI
TransIuse WB 3 kolI
Guyur NaCl 500-1000cc

G. Follow up
2-mei 2011
S : mual (), muntah (-), BAB hitam (-), pusing (), demam (-).
O : VS : T :110/80 N: 84x/mnit, R: 20x/mnt, S: 36,8
O
C
Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, gizi cukup, Keadaan
umum CA /, SI -/-. Leher pembesaran KGB (-), peningkatan JVP(-).
Thorax Paru Inspeksi simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-), Palpasi
Iremitus / (N), Perkusi paru sonor, Auskultasi SDV (/) Wheezing -/-,
Ronkhi -/-. Pada Jantung, Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat, tidak terlihat
massa, Palpasi jantung kuat angkat, perkusi Kanan atas SIC II parasternalis
dextra, Kanan bawah SIC IV parasternalis dextra, Kiri atas SIC II
parasternalis sinistra, Kiri bawah SIC V linea axillaris anterior, Auskultasi
Suara jantung I-II intensitas reguler, bising jantung (-). Simpulan bentuk,
ukuran dan kerja jantung dalam batas normal.
Abdomen, Inspeksi Supel, Auskultasi Peristaltik (), Perkusi Timpani,
Palpasi Tes undulasi (-), Hepar dan Lien sulit dinilai, Nyeri tekan pada
epigastrium. Pada pemeriksaan extremitas superior dan inIerior edema (-).
Diagnosis
Syok Hipovolemik
Hematemesis melena e.c suspek gastritis erosive
Anemia gravis

Terapi
Bilas lambung jernih
RL 20 tpm
Inj ranitidine 1A/12jam
Ondansetron 1A/12 jam
CeIazolin 1g/12 jam
Vit K 1A/8 jam
Asam traneksamat 1A/ 8jam
Antasid 3xCI
Dulcolax sup 0-0-1
TransIuse WB 3 kolI
Guyur NaCl 500-1000cc
Planning : USG abdomen

Tgl 4-mei-2011
S : mual (), muntah (-), BAB hitam (-), pusing (), demam (-).
O : VS : T :120/80 N: 88x/mnit, R: 24x/mnt, S: 38,8
O
C
Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, gizi cukup, Keadaan
Umum CA /, SI -/-. Leher pembesaran KGB (-), peningkatan JVP (-).
Thorax Paru Inspeksi simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-), Palpasi
Iremitus / (N), Perkusi paru sonor, Auskultasi SDV (/) Wheezing -/-,
Ronkhi -/-. Pada Jantung, Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat, tidak terlihat
massa, Palpasi jantung kuat angkat, perkusi Kanan atas SIC II parasternalis
dextra, Kanan bawah SIC IV parasternalis dextra, Kiri atas SIC II
parasternalis sinistra, Kiri bawah SIC V linea axillaris anterior, Auskultasi
Suara jantung I-II intensitas reguler, bising jantung (-). Simpulan bentuk,
ukuran dan kerja jantung dalam batas normal.
Abdomen, Inspeksi Supel, Auskultasi Peristaltik (), Perkusi Timpani,
Palpasi Tes undulasi (-), Hepar dan Lien sulit dinilai, Nyeri tekan pada
epigastrium. Pada pemeriksaan extremitas superior dan inIerior edema (-).
Pada pemeriksaan USG didapatkan pelebaran v.hepatica dan v. cava inIerior

Gambar 1. USG abdomen tanggal 5 mei 2011

Diagnosis
Syok Hipovolemik
Hematemesis melena e.c suspek gastritis erosive
Anemia gravis

Terapi
InIus RL 30 tpm
Inj ranitidine 1A/12jam
Ondansetron 1A/12 jam
CeIazolin 1g/12 jam
Vit K 1A/8 jam
Asam traneksamat 1A/ 8jam
Dulcolax sup 0-0-1
Antasid 3xCI
Cek Lab

6-mei 2011
Hasil Lab
Hemoglobin : 9,8 gr/dL
Hematokrit : 25,1
Leukosit : 7 x 10
3
uL
Trombosit : 197 x 10
3
uL
Eritrosit : 2,56 x 10
6
uL
HbsAg : NegatiI (-)
Pasien diperbolehkan pulang Rawat jalan









BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Hematemesis adalah muntah darah yang berwarna hitam yang berasal dari
saluran cerna bagian atas. Melena yaitu buang air besar berwarna hitam ter yang
berasal dari saluran cerna bagian atas. Yang dimaksud dengan saluran cerna
bagian atas adalah saluran cerna di atas (proksimal) dari ligamentum %70it:, mulai
dari jejenum proksimal, duodenum, gaster dan esoIagus.
(1)


B. EPIDEMIOLOGI
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) merupakan keadaan gawat
darurat yang sering dijumpai di tiap rumah sakit di seluruh dunia termasuk di
Indonesia. Delapan puluh persen dari angka kematian akibat perdarahan SCBA
antara lain karena pecahnya varises esoIagus, gastritis erosiI, atau ulkus peptikdi
bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM berasal dari pecahnya varises esoIagus
akibat penyakit sirosis hati dan hepatoma.
(1,2)

Berdasarkan laporan di SMF Penyakit Dalam RSU dr. Sutomo Surabaya, dari
1673 kasus perdarahan SCBA, penyebab terbanyak adalah 76,9 pecahnya
varises esoIagus, 19,2 gastritis erosiI, 1,0 tukak peptikum, 0,6 kanker
lambung dan 2,6 karena sebab-sebab lain. Laporan dari RS Pemerintah di
Jakarta, Bandung dan Yogyakarta urutan 3 penyebab terbanyak perdarahan SCBA
sama dengan di RSU dr. Sutomo. Sedangkan laporan dari RS Pemerintah di
Ujung Pandang menyebutkan tukak peptikum menempati urutan pertama
penyebab SCBA. Laporan kasus di RS Swasta yakni RS Darmo Surabaya
perdarahan karena tukak peptikum 51,2, gastritis erosiI 11,7, varises esoIagus
10,9, keganasan 9,8, esoIagitis 5,3, sindrom Mallori-Weiss 1,4, tidak
diketahui 7, dan penyebab-penyebab lain 2,7. Di negara barat tukak peptikum
menempati urutan pertama penyebab perdarahan SCBA dengan Irekuensi sekitar
50.
(2)


DIAGNOSIS
Perdarahan saluran cerna bagian atas dapat bermaniIestasi sebagai
hematemesis, melena atau keduanya. Dalam anamnesis yang perlu ditekankan
adalah : 1). Sejak kapan terjadinya perdarahan dan berapa perkiraan darah yang
keluar, 2). Riwayat perdarahan sebelumnya, 3). Riwayat perdarahan dalam
keluarga, 4). Ada tidaknya perdarahan di bagian tubuh lain, 5). Riwayat
penggunaan obat-obatan NSAIDs dan anti koagulan, 6). Kebiasaan minum
alkohol, 7). Mencari kemungkinan adanya penyakit hati kronik, demam berdarah,
demam tiIoid, gagal ginjal kronik, diabetes melitus, hipertensi, alergi obat-obatan,
8). Riwayat transIusi sebelumnya.
(1,2)

Pemeriksaan Iisik dapat memperlihatkan stigmata penyebab perdarahan,
seperti stigmata sirosis, anemia, akral dingin dan sebagainya. Status hemodinamik
saat masuk ditentukan dan dipantau karena hal ini akan mempengaruhi prognosis.
untuk keperluan klinik, maka harus dibedakan apakah perdarahan beeasal dari
varises esoIagus dan non-varises, karena antara keduanya terdapat ketidaksamaan
dalam pengelolaan dan prognosisnya.
(1,3)


E PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang biasa digunakan pada kasus perdarahan saluran cerna ialah
endoskopi gastrointestinal, radiograIi dengan barium, dan angiograIi. Pada semua
pasien dengan tanda-tanda perdarahan saluran cerna bagian atas atau yang asal
perdarahannya masih meragukan pemeriksaan endoskopi SCBA merupakan
prosedur pilihan. Dengan pemeriksan ini sebagian besar kasus diagnosis
penyebab perdarahan bias ditegakkan. Selain itu dengan endoskopi bisa juga
dilakukan upaya terapeutik. Bila perdarahan masih tetap berlanjut atau asal
perdarahan sulit dididentiIikasi perlu pertimbangan pemeriksaan dengan
radionuklid atau angiograIi yang sekaligus bias digunakan untuk menghentikan
perdarahan.
Tujuan pemeriksaan endoskopi selain menemukan penyebab serta asal
perdarahan, juga untuk menentukan aktivitas perdarahan.
(3)


F. PENATALAKSANAAN
Langkah resusitasi berupa pemasangan jalur intravena dengan cairan
Iisiologis, bila perlu transIusi PRC, darah lengkap (4l0 bl44/), pack0/ c0ll, dan
FFP.
(2)

Tindakan yang paling sederhana untuk menghentikan perdarahan saluran
cerna bagian atas adalah bilas lambung dengan air es melalui pipa nasogastrik.
Pemasangan pipa nasogastrik dikerjakan melalui lubang hidung pasien, kemudian
dilakukan aspirasi isi lambung. Bila pada aspirasi terdapat darah, selanjutnya
dilakukan bilas lambung dengan air es sampai isi lambung tampak bersih dari
darah atau tampak lebih jernih warnanya. Tindakan tersebut disebut ga8t7ic
8p44ling. Ada 5 manIaat dari tindakan ini, yaitu :
(3)

1. Tindakan diagnostik dan pemantauan apakah perdarahn masih berlangsung
terus atau tidak.
2. Menghentikan perdarahan (eIek vasokontriksi dari es)
3. Memudahkan pemberian obat-obatan oral ke dalam lambung.
4. Membersihkan darah dari lambung untuk mencegah koma hepatik.
5. Persiapan endoskopi.

Bilas lambung juga dapat dilakukan dengan menggunakan air suhu kamar.
Berdasarkan percobaan pada hewan, kumbah lambung dengan air es kurang
menguntungkan, waktu perdarahan jadi memanjang, perIusi dinding lambung
menurun, dan bisa timbul ulserasi pada mukosa lambung.
(3)

Pada perdarahan saluran cerna ini dianggap terdapat gangguan hemostasis
berupa deIisiensi kompleks protrombin sehingga diberikan vitamin K parenteral
dan bila diduga terdapat Iibrinolisis sekunder dapat diberikan asam traneksmat
parenteral.
(3)

Produksi asam lambung yang meningkat karena stress Iisik maupun psikis
ditekan dengan pemberian antasida dan antagonis reseptor H2 (ranitidine,
Iamotidine, atau roksatidine). Antasid diharapkan bermanIaat untuk menekan
asam lambung yang sudah berada di lambung sedangkan antagonis reseptor H2
untuk menekan produksi asam lambung. Selain itu dengan pertimbangan bahwa
proses koagulasi atau pembentukan Iibrin akan terganggu oleh suasana asam,
maka diberikan antisekresi asam lambung, mulai dari antagonis reseptor H2
sampai penghambat pompa proton (omeprazole, lansoprazole, pantoprazole). Di
samping itu terdapat obat-obatan yang bersiIat meningkatkan deIense mukosa
(sukralIat) yang dapat dipakai sebagai regimen alternatiI.
(2,3)

Pemberian obat yang bersiIat vasoaktiI akan mengurangi aliran darah
splanknikus sehingga diharapkan proses perdarahan berkurang atau berhenti.
Dapat dipaka vasipresin, somatostatin, atau okreotid. Vasopresin bekerja sebagai
vasokonstriktor pembuluh splanknik, sedangkan somatostatin dan okreotid
melalui eIek menghambat sekresi asam lambung dan pepsin, menurunkan aliran
darah di lambung, dan merangsang sekresi mukus lambung.
(2)

Pemasangan S0ng8tak0n-Blak02470 t:b0 (SB t:b0) dapat dikerjakan pada
kasus yang diduga terdapat varises esoIagus. SB t:b0 terdiri dari 2 balon
(lambung dan esopIagus). Balon lambung berIungsi sebagai jangkar agar SB t:b0
tidak keluar saat balon esophagus dikembangkan. Balon esoIagus tersebut secara
mekanik menekan langsung pembuluh darah varises yang robek dan berdarah.
Balon SB t:b0 memiliki 3 lumen, yaitu untuk balon lambung, balon esoIagus, dn
untuk memasukkan obat-obatan atau makann ke dalam lambung atau untuk
membilas lambung dengan air es. Komplikasi yang dapat terjadi adalah
pneumonis aspirasi, kerusakan esoIagus, dan obstruksi jalan napas.
(3,4)



BAB IV
PEMBAHASAN

Dari anamnesis diperoleh data bahwa Pasien mengeluh muntah darah dan
buang air besar berdarah sejak 1 hari SMRS. Darah yang keluar dari muntah dan
BAB berwarna merah kehitaman. Kurang lebih dalam sehari pasien mengalami
muntah darah 5 kali dan BAB darah 2 kali. Muntah darah berwarna hitam seperti kopi
pekat dan ada jendalan-jendalan berwarna hitam, dengan jumlah kurang lebih sekali
muntah setengah gelas.
Selain itu pasien juga merasa mual-mual terus menerus yang disertai rasa sakit
pada daerah ulu hati, sakitnya terasa pedih. Pasien juga mengatakan nyeri pada perut
tengah atas disertai rasa mual yang membuat pasien malas makan. Nyeri perut bagian
tengah atas sering muncul jika pasien telat makan dan memberat jika pasien makan.
Pasien semakin lemas karena muntah dan buang air besar yang berwarna hitam tadi,
sehingga dibawa oleh keluarganya ke rumah sakit sukoharjo. Pasien baru pertama
kali mengalami keluhan seperti ini.
Sejak usia 40-an tahun, pasien sering mengkonsumsi jamu dan obat-obatan
pegel linu, dan masih dikonsumsi hingga sekarang.
Dari pemeriksaan Iisik ditemukan adanya nyeri tekan pada epigastrium, dan
konjungtiva pucat.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan Iisik, didapatkan diagnosa sementara
yaitu Hematemesis Melena et causa Gastritis erosiI. Terdapat tanda-tanda Iisis pada
pasien yang mengarahkan diagnosa pada Hematemesis Melena et causa Gastritis
erosiI yaitu muntah darah yang berwarna hitam pekat seperti kopi, BAB yang
berwarna hitam seperti ter, mual dan muntah, nyeri tekan epigastrium , pernah
mengalami riwayat gastritis sebelumnya, serta terdapat riwayat pemakaian obat-
obatan dan jamu untuk mengurangi pegel-pegel dalam jangka waktu yang lama.
Muntah darah yang berwarna hitam pekat seperti kopi diakibatkan oleh perdarahan
yang berasal dari saluran cerna bagian atas yaitu lambung, yang telah tercampur
dengan asam lambung. Warna darah tergantung pada jumlah asam lambung yang ada
dan lamanya kontak dengan darah. Darah dapat berwarna merah segar bila tidak
tercampur dengan asam lambung atau merah gelap, coklat, ataupun hitam bila telah
bercampur dengan asam lambung atau enzim pencernaan sehingga hemoglobin
mengalami proses oksidasi menjadi hematin. BAB yang berwarna hitam seperti ter
juga diakibatkan oleh tercampurnya darah dengan asam lambung. BAB hitam
(melena) baru dijumpai apabila terjadi paling sedikit perdarahan sebanyak 50-100
mL. Perdarahan saluran cerna bagian atas juga dapat bermaniIestasi sebagai
hematokesia bila perdarahan banyak dan aktiI serta waktu transit saluran cerna yang
cepat.
Berdasarkan anamnesis juga, diperoleh data bahwa pasien merasa sakit di
daerah ulu hati. Sakit ini sudah dirasakan sejak beberapa bulan terakhir dan hilang
timbul. Sakit dirasakan seperti menusuk-nusuk dan perih. Sakit hilang bila pasien
makan. Kadang-kadang pasien merasa mual. Cepat merasa kenyang dan terkadang
terasa kembung. Berdasarkan keterangan ini disimpulkan bahwa pasien pernah
menderita gastritis. Gastritis adalah inIlamasi dari mukosa lambung.
Gambaran klinis yang ditemukan berupa dispepsia yang dikeluhkan pasien
ini. Gastritis terjadi karena terjadi gangguan keseimbangan Iaktor agresiI dan
deIensiI. Gastritis akut dapat disebabkan oleh NSAIDs, alkohol, gangguan
mikrosirkulasi mukosa lambung maupun stress. Gastritis kronik disebabkan oleh
0lic4bact07 pyl47i.
Kemungkinan terjadi gastritis erosiva pada pasien ini karena terdapat riwayat
pemakaian obat-obat maupun jamu pereda pegel linu. Umumnya obat-obatan tersebut
mengandung bahan-bahan yang dapat mengakibatkan perangsangan asam lambung
yang berlebihan ataupun menghambat serta mengganggu dari Iungsi perlindungan
mukosa lambung terhadap asam lambung sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
perdarahan lambung. Kandungan obat-obatan tersebut diantaranya yang terbanyak
adalah NSAIDs (Asam meIenamat) dan berbagai jenis steroid (prednisone,
deksametason dll).
EIek samping NSAIDs pada saluran cerna tidak terbatas pada lambung. EIek
samping pada lambung memang yang paling sering terjadi. NSAIDs merusak mukosa
lambung malalui 2 mekanisme yakni : tropikal dan sistemik. Kerusakan mukosa
secara tropikal terjadi karena NSAIDs bersiIat asam dan lipoIilik, sehingga
mempermudah t7apping i4n y/74g0n masuk mukosa dan menimbulkan kerusakan.
EIek sistemik NSAIDs tampaknya lebih penting yaitu kerusakan mukosa terjadi
akibat produksi prostaglandin menurun, NSAIDs secara bermakna menekan
prostaglandin. Seperti diketahui prostaglandin merupakan substansi sitoprotektiI yang
amat penting bagi mukosa lambung. EIek sitoproteksi itu dilakukan dengan cara
menjaga aliran darah mukosa, meningkatkan sekresi mukus, dan ion bikarbonat dan
meningkatkan 0pit0lial /0f0n80. Aliran darah mukosa yang menurun menimbulkan
adhesi neutroIil pada endotel pembuluh darah mukosa dan memacu lebih jauh proses
imunologis. Radikal bebas dan protease yang dilepaskan akibat proses imunologis
tersebut akan merusak mukosa lambung.
Berdasarkan penelitian, terbukti sebagai Iaktor resiko untuk mendapatkan eIek
samping semakin besar dari penggunaan NSAIDs adalah digunakan secara bersama-
sama dengan steroid, usia lanjut ~ 60 tahun, dan masih mengkonsumsi obat-obatan
tersebut walaupun telah menderita penyakit gastritis sebelumnya tanpa diberikan
obat-obatan pelindung untuk mukosa lambung.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa pasien mengalami
Hematemesis Melena et causa Gastritis Akut erosiI. Namun untuk menegakkan
diagnosis secara pasti harus dilakukan pemeriksaan dengan endoskopi. Secara
endoskopi akan dijumpai kongesti mukosa, eresi-erosi kecil, dan kadang-kadang
disertai dengan perdarahan kecil-kecil. Menentukan status hemodinamik pada saat
pasien datang sangatlah penting karena hal ini akan mempengaruhi prognosis. Di
samping itu, tanda-tanda gangguan sirkulasi periIer juga harus diwaspadai. Pada saat
pemeriksaan, tidak didaparkan tanda-tanda hipovolemik sampai syok, yaitu tekanan
darah masih dalam batas normal, nadi dan napas juga dalam batas normal serta akral
tidak dingin. Hanya ditemukan konjungtiva pucat yang menandakan terjadi anemia,
dan hal ini dibuktikan dengan pemeriksaan Hb yang hanya 6, 1 gr/dl.
Diagnosis banding pasien ini adalah Hematemesis Melena et causa ulkus
Peptikum dan Hematemesis Melena et causa varises esoIagus. Berdasarkan penelitian
bahwa penyebab terbanyak dari hematemesis melena adalah diakibatkan oleh
pecahnya varises esoIagus, gastritis erosiI dan tukak peptikum. Gejala-gejala yang
timbul hampir sama. Pada Hematemesis Melena yang diakibatkan oleh varises
esoIagus terdapat riwayat penyakit atau kelainan hati sebelumnya, dan umumnya
darah yang dimuntahkan berwarna merah segar karena berasal dari pembuluh darah
esoIagus yang pecah walaupun terdapat juga warna muntahan darah berwarna hitam
karena ada darah yang mengalir ke lambung dan bercampur dengan asam lambung.
Untuk ,mengetahui apakah terdapat kelainan pada hati dapat dilakukan pemeriksaan
Iungsi hati seperti SGPT, SGOT dan apabila diperlukan dapat dilakukan USG hati.
Sedangkan Hematemesis Melena yang dikibatkan oleh Tukak Peptikum, untuk
membedakannya dengan gastritis erosiI dapat dilakukan pemeriksaan dengan
endoskopi.
Pada gastritis erosiI dapat dijumpai kongesti mukosa, eresi-erosi kecil, dan
kadang-kadang disertai dengan perdarahan kecil-kecil. Sedangkan pada tukak peptik
dapat dijumpai erosi yang lebih luas dan dalam atau luka terbuka. Nyeri pada tukak
duedonum umumnya tidak terlokalisasi, rasa sakit timbul waktu merasa lapar, dan
nyeri dapat berkurang sementara sesudah makan, minum susu atau minum antasida.
Nyeri spesiIik timbul dini hari, antara tengah malam dan jam 3 dini hari yang dapat
membangunkan pasien, dan rasa sakit terletak pada daerah sebelah kanan garis tengah
perut. Sedangkan rasa sakit pada tukak lambung timbul setelah makan dan terjadi
pada daerah sebelah kiri dari garis tengah perut.
Pemeriksaan penunjang yang diusulkan adalah Darah lengkap, hemostasis
(waktu perdarahan, pembekuan, protrombin), elektrolit (Na, K, Cl), Fungsi hati
(SGPT/SGOT, albumin, globulin), endoskopi dan USG hati. Pemeriksaan darah
berguna untuk menilai keadaan sekaligus sebagai panduan untuk terapi. Sebagai
contohnya kadar Hb dapat digunakan untuk panduan kapan harus dilakukan tranIusi
darah. Karena pasien mengalami kehilangan darah baik melalui muntah ataupun
Ieses, atau perdarahan di dalam lambung maka pada pemeriksaan Hb yang
diharapkan adalah terjadinya penurunan kadar Hb. Elektrolit juga diperiksa karena
ketika pasien muntah akan terjadi juga deIisit elektrolit yang hilang bersama
muntahan tersebut. DeIisit elektrolit ini juga harus dikoreksi. Pemeriksaan Iungsi hati
diperlukan, untuk menilai apakah telah terjadi kelainan pada hati dan sebagai
pertimbangan dalam pemberian terapi khususnya pada obat-obatan yang di
metabolisme di hati. Endoskopi dilakukan untuk mengetahui asal tempat terjadinya
sumber perdarahan, penyebab perdarahan, aktivitas perdarahan dan sebagai
diagnostik pasti. USG hati dilakukan apabila ada indikasi untuk melihat gambaran
keadaan hati.
Terapi kausal yang diberikan pada pasien ini adalah golongan obat
penghambat pompa proton seperti Lansoprazole. Mekanisme kerja PPI adalah
memblokir enzim KHATP ase yang akan memecah KHATP menghasilkan
energi yang akan digunakan untu mengeluarkan enzim HCL dari kanalikuli sel
parietal ke dalam lumen lambung. Selanjutnya diberikan obat-obatan golongan
antihistamin H2 seperti Ranitidine, obat ini bekerja dengan cara memblokir eIek
histamin pada sel parietal sehingga sel parietal tidak dapat dirangsang untuk
mengeluarkan asam lambung. EIek ini bersiIat reversibel. Sebaiknya selain itu
diberikan juga obat-obatan pelindung mukosa lambung seperti sucralIate yang
mekanisme kerjanya melalui pelepasan kutub alumunium hidroksida yang berikatan
dengan kutub positiI molekul protein membentuk lapisan Iisiokokemikal pada daerah
erosi, yang melindunginya dari pengaruh agresiI asam lambung. Atau dapat diberikan
obat-obatan analog prostaglandin seperti misoprostol yang dapat mengurangi sekresi
asam lambung, menambah sekresi mukus, bikarbonat dan meningkatkan aliran darah
mukosa serta pertahanan dan perbaikan mukosa lambung.
Selain itu diberikan juga obat-obatan antasida yang mempunyai kemampuan
untuk menetralkan asam lambung atau mengikatnya, seperti Magnesium hidroksida
atau Alumunium hidroksida. Pemberian vitamin K pada kasus-kasus perdarahan
saluran cerna bagian atas diperbolahkan, dengan peetimbangan pemberian tersebut
tidak merugikan dan relative murah. Vitamin K bermanIaat dalam proses pembekuan
darah dan dapat mengembalikan masa protrombin menjadi normal. Faktor
pembekuan darah yang bergantung pada vitamin K adalah Iaktor II, VII, IX, dan X.
Apabila terjadi deIisiensi vitamin K maka proses pembekuan akan berlangsung lama
dan perdarahan dapat terjadi terus-menerus. Pemberian obat-obatan antasida dan
antagonis reseptor H2 tidak boleh diberikan pada waktu yang bersamaan, karena
obat-obatan antasida dapat menghambat absorbsi dari obat-obatan lain. Pemberian
dapat dilakukan dengan tenggang waktu 1-2 jam. Sebagai contoh pemberian antasida
dilakukan 1 jam sebelum makan dan obat-obatan antihistamin H2 diberikan 1 jam
setelah makan. Untuk obat-obatan antagonis H2 dan cyt4p74t0ctiv0 ag0nt
pemberiannya boleh dilakukan secara bersama-sama. Apabila kita menggunakan
sucralIate, maka pemberiannya juga jangan diberikan bersamaan dengan antasida,
karena sucralIate membutuhkan PH asam untuk aktivasi.






BAB IV
KESIMPULAN

Telah dilaporkan sebuah kasus hematemesis e.c suspect gastritis erosiva pada
seorang laki-laki berumur 60 tahun yag dirawat di bangsal Flamboyan RSUD
Sukoharjo dari tanggal 30 april 6 mei 2011. Pasien didiagnosa hematemesis e.c
suspect gastritis erosiva berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan Iisik dan
pemeriksaan penunjang. Pasien mendapat terapi suportiI berupa transIuse WB dan
rehidrasi cairan yang adekuat, serta obat-obat sitoprotektiI untuk proteksi gaster.
Pasien diperbolehkan pulang setelah dirawat selama 6 hari dan keadaan pasien makin
membaik.


DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, A dkk., 2001., 02at0208i8 M0l0na /ala2 Kapita S0l0kta
K0/4kt07an E/i8i k0tiga Jili/ I., Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia :
Media Aesculapius hal.634-636
2 Sastroamoro, S dkk., 2007., !an/:an !0layanan M0/i8 D0pa7t020n !0nyakit
Dala2 RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo., Jakarta
3 Adi, P., 2006., !0ng0l4laan !07/a7aan Sal:7an C07na Bagian Ata8 In:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S (eds). B:k: Afa7
Il2: !0nyakit Dala2 Jili/ I E/i8i IJ., Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia., Jakarta.,
hal.289-292
4 Mubin, AH., 2006., !an/:an !7akti8 Il2: !0nyakit Dala2 E/i8i 2 .
Diagn48i8 /an %07api, EGC : Jakarta

You might also like