You are on page 1of 11

1

BAB I
PENDAHULUAN

Ilmu Sejarah telah dapat membuktikan tentang pengungkapan ilmiah
manusia yang sangat menonjol di dunia adalah di zaman Yunani Kuno (abad IV
dan V S.M). Bangsa Yunani ditakdirkan Allah sebagai manusia yang mempunyai
akal jernih. Bagi mereka ilmu itu adalah suatu keterangan rasional tentang sebab-
musabab dari segala sesuatu didunia ini. Dunia adalah kosmos yang teratur
dengan aturan kausalitas yang bersiIat rasional. Demikianlah tiga dasar yang
menguasai ilmu orang Yunani pada waktu itu, yaitu: Kosmos, Kausalitas dan
Rasional.
Pada hakikatnya kelahiran cara berIikir ilmiah itu merupakan suatu
revolusi besar dalam dunia ilmu pengetahuan, karena sebelum itu manusia lebih
banyak berpikir menurut gagasan-gagasan magis dan mitologi yang bersiIat gaib
dan tidak rasional. Dengan berilmu dan berIilsaIat manusia ingin mencari hakikat
kebenaran daripada segala sesuatu. Dalam berkelana mencari pengetahuan dan
kebenaran itu menusia pada akhirnya tiba pada kebenaran yang absolut atau yang
mutlak yaitu Causa Prima` daripada segala yang ada yaitu Allah Maha Pencipta,
Maha Besar, dan mengetahui.
Oleh karena itu kita setuju apabila disebutkan bahwa manusia itu adalah
mahluk pencari kebenaran. Di dalam mencari kebenaran itu manusia selalu
bertanya. Dalam kenyataannya makin banyak manusia makin banyaklah
pertanyaan yang timbul. Manusia ingin mengetahui perihal asal mula dan
tujuannya, perihal kebebasannya dan kemungkinan-kemungkinannya. Dengan
sikap yang demikian itu manusia sudah menghasilkan pengetahuan yang luas
sekali yang secara sistematis dan metodis telah dikelompokan kedalam berbagai
disiplin keilmuwan. Namun demikian karena kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka sejumlah besar pertanyaan tetap relevan dan aktual seperti yang
muncul pada ribuan tahun yang lalu, yang tidak terjawab oleh Ilmu pengetahuan
seperti antara lain: tentang asal mula dan tujuan manusia, tentang hidup dan mati,
tentang hakikat manusia sebagainya.
2

Ketidakmampuan Ilmu pengetahuan dalam menjawab sejumlah
pertanyaan itu, maka IilasaIat adalah tempat yang tepat t menampung dan
mengelolanya. FilsaIat adalah ilmu yang tanpa batas, tidak hanya menyelidiki
salah satu bagian dari kenyataan saja, tetapi segala apa yang menarik perhatian
manusia.


























3

BAB II
HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, ILMU, DAN AGAMA
DALAM ISLAM

Untuk menerangkan selanjutnya hubungan antara IilsaIat dan ilmu
pengetahuan, dan agama, akan dikemukakan pendapat Aristoteles tentang
abstraksi. Menurut beliau pemikiran manusia melampaui 3 jenis abstraksi (kata
Latin abstrahere` yang berarti menjauhkan diri, mengambil dari setiap jenis
abstraksi itu menghasilkan satu jenis pengetahuan yaitu
Pengetahuan fisis
Dalam kenyataannya manusia mulai berpikir bila ia mengamati,
mengobservasi sesuatu. Faktor keheranan, kesangsian dan kesadaran akan
keterbatasan manusia barulah timbul setelah pengamatan atau observasi lebih
dahulu. Peranan ratio atau akal budi manusia melepaskan (mengabstrahir) dari
pengamatan inderawi suatu segi-segi tertentu yaitu materi yang dapat dirasakan
ratio atau akal budi manusia bersama dengan materi yang 'abstrak' itu
menghasilkan pengetahuan yang disebut "Iisika' (dari kataYunani 'Physos'
alam).
2)Pengetahuan matematis
Dengan kemampuan abstraksi ini manusia dapat menghitung dan
mengukur, karena perbuatan menghitung. dan mengukur itu mungkin lebih dari
semua gejala dan semua perubahan dengan menutup indera mata, adapun jenis
pengetahuan yang dihasilkan oleh abstraksi ini disebut 'matesis' (matematika)
(kata Yunani'mathesist pengetahuan ilmu).
3Pengetahuan teologis
Apabila manusia berpikir tentang keseluruhan realitas sangkanparannya
(asal mula dan tujuannya), tentang jiwa manusia, tentang cita dan citranya,
tentang realitas yang paling luhur, tentang Tuhan, maka berarti tidak hanya
4

terbatas pada bidang Iisika saja tetapi juga bidang matematika yang sudah
ditinggalkannya.
Di sini terbukti bahwa semua jenis pengamatan tidak berguna. lagi
Adapun jenis berpikir ini disebut 'teologi' atau IilsaIat pertama,
Sesuai dengan tradisi setelah Aristoteles pengetahuan jenis ketiga ini, disebut
'rnetaIisika, bidang yang datang setelah (meta') Iisika. Menurut Aristoteles baik
bidang metaIisika, bidang matematika maupun bidang Iisika, masih merupakan
kesatuan yang keseluruhannya disebut `IilsaIat' atau metaIisika.

A.Tolok-ukur hubungan filsafat, ilmu, dan agama dalam Islam
. Arthur Thompson dalam bukunya An Introducation to Science
menuliskan bahwa ilmu adalah diskripsi total dan konsisten dari Iakta-Iakta
empiris yang dirumuskan secara bertanggung jawab dalam istilah-istilah yang
sederhana. 'FilsaIat adalah ilmu Pengetahuan dan Teknologi, IilsaIat
memperlihatkan banyak kemajuan dalam bidang penyelidikan. Ilmu pengetahuan
dan Teknologi bahkan melambung tinggi mencapai era nuklir dan sudah
diambang kemajuan dalam mempengaruhui penciptaan dan reproduksi manusia
itu sendiri dengan revolusi genetika yang bermuara pada bayi tabung di Inggris
serta diambang kelahiran kurang lebih 100 bayi tabung yang sudah hamil tua.
Di satu pihak Iakta yang tak dapat dipungkiri bahwa peradaban manusia
sangat berutang kepada ilmu pengetahuan dan teknologi, berupa penciptaan
sarana yang memudahkan pemenuhan kebutuhan manusia untuk hidup sesuai
dengan kodratnya. Inilah dampak positiInya, sedangkan dampak negatiInya sangat
menyedihkan. Bahwa ilmu yang bertujuan menguasai alam, sering melupakan
Iaktor eksitensi manusia, sebagai bagian daripada alam, yang merupakan tujuan
pengembangan ilmu itu sendiri, kepada siapa manIaat dan kegunaannya
dipersembahkan.
Agama berasl dari kata sankskrit. Ada yang berpendapat bahwa kata itu
terdiri dari dua kata, yaitu a berarti tidak dan gam berarti pergi, jadi agama artinya
3

tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun temurun. Agama memang punya siIat
yang demikian.
1
Menurut Majduddin alFairuzabady, kata /3 berasal dari /a3.
Sebab, dalam tata bahasa Arab suku kata yang setimbang dengan karta 1aal,
seperti /a3 lebih banyak terdapat dalam praktek sastra Arab daripada kata yang
setimbang 1l, seperti /3.
Kata yang setimbangan dengan 1aal lebih mudah dan praktis dituturkan
dari pada menyebut kata yang setimbangan 1l. Kata /a3, demikian al-
Fairuzabady, menunjukkan sesuatu yang tidak hadir, seperti /a3 dalam arti
hutang. Hutang adalah suatu takaran harga yang belum hadir pada waktu
pembayaran dilakukan. Agama pada dasarnya memiliki masalah yang tidak hadir
pada waktu kita sedang berada dalam alam yang hadir (dunia). Dan agama akan
hadir nantinya setelah hancurnya alam dunia dalam bentuk pahala dan siksaan.
Dengan demikian, menurut al-Fairuzabady, /3 itu berpokok pada metaIisika dan
berasal dari /a3. Dari dasar metaIisika inilah kemudian muncul berbagai
ungkapan, seperti taat, pembalasan, dan hukuman.
2

Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang telah teruji kebenarannya
secara empiris. Batas penjelajahan ilmu sempit sekali, hanya sepotong atau
sekeping saja dari sekian permasalahan kehidupan manusia, bahkan dalam batas
pengalaman manusia itu, ilmu hanya berwenang menentukan benar atau salahnya
suatu pernyataan. Demikian pula tentang baik buruk, semua itu (termasuk ilmu)
berpaling kepada sumber-sumber moral (IilsaIat Etika), tentang indah dan jelek
(termasuk ilmu) semuanya berpaling kepada pengkajian IilsaIat Estetika.
'Ilmu tanpa (bimbingan moral) agama adalah buta, demi kian kata tokoh
Einstein. Kebutuaan moral dari ilmu itu mungkin membawa kemanusiaan
kejurang malapetaka. Relativitas atau kenisbian ilmu pengetahuan bermuara
kepada IilsaIat dan relativitas atau kenisbian ilmu pengatahuan serta IilsaIat
bermuara kepada agama.

1
Amsal Bakhtiar, lsa1at Agama, (akarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm.10
2
Quraish Shihab, Mahkota Tu3tu3a3 Ilah, (akarta: Pustaka Alhusna, 1987), hlm.72
6

FilsaIat ialah `ilmu istimewa` yang mencoba menjawab masalah-masalah
yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa karena masalah-masalah itu
berada di luar atau di atas jangkauan ilmu pengetahuan biasa. FilsaIat adalah hasil
daya upaya manusia dengan akal budinya untuk dapat memahami dan mendalami
secara radikal integral daripada segala sesuatu yang ada mengenai hakikat Tuhan,
hakikat alam semesta, dan hakikat manusia. Termasuk sikap manusia terhadap hal
tersebut sebagai konsekuensi logis daripada pahamnya tersebut. Adapun titik
perbedaanya adalah sebagai berikut
a. Ilmu dan IilsaIat adalah hasil dari sumber yang sama yaitu : ra`yu (akal,
budi, ratio, reason, nous, rede, ver nunIt) manusia. Sedangkan agama
bersumber dari Wahyu Allah.
b. Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyeledikan,
pengalaman (empiri) dan percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian.
FilsaIat menghampiri kebenaran dengan cara mengelanakan atau
mengembarakan akal budi secara redikal (mengakar), dan integral
(menyeluruh) serta universal (mengalam), tidak merasa terikat oleh ikatan
apapun, kecuali ikatan tangannya sendiri yang disebut logika` Manusia
dalam mencari dan menemukan kebenaran dengan dan dalam agama
dengan jalan mempertanyakan pelbagi masalah asasi dari suatu kepada
kitab Suci. Kebenaran ilmu pengetahuan ialah kebenaran positiI,
kebenaran IilsaIat ialah kebenaran spekulatiI (dugaan yang tak dapat
dibuktikan secara empiri, riset, eksperimen). Kebenaran ilmu pengetahuan
dan IilsaIat keduanya nisbi (relatiI).
Dengan demikian terungkaplah bahwa manusia adalah mahluk pencari
kebenaran. Di dalam mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran itu
terdapat tiga buah jalan yang ditempuh manusia yang sekaligus merupakan institut
kebenaran yaitu : Ilmu, IilsaIat dan Agama.

B.Karakteristik hubungan filsafat, ilmu, dan agama dalam Islam
7

Ada yang mengatakan bahwa antara ilmu, IilsaIat dan agama memiliki
hubungan. Namun demikian, tidak menaIikan terhadap pandangan bahwa satu
sama lain merupakan sesuatu` yang terpisah; di mana ilmu lebih bersiIat 0mp7s,
IilsaIat lebih bersiIat /0 dan agama lebih bersiIat k0ak3a3. Menurut
Muhammad Iqbal dalam #0.o3t7u.to3 o1 #0lgous Thought 3 Islam
sebagaimana dikutip AsiI Iqbal Khan (2002), 'Agama bukan hanya usaha untuk
mencapai kesempurnaan, bukan pula moralitas yang tersentuh emosi. Bagi Iqbal,
agama dalam bentuk yang lebih modern, letaknya lebih tinggi dibandingkan puisi.
Agama bergerak dari individu ke masyarakat. Dalam geraknya menuju pada
realitas penting yang berlawanan dengan keterbatasan manusia. Agama
memperbesar klaimnya dan memegang prospek yang merupakan visi langsung
realitas.
3

Menurut AsiI sekalipun diekspresikan dalam jargon IilsaIat kontemporer,
tetapi mempunyai tujuan yang sama dengan para ilmuwan Islam pada abad
pertengahan yaitu menyeimbangkan agama di satu pihak dengan ilmu
pengetahuan modern dan IilsaIat utama sebagaimana tertuang dalam pendahuluan
buku rekonstruksinya, yaitu 'untuk merekonstruksi IilsaIat religious Islam
sehubungan dengan tradisi IilsaIat Islam dan perkembangan lebih lanjut berbagai
bidang ilmu pengetahuan manusia. Iqbal menegaskan dengan optimis,
'waktunya sudah dekat bagi agama dan ilmu pengetahuan untuk membentuk
suatu harmoni yang tidak saling mencurigai satu sama lain.
Untuk lebih adilnya dalam menilai hubungan ketiganya, patut dicermati
pandangan Endang SaiIuddin Anshari (Ilmu, FilsaIat dan Agama: 1979) yang
menyebutkan di samping adanya titik persamaan, juga adanya titik perbedaan dan
titik singgung. Baik ilmu maupun IilsaIat atau agama, bertujuan (sekurang-
kurangnya berurusan dengan hal yang sama), yaitu kebenaran. Ilmu p03g0tahua3
dengan metodenya sendiri mencari kebenaran tentang alam dan manusia. lsa1at
dengan wataknya sendiri pula menghampiri kebenaran, baik tentang alam,
manusia dan Tuhan. Demikian pula agama, dengan karakteristiknya pula

3
AsiI,Iqbal Khan, Agama, lsa1at /a3 S03 /alam P0mk7a3 Iqbal, 2002, hlm.15
8

memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia
tentang alam, manusia dan Tuhan.
4

Masih menurutnya, baik ilmu maupun IilsaIat, keduanya hasil dari sumber
yang sama, yaitu ra`yu manusia (akal, bu/, 7aso, 70aso3, 3ous, 70/0, v07ta3/,
v073u31t). Sedangkan agama bersumberkan wahyu dari Allah. Ilmu pengetahuan
mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan (7s0t, 70s0a7.h), pengalaman
(empirik) dan percobaan. FilsaIat menghampiri kebenaran dengan cara
mengembarakan atau mengelanakan akal budi secara radikal dan 3t0g7al serta
u3v07sal tidak merasa terikat dengan ikatan apapun, kecuali oleh ikatan
tangannya sendiri bernama logka.

.Prinsip-Prinsip Hubungan Filsafat, Ilmu, Dan Agama Dalam Islam
Berdasarkan pemahaman terhadap beberapa hal yang berkaitan dengan
FilsaIat, Ilmu, Dan Agama pada pembahasan di atas. Selanjutnya akan dipaparkan
apa yang menjadi prinsip hubungan di antara ketiganya. Dalam kehidupannya
mau tidak mau, suka tidak suka manusia akan tetap bergelut dengan FilsaIat, Ilmu
dan Agama, ketika manusia menggunakan tiga hal tersebut dalam kehidupan akan
terlihat proses dan hasil dari kegiatan itu sendiri.
Dalam konteks hasil, IilsaIat dan ilmu merupakan hasil daripada berpikir
manusia secara sadar, dan ketika dilihat dari prosesnya keduanya merupakan suatu
kegiatan manusia yang berusaha untuk memecahkan masalah-masalah dalam
kehidupan manusia guna memperoleh kebenaran dan pengaetahuan, dengan
menggunakan metode-metode atau prosedur-prosedur tertentu secara sistematis
dan kritis. Lain halnya dengan agama, dalam proses beragama berarti mengikuti
segala aturan yang telah tercantum dalam ajaran agama itu sendiri, sehingga akan
dilihat hasil dari proses itu dalam bentuk pengamalan yang disimbolkan dengan
tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.


4
Endang,SaiIuddin Anshari, Ilmu, lsa1a /a3 Agama, 1979, hlm. 169
9

D.ara, Metode, Dan Sumber Ilmu Pengetahuan Dalam Islam
Setelah kita mengetahui betapa tinggi perhatian Islam terhadap ilmu
pengetahuan dan betapa Allah SWT mewajibkan kepada kaum muslimin untuk
belajar dan terus belajar, dengan memberikan bingkai sumber pengetahuan
berdasarkan urutan kebenarannya sebagai berikut.
1. Al-Qur`an dan Sunnah
Allah SWT telah memerintahkan hamba-Nya untuk menjadikan al-Qur`an
dan Sunnah sebagai sumber pertama ilmu pengetahuan. Hal ini dikarenakan
keduanya adalah langsung dari sisi Allah SWT dan dalam pengawasannya,
sehingga terjaga dari kesalahan, dan terbebas dari segala vested interest apapun,
karena ia diturunkan dari Yang Maha Berilmu dan Yang Maha Adil. Sehingga
tentang kewajiban mengambil ilmu dari keduanya, disampaikan Allah SWT
melalui berbagai perintah untuk memikirkan ayat-ayat-Nya (QS 12/1-3) dan
menjadikan Nabi SAW sebagai pemimpin dalam segala hal (QS 33/21).
2. Alam semesta
Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk memikirkan alam semesta
(QS 3/190-192) dan mengambil berbagai hukum serta manIaat darinya, diantara
ayat2 yang telah dibuktikan oleh pengetahuan modern seperti
3. Diri manusia
Allah SWT memerintahkan agar manusia memperhatikan tentang proses
penciptaannya, baik secara Iisiologis/Iisik (QS 86/5) maupun psikologis/jiwa
manusia tersebut (QS 91/7-10).
4. Sejarah
Allah SWT memerintahkan manusia agar melihat kebenaran wahyu-Nya
melalui lembar sejarah (QS 12/111). ika manusia masih ragu akan kebenaran
wahyu-Nya dan akan datangnya hari pembalasan, maka perhatikanlah kaum Nuh,
Hud, Shalih, Fir`aun, dan sebagainya, yang kesemuanya keberadaannya
dibenarkan dalam sejarah hingga saat ini.
5


5
Allkhwan neL AlCuran dan lpLek hLLp//wwwallkhwanneL/2003/11/9/al
qurandanlpLek2sumbersumberllmupengeLahuandalamlslam/ ulLelusurl Mlnggu
16 CkLober 2011
10

BAB III
KESIMPULAN

Kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran post1 (berlaku sampai
dengan saat ini), sedangkan kebenaran IilsaIat adalah kebenaran sp0kulat1
(dugaan yang tak dapat dibuktikan secara 0mp7s, 7s0t dan 0ksp07m03tal). Baik
kebenaran ilmu maupun kebenaran IilsaIat bersiIat nisbi (70lat1), sedangkan
kebenaran agama bersiIat mutlak (absolut), karena agama adalah wahyu yang di
turunkan Dzat Yang Maha Benar, Maha Mutlak dan Maha Sempurna. Baik ilmu
maupun IilsaIat, kedua-duanya dimulai dengan sikap sa3gs atau t/ak p07.aa.
Sedangkan agama dimulai dengan sikap p07.aa dan ma3.
Adapun titik singgung, adalah perkara-perkara yang mungkin tidak dapat
dijawab oleh masing-masingnya, namun bisa dijawab oleh salah satunya.
Gambarannya, ada perkara yang dengan keterbatasan ilmu pengetahuan atau
spekulatiInya akal, maka keduanya tidak bisa menjawabnya. Demikian pula
dengan agama, sekalipun agama banyak menjawab berbagai persoalan, namun ada
persoalan-persoalan manusia yang tidak dapat dijawabnya. Sementara akal budi,
mungkin dapat menjawabnya.
Hemat pemakalah, ketiga-tiganya memiliki hubungan dan tidak perlu
dibenturkan satu sama lain selama diyakini bahwa ilmu manusia memiliki
keterbatasan. Demikian pula dengan IilsaIat, selama diIahami sebagai proses
berIikir bukan sebagai penentu. Adapun agama dapat diyakini, selama dapat
dibuktikan dengan dalil-dalil yang dapat dipertangung jawabkan. Rabban Zidn
Ilman war Zuqn Fahman . Allhumma Faqqihn fi al-Dn.

11

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ikhwan Net, Al-Quran dan Iptek, http://www.al-ikhwan.net/2005/11/9/
al-quran-dan-iptek-2-sumber-sumber-ilmu-pengetahuan-dalam-
islam/.
Bakhtiar, Amsal, lsa1at Agama, akarta, Logos Wacana Ilmu, 1999.
Iqbal Khan, AsiI, Agama, lsa1at /a3 S03 /alam P0mk7a3 Iqbal, 2002.
SaiIuddin Anshari, Endang, Ilmu, lsa1a /a3 Agama, Surabaya, Bina
Ilmu, 1979.
Shihab, Quraish, Mahkota Tu3tu3a3 Ilah, akarta, Pustaka Alhusna, 1987.

You might also like

  • 162
    162
    Document162 pages
    162
    Muhammad Arif Fadhillah Lubis
    No ratings yet
  • Hubungan Antara Filsafat
    Hubungan Antara Filsafat
    Document11 pages
    Hubungan Antara Filsafat
    Jhon Hasibuan
    No ratings yet
  • TAFSIR AL-QURAN
    TAFSIR AL-QURAN
    Document19 pages
    TAFSIR AL-QURAN
    Jhon Hasibuan
    No ratings yet
  • 156
    156
    Document100 pages
    156
    safran
    No ratings yet
  • 158
    158
    Document141 pages
    158
    safran
    No ratings yet
  • 159
    159
    Document80 pages
    159
    safran
    No ratings yet
  • 161
    161
    Document104 pages
    161
    safran
    No ratings yet
  • 157
    157
    Document98 pages
    157
    safran
    No ratings yet
  • 150
    150
    Document85 pages
    150
    safran
    No ratings yet
  • 152
    152
    Document167 pages
    152
    safran
    No ratings yet
  • 154
    154
    Document178 pages
    154
    safran
    No ratings yet
  • 151
    151
    Document191 pages
    151
    safran
    No ratings yet
  • 149
    149
    Document75 pages
    149
    safran
    No ratings yet
  • Skripsi Pendidikan
    Skripsi Pendidikan
    Document80 pages
    Skripsi Pendidikan
    Jhon Hasibuan
    No ratings yet
  • 153
    153
    Document120 pages
    153
    safran
    No ratings yet
  • 148
    148
    Document83 pages
    148
    safran
    No ratings yet
  • 138
    138
    Document97 pages
    138
    safran
    No ratings yet
  • 136
    136
    Document84 pages
    136
    safran
    No ratings yet
  • 146
    146
    Document108 pages
    146
    safran
    No ratings yet
  • 144
    144
    Document66 pages
    144
    safran
    100% (1)
  • 132
    132
    Document57 pages
    132
    safran
    No ratings yet
  • 142
    142
    Document121 pages
    142
    safran
    No ratings yet
  • 140
    140
    Document87 pages
    140
    safran
    No ratings yet
  • 147
    147
    Document170 pages
    147
    safran
    No ratings yet
  • 143
    143
    Document111 pages
    143
    safran
    No ratings yet
  • 139
    139
    Document76 pages
    139
    safran
    No ratings yet
  • 133
    133
    Document77 pages
    133
    safran
    No ratings yet
  • 134
    134
    Document79 pages
    134
    safran
    No ratings yet
  • 137
    137
    Document115 pages
    137
    safran
    No ratings yet