20090508034144skripsi - UII - F.PSB - Psikologi - Hubungan Religiusitas Dengan Kecemasan Menghadapi Masa Depan Pada Survivour Gempa Bumi DIY - Hidayat Marsal - 99320001
20090508034144Skripsi_UII_F.psb_Psikologi_Hubungan Religiusitas Dengan Kecemasan Menghadapi Masa Depan Pada Survivour Gempa Bumi DIY_Hidayat Marsal_99320001
20090508034144skripsi - UII - F.PSB - Psikologi - Hubungan Religiusitas Dengan Kecemasan Menghadapi Masa Depan Pada Survivour Gempa Bumi DIY - Hidayat Marsal - 99320001
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MASA DEPAN PADA SURVIVOUR GEMPA BUMI DIY
SKRIPSI Diajukan Kepada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajad Sarjana S1 Psikologi
Oleh : Hidayat Marsal 99320001
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008 i
HALAMAN PENGESAHAN
Dipertahankan di depan Dewan penguji Skripsi Program Studi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Pada Tanggal
Mengesahkan,
Program Studi Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia
Ketua,
Dewan Penguji, Tanda Tangan
ii
HALAMAN PERNYATAAN
Bersama ini saya menyatakan bahwa selama melakukan penelitian dan dalam membuat laporan penelitian, tidak melanggar etika akademik seperti penjiplakan, pemalsuan data, dan manipulasi data. Apabila dikemudian hari saya terbukti melanggar etika akademik, maka saya sanggup menerima konsekwensi berupa pencabutan gelar sarjana yang telah saya peroleh.
Yang menyatakan
Hidayat Marsal
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi Rabbil Alamien, puji dan syukurku kepada-Mu Ya Allah SWT atas salah satu nikmat Mu, dengan terselesaikannya karya sederhana ini. Shalawat serta keselamatan selalu terlimpah kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai suri tauladan yang berakhlak mulia
Terima kasih untuk segalanya dari orang-orang terdekat dihati :
Ayahanda Aini Zakri dan Ibunda(Almarhum) Atika Atas kasih sayang, doa dan pengorbanan yang telah dan akan selalu tercurah pada penulis sampai batas waktu tak terhingga yang tidak mungkin bisa dibalas oleh penulis
Kakanda Rika Ferliana, Lisa Agustina, Taufik Fernaldi Atas kasih sayang, doa, perhatian dan dorongan yang diberikan kepada penulis
iv
MOTTO
;E^- *. _4O --gUE^- ^g Segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam W-O7~ ElE4E:c =Ug .4L ) 4` .E44;^U4N W ElE^) =e^ N7)UE^- O1O4^- ^@g Maha suci engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya engkau yang maha mengetahui lagi maha bijaksana. (Al-Baqarah; 32) _O>4 ;}4` =Uc +OE_;_4 *. 4O-4 }O^4` N- +NO;_ E4gN gO)4O 4 7OE= )_^1U4 4 - 4pO+^4O^4 ^g Sebenarnya, barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia berbuat kebaikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya, dan tidak ada ketakutan (kecemasan) dan tidak (pula) berduka cita (depresi). (Al-Baqarah, 2;112)
PRAKATA
Alhamdulillahirabbilalamien, puji syukur kehadirat Engkau ya Allah atas segala karunia yang senantiasa kami rasakan, salah satu karunia yang Engkau berikan adalah terselesaikannya penulisan skripsi ini. Keberhasilan dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari kasih sayang Mu Ya raRabbi yang maha Pengasih lagi maha Penyayannng. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada suri tauladan umat manusia Rasulullah Muhammad SAW, Beliau lah yang telah membuktikan sebagai manusia yang mulia, mulia disisi Allah dan mulia disisi mahluk Allah. Rasulullah adalah contoh pribadi yang berakhlak mulia. Penulis menyadari bahwa telah banyak pihak yang memberikan bantuan berupa dorongan, arahan dan data yang diperlukan mulai dari persiapan, tempat dan pelaksanaan penelitian hingga tersusunnya skripsi ini. Untuk itu rasa penghargaan dan terima kasih penulis ucapkan kepada yang terhormat :
1. Bapak H. Fuad Nashori, S.Psi.,M.Si.,Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia dan selaku dosen Pembimbing Utama yang telah bersungguh-sungguh dalam membimbing penulis, memberikan pengarahan, semangat dan memberi dorongan. 2. Bapak Sonny Adrianto, S.Psi., M.Si.,Psikolog selaku wakil dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia 3. Ibu Qurotul Uyun, S.Psi.,M.Si.,Psikolog selaku Ketua Program Studi Psikologi. Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia. 4. Bapak Irwan Nuryana k, S.Psi.,M.Si.Psikolog selaku sekretaris Program Studi Psikologi. Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia. v vi
5. Bapak Sus Budiharto ,S.Psi.,M.Si.Psikolog selaku dosen pembimbing akademik yang mendampingi penulis dalam membina ilmu pengetahuan di Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia. 6. Seluruh dosen tetap dan staf pengajar Fakultas Psikologi Unuversitas Islam Indonesia yang telah memberi perhatian, keramahan, kesabaran dan bimbingan kepada penulis dan seluruh mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia. 7. Seluruh karyawan di lingkungan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia atas bantuan, semangat dan dorongannya dalam berbagi suka dan duka selama berada di kampus tercinta. 8. Bapak Sugiyanto selaku Kepala Dusun Turunan, Desa Girisuko, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul, yang telah memberikan ijin penelitian ini. 9. Ayahanda dan Ibunda (Almarhum) tercinta Aini Zakri dan Atika, ridhoilah dan doakanlah putramu dalam setiap langkah kehidupan agar dapat berbakti kepadamu dalam rangka menuju keridhoan Ilahi Rabbi. 10. Kakanda Rika Ferliana, Lisa Agustina, Taufik Fernaldi yang selalu memberi dukungan moral, dorongan dan nasehat serta kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis. 11. Keponakan-keponakanku kelucuan kalian merupakan semangat baru bagi penulis. 12. Keluarga besar di Palembang, Lampung, Jakarta yang selalu mendoakan, memberi motifasi serta nasehat yang tiada henti-hentinya. 13. Vivi Rianti atas kasih sayang, kesabaran dan keihklasannya membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 14. Ahmad Baiquni dan Shanty Komalasari atas hangatnya persahabatan yang diberikan kepada penulis. vii
15. Temen-temen LPM Kognisia dan Teater Parkir atas semangat, doa dan kerja samanya selama ini, semoga perjuangan yang kita lakukan bisa bermanfaat dan memberikan pelajaran yang tidak ternilai harganya. 16. Sahabat-sahabat di Fakultas Psikologi UII angkatan 1999 atas bantuan, doa dan keakraban selama ini. 17. Semua temen-temen kost terima kasih atas keceriaan dan bantuannya. 18. Semua pihak yang telah membantu dengan penuh keikhlasan yang (maaf) belum penulis sebutkan satu persatu.
Hannya Allah SWT yang mampu untuk membalas dengan adil kebaikan yang telah diberikan. Akhir kata, apa yang telah ditulis ini tidak lepas dari kelemahan dan kekurangan, oleh karena itu saran dan keritik dari berbagai pihak akan sangat membantu untuk perbaikan skripsi ini. Harapan penulis semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amien.
Yogyakarta, Desember 2007
Penulis
viii
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv HALAMAN MOTTO .......................................................................................... v PRAKARTA......................................................................................................... vi DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix DAFTAR TABEL................................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN..... xiii INTISARI ............................................................................................................. xiv
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Tujuan Penelitian ......................................................................... 7 C. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7 D. Keaslian Penelitian........................................................................ 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Menghadapi Masa Depan ......................................... 11 1. Pengertian Kecemasan ............................................................. 11 2. Ciri-ciri Kecemasan ................................................................. 13 ix 3. Tipe-tipe Kecemasan ............................................................... 15 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan........................ 16 B. Religiusitas ................................................................................... 18 1. Pengertian Religiusitas.............................................................. 18 2. Aspek-aspek Religiusitas ......................................................... 19 C. Hubungan antara Religiusitas dengan Kecemasan Menghadapi Masa Depan pada Survivor Bencana Gempa Bumi DIY................................... 25 D. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian .................................................... 27 B. Definisi Operasional Variabel Penelitian...................................... 27 1. Religiusitas................................................................................ 27 2. Kecemasan Menghadapi Masa Depan...................................... 27 C. Subjek Penelitian ......................................................................... 28 D. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 28 E. Metode Analisis Data ................................................................... 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian .............................. 33 1. Orientasi Kancah ............................................................... 33 2. Persiapan Penelitian........................................................... 34 a. Persiapan Administrasi ................................................. 34 b. Persiapan Alat Ukur ...................................................... 35 c. Uji Coba Alat Ukur ....................................................... 36 x B. Laporan Pelaksanaan Penelitian ................................................... 39 C. Hasil Penelitian ............................................................................ 39 1. Deskripsi Data .......................................................................... 39 2. Uji Asumsi .............................................................................. 42 a. Uji Normalitas... ........... 43 b. Uji Liniearitas........... 43 3. Uji Hipotesis ............................................................................. 44 D. Pembahasan .................................................................................. 43 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................... 52 B. Saran .............................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 54 LAMPIRAN.......... 56
Tabel 6 Distribusi Aitem Skala Kecemasan Menghadapi Masa Depan Sebelum Uji Coba ................................................................................ 31
Tabel 9 Distribusi Aitem Skala Kecemasan Menghadapi Masa Depan Setelah Uji Coba ................................................................................... 38
Tabel 10 Deskripsi Data Penelitian Religiusitas Dan Kecemasan....................... 39
91 xiii HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MASA DEPAN PADA SURVIVOUR GEMPA BUMI DIY
Hidayat Marsal
H. Fuad Nashori, S.Psi.,M.Si.,Psikolog
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa depan pada survivour gempa bumi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dugaan awal dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa depan pada korban gempa bumi Daerah Istimewa Yogyakarta. Semakin tinggi religiusitas maka akan semakin rendah kecemasannya begitu pula sebaliknya semakin rendah religiusitasnya maka akan semakin tinggi kecemasannya. Subjek pada penelitian ini adalah korban gempa bumi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan kriteria berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, berdomisili di daerah Dusun Turunan, Desa Girisuko, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul beragama Islam dan berusia 17 21 tahun. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan fasiltas program SPSS versi 13.0 untuk menguji ada tidaknya hubungan antara tinkat religiiusitas dengan kecemasan pada koraban gempa bumi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson. Hasil analisis data menunjukkan r = -0,346 (p<0.01). Yang artinya terdapat hubungan negatif antara antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa depan, sehingga hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan negatif antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa depan dapat diterima. Koefisien determinasi (R 2 ) yang diperoleh = 0,120 artinya sumbangan variabel religiusitas terhadap penurunan tingkat kecemasan dalam menghadapi masa depan sebesar 12%.
Kata Kunci : Religiusitas, Kecemasan.
xiii BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Masalah Tanggal 27 Mei 2006 pukul 05.56 WIB Dareah Istimewa Yogyakarta dan sebagian daerah Jawa Tengah diguncang oleh gempa tektonik yang berkekuatan 5.9 Schala Richter. Akibat gempa tersebut kerusakan besar terjadi pada Daerah Istimewa Yogyakarta terutama di daerah Kabupaten Bantul, Klaten, Gunung Kidul dan Kodya Yogyakarta. Korban meninggal mencapai ribuan orang, puluhan ribu mengalami luka-luka tertimpa bangunan. Ratusan rumah mengalami kerusakan dari yang rusak ringan sampai kerusakan berat. Hal ini menyebabkan banyak korban gempa yang kehilangan tempat tinggal. Sarana dan prasarana umum seperti tempat ibadah, gedung sekolah dan gedung pemerintahan juga banyak yang rusak. Kejadian gempa membuat trauma tersendiri, karena hal ini baru pertama kali dialami dan merupakan kejadian yang tidak terduga sama sekali. Korban luka di rumah sakit banyak yang mengalami berbagai tekanan psikologis sekaligus rasa sakit yang langsung. Kehilangan anggota keluarga tidak hanya satu orang membuat luka dalam dan memerlukan pemulihan jangka panjang, apalagi kejadiannya begitu mendadak dan mereka menyaksikan langsung keluarga yang luka maupun meninggal secara langsung. Kehilangan tempat tinggal juga merupakan pukulan berat bagi mereka yang harus menyaksikan rumahnya yang dibangun dengan berbagai cara hancur berantakan. Ada yang dengan menabung selama bertahun- tahun, hasil bekerja di luar negeri, membanting keringat dengan berbagai cara bahkan dengan pinjaman bank yang belum lunas. Bagi korban, kehilangan rumah yang roboh bukan sekedar kehilangan fisik bangunan semata, akan tetapi kehilangan kenangan dan sejarah, karena banyak rumah yang sudah berumur puluhan tahun yang mempunyai nilai sejarah bagi 1 penghuninya. Kehilangan rumah dan keluarga sekaligus serta masa depan yang tidak menentu membuat tekanan psikologis yang berat (http://www.ict4pr.org.sections). Seperti dikemukakan Ketua GOW Bantul Hj Endra Wahyudayati pada tanggal 21 Februari 2007 ketika menerima rombongan BKOW Propinsi DIY, pasca gempa yang paling berat merasakan musibah kaum ibu, selain banyak yang kehilangan keluarganya, tak sedikit yang mengalami stres, bahkan hingga sekarang masih ada keluarga yang tinggal di rumah sakit jiwa, karena sangat berat beban yang diderita. (http://www.kr.co.id). Sebanyak 891 penyandang cacat tetap akibat gempa 27 Mei di Provinsi DIY terancam telantar. LSM asing yang selama ini membantu penanganan penyandang cacat korban gempa, mulai Mei 2007 ini sudah tidak lagi memberikan bantuan. Padahal selain cacat tetap karena harus diamputasi, sebagian besar mereka hingga saat ini masih mengalami trauma. (http://www.pemda.diy.go.id). Data-data di atas menunjukkan bahwa musibah gempa yang terjadi membuat masyarakat Yogyakarta mengalami trauma yang mendalam. Trauma yang berkepanjangan tersebut tentu saja akan dapat mempengaruhi kehidupan mereka di masa yang akan datang karena kecemasan hampir setiap saat menyelimuti diri mereka. Kecemasan yang berkepanjangan akan menyulitkan masyarakat itu sendiri untuk dapat berkembang dan maju dalam meraih masa depan yang lebih baik. Bencana yang terjadi mempengaruhi banyak aspek kehidupan masyarakat, diantaranya aspek sosial, aspek psikologis dan aspek ekonomi. Dampak sosial biasanya berhubungan dengan pola hubungan yang berubah karena kematian, perpisahan, pengisoliran, dan kehilangan. Kerusakan pada nilai-nilai dan rusaknya fasilitas layanan sosial. Secara psokologis, berhubungan dengan kondisi emosi, tingkah laku, cara berpikir, kemampuan mengingat, kemampuan belajar, persepsi dan pemahaman seseorang dan lain sebagainya. Secara ekonomi banyak keluarga yang kehilangan materi dan kemampuan mencari nafkah dan kehilangan status sosial, posisi serta peran dalam masyarakat. Seperti yang terjadi 2 pada salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu Gunungkidul. Dari data yang ada, angka kemiskinan di Gunungkidul mengalami kenaikan, dari 17 persen menjadi 25 persen. Meningkatnya jumlah orang miskin ini dikarenakan berbagai sebab, salah satunya penyebabnya adalah gempa yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 yang lalu. (http://www.kr.co.id). Banyak sekali pengaruh yang terjadi akibat gempa bumi yang melanda Yogyakarta, akan tetapi di sini penulis akan lebih meneliti ke arah dampak secara psikologisnya, khususnya mengenai kecemasan menghadapi masa depan pada korban gempa bumi DIY karena menurut penulis dampak psikologis mempunyai efek yang sangat besar kepada manusia itu sendiri, terutama bagaimana cara pandang manusia itu ketika memecahkan masalah sehingga rasa trauma dan kecemasan yang berkepanjangan tidak menyelimuti hidup mereka selamanya. Penelitian ini dilakukan di Desa Girisuko, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung kidul, Propinsi DIY. Deas Girisuko, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung kidul termasuk daerah korban gempa 27 Mei 2006. Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan observasi dan wawancara singkat untuk mendapatkan gambaran kecemasan dakam menghadapi masa depan warga masyarakat di Desa girisuko, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung kidul. Hasil wawacara awal terhadap korban gempa menunjukkan bahwa sebagian besar korban merasa khawatir dan gelisah akan datangnya gempa bumi besar berikutnya, kekhawatiran ini selain terlihat dengan pengalaman menjadi korban gempa sekaligus akibat pemberitaan di media massa yang menunjukan bahwa gempa bumi diproyeksikan masi dapat terjadi. Fenomena lain yang ditemukan penulis adalah adanya anggapan bahwa gempa bumi 17 Mei 2006 merupakan bentuk hukuman atau tanda-tanda akhie jaman dari Tuhan Yang Maha Kuasa, fenomena ini ditemukan pada beberapa orang tua (lansia) di Desa Girisuko. Anggapan ini menyebabkan munculnya rasa tidak mempu, takut dan kebingungan apabila membicarakan masa depan terlebih hal ini diiringi rasa tidak berdaya dalam menghadapi kuasa alam. 3 Beberapa warga juga menegaskan munculnya rasa tidak aman dari kemungkinan bencana alam, bahkan dirumah sendiri, hal ini memunculkan berlebihan terhadap kemungkinan gempa bumi. Beberapa warga sering mengartikan getaran yang ditimbulkan kendaraan seperti truk besar yang melintas sebagai gempa bumi. Fenomena ini banyak dialami oleh para lanjut usia dan anak kecil. Berbagai fenomena diatas apabila ditinjau berdasarkan teori kecemasan dari Nevid (2003), menujukkan adanya gejala kecemasan secar kognitif. Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung kidul Setiap manusia memiliki reaksi yang berbeda-beda dalam menghadapi sebuah masalah. Ada yang terus menerus berada di dalam kesedihan meratapi apa yang hilang, tidak melakukan apa-apa selain menunggu bantuan atau sumbangan orang lain maupun Pemerintah, tetapi ada yang memilih untuk melanjutkan hidupnya. Mereka memang sedih atas apa yang menimpa mereka, tetapi tidak mau terus menerus berada dalam kesedihan yang mendalam. Di tengah derita yang mereka rasakan, mereka tetap melakukan aktifitasnya. Bersama para relawan ikut serta membantu korban yang lebih membutuhkan, memasak makanan untuk para relawan dan korban yang masih selamat di tenda pengungsian, segera membangun tempat tinggal dari sisa reruntuhan rumah yang masih bisa dipakai. Mereka tidak merasa putus asas meski harus mulai dari nol lagi. Rasa cemas dan takut juga menyelimuti perasaan mereka setiap saat, seperti yang diungkapkan oleh Hawari (1999) bahwa rasa cemas merupakan suatu keadaan dimana seseorang merasa tegang dan tidak tenang (1986) mendefenisikan kecemasan sebagai semacam kegelisahan, kekhawatiran dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas atau kabur. Dapat berupa perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan menganai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Begitu juga dengan Hurlock (1996), mengatakan bahwa kecemasan merupakan suatu kekhawatiran umum mengenai suatu peristiwa yang tidak jelas atau suatu peristiwa yang akan datang, dan tanda-tanda yang biasa muncul berupa perasaan khawatir, gelisah dan perasaan- 4 perasaan yang kurang menyenangkan. Biasanya disertai oleh rasa kurang percaya diri, tidak mampu, merasa rendah diri serta tidak sanggup untuk menyelesaikan masalah. Apabila seorang individu menghadapi suatu masalah atau situasi konflik dia akan meragukan kemampuan dirinya dalam mengatasi masalah dan kesulitannya tersebut karena dia akan merasa kurang mampu bila dibandingkan dengan orang lain. Bastaman (Rahayu, 1997), dalam keadaan sehat ataupun sakit seseorang harus memandang dirinya tidak hanya sebagai makhuk bio-psiko-sosial saja melainkan juga memandang sebagai makhluk bio-psiko-sosio-spIritual. Seperti yang diungkapkan oleh Bastaman (Rahayu, 1997) di atas, diketahui bahwa spiritual sebagai bagian dari religiusitas memegang peranan yang besar dalam menghadapi masalah, supaya kecemasan tidak berlanjut. Dister (Rahayu, 1997) mengatakan kalau religiusitas merupakan suatu keadaan dimana individu merasakan dan mengakui adanya kekuasaan tertinggi yang menaungi kehidupan manusia, dan hanya kepada-Nya manusia merasa bergantung serta berserah diri. Semakin seseorang mengakui adanya Tuhan dan kekuasaan-Nya, maka akan semakin tinggi tingkat religiusitasnya. Darajad (Rahayu, 1997) juga mengemukakan tentang kesadaran agama yang merupakan aspek kognisi dari aktivitas agama dan pengalaman agama yang membawa perasaan pada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan amaliah. Ditambahkan pula oleh Daradjat (Rahayu, 1997) bahwa ilmu jiwa agama hanya mengungkap bagaimana perasaan dan pengalaman orang-orang secara individual terhadap Tuhan, tidak selamanya orang mampu menghadapi kesukaran yang menimpanya, dan tidak selamanya pula orang berhasil mencapai tujuannya dengan usaha yang terencana, teratur, dan telah diperhitungkan sebelumnya. Oleh karena itulah penulis mencoba untuk mengungkap tentang hubungan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa depan pada korban bencana gempa. Apa yang menyebabkan korban bencana memberikan reaksi yang positif terhadap bencana yang 5 menimpa mereka sementara sebagian yang lain memberi reaksi yang negatif serta mengungkap ketegaran dan kebangkitan kembali orang-orang yang terkena musibah?
B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa depan pada survivour gempa bumi Daerah Istimewa Yogyakarta.
C. Manfaat Penelitian Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai hubungan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa depan pada survivour gempa bumi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penelitian yang diperoleh dapat berguna sebagai referensi atau bahan pembanding bagi peneliti-peneliti yang ingin mengkaji masalah yang berkaitan dengan religiusitas dan kecemasan. Secara praktis, jika penelitian ini diterima diharapkan dapat membantu memberikan informasi yang berguna bagi masyarakat umumnya dan pemerintah khususnya dalam mengatasi masalah yang sama.
C. Keaslian Penelitian Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dengan masalah yang sejenis dengan penelitian ini adalah penelitian Anggarasari (1997) dengan judul hubungan tingkat religiusitas dengan sikap konsumtif pada ibu rumah tangga. Rahayu (1997) melakukan penelitian mengenai hubungan tingkat religiusitas dengan prilaku coping stress. Penelitian lain adalah penelitian yang pernah dilakukan oleh Hadjam dan Nuralita (2002) dengan judul kecemasan pasien rawat inap ditinjau dari persepsi tentang layanan keperawatan di Rumah Sakit.
6 1. Keaslian Topik Penelitian yang dilakukan oleh Anggarasari (1997) dengan judul penelitian hubungan tingkat religiusitas dengan sikap konsumtif pada ibu rumah tangga, memiliki variabel dependen yang berbeda dengan penelitian ini, yaitu antara sikap konsumtif dengan kecemasan menghadap masa depan. Penelitian berikutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (1997) dengan judul penelitian hubungan tingkat religiusitas dengan prilaku coping stress. Pada penelitian Rahayu (1997) memiliki variabel dependen yang berbeda dengan penelitian ini, yaitu antara prilaku coping stress dengan kecemasan menghadapi masa depan. Penelitian lainnya adalah penelitian yang pernah dilkukan oleh Hadjam dan Nuralita (2002) dengan judul kecemasan pasien rawat inap ditinjau dari persepsi tentang layanan keperawatan di Rumah Sakit. Pada penelitian tersebut antara varibel independent memiliki perbedaan yaitu antara persepsi dengan kecemasan menghadap masa depan.
2. Keaslian Teori Pada penelitian ini untuk varibel independent yaitu religiusitas penulis lebih banyak menggunakan teori dari Zakiah Daradjat, sedangkan untuk varibel dependen yaitu kecemasan menghadapi masa depan penulis menggunakan teori dari Kartini kartono. Pada penelitian Anggarasari (1997) dengan judul hubungan tingkat religiusitas dengan sikap konsumtif pada ibu rumah tangga. menggunakan teori Glock dan Stark. Pada penelitian yang dilkukan oleh Rahayu (1997) yang melakukan penelitian mengenai hubungan tingkat religiusitas dengan prilaku coping stress, menggunakan teori dari Idris. Penelitian lain adalah penelitian yang pernah dilkukan oleh Hadjam dan Nuralita (2002) dengan judul kecemasan pasien rawat inap ditinjau dari persepsi tentang layanan keperawatan di Rumah Sakit, Hadjam, dkk menggunakan teori dari Sugiarto.
7 3. Keaslian Alat Ukur Alat ukur yang digunakan oleh Anggarasari (1997) menggunakan skala religiusitas dan skala sikap konsumtif. Rahayu (1997), menggunakan angket religiusitas dengan skala prilaku copyng stress. Sedangkan penelitian Hadjam dan Nuralita (2002) menggunakan skala persepsi dan skala kecemasan pasien rawat inap. Pada penelitian mengenai hubungan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa depan pada korban gempa bumi Daerah Istimewa Yogyakarta ini, penulis menggunakan skala Likert untuk variabel dependen dan independen yaitu skala religiusitas dan skala kecemasan menghadapi masa depan.
4. Keaslian Subjek Penelitian Subjek yang dikenai alat ukur juga berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya karena pada penelitian ini subjek yang akan dikenai pengukuran adalah masyarakat pada daerah Imogiri Bantul. Subjek penelitian dari Anggarasari (1997) adalah ibu rumah tangga di RT 02 RW 1, Kelurahan Purwokerto Timur, Banyumas. Subjek penelitian Rahayu, (1997) adalah mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Sedangkan subjek penelitian Hadjam dan Nuralita (2002) adalah pasien rawat inap di RSUD Dr. Moewardi, Jebres, Surakarta.
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan Menghadapi Masa Depan 1. Pengertian kecemasan Prasetyo (2005) mengatakan kecemasan (anxiety) merupakan penjelmaan dari berbagai proses energi yang bercampur baur, yang terjadi manakala seseorang sedang mengalami berbagai tekanan-tekanan atau ketegangan (stress) seperti perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik batin). Atkinson (1996) mengartikan kecemasan sebagai emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan, rasa takut yang kadang-kadang kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda. Sedangkan Kartono (1986) mendefenisikan kecemasan sebagai semacan kegelisahan, kekhawatiran dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas, yaitu difus atau kabur, dan mempunyai ciri yang mengazab pada diri kita. Maramis (1983) mengartikan kecemasan sebagai suatu ketegangan, rasa tidak aman, kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan mengalami kejadian yang tidak menyenangkan. Sedangkan dalam kamus psikologi yang disusun oleh Chaplin (1997), kecemasan adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa- masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Masa depan itu berkaitan erat dengan harapan, tujuan, standar, rencana dan strategi pencapaian tujuan di masa mendatang. Kecemasan menghadapi masa depan merupaka state anxiety (Lazarus, 1991) menjelaskan state anxiety merupakan gejala kecemasan yang timbul bila individu dihadapkan pada situasi tertentu dengan gejalanya akan mampak selama situasi tersebut. Orientasi masa depan merupakan salah satu perkembangan kognitif yang terjadi pada masa remaja. Sebagai individu yang sedang mengalami proses peralihan dari masa anak-anak mencapai kedewasaan, remaja memiliki tugas-tugas yang mengarah pada persiapannya 9 memenuhi tuntutan dan harapan peran sebagai orang dewasa. Oloh sebab itu remaja mulai memikirkan tentang masa depan mereka secara sungguh-sungguh (Hurlock, 1981). Remaja mulai memberikan perhatian yang besar terhadap berbagai lapangan kehidupan yang akan dijalaninya sebagai manusia dewasa di masa mendatang. Lapangan kehidupan di masa depan yang banyak mendapat perhatian adalah lapangan pendidikan (Nurmi, Marat 2005), pekerjaan dan hidup berumah tangga (Havighurst, 1984). Menurut Nurmi (Marat 2005) orientasi masa depan berkaitan erat dengan harapan, tujuan standar, rencana, dan strategi pencapaian tujuan dimasa mendatang. Berdasarkan panjelasan di atas Penulis menyimpulkan bahwa kecamasan menghadapi masa depan adalah suatu keadaan emosi yang tidak menyenagkan di mana seseorang merasakan adanya tekanan perasaan, ancaman, kekhawatiran, hambatan terhadap keinginan pribadi atau perasaan kecewa, rasa tidak puas dan tidak aman. Semua ini berkaitan dengan harapan, tujuan, standar, rencana dan strategi pencapai tujuan di masa mendatang tenteng mencari pekerjaan, pembentukan rumah tangga, cita-cita dan fungsi serta keberadaanya dalam masyarakat.
2. Ciri-Ciri Kecemasan Nevid, dkk (2003) membagi ciri-ciri kecemasan tersebut berdasarkan tiga kategori, yaitu : a. Ciri-ciri fisik 1. Kegelisahan, kegugupan 2. Tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar 3. Sensasi dari pita ketat yang mengikat di sekitar dahi 4. Banyak berkeringat 5. Pening atau pingsan 10 6. Mulut atau kerongkongan terasa kering 7. Sulit berbicara 8. Sulit bernafas 9. Bernafas pendek 10. Jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang 11. Suara yang bergetar 12. Jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin 13. Merasa lemas atau mati rasa 14. Sulit menelan 15. Leher dan punggung terasa kaku 16. Terdapat gangguan sakit perut atau mual 17. Sering buang air kecil 18. Sensitif atau mudah marah b. Ciri-ciri behavioral 1. Prilaku menghindar 2. Prilaku melekat atau dependen 3. Prilaku terguncang c. Ciri-ciri kognitif 1. Khawatir tentang sesuatu 2. Perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu tang terjadi di masa depan 3. Keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi, tanpa ada perasaan yang jelas 4. Terpaku pada sensasi kebutuhan 5. Merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat perhatian 11 6. Ketakutan kehilangan kontrol 7. Ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah 8. Berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan 9. Berfikir bahwa semuanya tidak dapat dikendalikan 10. Befikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan tana bisa diatasi 11. Khawatir tehadap hal-hal yang sepele 12. Berfikir tentang hal yang mengganggu secara berulang-ulang 13. Berfikir bahwa bisa kabur dari keramaian, kalau tidak p[asti akan pingsan 14. Pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan 15. Tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran terganggu 16. Berfikir segera mati, meskipun dokter tidak menemukan hal yang salah seara medis 17. khawatir akan ditinggal sendirian 18. sulit berkonsentrasi atau memfokuskan fikiran.
Daradjad (1990) membagi ciri-ciri kecemasan tersebut dalam bentuk gejala kecemasan yaitu : a. Gejala Psikologis Merupakan gejala yang terkait dengan kondisi jiwa seseorang yang mengalami kecemasan meliputi perasaan gelisah, gugup, tegang, menyesal, risau, kacau dan khawatir, perasaan tidak berguna, kehilangan gairah dan konsentrasi, yang biasanya dialami oleh orang yang sedang cemas. b. Gejala Fisiologis Menyangkut kondisi badan atau tubuh seseorang yang cemas yang ditunjukkan dari ekspresinya seperti gemetar, pucat, menggigit kuku, denyut jantung, pernafasan, keluarnya keringat, aktivitas kelenjar adrenalin, dll. 12
3. Tipe-tipe Kecemasan Kecemasan dalam pengertian yang lebih mendalam seringkali digolongkan ke dalam beberapa pengertian. Shaw ( Sinambela, 1994) membagi kecemasan menjadi : a. Manifest Anxiety, yaitu suatu tingkat kecemasan yang merupakan suatu pengungkapan seseorang pada saat-saat tertentu. b. Test anxiety, yaitu kecemasan yang dihubungkan dengan pengambilan keputusan dengan melalui proses evaluasi. c. State anxiety, yaitu suatu predisposisi untuk kecemasan. Nevid, dkk (2003) membagi tipe-tipe kecemasan tersebut atas lima tipe, yaitu :
a. Gangguan Panik Terjadinya serangan p[anik yang berulang, yang merupakan episode teror yang luar biasa disertai dengan simtom fisiologis yang kuat, pikiran-pikiran tentang bahaya yang segera datang atau malap[etaka yang akan tiba, dan dorongan untuk melarikan diri. b. Gangguan Kecemasan Menyeluruh Kecemsan yang persisten yang tidak terbatas pada suatu situasi tertentu. c. Gangguan Fobia Ketakutan yang berlebihan terhadap objek atau situasi tertentu. d. Gangguan Obsesif Kompulsif Obsesi berulang-ulang (pikiran intrusif yang berulang) dan/atau kompulsi (tingkah laku repetitf yang dirasakan sebagai sesuatu yang harus dilakukan). e. Gangguan Stress Traumatik Reaksi maladaptif akut yang segera timbul setelah peristiwa traumatis (gangguan stress akut) atau reaksi maladaptif berkelanjutan terhadap suatu peristiwa yang traumatis (gangguan stress pasca trauma). 13
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Hambly (Subandi, 1998) mengatakan kalau kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah religiusitas, religiusitas disini maksudnya adalah individu mempunyai kedekatan dengan Maha Pencipta yang mana dengan kedekatan tersebut dapat membuat seseorang tenang, aman sehingga rasa cemas dapat dihindari. Dapat dikatakan bahwa semakin religiusitas seseorang maka kemungkinan mengalami kecemasan semakin rendah. Nevid, dkk (2003) membagi faktor-faktor kecemasan tersebut atas empat faktor, yaitu : a. Faktor Biologis 1. Predisposisi genetis 2. Iregularitas dalam fungsi neurotransmiter 3. Abnormalitas dalam jalur otak yang meberi sinyal bahaya atau yang menghambat tingkah laku repetitif. b. Faktor Sosial Lingkungan 1. Pemaparan terhadap peristiwa yang mengancam atau traumatis 2. Mengamati respon takut pada orang lain 3. Kurangnya dukungan sosial 4. Tidak mantapnya nilai hidup yang diajarkan (termasuk religiusitas) c. Faktor Behavioral 1. Pemasangan stimuli aversif dan stimuli yang sebelumnya netral (classical conditioning). 2. kelegaan dari kecemasan karena melakukan ritual kompulsif atau menghindari stimuli fobik (operant conditioning). 3. Kurangnya kesempatan untuk pemunahan (extinction) karena penghindaran terhadap objek atau situasi yang ditakuti.
14 d. Faktor Kognitif dan Emosional 1. Konflik psikologis yang tidak terselesaikan 2. Faktor-faktor kognitif, seperti prediksi yang berlebihan tentang ketakutan, keyakinan- keyakinan yang self defeating atau irasional, sensitivitas berlebih terhadap ancaman, sensitivitas kecemasan, salah atribusi dari sinyal-sinyal tubuh, dan self efficacy yang rendah. B. Religiusitas 1. Pengertian Religiusitas Kata religi berasal dari bahasa latin religio yang akar katanya adalah religere yang berarti mengikat (Gazalba, 1985). Matdarwan (1986) mengemukakan bahwa religere berarati melaksanakan dengan sangat teliti atau dapat pula dirartikan menyatukan diri. Disamping istilah religi sering pula dalam masyarakat digunakan istilah lain, seperti agama (Bahasa Indonesia), dien (Bahasa Arab) atau religion (Bahasa Inggris). Meskipun masing-masing mempunyai termonologis sendiri-sendiri akan tetapi dalam arti terminologis dan teknis yang berbeda akan tetapi semua istilah tersebut berartikan makna yang sama (Anshari, 1987). Sulaiman (1984) merumuskan secara sederhana pengertian dari religi atau religion yaitu : a. Percaya pada kekuatan gaib yang mengikuti alam semesta dan bersifat suci. b. Bersikap terhadap kekuatan gaib itu untuk menerima kebaikan-kebaikan dan mencari keselamatan. c. Membentuk pribadi dalam kehidupan karena kepercayaan itu (pa[da masing-masing kelompok). Mangunwijaya (Anggarasari, 1997) membedakan antara istilah religi atau agama dengan istilah religiusitas. Agama atau religi menunjuk pada aspek formal yang berkaitan dengan aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban, sedangkan religiusitas menunjuk pada aspek yang dihayati oleh individu. Hal ini selaras dengan pendapat Dister (Anggasari, 1997) yang 15 mengartikan religiusitas sebagai keberagaman, yang berarti adanya unsur internalisasi agama itu dalam diri individu. Sitanggang (2003) menyatakan bahwa manusia religius adalah manusia yang mempunyai hati nurani serius, taat, saleh dan teliti menurut norma atau ajaran agama Islam. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah internalisasi nilai-nilai agama dalam diri seseorang. Internalisasi di sini berkaitan dengan kepercayaan terhadap ajaran-ajaran agama baik di dalam hati amupun dalam ucapan. Kepercayaan ini kemudian diaktualisasikan dalam perbuatan dan tingakh laku sehari-hari.
2. Aspek-Aspek Religiusitas Glok dan Stark (Robertson, 1993) mengatakan bahwa terdapat 5 aspek dalam religiusitas, yaitu : a. Religious Belief (The Ideological Dimension) Religious belief (the idiological dimension) atau disebut juga dimensi keyakinan adalah tingkatan sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang dogmatik dalam agamanya, misalnya kepercayaan kepada Tuhan, malaikat, surga dan neraka. Meskipun harus diakui setiap agama tentu memiliki seperangkat kepercayaan yang secara doktriner berbeda dengan agama lainnya, bahkan untuk agamanya saja terkadang muncul paham yang berbeda dan tidak jarang berlawanan. Pada dasarnya setiap agama juga minginginkan adanya unsur ketaatan bagi setiap pengikutnya. Dalam begitu adapun agama yang dianut oleh seseorang, makna yang terpenting adalah kemauan untuk mematuhi aturan yang berlaku dalam ajaran agama yang dianutnya. Jadi dimensi keyakinan lebih bersifat doktriner yang harus ditaati oleh penganut agama. Dimensi keyakinan dalam agama Islam diwujudkan dalam pengakuan (syahadat) yang diwujudkan dengan membaca dua kalimat syahadat, Bahwa tidak ada Tuhan selain 16 Allah, dan nabi Muhammad itu utusan allah. Dengan sendirinya dimensi keyakinan ini menuntut dilakukannya praktek-praktek peribadatan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam (Ancok dan Suroso, 1995). b. Religious Practice (The Ritual Dimension) Religious ractice (the ritual dimension) yaitu tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya. Unsur yang ada dalam dimensi ini mencakup pemujaan, kultur serta hal-hal yang lebih menunjukkan komitmen seseorang dalam agama yang dianutnya. Wujud dari dimensi ini adalah prilaku masyarakat pengikut agama tertentu dalam menjalankan ritus-ritus yang berkaitan dengan agama. Dimensi praktek dalam agama Islam dapat dilakukan dengan menjalankan ibadah shalat, puasa, zakat, haji ataupun praktek muamalah lainnya (Ancok dan Suroso, 1995) c. Religious Feeling (The Experiental Dimension) Religious Feeling (The Experiental Dimension) atau bisa disebut dimensi pengalaman, adalah perasaan-perasaan atau pengalaman yang pernah dialami dan dirasakan. Misalnya merasa dekat dengan Tuhan, merasa takut berbuat dosa, merasa doanya dikabulkan, diselamatkan oleh Tuhan, dan sebagainya. Ancok dan Suroso (1995) mengatakan kalau dalam Islam dimensi ini dapat terwujud dalam perasaan dekat atau akrab dengan Allah, perasaan bertawakal (pasrah diri dalam hal yang positif) kepada Allah. Perasaan khusyuk ketika melaksanakan shalat atau berdoa, perasaan tergetar ketika mendengar adzan atau ayat-ayat Al Quran, perasaan bersyukur kepada Allah, perasaan mendapat peringatan atau pertolongan dari Allah. d. Religious Knowledge (The Intellectual Dimension) Religious Knowledge (The Intellectual Dimension) atau dimensi pengetahuan agama adalah dimensi yang menerangkan seberapa jauh seseorang mengetahui tentang ajaran- ajaran agamanya, terutama yang ada di dalam kitab suci manapun yang lainnya. Paling 17 tidak seseorang yang beragama harus mengetahui hal-hal pokok mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi. Dimensi ini dalam Islam menunjuk kepada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya terutama mengenai ajaran pokok agamanya, sebagaimana yang termuat di dalam kitab sucinya (Ancok dan Suroso, 1995) e. Religious Effect (The Consequential Dimension) Religious effect (the consequential dimension) yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana prilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya dalam kehidupan sosial, misalnya apakah ia mengunjungi tetangganya sakit, menolong orang yang kesulitan, mendermakan hartanya, dan sebagainya. Ancok dan Suroso (1995) mengatakan bahwa dalam Islam, dimensi ini dapat diwujudkan dengan melakukan perbuatan atau prilaku yang baik sebagai amalan sholeh sebagai muslim, yaitu meliputi prilaku suka menolong, bekerjasama, bederma, mensejahterakan dan menumbuh kembangkan orang lain, menegakkan kebenaran dan keadilan, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan hidup, menjaga amanat, tidak mencuri, tidak korupsi, tidak menipu, tidak berjudi, tidak meminum minuman yang memabukkan, mematuhi norma-norma Islam dalam prilaku seksual, berjuang untuk hidup sukses menurut ukuran Islam dan sebagainya. Jamaluddin (1995) membagi dimensi religiusitas menjadi lima aspek dengan mengacu kepada rumusan religiusitas Islam dari Kementrian Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Kelima aspek tersebut adalah ; a. Aqidah (Ideologi) Dimensi Aqidah yaitu dimensi yang mengungkap sejauh mana hubungan manusia dengan keyakinannya terhadap rukun iman, yang diantaranya yaitu iaman kep[ada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada nabi dan rasul, iman kepada kitab suci, iman kepada hari 18 akhir, iman kepada qadha dan qadhar. Jadi inti dari dimensi aqidah (keyakinan) dalam ajaran Islam adalah tauhid atau peng-Esaan Tuhan. b. Ibadah (Ritual) Ibadah atau ritual merupakan dimensi yang berhubungan dengan sejauh mana tingkat kepatuhan seseorang dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagai mana yang disuruhkan ajaran agamanya. Dimensi ini berkaitan dengan tingkat frekuensi intensitas dan pelaksanaan ibadah seseorang. Ibadah mahdlah (ibadah khusus) diapahami sebagai ibadah yang aturan dan tata caranya, syarat, rukunnya telah diatur secara pasti oleh ajaran Islam, yang termasuk dalam dimensi ibadah adalah shalat, puasa, zakat, haji, doa, dzikir, membaca Al Quaran dan sebagainya. c. Ihsan (penghayatan) Ihsan atau penghayatan merupakan dimensi yang berhubungan dengan masalah seberapa jauh seseorang merasa dekat dan dilihat oleh Tuhan dalan kehidupan sehari-hari. Dimensi ini mencakup pengalaman-pengalaman dan perasaan tentang kehadiran Tuhan dalam kehidupan, sehingga dalam hatinya timbul perasaan-perasaan tenang dan tentram dalam hidupnya, takut melanggar larangan Tuhan, keyakinan menerima pembalasan, perasaan dekat dengan Tuahan dan dorongan untuk melaksanakan perintah agama. Dimensi ihsan dalam religius Islam mencakup perasaan-perasaan dekat dengan Allah, merasa nikmat dalam menjalankan ibadah, merasa diselamatkan Allah, merasa bersyukur atas nikmat Allah dan merasa tenang hatinya saat mendengat asma Allah. d. Ilmu (pengetahuan) Ilmu atau pengetahuan merupakan dimensi yang berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap ajaran agamanya, terama dalam kitab suci. Seseorang yang beragama harus mengetahui hal-hal yang pokok mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus serta kitab lainnya. Dimensi ini dalam Islam menyangkut pengetahuan tentang isi Al Quran, diantanya pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan. 19 e. Amal dan Akhlak Amal dan Akhlak merupakan dimensi yang berkaitan dengan keharusan seseorang pemeluk agama untuk merelIsasikan ajaran-ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari dengan bukti sikap dan tindakannya yang berlandaskan pada etika dan spiritualitas agama. Dimensi ini menyangkut hubungan manusia satu dengan hubungan manusia dengan lingkungannya. Manifestasi ini dalam Islam antara lain meliputi : menghormati dan menghargai orang lain, menjunjung tinggi etika Islam, menolong sesama, berkata jujur, bertanggung jawab, dan dapat dipercaya serta menjaga dan memelihara lingkungan.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Religiusitas Thouless (1992), membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan menjadi empat macam, yaitu : a. Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial Faktor ini mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan keagamaan itu, termasuk pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi sosial, tekanan dari lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang disepakati oleh lingkungan itu. b. Faktor pengalaman Berkaitan dengan berbagai jenis pengalaman yang membentuk sikap keagamaan. Terutama pengalaman mengenai keindahan, konflik moral dan pengalaman emosional keagamaan. c. Faktor kehidupan Kebutuhan-kebutuhan ini secara garis besar dapat menjadi empat, yaitu : (a). kebutuhan akan keamanan atau keselamatan, (b). kebutuhan akan cinta kasih, (c). kebutuhan untuk memperoleh harga diri, dan (d). kebutuhan yang timbul karena adanya ancaman kematian. 20 d. Faktor intelektual Berkaitan dengan berbagai proses penalaran verbal atau rasionalisasi. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulan bahwa setiap individu berbeda-beda tingkat religiusitasnya dan dipengaruhi oleh dua macam faktor secara garis besarnya yaitu internal dan eksternal.
Faktor internal yang dapat mempengaruhi religiusitas seperti adanya pengalaman- pengalaman emosional keagamaan, kebutuhan individu yang mendesak untuk dipenuhi seperti kebutuhan akan rasa aman, harga diri, cinta kasih dan sebagainya. Sedangkan pengaruh eksternalnya seperti pendidikan formal, pendidikan agama dalam keluarga, tradisi-tradisi sosial yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, tekanan-tekanan lingkungan sosial dalam kehidupan individu.
C. Hubungan antara Religiusitas dengan Kecemasan Menghadapi Masa Depan pada Korban Bencana Gempa Bumi DIY Chaplin (1997) mendefenisikan kecemasan sebagai suatu. Jadi kecemasan menghadapi masa depan merupakan suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan dimana seseorang merasa ada tekanan perasaan, ancaman, kekhawatiran, hambatan terhadap keinginan pribadi atau perasaan kecewa, rasa tidak puas dan tidak aman. Kecemasan dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu emosi yang ditandai dengan keadaan yang tidak menyenangkan, penuh kekhawatiran dan kegelisahan yang penyebab timbulnya tidak jelas atau tidak kelihatan, selain itu kecemasan juga merupakan bentuk dari keprihatinan mengenai masa- masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Hambly (Subandi, 1998) mengatakan kalau kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah religiusitas, religiusitas disini maksudnya adalah individu mempunyai kedekatan dengan Maha Pencipta yang mana dengan kedekatan tersebut dapat 21 membuat seseorang tenang, aman sehingga rasa cemas dapat dihindari. Dapat dikatakan bahwa semakin religiusitas seseorang maka kemungkinan mengalami kecemasan semakin rendah. Berdasarkan pendapat dari Hamly di atas penulis mengambil variabel religiusitas sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan menghadapi depan karena religiusitas merupakan salah satu faktor yang paling mendasar dalam diri individu, yang mana faktor tersebut berhubungan langsung dengan pencipta individu itu sendiri . Dister (Anggarasari, 1997) yang mengartikan religiusitas sebagai keberagaman, yang berarti adanya unsur internalisasi agama itu dalam diri individu. Sitanggang (2003) menyatakan bahwa manusia religius adalah manusia yang mempunyai hati nurani serius, taat, saleh dan teliti menurut norma atau ajaran agama Islam. Kesimpulannya adalah semakin tinggi religiusitas yang dimiliki oleh subjek, maka semakin rendah kecemasan mengahadapi masa depan, begitu pula sebaliknya, semakin rendah religiusitas, maka akan semakin tinggi kecemasan menghadapi masa depan subjek.
D. Hipotesis Ada hubungan negatif antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa depan pada korban gempa bumi Daerah Istimewa Yogyakarta. Semakin tinggi religiusitas maka akan semakin rendah kecemasannya begitu pula sebaliknya semakin rendah religiusitasnya maka akan semakin tinggi kecemasannya.
22 BAB III METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel 1. Variabel Independen : Religiusitas 2. Variabel Dependen : Kecemasan Menghadapi Masa Depan
B. Defenisi Operasional Varibel Penelitian 1. Religiusitas Religiusitas adalah internalisasi nilai-nilai agama dalam diri seseorang. Internalisasi di sini berkaitan dengan kepercayaan terhadap ajaran-ajaran agama baik di dalam hati amupun dalam ucapan. Kepercayaan ini kemudian diaktualisasikan dalam perbuatan dan tingkah laku sehari-hari. Religiusitas dalam penelitian ini diungkap dengan menggunakan skala religiusitas. Semakin tinggi religiusitas yang diperoleh subjek, menunjukkan semain rendah kecemasan menghadapi masa depan subjek, begitu pula sebaliknya semakin rendah religiusitas subjek semakin tinggi kecemasan menghadapi masa depan subjek. Adapun skala yang digunakan didasarkan kepada aspek-aspek religiusitas dari Ancok & Suroso (1995) yang mengacu kepada pedoman Al Quran, Al Hadist dan pandangan Glock dan Stork Islam dari Kementrian Kependudukan dan Lingkungan Hidup.
2. Kecemasan Menghadapi Masa Depan Kecemasan menghadapi masa depan merupakan suatu emosi yang ditandai dengan keadaan yang tidak menyenangkan, penuh kekhawatiran, kegelisahan yang penyebab timbulnya tidak jelas atau tidak kelihatan, selain itu kecemasan juga merupakan bentuk dari keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut, 23 kecemasan ini berkaitan dengan harapan, standar, rencana dan strategi pencapaian tujuan dimasa mendatang. Kecemasan menghadapi masa depan ini diungkap dengan menggunakan skala kecemasan menghadapi masa depan. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, menunjukkan semakin tinggi kecemasan menghadapi masa sepan subjek. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh subjek, maka semakin rendah pula kecemasan subjek menghadapi masa depan. Adapun skala yang digunakan didasarkan kepada ciri-ciri kecemasan yang diungkapkan oleh Nevid, dkk (2003).
C. Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah survivor gempa bumi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan kriteria sebagai berikut : 1. Berdomisili di desa Turunan Gunung Kidul 2. Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan 3. Berusia 17 21 tahun 4. Beragama Islam
D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode skala. Skala yang digunakan adalah skala religiusitas dan skala kecemasan menghadapi masa depan. 1. Skala Religiusitas Skala religiusitas merupakan skala berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari Ancok & Suroso (2005) yang meliputi : aqidah, ibadah, akhlak, ihsan dan ilmu. Sebelum diuji cobakan skala ini terdiri dari 60 aitem yang terdiri dari 2 Skala Religiusitas. Kelima aspek religiusitas tersebut disusun aitem-aitem yang berupa pernyataan-pernyataan. 24 Skala religiusitas terdiri dari Skala Religiusitas 1 dan Skala Religiusitas 2. Skala Religiusitas 1 terdiri dari 40 aitem dengan 20 aitem favourable dan 20 aitem unfavourable. Sedangkan skala religiusitas 2 terdiri dari 20 aitem dengan 10 aitem favourable dan 10 aitem unfavourable. Pemberian skor pada skala religiusitas 1 menggunakan empat alternatif jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Pemberian skor pada skala religiusitas 2 menggunakan dua alternatif jawaban yaitu Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS). Berdasarkan keempat alternatif jawaban tersebut, maka skor diberikan pada setiap aitem dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Pemberian Skor dalam Pernyataan Favourable dan Unfavourable Jawaban Favourable Unfavourable STS : Sangat Tidak Sesuai 1 4 TS : Tidak Sesuai 2 3 S : Sesuai 3 2 SS : Sangat Sesuai 4 1
Distribusi aitem-aitem rancangan skala religiusitas 1 yang meliputi aspek aqidah, ibadah, akhlak dan ihsan dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Religiusitas 1 Sebelum Uji Coba Butir Favourable Butir Unfavourable No. Aspek Nomor Butir Jumlah Nomor Butir Jumlah Total 1. Aqidah 1, 4, 17, 21, 32 5 6, 11, 13, 28, 36 5 10 2. Ibadah 7, 15, 22, 24, 37 5 3, 19, 29, 34, 35 5 10 3. Akhlak
Distribusi aitem-aitem rancangan skala religiusitas 2 yang meliputi aspek ilmu dapat dilihat pada tabel 3. 25
Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Religiusitas 2 Sebelum Uji Coba Butir Favourable Butir Unfavourable Aspek Nomor Butir Jumlah Nomor Butir Jumlah Total Ilmu (pengetahuan agama) 1, 2, 5, 7, 10, 13, 14, 15, 17, 20 10 3, 4, 6, 8, 9, 11, 12, 16, 18, 19 10 20 Total 10 10 20
Tabel 4. Kunci jawaban 1. D 11. A 2. C 12. C 3. D 13. B 4. B 14. A 5. C 15. D 6. A 16. C 7. D 17. B 8. B 18. B 9. D 19. D 10. A 20. C
2. Skala Kecemasan Menghadapi Masa Depan Skala kecemasan menghadapi masa depan merupakan skala yang berdasarkan ciri-ciri kecemasan dari Nevid, dkk (2003) yang meliputi : fisik, behavioral dan kognitif. Sebelum diuji cobakan skala ini terdiri dari 40 aitem. Ketiga ciri-ciri kecemasan tersebut tersebut disusun aitem-aitem yang berupa pernyataan-pernyataan. Pemberian skor pada skala religiusitas ini menggunakan empat alternatif jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Berdasarkan keempat alternatif jawaban tersebut, maka skor diberikan pada setiap aitem dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 5. Pemberian skor dalam pernyataan favourable dan unfavourable Jawaban Favourable Unfavourable STS : Sangat Tidak Sesuai 1 4 TS : Tidak Sesuai 2 3 S : Sesuai 3 2 SS : Sangat Sesuai 4 1
26 Skala kecemasan menghadapi masa depan ini terdiri dari 40 aitem dengan 20 aitem favourable dan 20 aitem unfavourable. Distribusi aitem-aitem rancangan skala kecemasan menghadapi masa depan dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 6. Distribusi Aitem Skala Kecemasan menghadapi Masa Depan Sebelum Uji Coba Butir Favourable Butir Unfavourable No. Aspek Nomor Butir Jumlah Nomor Butir Jumlah Total 1. Fisik 1, 10, 15, 24, 27, 32, 39 7 3, 7, 13, 20, 30, 36 6 13 2. Behavioral 4, 8, 14, 19, 25, 31, 37 7 2, 11, 16, 22, 28, 33, 40 7 14 3. Kognitif 6, 12, 17, 21, 29, 34 6 5, 9, 18, 23, 26, 35, 38 7 13 Total 20 20 40
E. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik, dengan menggunakan korelasional Product Moment dari Pearson. Teknik tersebut dimaksudkan untuk menguji hubungan antara masing-masing variable independent dengan varibel dependennya. Analisis data yang dimaksuidkan dengan menggunakan fasilitas computer program SPSS 13.0 for Windows.
27 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa depan pada survivor gempa bumi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengambilan data penelitian dilakukan di Dusun Turunan, Desa Girisuko, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul. Menurut Bapak Sugiyono selaku Kepala Pedukuhan, Dusun Turunan terdiri atas 171 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk 867 orang, dengan perincian jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 402 orang dan jumlah penduduk perempuan 465 orang. Sebagian besar penduduk Dusun Turunan, Desa Girisuko, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul memiliki mata pencaharian sebagai petani musiman, yang mengandalkan persediaan air hujan untuk bercocok tanam palawija maupun padi dan beralih pada tanaman ketela pada musim kemarau. Ketergantungan terhadap ketersediaan air dalam musim penghujan menyebabkan hambatan-hambatan dalam mengembangkan lahan dan hasil pertanian yang berimbas pada lambatnya perkembangan ekonomi masyarakat dusun. Peneliti memiliki beberapa alasan untuk mengambil data penelitian di Dusun Turunan, Desa Girisuko, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul, pertama penduduk Dusun Turunan sebagian besar memeluk agama Islam atau bisa dikatakan bahwa 100% penduduk Dusun Turunan adalah muslim. Alasan kedua, Dusun Turunan, Desa Girisuko, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul termasuk daerah korban gempa 27 Mei 2006. Alasan ketiga, Kabupaten Gunung Kidul diidentikkan dengan kekeringan yang berakibat pada kemiskinan yang dialami warganya. Hal ini mempengaruhi munculnya berbagai permasalahan akibat tekanan kehidupan yang dapat mengancam 28
kesejahteraan jiwa warganya seperti memunculkan kecemasan, ketakutan bahkan kecenderungan untuk melakukan bunuh diri. Alasan selanjutnya adalah kedekatan masyarakat Kabupaten Gunung Kidul dengan kepercayaan-kepercayaan tradisional atau mitos-mitos. Hal tersebut tidak selamanya bersesuaian dengan ajaran agama seperti dalam mitos pulung gantung atau banaspati, sehingga diasumsikan berseberangan dengan pemaknaan religius dalam Islam. Beberapa alasan di atas menurut peneliti dapat memberikan gambaran tersendiri tentang religiusitas warga terkait dengan budaya setempat dan hubungannya dengan kecemasan menghadapi masa depan. Berdasarkan orientasi lokasi penelitian yang telah dilakukan peneliti, diperoleh 70 orang warga Dusun Turunan, Desa Girisuko, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul yang bersedia dan memenuhi syarat sebagai subjek penelitian.
2. Persiapan Penelitian a. Persiapan Administrasi Persiapan penelitian dimulai dengan pengurusan administrasi dengan meminta surat permohonan ijin kepada Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Nomor 709/Dek/70/Akd/IX/2007 (terlampir) yang ditujukan langsung kepada Kepala Dusun Turunan, Desa Girisuko, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul.
b. Persiapan Alat Ukur Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala terpakai berdasarkan teori yang sudah dikemukakan sebelumnya. Adapun skala yang digunakan terdiri dari dua skala religiusitas dan skala kecemasan menghadapi masa depan. 1. Skala Kecemasan Menghadapi Masa Depan Skala ini dipakai untuk mengungkap kecemasan menghadapi masa depan pada subjek penelitian. Skala ini disusun berdasarkan aspek-aspek kecemasan yang diungkapkan oleh 29 Nevid, dkk (2003). Skala Kecemasan Menghadapi Masa Depan terdiri dari 3 aspek yaitu aspek fisik, perilaku dan kognitif. 2. Skala Religisitas Skala religiusitas yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkap tinggi rendahnya religiusitas survivor gempa bumi DIY. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala religiusitas berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Glock dan Stark dielaborasikan dengan pendapat Ancok dan Suroso (2005). Skala religiusitas ini terdiri dari 5 aspek atau dimensi yaitu aqidah, ibadah, akhlak, ihsan dan ilmu. Skala religiusitas dalam penelitian ini akan dibagi dalam dua bentuk skala, yaitu: a. Skala Religiusitas 1 Skala religiusitas 1 yang meliputi dimensi aqidah, ibadah, akhlak, ihsan, dan Ilmu. Kelima skala dimensi tersebut pada intinya sama, dimaksudkan untuk mengukur sikap dan perilaku keagamaan seseorang. b. Dimensi Ilmu Skala pengetahuan ini berbentuk pilihan ganda dalam memberikan jawaban, subjek diberi empat alternatif jawaban, nilai jawaban yang diberikan adalah : benar diberi nilai 1 dan salah diberi nilai 0. Jumlah jawaban subjek yang benar menunjukkan tingkat pengetahuan. c. Uji Coba Alat Ukur Uji coba penelitian dilakukan pada tanggal 29 September sampai dengan tanggal 05 Oktober 2007. Subjek dalam pengambilan data ini sebanyak 70 orang. Penyebaran skala tersebut dilakukan langsung oleh peneliti dengan warga atas bantuan dari Kepala Pedukuhan di Dusun Turunan, Desa Girisuko, Kecamatan Panggang Kabupaten Gunung Kidul. Uji coba alat ukur dilakukan dengan tujuan mengetahui reliabilitas dan validitas Skala Religiusitas dan Skala Kecemasan Menghadapi Masa Depan. 30 Data yang telah diperoleh melalui tahap uji coba alat ukur, selanjutnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Perhitungan menguji validitas dan reliabilitas terhadap kedua skala dilakukan dengan fasilitas komputer program SPSS 13.0 for windows. 1. Skala Religiusitas a. Skala Religiusitas 1 Berdasarkan hasil uji coba Skala Religiusitas 1 menunjukkan terdapat 23 aitem yang sahih dan 17 aitem yang gugur dari 40 aitem yang diuji cobakan. Analisis daya diskriminasi aitem Skala Religiusitas menggunakan batas koefisien validitas minimal 0,300. Aitem yang gugur adalah aitem nomor 1, 2, 3, 7, 8, 9, 11, 13, 18, 21, 23, 25, 33, 34, 35, 36 dan 38. Koefisien korelasi aitem-total bergerak antara 0,3591 sampai dengan 0,6081 dengan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,8660. Distribusi aitem Skala Religiusitas setelah uji coba dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini: Tabel 7 Distribusi Aitem Skala Religiusitas Setelah Uji Coba Catatan : angka dalam kurung () adalah nomor urut buti setelah uji coba
Butir Favourable Butir Unfavourable No. Aspek Nomor Butir Jumlah Nomor Butir Jumlah Total 1. Aqidah 1, 4(1), 17(9), 21, 32(20) 3 6(3), 11, 13, 28(16), 36 2 5 2. Ibadah 7, 15(7), 22(13), 24(13), 37(21) 4 3, 19(10), 29(17), 34, 35 2 6 3. Akhlak
10(4), 14(16), 26(14), 27(15), 39(22) 4
5(2), 18, 25, 38, 40(23) 3
7
4. Ihsan
2, 8, 20(11), 30(18), 33 2
9, 12(15), 16(8), 23, 31(19) 3
5
5. Ilmu 1(1), 2(2), 5(4),7(6), 10,13, 14, 15, 17(10), 20(13) 6 3(3), 4, 6(5), 8(7), 9, 11(8), 12, 16(9), 18(11), 19(12) 7 13 Total 19 17 36 31 2. Skala Kecemasan Menghadapi Masa Depan Hasil analisis uji coba skala ini menunjukkan dari 40 aitem yang diujicobakan, terdapat 28 aitem yang sahih dan 12 aitem yang gugur. Analisis daya diskriminasi aitem Skala Kecemasan Menghadapi Masa Depan menggunakan koefisien validitas minimal 0.25 sebagai penanda aitem yang sahih. Aitem yang gugur adalah aitem nomor 8, 9, 11, 16, 22, 28, 30, 32, 33, 34 dan 35. Koefisien korelasi aitem total bergerak antara 0,2742 sampai 0,7674 dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,8841. Distribusi aitem Skala Kecemasan Menghadapi Masa Depan setelah uji coba dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini: Tabel 9 Distribusi Aitem Skala Kecemasan menghadapi Masa Depan Setelah Uji Coba Butir Favourable Butir Unfavourable No. Aspek Nomor Butir Jumlah Nomor Butir Jumlah Total 1. Fisik 1(1),10(8),15 (12),24(19),2 7(22), 39(27) 6 3(3), 7(7), 13(10), 20(16), 36(24) 5 11 2. Behavioral 4(4), 8,14(11), 19(15,25(20) ,31,37(25) 5 2(2),11,16,22, 28,33,40(28) 2 7 3. Kognitif 6(6), 12(9), 17(13), 21(17), 29(23),34 5 5(5),9, 18(14), 23(18), 26(21),35, 38(26) 5 10 Total 16 12 28 Catatan : angka dalam kurung () adalah nomor urut buti setelah uji coba
B. Laporan Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini menggunakan data try out terpakai, maka waktu pengambilan data sama dengan waktu uji coba, yaitu pada tanggal 29 September 2007 sampai dengan tanggal 05 Oktober. Penelitian ini melibatkan 70 orang subjek warga Dusun Turunan, Desa Girisuko, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul. Kriteria warga Dusun Turunan yang menjadi subjek penelitian ini adalah berusia antara 17 sampai 21 tahun dan memeluk agama Islam. 32 Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan membagikan skala penelitian kepada warga Dusun Turunan yang memenuhi kriteria secara langsung di lokasi penelitian. Beberapa subjek merasa kebingungan dalam menyelesaikan skala, sehingga peneliti perlu memberikan penjelasan selengkapnya kepada subjek secara langsung. Keseluruhan skala yang dibagikan kepada subjek terisi lengkap dan memenuhi syarat untuk dilakukan analisis data.
C. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Penelitian Gambaran umum mengenai data penelitian, secara singkat dapat dilihat dalam tabel deskripsi yang berisi fungsi-fungsi statistik dasar dari masing-masing variabel untuk Skala Religiusitas Dan Kecemasan. Tabel 10 Deskripsi Data Penelitian Religiusitas dan Kecemasan menghadapi Masa Depan Hipotetik Empirik Variabel Xmax Xmin Mean SD Xmax Xmin Mean SD Kecemasan 112 28 70 14 79 37 60,3 11,93989 Religiusitas1 92 23 57,5 11,5 92 63 77,4286 7,74142 Religiusitas2 13 0 6,5 2,167 13 0 8,1857 4,36486
Berdasarkan data hasil penelitian, skor Skala Religiusitas Dan Kecemasan Menghadapi Masa Depan akan diklasifikasikan untuk mengetahui tinggi rendahnya posisi skor subjek. Klasifikasi untuk mengetahui tinggi rendahnya posisi skor subjek dilakukan dengan mengasumsikan bahwa skor populasi dari subjek memiliki distribusi yang normal, dengan demikian akan diperoleh skor hipotetik yang terdistribusi menurut model yang normal (Azwar, 2003). Penentuan kategorisasi didasarkan pada tingkat diferensiasi yang dikehendaki, namun sebelum itu perlu ditetapkan terlebih dahulu batasan yang akan digunakan berdasarkan standar skor hipotetik, berikut pengggolongan data kedalam lima kategori diagnostik :
33 a. Sangat Tinggi = M+1.8 SD < X b. Tinggi = M+0.6SD < X < M+1.8SD c. Sedang = M-0.6SD < X < M+0.6SD d. Rendah = M-1.8SD < X < M-0.6SD e. Sangat Rendah = X < M-1.8SD Keterangan : X = Skor total SD = Standar deviasi hipotetik M = Mean hipotetik a. Kecemasan Berdasarkan data Skala Kecemasan dari subjek penelitian diperoleh hasil kategorisasi sebagai berikut : Tabel 11. Kategorisasi Kecemasan Kategorisasi Rentang Skor Frekuensi Prosenta Sangat Tinggi 95,2 < X 0 0% Tinggi 78,4 < X 95,2 1 1,43% Sedang 61,6 < X 78,4 27 38,57% Rendah 44,8 < X 61,6 36 51,43% Sangat Rendah X 44,8 6 8,57%
Berdasarkan hasil kategorisasi di atas, diperoleh hasil bahwa sebagian besar subyek berada dalam kategori kecemasan rendah, yaitu sebesar 51,43% (36 orang). Ditinjau dari perbandingan rerata hipotetik dan empirik diperoleh hasil bahwa rerata empirik lebih rendah bila dibandingkan rerata hipotetik (60,3 < 70), sehingga dapat diartikan bahwa kecemasan pada subjek penelitian cenderung rendah. b. Religiusitas Berdasarkan data Skala Religiusitas 1 dari subjek penelitian diperoleh hasil kategorisasi sebagai berikut;
34 Tabel 12. Kategorisasi Skala Religiusitas Kategorisasi Rentang Skor Frekuensi Prosentas Sangat Tinggi 78,2 < X 35 50% Tinggi 64,4 < X 78,2 34 48,57% Sedang 50,6 < X 64,4 1 1,42% Rendah 36,8 < X 50,6 - 0% Sangat Rendah X 36,8 - 0%
Berdasarkan hasil kategorisasi terhadap 70 jawaban subjek penelitian, diperoleh hasil bahwa sebagian besar subjek berada dalam kategori sangat tinggi sebesar 50 % (35 subjek) dan dalam kategori tinggi sebesar 48,57% (34 subjek). Perbandingan rerata menunjukkan bahwa rerata empirik lebih besar daripada rerata hipotetik (77,428 > 57,5), sehingga dapat dinyatakan bahwa subjek penelitian menunjukkan religiusitas yang tinggi ditinjau dari skala religiusitas 1. c. Dimensi Ilmu Berdasarkan data hasil penelitian, skor Skala Religiusitas 2 diklasifikasikan secara evaluatif ke dalam lima kategori, seperti ditunjukkan pada Tabel 13 di bawah ini; Tabel 13. Kategorisasi Skala Dimensi Ilmu Kategorisasi Rentang Skor Frekuensi Prosentase Sangat Tinggi 10,4 < X 36 51,42% Tinggi 7,8 < X 10,4 9 12,85% Sedang 5,2 < X 7,8 2 2,85% Rendah 2,6 < X 5,2 15 21,43% Sangat Rendah X 2,6 8 11,43%
Hasil kategorisasi skor religiusitas 2 menunjukkan bahwa terdapat sebaran data yang dalam setiap tingkatan kategori, prosentase terbesar subjek berada dalam kategori sangat tinggi, yaitu sebesar 51,42% (36 subjek). Namun subjek yang berada dalam kategori rendah menunjukkan prosentase yang cukup besar pula, yaitu 21, 43% (15 subjek). Ditinjau dari perbandingan rerata hipotetik dan rerata empirik diperoleh hasil bahwa rerata empirik lebih 35 besar dibandingkan rerata hipotetik (8,185 > 6,5). Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa subjek penelitian memiliki religiusitas tinggi ditinjau dari skala religiusitas 2.
2. Uji Asumsi Sebelum dilakukan uji hipotesis, data penelitian harus memenuhi uji asumsi atau uji prasyarat. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Apabila hasil uji normalitas dan linearitas menunjukkan bahwa data penelitian telah terdistribusi normal dan memiliki hubungan linear antara variabel bebas dan tergantung, maka pengujian hipotesis dapat dilakukan. Sebaliknya jika hasil dari uji tersebut tidak normal dan tidak linear maka pengujian analisis hipotesis tidak dapat dilakukan. Uji normalitas dan linearitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows Versi 13.0. Berikut dijelaskan hasil uji prasyarat: a. Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas dilakukan pada masing-masing sebaran data yaitu sebaran data kecemasan menghadapi masa depan dan sebaran data religiusitas dengan menggunakan teknik One Sample Kolmogrov-Smirnov Test. Hasil uji normalitas untuk religiusitas menunjukkan bahwa data pada variabel religiusitas memiliki sebaran normal, nilai KS Z = 1,005 (p>0.05). Hasil uji normalitas terhadap data kecemasan menghadapi masa depan menunjukkan adanya sebaran yang telah terdistribusi normal dengan nilai KS Z = 1,220 (p>0.05). Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dinyatakan bahwa sebaran data variabel bebas maupun tergantung telah terdistribusi normal. b. Uji Linearitas Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua variabel mempunyai hubungan yang linier. Hasil uji linieritas menunjukkan bahwa hubungan antara variabel prediktor dan variabel kriterium bersifat linier dengan F sebesar 12,631 (p<0.05). Hal ini menunjukkan 36 bahwa hubungan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa depan membentuk garis linier.
3. Uji Hipotesis Setelah dilakukan uji normalitas dan uji linieritas sehingga semua prasyarat terpenuhi, maka dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson. Hasil analisis data menunjukkan r = --0,346 (p<0.01). Berdasarkan hasil korelasi tersebut dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa depan, sehingga hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan negatif antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa depan dapat diterima. Koefisien determinasi (R 2 ) yang diperoleh = 0,120 artinya sumbangan variabel religiusitas terhadap penurunan tingkat kecemasan dalam menghadapi masa depan sebesar 12%. Selain uji hipotesis korelasional antara variabel prediktor dan kriterium, peneliti sekaligus meninjau hubungan masing-masing dimensi dari religiusitas terhadap tingkat kecemasan dalam mengadapi masa depan pada survivor gempa. Setelah dilakukan uji korelasional diperoleh hasil sebagai berikut: a. Dimensi Aqidah memiliki hubungan negatif yang sangat signifikan dengan kecemasan dalam menghadapi masa depan pada survivor gempa. Hasil analisis data menunjukkan r = - 0,407 (p<0.01). b. Dimensi Ibadah memiliki hubungan negatif yang sangat signifikan dengan kecemasan dalam menghadapi masa depan pada survivor gempa. Hasil analisis data menunjukkan r = - 0,421 (p<0.01). c. Dimensi Akhlak memiliki hubungan negatif yang sangat signifikan dengan kecemasan dalam menghadapi masa depan pada survivor gempa. Hasil analisis data menunjukkan r = - 0,577 (p<0.01). 37 d. Dimensi Ihsan memiliki hubungan negatif yang sangat signifikan dengan kecemasan dalam menghadapi masa depan pada survivor gempa. Hasil analisis data menunjukkan r = -0,323 (p<0.01). e. Dimensi Ilmu yang tersusun dari ilmu Aqidah, Akhlak, Fiqih serta Ilmu Al Quran dan Al Hadist tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan kecemasan dalam menghadapi masa depan pada survivor gempa. Hal ini ditinjau dari nilai r = -0,032 (p > 0.01). Tabel 14 Hasil Uji Korelasi Dimensi Religiusitas
D. Pembahasan Hasil analisis data menunjukkan terdapat hubungan negatif antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa depan dengan nilai r = -0,346 (p<0.01), sehingga hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan negatif antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa depan dapat diterima. Artinya semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah kecemasan menghadapi masa depan yang dialami seorang survivor gempa, sebaliknya semakin rendah religiusitas maka kecemasan dalam menghadapi masa depan pada survivor gempa akan semakin tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa religiusitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan, salah satunya adalah kecemasan dalam menghadapi masa depan. Religiusitas dalam penelitian ini diartikan sebagai internalisasi nilai-nilai agama dalam diri seseorang. Internalisasi di sini berkaitan dengan kepercayaan terhadap ajaran-ajaran agama Kecemasan Mengadapi Masa Depan
R sig Religiusitas -0,346 0,003 Dimensi Aqidah -0,407 0,000 Dimensi Ibadah -0,421 0,000 Dimensi Akhlak -0,577 0,000 Dimensi Ihsan -0,323 0,003 Dimensi Ilmu -0,032 0,395 38 baik di dalam hati maupun dalam ucapan. Religiusitas mengimplikasikan hubungan personal dan hubungan positif dengan Sang Pencipta yang mencakup fenomena yang kompleks, khususnya menyangkut berbagai bentuk pemikiran, pengalaman dan tindakan pemujaan, aktivitas yang terarah pada masyarakat religius. Hasil penelitian ini mendukung pernyataan Hawari (1996) bahwa dalam ajaran agama Islam merupakan salah satu faktor yang dapat menjauhkan manusia dari perasaan cemas, tegang, depresi, yaitu dengan memohon kepada Allah SWT agar dalam kehidupan ini manusia diberi ketenangan kesejahteraan dan keselamatan baik di dunia maupun kelak di akhirat. Selaras dengan hipotesis penelitian, hasil penelitian menunjukkan bahwa individu dengan tingkat religiusitas tinggi memiliki kecemasan menghadapi masa depan lebih rendah apabila dibandingkan dengan individu yang tingkat religiusitasnya rendah. Seperti diungkapkan oleh Mutahhari (1984) bahwa keyakinan, idealisasi dan keimanan membuat manusia dapat menjalani kehidupan dengan baik sekaligus mencapai sesuatu hal yang bermanfaat bagi kemanusiaan dan peradaban. Religiusitas tersusun atas beberapa dimensi, antara lain dimensi Akidah, Ibadah, Ihsan, Amal dan Ilmu (Ancok & Suroso, 2005). Dimensi Akidah menekankan pada keyakinan individu terhadap kekuasaan, kebenaran dan kemutlakan Allah atas apa yang terjadi dan akan terjadi dalam kehidupannya, keyakinan dan keimanan terhadap kekuasaan Sang Pencipta menekankan individu untuk tidak mengkhawatirkan keberadaan dirinya karena Allah senantiasa memberikan jalan yang terbaik bagi umatnya. Dimensi Ibadah merupakan kepatuhan individu dalam melaksanakan tugas-tugas agama, kepatuhan menjalankan tugas agama akan memunculkan perasaan dekat dengan Allah, sebuah kedekatan dengan Sang Pencipta pada akhirnya akan memunculkan kepasrahan dan pemakluman atas kuasanya sehingga individu dapat merasa lebih tenang dan yakin dengan kehidupan yang dijalaninya. Kedekatan dengan Allah tercakup dalam dimensi Ihsan, misalnya merasa doa-doanya didengar oleh Allah, merasa senantiasa dalam lindungan Allah 39 dan perasaan syukur atas nikmat yang dikaruniakan Allah terhadap kehidupan (Ancok & Suroso, 2005). Dimensi Ibadah dan Ihsan menekankan seorang umat untuk menerima dan meyakini kehidupan yang dijalaninya dengan sepenuh hati, berdasarkan pemahaman bahwa Allah tidak akan mengabaikan umatnya, namun senantiasa menuntun dan membimbing ke jalan yang benar. Subjektivitas yang dirasakan tersebut dapat dikategorikan ke dalam skema kognitif yang mengarahkan perilaku individu dan membentuk situasi emosi positif dalam diri individu. Skema adalah suatu struktur kognitif berisi pengetahuan yang disimpan seseorang dalam hal ini mengenai sebuah objek atau stimulus serta konsekuensi sikap yang dimunculkan (Walgito, 1998). Skema kognitif tersebut berkembang dari pemikiran, perasaan dan pengalaman yang terbentuk sebelumnya dan dipertahankan dalam kerangka konseptual yang selaras dengan situasi yang dirasakan. Seperti dijelaskan oleh Berkowitz (1995) bahwa pemahaman kognitif seseorang dapat menstimulasi munculnya afeksi atau situasi emosi yang sejalan dengan kerangka kognitif yang terbentuk, hal ini apabila dianalogikan maka seseorang yang meyakini bahwa Allah senantiasa melindungi, menuntun dan memberikan jalan maka cenderung merasa positif dan yakin ketika menghadapi permasalahan sekaligus dapat menjauhkan atau mengurangi kecenderungan kecemasan dalam dirinya. Dimensi Amal berhubungan dengan kewajiban seseorang dalam bertindak dalam kehidupan sehari-hari selaras dengan aturan dan spiritualitas agama. Dimensi amal lebih mengarah pada operasionalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam diri individu dalam kehidupan nyatanya, termasuk dalam mengusahakan keyakinan dalam bertindak dan bersikap dalam menghadapi masa depan, tanpa merasa khawatir berlebihan atau mengalami kecemasan. Dimensi lain dari religiusitas adalah dimensi ilmu, yaitu seberapa jauh pemahaman seseorang berkenaan dengan agama yang dianutnya (Islam). Secara teoritik melalui pemahaman yang baik terhadap nilai dan ajaran keagamaan seseorang dapat meningkatkan kualitas dirinya dan menjaga diri dari beberapa hal yang dapat mengancam keberadaan dirinya, 40 seperti kecemasan atau stres (Hawari, 1996). Namun ditinjau dari hasil analisis korelasional antara masing-masing sub-dimensi yang tercakup dalam dimensi Ilmu, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sub-dimensi Ilmu Aqidah, ilmu Akhlak, Ilmu Fiqih, Ilmu Al Quran dan Al Hadist dengan kecemasan menghadapi masa depan pada kelompok subjek survivor gempa. Hal ini dapat diartikan bahwa pada masyarakat Dusun Turunan, Desa Girisuko, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul pemahaman terhadap dimensi ilmu tidak berkaitan dengan tingkat kecemasan yang dialami warga masyarakat. Berdasarkan hasil kategorisasi skor kecemasan menghadapi masa depan, diperoleh hasil bahwa sebagian besar subyek berada dalam kategori kecemasan terhadap masa depan rendah, yaitu sebesar 51,43% (36 orang). Ditinjau dari perbandingan rerata hipotetik dan empirik diperoleh hasil bahwa rerata empirik lebih rendah bila dibandingkan rerata hipotetik (60,3 < 70), sehingga dapat diartikan bahwa kecemasan dalam menghadapi masa depan pada subjek penelitian cenderung rendah. Tingkat kecemasan yang rendah ini terbukti berkaitan dengan tingginya religiusitas subjek penelitian, terutama dalam dimensi Akidah, Ibadah, Ihsan, Amal yang tercakup dalam Skala Religiusitas 1. Hasil kategorisasi terhadap 70 jawaban subjek penelitian, diperoleh hasil bahwa sebagian besar subjek berada dalam kategori religiusitas sangat tinggi sebesar 50 % (35 subjek) dan dalam kategori tinggi sebesar 48,57% (34 subjek) dengan rerata empirik lebih besar daripada rerata hipotetik (77,428 > 57,5), sehingga dapat dinyatakan bahwa subjek penelitian menunjukkan religiusitas yang tinggi ditinjau dari skala religiusitas 1. Kecemasan dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu emosi yang ditandai dengan keadaan yang tidak menyenangkan, penuh kekhawatiran dan kegelisahan yang penyebab timbulnya tidak jelas atau tidak kelihatan. Selain itu kecemasan juga merupakan bentuk dari keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Fenomena kecemasan yang dirasakan oleh individu merupakan satu fenomena kognitif yang terfokus pada hasil negatif di masa lampau atau ketidakjelasan hasil di masa depan. 41 Cara pandang positif dan keyakinan terhadap kehidupan yang terbangun dengan religiusitas dapat memunculkan daya tahan dan kemampuan menghadapi permasalahan yang sekiranya dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan dapat muncul karena beberapa kondisi eksternal seperti konflik keluarga, tekanan sosial maupun terlalu kuatnya ikatan individu pada lingkungannya (Weener dalam Correy, 1999). Pada survivor gempa tekanan sosial berkaitan dengan tidak atau belum dimilikinya kepastian mengenai keadaan diri dan alam di masa depan, dengan kemampuan religiusitas tinggi survivor gempa dapat mengartikan pengalaman yang dialami melalui cara-cara keagamaan dan keimanan sehingga tekanan yang dirasakan berkurang dan kecemasan dapat dihindari. Kecemasan yang dialami oleh para survivor gempa termasuk dalam kategori state anxiety, yaitu kecemasan bersifat sementara terhadap situasi menekan (Clerq, 1994), disebabkan karena kekhawatiran terhadap masa depan diri dan keadaan alam. Hasil penelitian ini menunjukkan sumbangan variabel religiusitas terhadap penurunan tingkat kecemasan menghadapi masa depan pada survivor gempa sebesar 12 %. Hal ini sekaligus menunjukkan keberadaan faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada penganggur selain religiusitas sebesar 88%. Faktor-faktor lain tersebut yaitu; sikap pribadi, jenis kelamin, perempuan lebih rentan mengalami kecemasan apabila dibandingkan dengan pria; status ekonomi, individu yang mengalami kesulitan ekonomi berpotensi mengalami kecemasan. Faktor harga diri, kepercayaan diri, dukungan sosial, religiusitas dan persiapan diri yang rendah lebih berpotensi menimbulkan kecemasan pada penganggur apabila dibandingkan dengan yang memiliki kepercayaan diri, harga diri, dukungan sosial dan persiapan diri tinggi (Hambly dalam Subandi, 1998). Sedangkan menurut Nevid, dkk (2003) faktor-faktor lain yang dapat memepengruhi kecemasan tersebut antara lain adalah : faktor biologis, sosial lingkungan dan perilaku.
42 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa ada hubungan negatif antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa depan pada survivor gempa. Artinya semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah kecemasan menghadapi masa depan yang dialami seorang survivor gempa, sebaliknya semakin rendah religiusitas maka kecemasan dalam menghadapi masa depan pada survivor gempa akan semakin tinggi. Dengan demikian hipotesis penelitian diterima, penelitian ini membuktikan bahwa religiusitas merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan tingkat kecemasan menghadapi masa depan pada survivor gempa. Besarnya sumbangan religiusitas terhadap kecemasan menghadapi masa depan pada survivor gempa sebesar 12 %, sedangkan sisanya sebesar 88% disumbangkan oleh faktor-faktor lain.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Kepada survivor gempa Survivor gempa diharapkan mau mengembangkan religiusitas dengan baik, karena dengan religiusitas para survivor gempa dapat menghadapi permasalahan yang dihadapi dengan lebih tenang disertai kepercayaan bahwa setiap permasalahan yang dihadapi akan terselesaikan dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian subjek penelitian kurang memahami dimensi ilmu yang tersusun dari ilmu Aqidah, Akhlak, Fiqih serta Ilmu Al Quran dan Al Hadist. Oleh karena itu disarankan kepada anggota masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kualitas Ilmu Keagamaan yang dimiliki, supaya dapat meningkatkan keimanan dan religiusitas yang pada akhirnya menjadi penguat diri ketika menghadapi permasalahan. 43
2. Kepada peneliti selanjutnya Mengingat religiusitas hanya memberikan sumbangan sebesar 12%, naka dianjurkan bagi peneliti lain yang berminat terhadap penelitian sejenis untuk melihat peranan faktor- faktor lain, misalnya jenis kelamin, status ekonomi, harga diri, kepercayaan diri, dukungan sosial, sikap pribadi dan persiapan diri terhadap kecemasan dalam menghadapi masa depan. Kepada peneliti selanjutnya disarankan juga untuk mencoba menggunakan metode wawancara sebagai alat pengumpul data tambahan sehingga hasil yang didapat dapat lebih lengkap sekaligus dapat mengungkap sisi subjektif survivor gempa berkaitan dengan tekanan-tekanan yang dapat menimbulkan kecemasan menghadapi masa depan.
44 DAFTAR PUSTAKA
Ancok D, Suroso dan Nashori, F 1995. Psikologi Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Anggarasari, R.E. 1997. Hubungan Tingkat Religiusitas dengan Sikap Konsumtif pada Ibu Rumah Tangga. Indonesian Psychologycal Journal. Psikologika. Halaman 15-20 Nomor 4 Tahun II .
Antkinson. 1996. Pengantar Psikologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Ashari, E.S. 1987. Ilmu Filsafat dan Agama. Surabaya : Bina Ilmu.
Berkowitz, L. 1995. Agresi, Sebab dan Akibatnya. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pratindo.
Chaplin, J. P. 1997. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Correy, G. 1999. Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Rafika Aditama.
Clerq, L. D. 1994. Tingkah Laku Abnormal : Dari Sudut Pandang Perkembangan. Jakarta : PT. Grasindo.
Daradjat, Z. 1994. Kesehatan Mental. Jakarta : Bulan Bintang.
Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung : Rosda.
Gazalba, S. 1985. Asas Agama Islam. Jakarta : Bulan Bintang.
Hadjam, N.R & Nuralita, A. 1997. Kecemasan Pasien Rawat Inap Ditinjau dari Persepsi tentang Layanan Keperawatan di Rumah Sakit. Indonesian Psychologycal Journal. Anima. Halaman 150-160, Volume 17, Nomor 2.
Hawari, D. 1996. Al Quan Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Edisi III (Revisi). Yogyakarta : PT Dana Bhakti Prima Yasa.
________. 2004. Al Quan Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta : PT Dana Bhakti Prima Yasa.
Hurlock, EB. 1996. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
http://www.ict4pr.og.sections
http://www.kr.co.id
http://www.pemda.diy.go.id
Jamaluddin, M. 1995. Religiusitas dan Stress Kerja pada Polisi. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.
Kartono, K. 1986. Patologi Sosial 3 Gangguan-Gangguan Kejiwaan. Jakarta : CV. Rajawali.
45
Maramis, 1983, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University, Surabaya.
Matdarwan, NN. 1986. Manusia, agama dan Kebatinan. Yogyakarta : Yayasan Bina Karir.
Nevid, dkk. 2003. Psikologi Abnormal Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Rahayu, H.P. 1997. Hubungan Tingkat Religiusitas dengan Prilaku Coping Stress. Indonesian Psychologycal Journal. Psikologika. Halaman 61-67 Nomor 4 Tahun II .
Robertson, R. 1993. Agama : Dalam Analisis dan Interpretasi Sosiologis : Dimensi-dimensi Keberagamaan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Sinambela, FC. 1994. Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Remaja. Anima.
Subandi. 1998. Hubungan antara Religiusitas dengan Kecemasan pada Remaja. Laporan Penelitian : Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Sulaiman, S. & Albuny, D.A. 1984. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta : BPFE.
Suryabrata, S. 2002. Psikologi Kepribadian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Walgito, B. 1998. Pengantar Psikologi. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Zuhroni, dkk. 2003. Islam untuk Disiplin Ilmu Kesehatan dan Kedokteran 2. Jakarta : Departemen Agama RI.
46 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Assalamualaikum Wr. Wb
Bersama ini saya memohon bantuannya untuk meluangkan waktu guna mengisi daftar pernyataan yang saya lampirkan. Informasi ini saya perlukan untuk menyelesaikan skripsi pada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.
Saya sangat berharap kejujuran dan kemurnian atas jawaban yang diberikan. Saya menjamin semua jawaban yang diberikan akan dirahasiakan sesuai dengan kode etik ilmiah. Tidak ada jawaban yang salah, semua jawaban adalah benar.
Dalam lembar angket di bawah ini terdapat beberapa pernyataan. Isilah pernyataan tersebut dengan jujur menurut pendapat, perasaan dan keadaan anda sendiri, bukan menurut pendapat ukum maupun pendapat orang lain. Pilihlah salah satu dari empat (4) alternatif jawaban dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai.
SS : Sangat Sesuai S : Sesuai TS : Tidak Sesuai STS : Sangat Tidak Sesuai
Setiap jawaban yang diberikan merupakan bantuan yang tidak ternilai harganya bagi penyelesaian dan tercapainya tujuan tersebut. Untuk kesediaan dan kerjasamanya saya ucapkan banyak terima kasih.
Hormat Saya,
Hidayat Marsal
IDENTITAS DIRI
Nama : . (boleh inisial) Jenis Kelamin : Laki laki / Perempuan (*) Usia : ...................... Alamat : ......................................................................................................... Pengalaman saat bencana : ..................................................................................... ................................................................................................................................... ................................................................................................................................... (*) : Coret yang tidak perlu 47
SKALA I A
No Pernyataan SS S TS STS 1 Tidak ada satu hal pun yang tidak diketahui oleh Allah.
2 Saya senang jika melakukan amal yang shaleh. 3 Kita tidak perlu berusaha karena takdir sudah ditentukan oleh Allah.
4 Bagi saya Al-Quran dan Al-Hadist merupakan pedoman hidup.
5 Meminjamkan uang kepada tetangga dengan bunga yang rendah tidak apa-apa.
6 Musibah gempa yang terjadi tahun kemaren membuat saya ragu kalau Allah itu maha pengasih dan maha penyayang.
7 Saya selalu mengerjakan shalat 5 waktu 8 Meminum minuman yang berakohol itu boleh dilakukan, asalkan tidak sampai mabuk
9 Setelah melaksanakan shalat, badan saya terasa pegal.
10 Tolong menolong merupakan kewajiban kita sebagai umat muslim.
11 Selain melaksanakan ibadah wajib, sebaiknya kita juga melakukan ibadah yang sunnah.
12 Saya merasa kalau Allah tidak menyayangi saya dengan adanya musibah gempa yang terjadi.
13 Adanya siang dan malam itu karena rotasi bumi, bukan karena Allah.
14 Dalam hal apapun kita harus bersikap sopan kepada orang lain.
15 Zakat haruslah kita bayarkan sesuai dengan ketentuan secara Islam.
16 Kita boleh memelihara babi, asalkan tidak memakannya.
17 Al Quran merupakan wahyu dari Allah, bukan buatan manusia.
18 Berbohong demi kebaikan merupakan hal yang boleh dilakukan.
19 Saya belum pernah merasakan manfaat shalat. 20 Dengan berdoa saya merasa dekat dengan Allah.
21 Segala musibah yang datang merupakan peringatan dari Allah.
22 Saya melaksanakan dengan sungguh-sungguh puasa Ramadhan.
23 Rejeki yang saya dapat merupakan hasil kerja saya sendiri, bukan karena Allah
24 Dengan membaca Al-Quran dan Al-Hadist, ilmu kita akan bertambah.
48 25 Memelihara lingkungan hidup merupakan tanggung jawab dari aparat desa.
26 Memakan makanan yang haram boleh dilakukan, asalkan untuk kesehatan.
No Pernyataan SS S TS STS 27 Setiap akan memulai suatu hal, saya membaca basmalah.
28 Ada keraguan dalam diri saya mengenai adanya hari akhir (kiamat).
29 Dengan berzakat, harta kita akan semakin berkurang
30 Setiap selesai mengerjakan suatu pekerjaan, saya mengucapkan hamdalah.
31 Saya merasa Allah tidak adil kepada saya, padahal saya sudah sering berdoa.
32 Malaikat selalu mencatat setiap tindakan yang kita lakukan.
33 Saya yakin di balik musibah gempa yang terjadi beberapa waktu yang lalu, Allah pasti punya rencana lain yang lebih baik bagi umatnya.
34 Naik haji harus saya laksanakan, walaupun dengan berhutang.
35 Allah tidak melarang kita menuntut ilmu kemanapun, asalkan tidak menyimpang dari ajaran agama.
36 Sesudah Nabi Muhammad, masih ada nabi-nabi lain yang harus kita percayai.
37 Ketika adzan terdengar saya langsung mengerjakan shalat dan menghentikan sementara pekerjaan saya.
38 Musibah gempa kemaren membuat saya bertambah yakin dengan kuasa Allah.
39 Keutuhan umat beragama harus kita pelihara demi kepentingan bersama.
40 Silaturrahmi dengan tetangga jarang saya lakukan, karena saya sibuk.
Silahkan Lanjutkan untuk Mengisi Skala Berikutnya
49 SKALA I B 1. Ummul Quran adalah surat a. Al-Baqorah b. Al-Israa; c. Yunus d. Al-Faatihah
2. Yang tidak termasuk dalam syarat sah shalat a. Suci dari hadis b. Suci badan, tempat dan pakaian c. Membaca takbiratul ihram d. Menghadap ke kiblat
3. Ketika seorang muslim mendapat musibah, sebaiknya in mengucapkan a. Astagfirullah hall adhim b. Laa haula wala quwwata illa billahi c. Bismillahi tawakkaltu d. Innalillahi wainna ilaihi roojiun
4. Shalat yang dipendekkan dari 4 rekaat menjadi 2 rekaat a. Shalat jama b. Shalat qasar c. Shalat tarawih d. Shalat dhuha
5. Bacaan takbir ke 2 pada shalt jenazah a. Al-Faatihah b. Surat-surat pendek c. Sholawat Nabi d. Sallam
6. Hari-hari yang diperbolehkan untuk berpuasa, kecuali a. Idul fitri b. Puasa senin-kamis c. Rammadan d. Puasa daud
7. Di bawah ini termasuk rukun Islam, kecuali a. Mengucapkan dua kalimat syahadt b. Haji c. Shalat d. Silahturahmi
8. Tanggal kelahiran NabiMuhammad SAW a. 20 zulqaedah b. 12 rabiul awal c. 10 rabiul awal d. 15 rajab
50 9. Orang yang pertama kali mengumandangkan adzan di Mekkah a. Utsman b. Bani asyim c. Zubair d. Bilal
10. Yang membangun Kabah a. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail b. Nabi Yusuf c. Nabi Ibrahim dan Nabi Yusuf d. Nabi Ismail
11. Al-Quran terdiri dari a. 114 surat dan 30 jus b. 115 surat dan 35 jus c. 145 surat dan 40 jus d. 160 surat dan 55 jus
12. Kitab Zabur diturunkan kepada a. Nabi Sulaiman b. Nabi Adam c. Nabi Daud d. Nabi Ibrahim
13. Mencari ilmu agama dalam agama Islam hukumnya a. Sunnah b. Fardlu Ain c. Fardlu Amaliyah d. Fardlu Kifayah
14. Nabi Muhammad SAW diangkat oleh Allah menjadi rasul pada usia a. 40 tahun b. 45 tahun c. 35 tahun d. 47 tahun
15. Menshalatkan jenazah hukumnya a. Sunnat Muakhad b. Fardlu Ain c. Fardlu Amalia d. Fardlu Kifayah
16. Oleh masyarakat Mekkah, Nabi Muhammad SAW diberi gelar Al-Amin, yang memilki arti a. Jujur b. Suka menolong c. Dapat dipercaya d. Cerdas
51 17. Berikut ini tanda-tanda orang munafik, kecuali a. Ketika berjanji ia mengingkari b. Ketika diminta tolong ia menolak c. Ketika berbicara ia berdusta d. Ketika dipercayai ia mengkhianati
18. Tempat di mana Nabi Muhammad SAW, mendapatkan wahyu pertama kali a. Jabal nur b. Goa hira c. Goa hijaz d. Di dalam rumah
19. Batu hitam yang terletak disudut Kabah, adalah a. Arca b. Batu aki c. Batu jambrut d. Hajar aswad
20. Nama-nama Allah disebut a. Arrahman b. Rabul alamin c. Asmaul Husna d. Asmauliah
52 Silahkan Lanjutkan untuk Mengisi Skala Berikutnya
SKALA II
No Pernyataan SS S TS STS 1 Badan saya terasa dingin, apabila mengingat gempa yang terjadi tahun kemaren.
2 Gempa yang terjadi tahun kemaren membuat masa depan saya jadi berantakan.
3 Kondisi badan saya menjadi lebih sehat apabila saya mengingat hal apa yang harus saya lakukan nanti.
4 Sudah hampir setahun gempa terjadi tapi saya masih takut.
5 Saya dapat berkonsentrasi dengan baik. 6 Waktu gempa terjadi saya merasa dunia saya runtuh.
7 Akhir-akhir ini saya tidak merasakan pusing yang berlebihan.
8 Dari pada mengingat hari esok lebih baik saya tidur-tiduran.
9 Memikirkan hal yang semakin rumit membuat saya mejadi lebih tertantang.
10 Saya jadi pusing apabila memikirkan apa yang harus saya lakukan besok.
11 Gempa bumi yang terjadi tahun kemarin membuat saya lebih menghargai hidup saya.
12 Sejak gempa terjadi tahun lalu, saya menjadi khawatir ditinggal sendirian.
13 Saya tidak berkeringat memikirkan masa depan saya.
14 Saya menjadi gelisah apabila memikirkan masa depan saya nanti.
15 Saya merasa sering tegang yang berlebihan ketika menghadapi pekerjaan.
16 Masa depan yang cerah merupakan impian saya sejak dulu.
17 Belakangan ini saya sult berkonsentrasi dengan pekerjaan.
18 Saya lebih berhati-hati untuk memecahkan masalah supaya saya dapat meraih impian saya di masa depan.
19 Saya akan menunda menyelesaikan masalah yang saya hadapi terlebih dahulu karena yang terpenting bagi saya masa depan.
20 Sekarang saya merasa lebih relaks dalam menggampai impian saya di masa depan.
21 Saya merasa kemampuan saya mengatasi masalah menjadi berkurang sejak terjadinya
53 gempa. 22 Menghindar dari masalah merupakan jalan yang baik untuk menyelesaikan masalah.
23 Saya jarang melakukan tindakan yang salah belakangan ini.
24 Setiap pagi saya bangun dengan jantung berdebar.
No Pernyataan SS S TS STS 25 Gempa yang terjadi membuat saya menjadi orang yang gampang stress.
26 Saya selalu dapat berfikir dengan matang dalam menentukan keputusan yang harus saya ambil.
27 Telapak tangan saya sering berkeringat ketika melakukan sesuatu hal.
28 Bagi saya musibah gempa yang terjadi merupakan salah satu ujian dari Allah, bukan hak yang harus kita sesali seumur hidup.
29 Pikiran saya terasa bercampur aduk ketika memikirkan masa depan.
30 Kegelisahan terhadap masa depan merupakan hal yang membuat kita tidak dapat berkembang.
31 Perut saya mual ketika memikirkan masa depan saya.
32 Perut saya mual ketika mengingat hari esok. 33 Menyesali yang hal yang terjadi bukalah hal yang membuat saya tenang.
34 Saya susah untuk mengendalikan diri kalau mengingat gempa itu.
35 Semangat hidup daya tidak kendor dengan musibah yang terjadi.
36 Saya dapat bernafas dengan tenang ketika memikirkan masa depan saya.
37 Saya merasa panik memikirkan apa yang harus saya lakukan nanti.
38 Saya dapat memusatkan perhatian saya pada hal-hal yang saya kerjakan.
39 Ketika memikirkan masa depan, tangan dan lutut saya terasa bergetar.
40 Saya dapat menjalankan rutinitas hidup saya dengan baik.
81 Descriptive Statistics 70 37 79 60,30 11,940 70 63 92 77,43 7,741 70 1 13 8,36 4,136 70 64 104 85,79 9,914 70 kecemasan religiusitas 1 religiusitas 2 religiusitas Valid N (listwise) N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Uji Normalitas NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 70 70 60,30 85,79 11,940 9,914 ,146 ,120 ,115 ,089 -,146 -,120 1,220 1,005 ,102 ,264 N Mean Std. Deviation Normal Parameters a,b Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) kecemasan religiusitas Test distribution is Normal. a. Calculated from data. b.
Uji Linearitas Case Processing Summary 70 100,0% 0 ,0% 70 100,0% KECEMASAN * RELIGIUSITAS N Percent N Percent N Percent Included Excluded Total Cases
82 ANOVA Table 59,820 8,281 51,540 9,178 68,999 55 1 54 14 69 1,088 8,281 ,954 ,656 1,659 12,631 1,456 ,149 ,003 ,223 Sum of Squares df Mean Square F Sig. (Combined) Linearity Deviation from Linearity Between Groups Within Groups Total KECEMASAN * RELIGIUSITAS
Measures of Association -,346 ,120 ,931 ,867 KECEMASAN * RELIGIUSITAS R R Squared Eta Eta Squared
Uji Korelasi Correlations 1 -,346** , ,003 70 70 -,346** 1 ,003 , 70 70 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N KECEMASAN RELIGIUSITAS KECEMASAN RELIGIU SITAS Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.