You are on page 1of 12

1. Lokasi ,lingkungan alam dan demografi 2.

Asal Mula dan Sejarah suku bangsa Secara umum seluruh penduduk di kepulauan Nusantara disebut-sebut berasal dari Cina selatan, demikian juga halnya dengan Suku Dayak. Tentang asal mula bangsa Dayak, banyak teori yang diterima adalah teori imigrasi bangsa Cina dari Provinsi Yunnan di Cina Selatan. Penduduk Yunan berimigrasi besar-besaran (dalam kelompok-kelompok kecil) diperkirakan pada tahun 3000-1500 SM (sebelum masehi). Sebagian dari mereka mengembara ke Tumasik dan semenanjung Melayu, sebelum ke wilayah Indonesia. Sebagian lainnya melewati Hainan, Taiwan dan Filipina. Menurut H.TH. Fisher, migrasi dari Asia terjadi pada fase pertama zaman Tertier. Benua Asia dan pulau Kalimantan merupakan bagian Nusantara yang masih menyatu, yang memungkinkan ras Mongoloid dari Asia mengembara melalui daratan dan sampai di Kalimantan dengan melintasi pegunungan yang sekarang disebut pegunungan Muller-Schwaner. Dari pegunungan itulah berasal sungai-sungai besar seluruh Kalimantan. Diperkirakan, dalam rentang waktu yang lama, mereka harus menyebar menelusuri sungai-sungai hingga ke hilir dan kemudian mendiami pesisir pulau Kalimantan.1 Tetek Tahtum menceritakan perpindahan suku Dayak dari daerah hulu menuju daerah hilir sungai. Di daerah selatan Kalimantan Suku Dayak pernah membangun sebuah kerajaan. Dalam tradisi lisan Dayak di daerah itu sering disebut Nansarunai Usak Jawa23, yakni kerajaan Nansarunai dari Dayak Maanyan yang dihancurkan oleh Majapahit, yang diperkirakan terjadi antara tahun 1309-13894 Kejadian tersebut mengakibatkan suku Dayak Maanyan terdesak dan terpencar, sebagian masuk daerah pedalaman ke wilayah suku Dayak Lawangan. Arus besar berikutnya terjadi pada saat pengaruh Islam yang berasal dari kerajaan Demak bersama masuknya para pedagang Melayu (sekitar tahun 1520).

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977-1978

2 3

Templat:Mhy icon NANSARUNAI USAK JAWA (Indonesia) Usak Jawa 4 Fridolin Ukur, 1971

Sebagian besar suku Dayak di wilayah selatan dan timur kalimantan yang memeluk Islam tidak lagi mengakui dirinya sebagai orang Dayak, tapi menyebut dirinya sebagai atau orang Banjar dan Suku Kutai. Sedangkan orang Dayak yang menolak agama Islam kembali menyusuri sungai, masuk ke pedalaman, bermukim di daerahdaerah Kayu Tangi, Amuntai, Margasari, Watang Amandit, Labuan Amas dan Watang Balangan. Sebagian lagi terus terdesak masuk rimba. Orang Dayak pemeluk Islam kebanyakan berada di Kalimantan Selatan dan sebagian Kotawaringin, salah seorang pimpinan Banjar Hindu yang terkenal adalah Lambung Mangkurat menurut orang Dayak adalah seorang Dayak (Maanyan atau Ot Danum)5 Di Kalimantan Timur, orang Suku Tonyoy-Benuaq yang memeluk Agama Islam menyebut dirinya sebagai Suku Kutai Tidak hanya dari Nusantara, bangsa-bangsa lain juga berdatangan ke Kalimantan. Bangsa Tionghoa tercatat mulai datang ke Kalimantan pada masa Dinasti Ming tahun 1368-1643. Dari manuskrip berhuruf hanzi disebutkan bahwa kota yang pertama dikunjungi adalah Banjarmasin. Kunjungan tersebut pada masa Sultan Hidayatullah I dan Sultan Mustain Billah. Hikayat Banjar memberitakan kunjungan tetapi tidak menetap oleh pedagang jung bangsa Tionghoa dan Eropa (disebut Walanda) di Kalimantan Selatan telah terjadi di masa Kerajaan Banjar Hindu (abad XIV). Pedagang Tionghoa mulai menetap di kota Banjarmasin pada suatu tempat dekat pantai pada tahun 17366. Kedatangan bangsa Tionghoa di selatan Kalimantan tidak mengakibatkan

perpindahan penduduk Dayak dan tidak memiliki pengaruh langsung karena mereka hanya berdagang, terutama dengan kerajaan Banjar di Banjarmasin. Mereka tidak langsung berniaga dengan orang Dayak. Peninggalan bangsa Tionghoa masih disimpan oleh sebagian suku Dayak seperti piring malawen, belanga (guci) dan peralatan keramik. Sejak awal abad V bangsa Tionghoa telah sampai di Kalimantan. Pada abad XV Raja Yung Lo mengirim sebuah angkatan perang besar ke selatan (termasuk Nusantara) di bawah pimpinan Cheng Ho, dan kembali ke Tiongkok pada tahun 1407, setelah sebelumnya singgah ke Jawa, Kalimantan, Malaka, Manila dan Solok. Pada tahun 1750, Sultan Mempawah menerima orang-orang Tionghoa (dari Brunei) yang sedang
5 6

(Indonesia) Susanto, A. Budi (2007). Masihkah Indonesia. Kanisius. hlm. 216. ISBN 9792116575. http://books.google.co.id/books?id=QyXg_GDYCdMC&lpg=PA216&dq=pangeran %20antasari&pg=PA216#v=onepage&q=pangeran%20antasari&f=false.ISBN 9789792116571

mencari emas. Orang-orang Tionghoa tersebut membawa juga barang dagangan diantaranya candu, sutera, barang pecah belah seperti piring, cangkir, mangkok dan guci7

3. Sistem Bahasa

Di Dayak menggunakan bahasa Indonesia , bahasa Maanyan , dan bahasa Ngaju sebagai bahasa yang digunakan dalam kesehariannya.

4. SistemTeknologi

Teknologi tradisional paling sedikit ada 8 macam sistem peralatan yang biasanya digunakan untuk pertanian karena corak masyarakat dayak hidup berpindah dengan mata pencaharian bercocok tanam,diantaranya yaitu:

Alat alat produktif : Peralatan alat-alat produktif terbuat dari bahan mentah yaitu batu, tulang dan logam. Bahan mentah batu dibuat dengan cara dipukul-pukul, ditekan, dipecah-pecah, bahan mentah tulang dibuat dengan cara retouching, bahan mentah logam dibuat dengan cara dicetak. Alat-alat produktif biasa digunakan untuk memotong, menusuk, membuat lubang, memukul dan menggiling.

Senjata : Peralatan senjata terbuat dari bahan mentah yaitu batu, tulang, bambu dan logam. Bahan mentah batu dibuat dengan cara dipukul-pukul, ditekan, dipecah-pecah, bahan mentah tulang dibuat dengan cara retouching, bahan mentah logam dibuat dengan cara dicetak. Senjata biasanya digunakan untuk senjata-senjata potong, senjata pukul, senjata tusuk, senjata lempar, senjata penahan.

Wadah :

http://eprints.lib.ui.ac.id/12976/1/82338-T6811-Politik%20dan-TOC.pdf

Peralatan wadah terbuat dari bahan mentah yaitu kayu, bambu, kulit kayu, serat-seratan, tanah liat ( tembikar). Bahan mentah kayu dibuat dengar cara dibentuk dan diukir, bahan mentah bambu dibuat dengan cara diukir, bahan mentah kulit kayu dibuat dengan cara diproses dan dijahit, bahan mentah serat-seratan dibuat dengan cara dianyam, bahan mentah tanah liat dibuat dengan cara dicetak. Wadah biasanya digunakan untuk alat menyimpan, alat makan, alat masak, alat untuk membawa.

Alat alat menyalakan api : Peralatan menyalakan api digunakan dengan teknik batu api menggesek.

Makanan,minuman,bahan pembangkit gairah dan jamu- jamuan : Makanan terbuat dari bahan mentah sayur-mayur, daun-daunan, akar-akaran, biji-bijian, daging dan susu. Makanan biasanya dimasak di atas api dan dengan batu panas.

Pakaian dan perhiasan : Pakaian terbuat dari bahan mentah kulit pohon, kulit binatang dan bahan tenun. Pakaina biasa dibuat dengan teknik pembuatan teknik ikat dan teknik celup. Pakaian berfungsi untuk penahan pengaruh sekitar alam, lambang gengsi, lambang suci dan perhiasan.

Tempat berlindung dan perumahan : Tempat berlindung terbuat dari bahan mentah yaitu kayu, bambu, kulit pohon dan tanah liat. Tempat berlindung biasa dibuat dengan teknik pembuatan menyusun, mengikat dan memangku. Tempat berlindung berfungsi untuk tadah angin, tenda, gubuk-gubuk dan rumah.

Alat alat transportasi : Alat-alat transportasi terbuat dari bahan mentah yaitu kulit binatang, kulit kayu, kayu, kayu bambu dan jerami. Alat transportasi biasa dibuat dengan teknik pembuatan prinsip moccasin, prinsip sandal, rakit, perahu lesung, perahu bercadik, perahu kecil, teknik-teknik mengikat, pemeliharaan dan peternakan. Alat-alat transportasi biasa digunakan untuk kereta roda, sepatu,

sepatu salju, binatang untuk transportasi, travoia, alat seret dan alat transportasi air.

5. Sistem Mata Pencaharian Orang-orang dayak pada umumnya hidup dengan bertani. Tetapi, cara yang digunakan dengan ladang berpindah. Sebenarnya masyarakat suku dayak hidup dalam sebuah perkampungan induk yang terdiri dari rumah-rumah panjang ( rumah adat dayak yang berbentuk seperti rumah panggung, dibangun sedemikian rupa untuk menghindari binatang-binatang buas yang masih ada banyak di hutan-hutan Kalimantan, seperti harimau, babi hutan, dll ). Para anggota keluarga yang masih kuat bekerja akan berada di perladangan yang berpindah. Mereka jarang sekali pulang ke kampungnya kecuali bila sudah tiba masa panen. Sehingga hubungan sosial antarwarga masyarakatnya kurang kuat. 6. Organisasi Sosial Perkampungan atau desa dipimpin oleh seorang kepala yang disebut Pembakal yang tugasnya mengurus administrasi pedesaan. Selain itu ada seorang Pangulu yang berkedudukan sebagai kepala adat dan bertugas mengurus masalah adat dan pengadilan adat. Kepala adat didampingi oleh seorang Mantir atau Daya Maanyan yaitu dewan orang tua. Para pangulu bertanggung jawab pada demang selaku kepala adat di kecamatan. 7. Sistem Pengetahuan Suku Dayak mempunyai kode yang umum dimengerti oleh suku bangsa Dayak, kode ini dikenal dengan sebutan Totok Bakakak. Macam macam Totok Bakakak:
-

Mengirim tombak yang telah di ikat rotan merah (telah dijernang) berarti menyatakan perang, dalam bahasa Dayak Ngaju "Asang". Mengirim sirih dan pinang berarti si pengirim hendak melamar salah seorang Mengirim seligi (salugi) berarti mohon bantuan, kampung dalam bahaya.

gadis yang ada dalam rumah yang dikirimi sirih dan pinang.

Mengirim tombak bunu (tombak yang mata tombaknya diberi kapur) berarti mohon bantuan sebesar mungkin karena bila tidak, seluruh suku akan mendapat bahaya.

Mengirim Abu, berarti ada rumah terbakar. Mengirim air dalam seruas bambu berarti ada keluarga yang telah mati tenggelam, harap lekas datang. Bila ada sanak keluarga yang meninggal karena tenggelam, pada saat mengabarkan berita duka kepada sanak keluarga, nama korban tidak disebutkan.

Mengirim cawat yang dibakar ujungnya berarti salah seorang anggota keluarga yang telah tua meninggal dunia. Mengirim telor ayam, artinya ada orang datang dari jauh untuk menjual belanga, tempayan tajau. Daun sawang/jenjuang yang digaris (Cacak Burung) dan digantung di depan rumah, hal ini menunjukan bahwa dilarang naik/memasuki rumah tersebut karena adanya pantangan adat. Bila ditemukan pohon buah-buahan seperti misalnya langsat, rambutan, dsb,

didekat batangnya ditemukan seligi dan digaris dengan kapur, berarti dilarang mengambil atau memetik buah yang ada dipohon itu.

8. Kesenian A. Seni Tari


1. Tari Gantar

Tarian yang menggambarkan gerakan orang menanam padi. Tongkat menggambarkan kayu penumbuk sedangkan bambu serta biji-bijian didalamnya menggambarkan benih padi dan wadahnya. Tarian ini cukup terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acaraacara lainnya. Tari ini tidak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung namun juga dikenal oleh suku Dayak Benuaq. Tarian ini dapat dibagi dalam tiga versi yaitu tari Gantar Rayatn, Gantar Busai dan Gantar Senak/Gantar Kusak.

2. Tari Kancet Papatai/ Tari Perang

Tarian ini menceritakan tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah berperang melawan musuhnya. Gerakan tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadangkadang diikuti oleh pekikan si penari. Dalam tari Kancet Pepatay, penari mempergunakan pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dilengkapi dengan peralatan perang seperti mandau, perisai dan baju perang. Tari ini diiringi dengan lagu Sak Pakudan hanya menggunakan alat musik Sampe. 3. Tari Kancet Ledo / Tari Gong Tari Kancet Ledo

Jika Tari Kancet Pepatay menggambarkan kejantanan dan keperkasaan pria Dayak Kenyah, sebaliknya Tari Kancet Ledo menggambarkan kelemahlembutan seorang gadis bagai sebatang padi yang meliuk-liuk lembut ditiup oleh angin. Tari ini dibawakan oleh seorang wanita dengan memakai pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dan pada kedua tangannya memegang rangkaian bulu-bulu ekor burung Enggang. Biasanya tari ini ditarikan diatas sebuah gong, sehingga Kancet Ledo disebut juga Tari Gong. 4. Tari Kancet Lasan

Menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan oleh suku Dayak Kenyah karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. Tari Kancet Lasan merupakan tarian tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang sama gerak dan posisinya seperti Tari Kancet Ledo, namun si penari tidak mempergunakan gong dan bulu-bulu burung Enggang dan juga si penari banyak mempergunakan posisi merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh lantai. Tarian ini lebih ditekankan pada gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon.

5. Tari Leleng

Tarian ini menceritakan seorang gadis bernama Utan Along yang akan dikawinkan secara paksa oleh orangtuanya dengan pemuda yang tak dicintainya. Utan Along akhirnya melarikan diri kedalam hutan. Tarian gadis suku Dayak Kenyah ini ditarikan dengan diiringi nyanyian lagu Leleng. 6. Tari Hudoq

Tarian ini dilakukan dengan menggunakan topeng kayu yang menyerupai binatang buas serta menggunakan daun pisang atau daun kelapa sebagai penutup tubuh penari. Tarian ini erat hubungannya dengan upacara keagamaan dari kelompok suku Dayak Bahau dan Modang. Tari Hudoq dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan dalam mengatasi gangguan hama perusak tanaman dan mengharapkan diberikan kesuburan dengan hasil panen yang banyak. 7. Tari Hudoq Kita'

Tarian dari suku Dayak Kenyah ini pada prinsipnya sama dengan Tari Hudoq dari suku Dayak Bahau dan Modang, yakni untuk upacara menyambut tahun tanam maupun untuk menyampaikan rasa terima kasih pada dewa yang telah memberikan hasil panen yang baik. Perbedaan yang mencolok anatara Tari Hudoq Kita' dan Tari Hudoq ada pada kostum, topeng, gerakan tarinya dan iringan musiknya. Kostum penari Hudoq Kita' menggunakan baju lengan panjang dari kain biasa dan memakai kain sarung, sedangkan topengnya berbentuk wajah manusia biasa yang banyak dihiasi dengan ukiran khas Dayak Kenyah. Ada dua jenis topeng dalam tari Hudoq Kita', yakni yang terbuat dari kayu dan yang berupa cadar terbuat dari manik-manik dengan ornamen Dayak Kenyah. 9. Tari Serumpai

Tarian suku Dayak Benuaq ini dilakukan untuk menolak wabah penyakit dan

mengobati orang yang digigit anjing gila. Disebut tarian Serumpai karena tarian diiringi alat musik Serumpai (sejenis seruling bambu). 10. Tari Belian Bawo

Upacara

Belian

Bawo

bertujuan

untuk

menolak penyakit, mengobati orang sakit, membayar nazar dan lain sebagainya. Setelah Tari Belian Bawo diubah menjadi tarian, tari ini sering disajikan pada acara-acara penerima tamu dan acara kesenian lainnya. Tarian ini merupakan tarian suku Dayak Benuaq.

11. Tari Kuyang

Sebuah tarian Belian dari suku Dayak Benuaq untuk mengusir hantu-hantu yang menjaga pohon-pohon yang besar dan tinggi agar tidak mengganggu manusia atau orang yang menebang pohon tersebut. 12. Tari Pecuk Kina

Tarian ini menggambarkan perpindahan suku Dayak Kenyah yang berpindah dari daerah Apo Kayan (Kab. Bulungan) ke daerah Long Segar (Kab. Kutai Barat) yang memakan waktu bertahun-tahun. 13. Tari Datun

Tarian ini merupakan tarian bersama gadis suku Dayak Kenyah dengan jumlah tak pasti, boleh 10 hingga 20 orang. Menurut riwayatnya, tari bersama ini diciptakan oleh seorang kepala suku Dayak Kenyah di Apo Kayan yang bernama Nyik Selung,

sebagai tanda syukur dan kegembiraan atas kelahiran seorang cucunya. Kemudian tari ini berkembang ke segenap daerah suku Dayak Kenyah. 14. Tari Ngerangkau

Tari Ngerangkau adalah tarian adat dalam hal kematian dari suku Dayak Tunjung dan Benuaq. Tarian ini mempergunakan alat-alat penumbuk padi yang dibentur-benturkan secara teratur dalam posisi mendatar sehingga menimbulkan irama tertentu. 15. Tari Baraga' Bagantar

Awalnya Baraga' Bagantar adalah upacara belian untuk merawat bayi dengan memohon bantuan dari Nayun Gantar. Sekarang upacara ini sudah digubah menjadi sebuah tarian oleh suku Dayak Benuaq. B. Seni Musik
Suku Dayak memiliki bermacam-macam alat musik, baik berupa alat musik petik, pukul dan tiup. Dalam kehidupan sehari-hari suku di pedalaman ini, musik juga merupakan sarana yang tidak kalah pentingnya untuk penyampaian maksud-maksud serta puja dan puji kepada yang berkuasa, baik terhadap roh-roh maupun manusia biasa. Selain itu musik alat-alat musik ini digunakan untuk mengiringi bermacam-macam tarian. Seperti halnya dalam seni tari, pada seni musik pun mereka memiliki beberapa bentuk ritme, serta lagu-lagu tertentu untuk mengiringi suatu tarian dan upacara-upacara tertentu. Masing-masing suku memiliki kekhasannya sendiri-sendiri.

Alat Musik Gendang

Keterangan Ada beberapa jenis Gendang yang dikenal oleh suku Dayak Tunjung:

Prahi Gimar Tuukng Tuat

Genikng

Gong

Glunikng

Pampong Sebuah gong besar yang juga digantungkan pada sebuah standar (tempat gantungan) seperti halnya gong di Jawa. Sama seperti gong di Jawa, dengan diameter 50-60 cm Sejenis alat musik pukul yang bilahbilahnya terbuat dari kayu ulin. Mirip alat musik saron di Jawa.

Jatung Tutup

Jatung Utang

Kadire

Klentangan

Sampe

Gendang besar dengan ukuran panjang 3 m dan diameter 50 cm Sejenis alat musik pukul dari kayu yang berbentuk gambang. Memiliki 12 kunci, tergantung dari atas sampai bawah dan dimainkan dengan kedua belah tangan. Alat musik tiup yang terbuat dari pelepah batang pisang dan memiliki 5 buah pipa bambu yang dibunyikan dengan mempermainkan udara pada rongga mulut untuk menghasilkan suara dengung. Alat musik pukul yang terdiri dari enam buah gong kecil tersusun menurut nadanada tertentu pada sebuah tempat dudukan berbentuk semacam kotak persegi panjang (rancak). Bentuk alat musik ini mirip denganbonang di Jawa. Gong-gong kecil terbuat dari logam sedangkan tempat dudukannya terbuat dari kayu. Sejenis gitar atau alat musik petik dengan dawai berjumlah 3 atau 4. Biasanya diberi hiasan atau ukiran khas suku Dayak.
Alat musik tiup yang terbuat dari bambu. Ada beberapa jenis suliikng:

Suliikng

Bangsi / Serunai Suliikng Dewa Kelaii

Taraai

Tompong Sebuah gong kecil yang digantungkan pada sebuah standar (tempat gantungan). Alat pemukul terbuat dari kayu yang agak lunak.
Sebuah kecapi yang terbuat dari bambu atau batang kelapa. Alat musik ini dikenal juga sebagai Genggong (Bali) atau Karinding (Jawa Barat).

Uding (Uring)

9.

Sistem Religi
Agama yang mereka anut sangat variatif. Dayak yang beragama Islam di

Kalimantan Tengah, tetap mempertahankan ethnisnya Dayak, demikian juga bagi Dayak yang masuk agama Kristen. Agama asli suku Dayak di Kalimantan Tengah adalah Kaharingan, yang merupakan agama asli yang lahir dari budaya setempat sebelum bangsa Indonesia mengenal agama pertama yakni Hindu. Karena Hindu telah meyebar luas di dunia terutama Indonesia dan lebih dikenal luas, jika dibandingkan

dengan agama suku Dayak, maka Agama Kaharingan dikategorikan ke cabang agama Hindu.

You might also like