You are on page 1of 16

KuIIah I

HAKIKAT PAPTAI PDLITIK


DIeh: ambang Wahyu Nugroho
Coba saudara cari data di internet mengenai partai-partai politik yang eksis di negara-negara
seluruh dunia ini, misalnya dihttp://en.wikipedia.org/wiki/List_of_political_parties_by_country. Di
situ saudara akan memperoleh informasi bahwa partai politik ada di hampir semua negara.
Dapatkah saudara menyebutkan 20 negara yang tidak memiliki partai politik?
Apa definisi partai politik itu?
Definisi pertama di abad ke-18, yakni dari Sir Edmund Burke: Di dalam buku yang
berjudul Thoughts on the Cause of the Present Discontent, (Pemikiran atas Sebab-sebab
Kekecewaan di Masa Kini) yang diterbitkan pada tahun 1770, Edmund Burke merumuskan definisi
partai politik sebagai, an organized assembly of men, united for working together for the national
interest, according to the particular principle they agreed upon. (sebuah majelis [yang
beranggotakan] orang-orang yang terorganisir, yang bersatu untuk bekerja sama demi
mewujudkan kepentingan nasional menurut asas-asas tertentu yang mereka sepakati).
Sementara itu pada tahun 1816, Benjamin Constant merumuskan definisi partai politik secara
ideologis, yang kemudian setelahnya hanya tepat untuk partai-partai yang mempunyai, atau lekat
pada golongan ideologi-ideologi besar, tetapi tidak untuk partai opportunistatau pragmatic, yang
hanya peduli pada akses menuju kekuasaan ketimbang doktrin atau ideologi politik. Baginya,
sebuah partai politik adalah a reunion of men professing the same political doctrine. (sebuah
pertemuan kembali (reuni) orang-orang yang mempunyai doktrin politik yang sama).
O Dapatkah saudara membandingkan pendapat pak Constant ini dengan perkembangan Golongan
Karya di masa Orde Baru di Indonesia (1966-1997)?
Kaum Marxis menggunakan definisi yang berhubugan dengan aksioma sentral doktrin
sosialismenya, yakni politik sebagai perjuangan kelas:a political party is the organization of the
most conscious elements of a social class. (sebuah partai politik adalah organisasi dari elemen-
elemen paling tergugah terhadap [masalah] kelas sosial).
Max Weber setuju dengan fungsi partai politik sebagaimana disampaikan oleh Burke, (realisasi dari
cita politik), tetapi diperluasnya dengan memasukkan partai-partai yang digerakkan oleh
kepentingan material. Menurut Weber sebuah partai adalah an associative relation, and affiliation
based on free recruitment. Its goal is to ensure the power for its leaders within an institutionalized
group, having as aim the realization of an ideal or obtaining material advantages for its
militants.(sebuah hubungan dan pemihakan asosiatif yang didasarkan para rekrutmen bebas.
Tujuannya adalah untuk memastikan [diperolehnya] kekuasaan bagi para pemimpinnya [yang
ada] di dalam kelompok terlembaga, yang memiliki tujuan untuk mewujudkan suatu cita-cita atau
mendapatkan keuntungan-keuntungan bagi para pendukung setianya).
Setelah Perang Dunia II (1945-) para sarjana politik dan pemeliti lain memusatkan pehatian lebih
pada hakikat teknis dan elektoral dari partai politik. Misalnya bagi Anthony Downs, sebuah partai
politik adalah a team of men seeking to control the governing apparatus by gaining offices in a
duly constituted election. (suatu tim [beranggotakan] orang-orang yang mencari [kekuasaan
untuk] mengendalikan aparat-aparat pemerintahan dengan cara menduduki kursi-kursi kekuasaan
dalam sebuah pemilihan yang tertib dan teratur).
O Dari definisi itu, dapatkah Anda membedakan antara pejabat politik dan aparat pemerintahan?
Secara tradisional, para ilmuwan politik telah memusatkan perhatian pada peran partai politik
sebagai instrumen untuk menawarkan kandidat dalam pemilihan umum untuk menduduki jabatan
publik. William J. Crotty mendefinisikan partai politik sebagai:
A political party is a formally organized group that performs the functions of educating the public
to acceptance of the system as well as the more immediate implications of policy concerns, that
recruits and promotes individuals for public office, and that provides a comprehensive linkage
function between the public and governmental decisionmakers.[1] (Partai politik adalah kelompok
yang terorganisasi secara formal yang menunjukkan fungsi mendidik publik untuk menerima
sistem dan juga implikasi yang lebih langsung dari penerapan kebijakan, yang merekrut dan
mengajukan seseorang bagi untuk menduduki publik, dan yang menyediakan fungsi penautan
komprehensif antara publik dengan pengambil keputusan di pemerintahan).
Mirip dengan itu, menurut James C. Coleman, sebuah partai politik adalah: an association that
competes with other similar associations in periodic elections in order to participate in formal
government institutions and thereby influence and control the personnel and policy of
government. (suatu asosiasi yang berkompetisi dengan asosiasi semacamnya dalam pemilihan
umum yang periodik dengan tujuan ikut serta dalam lembaga-lembaga pemerintahan formal dan
dengan demikian memengaruhi dan mengendalikan personil dan kebijakan pemerintah).
Namun, tidak semua pakar politik setuju bahwa partisipasi adalah kriteria penentu partai politik.
Neuman menggunakan definisi yang lebih luas, yakni bahwa partai politik adalah: the articulate
organization of societys active political agents, those who are concerned with the control of
governmental power and who compete for popular support with another group or groups holding
divergent views. ((organisasi agen-agen politik masyarakat yang artikulatif dan peduli dengan
pengendalian kekuasaan pemerintah dan yang berkompetisi meraih dukungan rakyat dengan
kelompok atau kelompok yang memiliki pandangan [politik] berbeda).
Terlebih, di banyak negara, partai politik memangsa (baca: menguasai) pemilihan umum elections
and hak pilih universal (universal suffrage). Leo Suryadinata mencatat bahwa di dalam masyarakat
non-Barat, definisi baku "partai politik menurut orang Barat itu terbatas kegunaannya. Dia
menyatakan bahwa fungsi-fungsi dari suatu organisasi seharusnya menjadi aspek esensial [untuk
memahami organisasi] dan bahwa suatu organisasi [politik] harus mempunyai fungsi sebagai
partai politik tanpa harus secara formal menyatakan dirinya sebagai partai politik.[3]
Di sini kadang kita masih memerlukan perbandingan untuk benar-benar memahami ciri khas
partai politik dibandingkan organisasi sosial lainnya. Sebuah partai politik adalah sekelompok
orang yang terorganisir untuk tujuan memenangi kekuasaan pemerintah, dengan melalui
pemilihan umum atau cara lain. Kadang pemahaman kita tentang partai politik campur-aduk
dengan pemahaman tentangkelompok kepentingan dan gerakan politik.
Setidaknya ada 4 (empat) ciri yang membedakan antara partai politik dan kelompok lainnya,
yakni:[4]
1. Partai politik bertujuan untuk mendapatkan dengan memenangi jabatan-jabatan politik (partai
kecil dengan begitu mungkin menggunakan pemilihan umum lebih ditujukan untuk
memperkenalkan platform-nya ketimbang memenangi kekuasaan);
2. Partai politik adalah badan terorganisir dengan "kartu anggota formal. Ini membedakannya
dengan gerakan politik yang lebih luas dan lebih campur aduk;
3. Partai politik biasanya memanfaatkan banyak isu, menaruh perhatian pada aspek apa pun yang
dikerjakan oleh pemerintah (tetapi partai kecil biasanya memilih isu tunggal sehingga mirip
dengan kelompok kepentingan); dan,
4. Dengan derajat yang bervariasi, partai-partai disatukan dengan pilihan-pilihan politik yang sama
dan suatu identitas ideologi umum.
Menggunakan pendekatan sistemik dan struktural-fungsional, partai politik adalah
sebuah infrastruktur (prasarana) yang dapat mematangkan orang-orang yang sebelumnya telah
"dididik di dalam organisasi-organisasi kemasyarakatan atau kelompok-kelompok kepentingan.
Sebagai infrastruktur, partai politik dengan demikian merupakan instrumen yang diperlukan untuk
menghasilkan pemerintahan (suprastruktur).
!erkembangan partai politik
Dalam konsep pembangunan politik, terutama berdasarkan pemikiran Samuel P.
Huntington[5] terdapat tiga kata kunci yakni diferensiasi struktural, sekularisasi kultural,
dan partisipasi politik. Sekularisasi kultural adalah proses perubahan legitimasi politik, dari "atas
(baca: tuhan, dewa, agama, nabi, pokoknya segala sesuatu yang adimanusiawi) menjadi
legitimasi oleh rakyat.[6] Sekularisasi kultural antara lain berupa rasionalisasi kekuasaan.
Sedangkan partisipasi politik adalah semakin terlibatnya rakyat pada pengambilan keputusan
publik.[7] Konsep pembangunan politik sendiri artinya adalah perubahan masyarakat dari sistem
politik tradisional menuju sistem politik modern yang maju. Diferensiasi adalah meningkatnya
spesialisasi subsistem dan lembaga-lembaga di dalam masyarakat.[8]Jika kita sependapat bahwa
yang disebut "pembangunan politik parameternya yakni ketiga kata kunci di atas, maka partai
politik merupakan salah satu proses peragaman (diferensiasi) struktur elit politik.[9]
Dalam perkembangannya, embrio partai politik berupa sekumpulan "faksi. Faksi ialah subsistem
dalam sistem partai, yang terbentuk berupa sekelompok orang yang biasanya memiliki kedekatan
primordial (keluarga, suku, agama, ras), kesamaan ideologis (ideal), atau kesamaan kepentingan
(oportunis, pragmatis). Biasanya faksi dipimpin oleh para pendiri founding persons) partai
itu. Faksi-faksi bukanlah partai, atau setidaknya, pemimpin dan anggota faksi itu sependapat
bahwa untuk menjadi sebuah partai masih sangat sedikit sumber daya atau daya dukungnya. Jadi
sekalipun berbasis sebuah organisasi sosial atau kelompok kepentingan yang relatif besar, namun
untuk menjadi sebuah partai dipandang belum memenuhi syarat minimum, terutama keluasan
dukungannya. Namun, ketika faksi-faksi tadi sepakat berkumpul di dalam sebuah badan yang
lebih komprehensif, maka terbentuklah sebuah partai politik.[10] Tahapan-tahapan
berkembangnya partai politik selanjutnya yakni:[11]
1. Faksionalisasi ("partai di dalam partai)
2. Polarisasi (peng-kutub-an)
3. Ekstensifikasi (perluasan)
4. Institusionalisasi (pelembagaan)
Faksionalisasi: pada tahapan ini, konflik internal sebuah partai berkutat pada perebutan pengaruh
dan wewenang untuk mengendalikan partai yang berakar pada kekuatan faksi-faksi yang tarik-
menarik satu sama lain. Apabila dalam proses ini terdapat faksi yang kuat namun menganggap
kewenangan diperolehnya tidak proporsional (misalnya kalah karena faksi-faksi lain berkoalisi),
dapat terjadi pembangkangan yang berujung pada terpecahnya partai, yakni faksi yang tidak puas
tadi akan memisahkan diri, keluar dari partai tersebut dan membentuk partai sendiri. Namun
apabila terjadi keselarasan kepentingan dan masing-masing faksi memandang bahwa kewenangan
yang mereka peroleh proporsional, maka partai itu akan tetap utuh dan berkembang. Dalam
pengertian koalisi, ini sering diistilahkan koalisi tetap atau jangka panjang, dan dalam istilah fusi
(penyatuan) sering disebut fusi tuntas (penyatuan sepenuhnya).
O Dapatkah saudara mencari contoh peristiwa seperti itu?
O Kalau di DPR atau DPRD terdapat Fraksi. Apa beda antara faksi dengan fraksi?
Polarisasi: Dengan melewati krisis faksionalisasi, maka eksponen partai tersebut tidak lagi
membicarakan dari sudut pandang faksi asal-usulnya, namun kemudian muncul tantangan krisis
berikutnya, yakni perdebatan antara kaum tua di partai (biasanya juga para pendiri partai) dengan
kaum muda (kader). Kaum tua biasanya bersikap lebih konservatif ketimbang kaum muda.
Perbedaan pandangan antara kutub kaum tua dan utub kaum muda partai tersebut apabila tidak
ditemukan jalan keluarnya maka partai itu akan terancam pecah. Kaum muda yang tidak puas
dapat keluar dan membentuk partai baru, sementara itu dapat pula sebaliknya kaum tua yang
keluar dan membentuk partai baru. Namun apabila ditemukan pemecahan masalahnya, maka
partai itu akan semakin kokoh berdiri, bukan hanya melupakan faksi-faksi, juga mereka
meminggirkan konflik antara kaum muda yang progresif dan kaum tua yang konservatif. Mereka
kemudian lebih mendasarkan diri pada paltform partai atau visi-misi partai tersebut.
O Dapatkah saudara memberi contoh peristiwa seperti itu?
Ekstensifikasi: Partai politik yang berhasil melewati krisis polarisasi akan menghadapi tantangan
berikutnya yakni ekstensifikasi (perluasan). Dalam rangka mendapatkan legitimasi politik yang
semakin kokoh yang pada gilirannya akan memperbanyak dukungan politik, sebuah partai akan
melakukan ekstensifikasi. Perluasan partai tersebut dapat berupa diversifikasi struktur partai,
misalnya pendirian organisasi-organisasi sayap underbow) partai untuk menampung hasil
rekrutmen secara lebih luas. Dalam tahap ini biasanya terjadi moderatisasi ideologi partai, yakni
partai yang tadinya radikal (pendukungnya sedikit) mengendorkan radikalitasnya untuk
mengkooptasi segmen massa atau kader yang lebih moderat (baca: oportunis, pragmatis). Namun
upaya ini belum tentu berhasil, sebab sebuah partai kadang sudah memiliki beban sejarah dan
beban ideologisnya sendiri sehingga tidak mudah bagi segmen moderat itu untuk bergabung.
Apabila partai tidak berhasil melakukan ekstensifikasi, maka resikonya akan mengalami satu di
antara dua kemungkinan: pertama, partai itu akan stagnan (mandeg). Kedua, apabila stagnasi itu
menimbulkan ketidakpuasan pada sebagian eksponen partai, maka partai dapat terpecah.
O Dapatkah saudara mencari contoh peristiwa seperti itu?
Institusionalisasi: Partai politik yang berhasil melakukan ekstensifikasi akan memfokuskan diri
untuk mengelaborasi platform partai menjadi mekanisme, prosedur, aturan yang semakin jelas
dan terlembaga. Dalam tahapan ini partai bukan lagi dilekatkan pada figur tertentu, atau pada
kelompok tertentu, namun partai sudah sampai pada tahap "siapa pun harus tunduk dan patuh
pada aturan partai. Partai berjalan di atas konstitusi, bukan di atas kehendak seseorang atau
sekelompok orang. Kalau sebuah partai politik dapat mencapai tahapan ini, biasanya partai itu
akan berusia panjang. Namun kembali lagi, apabila partai gagal melakukannya, maka resiko
ketidakpuasan akan dapat memicu kembali perpecahan partai.
O Dapatkah saudara mencari contoh peristiwa seperti itu?



NIS-NIS PAPTAI-
PAPTAI PDLITIK
DIeh: ambang Wahyu
Nugroho
Partai politik bukanlah sebuah lembaga yang serbasama, sekalipun ada kesamaan perilaku
khususnya dalam hubungannya dengan kekuasaan politik. Dengan alasan-alasan tertentu partai-
partai dapat dibedakan jenisnya sebagai berikut:
Berdasarkan sasaran pengembangannya:
1. Partai Kader;
2. Partai Massa;
3. Partai "ambil semua, baik kader maupun massa catch-all party).
Berdasarkan hubungan saling-pengaruhnya dengan konstituen:
1. Partai representatif;
2. Partai partisipatif.
Berdasarkan sikapnya terhadap sistem politik:
1. Partai konstitusional;
2. Partai revolusioner
Berdasarkan spektrum ideologisnya:
1. Partai Kanan;
2. Partai Kiri.
1. Partai Kader, Partai Massa, dan Partai "catch-all
Berdasarkan sasaran pengembangannya, partai dapat dibedakan menjadi Partai Kader, Partai
Massa, dan Partai catch all (ambil semua, kader maupun massa). Istilah partai kader aslinya
berarti "partainya kaum istimewa party of notables), yang didominasi oleh sebuah kelompok
pemimpin informal yang memandang rendah terhadap pengembangan organisasi massa. Partai
seperti itu sering kali dikembangkan di luar faksi-faksi atau klik cliques) parlementer pada suatu
waktu ketika pembagian kekuasaan partai sangat terbatas. Tetapi, istilah kader saat ini sangat
biasa digunakan untuk menyebut anggota-anggota partai yang terlatih dan profesional yang
diharapkan dapat menunjukkan komitmen politik dan disiplin doktriner tingkat tinggi terhadap
partainya. Dalam pengertian ini Partai Komunis Uni Soviet, Partai Nazi Jerman, dan Partai Fasis di
Italia, demikian pula Partai Komunis Cina, adalah partai kader. Di masa setelah Perang Dunia II,
Partai Kongres India termasuk ke dalam partai kader. Corak yang membedakan partai kader
adalah penekanannya pada elit politik yang aktif (biasanya setengah militeristik) yang sangat
cakap menawarkan ideologi partai terhadap massa.
Sementara itu partai massa lebih menekankan untuk memperbanyak jumlah keanggotaan dan
menyusun basis pemilih yang lebih luas. Contohnya adalah Partai Kristen Demokrat di Jerman dan
Partai Buruh di Inggris, yang mengkonstruksi organisasinya secara khusus untuk memobilisasi klas
pekerja/buruh. Corak inti dari partai seperti itu yakni mereka menekankan pada rekrutmen dan
pengembangan organisasi ketimbang keyakinan politik dan ideologi. Keanggotaan partai massa
biasanya tidak mempunyai syarat yang ketat, kecuali bagi segelintir aktivisnya, yakni biasanya
sekadar setuju terhadap asas dan tujuan umum partai tersebut.
Sebagian besar partai modern tergolong ke dalam apa yang disebut oleh Otto Kircheimer (1966)
sebagai partai ambil semua catch-all party).[1] Partai-partai seperti ini lah yang secara drastis
mereduksi pandangan ideologisnya dengan maksud untuk menarik perhatian dan jumlah
dukungan suara yang lebih luas. Kircheimer khususnya mengamati perkembangan Partai Kristen
Demokrat di Jerman, namun contoh yang lebih jelas adalah bentuk Partai Republik dan Partai
Demokrat di Amerika Serikat, dan juga Partai Buruh di Inggris. Partai-partai seperti ini berbeda
dengan model klasik partai massa karena mereka juga menekankan kepemimpinan dan kesatuan
(baca: kader), dan kemudian mengerahkan peranan para anggotanya lebih untuk membangun
koalisi dukungan suara ketimbang mendekati klas sosial atau kelompok sosial tertentu.[2]
O Dapatkah saudara menemukan contohnya di dalam kehidupan partai politik di Indonesia?
2. Partai Representatif dan Partai Partisipatif
Menurut Sigmund Neumann (1956), partai representatif adalah melihat bahwa fungsi utamanya
adalah mengamankan jumlah suara dalam pemilihan umum. Dengan demikian mereka kemudian
berusaha lebih merefleksikan, ketimbang membentuk, opini publik. Dalam pengertian ini, partai
representatif menerapkan strategi catch-all dan dengan demikian meletakkan pragmatisme di atas
asas dan "riset pasar ketimbang mobilisasi kerakyatan. Argumen perilaku politik partai seperti itu
dapat dipahami berdasarkan model pilihan rasional, sebagaimana digambarkan oleh Joseph
Schumpeter dan Anthony Downs, yang memandang politisi sebagai makhluk pemburu kekuasaan
yang bersedia menggunakan kebijakan apa saja yang dirasa akan membawanya pada
keberhasilan dalam pemilihan umum.[3]
Sedangkan partai integrasi, sebaliknya, menerapkan strategi politik yang proaktif, tidak reaktif;
mereka bertindak lebih untuk memobilisasi, mendidik, dan mengilhami massa, ketimbang hanya
merespon kehendak massa. Meskipun Neumann melihat ciri khas partai mobilisator sebagai suatu
partai kader yang secara ideologi disiplin, partai massa dapat juga menunjukkan kecondongan
mobilisasi. Contohnya, sampai mereka dikecewakan oleh hasil pemilihan umum, partai-partai
sosialis berusaha memobilisasi dukungan dengan menyerukan keuntungan bagi rakyat yang mau
mendukungnya, lapangan pekerjaan, redistribusi, kesejahteraan sosial, dan sebagainya. Agak
ironis, pendekatan ini juga diterapkan oleh Partai Konservatif Inggris di bawah pimpinan Margaret
Thatcher pada tahun 1980-an. Mengingkari asas ideologisnya, Thatcher membawa Partai
Konservatif menerapkan strategi memotong pajak, mendorong usaha swasta, memajukan
tanggung jawab perseorangan, mengambil hati kekuatan serikat dagang, dan sebagainya.
O Dapatkah saudara menemukan contohnya di dalam kehidupan partai politik di Indonesia?
3. Partai Konstitusional dan Partai Revolusioner
Partai konstitusional mengakui hak-hak, kehormatan, dan eksistensi partai lain dan dengan
demikian bekerja di dalam sebuah kerangka aturan dan batasan-batasan. Khususnya, mereka
mengakui bahwa ada pemilahan antara partai dengan negara, antara partai dengan kekuasaan
(pemerintah yang sedang berkuasa), dan lembaga-lembaga negara (birokrasi, kehakiman,
kepolisian, bahkan parlemen, dsb) yang memiliki kebebasan formal dan netralitas politik. Lebih
dari itu, partai konstitusional mengakui dan menghargai aturan kompetisi dalam pemilihan umum.
Mereka mengakui bahwa mereka dapat dengan mudah melepaskan kekuasaan semudah mereka
memperolehnya dalam pemilihan umum. Partai-partai arus-utama dalam demokrasi liberal semua
memiliki karakter konstitusional seperti itu.[4]
Sedangkan partai revolusioner, di sisi lain, bersikap anti sistem dan anti konstitusi, baik yang
berideologi kanan maupun kiri. Partai-partai seperti itu bertujuan untuk mendapatkan kekuasaan
dan menjatuhkan struktur konstitusional yang ada menggunakan taktik yang membentang dari
pemberontakan dan revolusi kerakyatan hingga setengah legalis sebagaimana diperankan oleh
Partai Nazi dan Partai Fasis. Dalam beberapa kasus, partai-partai revolusioner secara resmi
dinyatakan terlarang dan digolongkan sebagai "ekstrimis atau "antidemokrasi, sebagaimana
yang terjadi di Jerman pasca Perang Dunia II.[5] Tetapi apabila partai seperti itu memenangi
kekuasaan, mereka akan menjadi partai berkuasa atau partai pemegang rezim, dan menindas
partai-partai lawan dan meneguhkan sebuah hubungan permanen dengan mesin kekuasaan (baca:
aparatur negara) Dalam sistem partai tunggal, apakah di bawah bendera komunis, fasis,
nasionalis, atau apa saja, perbedaan antara partai dan negara sangat tipis. Bahwa partai berkuasa
adalah juga menjadi pemerintah, dan menciptakan aparatur "partai-negara (aparatur partai juga
aparatur negara). Contohnya di Uni Soviet, Sekretaris Jendral Partai Komunis Uni Soviet juga
merangkap sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.[6]
O Bandingkan dengan Golongan Karya (Golkar) di masa Orde Baru di Indonesia.
4. Partai Sayap Kanan dan Partai Sayap Kiri
Berdasarkan orientasi ideologisnya, partai sering digolongkan menjadi partai "sayap kanan dan
partai "sayap kiri. Partai dipandang sebagai bagian part) dari "kaum Kiri (partai-partai progresif,
sosialis, dan komunis) jika ditandai dengan komitmennya untuk melakukan perubahan apakah
dalam bentuk reformasi sosial atau transformasi ekonomi secara menyeluruh. Secara tradisional
mereka menggalang dukungannya dari kaum miskin dan golongan pinggiran yang kurang
diuntungkan (klas pekerja kota) dan petani iskin, petani dengan sedikit tanah atau buruh tani
yang tak punya tanah (di desa). Partai-partai yang digolongkan "Kanan (khususnya kaum
konservatif dan fasis) yang secara umum berupaya mempertahankan tertib sosial, dan
konsekuensinya, menjaga kekuatan demi kesinambungan. Para pendukung mereka biasanya
kaum bisnis dan klas menengah yang mapan secara material. Tetapi cara penggolongan partai
Kanan-Kiri seperti ini sangat menyederhanakan, dan beresiko disalahpahami. Karena bukan hanya
partai-partai kanan dan kiri yang dicirikan dengan konstitusionalitas atau revolusionernya, tetapi
juga semua partai, khususnya yang konstitusional pun kadang menunjukkan perhatiannya kepada
persoalan rakyat seolah seperti kaum kiri (melawan kemiskinan, redistribusi, dll.) terutama ketika
mereka mencari dukungan suara untuk pemilihan umum.
O Tahukah anda bahwa istilah "sayap kiri dan "sayap kanan diawali dari peristiwa Revolusi
Prancis 1789? Klikhttp://en.wikipedia.org/wiki/Left_right_politics.
O Dapatkah anda mencari contoh partai kiri atau partai kanan di Indonesia di masa reformasi?
Istilah "spektrum politik Kanan-Kiri merupakan cara gampang untuk memetakan gagasan dan
keyakinan politik, meringkas posisi ideologi para politisi, partai dan gerakan politik. Asal-usulnya
dapat dilacak pada masa Revolusi Prancis dan posisi kelompok-kelompok yang mengikuti
pertemuan pertama rench Estates-General pada tahun 1789. Tetapi, istilah Kanan dan Kiri itu
tidak mempunyai arti yang eksak. Dalam arti sempit, spektrum politik linier meringkas sikap yang
berbeda terhadap ekonomi dan peran negara: sayap-kiri berpandangan mendukung intervensi
negara dan kolektivisme, sayap-kanan lebih mendukung pasar dan individualisme.
Spektrum Linier (Heywood, 1995:235)
komunlsme Soslallsme Llberallsme konservaLlsme laslsme




Tabel perbandingan Spektrum Politik Kanan - Kiri
klrl kanan
kebebasan CLorlLas
keseLaraan Plrarkl
ersaudaraan keLerLlban
Pak kewa[lban
kema[uan 1radlsl
embaharuan 8eaksl
lnLernaslonallsme naslonallsme
Leblh lnLervensl dl bldang ekonoml Leblh ff
Mana[emen kaum peker[a secara
mandlrl
eker[a sebagal buruh bagl pemlllk modal
keseLaraan penghasllan keseLaraan peluang ker[a
emerlnLahan sekular emerlnLahan rell[lus
Pukum mengaLur kebudayaan kebudayaan mengaLur hukum
Manusla dan masyarakaL berslfaL
lenLur/flekslbel
Manusla dan masyarakaL berslfaL LeLap/baku
Sumber: Heywood, op. cit., hal. 234 danhttp://en.wikipedia.org/wiki/Left_right_politics.
Sebuah alternatif spektrum yang lain yakni spektrum tapal-kuda yang menggambarkan kemiripan
tendensi kaum totalitarian dan monistik (anti-pluralis) baik kaum fasis maupun komunis, kontras
dengan toleransi dan keterbukaan:

Komunisme Fasisme






Sosialisme Konservatisme




Liberalisme
Sumber: Heywood, 1997:235
Untuk mengatasi kekasaran dan inkonsistensi spektrum konvensional Kanan-Kiri, Hans Eysenck
(1964) menambahkan pembagian secara vertikal antara autoritarian-libertarian. Ini menjadikan
posisi terhadap organisasi ekonomi lebih jelas kedudukannya dihubungkan dengan kebebasan
sipil:

9479,7,3

Stalinisme
Kanan Baru


7 ,3,3


Sosial-Demokrasi

Anarko-kapitalis

-079,7,3



















FUNCSI, TUCAS, DAN PERANAN PARTAI PULITIK
Uleb: Bambang Wabyu Nugrobo

Istilah fungsi, tugas, uan peianan, kauang kala uigunakan secaia beigantian tanpa
peuuli peibeuaannya. Fungsi aualah kegunaan atau manfaat yang uapat uipetik uaii
auanya paitai politik. Tugas aualah kewajiban yang haius uilakukan oleh paitai politik,
uan peianan aualah hasil uaii peisepsi paitai politik teihauap keuuuukannya ui ualam
sistem politik uan haiapan waiga teihauap peian yang semestinya uimainkan oleh
paitai politik itu. Balam uiaian ui bawah ini, ketiga istilah itu uigunakan secaia
beigantian sekalipun kita sebut secaia umum "fungsi" paitai politik.(

A. Fungsi Partai politik
. Repiesentasi
. Rekiutmen uan Pembentukan elit
. Peiumusan tujuan
. Aitikulasi uan agiegasi kepentingan
. Sosialisasi uan mobilisasi politik; uan
. Pengoiganisasian Pemeiintah.

. Fungsi iepiesentasi
Repiesentasi kauang uilihat sebagai fungsi utama sebuah paitai politik.
Repiesentasi menunjukkan kapasitas paitai untuk meiespon uan mengaitikulasikan
panuangan-panuangan baik panuangan paia anggota maupun paia pemilihnya. Balam
bahasa teoii sistem, paitai politik aualah alat "pemasok" utama yang memastikan
bahwa pemeiintah akan melaksanakan apa yang menjaui kebutuhan masyaiakat luas.
}elasnya, ini aualah fungsi untuk uilaksanakan sebaik-baiknya ui ualam suatu sistem
teibuka uan kompetitif yang memaksa paitai untuk meiespon pilihan-pilihan iakyat.
Teoiitisi Pilihan-iasional, semisal Anthony Bowns (%) menjelaskan pioses ini
uengan menyaiankan bahwa pasai politik paialel uengan pasai ekonomi, ui ualam
mana paia politisi beitinuak yang intinya sebagai wiiaswastawan yang membuiu suaia,
beiaiti bahwa paitai beitinuak sepeiti beibisnis. Kekuasaan, uengan uemikian,
utamanya teiletak paua konsumennya, yakni paia pemilih. Tetapi "mouel ekonomi" ini
menuapatkan kiitikan uengan uasai bahwa paitai itu tiuak semata-mata mencaii suaia
tetapi juga "membentuk" atau memobilisasi penuapat umum sebagaimana uia
meiesponnya, uan bahwa citia paia pemilih sebagai oiang yang sangat tahu, iasional,
uan sepeiti konsumen yang beioiientasi masalah (isu) patut uipeitanyakan, uan bahwa
bentangan pilihan paia pemilih (atau elektoiat) seiingkali sempit.

OApakah sauuaia tahu peibeuaan antaia vote buyinq uanmoney
politics ualam hal politicol morketinq? Beii contoh-contoh yang tepat untuk
mempeijelas jawaban sauuaia!


. Pembentukan elit uan iekiutmen
Paitai-paitai politik ualam semua jenisnya beitanggung jawab menyeuiakan bagi
negaia paia pemimpin politiknya. Salah satu kekecualian yang jaiang aua ualam atuian
ini aualah }enueial ue uaulle, yang menawaikan uiiinya untuk memimpin Piancis tahun
% sebagai seoiang "juiu selamat" yang beiaua ui atas semua peibeuaan paitai-
paitai. Paitai sepeiti 0nion foi the New Republic (0NR) aualah ciptaannya. Lebih lazim
lagi, politisi menuapatkan jabatan uengan memanfaatkan keuuuukan ui paitainya;
kontestan ualam pemilihan piesiuen biasanya pemimpin puncak paitai, sementaia ui
ualam sistem pailementei pemimpin paitai teibesai ui majelis biasanya menjaui
peiuana menteii. Kabinet uan pos-pos kementeiian lainnya biasanya uiisi oleh figui-
figui senioi paitai, meskipun kekecualian uapat uitemukan ui ualam sistem piesiuensial
ui Ameiika Seiikat yang uapat menunjuk menteii-menteii uaii tokoh-tokoh non-paitai.

Bi sebagian besai kasus, paitai-paitai uengan uemikian menyeuiakan basis pelatihan
uan pengalaman politik bagi paia politisi, melengkapi meieka uengan ketiampilan,
pengetahuan, uan pengalaman, uan menawaii meieka sejumlah bentuk stiuktui kaiii,
kecuali oiang yang hanya menghaiapkan kebeiuntungan uaii paitai. Bi sisi lain,
monopoli paitai ui ualam pemeiintahan menuapatkan kiitikan kaiena paia pemimpin
politiknya uiambil uaii tempat yang sangat sempit: tokoh-tokoh senioi paitai besai.
Tetapi, ui Ameiika Seiikat sifat monopoli itu sangat beikuiang kaiena auanya
penggunaan luas uaii pemilihan ui tingat primory, yang menguiangi kenuali paitai
ualam menyeleksi uan menominasikan kanuiuatnya.

OApabila paitai politik aualah tempat seleksi, pelatihan, pengkaueian elit
politik, jelaskan, mengapa ui ualam pailemen uan eksekutif ui Inuonesia saat ini
masih teiuapat banyak elit politik yang koiupsi.

. Peiumusan tujuan
Paitai-paitai politik secaia tiauisional meiupakan caia melalui mana masyaiakat
menata tujuan-tujuan kolektif uan, ui bebeiapa kasus, memastikan bahwa hal itu
uilaksanakan. Paitai-paitai memainkan peian ini sebab ui ualam pioses pemeiolehan
kekuasaan, meieka meiumuskan piogiam pemeiintah (melalui konpeiensi, konvensi,
manifesto pemilihan umum, uan sebagainya) uengan suatu panuangan untuk menaiik
uukungan iakyat. Bal ini bukan beiaiti bahwa paitai politik aualah satu-satunya
sumbei inisiatif kebijakan, tetapi paitai politik juga beipeian menuoiong iakyat untuk
meiumuskan tatanan koheien uaii pilihan-pilihan kebijakan yang akan membeii paia
pemilih suatu pilihan teibaik yang iealistik uan tujuan yang uapat uicapai.

Fungsi ini secaia sangat jelas uibawakan oleh paitai ualam sistem pailementei yang
uapat mengklaim membawa amanat untuk melaksanakan kebijakannya jika teipilih
untuk beikuasa. Tetapi hal itu juga bisa teijaui ui ualam siste piesiuensial yang biasanya
paitai-paitai non-piogiam semisal ualam kasus paitai Republik ui Ameiika Seiikat yang
menyeiukan "kontiak uengan Ameiika!" ualam pemilihan Kongies tahun %%. Namun
uemikian, tenuensi ue-iueologisasi paitai cotcb-oll uan fakta bahwa kampanye
pemilihan umum semakin menekankan paua figui uan citia kanuiuat ketimbang
kebijakan uan isu, telah secaia umum meieuuksi peian paitai-paitai sebagai peiumus
kebijakan. Lebih-lebih, piogiam paitai biasanya juga mengalami mouifikasi oleh auanya
tekanan uaii iakyat sipil uan kelompok kepentingan, uan juga keauaan uomestik uan
inteinasional. Implementasi kebijakan, ui sisi lain, biasanya lebih uilaksanakan oleh
biiokiasi ketimbang paitai, kecuali ui ualam sistem ekapaitai (paitai tunggal) sepeiti ui
negaia-negaia komunis oitouoks, ui mana paitai "beikuasa" mengawasi apaiatui
negaia paua level mana pun.

Ooba amati anggaian uasai (AB) uan anggaian iumah tangga (ART)
salah satu paitai politik ui Inuonesia, uan peikiiakan piogiam apa yang akan
uijanjikan oleh paitai itu. Apakah menuiut sauuaia piogiam itu iealistis uan
uapat uilaksanakan.

. Aitikulasi uan agiegasi kepentingan
Balam pioses pengembangan tujuan-tujuan kolektif, paitai-paitai juga membantu
mengaitikulasikan uan mengagiegasikan beibagai kepentingan masyaiakat. Nemang,
paitai seiing beikembang sebagai kenuaiaan melalui mana kelompok-kelompok bisnis,
buiuh, agama, etnik, atau kelompok lainnya, mempeiluas atau mempeitahankan
beiagam kepentingannya. ontohnya, Paitai Buiuh ui Inggiis, uiciptakan oleh geiakan
seiikat uagang untuk tujuan menuapatkan iepiesentasi politik klas pekeija. Paitai lain
secaia efektif memiliki kemampuan untuk meiekiut kepentingan uan kelompok
teitentu untuk mempeiluas basis pemilihnya, sebagaimana yang uilakukan paitai-
paitai ui Ameiika Seiikat ui akhii abau ke-% uan awal abau ke- kepaua kelompok-
kelompok imigian.

Fakta bahwa paitai-paitai nasional seuemikian mengaitikulasikan tuntutan uaii
beiagam kekuatan memaksa paitai-paitai itu untuk mengagiegasikan kepentingan ini
uengan membawanya ke ualam kesatuan kepentingan yang koheien uan
menyeimbangkan kepentingan-kepentingan yang beilawanan. Paitai-paitai
konstitusional secaia jelas uipaksa untuk melakukan hal ini ui bawah tekanan kompetisi
pemilihan umum, tetapi bahkan paitai-paitai monopolistik pun mengaitikulasikan uan
mengagiegasikan kepentingan melalui hubungan uekatnya uengan negaia uan
ekonomi, khususnya ui ualam sistem ekonomi yang teiencana secaia teipusat. Tetapi,
bahkan ui ualam sistem paitai kompetitif pun tiuak semua kepentingan uiaitikulasikan
uan apalagi uiagiegasikan. Kelompok-kelompok kecil, yang ielatif miskin uan secaia
politik tak teioiganisii menjaui sangat ientan untuk uikucilkan uaii pioses aitikulasi
kepentingan.

OBapatkah sauuaia membeii contoh kelompok-kelompok mana saja ui
Inuonesia ini yang seiing kali luput uaii peihatian paia politisi, sehingga
kepentingan meieka tiuak teiaitikulasikan, apalagi teiagiegasikan.

. Sosialisasi uan mobilisasi
Nelalui uebat uan uiskusi inteinal, uan juga beikampanye seita beikompetisi ualam
pemilihan umum, paitai-paitai menjaui agen penting penuiuikan uan sosialisasi politik.
Isu-isu yang uipilih oleh paitai untuk memusatkan peihatian paua agenua politik
teitentu, uan tata nilai seita sikap yang uitunjukkannya menjaui bagian uaii buuaya
politik yang lebih luas. Balam kasus paitai monopolistik, piopaganua iueologi "iesmi"
(misal, Naixisme-Leninisme, Sosialisme Nasional, atau seauai gagasan-gagasan
pemimpin kaiismatik) secaia sauai uiakui sebagai fungsi yang sential, jika bukan fungsi
utama.

Paitai-paitai utama ualam sistem kompetitif memainkan peian yang tak kalah
pentingnya ualam menuoiong kelompok-kelompok untuk beimain ualam koiiuoi
atuian main uemokiasi, uengan uemikian mengeiahkan uukungan bagi iezim itu
senuiii. ontohnya, kebangkitan paitai-paitai sosialis ui akhii abau ke-% uan awal
abau ke- meiupakan caia yang penting untuk mengintegiasikan klas pekeija ke
ualam masyaiakat inuustii. Namun uemikian, kapasitas paitai untuk mobilisasi uan
sosialisasi kemuuian uiiagukan kaiena teiuapat bukti-bukti ui banyak negaia auanya
paia paitisan yang keluai uaii paitai uan semakin tiuak menaiiknya paitai-paitai pio-
sistem konvensional. Nasalah yag uisanuang oleh paitai-paitai aualah, sampai batas
teitentu, meieka senuiii koiup, sehingga membuatnya kuiang efektif ualam meiaih
simpati uan gagal menaiik peihatian uan peiasaan paia paitisan.

OBapatkah sauuaia membeii contoh konkiit penuiuikan uan sosialisasi
politik oleh paitai politik yang aua ui Inuonesia.

. Pengoiganisasian pemeiintah
Seiing uilontaikan penuapat yang menyatakan bahwa ualam masyaiakat mouein yang
iumit akan menjaui niipemeiintahan apabila tiuak aua paitai politik. Paua awalnya
paitai membantu pembentukan pemeiintahan, ui ualam sistem pailementei sampai
uengan yang uapat uisebut sebagai "pemeiintahan oleh paitai." Paitai juga membeii
pemeiintah sebentuk stabilitas uan kebeilangsungan, khususnya jika anggota
pemeiintahan itu uiambil uaii satu paitai uan uengan uemikian uipeisatukan oleh
simpati uan keteiikatan beisama. Bahkan jika pemeiintah itu uibentuk uaii suatu
koalisi paitai-paitai itupun akan membantu peisatuan uan peisetujuan uaii pihak-
pihak yang masing-masing beibeua piioiitasnya.

Lebih jauh lagi, paitai-paitai membeii fasilitas bagi keija sama antaia uua cabang utama
pemeiintahan, yakni majelis (uewan) uan eksekutif. Balam sistem pailementei, hal ini
secaia efektif uijamin oleh fakta bahwa pemeiintah uibentuk uaii paitai atau paitai-
paitai yang memiliki kuisi mayoiitas ui majelis (uewan). Tetapi bahkan ui ualam sistem
piesiuensial pun, kepala eksekutif uapat membeiikan sebentuk pengaiuh, jika bukan
kenuali, melalui uaya taiik kebeisatuan paitai. Akhiinya, paitai-paitai menyeuiakan,
setiuaknya ui ualam sistem yang kompetitif, sumbei vital uaii oposisi uan kiitik, baik ui
ualam maupun ui luai pemeiintah. Ban juga uengan mempeiluas uebat politik uan
menuiuik paia pemilih, hal ini membantu memastikan bahwa kebijakan pemeiintah
akan lebih uapat uiawasi uengan baik uan uengan uemikian uapat uilaksanakan uengan
baik pula.
O Dapatkab saudara memberi contob bagaimana partai politik di Indonesia
membentuk dan memengarubi pemerintaban?

You might also like