You are on page 1of 1

0:,9,3%,35,007,8,3

Berikut ini adalah kisah Dr. Arun Gandhi ketika remaja. Ia adalah cucu dari Mahatma Gandhi
seorang tokoh terkenal dari India.
Ketika itu ia baru berusia 16 tahun dan tinggal bersama orang tua di sebuah lembaga yang
didirikan oleh kakeknya. Tepatnya di tengah-tengah kebun tebu, jauh di pedalaman, 18 mil di
luar kota Durban, AIrika Selatan. Bila ada kesempatan pergi ke kota, ia sangat senang sekali.
Karena kesempatan seperti itu adalah kesempatan yang langka, ia akan menggunakan
kesempatan itu untuk mengunjungi teman atau menonton bioskop.
Suatu hari, sang ayah memintanya mengantarnya ke kota untuk menghadiri konIerensi sehari
penuh. Ia sangat gembira dengan kesempatan itu. Mengetahui hal itu, sang ibu memberikan
daItar belanja dan memintanya berbelanja barang kebutuhan. Sang ayah juga memintanya
untuk mengerjakan beberapa pekerjaan yang lama tertunda, seperti memperbaiki mobil di
bengkel.
Pagi itu, setiba di tempat konIerensi, sang ayah berkata, 'Ayah tunggu kau disini jam 5 sore.
Lalu kita akan pulang ke rumah bersama-sama. Segera saja Ia menyelesaikan pekerjaan-
pekerjaan yang diberikan oleh ayah dan ibunya. Kemudian, ia pergi ke bioskop. Wah, ia
benar-benar terpikat dengan dua permainan John Wayne sehingga lupa akan waktu.
Begitu melihat jam menunjukkan pukul 17:30, langsung ia berlari menunju bengkel mobil
dan terburu-buru menjemput sang ayah yang sudah menunggunya. Saat itu sudah hampir
pukul 18:00. Dengan gelisah sang ayah menanyainya, 'Kenapa kau terlambat?
Ia sangat malu untuk mengakui bahwa ia menonton Iilm John Wayne sehingga ia menjawab,
'Tadi, mobilnya belum siap sehingga saya harus menunggu. Padahal, ternyata tanpa
sepengetahuannya, sang ayah telah menelepon bengkel mobil itu. Dan, kini ayah tahu kalau
ia berbohong.
Lalu sang ayah berkata, 'Ada sesuatu yang salah dalam membesarkan kau sehingga kau tidak
memiliki keberanian untuk menceritakan kebenaran pada ayah. Untuk menghukum kesalahan
ayah ini, ayah akan pulang ke rumah dengan berjalan kaki sepanjang 18 mil dan
memikirkannya baik-baik.
Lalu, dengan tetap mengenakan pakaian dan sepatunya, sang ayah mulai berjalan kaki pulang
ke rumah. Padahal hari sudah gelap, sedangkan jalanan sama sekali tidak rata. Ia tidak bisa
meninggalkan ayahnya, maka selama lima setengah jam, ia mengendarai mobil pelan-pelan
di belakang ayahnya, melihat penderitaan yang dialami oleh sang ayah hanya karena
kebohongan bodoh yang ia lakukan. Sejak itu ia tidak akan pernah berbohong lagi.
'Sering kali ia berpikir mengenai peristiwa ini dan merasa heran. Seandainya sang Ayah
menghukumnya sebagaimana orang-orang kebanyakan menghukum anak-anaknya, maka
apakah ia akan mendapatkan sebuah pelajaran mengenai tanpa kekerasan? Ia kira tidak. Ia
akan menderita atas hukuman itu dan melakukan hal yang sama lagi. Tetapi, hanya dengan
satu tindakan tanpa kekerasan yang sangat luar biasa, sehingga ia merasa kejadian itu baru
saja terjadi kemarin. Itulah kekuatan tanpa kekerasan.

You might also like