You are on page 1of 16

Definisi

Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara
diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk (gnativicus &
Workman, 2006).
EtioIogi dan faktor resiko
Kecelakaan atau trauma yang terjadi pada abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh
trauma tumpul. Pada kecelakaan kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak
terkontrol merupakan kekuatan yang menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir
mobil atau benda tumpul lainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang menyebabkan
kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak, trauma abdomen dapat juga
diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ
internal diabdomen.
Trauma merupakan penyebab tertinggi kematian pada orang dewasa yang berusia dibawah
40 tahun dan menduduki peringkat ke 5 penyebab kematian pada semua orang dewasa.
Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak, yaitu :
1. Paksaan /benda tumpul
Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tumpul
pada abdomen bisa disebabkan oleh jatuh, kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan
kendaraan bermotor, cedera akibat berolahraga, benturan, ledakan, deselarasi, kompresi
atau sabuk pengaman. Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
1. Trauma tembus
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tembus
pada abdomen disebabkan oleh tusukan benda tajam atau luka tembak.
Organ pada abdomen yang terkena kerusakan terbagi atas dua (Swearingen & Kose, 1999),
yaitu :
1. Organ Padat / solid yaitu : hati, limpa dan pancreas
2. Organ berlubang (hollow) yaitu : lambung, usus dan kandung kemih
PatofisioIogi
Trauma tumpul pada abdomen disebabkan oleh pengguntingan, penghancuran atau
kuatnya tekanan yang menyebabkan rupture pada usus atau struktur abdomen yang lain.
Luka tembak dapat menyebabkan kerusakan pada setiap struktur didalam abdomen.
Tembakan menyebabkan perforasi pada perut atau usus yang menyebabkan peritonitis dan
sepsis.
Patofisiologi yang terjadi berhubungan dengan terjadinya trauma abdomen adalah :
1. Terjadi perpindahan cairan berhubungan dengan kerusakan pada jaringan,
kehilangan darah dan shock.
2. Perubahan metabolic dimediasi oleh CNS dan system makroendokrin,
mikroendokrin.
3. Terjadi masalah koagulasi atau pembekuan dihubungkan dengan perdarahan massif
dan transfuse multiple
4. nflamasi, infeksi dan pembentukan formasi disebabkan oleh sekresi saluran
pencernaan dan bakteri ke peritoneum
5. Perubahan nutrisi dan elektrolit yang terjadi karena akibat kerusakan integritas
rongga saluran pencernaan.
Limpa :
Merupakan organ yang paling sering terkena kerusakan yang diakibatkan oleh trauma
tumpul. Sering terjadi hemoragi atau perdarahan masif yang berasal dari limpa yang ruptur
sehingga semua upaya dilakukan untuk memperbaiki kerusakan di limpa.
Liver :
Karena ukuran dan letaknya, hati merupakan organ yang paling sering terkena kerusakan
yang diakibatkan oleh luka tembus dan sering kali kerusakan disebabkan oleh trauma
tumpul. Hal utama yang dilakukan apabila terjadi perlukaan dihati yaitu mengontrol
perdarahan dan mendrainase cairan empedu.
Esofagus bawah dan lambung :
Kadang-kadang perlukaan esofagus bawah disebabkan oleh luka tembus. Karena lambung
fleksibel dan letaknya yang mudah berpindah, sehingga perlukaan jarang disebabkan oleh
trauma tumpul tapi sering disebabkan oleh luka tembus langsung.
Pankreas dan duodenum :
Walaupun trauma pada pankreas dan duodenum jarang terjadi. Tetapi trauma pada
abdomen yang menyebabkan tingkat kematian yang tinggi disebkan oleh perlukaan di
pankreas dan duodenum, hal ini disebabkan karena letaknya yang sulit terdeteksi apabila
terjadi kerusakan.
%anda dan gejaIa
1. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul di bagian
yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
2. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan oleh iritasi
3. Cairan atau udara dibawah diafragma
Yang disebabkan oleh nyeri dibahu adalah :
1. Kehr's sign
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat pasien
dalam posisi rekumben
2. Mual dan muntah
3. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)
Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi
Pemeriksaan diagnostik
l. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorax.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan terus menerus.
Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi
20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak
kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan
adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan
kemungkinan trauma pads hepar.
3. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retroperineal dekat
duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine yang jernih
belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
5. VP (ntravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada ginjal.
6. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut. Hasilnya
dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan
laparatomi (gold standard).
ndikasi untuk melakukan DPL sbb.:
Nyeri Abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
Trauma pada bagian bawah dari dada
Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,alkohol, cedera otak)
Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang belakang)
Patah tulang pelvis
Kontra indikasi relatif melakukan DPL sbb.:
Hamil
Pernah operasi abdominal
Operator tidak berpengalaman
Bila hasilnya tidak akan merubah penata-laksanaan
7. Ultrasonografi dan CT Scan
Bereuna sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan
disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.
Pemeriksaan khusus
bdominal paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan adanya
perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari 100.000 eritrosit/mm dalam larutan NaCl
yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan 100200 ml larutan NaCl 0.9%
selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.
Pemeriksaan laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber penyebabnya.
C ila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.
PenataIaksanaan Medis
l. Abdominal paracentesis menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritonium,
merupakan indikasi untuk laparotomi
2. Pemeriksaan laparoskopi mengetahui secara langsung peneyebab akut abdomen
3. Pemasangan NGT memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen
4. Pemberian antibiotik mencegah infeksi
5. Laparotomi
Sebelum operasi pemasangan NGT, pemasangan dauer-katheter, pemberian antibiotik,
pemasangan
ASUHAN KEPERAWA%AN
Pengkajian :
Pengkajian awal yang perlu ditanyakan pada klien adalah :
1. Sejauh mana klien terjatuh?
2. apa yang menyebabkan klien terjatuh?
3. Dimana klien jatuh?
4. Dimana nyeri yang dirasakan?
5. Apakah klien kehilangan kesadaran ?
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut
2. Reriko njury
3. Resiko infeksi
4. Cemas
Referensi :
Black, Joyce M. 1997. Medical Surgical Nursing fifth edition : clinical managemen for
continuity of care. Philadelfia : WB. Saunders company
gnativicus, Donna D ; Workman. 2006. Medical Surgical Nursing Critical Thinking for
Collaborative Care. USA : Elsevier Saunders
Soewandi, S. Akut Abdomen Pada Alat Pencernaan orang dewasa. Diambil dari :
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/11_AkutAbdomenpadaAlatPencernaanOrangDewasa.pd
f/11_AkutAbdomenpadaAlatPencernaanOrangDewasa.html.
L|ke th|s:
3u|a
8e lre l|rsl lo |||e lr|s posl.
Filed under: Askep Ditandai: | Sistem Pencernaan
Askep Tumor Otak Askep Glomerulos Nefritis

TFAU|A A80D|EN
A. PENCEFTAN
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugIan psIkologIs atau emosIonal
(0orland, 2002).
Trauma adalah luka atau cedera fIsIk laInnya atau cedera fIsIologIs akIbat
gangguan emosIonal yang hebat (8rooker, 2001).
Trauma adalah penyebab kematIan utama pada anak dan orang dewasa
kurang darI 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadI faktor
ImplIkasI pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang dIsengaja atau
tIdak dIsengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang dIsengaja atau tIdak dIsengaja
(Smeltzer, 2001).
Trauma perut merupakan luka pada IsI rongga perut dapat terjadI dengan
atau tanpa tembusnya dIndIng perut dImana pada
penanganan/penatalaksanaan lebIh bersIfat kedaruratan dapat pula
dIlakukan tIndakan laparatomI (FKU, 1995).

8. ETDLDC 0AN KLASFKAS
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasI kedalam rongga
perItonIum).
0Isebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasI kedalam rongga
perItonIum).
0Isebabkan oleh : pukulan, benturan, ledakan, deselerasI, kompresI atau
sabuk pengaman (setbelt) (FKU, 1995).


C. PATDFSDLDC
Tusukan/tembakan ; pukulan, benturan, ledakan, deselerasI, kompresI atau
sabuk pengaman (setbelt)Trauma abdomen :
1. Trauma tumpul abdomen
X KehIlangan darah.
X |emar/jejas pada dIndIng perut.
X Kerusakan organorgan.
X NyerI
X rItasI caIran usus
2.Trauma tembus abdomen
X HIlangnya seluruh atau sebagIan fungsI organ
X Fespon stres sImpatIs
X Perdarahan dan pembekuan darah
X KontamInasI bakterI
X KematIan sel
1 E 2 menyebabkan :
O Kerusakan IntegrItas kulIt
O Syok dan perdarahan
O Kerusakan pertukaran gas
O FIsIko tInggI terhadap InfeksI
O NyerI akut (FKU, 1995).
0. TAN0A 0AN CEJALA
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasI kedalam rongga
perItonIum) :
X HIlangnya seluruh atau sebagIan fungsI organ
X Fespon stres sImpatIs
X Perdarahan dan pembekuan darah
X KontamInasI bakterI
X KematIan sel
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasI kedalam rongga
perItonIum).
X KehIlangan darah.
X |emar/jejas pada dIndIng perut.
X Kerusakan organorgan.
X NyerI tekan, nyerI ketok, nyerI lepas dan kekakuan (rIgIdIty) dIndIng
perut.
X rItasI caIran usus (FKU, 1995).

E. KD|PLKAS
Segera : hemoragI, syok, dan cedera.
Lambat : InfeksI (Smeltzer, 2001).

F. PE|EFKSAAN 0ACNDSTK
PemerIksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelaInan pada usus
besar ; kuldosentesI, kemungkInan adanya darah dalam lambung ; dan
kateterIsasI, adanya darah menunjukkan adanya lesI pada saluran kencIng.
LaboratorIum : hemoglobIn, hematokrIt, leukosIt dan analIsIs urIne.
FadIologIk : bIla dIIndIkasIkan untuk melakukan laparatomI.
7P/sIstogram : hanya dIlakukan bIla ada kecurIgaan terhadap trauma
saluran kencIng.
ParasentesIs perut : tIndakan InI dIlakukan pada trauma tumpul perut yang
dIragukan adanya kelaInan dalam rongga perut atau trauma tumpul perut
yang dIsertaI dengan trauma kepala yang berat, dIlakukan dengan
menggunakan jarum pungsI no 18 atau 20 yang dItusukkan melaluI dIndIng
perut dIdaerah kuadran bawah atau dIgarIs tengah dIbawah pusat dengan
menggosokkan bulIbulI terlebIh dahulu.
Lavase perItoneal : pungsI dan aspIrasI/bIlasan rongga perut dengan
memasukkan caIran garam fIsIologIs melaluI kanula yang dImasukkan
kedalam rongga perItonIum (FKU, 1995).

C. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kedaruratan ; A8C0E.
Pemasangan NCT untuk pengosongan IsI lambung dan mencegah aspIrasI.
Kateter dIpasang untuk mengosongkan kandung kencIng dan menIlaI urIn
yang keluar (perdarahan).
Pembedahan/laparatomI (untuk trauma tembus dan trauma tumpul jIka
terjadI rangsangan perItoneal : syok ; bIsIng usus tIdak terdengar ; prolaps
vIsera melaluI luka tusuk ; darah dalam lambung, bulIbulI, rektum ; udara
bebas IntraperItoneal ; lavase perItoneal posItIf ; caIran bebas dalam rongga
perut) (FKU, 1995).

|ANAJE|EN KEPEFAWATAN
A. PENCKAJAN
PengkajIan adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (8oedIhartono, 1994).
PengkajIan pasIen trauma abdomen (Smeltzer, 2001) adalah melIputI :
1. Trauma Tembus abdomen
0apatkan rIwayat mekanIsme cedera ; kekuatan tusukan/tembakan ;
kekuatan tumpul (pukulan).
nspeksI abdomen untuk tanda cedera sebelumnya : cedera tusuk, memar,
dan tempat keluarnya peluru.
AuskultasI ada/tIdaknya bIsIng usus dan catat data dasar sehIngga
perubahan dapat dIdeteksI. Adanya bIsIng usus adalah tanda awal
keterlIbatan IntraperItoneal ; jIka ada tanda IrItasI perItonIum, bIasanya
dIlakukan laparatomI (InsIsI pembedahan kedalam rongga abdomen).
KajI pasIen untuk progresI dIstensI abdomen, gerakkan melIndungI, nyerI
tekan, kekakuan otot atau nyerI lepas, penurunan bIsIng usus, hIpotensI dan
syok.
KajI cedera dada yang serIng mengIkutI cedera Intraabdomen, observasI
cedera yang berkaItan.
Catat semua tanda fIsIk selama pemerIksaan pasIen.

2. Trauma tumpul abdomen
0apatkan rIwayat detIl jIka mungkIn (serIng tIdak bIsa dIdapatkan, tIdak
akurat, atau salah). dapatkan semua data yang mungkIn tentang halhal
sebagaI berIkut :
- |etode cedera.
- Waktu awItan gejala.
- LokasI penumpang jIka kecelakaan lalu lIntas (sopIr serIng menderIta
ruptur lImpa atau hatI). Sabuk keselamatan dIgunakan/tIdak, tIpe restraIn
yang dIgunakan.
- Waktu makan atau mInum terakhIr.
- Kecenderungan perdarahan.
- PenyakIt danmedIkasI terbaru.
- FIwayat ImmunIsasI, dengan perhatIan pada tetanus.
- AlergI.
Lakukan pemerIksaan cepat pada seluruh tubuh pasIenuntuk mendeteksI
masalah yang mengancam kehIdupan.

PENATALAKSANAAN KE0AFUFATAN
1. |ulaI prosedur resusItasI (memperbaIkI jalan napas, pernapasan, sIrkulasI)
sesuaI IndIkasI.
2. Pertahankan pasIen pada brankar atau tandu papan ; gerakkan dapat
menyebabkan fragmentasI bekuan pada pada pembuluh darah besar dan
menImbulkan hemoragI masIf.
a) PastIkan kepatenan jalan napas dan kestabIlan pernapasan serta sIstem
saraf.
b) JIka pasIen koma, bebat leher sampaI setelah sInar x leher dIdapatkan.
c) CuntIng baju darI luka.
d) HItung jumlah luka.
e) Tentukan lokasI luka masuk dan keluar.
J. KajI tanda dan gejala hemoragI. HemoragI serIng menyertaI cedera
abdomen, khususnya hatI dan lImpa mengalamI trauma.
4. Kontrol perdarahan dan pertahanan volume darah sampaI pembedahan
dIlakukan.
a) 8erIkan kompresI pada luka perdarahan eksternal dan bendungan luka
dada.
b) Pasang kateter 7 dIameter besar untuk penggantIan caIran cepat dan
memperbaIkI dInamIka sIrkulasI.
c) PerhatIkan kejadIan syoksetelah respons awal terjadI terhadap transfusI ;
InI serIng merupakan tanda adanya perdarrahan Internal.
d) 0okter dapat melakukan parasentesIs untuk mengIdentIfIkasI tempat
perdarahan.
5. AspIrasI lambung dengan selang nasogastrIk. Prosedur InI membantu
mendeteksI luka lambung, mengurangI kontamInasI terhadap rongga
perItonIum, dan mencegah komplIkasI paru karena aspIrasI.
6. TutupI vIsera abdomen yang keluar dengan balutan sterIl, balutan salIn
basah untuk mencegah nkekerIngan vIsera.
a) FleksIkan lutut pasIen ; posIsI InI mencegah protusI lanjut.
b) Tunda pemberIan caIran oral untuk mencegah menIngkatnya perIstaltIk
dan muntah.
7. Pasang kateter uretra menetap untuk mendapatkan kepastIan adanya
hematurIa dan pantau haluaran urIne.
8. Pertahankan lembar alur terus menerus tentang tanda vItal, haluaran
urIne, pembacaan tekanan vena sentral pasIen (bIla dIIndIkasIkan), nIlaI
hematokrIt, dan status neurologIk.
9. SIapkan untuk parasentesIs atau lavase perItonIum ketIka terdapat
ketIdakpastIan mengenaI perdarahan IntraperItonIum.
10. SIapkan sInografI untuk menentukan apakah terdapat penetrasI
perItonIum pada kasus luka tusuk.
a) JahItan dIlakukan dIsekelIlIng luka.
b) Kateter kecIl dImasukkan ke dalam luka.
c) Agens kontras dImasukkan melaluI kateter ; sInar x menunjukkan apakah
penetrasI perItonIum telah dIlakukan.
11. 8erIkan profIlaksIs tetanus sesuaI ketentuan.
12. 8erIkan antIbIotIk spektrum luas untuk mencegah InfeksI. trauma dapat
menyebabkan InfeksI akIbat karena kerusakan barIer mekanIs, bakterI
eksogen darI lIngkungan pada waktu cedera dan manuver dIagnostIk dan
terapeutIk (InfeksI nosokomIal).
1J. SIapkan pasIen untuk pembedahan jIka terdapat buktI adanya syok,
kehIlangan darah, adanya udara bebas dIbawah dIafragma, evIserasI, atau
hematurIa.

PENATALAKSANAAN 0FUANC PEFAWATAN LANJUTAN
8. 0ACNDSA KEPEFAWATAN
0Iagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan darI masalah pasIen yang
nyata maupun potensIal berdasarkan data yang telah dIkumpulkan
(8oedIhartono, 1994).
0Iagnosa keperawatan pada pasIen dengan trauma abdomen (WIlkInson,
2006) adalah :
1. Kerusakan IntegrItas kulIt berhubungan dengan cedera tusuk.
2. FIsIko tInggI terhadap InfeksI berhubungan dengan gangguan IntegrItas
kulIt.
J. NyerI akut berhubungan dengan trauma/dIskontInuItas jarIngan.
4. ntoleransI aktIvItas berhubungan dengan kelemahan umum.
5. Hambatan mobIlItas fIsIk berhubungan dengan nyerI/ketIdak nyamanan,
terapI pembatasan aktIvItas, dan penurunan kekuatan/tahanan.

C. NTEF7ENS 0AN |PLE|ENTAS
ntervensI adalah penyusunan rencana tIndakan keperawatan yang akan
dIlaksanakan untuk menanggulangI masalah sesuaI dengan dIagnosa
keperawatan (8oedIhartono, 1994).
mplementasI adalah pengelolaan dan perwujudan darI rencana keperawatan
yang telah dIsusun pada tahap perencanaan (EffendI, 1995).
ntervensI dan ImplementasI keperawatan yang muncul pada pasIen dengan
trauma abdomen (WIlkInson, 2006) melIputI :
1. Kerusakan IntegrItas kulIt adalah keadaan kulIt seseorang yang mengalamI
perubahan secara tIdak dIIngInkan.
Tujuan : |encapaI penyembuhan luka pada waktu yang sesuaI.
KrIterIa HasIl : tIdak ada tandatanda InfeksI sepertI pus.
luka bersIh tIdak lembab dan tIdak kotor.
Tandatanda vItal dalam batas normal atau dapat dItoleransI.
ntervensI dan mplementasI :
a. KajI kulIt dan IdentIfIkasI pada tahap perkembangan luka.
F/ mengetahuI sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam
melakukan tIndakan yang tepat.
b. KajI lokasI, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tIpe caIran luka.
F/ mengIdentIfIkasI tIngkat keparahan luka akan mempermudah IntervensI.
c. Pantau penIngkatan suhu tubuh.
F/ suhu tubuh yang menIngkat dapat dIIdentIfIkasIkan sebagaI adanya proses
peradangan.
d. 8erIkan perawatan luka dengan tehnIk aseptIk. 8alut luka dengan kasa
kerIng dan sterIl, gunakan plester kertas.
F/ tehnIk aseptIk membantu mempercepat penyembuhan luka dan
mencegah terjadInya InfeksI.
e. JIka pemulIhan tIdak terjadI kolaborasI tIndakan lanjutan, mIsalnya
debrIdement.
F/ agar benda asIng atau jarIngan yang terInfeksI tIdak menyebar luas pada
area kulIt normal laInnya.
f. Setelah debrIdement, gantI balutan sesuaI kebutuhan.
F/ balutan dapat dIgantI satu atau dua kalI seharI tergantung kondIsI parah/
tIdak nya luka, agar tIdak terjadI InfeksI.
g. KolaborasI pemberIan antIbIotIk sesuaI IndIkasI.
F / antIbIotIk berguna untuk mematIkan mIkroorganIsme pathogen pada
daerah yang berIsIko terjadI InfeksI.

2. FIsIko InfeksI berhubungan dengan tIdak adekuatnya pertahanan perIfer,
perubahan sIrkulasI, kadar gula darah yang tInggI, prosedur InvasIf dan
kerusakan kulIt.
Tujuan : InfeksI tIdak terjadI / terkontrol.
KrIterIa hasIl : tIdak ada tandatanda InfeksI sepertI pus.
luka bersIh tIdak lembab dan tIdak kotor.
Tandatanda vItal dalam batas normal atau dapat dItoleransI.
ntervensI dan mplementasI :
a. Pantau tandatanda vItal.
F/ mengIdentIfIkasI tandatanda peradangan terutama bIla suhu tubuh
menIngkat.
b. Lakukan perawatan luka dengan teknIk aseptIk.
F/ mengendalIkan penyebaran mIkroorganIsme patogen.
c. Lakukan perawatan terhadap prosedur InvasIf sepertI Infus, kateter,
draInase luka, dll.
F/ untuk mengurangI rIsIko InfeksI nosokomIal.
d. JIka dItemukan tanda InfeksI kolaborasI untuk pemerIksaan darah, sepertI
Hb dan leukosIt.
F/ penurunan Hb dan penIngkatan jumlah leukosIt darI normal bIsa terjadI
akIbat terjadInya proses InfeksI.
e. KolaborasI untuk pemberIan antIbIotIk.
F/ antIbIotIk mencegah perkembangan mIkroorganIsme patogen.

J. NyerI adalah pengalaman sensorI serta emosI yang tIdak menyenangkan
dan menIngkat akIbat adanya kerusakan jarIngan aktual atau potensIal,
dIgambarkan dalam IstIlah sepertI kerusakan ; awItan yang tIbatIba atau
perlahan darI IntensItas rIngan samapaI berat dengan akhIr yang dapat dI
antIsIpasI atau dapat dIramalkan dan durasInya kurang darI enam bulan.
Tujuan : nyerI dapat berkurang atau hIlang.
KrIterIa HasIl : NyerI berkurang atau hIlang
KlIen tampak tenang.
ntervensI dan mplementasI :
a. Lakukan pendekatan pada klIen dan keluarga
F/ hubungan yang baIk membuat klIen dan keluarga kooperatIf
b. KajI tIngkat IntensItas dan frekwensI nyerI
F/ tIngkat IntensItas nyerI dan frekwensI menunjukkan skala nyerI
c. Jelaskan pada klIen penyebab darI nyerI
F/ memberIkan penjelasan akan menambah pengetahuan klIen tentang nyerI
d. DbservasI tandatanda vItal.
F/ untuk mengetahuI perkembangan klIen
e. |elakukan kolaborasI dengan tIm medIs dalam pemberIan analgesIk
F/ merupakan tIndakan dependent perawat, dImana analgesIk berfungsI
untuk memblok stImulasI nyerI.

4. ntoleransI aktIvItas adalah suatu keadaaan seorang IndIvIdu yang tIdak
cukup mempunyaI energI fIsIologIs atau psIkologIs untuk bertahan atau
memenuhI kebutuhan atau aktIvItas seharIharI yang dIIngInkan.
Tujuan : pasIen memIlIkI cukup energI untuk beraktIvItas.
KrIterIa hasIl : perIlaku menampakan kemampuan untuk memenuhI
kebutuhan dIrI.
pasIen mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktIvItas tanpa
dIbantu.
KoordInasI otot, tulang dan anggota gerak laInya baIk.
ntervensI dan mplementasI :
a. Fencanakan perIode IstIrahat yang cukup.
F/ mengurangI aktIvItas yang tIdak dIperlukan, dan energI terkumpul dapat
dIgunakan untuk aktIvItas seperlunya secar optImal.
b. 8erIkan latIhan aktIvItas secara bertahap.
F/ tahapantahapan yang dIberIkan membantu proses aktIvItas secara
perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobIlIsasI
dInI.
c. 8antu pasIen dalam memenuhI kebutuhan sesuaI kebutuhan.
F/ mengurangI pemakaIan energI sampaI kekuatan pasIen pulIh kembalI.
d. Setelah latIhan dan aktIvItas kajI respons pasIen.
F/ menjaga kemungkInan adanya respons abnormal darI tubuh sebagaI
akIbat darI latIhan.

5. Hambatan mobIlItas fIsIk adalah suatu keterbatasan dalam kemandIrIan,
pergerakkan fIsIk yang bermanfaat darI tubuh atau satu ekstremItas atau
lebIh.
Tujuan : pasIen akan menunjukkan tIngkat mobIlItas optImal.
KrIterIa hasIl : penampIlan yang seImbang..
melakukan pergerakkan dan perpIndahan.
mempertahankan mobIlItas optImal yang dapat dI toleransI, dengan
karakterIstIk :
0 = mandIrI penuh
1 = memerlukan alat 8antu.
2 = memerlukan bantuan darI orang laIn untuk bantuan, pengawasan, dan
pengajaran.
J = membutuhkan bantuan darI orang laIn dan alat 8antu.
4 = ketergantungan; tIdak berpartIsIpasI dalam aktIvItas.
ntervensI dan mplementasI :
a. KajI kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.
F/ mengIdentIfIkasI masalah, memudahkan IntervensI.
b. Tentukan tIngkat motIvasI pasIen dalam melakukan aktIvItas.
F/ mempengaruhI penIlaIan terhadap kemampuan aktIvItas apakah karena
ketIdakmampuan ataukah ketIdakmauan.
c. Ajarkan dan pantau pasIen dalam hal penggunaan alat bantu.
F/ menIlaI batasan kemampuan aktIvItas optImal.
d. Ajarkan dan dukung pasIen dalam latIhan FD| aktIf dan pasIf.
F/ mempertahankan /menIngkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
e. KolaborasI dengan ahlI terapI fIsIk atau okupasI.
F/ sebagaI suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan
mempertahankan/menIngkatkan mobIlItas pasIen.

0. E7ALUAS
EvaluasI addalah stadIum pada proses keperawatan dImana taraf
keberhasIlan dalam pencapaIan tujuan keperawatan dInIlaI dan kebutuhan
untuk memodIfIkasI tujuan atau IntervensI keperawatan dItetapkan
(8rooker, 2001).
EvaluasI yang dIharapkan pada pasIen dengan trauma abdomen adalah :
1. |encapaI penyembuhan luka pada waktu yang sesuaI.
2. nfeksI tIdak terjadI / terkontrol.
J. NyerI dapat berkurang atau hIlang.
4. PasIen memIlIkI cukup energI untuk beraktIvItas.
5. PasIen akan menunjukkan tIngkat mobIlItas optImal.

0AFTAF PUSTAKA
8oedIhartono, 1994, Proses Keperawatan dI Fumah SakIt, Jakarta.
8rooker, ChrIstIne. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.J1. ECC : Jakarta.
0orland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. ECC : Jakarta.
FKU. 1995. Kumpulan KulIah lmu bedah. 8Inarupa Aksara : Jakarta
Nasrul EffendI, 1995, Pengantar Proses Keperawatan, ECC, Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan |edIkal8edah 8runner and
Suddarth Ed.8 7ol.J. ECC : Jakarta.

Diposkan oleh Patriani, Amd.Kep di 11:59

You might also like